Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011

(1)

SKRIPSI

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB-SEKTOR HOTEL DAN

PARIWISATA YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011

OLEH

Prian Dani

090503001

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share,

Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap

Harga Saham pada Perusahaan Sub-Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011”adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Februari 2013 Yang Membuat Pernyataan,

NIM: 090503001 Prian Dani


(3)

ABSTRAK

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB-SEKTOR HOTEL DAN PARIWISATA

YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Earning Per

Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value

terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial. Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan sub-sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011 yang berjumlah 20 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Dari 20 populasi perusahaan diperoleh 18 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari situs Analisis data dimulai dari pengujian asumsi klasik sebagai syarat kelayakan data untuk dipakai dalam penelitian yang terdiri dari uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen

Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Book Value Per Share tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan Price to Book Value berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. Secara simultan

Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price to Book Value berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci : Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, Price to Book Value, Harga Saham


(4)

ABSTRACT

EFFECT OF EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, AND PRICE TO BOOK VALUE TO THE STOCK PRICE OF HOTEL AND TOURISM SUB-SECTOR COMPANY LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE YEAR 2009-20011

This study aims to determine the influence of Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, and Price To Book Value simultaneously and partially to stock price. The populations are all of the hotel and tourism sub sectors companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 until 2011. The samples are selected by purposive sampling method. From twenty hotel and tourism companies acquired eighteen companies as the sample of research. The data used are secondary data. Sources of data derived from sit Data analisys begins with classic assumption test as a provission of data appropriateness to be used in the research which is representated by normality test, multicolinearity test, heteroskedasticity test and autocorrelation test. Then, data analized by using multiple linear regression.

The result shows that partially independent variables Earning Per Share, Price Earning Ratio, and Book Value Per Share do not have any influence to stock price, while Price To Book Value influences the stock price significantly. The simultaneously test result shows that independent variables Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, and Price To Book Value influence stock price significantly.

Keywords: Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, Price to Book Value, Stock Price


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena Atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book

Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap Harga Saham pada

Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si.,Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak. selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muliadi dan Ibunda Juliati serta abang terkasih Dodi Muh Roni yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan, serta bimbingan yang tidak terbatas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman mahasiswa di Fakultas Ekonomi angkatan 2009, khususnya kepada Ihsan, Defry, Marwan, Baidi, Kautsar, Espi, David, Bryan, Devy, Zikro, Nita, dan Fitri yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Februari 2013 Penulis ,

Prian Dani


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Landasan Teori ... 8

2.1.1. Pengertian dan Klasifikasi Saham... 8

2.1.2. Harga Saham ... 11

2.1.3. Teori Perubahan Harga Saham ... 13

2.1.4. Teori Penilaian Investasi ... 16

2.1.5. Analisis Saham ... 17

2.1.6. Analisis Rasio Keuangan ... 18

2.1.7. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 20

2.1.8. Earning Per Share (EPS) ... 22


(8)

2.1.10. Book Value Per Share (BVS) ... 24

2.1.11. Price To Book Value (PBV) ... 26

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

2.3. Kerangka Konseptual ... 30

2.4. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB 3 : METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Desain Penelitian ... 34

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 37

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

3.5.1. Variabel Dependen ... 38

3.5.2. Variabel Independen ... 38

3.6. Metode Analisis Data ... 41

3.6.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 41

3.6.2.1. Uji Normalitas Data ... 42

3.6.2.2. Uji Multikolinearitas ... 42

3.6.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 43

3.6.2.4. Uji Autokorelasi ... 43

3.6.3. Pengujian Hipotesis ... 44

3.6.3.1. Analisis Regresi Berganda ... 44

3.6.3.2. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 45

3.6.3.3. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 46

BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 47

4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 49


(9)

4.2.2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 52

4.2.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 52

4.2.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 56

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 59

4.3.1. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 59

4.3.2. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 61

4.3.3. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 62

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 72

5.3. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

3.1. Daftar Populasi Perusahaan ... 36

3.2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

4.1. Descriptive Statistics ... 47

4.2. Uji Normalitas ... 50

4.3. Pengujian Multikolinearitas... 53

4.4. Korelasi Variabel Independen ... 54

4.5. Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson ... 56

4.6. Hasil Uji Durbin Watson ... 57

4.7. Tabel Durbin Watson ... 57

4.8. Hasil Uji Breusch Godfrey ... 58

4.9. Hasil Analisis Regresi ... 60

4.10. Hasil Uji F ... 62

4.11. Hasil Uji t ... 63


(11)

Daftar Gambar

Nomor Judul Halaman

2.1. Elliott Wave Theory ... 14

2.2. Kerangka Konseptual ... 31

4.1. Grafik Histogram ... 51

4.2. Grafik P-P Plot ... 52


(12)

Daftar Lampiran

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 75

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian ... 76

Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data ... 81


(13)

ABSTRAK

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB-SEKTOR HOTEL DAN PARIWISATA

YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Earning Per

Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value

terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial. Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan sub-sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011 yang berjumlah 20 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Dari 20 populasi perusahaan diperoleh 18 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari situs Analisis data dimulai dari pengujian asumsi klasik sebagai syarat kelayakan data untuk dipakai dalam penelitian yang terdiri dari uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen

Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Book Value Per Share tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan Price to Book Value berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. Secara simultan

Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price to Book Value berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci : Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, Price to Book Value, Harga Saham


(14)

ABSTRACT

EFFECT OF EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, AND PRICE TO BOOK VALUE TO THE STOCK PRICE OF HOTEL AND TOURISM SUB-SECTOR COMPANY LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE YEAR 2009-20011

This study aims to determine the influence of Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, and Price To Book Value simultaneously and partially to stock price. The populations are all of the hotel and tourism sub sectors companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 until 2011. The samples are selected by purposive sampling method. From twenty hotel and tourism companies acquired eighteen companies as the sample of research. The data used are secondary data. Sources of data derived from sit Data analisys begins with classic assumption test as a provission of data appropriateness to be used in the research which is representated by normality test, multicolinearity test, heteroskedasticity test and autocorrelation test. Then, data analized by using multiple linear regression.

The result shows that partially independent variables Earning Per Share, Price Earning Ratio, and Book Value Per Share do not have any influence to stock price, while Price To Book Value influences the stock price significantly. The simultaneously test result shows that independent variables Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, and Price To Book Value influence stock price significantly.

