Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Book Value Per Share pada Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014).

(1)

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN BOOK VALUE PER SHARE PADA HARGA SAHAM

(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

SKRIPSI

Oleh :

IDA AYU MADE ALETHEARI NIM : 1206305120

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN BOOK VALUE PER SHARE PADA HARGA SAHAM

(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

SKRIPSI

Oleh :

IDA AYU MADE ALETHEARI NIM : 1206305120

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 11 Mei 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. ………

2. Sekretaris : I Ketut Jati, SE., M.Si., Ak. ………

3. Anggota : Dr. I Gst. Ngr. Agung Suaryana, SE., M.Si., Ak. ………

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si. NIP. 19641225 199303 1 003

Mengetahui, Pembimbing

I Ketut Jati, SE., M.Si., Ak. NIP. 19710618 200312 1 004


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 11 Mei 2016 Mahasiswa,

Ida Ayu Made Aletheari 1206305120


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Book Value Per Share pada Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014) dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si. dan Dr. I Gst. Ngr. Agung Suaryana, SE., M.Si., Ak., masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, sekaligus sebagai dosen penguji.

4. Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE., M.Si., Ak. sebagai pembimbing akademik. 5. I Ketut Jati, SE., M.Si., Ak., dosen pembimbing atas waktu, bimbingan,

masukan, serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si., dosen pembahas atas waktu, masukan, serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

7. Indonesia Stock Exchange (IDX)atas data yang diberikan.

8. Keluarga tercinta Papa Ida Bagus Nyoman Purwanta, Mama Susmaroh Munir, dan Kakak Ida Bagus Putu Mario atas dukungan serta doa yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

9. Putu Marta Trisna Basudewa atas waktu, doa, semangat, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

10. Nyoman Kusuma Wardhani, teman-teman FE YAI 2011, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 11 Mei 2016


(6)

v

Judul : Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Book Value Per Share pada Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

Nama : Ida Ayu Made Aletheari

NIM : 1206305120

ABSTRAK

Salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan adalah harga saham dimana harga saham meningkat apabila permintaan terhadap saham tinggi. Kepercayaan dari para investor terhadap perusahaan juga dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham. Selain itu, faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kondisi perusahaan yang diukur dari analisis laporan keuangan berupa analisis rasio. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan book value per share (BVS) pada harga saham.

Sampel dalam penelitian ini adalah 42 perusahaan dari populasi penelitian sebanyak 61 perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik purposive sampling dengan beberapa kriteria. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi non partisipan dan teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa earning per share berpengaruh positif pada harga saham, price earning ratio berpengaruh positif pada harga saham, dan book value per share berpengaruh positif pada harga saham. Sebesar 76,5% variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan sisanya, yaitu 23,5% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

Kata kunci: earning per share, price earning ratio, book value per share, harga saham.


(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 13

2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 13

2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) ... 13

2.1.2 Harga Saham ... 14

2.1.3 Earning Per Share (EPS) ... 16

2.1.4 Price Earning Ratio (PER) ... 17

2.1.5 Book Value Per Share (BVS) ... 19

2.2 Hipotesis Penelitian ... 20

2.2.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) pada Harga Saham ... 20

2.2.2 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) pada Harga Saham ... 21

2.2.3 Pengaruh Book Value Per Share (BVS) pada Harga Saham ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 25

3.3 Obyek Penelitian ... 26

3.4 Identifikasi Variabel ... 26

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 29


(8)

vii

3.6.2 Sumber Data... 30

3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel ... 30

3.7.1 Populasi ... 30

3.7.2 Sampel... 31

3.7.3 Metode Penentuan Sampel ... 31

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.9 Teknik Analisis Data ... 32

3.9.1 Statistik Deskriptif ... 32

3.9.2 Uji Normalitas ... 32

3.9.3 Uji Asumsi Klasik ... 33

3.9.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 35

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Lokasi dan Obyek Penelitian ... 38

4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 40

4.3 Statistik Deskriptif ... 41

4.4 Uji Normalitas... 43

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 45

4.5.1 Uji Multikolinieritas... 45

4.5.2 Uji Autokorelasi ... 46

4.5.3 Uji Heterokedastisitas ... 47

4.6 Hasil Penelitian ... 47

4.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 47

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

4.7.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) pada Harga Saham ... 51

4.7.2 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) pada Harga Saham ... 52

4.7.3 Pengaruh Book Value Per Share (BVS) pada Harga Saham ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Simpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

DAFTAR RUJUKAN... 57


(9)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Hasil Pemilihan Sampel ... 41

4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 42

4.3 Hasil Uji Normalitas ... 44

4.4 Hasil Uji Normalitas (sqrt) ... 44

4.5 Hasil Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi, dan Uji Heterokedastisitas ... 46


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1.1 Grafik Pertumbuhan Kinerja Sembilan Sektor Perusahaan

Publik di BEI Tahun 2012-2014 ... 8 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 25


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Daftar Nama Sampel Perusahaan Sektor Properti di BEI

Tahun 2012-2014 ... 64 2 Tabulasi Data Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di BEI

Tahun 2012-2014 ... 66 3 Hasil Statistik Deskriptif ... 70 4 Hasil Uji Normalitas dan Hasil Uji Normalitas (sqrt) ... 71 5 Hasil Uji Multikolinieritas, Hasil Uji Autokorelasi, dan Hasil

