Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan Sektor Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2012
SKRIPSI
PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN PRICE
EARNING RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
SEKTOR OTOMOTIF DAN TRANSPORTASI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
TAHUN 2010 - 2012
OLEH :
ADE AIDIL SURBAKTI
090503297
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan Sektor Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2012” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara j0elas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 6 Desember 2014
Yang Membuat Pernyataan
NIM. 090503297 Ade Aidil Surbakti
(3)
ABSTRAK
PENGARUH EPS DAN PER TERHADAP NILAI PERUSAHAAN SEKTOR OTOMOTIF DAN TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2010 - 2012
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh earning per share
(EPS) dan price earning ratio (PER) terhadap nilai perusahaan sektor otomotif
dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012. Jenis penelitian adalah asosiatif kausal. Populasi penenlitan berjumlah 30
perusahaan. Pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling, dengan
demikian sampel diperoleh sebanyak 26 perusahaan, dengan observasi sejumlah 78 data dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, terdapat pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan EPS sebesar Rp. 1 nyata meningkatkan PBV sebesar Rp. 0,003 dan secara parsial, variabel PER berpengaruh nyata terhadap PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan PER sebesar 0,009 nyata meningkatkan PBV sebesar Rp. 0,009. Secara serempak variabel EPS dan PER berpengaruh nyata terhadap PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di BEI. Sebesar 81,40 % dari perubahan PBV dapat dijelaskan oleh perubahan EPS dan PER. Sedangkan sisanya (18,60 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.
(4)
ABSTRACT
EFFECT ON VALUE PER EPS AND AUTOMOTIVE AND TRANSPORTATION SECTOR COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX) YEAR
2010-2012
The purpose of the study was to determine the effect of earnings per share (EPS) and price earnings ratio (PER) of the value of the automotive and transportation sector companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in 2010-2012. This type of research is a causal associative. Penenlitan population numbered 30 companies. Sampling was based on purposive sampling, the samples thus obtained were 26 companies, with a number of 78 observations the data were analyzed using multiple linear regression.
The results showed that partially, there is a noticeable effect on the EPS variables PBV automotive and transportation companies listed in Indonesia Stock Exchange. Any increase EPS Rp. 1 significantly increased PBV Rp. 0.003 and partial, variable PER significantly affect PBV automotive and transportation companies listed in Indonesia Stock Exchange. Every increase of 0.009 PER significantly increased PBV Rp. 0,009. Simultaneously variable EPS and PER significantly affect PBV automotive and transportation companies listed on the Stock Exchange. Amounted to 81.40% of PBV changes can be explained by changes in EPS and PER. While the rest (18.60%) is explained by other variables not included as a variable in the study.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
penulis tepat pada waktunya dengan judul “Pengaruh Earning Per Share (EPS)
dan Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan Sektor Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 -
2012”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
Sebagai manusia yang masih jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan segala hormat dimohon kepada pembaca agar sudi kiranya memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril dan materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepa6da:
1. Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, MEc., Ak, CA selaku pelaksana tugas Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM., Ak selaku Wakil Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi., Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
(6)
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak.CA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingannya dengan penuh kesabaran, memberikan waktu, perhatian, saran serta arahan selama penulisan skripsi ini.
5. Secara khusus kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi Ayahanda Etika Surbakti dan Ibunda Yunita Tarigan, terimakasih atas doa dan perhatiannya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Kepada teman-teman, terima kasih atas dukungan dan bantuan selama
pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak.
Medan, Desember 2014
NIM. 090503297 Ade Aidil Surbaki
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Pasar Modal dan Saham 2.1.1. Pengertian Pasar Modal dan Saham ... 6
2.1.2. Jenis Saham ... 7
2.1.3. Investasi ... 8
2.1.4. Earning Per Share (EPS) ... 12
2.1.5. Price Earning Per Share (PER) ... 13
2.2. Nilai Perusahaan ... 15
2.3. Penelitian Terdahulu ... 19
2.4. Kerangka Konseptual... 22
2.5. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1. Jenis Penelitian ... 25
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
3.3. Batasan Operasional ... 25
3.4. Definisi Operasional ... 26
3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 27
3.6. Populasi dan Sampel ... 27
3.7. Jenis Data ... 29
3.8. Metode Pengumpulan Data ... 30
(8)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 33
4.1. Hasil Penelitian ... 33
4.1.1. Earning Per Share (EPS) ... 33
4.1.2. Price Earning Ratio (PER) ... 34
4.1.3. Price Book Value ... 36
4.1.4. Uji Asumsi Klasik ... 38
4.1.5. Uji Hipotesis ... 41
4.2.Pembahasan ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
5.1. Kesimpulan ... 46
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 46
5.3. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
(9)
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26
Tabel 3.2. Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan ... 28
Tabel 4.1. Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham) ... 33
Tabel 4.2. Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham) ... 35
Tabel 4.3. Price Book Value (PBV) Pada Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham) ... 37
Tabel 4.4. Hasil Uji t ... 41
Tabel 4.5. Anova ... 43
(10)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1. Harga Saham Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham)
Lampiran 2. Nilai Buku Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham)
(12)
ABSTRAK
PENGARUH EPS DAN PER TERHADAP NILAI PERUSAHAAN SEKTOR OTOMOTIF DAN TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2010 - 2012
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh earning per share
(EPS) dan price earning ratio (PER) terhadap nilai perusahaan sektor otomotif
dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012. Jenis penelitian adalah asosiatif kausal. Populasi penenlitan berjumlah 30
perusahaan. Pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling, dengan
demikian sampel diperoleh sebanyak 26 perusahaan, dengan observasi sejumlah 78 data dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, terdapat pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan EPS sebesar Rp. 1 nyata meningkatkan PBV sebesar Rp. 0,003 dan secara parsial, variabel PER berpengaruh nyata terhadap PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan PER sebesar 0,009 nyata meningkatkan PBV sebesar Rp. 0,009. Secara serempak variabel EPS dan PER berpengaruh nyata terhadap PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di BEI. Sebesar 81,40 % dari perubahan PBV dapat dijelaskan oleh perubahan EPS dan PER. Sedangkan sisanya (18,60 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.
(13)
ABSTRACT
EFFECT ON VALUE PER EPS AND AUTOMOTIVE AND TRANSPORTATION SECTOR COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX) YEAR
2010-2012
The purpose of the study was to determine the effect of earnings per share (EPS) and price earnings ratio (PER) of the value of the automotive and transportation sector companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in 2010-2012. This type of research is a causal associative. Penenlitan population numbered 30 companies. Sampling was based on purposive sampling, the samples thus obtained were 26 companies, with a number of 78 observations the data were analyzed using multiple linear regression.