Keywords: Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, Price to Book Value, Stock Price


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan (Fahmi, 2012: 52). Pasar modal ini merupakan alternatif bagi para investor dalam menanamkan dananya. Berinvestasi dalam pasar modal ini mendorong para investor untuk melakukan transaksi di pasar modal. Namun para investor tidak begitu saja melakukan pembelian saham sebelum melakukan penilaian dengan baik terhadap emiten. Menurut Widiadmodjo (2009), emiten adalah perusahaan swasta atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara)yang mencari modal dari bursa efek dengan cara menerbitkan efek (saham, obligasi, right issue, dan waran). Untuk dapat menjadi emiten ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Menerbitkan efek, yang kemudian dijual kepada investor guna mendapatkan modal.

2. Untuk menerbitkan efek yang laku dijual, emiten harus mempunyai prestasi yang baik dan tidak memiliki cacat hukum. Dengan demikian emiten berperan menjamin efek yang diterbitkannya sah menurut hukum. 3. Emiten merupakan sumber pertama informasi mengenai efeknya.

Kebenaran informasi dari emiten merupakan tanggung jawab emiten bersangkutan.


(16)

Dengan mengetahui kebenaran informasi mengenai efek (saham) dan laporan keuangan emiten maka investor dapat melakukan analisis laporan keuangan keuangan dan membuat keputusan untuk melakukan pembelian saham emiten sesuai dengan harga saham di pasar modal.

Harga saham suatu perusahaan selalu mengalami pergerakan naik atau turun. Pergerakan harga saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran saham. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan maka harga tersebut akan cenderung naik, demikian pula sebaliknya apablia kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun. Pergerakan pada harga saham inilah yang dapat mempengaruhi keputusan para investor untuk melakukan penjualan atau pembelian saham pada waktu yang tepat dengan analisis dan tingkat akurasi yang cukup tinggi sehingga dapat memaksimalkan keuntungan atau meminimalisasi kerugian. Oleh karena itu, para investor sangat membutuhkan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham baik secara langsung maupun tidak. Menurut Fahmi (2012: 89), ada beberapa faktor atau kondisi yang menentukan naik turunnya harga saham, yaitu:

1. Kondisi mikro dan makro ekonomi.

2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang dan kantor cabang pembantu, baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri.

3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.

4. Adanya direksi atau pihak komisaris yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.


(17)

5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya.

6. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.

7. Efek dari psikologis pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham.

Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi dalam laporan keuangan dapat memberikan prediksi mengenai informasi yang menyangkut tentang penilaian harga saham melalui berbagai analisis. Salah satu analisis yang dapat dilakukan adalah analisis rasio perusahaan. Analisis rasio

(ratio analysis) merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling populer

dan banyak digunakan (Subramanyam, 2012: 42). Rasio yang cukup efektif digunakan untuk melakukan penilaian terhadap harga saham diantaranya adalah

Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), Book Value Per Share

(BVS), dan Price to Book Value (PBV). Rasio Earning Per Share menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan dapat menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan.

Book Value Per Share diperlukan untuk menentukan wajar atau tidaknya harga

saham di pasar. Sedangkan rasio Price Earnings Ratio dan Price to Book Value diperlukan untuk membandingkan apakah harga sebuah saham overvalued atau

undervalued sehingga para investor dapat menentukan kapan sebaiknya saham


(18)

Merujuk dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siagian (2004) yang meneliti tentang Analisis Pengaruh Nilai Buku dan Laba Per Lembar Saham Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 1995-2002. Hasil penelitian tersebut adalah nilai buku dan laba per lembar saham secara simultan berpengaruh positif terhadap harga pasar saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Arief (2006) yang meneliti tentang Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa

Earning Per Share dan Dividend Per Share tidak berpengaruh secara simultan

terhadap harga saham. Namun secara parsial variabel Earning Per Share dan

Dividend Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurdhiana (2011) yang meneliti tentang Pengaruh Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share

(EPS), dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007–2010. Hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa berdasarkan pengujian secara parsial variabel Book Value dan Price to Book Value tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, namun variabel Earning Per Share dan Price Earning

Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan berdasarkan

pengujian secara simultan menyatakan bahwa variabel Book Value, Price to Book

Value, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio berpengaruh signifikan


(19)

Dan penelitian yang dilakukan oleh Mathilda (2012) yang meneliti tentang Pengaruh Price Earnings Ratio dan Price to Book Value Terhadap Harga Saham Indeks LQ 45 (Periode 2007-2009). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa

Price Earnings Ratio dan Price To Book Value tidak berpengaruh baik secara

secara simultan maupun secara parsial terhadap harga saham.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian peneliti adalah perusahaan-perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI. Alasan peneliti memilih perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata sebagai populasi dalam penelitian ini adalah dikarenakan terjadinya perkembangan industri pariwisata yang sangat pesat di Indonesia yang membuat peningkatan terhadap kebutuhan akan jasa hotel. Perkembangan industri pariwisata ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri ke setiap lokasi dan kota tujuan wisata yang banyak tersebar di penjuru Indonesia. Perkembangan jasa hotel dan pariwisata ini mendorong setiap perusahaan perhotelan untuk mengembangkan usahanya dan tentu memiliki keinginan untuk membuka cabang di setiap lokasi dan kota yang menjadi tujuan wisata. Dalam menjalankan dan mengembangkan usaha jasa perhotelan ini, setiap perusahaan perhotelan akan membutuhkan suntikan dana dari para pemilik dana (investor). Cara untuk memperoleh dana salah satunya adalah dengan menerbitkan dan menjual saham melalui pasar modal atau bursa efek sebagai perantara.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh


(20)

Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah Earning Per Share, Price

Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value berpengaruh

terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 baik secara simultan maupun secara parsial?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dinyatakan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Earning

Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value

terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 baik secara simultan maupun secara parsial.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak khususnya:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengembangkan


(21)

wawasan dalam bidang analisis laporan keuangan, manajemen keuangan, dan pasar modal khususnya tentang pengaruh rasio-rasio penilaian saham yang terdiri dari earning per share (EPS), price earning ratio (PER), book

value per share (BVS), dan price to book value (PBV) terhadap harga

saham.

2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi investasinya.

3. Bagi perusahaan (emiten), hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja keuangannya dalam upaya untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya, dan juga diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam strategi penciptaan nilai bagi pemegang saham

(stockholder).