Uji Heterokedastisitas ... 72 6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 73 7 Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5% ... 74


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbagai macam risiko yang timbul dari ketidakpastian dalam melakukan investasi harus dihadapi oleh para investor. Oleh karena hal tersebut, para investor perlu mengetahui informasi yang lengkap agar dapat meminimalisir atau bahkan menghindari berbagai macam risiko tersebut. Pada dasarnya, tingkat keuntungan dan tingkat risiko berbanding lurus. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, maka tingkat risiko yang akan ditanggung juga tinggi. Pasar modal merupakan tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga dimana para pelaku pasar, yaitu individu-individu atau badan usaha yang memiliki kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten (Sunariyah, 2011:5). Saham, obligasi, serta surat-surat berharga lainnya diperdagangkan di pasar modal. Saham merupakan efek di pasar modal yang sering diperjualbelikan di pasar saham dibandingkan efek lainnya. Saham berfungsi sebagai sarana bagi emiten untuk mendapatkan modal tambahan dan bagi investor yang menganggap mampu memberikan keuntungan berupa dividen dan capital gain.

Salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan adalah harga saham. Jika permintaan terhadap saham semakin banyak, maka harga saham perusahaan tersebut akan meningkat (Wati, 2014). Kepercayaan investor terhadap


(13)

2

perusahaan tersebut akan meningkat apabila harga saham yang tinggi dapat dipertahankan. Sebaliknya, kepercayaan investor terhadap perusahaan akan menurun apabila harga saham mengalami penurunan terus-menerus. Menurut Zuliarni (2012), salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kondisi perusahaan dimana dapat diukur dari laporan keuangan. Laporan keuangan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu dan kegiatan operasinya selama beberapa periode lalu (Brigham dan Houston, 2010:133). Investor yang ingin berinvestasi di suatu perusahaan akan menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut. Jadi, reaksi investor terhadap informasi, berupa laporan keuangan, yang disajikan oleh perusahaan akan terlihat dimana reaksi tersebut nantinya akan mempengaruhi perubahan harga saham.

Sebelum melakukan investasi, investor perlu memahami metode analisis yang akan diaplikasikan. Terdapat dua analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis harga saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental melihat hal-hal yang berkaitan dengan keuangan suatu perusahaan dimana nilai suatu saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan, sedangkan analisis teknikal merupakan pelengkap dari analisis fundamental yang menganalisis data harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang (Halim, 2005:5). Oleh karena itu, menurut Tryfino (2009:18), dasar utama dalam menganalisis harga saham adalah dengan analisis fundamental. Analisis laporan keuangan berupa analisis rasio termasuk dalam komponan yang digunakan pada analisis fundamental (Hin dalam Stella, 2009).


(14)

3

Penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham di berbagai sektor perusahaan telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2005) berkesimpulan bahwa return on asset (ROA), return on equity (ROE), price to book value (PBV), price earning ratio (PER), net profit margin (NPM), dan operating profit margin (OPM) berpengaruh signifikan pada harga saham di perusahaan manufaktur tahun 1999-2003. Deitiana (2011) melakukan penelitian menggunakan beberapa faktor lain yang mempengaruhi harga saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Faktor-faktor tersebut adalah likuiditas yang diukur menggunakan current ratio (CR), profitabilitas yang diukur menggunakan return on equity (ROE), pertumbuhan perusahaan yang diukur menggunakan perubahan total penjualan perusahaan, serta dividen yang diukur dengan menggunakan dividend payout ratio (DPR). Hasil dari penelitian tersebut adalah hanya profitabilitas yang mampu mempengaruhi harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Menike dan Prabath (2014) di Bursa Efek Kolombo tahun 2008-2012 menyimpulkan bahwa earning per share (EPS), dividend per share (DPS), dan book value per share (BVS) berpengaruh signifikan pada harga saham.

Menurut Tandelilin (dalam Hadianto, 2008) earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER) merupakan variabel keuangan yang dapat dijadikan sebagai komponen utama dalam analisis fundamental perusahaan. Terdapat alasan yang mendasari pendapat tersebut, yaitu earning per share dan price earning ratio dapat digunakan untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham dengan cara mengalikan dua variabel tersebut. Selain itu, terdapat korelasi yang kuat antara


(15)

4

pertumbuhan laba (earning per share) dengan pertumbuhan harga saham (Jones dalam Husnan, 2009:328). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro dan Andreani (2003), book value per share (BVS) merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap harga saham. Book value per share akan menunjukkan apabila jaminan keamanan atau nilai klaim atas aset bersih perusahaan semakin tinggi, para investor akan bersedia membayar harga saham yang lebih tinggi. Jadi, dengan adanya book value per share, para investor dapat memperkirakan tingkat keamanan dari investasi yang dilakukan di suatu perusahaan. Berdasarkan beberapa alasan tersebut, dipilihlah earning per share, price earning ratio, dan book value per share sebagai variabel-variabel yang dapat mempengaruhi harga saham.