The results showed that partially, there is a noticeable effect on the EPS variables PBV automotive and transportation companies listed in Indonesia Stock Exchange. Any increase EPS Rp. 1 significantly increased PBV Rp. 0.003 and partial, variable PER significantly affect PBV automotive and transportation companies listed in Indonesia Stock Exchange. Every increase of 0.009 PER significantly increased PBV Rp. 0,009. Simultaneously variable EPS and PER significantly affect PBV automotive and transportation companies listed on the Stock Exchange. Amounted to 81.40% of PBV changes can be explained by changes in EPS and PER. While the rest (18.60%) is explained by other variables not included as a variable in the study.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia dilihat dari sisi kehidupan masyarakatnya menunjukkan bahwa investasi pasar modal Indonesia telah menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi kepercayaan pemodal asing terhadap pasar modal Indonesia semakin meningkat yang dapat dicermati dari semakin meningkatnya partisipasi mereka dalam aktifitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut retur, baik secara langsung maupun tidak langsung. Investor perlu melakukan analisis kondisi keuangan perusahaan karena selain berguna untuk pengambilan keputusan investasi saham, juga berguna untuk mengetahui hasil pengembalian saham (return saham). Return saham adalah penghasilan yang diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang di investasikan dalam bentuk saham. Tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase penghasilan total selama periode investasi dibandingkan harga beli investasi tersebut (Prayitno, 2007). Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin tinggi risiko maka return akan semakin tinggi juga sebaliknya semakin rendah tingkat risiko maka return yang diharapkan akan semakin kecil (Jogiyanto, 2000). Seorang investor dalam berinvestasi pada pasar modal jika dihadapkan pada berbagai saham yang dipilihnya, investor harus memilih saham
(15)
risiko adalah dengan melakukan diversifikasi investasi dengan mengumpulkan berbagai aset yang dikenal dengan konsep portofolio. Secara teknis masalah dalam portofolio adalah bagaimana memilih saham dan menentukan saham-saham terpilih agar terbentuk portofolio yang optimal.
Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah
price to book value (PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan
hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham (Jones, dalam wirawati 2000:274). Penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg. et.al (1985) menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan
menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi dari pada saham-saham
yang memiliki rasio PBV yang tinggi. Nilai perusahaan dalam indikator Price to Book Value selalu menjadi titik fokus seorang pemilik yang didasarkan pada pertimbangan terhadap maksimalisasi kekayaan para pemegang saham (shareholder wealth). Profitabilitas dan risiko dipengaruhi oleh keputusan yang
menyangkut besarnya perusahaan dan tingkat pertumbuhannya. Fidriyah (2004) menyatakan beberapa alasan investor sering memakai rasio PBV dalam menganalisa investasi, antara lain karena nilai buku mempunyai nilai relatif stabil dan dapat dibandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya pada penilaian dengan metode nilai sekarang dapat menggunakan PBV sebagai perbandingan. Alasan lain adalah karena apabila terdapat kesamaan standar akuntansi diantara perusahaan yang akan dianalisa, maka rasio PBV antara perusahaan yang satu dapat dibandingkan dengan perusahaan yang lain yang
(16)
Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental, sehingga bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ). Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan antara lain Earning Per Share (EPS atau laba per lembar saham) dan Price Earning Ratio (PER). Kedua rasio ini digunakan bagi investor yang membutuhkan informasi jangka pendek (Suad, 2003).
EPS digunakan sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah perusahaan. EPS adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagi dengan jumlah rata-rata saham yang beredar.
PER berguna bagi investor untuk menunjukkan kinerja perusahaan dimasa lalu dan prospeknya dimasa yang akan datang. Semakin tinggi PER saham suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi harga per lembar saham tersebut dibandingkan laba per lembar sahamnya. Hal ini menunjukkan semakin tinggi minat para investor untuk membeli saham tersebut. PER juga merupakan pencerminan dari keberanian para investor untuk membayar setiap rupiah harga saham untuk setiap rupiah laba yang dihasilkan oleh saham tersebut. Semakin tinggi har per lembar saham, maka akan semakin tinggi return saham
(17)
Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul:
”Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio terhadap Nilai
Perusahaan Sektor Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2012”.
1.2. Perumusan Masalah
Menurut Nazir (2003:111) bahwa masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan pemasalahan penelitian:
1. Apakah terdapat pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap nilai perusahaan
sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 - 2012 ?
2. Apakah terdapat pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap nilai
perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 - 2012 ?
3. Apakah terdapat pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio
(PER) terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 - 2012 ?
(18)
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh earning per share (EPS) terhadap nilai
perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.
2. Untuk mengetahui price earning ratio (PER) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.
3. Untuk mengetahui pengaruh earning per share (EPS) dan price earning ratio
(PER) terhadap return saham pada perusahaan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan penganalisaan tentang pasar modal, khususnya mengenai nilai perusahaan. 2. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. 3. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
penelitian-penelitian selanjutnya disamping sebagai sarana untuk menambah wawasan.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal dan Saham
2.1.1. Pengertian Pasar Modal dan Saham
Pasar modal merupakan penghubung antara investor (pihak yang memiliki dana) dengan perusahaan (pihak yang memerlukan dana jangka panjang) ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang, seperti surat berharga yang meliputi surat pengakuan utang, surat berharga
komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti hutang, waran
(warrant), dan right issue. Pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikan perusahaan kepada masyarakat.
Menurut Sunariyah (2000), pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya.
Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah deviden (bagian dari
(20)
yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual saham), dan manfaat nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) saham merupakan suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham. Banyak perusahaan saat ini yang lebih memilih membayar akuisisi dengan saham dari pada uang tunai. Tetapi baik bagi perusahaan yang diakuisisi maupun yang mengakuisisi perlu mengetahui seberapa besar pengaruh dari pemilihan ini terhadap nilai yang akan diperoleh oleh pemegang saham.
2.1.2. Jenis Saham
Jenis saham dapat dibedakan menjadi saham biasa, saham preferen, dan
saham treasury.
1. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior.
Saham ini tidak memperoleh hak istimewa dan saham biasa ini merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.
2. Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa.
Hak prioritas dari saham ini adalah hak atas deviden yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Namun saham preferen juga mempunyai persamaan dengan saham biasa yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan
(21)
diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar dividen.
3. Saham treasury merupakan saham milik perusahaan yang sudah dikeluarkan
dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan yang nantinya dapat dijual kembali.