4. Bagi peneliti-peneliti lainnya, penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan referensi dalam mengembangkan dan memperluas penelitian mereka.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian dan Klasifikasi Saham

Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang kemudian diberikan hak atas deviden sesuai dengan besar kecilnya investasi modal pada perseroan tersebut. Menurut Fahmi (2012: 86), dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik, yaitu saham biasa dan saham istimewa (preferen). Dimana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masing-masing.

1. Saham Biasa

Saham biasa adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk menentukan pembeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. Saham biasa memiliki beberapa jenis, yaitu:


(23)

a. Saham unggulan (blue chip-stock), yaitu saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas.

b. Saham pertumbuhan (growth stock), yaitu saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham lain dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.

c. Saham defensif (defensive stock), yaitu saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar.

d. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.

e. Saham musiman (seasonal stock), yaitu saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya cuaca dan liburan.

f. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi dan kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif.

2. Saham Preferen

Saham istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan).


(24)

Saham preferen merupakan saham dengan preferensi (hak-hak) yang melebihi saham biasa (Smith dan Skousen, 1992). Apabila suatu perusahaan menerbitkan baik saham biasa maupun saham preferen, hak-hak preferensi yang menyertai saham preferen biasanya terdiri dari klaim lebih dahulu atas dividen. Saham pada umumnya diterbitkan dengan nilai nominal. Apabila saham preferen mempunyai suatu nilai nominal, maka dividen dinyatakan dengan suatu presentase dari nilai nominal. Namun apabila saham preferen tidak memiliki nilai nominal, maka dividen harus dinyatakan dengan jumlah uang. Menurut Smith dan Skousen (1992) ada beberapa jenis saham preferen, yaitu:

a. Cumulative and Noncumulative Preferred Stock

Cumulative preferred stock menetapkan bahwa bila perusahaan gagal

untuk mengumumkan dividen untuk saham preferen ini maka dividen itu akan diakumulasikan dan perlu dibayar di kemudian hari sebelum dividen dapat dibayarkan kepada para pemegang saham biasa. Dengan kata lain bahwa jika dividen cumulative preferred stock tidak dibayar dalam jangka waktu satu tahun, maka jumlah dividen itu wajib dibayar pada tahun-tahun berikutnya. Dan jika saham preferen itu adalah noncumulative, maka jumlah dividen yang tidak dibayar dalam jangka satu tahun, maka jumlah dividen itu tidak wajib dibayar pada tahun-tahun berikutnya.


(25)

b. Convertible Preferred Stock

Saham preferen dapat dikonversi apabila syarat-syarat penerbitan saham menetapkan bahwa saham preferen itu dapat ditukar oleh pemiliknya dengan surat berharga lain dari perusahaan yang menerbitkan saham.

c. Callable Preferred Stock

Saham preferen dapat ditarik kembali sesuai dengan kehendak perusahaan. Harga penarikan kembali pada umumnya ditegaskan dalam perjanjian semula dan menetapkan pembayaran dividen yang ditangguhkan sebagai bagian dari harga pembelian kembali.

d. Redeemable Preferred Stock

Merupakan saham preferen yang dapat ditebus sesuai dengan keinginan pemegang saham atau dalam kondisi lain di luar kendali penerbit saham (seperti penebusan pada tanggal tertentu atau ketika mencapai tingkat laba tertentu).

2.1.2 Harga Saham

Harga saham merupakan harga suatu saham pada saat tertentu yang

ditentukan oleh pelaku pasar serta oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Menurut Harahap (2011), harga saham di pasar modal sudah menjadi trade mark dari kinerja perusahaan. Walaupun laporan keuangan menyajikan nilai buku sesuai dengan sifat dan prinsip laporan keuangan, namun nilai buku hanya dianggap sebagai data dasar yang akan diolah dalam menghitung berbagai rasio dan indikator kinerja keuangan perusahaan.


(26)

Harga saham selalu dianggap lebih objektif dalam mengukur nilai perusahaan. Oleh karena itu manajemen perusahaan akan selalu berupaya agar harga sahamnya di bursa semakin meningkat.

Meningkatnya harga saham di bursa dapat dipengaruhi oleh pembagian dividen saham kepada para pemegang saham. Brigham dan Houston (2008) menyatakan bahwa dividen saham biasanya diberikan secara teratur untuk menjaga kestabilan harga saham. Secara umum harga saham akan naik tidak lama setelah perusahaan mengumumkan dividen. Namun pada kenyataannya tidak semua perusahaan mengumumkan dividen secara teratur setiap bulan atau tahun. Penahanan dividen dalam bentuk laba ditahan akan dilakukan guna membiayai investasi di masa yang akan datang. Dan diharapkan harga saham akan meningkat lebih besar seiring dengan meningkatnya dividen yang dapat dibagikan.

Menurut Widiadmodjo (1996: 46) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Harga Nominal

Merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting pada saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2. Harga Perdana

Merupakan harga yang pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin


(27)

emisi (underwritter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

3. Harga Pasar

Jika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi, harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

2.1.3 Teori Perubahan Harga Saham

Terdapat dua teori yang berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada harga saham, yaitu Teori Random Walk dan Teori Elliot Wave.

1. Teori Random Walk

Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi gerakan di masa akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1959) menyatakan bahwa perubahan harga saham tidak tergantung satu sama lain dan mempunyai distribusi probabilitasi yang sama. Dengan kata lain teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan


(28)

tidak dapat diperkirakan. Jadi tidak mungkin investor dapat memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung resiko. Hal ini juga memberikan arti bahwa selisih antara harga pada periode tertentu dengan harga pada periode yang lainnya bersifat acak. Selisih tersebut merupakan

price return saham yang dalam jangka waktu tertentu memenuhi

persyaratan bahwa rata-ratanya adalah nol. Sehingga harga saham cenderung tidak akan mempunyai tren yang signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama.