Besarnya laba yang diperoleh investor setiap lembar sahamnya dapat dilihat dari earning per share (EPS). Semakin tinggi earning per share, maka semakin tinggi juga laba yang diterima investor per lembar saham yang dimiliki. Hal tersebut akan menyebabkan investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut. Ketertarikan para investor untuk membeli saham di suatu perusahaan akan menyebabkan harga saham di suatu perusahaan tersebut akan cenderung meningkat. Earning per share dapat dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang diberikan perusahaan untuk pihak eksternal. Teori sinyal memiliki anggapan bahwa suatu informasi dapat menjadi sinyal positif atau negatif. Sinyal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi pergerakan harga saham. Earning per share yang meningkat


(16)

5

akan menjadi suatu sinyal positif bagi para investor yang akan menyebabkan harga saham ikut meningkat.

Terdapat penelitian-penelitian mengenai pengaruh earning per share pada harga saham. Hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa earning per share berpengaruh pada harga saham, namun beberapa penelitian lainnya menyatakan bahwa earning per share tidak berpengaruh pada harga saham. Penelitian Haque dan Faruquee (2013) menghasilkan bahwa earning per share tidak berpengaruh pada harga saham, sedangkan Mulia dan Nurdhiana (2012) berkesimpulan bahwa earning per share bepengaruh positif pada harga saham. Penelitian-penelitian yang lainnya, yaitu Irungu (2013), Ratih dkk. (2013), dan Safitri (2013) mempunyai kesimpulan bahwa earning per share berpengaruh positif pada harga saham. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Perera dan Thrikawala (2010), Chang et al. (2008), Pasaribu (2008), dan Rahmi dkk. (2013) menarik kesimpulan yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Hunjra et al. (2014), Seetharaman dan Raj (2011), Mehdi dan Zynab (2013), Rusliati dan Prasetyo (2011), dan Wang et al. (2013) juga mempertegas bahwa earning per share berpengaruh positif pada harga saham walaupun penelitian Umar dan Musa (2013) berkesimpulan bahwa earning per share tidak berpengaruh pada harga saham.

Price earning ratio (PER) merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih untuk setiap lembar saham yang beredar. Selain itu, price earing ratio digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan pada suatu saham atau menghitung


(17)

6

kemampuan suatu saham dalam menghasilkan laba (Tryfino, 2009:12). Menurut Sharif et al. (2015), investor percaya bahwa suatu perusahaan akan memiliki masa depan yang menjanjikan apabila memiliki price earning ratio yang tinggi. Oleh sebab itu, price earning ratio yang tinggi menjadi sinyal positif yang dapat menarik para investor untuk membeli saham sehingga dapat mempengaruhi harga saham.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh price earning ratio pada harga saham yang menghasilkan hasil yang tidak konsisten. Malhotra dan Tandon (2013) menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif pada harga saham. Selain itu, penelitian Almumani (2014), Sharif et al. (2015), serta Geetha dan Swaaminathan (2015) berkesimpulan bahwa price earning ratio berpengaruh positif pada harga saham. Berbeda dengan beberapa penelitian tersebut, terdapat beberapa penelitian lain yang tidak sejalan dengan penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Wati dan Ratnasari (2015) serta Armesh et al. (2011) menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh negatif pada harga saham. Selain itu, penelitian Kencana (2009) menarik kesimpulan yang berbeda, yaitu price earning ratio tidak berpengaruh pada harga saham.

Selain dua rasio pasar tersebut, terdapat pula rasio lainnya, yaitu book value per share (BVS). Menurut Hartono (2013:154), nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Peningkatan harga saham terjadi dimana investor tertarik untuk berinvestasi ke suatu perusahaan dikarenakan kinerja perusahaan yang baik dimana dapat dilihat dari peningkatan book value per share


(18)

7

(Achiriyantiningsih, 2013). Jadi, peningkatan book value per share merupakan sinyal positif dari perusahaan bagi para investor. Menurut Nainggolan (2008), book value per share merupakan variabel yang secara individual konsisten berpengaruh pada harga saham. Book value per share selalu terbukti signifikan mempengaruhi harga saham dengan koefisien positif sehingga semakin tinggi nilai book value per share dari suatu perusahaan, maka akan mendorong kenaikan harga saham tersebut. Hal tersebut rasional karena harga buku saham seharusnya menjadi patokan utama pembentukan harga saham. Pengukuran ekuitas dari investor atas setiap lembar saham dapat dilihat dari book value per share.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, book value per share menunjukkan hasil yang konsisten, yaitu berpengaruh positif pada harga saham. Hal tersebut dapat dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Anastasia dkk. (2003), Sumarno dan Gunistiyo (2009), Malik et al. (2012), Subiyantoro dan Andreani (2003), serta Nainggolan (2008) yang menyatakan bahwa book value per share berpengaruh positif pada harga saham. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2014) serta Menike dan Prabath (2014) memberikan kesimpulan yang sama bahwa book value per share berpengaruh positif pada harga saham.

Terdapat sembilan sektor perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu sektor pertanian; pertambangan; industri dasar dan kimia; aneka industri; industri barang konsumsi; properti, estat real, dan konstruksi bangunan; infrastruktur, utilitas, dan transportasi; keuangan; serta perdagangan, jasa, dan investasi. Berikut ini merupakan grafik pertumbuhan kinerja sembilan


(19)

8

sektor perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014 berdasarkan data dari Jakarta Composite and Sectoral Indices Movement:

Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Kinerja Sembilan Sektor Perusahaan Publik di BEI Tahun 2012-2014

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan kinerja sektor properti merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir (2012-2014) jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, yaitu sebesar 55,76%. Oleh karena alasan tersebut, dipilihlah sektor properti sebagai lokasi dari penelitian ini dan tahun 2012-2014 sebagai periode pengamatan.