2.1.3. Investasi
Berdasarkan teori datang. Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang, walaupun suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suat dana tersebut dari pada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
Investasi dapat berupa bentuk aset riil (real assets), yaitu investasi dalam bentuk aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia dan sebagainya. Dan juga dapat berupa bentuk surat berharga/sekuritas (marketable securities financial assets), yaitu investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya
(22)
merupakan klaim atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu.
Menurut Hamid dalam Ansor (2009) bahwa investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti investor akan mendapatkan jumlah keuntungan dari hasil penanaman modal. Definisi investasi lain yang menyebutkan bahwa investasi merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari suatu asset selama periode waktu tertentu dengan harapan akan memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi (Jones dalam Ansor, 2009). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan investasi adalah memanfaatkan aset yang dimiliki seseorang untuk hal yang lebih bernilai, yang bertujuan untuk menambah atau meningkatkan kesejahteraan pemilik modal atau aset.
Investasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: real asset dan financial asset. Real asset adalah investasi yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya, seperti: tanah, bangunan, logam mulia, dan klaim perusahaan dari pihak pemilik aset. Klaim tersebut biasanya dinyatakan ke dalam bentuk sertifikat atau surat berharga yang menunjukkan kepemilikan aset keuangan. Dalam penelitian ini yang menjadi bahan analisis adalah penelitian yang bersifat non real atau financial asset. Dimana yang menjadi tujuan dari investasi ini adalah keuntungan yang didapat dari adanya perubahan harga saham yang menciptakan return (kembalian)
(23)
yang berupa capital gain atau capital loss. Jogiyanto (2003), capital gain atau capital loss adalah keuntungan atau kerugian yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital gain akan positif bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya, sedangkan terjadinya capital loss terjadi apabila harga jual saham lebih rendah dari harga beli dari saham sehingga terjadi kerugian.
Jenis investasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung.
1. Investasi langsung (direct investing) diartikan sebagai suatu kepemilikan
surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi/perusahaan tertentu
yang secara resmi telah di go public dengan tujuan mendapatkan tingkat
keuntungan berupa deviden dan capital gain.
2. Investasi tidak langsung (indirect investing), terjadi apabila suatu surat
berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi sebagai perantara. Kepemilikan aset secara tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar, yang bertindak sebagai perantara. Dalam perannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara mendapatkan deviden seperti halnya dalam investasi langsung serta capital gain atau hasil perdagangan portofolio yang dilakukannya.
(24)
Terdapat beberapa tujuan investasi yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk hemat pajak.
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.
Dalam melakukan kegiatan penanaman modal atau dalam melakukan investasi investor harus mempunyai satu tujuan, yaitu untuk memperoleh keuntungan yang akan meningkatkan pendapatan yang bertujuan untuk tekanan inflasi.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan kegiatan investasi dalam
perusahaan tentunya seseorang dapat menghindarkan kekayaan yang dimilikinya tidak merosot nilainya.
3. Dorongan untuk hemat pajak. Banyak negara di dunia seperti Indonesia, pihak
pemerintahnya melakukan kebijaksanaan yang disebut tax holiday dimana
tujuannya untuk menarik investor melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.
Dari beberapa tujuan investasi di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari
investasi secara garis besar yaitu, untuk mengharapkan pendapatan (return) yang
lebih besar di masa yang akan datang tentunya dengan tingkat risiko yang melekat pada investasi yang dilakukan tersebut. Manfaat dari investasi saham yang dapat diperoleh investor melalui kepemilikan saham adalah memperoleh deviden dan
(25)
1. Deviden adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham, sejumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
2. Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan harga beli atau disebut
juga dengan selisih kenaikan kurs. Capital gain terjadi bila pemilik saham
atau investor menjual sahamnya dengan kurs yang lebih dibandingkan dengan kurs pada waktu pembelian.
2.1.4. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa
dibagikan kepada pemegang saham. Tetapi dalam praktiknya, tidak semua keutungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan. EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 2003). Rasio keuangan ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai yaitu EPS atau laba per lembar saham. Menurut Hanafi dan Halim (2004), EPS biasa digunakan untuk beberapa macam analisis. Pertama, EPS digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga. EPS mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER). PER merupakan perbandingan
antara harga pasar suatu saham (market price) dengan EPS dari saham yang
(26)
EPS dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga EPS tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan antara return saham dan EPS. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel EPS memberikan hubungan yang nyata dengan return saham, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.
Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan EPS dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan EPS akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan EPS dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan EPS, yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang.
2.1.5. Price Earning Ratio (PER)
Menurut Jogiyanto (2000), PER merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan
(27)
investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga saham tersebut merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan.
Saham yang memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut memiliki harga yang semakin murah. PER merupakan salah satu segi untuk memandang kinerja harga saham. Dwi dan Rifka (2002) menyatakan bahwa oleh para investor angka ratio PER digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power) di masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah pula.PER menjadi tidak mempunyai makna apabila perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah (abnormal) atau menderita kerugian. Pada keadaan ini, PER perusahaan akan begitu tinggi (abnormal) atau bahkan negatif.
Menurut Smith et.al. (1995), price earning ratio dihitung dengan membagi harga pasar dari suatu saham dengan earnings per share tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung price earnings ratio adalah:
Market Price Per Equity Share Price Earning Ratio =
(28)
2.2. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah merupakan suatu tingkatan prestasi perusahaan itu sendiri atas pendapatan laba perusahan sehingga dapat mengembangkan perusahaan nya ke level yang lebih tinggi lagi atau berkembang sehingga menjadi acuan suatu nilai perusahaan tersebut baik dari segi struktur modal seperti saham<rasio hutang maupun pendapatan lainya yang bersumber dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan itu.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Caringsih (2008) membuktikan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang maksimum di atas nilai buku.
Myers (1997) mengemukakan konsep nilai perusahaan sebagai kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang. Alfredo (2011) menjelaskan bahwa nilai perusahaan (enterprise value/firm value) merupakan konsep penting bagi investor,karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai perusahaan secara keseluruhan. Kusumadilaga (2010) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Menurut Myers (1997) beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan sebagai berikut:
1. Nilai buku 2. Nilai appraisal
(29)
3. Nilai pasar saham 4. Nilai “Chop-Shop” 5. Nilai arus kas
1) Nilai Buku
Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai
shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan
cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar.
Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio saham (paidup capital in
excess of par value) dan laba ditahan.
2) Nilai Appraisal
Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan sendirinya karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan dalam menghasilkan earnings dan kemudian nilai
going concern dari suatu perusahaan. Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu
perusahaan akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan dari nilai appraisal akan menghasilkan beberapa keuntungan. Nilai perusahaan yang
(30)
berdasarkan appraiser independent juga akan menghasilkan pengurangan
good-will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal. Good-will
dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya.