2. Teori Elliott Wave

The Wave Principle merupakan penelitian Elliott (1938), penelitiannya

menemukan bahwa perubahan harga di bursa saham mempunyai struktur tertentu. Elliott mengemukakan bahwa pergerakan harga mempunyai pola atau gelombang yang bersifat repetitif. Walaupun repetitif tetapi pola tersebut belum tentu berulang dengan waktu dan ketinggian gelombang yang sama. Pola atau gelombang tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 Elliott Wave Theory


(29)

Pola atau gelombang pada gambar diatas dapat diartikan sebagai berikut:

a. Gelombang 1

Harga saham mula-mula bergerak naik dan membuat beberapa investor merasa bahwa harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham tersebut membuat harga naik.

b. Gelombang 2

Pada saat harga saham tersebut dinilai terlalu tinggi investor mulai merealisasikan keuntungannya dengan menjual saham. Hal ini mengakibatkan tekanan terhadap harga saham sehingga harga saham tersebut turun.

c. Gelombang 3

Gelombang ini biasanya merupakan gelombang yang terpanjang dan terkuat. Pada gelombang ini saham telah menarik banyak perhatian investor. Hal ini menyebabkan harga saham melambung tinggi bahkan lebih tinggi dibandingkan pada saat gelombang 1.

d. Gelombang 4

Investor mulai merealisasikan keuntungannya karena harga saham sudah terlalu tinggi. Namun masih ada sebagian investor yang merasa bahwa harga saham masih dalam tren naik, jadi gelombang ini cenderung masih lemah.

e. Gelombang 5

Pada gelombang ini harga saham dinilai sudah terlalu tinggi untuk dibeli. Hanya sedikit investor yang bersedia membeli saham.


(30)

2.1.4 Teori Penilaian Investasi

Menurut Tuanakotta (1999), terdapat tiga model teori yang dapat dipertimbangkan oleh investor dan calon investor untuk membantu mereka dalam membuat keputusan untuk menjual, membeli, atau menahan saham-saham perusahaan. Ketiga model teori tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Teori Nilai Intrinsik

Menurut teori ini seorang investor akan membeli atau mempertahankan suatu saham apabila ia percaya bahwa nilai intrinsik saham tersebut lebih besar dari harga saham tersebut di bursa saham. Menurut pandangan investor nilai intrinsik seharusnya dapat menunjukkan nilai saham yang sesungguhnya dan nilai ini akan tercermin dalam harga pasar saham tersebut jika investor lainnya juga memiliki pandangan yang sama.

2. Hipotesis Pasar yang Efisien

Hipotesis ini menyatakan menyatakan bahwa pasar saham adalah efisien apabila harga saham mencerminkan secara jelas dan lengkap seluruh informasi yang tersedia. Ada tiga bentuk pasar yang efisien yang dikenal secara umum, yaitu:

a. Bentuk Lemah

Harga saham mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersirat dalam urutan harga saham di masa lalu.

b. Bentuk Setengah Kuat

Harga saham mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia bagi publik mengenai perusahaan.


(31)

c. Bentuk Kuat

Harga saham mencerminkan seluruh informasi bahkan termasuk informasi yang bersifat khusus.

3. Teori Portofolio

Teori ini menyatakan bahwa investor yang rasional akan memilih untuk menyimpan saham-saham untuk dapat memaksimalkan tingkat laba yang diharapkan ( expected rate of return) untuk tingkat resiko tertentu atau meminimalisasi tingkat resiko untuk hasil tertentu. Portofolio saham-saham seperti itu disebut efisien. Jadi yang peting bagi investor adalah dampak dari sekumpulan saham dan bukan expected performance dari suatu saham tertentu. Oleh karena itu pengukuran risiko yangn relevan bukanlah total variability dari suatu saham melainkan covariability dari suatu saham terhadap saham-saham lainnya dalam portofolio tersebut. Hal ini berarti bahwa ada dua jenis saham yang masing-masing mungkin mempunyai risiko yang tinggi, tetapi jika digabungkan dalam satu portofolio total risikonya akan menjadi lebih kecil apabila variabilitas dari kedua jenis saham tersebut berbanding terbalik.

2.1.5 Analisis Saham

Dalam penentuan keputusan investasi terdapat dua jenis analisis dalam memperkirakan harga saham perusahaan di masa yang akan datang, yaitu:


(32)

1. Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalan analisis harga saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs, serta volume transaksi pada msa yang lalu. Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Informasi yang digunakan adalah kondisi perdagangan saham, fluktuasi kurs, dan volume transaksi perdagangan yang terjadi di pasar modal.

2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah analisis yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan mengharapkan hubungan-hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

2.1.6 Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2008: 297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lain yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini berfungsi untuk menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat dinilai secara cepat hubungan antar pos dan dapat dibandingkan dengan rasio lain sehingga dapat diperoleh informasi dan memberikan penilaian.


(33)

Ada dua metode pembanding rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin (2000:39), yaitu :

1. Cross-Sectional Approach

Cross- sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan

membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.

2. Time Series Analysis

Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio

finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.

Rasio keuangan akan memberikan manfaat apabila rasio tersebut dianalisis. Analisis dan interpretasi dari bermacam- macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analisis dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio. Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analisis kredit, dan analasis saham.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analisis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000: 40) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis yaitu sebagai berikut :


(34)

1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasional yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.

2. Pembanding yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio financial perusahaan A pada tahun 20X0 dengan rasio financial perusahaan B pada tahun 20X1.

3. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih sangat diragukan, sehingga rasio-rasio yang dihitung kurang akurat.

4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.

2.1.7 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Secara umum rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, antara lain:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aset


(35)

lancar dan utang lancar. Rasio likuiditas ini terdiri dari Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR).

2. Rasio Solvabilitas

Rasio rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini terdiri dari Debt Ratio (DR), Debt

to Equity Ratio (DER), Time Interst Earned (TIE), dan Long Term Debt to Equity Ratio.

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, maupun kegiatan lainnya. Rasio aktivitas terdiri dari Inventory Turnover (IT), Receivable Turnover (RT), Fixed Assets Turnover (FAT), Total

Assets Turnover (TAT), dan Days Sales Outstanding.

4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, dan utang. Rasio profitabilitas ini terdiri dari Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on

Equity (ROE), Operating Ratio (OR), dan Net Profit Margin (NPM).

5. Rasio Penilaian Pasar

Rasio penilaian pasar merupakan rasio yang lazim digunakan di pasar modal untuk menggambarkan situasi dan prestasi perusahaan di pasar


(36)

modal. Rasio ini terdiri dari Earning Per Share (EPS), Price Earning

Ratio (PER), Dividend Per Share (DPS), Dividend Payout Ratio (DPR), Book Value Per Share (BVS), dan Price to Book Value (PBV).

Rasio keuangan yang akan digunakan untuk memprediksi saham dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Book

Value Per Share (BVS), dan Price to Book Value (PBV).