(20)

9 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1) Apakah earning per share (EPS) berpengaruh positif pada harga saham di perusahaan sektor properti yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?

2) Apakah price earning ratio (PER) berpengaruh positif pada harga saham di perusahaan sektor properti yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?

3) Apakah book value per share (BVS) berpengaruh positif pada harga saham perusahaan sektor properti yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pengaruh earning per share (EPS) pada harga saham di perusahaan sektor properti yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

2) Untuk mengetahui pengaruh price earning ratio (PER) pada harga saham di perusahaan sektor properti yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

3) Untuk mengetahui pengaruh book value per share (BVS) pada harga saham di perusahaan sektor properti yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.


(21)

10 1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan, maka penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini memberikan bukti empiris, kontribusi referensi, informasi, dan wawasan yang berkaitan dengan teori sinyal (signalling theory), serta menjelaskan bagaimana pengaruh earning per share, price earning ratio, dan book value per share pada harga saham di perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk mengembangkan kajian yang telah ada sebelumnya.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi investor untuk menilai apakah suatu perusahaan dikatakan layak untuk menjadi obyek investasi dengan memperhatikan rasio yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, diantaranya earning per share, price earning ratio, dan book value per share.


(22)

11 1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menguraikan atau menjelaskan urutan-urutan bab pada penelitian. Penelitian ini tersusun menjadi lima bab yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya dengan uraian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menjelaskan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah yang terdapat di penelitian ini dan menguraikan penelitian terdahulu, serta merumuskan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian; lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian; obyek penelitian; identifikasi variabel; definisi operasional variabel; jenis dan sumber data; populasi, sampel, dan metode penentuan sampel; metode pengumpulan data; serta teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan gambaran umum lokasi dan obyek penelitian, membahas hasil penelitian dengan menggunakan pengujian statistik.


(23)

12 Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menjabarkan simpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan mengemukakan saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan.


(24)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Salah satu hal penting bagi investor adalah informasi. Informasi tersebut menyajikan data-data berupa keterangan, catatan atau gambaran masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang yang akan berguna untuk memprediksi kondisi perusahaan (Nurrohman, 2013). Menurut teori sinyal, informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan sangatlah penting bagi investor yang akan berinvestasi di perusahaan tersebut. Brigham dan Houston (2010:36) menyatakan bahwa teori sinyal merupakan suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan, seperti memberikan informasi laporan keuangan pada investor.

Menurut Wati (2014), teori sinyal juga menjelaskan bahwa informasi yang diberikan perusahaan dapat menjadi sinyal positif maupun negatif yang akan berpengaruh pada fluktuasi harga saham dan volume perdagangannya. Informasi tersebut diberikan oleh perusahaan dikarenakan adanya suatu asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan dan investor. Asimetri informasi merupakan keadaan dimana perusahaan lebih mengetahui berbagai informasi tentang kondisi internal perusahaan dibandingkan dengan informasi yang didapatkan oleh investor. Sinyal yang diberikan seharusnya dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan tersebut. Sinyal tersebut dapat disampaikan melalui


(25)

14

pengungkapan informasi akuntansi, seperti laporan keuangan, laporan dari manajemen mengenai usaha yang dilakukan untuk merealisasikan keinginan investor, serta informasi promosi dan informasi lainnya yang dapat menggambarkan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lainnya (Susilowati dan Turyanto, 2011).

2.1.2 Harga Saham

Salah satu jenis efek yang sering diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Saat ini, banyak emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek yang menyebabkan maraknya perdagangan saham dan investor semakin tertarik untuk berinvestasi di bursa efek (Kencana, 2009). Menurut Riyanto (2011:240), saham merupakan suatu tanda bukti bahwa seseorang telah ikut serta menjadi pemilik dari suatu perusahaan. Terdapat tiga jenis harga saham, yaitu: 1) harga nominal adalah harga yang tertera pada sertifikat saham, 2) harga perdana adalah harga saham yang pertama kali dicatat di bursa efek, dan 3) harga pasar adalah harga jual saham yang ditentukan dari permintaan dan penawaran investor (Anoraga dan Prakarti, 2006:130).

Nilai pasar dari saham merupakan harga pasar dari saham itu sendiri (Stella, 2009). Nilai pasar saham memperhitungkan nilai perusahaan sebagai entitas yang terus beroperasi sehingga harga pasar mencerminkan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa depan (Bodie et al., 2009:219). Kekuatan permintaan dan penawaran di pasar modal biasanya mempengaruhi fluktuasi harga saham. Fluktuasi harga saham tersebut menggambarkan seberapa besar keinginan investor terhadap saham dari suatu perusahaan. Oleh karena itu, harga


(26)

15

saham akan terus berubah-ubah mengikuti minat para investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Harga saham suatu perusahaan akan semakin meningkat apabila jumlah investor yang ingin membeli atau menyimpan saham semakin banyak. Sebaliknya, semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepas saham, maka harga saham dari perusahaan tersebut akan semakin menurun (Rouf, 2010). Selain itu, kekuatan pasar juga mempengaruhi naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di pasar modal. Jika pasar menilai perusahaan penerbit saham dalam kondisi yang baik, maka biasanya harga saham perusahaan tersebut cenderung akan naik. Demikian pula sebaliknya, jika kondisi perusahaan tersebut dinilai rendah, maka harga sahamnya pun bisa dinilai rendah.