3) Nilai Pasar Saham
Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini dapat berubah secara cepat. Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan keputusan pribadi.
4) Nilai “Chop-Shop”
Pendekatan “Chop-Shop” untuk valuasi pertama kali diperkenalkan oleh
Dean Lebaron dan Lawrence Speidell of Batterymarch Financial Management.
Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi perusahaan multi industri yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan ini mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva di bawah harga penempatan mereka.
5) Nilai Arus Kas
Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang menawarkan
(31)
sebagai hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang
berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market
value) dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan
emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.
Menurut Brigham dan Houston (2001) terdapat beberapa pendekatan
analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning
ratio (PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR), deviden
yield ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai perusahaan
diukur dengan PBV.
Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value
(PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih
besar pula (Sartono, 2008), secara sederhana menyatakan bahwa price to book
value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut (Robert, 1997):
(32)
Ps PBV = BVS
Ps merupakan harga pasar saham dan BVS merupakan nilai buku per
lembar saham (book value per share). BVS digunakan untuk mengukur nilai
shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan
cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. PBV
mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut:
1) Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan
2) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation
3) Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi menggunakan price book value ratio (PBV).
2.3. Penelitian Terdahulu
Permana (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
perbankan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur menggunakan Earnings
(33)
terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk perioda 2004 sampai dengan 2008. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan
Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), Price
Earnings Ratio (PER) sebagai variabel independen. Hasil penelitian yang
menggunakan metoda regresi berganda sebagai alat analisis data ini menyatakan
bahwa Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV),
dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif secara simultan terhadap
nilai perusahaan. Secara parsial, Return on Asset (ROA) dan Price Earnings
Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Dalam penelitiannya, Hadianto (2008) menguji pengaruh EPS dan PER secara parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan dalam sektor perdagangan besar dan ritel. Sampel diambil dengan menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria emiten yang bergerak dalam sektor perdagangan besar dan ritel yang secara konsisten menjadi saham pembentuk indeks LQ 45 di BEI tahun 2000-2005 yang terdiri atas PT Ramayana Santosa Lestari, Tbk. dan PT Matahari Putra Prima, Tbk. Peneliti menggunakan model regresi panel data sebagai metoda analisis data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa EPS dan PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, EPS dan PER juga berpengaruh terhadap harga saham.
Lestari, dkk. (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini
(34)
Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total
Asset Turnover, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Operating
Margin, Return on Investment, Return on Equity, Price Earnings Ratio, dan Price
to Book Value. Faktor teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan
indeks harga saham individu. Peneliti menggunakan 16 perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 dalam penelitiannya. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa faktor
fundamental yang terdiri atas Quick Ratio, Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover,
Operating Profit Margin, Return on Investment, dan Price Earnings Ratio, serta
faktor teknikal yang terdiri volume perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial,
Leverage Ratio, Operating Profit Margin, Price Earnings Ratio, volume
perdagangan dan indeks harga saham individu berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Trisnawati (2009) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh
Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings,
Operating Leverage, dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham
serta untuk mengetahui ukuran kinerja yang berpengaruh paling signifikan terhadap return saham. Sampel penelitian diambil berdasarkan metoda purposive sampling yang terdiri atas 23 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Penelitian ini menggunakan metoda regresi berganda untuk menganalisis data. Hasil empiris menunjukkan
(35)
bahwa semua variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
Pnelitian Kenedy JSP (2003) meneliti vriabel independen adalah EVA,
ROE, Earnings, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan DER
variabel dependen return saham, dimana diperoleh hanya variabel Asset
Turnover, EVA, ROE, Rasio Leverage, DER, Profit Margin, dan Earnings
memberikan hubungan yang nyata dengan return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan
dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu membedakan nilai variabel pada berbagai populasi yang berbeda. Kerangka konseptual penelitian ini seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Earning Per Share (EPS)
(X1)
Nilai Perusahaan (Y)
Price Earning Ratio (PER) (X2)
(36)
2.4.1. Pengaruh EPS terhadap PBV
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa
besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham. EPS dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga EPS tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Permana (2010) bahwa EPS berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel EPS memberikan hubungan yang nyata dengan nilai perusahaan, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.
2.4.2. Pengaruh PER terhadap PBV
Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran untuk menentukan
bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Dalam penelitiannya, Hadianto (2008) menguji pengaruh PER terhadap nilai perusahaan dalam sektor perdagangan besar dan ritel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
(37)
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian,oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan
maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Secara parsial, ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS)
terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.
H2: Secara parsial, ada pengaruh positif Price Earning Ratio (PER)
terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 - 2012
H3: Secara simultan, ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) dan
Price Earning Ratio (PER) terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 - 2012
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kasual, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel Earning Per Share,
Price Earning Ratio (X) berpengaruh terhadap variabel dependen nilai perusahaan
(Y).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia, dengan alamat situs
Waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2014.
3.3. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini hanya
membatasi pembahasan pada menguji apakah Earning Per Share berpengaruh
(39)
perusahaan. Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012.
3.4. Definisi Operasional
Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian, diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Pengukuran
Earning Per Shaer Ratio
(X1)
EPS adalah tingkat keuntungan yang diperoleh untuk setiap
lembar saham. EPS Merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan
NIAT
EPS =
Jumlah saham yang beredar
Rasio
Price Earning Per Share Ratio
(X2)
PER adalah tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang
dimiliki perusahaan.
Price Per Equity Share PER =
Earning Per Share
Rasio
PBV (Y) PBV menggambarkan
tingkat perkembangan perusahaan yang di jelaskan melalui nilai buku per lembar saham yang dimana rasio ini digunakan untuk menilai suatu ekuitas berdasarkan nilai bukunya. PS PBV = BVS Rasio
(40)
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala rasio sebagai alat mengukur nilai nominal yang terdapat dalam laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Dengan menggunakan skala rasio, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun nilai nominal yang terdapat dalam laporan keuangan.
3.6. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 - 2012, yang berjumlah 30 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). ”Purposive sampling adalah teknik
mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan
tertentu (disengaja)”. Purposive sampling di sini menggunakan judgement
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan beberapa kriteria tertentu.
Beberapa kriteria yang ditentukan adalah:
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 – 2012.
2. Perusahaan tidak pernah mengalami kerugian pada tahun 2010 – 2012.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2010 - 2012.
Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel ditentukan seperti tertera pada Tabel 3.2.