2.1.8 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah bentuk pemberian

keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2012: 97). Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmadji, 2001: 139). Earning Per Share adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dirumuskan bahwa Earning Per Share adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang dimiliki selama periode tertentu.

Earning Per Share (EPS) menunjukkan tingkat keuntungan bersih untuk

tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Earning Per Share diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. EPS merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap


(37)

lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. EPS dapat dianggap sebagai indikator laba yang harus diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham.

EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya. Besarnya nilai EPS suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan dengan rumus sebagai berikut:

EPS = ���������ℎ

�����ℎ��ℎ��������� 2.1.9 Price Earning Ratio (PER)

Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Menurut Fahmi ( 2012: 97),

Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga pasar per lembar

saham (Market Price Per Share) dengan laba per lembar saham (Earning Per

Share). Harapan investor terhadap earning perusahaan pada masa yang akan


(38)

perusahaan tersebut yang selanjutnya berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan.

Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan. Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan, maka faktor-faktor harga saham juga akan mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat suatu model untuk menilai PER perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan. Price

Earning Ratio (PER) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

PER = ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ��

���� ��� ������ ��ℎ�� (���) 2.1.9 Book Value Per Share (BVS)

Book Value Per Share (BVS) adalah angka per lembar saham yang berasal

dari likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca (Subramanyam, 2012: 232). Book Value Per Share (BVS) ditunjukkan dengan perbandingan antara harga saham terhadap nilai buku dihitung sebagai hasil bagi dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai


(39)

perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio Book Value Per Share (BVS) menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Ada beberapa cara untuk meningkatkan nilai buku per lembar saham, yaitu sebagai berikut:

a. Perusahaan dapat melakukan penahanan laba. Dengan cara ini ekuitas pemilik akan meningkat, namun tidak terjadi perubahan dalam jumlah lembar saham yang beredar. Hal ini mengasumsikan bahwa laba ditahan dapat digunakan seefektif ekuitas pemilik sebelumnya, dengan kata lain pengembalian atas ekuitas pemilik dipertahankan.

b. Membeli kembali saham perusahaan pada harga yang lebih rendah daripada nilai buku per lembar saham.

c. Melakukan merger sehingga dapat menghasilkan peningkatan nilai buku per lembar saham bagi perusahaan yang bertahan.

Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan. Nilai buku merupakan istilah konvensional yang mengacu pada nilai aset bersih, yaitu total aset dikurangi kewajiban. Cara sederhana untuk menghitung nilai buku adalah menjumlahkan akun-akun ekuitas saham biasa dan menguranginya dengan klaim yang didahulukan yang tidak tercermin dalam neraca.

Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Semakin kecil nilai Book

Value Per Share (BVS) maka nilai pasar dari suatu saham dianggap semakin


(40)

Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Pertumbuhan perusahaan (growth) menunjukkan investment

opportunity cost set (IOS) atau set kesempatan di masa yang akan datang.

Perusahaan yang tumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar daripada nilai bukunya.

Book value per share (BVS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

BVS = ����� �������

����� ℎ��ℎ�� ������� 2.1.11 Price To Book Value (PBV)

Price to Book Value (PBV) merupakan bagian dari rasio pasar yang

mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. PBV adalah rasio yang membandingkan antara nilai saham menurut pasar dengan harga saham menurut harga buku. PBV digunakan untuk melihat berapa besar tingkat undervalued maupun overvalued harga saham yang dihitung berdasarkan nilai buku setelah dibandingkan dengan harga pasar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.

PBV merupakan rasio yang sudah secara luas dipakai di berbagai analisis sekuritas dunia. Semakin rendah nilai PBV suatu saham maka saham tersebut dikategorikan undervalued, yang mana sangat baik untuk memutuskan investasi jangka panjang. Nilai rendah PBV ini disebabkan oleh turunnya harga saham,


(41)

sehingga harga saham berada di bawah nilai bukunya atau nilai sebenarnya. Namun, rendahnya nilai PBV ini juga dapat mengindikasikan menurunnya kualitas dan kinerja fundamental emiten yang bersangkutan (fundamentally

wrong). Oleh karena itu, nilai PBV suatu perusahaan harus kita bandingkan juga

dengan PBV perusahaan lain dalam sektor yang sama. Apabila terlalu jauh perbedaannya dengan PBV perusahaan lain maka sebaiknya perlu dianalisis lebih dalam lagi.

PBV ini juga memberikan sinyal kepada investor apakah harga yang dibayar atau diinvestasikan kepada perusahaan tersebut terlalu tinggi atau tidak jika diasumsikan perusahaan bangkrut tiba-tiba. Karena jika perusahaan bangkrut, maka kewajiban utamanya adalah membayar utang terlebih dahulu, baru sisa aset (kalau ada) dibagikan kepada para pemegang saham. Ada kelemahan rasio keuangan ini, di mana nilai ekuitas dipengaruhi langsung oleh saldo laba perusahaan yang diakumulasi dari laba/rugi pada income statement.

Jadi konsep utama PBV adalah kapitalisasi pasar dibagi oleh nilai buku. Nilai buku dapat dengan basis seluruh perusahaan atau per sahamnya saja. Rasio ini jelas membandingkan nilai pasar terhadap nilai perusahaan berdasarkan laporan keuangan. Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai PBV suatu saham mengindikasikan persepsi pasar yang berlebihan terhadap nilai perusahaan, begitu juga sebaliknya jika PBV rendah maka diartikan sebagai sinyal good

investment opportunity dalam jangka panjang. Price to Book Value (PBV) ini


(42)

PBV = ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ��

����� ���� ��� ������ ��ℎ�� (���) 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Siagian (2004) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Nilai Buku dan Laba Per Lembar Saham Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 1995-2002. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen yaitu nilai buku dan laba per lembar saham secara parsial dan simultan berpengaruh positif terhadap harga pasar saham.