Pada prinsipsnya, jika prestasi suatu perusahaan semakin baik, maka permintaan saham di perusahaan tersebut akan meningkat yang akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut meningkat, begitu pula sebaliknya. Selain itu, jika laba yang diharapkan semakin tinggi dan risiko yang diakui semakin rendah, maka harga saham akan meningkat (Brigham dan Houston, 2010:10). Pergerakan harga saham yang terjadi di pasar modal merupakan hal yang sangat menarik bagi investor untuk melakukan analisis karena pergerakan saham yang dinilai wajar akan menumbuhkan kepercayaan para investor dalam melakukan investasi terhadap suatu perusahaan (Achiriyantiningsih, 2013).


(27)

16 2.1.3 Earning Per Share (EPS)

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:195), earning per share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai earning per share, semakin besar laba yang tersedia untuk pemegang saham. Menurut Neiderhoffer dan Regan (dalam Fabozzi, 1999:233), dibenarkan bahwa harga saham sangat bergantung pada perubahan pendapatan yang dapat dilihat dari earning per share.

Menurut Tandelilin (2010:373), earning per share adalah laba bersih dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Berdasarkan definisi tersebut, earning per share merupakan jumlah keuntungan dari setiap lembar saham yang dihasilkan oleh perusahaan. Earning per share tersebut juga dapat berfungsi sebagai pemberi informasi bagi calon pemegang saham untuk menjadi bahan pertimbangan dalam keputusannya menanamkan modal. Salah satu daya tarik investor adalah tingginya earning per share. Semakin tinggi earning per share, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya. Menurut Fabozzi (1999:369), dua penentu dasar dari earning per share adalah pengembalian atas ekuitas pemegang saham (laba saham biasa dibagi dengan ekuitas pemegang saham) dan nilai buku per lembar saham atau book value per share (ekuitas pemegang saham dibagi dengan jumlah saham beredar).

Earning per share dari suatu perusahaan dapat ditentukan dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham


(28)

17

biasa yang beredar. Laba bersih perusahaan setelah pajak dan jumlah lembar saham yang beredar mempengaruhi besar kecilnya earning per share. Rasio earning per share merupakan indikator yang berpengaruh terhadap harga saham karena investor percaya bahwa harga suatu saham akan tergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan earning untuk tiap lembar sahamnya (Mahendra, 2014). Selain itu, menurut Husnan (2009:309), harga saham juga akan meningkat apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat. 2.1.4 Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio merupakan perbandingan atau rasio antara harga saham terhadap laba bersih untuk setiap lembar saham yang beredar. Price earning ratio sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham karena pada dasarnya, price earning ratio memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu (Halim, 2005:27). Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. Menurut Kencana (2009), tingkat kapitalisasi pasar sering diukur menggunakan price earning ratio dimana rasio tersebut menghubungkan nilai pasar saham perusahaan terhadap nilai bukunya. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang dapat diprediksi dengan menggunakan price earning ratio. Price earning ratio akan lebih tinggi bagi perusahaan dengan prospek pertumbuhan yang bagus (Brigham dan Houston, 2010:150).


(29)

18

Price earning ratio dapat menjadi pertimbangan para investor dalam menentukan keputusan pembelian saham. Menurut Bodie et al. (2009:243), price earning ratio menunjukkan cerminan dari sikap optimis pasar tentang prospek pertumbuhan perusahaan dimana seorang analis harus memutuskan apakah lebih memilih optimis atau lebih tidak optimis dibandingkan pasar. Jika lebih optimis, maka analis akan merekomendasikan untuk membeli saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio adalah rasio laba dibayarkan sebagai dividen (payout ratio), tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal, dan pertumbuhan dividen (Husnan, 2009:333).

Menurut Bodie et al. (2009:145), saham-saham dengan price earning ratio yang tinggi hampir dapat diprediksi akan memperlihatkan pertumbuhan yang cepat bahkan jika tingkat pertumbuhan harapannya tidak sama dengan rasio. Selain itu, price earning ratio juga dapat digunakan sebagai pembanding antara pertumbuhan suatu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Jika price earning ratio suatu perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan price earning ratio perusahaan lainnya dalam suatu industri yang sejenis, maka pertumbuhan perusahaan dengan price earning ratio yang lebih tinggi tersebut dinilai tinggi (Almumani, 2014). Jadi, perusahaan yang memiliki price earning ratio yang tinggi menunjukkan tingkat pertumbuhan perusahaan tersebut juga tinggi. Hal tersebut mencerminkan bahwa para investor mengharapkan pertumbuhan laba perusahaan di masa yang akan datang.