(41)
Tabel 3.2
Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan
Kriteria Nomor
No. Kode Nama Perusahaan 1 2 3 Sampel
1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk √ √ √ 1
2 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk √ - -
3 CMPP Centris Multi Persada Pratama Tbk √ √ √ 2
4 GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk √ √ √ 3
5 HITS Humpuss Internoda Transportasi Tbk √ √ √ 4
6 IATA Indonesia Air Transport √ √ √ 5
7 MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk √ - -
8 MIRA Mitra International Resources Tbk √ √ √ 6
9 PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk √ √ √ 7
10 RIGS Rig Tenders Tbk √ √ √ 8
11 SAFE Steady Safe Tbk √ √ √ 9
12 SMDR Samudera Indonesia Tbk √ √ √ 10
13 TRAM Trada Maritime Tbk √ √ √ 11
14 WEHA Panorama Transportasi Tbk √ - -
15 WINS Wintermar Offshore Marnine Tbk √ √ √ 12
16 ZBRA Zebra Nusantara Tbk √ √ √ 13
17 ADMG Polychem Indonesia Tbk √ √ -
18 ASII Astra International Tbk √ √ √ 14
19 AUTO Astra Otoparts Tbk √ √ √ 15
20 BRAM Indo Kordsa Tbk √ √ √ 16
21 GDYR Goodyear Indonesia Tbk √ √ √ 17
22 GJTL Gajah Tunggal Tbk √ √ √ 18
23 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk √ √ √ 19
24 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk √ √ √ 20
25 INDS Indospring Tbk √ √ √ 21
26 INTA Intraco Penta Tbk √ √ √ 22
27 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ √ 23
28 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk √ √ √ 24
29 NIPS Nipress Tbk √ √ √ 25
(42)
3.7. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dari perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 - 2012.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010 - 2012.
3.9. Teknik Analisis Data 3.9.1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan simetris tidaknya distribusi data. Uji normalitas akan dideteksi melalui analisa grafis. Dasar pengambilan keputusan yaitu: jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, jJika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model tersbut tidak memenuhi asumsi normalitas.
(43)
b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005) bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah group mempunyai varians yang sama diantara group tersebut yang disebut homokedastisitas atau tidak mempunyai varians yang sama yang disebut heteroskedastisitas. Cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk meihat ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Scatterplot. Model regresi yang baik adalah homokedasitas atau dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika titik-titik menyebar secara merata maka tidak terjadi heterokedastisitas, jika titik-titik menumpuk pada suatu tempat maka telah terjadi heterokedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005) bahwa uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresiditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
a. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak
(44)
adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
c. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya
(2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
3.9.2. Uji Hipotesis a. Persamaan Regresi
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh earning per
share, price earning ratio terhadap nilai perusahaan adalah metode regresi linier
berganda dengan persamaan umum:
Y = bo + b1X1 + b2X2 + e Dimana: Y = Nilai Perusahaan
bo = Intersep
X1 = earning per share X2 = price earning ratio b1, b2, = Koefisien regresi
e = error
b. Uji t
(45)
(1) Jika t-hitung > t-tabel Ho ditolak, H1diterima, artinya variabel X berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
(2) Jika t-hitung ≤ t -tabel Ho diterima, H1ditolak, artinya variabel X tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
c. Uji F
Uji F digunakan untuk untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0: ßi = 0, i = 1, 2, 3 H1: tidak semua ßi = 0 Kriteria pengujian:
(1) Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak. (2) Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R² pada intinya mengukur kadar pengaruh (dominasi) variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Nilai koefisien
determinasi berkisar antara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1. Nilai koefisien determinasi
yang kecil, berarti kemampuan variabel bebas dalam `menjelaskan variasi variabel tidak bebas terbatas. Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1, berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi pada variabel tidak bebas.
(46)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Earning Per Share (EPS)
Earning per share (EPS) atau disebut juga laba per lembar saham adalah
tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada setiap tahun buku. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham atau laba setelah pajak dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Data laba per lembar saham perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Earning Per Share (EPS)
Pada Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham) No. Kode
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun
2012 Rataan
1 APOL (545.68) (699.77) 18.80 (408.88)
2 BLTA (450.83) (120.01) 139.51 (143.78)
3 CMPP 4.22 2.99 0.18 2.46
4 GIAA 38.80 37.90 37.93 38.21
5 HITS (142.08) (44.66) (14.41) (67.05)
6 IATA (13.19) (0.10) (6.13) (6.47)
7 MBSS 141.00 140.60 157.10 146.23
8 MIRA 889.00 (469.00) 1.53 140.51
9 PDES 6.16 11.11 11.37 9.55
10 RIGS 2.50 (65.42) 125.26 20.78
(47)
13 TRAM 12.11 14.87 4.02 10.33
14 WEHA 9.05 10.44 0.67 6.72
15 WINS 29.87 47.45 48.88 42.07
16 ZBRA (14.37) (14.24) (8.02) (12.21)
17 ADMG 9.66 75.67 13.71 33.01
18 ASII 3.55 5.27 554.79 187.87
19 AUTO 1.48 286.75 279.17 189.13
20 BRAM 160.23 122.13 391.25 224.54
21 GDYR 1.62 907.64 1.34 303.53
22 GJTL 238.36 271.48 195.23 235.02
23 HEXA 322.25 520.76 165.80 336.27
24 IMAS 5.93 3.48 2.68 4.03
25 INDS 1.90 535.18 1.62 179.56
26 INTA 192.32 55.65 14.69 87.55
27 LPIN 564.59 532.68 652.73 583.33
28 MASA 28.76 23.32 1.28 17.79
29 NIPS 633.13 891.55 790.68 771.79
30 PRAS 2.45 7.71 4.70 4.95
Sumber: http://www.jsx.co.id da
Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata perolehan laba per lembar saham perusahaan otomotif dan transportasi berkisar -Rp. 408,88 per lembar sampai Rp. 771,79 per lembar saham. Tidak semua saham memperoleh laba karena terdapat perusahaan yang justru merugi selama tahun 2010 – 2012.