2. Arief (2006) dengan judul penelitian Pengaruh Earning Per Share dan

Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go Public Di

Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Earning Per Share dan

Dividend Per Share tidak berpengaruh secara simultan terhadap harga

saham. Namun secara parsial variabel Earning Per Share dan Dividend

Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

3. Nurdhiana (2011) dengan judul penelitian Pengaruh Book Value (BV),

Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007–2010. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa berdasarkan pengujian secara parsial variabel Book


(43)

terhadap harga saham, namun variabel Earning Per Share dan Price

Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan

berdasarkan pengujian secara simultan menyatakan bahwa variabel Book

Value, Price to Book Value, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio

berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

4. Mathilda (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Price Earnings Ratio dan Price to Book Value Terhadap harga Saham Indeks LQ 45 (Periode 2007-2009). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Price Earnings Ratio dan Price To Book Value tidak berpengaruh baik secara secara simultan maupun secara parsial terhadap harga saham.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1 Rozard

Karla Siagian

(2004)

Analisis Pengaruh Nilai Buku dan Laba Per Lembar Saham Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 1995-2002 Nilai Buku, Laba Per Lembar Saham, dan Harga Pasar Saham

Nilai buku dan laba per lembar saham

berpengaruh terhadap harga pasar saham.

2 Muhammad

Izhar Arief (2006)

Pengaruh Earning

Per Share dan Dividend Per Share

terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go Public Di Indonesia

Earning Per Share, Dividend Per Share, dan

Harga Saham

Earning Per Share dan Dividend Per Share tidak

berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Namun secara parsial variabel Earning

Per Share dan Dividend Per Share berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.


(44)

3 Fredy Hermawan Mulia Nurdhiana (2011) Pengaruh Book

Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS),

dan Price Earning

Ratio (PER)

Terhadap Harga Saham Perusahaan

Food and Beverage

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007–2010

Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Harga Saham

Secara parsial variabel

Book Value dan Price to Book Value tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, namun variabel

Earning Per Share dan Price Earning Ratio

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan variabel

Book Value, Price to Book Value, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

4 Mariana

Mathilda (2012)

Pengaruh Price

Earnings Ratio dan Price to Book Value Terhadap

Harga Saham Indeks LQ 45 (Periode 2007-2009) Price Earnings Ratio, Price to Book Value, dan Harga Saham

Price Earnings Ratio dan Price To Book Value

tidak berpengaruh baik secara secara simultan maupun secara parsial terhadap harga saham.

2.3 Kerangka Konseptual

Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:


(45)

Variabel Independen Variabel Dependen

.

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

1. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham

Informasi EPS perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. Semakin besar EPS menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dan memberikan return yang besar kepada para pemegang saham dan investor. Investor akan cenderung menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki nilai EPS yang besar. Hal ini akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut, yakni meningkatnya harga saham.

2. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham

Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang digunakan untuk

menghitung tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan pada suatu saham.

Earning Per Share (X1)

Book Value Per Share (X3)

Harga Saham (Y)

Price To Book Value (X4) Price/Earning Ratio (X2)


(46)

Semakin kecil PER suatu saham maka akan semakin baik sehingga bisa disimpulkan bahwa rasio PER memiliki pengaruh yang berbanding terbalik terhadap harga saham.

3. Pengaruh Book Value Per Share Terhadap Harga Saham

Book value per share (BVS) pada dasarnya mewakili jumlah aset/ekuitas

yang dimiliki perusahaan tersebut. Secara normal, BVS suatu perusahaan akan terus naik seiring dengan naiknya kinerja perusahaan demikian pula sebaliknya, sehingga BVS ini penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar suatu saham serta dalam penentuan wajar atau tidaknya harga saham di pasar. Dengan demikian secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa BVS berpengaruh terhadap harga saham.

4. Pengaruh Price To Book Value Terhadap Harga Saham

Price to Book Value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara

nilai (market value) dengan nilai buku (book value) suatu saham. Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham.

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2011: 42), hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris. Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value


(47)

Per Share, dan Price To Book Value berpengaruh terhadap harga saham pada

perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 baik secara simultan maupun secara parsial.


(48)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan antara variabel bebas dan varibel terikat dalam suatu penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2011: 80) populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang berjumlah 20 perusahaan.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam metode ini pengambilan sampel ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat


(49)

berdasarkan pertimbangan atau berdasarkan kuota tertentu. Adapun kriteria sampel yang diterapkan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Perusahaan Sub-sektor Hotel dan Pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008, 2009, 2010.

2. Perusahaan yang tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan (tahun 2009-2011).

3. Perusahaan Sub-sektor Hotel dan Pariwisata yang tersedia laporan keuangan perusahaan tahunannya secara lengkap selama 3 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2009 - 2011.

4. Perusahaan sampel memiliki semua data yang diperlukan secara lengkap dari variabel yang diteliti.

Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 18 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian dari 20 populasi perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI. Adapun daftar sampel penelitian ini yaitu sebagai berikut:


(50)

Tabel 3.1

Daftar Populasi Perusahaan

No. Nama Perusahaan Kode

Kriteria Penentuan

Sampel

Sampel

1 2 3 4

1 PT Bayu Buana Tbk BAYU     Sampel 1

2 PT Uluwatu Villa Tbk BUVA   X 

3 PT Grahamas Citrawisata Tbk

GMCW     Sampel 2

4 PT Hotel Mandarine Regency Tbk

HOME     Sampel 3

5 PT Island Concepts Indonesia Tbk

ICON     Sampel 4

6 PT Indonesian Paradise Property Tbk

INPP     Sampel 5

7 PT Jakarta Setiabudi International Tbk

JSPT     Sampel 6

8 PT Mas Murni Indonesia Tbk

MAMI     Sampel 7

9 PT Panorama Sentrawisata Tbk

PANR     Sampel 8

10 PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk

PDES     Sampel 9

11 PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk

PGLI     Sampel 10

12 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk

PJAA     Sampel 11

13 PT Plaza Indonesia Realty Tbk

PLIN     Sampel 12

14 PT Pudjiadi and Sons Tbk PNSE     Sampel 13

15 PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk

PSAB     Sampel 14

16 PT Pusako Tarinka Tbk PSKT     Sampel 15

17 PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk

PTSP     Sampel 16

18 PT Pudjiadi Prestige Tbk PUDP     Sampel 17

19 PT Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk

SHID     Sampel 18

20 PT Eatertainment International Tbk


(51)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam bentuk skala numerik. Data yang terdapat dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya (Erlina, 2011: 31). Sumber data sekunder misalnya buku, laporan keuangan perusahaan, jurnal, internet, dan sebagainya. Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan selama periode 2009 sampai dengan 2011. Data penelitian didapatkan dari situs Bursa Efek Indonesia

3.4 Metode Pengumpulan Data

Menurut Erlina (2011: 31) ada beberapa metode pengumpulan data, diantaranya arsip (dokumentasi), wawancara, observasi, dan keusioner. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan baik yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, notulen, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini data diperoleh dan dikumpulkan dari situs Bursa Efek Indonesia dengan mengunduh laporan keuangan tahunan perusahaan untuk periode 2009 sampai dengan 2011.