(30)

19 2.1.5 Book Value Per Share (BVS)

Para investor tentu mengharapkan keuntungan dari modal yang ditanamkan di suatu perusahaan. Menurut Syamsuddin (2009:67), para pemegang saham biasa akan menerima uang sejumlah nilai buku dari setiap lembar saham apabila aktiva perusahaan dijual setelah terlebih dahulu melunasi semua utang-utangnya. Book value per share merupakan perbandingan antara nilai buku modal sendiri dengan jumlah lembar saham yang beredar. Semakin tinggi nilai book value per share, maka tuntutan terhadap besarnya harga pasar saham tersebut juga semakin tinggi. Nilai book value per share yang tinggi akan menjamin keamanan investasi pada perusahaan (Adi dkk., 2013). Jika harga pasar saham lebih tinggi daripada nilai book value per share, maka hal ini akan mencerminkan pasar percaya bahwa perusahaan tersebut akan menghasilkan nilai tambah, baik bagi investor maupun perusahaan. Semakin besar nilai rasio book value per share, maka saham tersebut akan semakin menarik bagi investor sehingga harga saham akan semakin meningkat.

Menurut Achiriyantiningsih (2013), book value per share merupakan rasio yang membandingkan ekuitas dengan jumlah saham yang beredar. Book value per share digunakan untuk menunjukkan besarnya nilai riil suatu saham dari suatu perusahaan. Selain itu, book value per share memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:151). Nilai book value per share yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan para investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal ini akan menyebabkan harga saham di


(31)

20

perusahaan tersebut meningkat, sejalan dengan ketertarikan para investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2013:93). Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, teori yang mendukung, dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.2.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) pada Harga Saham

Menurut Darmaji (dalam Yanti dan Suryanawa, 2013), earning per share adalah salah satu rasio pasar yang dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba untuk setiap lembar saham yang beredar. Nilai earning per share yang meningkat atau tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan peluang pendapatan yang besar untuk para investor. Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan yang tercermin dari earning per share dan jika earning per share meningkat, maka prospek perusahaan lebih baik (Samsul, 2006:167)

Seorang investor akan memperkirakan untuk membeli dan mempertahankan saham dari suatu perusahaan dengan harapan akan mendapatkan dividen. Umumnya, dasar penentu pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham yang akan datang adalah laba, yang bisa dilihat juga dari earning per share (Adi dkk., 2013). Earning per share biasanya disajikan paling bawah dalam laporan laba rugi dimana sering disebut bottom line (Husnan, 2009:328). Teori sinyal


(32)

21

memiliki anggapan bahwa suatu informasi dapat menjadi sinyal positif atau negatif. Sinyal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi pergerakan harga saham. Earning per share yang meningkat akan menjadi suatu sinyal positif bagi para investor yang akan menyebabkan harga saham ikut meningkat. Hal tersebut membuat para investor tertarik dengan nilai earning per share yang dilaporkan oleh suatu perusahaan. Earning per share yang meningkat akan menyebabkan semakin banyak investor yang menanamkan modal pada perusahaan tersebut sehingga harga saham perusahaan tersebut meningkat (Ghayoumi et al., 2011).

Menurut Haque dan Faruquee (2013), earning per share tidak berpengaruh pada harga saham pada perusahaan subsektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Dhaka. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2014) dengan judul

“Pengaruh Arus Kas Operasi, Profitabilitas (ROI), dan Earning Per Share (EPS)

Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”, berkesimpulan bahwa earning per share berpengaruh signifikan

pada harga saham. Selain itu, Seetharaman dan Raj (2011) juga menyatakan bahwa earning per share berpengaruh positif pada harga saham dimana pernyataan tersebut tertulis di penelitian yang berjudul “An Empirical Study on the Impact of Earnings per Share on Stock Prices of a Listed Bank in Malaysia”. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Earning per share (EPS) berpengaruh positif pada harga saham. 2.2.2 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) pada Harga Saham

Salah satu variabel yang perlu dipertimbangkan para investor untuk menentukan saham di perusahaan mana yang akan dibeli adalah price earning


(33)

22

ratio. Price earning ratio perlu dipertimbangkan karena rasio tersebut merupakan ukuran kepercayaan investor terhadap nilai saham. Tidak terdapat standar yang pasti berapa price earning ratio yang wajar bagi suatu saham (Kencana, 2009).

Menurut Harahap (dalam Kencana, 2009), perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima tercermin dari price earning ratio. Price earning ratio umumnya digunakan sebagai proksi atas ekspektasi pertumbuhan laba dimana ekspektasi investor terhadap perusahaan dengan prospek pertumbuhan di masa mendatang akan meningkat apabila price earning ratio perusahaan tersebut tinggi (Bodie et al., 2009:245). Jadi, price earning ratio merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi investor untuk membeli saham di suatu perusahaan. Jika price earning ratio meningkat, kepercayaan para investor terhadap masa depan perusahaan juga akan meningkat. Peningkatan price earning ratio merupakan sinyal yang positif bagi para investor sehingga para investor semakin tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal ini akan memicu peningkatan harga saham di perusahaan tersebut.