(48)
4.1.2. Price Earning Ratio (PER)
Ratio PER digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (earnings power) di masa datang. Perusahaan dengan peluang
tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah pula. Data PER perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Price Earning Ratio (PER)
Pada Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham)
No. Kode
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun
2012 Rataan
1 APOL (0.22) (0.17) 1.99 0.53
2 BLTA (0.28) 1.02 1.05 0.60
3 CMPP 41.45 274.21 6.28 107.31
4 GIAA 12.42 12.52 19.22 14.72
5 HITS (2.82) (6.61) (22.92) (10.78)
6 IATA (3.79) (3.12) (9.36) (5.42)
7 MBSS 6.19 4.73 5.16 5.36
8 MIRA (0.50) 0.18 59.48 19.72
9 PDES 30.38 8.55 10.55 16.49
10 RIGS 292.18 (7.57) 2.72 95.78
(49)
12 SMDR 9.97 4.68 8.28 7.64
13 TRAM 51.19 66.57 214.32 110.69
14 WEHA 14.10 16.29 299.09 109.83
15 WINS 10.71 6.96 7.49 8.39
16 ZBRA (3.48) (3.51) (10.76) (5.92)
17 ADMG 22.25 7.67 19.96 16.63
18 ASII 15.37 14.08 13.58 14.34
19 AUTO 9.43 11.86 13.12 11.47
20 BRAM 8.05 17.60 5.75 10.47
21 GDYR 7.70 10.52 6.90 8.37
22 GJTL 9.65 11.05 13.16 11.29
23 HEXA 16.64 12.89 9.27 12.93
24 IMAS 16.88 16.60 20.55 18.01
25 INDS 5.54 6.54 2.44 4.84
26 INTA 12.74 10.60 22.97 15.44
27 LPIN 4.70 4.13 8.79 5.87
28 MASA 11.47 21.44 263.65 98.85
29 NIPS 6.28 4.49 3.89 4.89
30 PRAS 178.54 17.13 40.66 78.78
Sumber: http://www.jsx.co.id da
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata PER perusahaan otomotif dan transportasi berkisar -Rp. 10,78 per lembar sampai Rp. 110,69 per lembar saham. Dengan demikian pasar mempunyai penilaian yang optimis terhadap saham
(50)
perusahaan, sehingga harga saham lebih besar dibanding laba yang dibagikan per saham.
4.1.3. Price Book Value
Rasio Price Book Value (PBV) merupakan rasio untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada perusahaan yang terdaftar di bursa saham. Rasio PBV dari perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas. Data PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Price Book Value (PBV)
Pada Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham)
No. Kode
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun
2012 Rataan
1 APOL (1.72) (2.07) 0.02 (1.26)
2 BLTA (1.10) (0.26) 0.50 (0.29)
3 CMPP 0.47 2.74 0.93 1.38
4 GIAA 0.68 0.69 0.80 0.72
5 HITS 0.62 0.95 1.13 0.90
6 IATA 0.21 0.31 1.58 0.70
7 MBSS 0.76 0.75 0.80 0.77
(51)
9 PDES 0.66 0.30 0.40 0.45
10 RIGS 2.65 (0.07) 0.48 1.02
11 SAFE (0.08) (0.24) (0.22) (0.18)
12 SMDR 1.41 2.41 1.20 1.67
13 TRAM 2.00 2.71 4.15 2.95
14 WEHA 0.54 0.47 2.75 1.25
15 WINS 0.54 0.50 0.59 0.54
16 ZBRA 0.32 0.52 1.79 0.88
17 ADMG 0.43 0.58 0.38 0.46
18 ASII 1.63 1.45 2.94 2.01
19 AUTO 1.01 1.85 1.83 1.56
20 BRAM 0.86 0.77 1.47 1.03
21 GDYR 0.48 3.02 0.40 1.30
22 GJTL 1.53 1.66 1.21 1.47
23 HEXA 2.97 3.31 1.79 2.69
24 IMAS 2.13 1.31 1.07 1.50
25 INDS 0.63 2.02 0.42 1.02
26 INTA 1.52 1.04 0.86 1.14
27 LPIN 1.88 1.71 2.37 1.99
28 MASA 0.59 0.82 2.59 1.33
29 NIPS 2.07 2.78 2.47 2.44
30 PRAS 1.60 0.35 0.55 0.83
(52)
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata PBV perusahaan otomotif dan transportasi berkisar -Rp. 1,26 per lembar sampai Rp. 2,95 per lembar saham. Sebagian besar perusahaan mempunyai nilai pasar yang lebih tinggi dibanding nilai buku saham, sehingga rata-rata PBV lebih besar dari satu.
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model regresi dalam memprediksi variabel terikat.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas dan variabel terikat, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan:
• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
(53)
Dari grafik Normal P-P Plot terlihat titik menyebar disekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti data yang digunakan sudah memenuhi asumsi normalitas, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi PBV berdasarkan masukan variabel bebasnya.
2. Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dapat
(54)
Berdasarkan grafik terlihat bahwa titik-titiknya menyebar secara merata. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi PBV berdasarkan masukan variabel bebasnya.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Hasil SPSS pada Lampiran 1
(55)
menunjukkan tidak ada gejala multikolinearitas dimana hasil uji VIF menunjukkan nilai kurang dari 5 (VIF < 5).
4.2.2. Uji Hipotesis
1. Uji t (Uji Parsial)
Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan Uji t. Variabel yang digunakan adalah EPS dan PER sebagai variabel bebas serta PBV sebagai variabel terikat. Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji t
Berdasarkan Tabel 4.4 maka persamaan umum antara pengaruh EPS dan PER terhadap PBV pada perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di BEI adalah sebagai berikut:
Y = 0,557 + 0,003 X1 + 0,009 X2 ...1
a. Pengaruh EPS terhadap PBV
Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel EPS adalah 0,003. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.5 adalah sebesar 13,232, sedangkan nilai t-tabel 5 % dengan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat bebas
(56)
86 (jumlah sampel sebesar 90 – jumlah variabel sebanyak 4) adalah sebesar 1,980. Terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk
menerima H0 dan menolak H1. Hipotesis yang menyatakan bahwa EPS
berpengaruh nyata terhadap PBV dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.
b. Pengaruh PER terhadap PBV
Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel PER adalah 0,009. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.5 adalah sebesar 9,277, sedangkan nilai t-tabel 5 % (Lampiran Tabel t) dengan derajat bebas 86 (90 – 4) adalah sebesar 1,980. Terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan
untuk menolak H0 dan menerima H1. Hipotesis yang menyatakan bahwa PER
berpengaruh nyata terhadap return saham dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.
2. Uji F (Uji Serempak)
Untuk mengetahui pengaruh serempak variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan uji F. Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:
(57)
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung adalah 19,163, sedangkan nilai F-tabel 0,05 (Lampiran Tabel F) adalah 2,72. Karena F-hitung
lebih besar dari F-tabel maka disimpulkan menerima H0 dan menolak H1.
Artinya, secara serempak variabel EPS dan PER berpengaruh tidak nyata terhadap PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di BEI.
3. Uji Determinasi (R2)
A.
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel terikat. Nilai R2 dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Determinasi
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa koefisien determinasi (R Square) antara
EPS dan PER dengan PBV adalah sebesar 0,733. Artinya, sebesar 73,30 % dari perubahan PBV dapat dijelaskan oleh perubahan EPS dan PER. Sedangkan sebagian lainnya (26,70 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.