(52)

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut Erlina (2011: 48) pengoperasian konsep atau bisa juga disebut dengan mendefenisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan independen.

3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak bebas merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel sebab atau variabel bebas/independen (Erlina, 2011: 36). Jadi variabel dependen adalah konsekuensi dari variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham (Y) dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian.

3.5.2 Variabel Independen

Variabel independen sering disebut dengan variabel bebas merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat merupakan variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen, atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya. Variabel


(53)

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (X1),

Price Earning Ratio (X2), Book Value Per Share (X3), dan Price To Book Value

(X4).

1. Earning Per Share

Earning per share adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar

keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang dimiliki selama periode tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:

EPS = ���������ℎ

�����ℎ��ℎ���������

2. Price Earning Ratio

Price earning ratio adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara

harga pasar per lembar saham (market price per share) dengan laba per lembar saham (earning per share). Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:

PER = ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ��

���� ��� ������ ��ℎ�� (���)

3. Book Value Per Share

Book value per share adalah angka per lembar saham yang berasal dari

likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:

BVS = ����� �������


(54)

4. Price To Book Value

Price to book value adalah rasio yang membandingkan antara nilai saham

menurut pasar dengan harga saham menurut harga buku. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:

PBV = ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ��

����� ���� ��������� ��ℎ�� (���)

Setiap variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat didefenisikan seperti tampak pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Defenisi Variabel Cara Pengukuran Variabel Skala

Harga Saham (Y)

Harga dari suatu saham pada pasar

yang sedang berlangsung.

Harga saham masing-masing perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI Rasio Earning Per Share (X1) Rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang dimiliki selama periode tertentu.

���������ℎ

�����ℎ��ℎ���������

Rasio Price Earning Ratio (X2) Rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga pasar per lembar saham

(market price per share) dengan laba

ℎ��������������������ℎ��

���������������ℎ�� /���


(55)

per lembar saham (earning per share.)

Book Value Per Share

(X3)

Angka per lembar saham yang berasal

dari likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca.

������������

�����ℎ��ℎ��������� Rasio

Price To Book Value

(X4)

Rasio yang membandingkan

antara nilai saham menurut pasar dengan harga saham

menurut harga buku

ℎ��������������������ℎ��

��������������������ℎ�� /�

Rasio

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis

statistik. Model yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah model analisis regresi berganda. Analisis regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel rasio keuangan terhadap harga saham, kemudian dilakukan uji statistik t dan uji klasik F untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara parsial maupun secara simultan terhadap variabel dependen. Penggunaan metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak..


(56)

Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.6.2.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2011: 100). Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Erlina (2011) multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas salah satunya adalah dengan melihat nilai VIF, yaitu suatu estimasi berapa besar multikolinearitas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel independen. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multikolinearitas telah menaikkan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan nilai t. Dengan demikian


(57)

semakin tinggi VIF maka semakin berat dampak dari multikolinearitas. Jika nilai VIF lebih besar dari 5, maka terjadi multikolinearitas yang cukup berat diantara variabel independen.

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Erlina (2011) pengujian gejala heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbada disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Suatu model dikatakan terdapat gejala heteroskedastisitas jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik. Sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik maka hal ini menunjukkan bahwa data model empiris yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.

3.6.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Erlina (2011) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi


(58)

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini muncul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi, salah satunya adalah Uji Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Nilai Durbin Watson (DW) terletak antara batas atas dan Upper Bound (DU) dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-DL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DW) dan batas bawah (DL) atau DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Hipotesis diuji dengan analisis linier berganda untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji t dan uji F.


(59)

3.6.3.1 Analisis Regresi Berganda

Menurut Efferin (2008), regresi berganda memungkinkan seorang peneliti untuk memahami sebuah fenomena yang mempengaruhi kondisi dari variabel dependen (Y), karena hampir semua kondisi yang berpengaruh terhadap suatu faktor disebabkan oleh lebih dari satu variabel independen (X).

Model regresi untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan dengan bentuk persamaan sebagai berikut:

Y = α+β1 (X1 ) +β2(X2) + β3(X3 ) +β4(X4) + e

Keterangan :

Y = Harga saham

A = Konstanta

β1 − β4 = Koefisien regresi varibel X1−X4

X1 = Earning Per Share (EPS)

X2 = Price Earning Ratio (PER)

X3 = Book Value Per Share (BVS)

X4 = Price To Book Value (PBV)

e = Error

3.6.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pangaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ikhsan, 2008: 249). Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:


(60)

b. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima.

c. Jika tingkat signifikansi dibawah 0,05% maka H0 ditolak atau Ha diterima.

3.7.2.3 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ikhsan, 2008: 248). Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak.

b. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima.


(61)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimun, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi untuk data yang digunakan dalam penelitian. Tabel 4.1 berikut ini menunjukkan hasil perhitungan analisis statistik deskriptif secara umum dari seluruh data variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

EPS 54 -15.566 259.799 39.33015 61.428655

PER 54 -44.970 549.450 62.31220 109.231434

BVS 54 22.909 1240.423 333.55285 286.145012

PBV 54 .154 23.676 2.90357 4.789407

Harga_Saham 54 50.000 2500.000 469.92593 474.274336

Valid N (listwise) 54

Sumber: data diolah oleh penulis, 2013

Berdasarkan data dari tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa:

a. Variabel Earning Per Share (EPS) memiliki nilai minimun -15,566, nilai maksimum 259,799, rata-rata 39,33015, dan standar deviasi 61,428655.