Hasil penelitian dari Kencana (2009) dengan judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar Terhadap Harga Saham (Suatu Studi pada Perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang Terdaftar di BEI)” menunjukkan bahwa price earning ratio tidak berpengaruh signifikan pada harga saham, namun penelitian Wati dan Ratnasari (2015) dengan judul “Rasio Pasar dan Harga Saham di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013” berkesimpulan bahwa price earning ratio berpengaruh negatif pada harga saham. Hasil yang berbeda ditunjukkan


(34)

23

penelitian Sharif et al. (2015) yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif pada harga saham dalam penelitiannya yang berjudul “Analysis of Factors Affecting Share Prices: The Case of Bahrain Stock Exchange”. Penelitian Malhotra dan Tandon (2013) dengan judul “Determinants of Stock Prices: Empirical Evidences from NSE 100 Companies” juga menegaskan bahwa price earning ratio berpengaruh positif pada harga saham. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Price earning ratio (PER) berpengaruh positif pada harga saham. 2.2.3 Pengaruh Book Value Per Share (BVS) pada Harga Saham

Setiap investor tentu berharap untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang dilakukannya. Apabila aktiva perusahaan dijual dan setelah terlebih dahulu melunasi semua utang-utangnya, para pemegang saham biasa akan menerima uang sejumlah nilai buku dari setiap lembar saham (Kusuma, 2014). Book value per share merupakan rasio nilai buku modal sendiri dibandingkan dengan jumlah lembar saham yang beredar. Jika nilai book value per share meningkat, maka tuntutan terhadap besarnya harga pasar saham tersebut juga semakin tinggi. Selain itu, nilai book value per share yang tinggi akan menjamin keamanan investasi pada perusahaan sehingga saham tersebut akan semakin menarik bagi investor dan harga saham akan semakin meningkat (Adi dkk., 2013). Oleh karena itu, book value per share yang tinggi merupakan sinyal positif yang diberikan dari perusahaan kepada para investor.

Book value per share pada dasarnya mewakili jumlah aset atau ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Mulia dan Nurdhiana (2012), secara


(35)

24

normal, book value per share suatu perusahaan akan terus naik seiring dengan naiknya kinerja perusahaan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, book value per share penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar suatu saham serta dalam penentuan wajar atau tidaknya harga saham di pasar. Disimpulkan bahwa book value per share berpengaruh terhadap harga saham (Tryfino, 2009:10).

Hasil penelitian Glezakos et al. (2012) dengan judul “The Impact of Accounting Information on Stock Prices: Evidence from the Athens Stock Exchange” menunjukkan bahwa book value per share berpengaruh positif terhadap harga saham di Bursa Efek Athena. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malik et al. (2012) dimana dinyatakan bahwa book value per share berpengaruh positif pada harga saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Karachi, Pakistan. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


(1)

19 2.1.5 Book Value Per Share (BVS)

Para investor tentu mengharapkan keuntungan dari modal yang ditanamkan di suatu perusahaan. Menurut Syamsuddin (2009:67), para pemegang saham biasa akan menerima uang sejumlah nilai buku dari setiap lembar saham apabila aktiva perusahaan dijual setelah terlebih dahulu melunasi semua utang-utangnya. Book value per share merupakan perbandingan antara nilai buku modal sendiri dengan jumlah lembar saham yang beredar. Semakin tinggi nilai book

value per share, maka tuntutan terhadap besarnya harga pasar saham tersebut juga

semakin tinggi. Nilai book value per share yang tinggi akan menjamin keamanan investasi pada perusahaan (Adi dkk., 2013). Jika harga pasar saham lebih tinggi daripada nilai book value per share, maka hal ini akan mencerminkan pasar percaya bahwa perusahaan tersebut akan menghasilkan nilai tambah, baik bagi investor maupun perusahaan. Semakin besar nilai rasio book value per share, maka saham tersebut akan semakin menarik bagi investor sehingga harga saham akan semakin meningkat.

Menurut Achiriyantiningsih (2013), book value per share merupakan rasio yang membandingkan ekuitas dengan jumlah saham yang beredar. Book value per

share digunakan untuk menunjukkan besarnya nilai riil suatu saham dari suatu

perusahaan. Selain itu, book value per share memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:151). Nilai book value per

share yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan para investor untuk


(2)

20

perusahaan tersebut meningkat, sejalan dengan ketertarikan para investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2013:93). Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, teori yang mendukung, dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.2.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) pada Harga Saham

Menurut Darmaji (dalam Yanti dan Suryanawa, 2013), earning per share adalah salah satu rasio pasar yang dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba untuk setiap lembar saham yang beredar. Nilai

earning per share yang meningkat atau tinggi menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut mampu memberikan peluang pendapatan yang besar untuk para investor. Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan yang tercermin dari earning

per share dan jika earning per share meningkat, maka prospek perusahaan lebih

baik (Samsul, 2006:167)

Seorang investor akan memperkirakan untuk membeli dan mempertahankan saham dari suatu perusahaan dengan harapan akan mendapatkan dividen. Umumnya, dasar penentu pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham yang akan datang adalah laba, yang bisa dilihat juga dari earning per share (Adi dkk., 2013). Earning per share biasanya disajikan paling bawah dalam laporan laba rugi dimana sering disebut bottom line (Husnan, 2009:328). Teori sinyal


(3)

21

memiliki anggapan bahwa suatu informasi dapat menjadi sinyal positif atau negatif. Sinyal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi pergerakan harga saham.

Earning per share yang meningkat akan menjadi suatu sinyal positif bagi para

investor yang akan menyebabkan harga saham ikut meningkat. Hal tersebut membuat para investor tertarik dengan nilai earning per share yang dilaporkan oleh suatu perusahaan. Earning per share yang meningkat akan menyebabkan semakin banyak investor yang menanamkan modal pada perusahaan tersebut sehingga harga saham perusahaan tersebut meningkat (Ghayoumi et al., 2011).