(58)
4.2.3. Pembahasan
Dari hasil analisis data diketahui bahwa variabel EPS dan PER berpengaruh nyata terhadap PBV pada perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan EPS sebesar Rp. 1 akan meningkatkan PBV sebesar 0,003. Setiap peningkatan PER sebesar 1 kali laba per saham akan meningkatkan PBV sebesar 0,009.
EPS menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba per lembar saham yang beredar, yang berarti dengan EPS investor akan mudah mengetahui berapa laba yang diperoleh perusahaan atas saham yang dimiliki. Investor cenderung mempunyai penilaian yang positif terhadap kenaikan EPS karena merupakan bukti fundamental atas kondisi kinerja perusahaan sesungguhnya. Investor akan tertarik untuk memegang saham dengan nilai EPS tinggi dengan harapan harga saham akan meningkat dengan cepat yang berarti akan mendatangkan keuntungan bagi pemegang saham. Saham-saham likuid mempunyai kencenderungan peningkatan harga yang cukup cepat karena permintaan terhadap saham cukup tinggi. Jika harga meningkat maka perbandingannya dengan nilai buku saham akan meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan EPS berpengaruh nyata meningkatkan nilai PBV perusahaan otomotif dan transportasi di Bursa Efek Indonesia.
PER merupakan ukuran lain dari kondisi fundamental perusahaan, yang diperoleh dengan membagikan harga saham terhadap EPS. EPS mudah
(59)
dihubungkan dengan harga pasar saham dan menghasilkan PER. Perbandingan harga pasar saham dengan perolehan laba memberikan gambaran bagaimana investor memberikan respon terhadap kinerja laba. Nilai PER yang cukup tinggi menunjukkan bahwa investor memberikan respon yang cukup baik terhadap kenaikan perolehan laba per lembar saham. Jika dihubungkan dengan nilai PBV, ternyata terdapat kesejajaran antara penilaian investor terhadap saham dengan kinerja perusahaan, karena peningkatan EPS signifikan meningkatkan nilai PBV perusahaan.
(60)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Koefisien regresi variabel EPS adalah 0,003. Secara parsial, terdapat
pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan EPS sebesar Rp. 1 nyata meningkatkan PBV sebesar Rp. 0,003.
2. Koefisien regresi variabel PER adalah 0,009. Secara parsial, variabel
PER berpengaruh nyata terhadap PBV perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan PER sebesar 0,009 nyata meningkatkan PBV sebesar Rp. 0,009.
3. Secara serempak variabel EPS dan PER berpengaruh nyata terhadap PBV
perusahaan otomotif dan transportasi yang terdaftar di BEI. Sebesar 73,30 % dari perubahan PBV dapat dijelaskan oleh perubahan EPS dan PER. Sedangkan sisanya (26,70 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.
5.2. Keterbatasan Penelitian
(61)
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 tahun, sehingga kurang mewakili data perusahaan secara keseluruhan.
2. Terdapat banyak perusahaan yang tidak dimasukkan dalam analisis karena
tidak memenuhi kriteria sampel, sehingga hasil penelitian kurang mewakili semua perusahaan otomotif dan transportasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
3. Variabel bebas yang digunakan hanya mencakup EPS dan PER padahal
perilaku harga saham banyak juga dipengaruhi oleh variabel lain seperti ROA dan informasi yang menyangkut kinerja perusaaan.
5.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dibuat beberapa saran sebagai berikut:
1. Para investor perlu lebih memperhatikan jumlah laba per lembar saham
atau EPS, karena penurunan laba per saham perusahaan dapat berakibat pada kerugian bagi investor sebagai akibat dari penurunan harga saham.
2. Manajemen perusahaan otomotif dan transportasi perlu mengupayakan
peningkatan perolehan laba per lembar saham, agar nilai perusahaan semakin meningkat.
(62)
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Andrew, G. Bekaret, Stock Return Predictability: Is it There ?,
Columbia University and NBER, Juli 2003.
Ansor, Pandji, Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Brigham, Eugene dan J. Houston, Dasar-dasar Managemen Keuangan, Jilid
Satu, Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga, 2004.
Darmadji dan M. Fakhruddin. Perangkat dan Model Analsis Investasi di Pasar
Modal. Buku Satu. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001.
Fidriyah. Perbedaan Kinerja Portofolio Berdasarkan Strategi Portofolio Aktif
dan Pasif Pada Saham LQ 45 di BEJ. http://issn
1410-4628.buletinstudiekonomivol12.pdf. (5 Februari 2013). 2004.
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi
Ketiga, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005.
Hadianto, B. 2008. Pengaruh EPS dan PER terhadap Harga Saham Sektor
Perdagangan Besar dan Ritel pada Perioda 2000-2005 di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 7 (2), pp. 162-173.
Jogiyanto, Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta,BPFE,
2003.
Kennedy, Analisis Pengaruh dari ROA, ROE, EPS, Profit Margin, Asset
Turnover, Rasio Leverage, dan DER terhadap Return saham (Studi terhadap Saham-saham yang Termasuk dalam LQ-45 di BEJ Tahun 2001), Jurnal, Malaysia, 2003.
Lestari, A. I., M. Lufti, dan Syahyunan. Pengaruh Faktor Fundamental dan
Teknikal terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. MEPA Ekonomi, 2 (2), pp. 91-97. 2007.
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Cetakan Kelima, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003.
Permana, F. G. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan
terhadap Return Saham Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun
2004-2008. Penelitian. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi. Universitas
(63)
Suad Husnan, Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan, Buku Dua, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keduabelas. Bandung: Alvabeta.
2008.
Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kedua. Jogyakarta:
AKM YKPN.
Wirawati, Ni Gusti Putu 2008. Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan
Terhadap Price To Book Value Dalam Penilaian Saham Di Bursa Efek
Jakarta Dalam Kondisi Krisi Moneter. 2013)..