(62)

Standar deviasi variabel Earning Per Share lebih besar dari rata-rata variabel Earning Per Share. Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki nilai variasi (penyebaran data) yang lebih luas.

b. Variabel Price Erning Ratio (PER) memiliki nilai minimum -44,970, nilai maksimum 549,450, rata-rata 62,31220, dan standar deviasi 109,231434. Standar deviasi variabel Price Erning Ratio lebih besar dari rata-rata variabel Price Erning Ratio. Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki nilai variasi (penyebaran data) yang lebih luas.

c. Variabel Book Value Per Share (BVS) memiliki nilai minimum 22,909, nilai maksimum 1240,423, rata-rata 333,55285, dan standar deviasi 286,145012. Standar deviasi variabel Book Value Per Share lebih besar dari rata-rata variabel Book Value Per Share. Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki nilai variasi (penyebaran data) yang lebih luas.

d. Variabel Price to Book Value (PBV) memiliki nilai minimum 0,154, nilai maksimum 23,676, rata-rata 2,90357, dan standar deviasi 4,789407. Standar deviasi variabel Price to Book Value lebih kecil dari rata-rata variabel Price to Book Value. Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki nilai variasi (penyebaran data) yang lebih sempit.

e. Variabel harga saham memiliki nilai minimum 50,000, nilai maksimum 2500,000, rata-rata 469,92593, dan standar deviasi 474,274336. Standar deviasi variabel harga saham lebih besar dari rata-rata variabel harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki nilai variasi (penyebaran data) yang lebih luas.


(63)

4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik maka perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolonearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

4.2.1 Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), grafik histogram, dan grafik P-P Plot.

Dalam uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal


(64)

Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 54

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 4.09303330E2

Most Extreme Differences Absolute .174

Positive .174

Negative -.130

Kolmogorov-Smirnov Z 1.278

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: data diolah oleh penulis, 2013

Dari hasil pengolahan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,278 dan nilai signifikansi sebesar 0,076. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal karena nilai signifikansi sebesar 0,076 > 0,05.

Data yang terdistribusi secara normal tersebut juga dapat dinilai melalui grafik histogram berikut ini:


(65)

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng ke kiri maupun ke kanan.

Demikan pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik P-P Plot di bawah ini. Pada grafik P-P Plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.


(66)

Gambar 4.2 Grafik P-P Plot 4.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi maka terdapat masalah multikolinearitas sehingga model regresi tidak dapat digunakan. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance


(67)

a. Tolerance value < 0,1 atau VIF > 5 = terjadi multikolinearitas

b. Tolerance value > 0,1 atau VIF <5 = tidak terjadi multikolinearitas

Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian multikolinearitas:

Tabel 4.3

Pengujian Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 223.839 122.421 1.828 .074

EPS .194 1.607 .025 .121 .904 .351 2.849

PER -.629 .584 -.145 -1.078 .286 .841 1.189

BVS .405 .353 .245 1.147 .257 .335 2.990

PBV 49.057 14.134 .495 3.471 .001 .746 1.340

a. Dependent Variable: HARGA_SAHAM

Sumber: data diolah oleh penulis, 2013

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel independen. Hal ini dikarenakan nilai tolerance dari setiap variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 5. Nilai

tolerance dari EPS sebesar 0,351, PER sebesar 0,841, BVS sebesar 0,335, dan

PBV sebesar 0,746. Sementara nilai VIF dari EPS sebesar 2,849, PER sebesar 1,189, BVS sebesar 2,990, dan PBV sebesar 1,340.

Berdasarkan hasil uji korelasi diantara variabel independen dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel tersebut relatif tidak tinggi. Korelasi antara


(68)

variabel dibawah 0,9 hal ini berarti tidak terjadi masalah multikolinearitas. Hasil pengujian korelasi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Korelasi Variabel Independen

Coefficient Correlationsa

Model PBV EPS PER BVS

1 Correlations PBV 1.000 -.399 -.245 .437

EPS -.399 1.000 .183 -.782

PER -.245 .183 1.000 .014

BVS .437 -.782 .014 1.000

Covariances PBV 199.776 -9.066 -2.018 2.182

EPS -9.066 2.581 .172 -.444

PER -2.018 .172 .341 .003

BVS 2.182 -.444 .003 .125

a. Dependent Variable: HARGA_SAHAM

Sumber: data diolah oleh penulis, 2013

4.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:


(1)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 98.92122 1524.06738 469.92593 239.597431 54 Std. Predicted Value -1.548 4.400 .000 1.000 54 Standard Error of

Predicted Value

64.225 297.187 114.919 60.326 54

Adjusted Predicted Value

-167.31403 2177.04053 490.71806 325.567382 54

Residual -834.067322 1828.479614 .000000 409.303330 54

Std. Residual -1.959 4.295 .000 .962 54

Stud. Residual -2.616 4.370 -.021 1.037 54

Deleted Residual -1487.040405 1892.329712 -20.792133 486.524077 54 Stud. Deleted Residual -2.792 5.536 .005 1.168 54

Mahal. Distance .225 24.851 3.926 5.906 54

Cook's Distance .000 1.072 .046 .156 54

Centered Leverage Value

.004 .469 .074 .111 54


(2)

(3)

Npar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 54

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 4.09303330E2 Most Extreme Differences Absolute .174

Positive .174

Negative -.130

Kolmogorov-Smirnov Z 1.278

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

Lampiran 4 : Hasil Pengujian Autokorelasi Breusch Godfrey

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .237a .056 -.045 4.21895253E2

a. Predictors: (Constant), Auto, PBV, PER, BVS, EPS b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 495643.817 5 99128.763 .557 .732a Residual 8365793.409 47 177995.604

Total 8861437.226 52

a. Predictors: (Constant), Auto, PBV, PER, BVS, EPS b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.107 121.699 .009 .993

EPS 1.931 1.978 .289 .976 .334

PER -.033 .581 -.009 -.056 .956


(5)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value -269.8855896 240.9951782 2.4806191 97.62997422 53 Residual -8.70953857E2 1.77172559E3 .00000000 4.01099293E2 53 Std. Predicted Value -2.790 2.443 .000 1.000 53

Std. Residual -2.064 4.199 .000 .951 53


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas, Leverage,Perputaran Aset, dan Price Book Value terhadap Earnings Per Share pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 77 105

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added terhadap Return Saham

4 73 101

Analisis pengaruh rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008)

0 4 96

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia PEriode 2011-2013

0 3 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 7 124

ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), PRICE TO BOOK VALUE (PBV), DAN PRICE EARNING RATIO (PER) Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham Pada Industri Makanan dan Minuman

0 3 17

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Book Value Per Share pada Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014).

1 4 35

Analisis Pengaruh Return On Equity, Earning Per Share, Price To Book Value, Book Value Per Share, Price Earning Ratio dan Kepemilikan Institusional terhadap Harga Saham Perusahaan

0 0 14