Menurut Haque dan Faruquee (2013), earning per share tidak berpengaruh pada harga saham pada perusahaan subsektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Dhaka. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2014) dengan judul “Pengaruh Arus Kas Operasi, Profitabilitas (ROI), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, berkesimpulan bahwa earning per share berpengaruh signifikan pada harga saham. Selain itu, Seetharaman dan Raj (2011) juga menyatakan bahwa earning per share berpengaruh positif pada harga saham dimana pernyataan tersebut tertulis di penelitian yang berjudul “An Empirical Study on

the Impact of Earnings per Share on Stock Prices of a Listed Bank in Malaysia”.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Earning per share (EPS) berpengaruh positif pada harga saham.

2.2.2 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) pada Harga Saham

Salah satu variabel yang perlu dipertimbangkan para investor untuk menentukan saham di perusahaan mana yang akan dibeli adalah price earning


(4)

22

ratio. Price earning ratio perlu dipertimbangkan karena rasio tersebut merupakan

ukuran kepercayaan investor terhadap nilai saham. Tidak terdapat standar yang pasti berapa price earning ratio yang wajar bagi suatu saham (Kencana, 2009).

Menurut Harahap (dalam Kencana, 2009), perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima tercermin dari price earning ratio. Price earning ratio umumnya digunakan sebagai proksi atas ekspektasi pertumbuhan laba dimana ekspektasi investor terhadap perusahaan dengan prospek pertumbuhan di masa mendatang akan meningkat apabila price earning ratio perusahaan tersebut tinggi (Bodie et al., 2009:245). Jadi, price earning ratio merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi investor untuk membeli saham di suatu perusahaan. Jika price earning ratio meningkat, kepercayaan para investor terhadap masa depan perusahaan juga akan meningkat. Peningkatan price earning ratio merupakan sinyal yang positif bagi para investor sehingga para investor semakin tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal ini akan memicu peningkatan harga saham di perusahaan tersebut.

Hasil penelitian dari Kencana (2009) dengan judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar Terhadap Harga Saham (Suatu Studi pada Perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang Terdaftar di BEI)” menunjukkan bahwa price earning ratio tidak berpengaruh signifikan pada harga saham, namun penelitian Wati dan Ratnasari (2015) dengan judul “Rasio Pasar dan Harga Saham di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013” berkesimpulan bahwa price earning


(5)

23

penelitian Sharif et al. (2015) yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif pada harga saham dalam penelitiannya yang berjudul

Analysis of Factors Affecting Share Prices: The Case of Bahrain Stock

Exchange”. Penelitian Malhotra dan Tandon (2013) dengan judul “Determinants

of Stock Prices: Empirical Evidences from NSE 100 Companies” juga

menegaskan bahwa price earning ratio berpengaruh positif pada harga saham. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Price earning ratio (PER) berpengaruh positif pada harga saham.

2.2.3 Pengaruh Book Value Per Share (BVS) pada Harga Saham

Setiap investor tentu berharap untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang dilakukannya. Apabila aktiva perusahaan dijual dan setelah terlebih dahulu melunasi semua utang-utangnya, para pemegang saham biasa akan menerima uang sejumlah nilai buku dari setiap lembar saham (Kusuma, 2014).

Book value per share merupakan rasio nilai buku modal sendiri dibandingkan

dengan jumlah lembar saham yang beredar. Jika nilai book value per share meningkat, maka tuntutan terhadap besarnya harga pasar saham tersebut juga semakin tinggi. Selain itu, nilai book value per share yang tinggi akan menjamin keamanan investasi pada perusahaan sehingga saham tersebut akan semakin menarik bagi investor dan harga saham akan semakin meningkat (Adi dkk., 2013). Oleh karena itu, book value per share yang tinggi merupakan sinyal positif yang diberikan dari perusahaan kepada para investor.

Book value per share pada dasarnya mewakili jumlah aset atau ekuitas


(6)

24

normal, book value per share suatu perusahaan akan terus naik seiring dengan naiknya kinerja perusahaan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, book value

per share penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar suatu saham

serta dalam penentuan wajar atau tidaknya harga saham di pasar. Disimpulkan bahwa book value per share berpengaruh terhadap harga saham (Tryfino, 2009:10).

Hasil penelitian Glezakos et al. (2012) dengan judul “The Impact of Accounting Information on Stock Prices: Evidence from the Athens Stock

Exchange” menunjukkan bahwa book value per share berpengaruh positif

terhadap harga saham di Bursa Efek Athena. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malik et al. (2012) dimana dinyatakan bahwa book

value per share berpengaruh positif pada harga saham perusahaan-perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Karachi, Pakistan. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share (Eps), Current Ratio (Cr), Debt To Equity Ratio (Der), Dan Total Asset Turn Over (Tato) Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

5 97 106

Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan Sektor Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2012

8 159 67

Analisis Perbandingan Tingkat Nilai Sales Growth, Earning Per Share, Price Earning Ratio Perusahaan Yang Mengadakan Employee Stock Ownership Program (Esop) Dan Tidak Mengadakan Esop: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

0 67 78

Analisis Pengaruh Rasio leverage, Profitabilitas, Earning per share dan Ukuran perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

5 68 100

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009 – 2011

2 32 74

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

12 156 59

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan Price Earning Ratio Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 40 121

Analisis Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di BEI

7 54 86

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011

0 25 102