(64)
Lampiran 1. Harga Saham Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham)
No. Kode Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
1 APOL 120 119 37
2 BLTA 126 (122) 146
3 CMPP 175 820 6
4 GIAA 482 475 729
5 HITS 401 295 330
6 IATA 50 10 57
7 MBSS 873 665 811
8 MIRA (445) (84) 91
9 PDES 187 95 120
10 RIGS 730 495 341
11 SAFE 115 87 64
12 SMDR 4,124 3,701 3,020
13 TRAM 620 990 862
14 WEHA 128 170 200
15 WINS 320 330 366
16 ZBRA 50 50 86
17 ADMG 215 580 274
18 ASII 55 74 7,534
19 AUTO 14 3,401 3,663
20 BRAM 1,290 2,149 2,250
21 GDYR 12 9,548 9
22 GJTL 2,300 3,000 2,569
23 HEXA 5,362 6,713 1,537
24 IMAS 100 58 55
25 INDS 11 3,500 4
26 INTA 2,450 590 337
27 LPIN 2,654 2,200 5,737
28 MASA 330 500 337
29 NIPS 3,976 4,003 3,076
30 PRAS 437 132 191
(65)
Lampiran 2. Nilai Buku Saham Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham)
No. Kode Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
1 APOL (69.77) (57.49) 1,850.00
2 BLTA (114.55) 469.23 292.00
3 CMPP 372.34 299.27 6.45
4 GIAA 708.82 688.41 911.25
5 HITS 646.77 310.53 292.04
6 IATA 238.10 32.26 36.08
7 MBSS 1,148.68 886.67 1,013.75
8 MIRA (179.44) 131.25 88.35
9 PDES 283.33 316.67 300.00
10 RIGS 275.47 (7,071.43) 710.42
11 SAFE (1,437.50) (362.50) (290.91)
12 SMDR 2,924.82 1,535.68 2,516.67
13 TRAM 310.00 365.31 207.71
14 WEHA 237.04 361.70 72.73
15 WINS 592.59 660.00 620.34
16 ZBRA 156.25 96.15 48.04
17 ADMG 500.00 1,000.00 721.05
18 ASII 33.74 51.03 2,562.59
19 AUTO 13.86 1,838.38 2,001.64
20 BRAM 1,500.00 2,790.91 1,530.61
21 GDYR 25.00 3,161.59 22.50
22 GJTL 1,503.27 1,807.23 2,123.14
23 HEXA 1,805.39 2,028.10 858.66
24 IMAS 46.95 44.27 51.40
25 INDS 17.46 1,732.67 9.52
26 INTA 1,611.84 567.31 391.86
27 LPIN 1,411.70 1,286.55 2,420.68
28 MASA 559.32 609.76 130.12
29 NIPS 1,920.77 1,439.93 1,245.34
30 PRAS 273.13 377.14 347.27
(66)
(67)
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Andrew, G. Bekaret, Stock Return Predictability: Is it There ?,
Columbia University and NBER, Juli 2003.
Ansor, Pandji, Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Brigham, Eugene dan J. Houston, Dasar-dasar Managemen Keuangan, Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga, 2004.
Darmadji dan M. Fakhruddin. Perangkat dan Model Analsis Investasi di Pasar Modal. Buku Satu. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001.
Fidriyah. Perbedaan Kinerja Portofolio Berdasarkan Strategi Portofolio Aktif dan Pasif Pada Saham LQ 45 di BEJ. http://issn 1410-4628.buletinstudiekonomivol12.pdf. (5 Februari 2013). 2004.
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005.
Hadianto, B. 2008. Pengaruh EPS dan PER terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan Besar dan Ritel pada Perioda 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 7 (2), pp. 162-173.
Jogiyanto, Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta,BPFE, 2003.
Kennedy, Analisis Pengaruh dari ROA, ROE, EPS, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan DER terhadap Return saham (Studi terhadap Saham-saham yang Termasuk dalam LQ-45 di BEJ Tahun 2001), Jurnal, Malaysia, 2003.
Lestari, A. I., M. Lufti, dan Syahyunan. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. MEPA Ekonomi, 2 (2), pp. 91-97. 2007.
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Cetakan Kelima, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
(2)
Suad Husnan, Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan, Buku Dua, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keduabelas. Bandung: Alvabeta. 2008.
Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kedua. Jogyakarta: AKM YKPN.
Wirawati, Ni Gusti Putu 2008. Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price To Book Value Dalam Penilaian Saham Di Bursa Efek
Jakarta Dalam Kondisi Krisi Moneter.
(3)
Lampiran 1. Harga Saham Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham)
No. Kode Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
1 APOL 120 119 37
2 BLTA 126 (122) 146
3 CMPP 175 820 6
4 GIAA 482 475 729
5 HITS 401 295 330
6 IATA 50 10 57
7 MBSS 873 665 811
8 MIRA (445) (84) 91
9 PDES 187 95 120
10 RIGS 730 495 341
11 SAFE 115 87 64
12 SMDR 4,124 3,701 3,020
13 TRAM 620 990 862
14 WEHA 128 170 200
15 WINS 320 330 366
16 ZBRA 50 50 86
17 ADMG 215 580 274
18 ASII 55 74 7,534
19 AUTO 14 3,401 3,663
20 BRAM 1,290 2,149 2,250
21 GDYR 12 9,548 9
22 GJTL 2,300 3,000 2,569
23 HEXA 5,362 6,713 1,537
24 IMAS 100 58 55
25 INDS 11 3,500 4
26 INTA 2,450 590 337
27 LPIN 2,654 2,200 5,737
28 MASA 330 500 337
29 NIPS 3,976 4,003 3,076
30 PRAS 437 132 191
(4)
Lampiran 2. Nilai Buku Saham Perusahaan Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham)
No. Kode Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
1 APOL (69.77) (57.49) 1,850.00
2 BLTA (114.55) 469.23 292.00
3 CMPP 372.34 299.27 6.45
4 GIAA 708.82 688.41 911.25
5 HITS 646.77 310.53 292.04
6 IATA 238.10 32.26 36.08
7 MBSS 1,148.68 886.67 1,013.75
8 MIRA (179.44) 131.25 88.35
9 PDES 283.33 316.67 300.00
10 RIGS 275.47 (7,071.43) 710.42
11 SAFE (1,437.50) (362.50) (290.91)
12 SMDR 2,924.82 1,535.68 2,516.67
13 TRAM 310.00 365.31 207.71
14 WEHA 237.04 361.70 72.73
15 WINS 592.59 660.00 620.34
16 ZBRA 156.25 96.15 48.04
17 ADMG 500.00 1,000.00 721.05
18 ASII 33.74 51.03 2,562.59
19 AUTO 13.86 1,838.38 2,001.64
20 BRAM 1,500.00 2,790.91 1,530.61
21 GDYR 25.00 3,161.59 22.50
22 GJTL 1,503.27 1,807.23 2,123.14
23 HEXA 1,805.39 2,028.10 858.66
24 IMAS 46.95 44.27 51.40
25 INDS 17.46 1,732.67 9.52
26 INTA 1,611.84 567.31 391.86
27 LPIN 1,411.70 1,286.55 2,420.68
28 MASA 559.32 609.76 130.12
29 NIPS 1,920.77 1,439.93 1,245.34
30 PRAS 273.13 377.14 347.27
(5)
(6)