Pengukuran Resistivitas Untuk Menentukan Kedalaman Batuan Dasar (Basement)(Studi Kasus Desa Pacekelan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo Jawa Tengah).

(1)

(Studi Kasus di Desa Pacekelan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo Jawa Tengah)

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Study Strata I Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Disusun Oleh :

Nama : Dwi Umi Widy Astuti NIM : 4250401010

Jurusan/Prodi: Fisika/Fisika S1

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang ujian skripsi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

Semarang, 26 Agustus 2006

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. M. Aryono Adhi, M.Si Drs. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah diujikan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S, M.S. Drs. M. Sukisno, M.Si

NIP 130781011 NIP 130529522

Penguji I, Penguji II

Dr. Supriadi Rustad Drs. M. Aryono Adhi, M.Si

NIP. 131695157 NIP. 132150462

Penguji III,

Drs. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si NIP. 131813679


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 26 Februari 2007

Dwi Umi Widy Astuti NIM 4250401010


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

• Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan

(Q.S. Al Alaq : 1) • Akal dan belajar itu seperti jiwa dan raga, tanpa raga, jiwa adalah udara

hampa, tanpa jiwa, raga adalah kerangka tanpa makna.

(Kahlil Gibran) • Kebahagian dalam hidup bukan karena kita bahagia tetapi kebahagiaan dalam

hidup adalah ketika kita bisa membuat orang lain bahagia.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibuku tercinta 2. Adikku Lina tersayang 3. Almamaterku


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis diberi kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. AT. Soegito, S.H.,M.M., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Kasmadi I.S,M.S., selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. M. Sukisno, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES. 4. Dra. Upik Nurbaiti, selaku Dosen Wali.

5. Dr. Supriadi Rustad, selaku dosen penguji.

6. Drs. M. Aryono Adhi, M.Si, selaku dosen pembimbing I. 7. Drs. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si, selaku dosen pembimbing II.

8. Papa Mamaku tercinta atas semua kepercayaan, cinta dan kebahagian yang selama ini menyertai setiap langkahku.

9. Adikku Lina Rustanti yang selalu berkata “SEMANGAT!” ketika aku ingin berhenti melangkah.

10. Kakakku Eko, Mba’ Cici’, si Kecil Ariel n Keluarga Besar Bp. Suyoto

11. Tika teman terbaikku yang selalu menemaniku, Novi Indri, Winda, Nopek, Rio, Yu2n, Ardian, Mas Budi’s, Mas Fat, Mas Tree, Nia, Billy, Aqin,


(7)

vii

Wiyono, Adjie, Tepox, Warinyoh, Arisan, Mas Na2ng, Islah, n Jacky, tak ada kata yang lebih indah untuk persehabatan kita.

12. April, atas komp, kamar dan perhatiannya, Atik, Ma2h, Yanti, D-nies, Arisan, Irfan, Toro, Adji’, Bu Putih, Mba’ Na, Hera, Arint, Dsita, kalian membuatku merasa selalu muda.

13. Tmen2 LAKERS cost, HMI,UKM SDC, Mas Eko, Hnfi, Kristian, Laily, Iin, Anis, Misbah, dkk, yang membuatku selalu tersenyum.

14. Mas Wasi n Mba’ Natalie cntik, atas kesabarannya selama ini.

15. Mas Hamrowi, Mas Andi Fadllan, Mas Suga, Mas Gi’, Mas Eksan, Mas Joko, Nina Centil, Mba’ Olint, Mba’ Lulu’, Mba’ Danu, Mba’ Nining, Mba’ Nina. 16. Mas Yo2’, Mas Edy, Dik Mo2n, Dik Ayink, Cilikon, Dik Wa2n n Acong

kalian tak akan kulupakan.

Seperti Makhluk Allah yang lain, karya ilmiah ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar tercipta karya tulis sejenis yang lebih baik.

Semarang, Penulis


(8)

viii SARI

Dwi Umi Widy Astuti, 2006. Pengukuran Resistivitas Untuk Menentukan Kedalaman Batuan Dasar (Basement)(Studi Kasus Desa Pacekelan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo Jawa Tengah)

Pembimbing I : Drs. M. Aryono Adhi, M.Si Pembimbing II : Drs. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si

Metode tahanan jenis adalah salah satu dari metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi. Metode geolistrik adalah salah satu cara metode geofisika untuk mendeteksi lapisan batuan di bawah permukaan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kedalaman batuan dasar di Desa Pacekelan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo dengan menggunakan metode tahanan jenis (resistivitas) konfigurasi Schlumberger.

Metode tahanan jenis ini untuk mengetahui jenis pelapisan batuan didasarkan pada distribusi nilai resistivitas tiap lapisan. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah dengan menginjeksikan arus melalui elektroda arus sehingga menimbulkan beda potensial melalui elektroda potensial. Harga tahanan jenis dapat diturunkan dari nilai arus dan beda potensial dari berbagai jarak elaktroda yang berbeda. Pada metode tahanan jenis bumi diasumsikan bersifat homogen isotropic dimana nilai tahanan jenis yang terukur bukan merupakan harga sebenarnya akan tetapi merupakan nilai tahanan jenis semu (apparent resistivitas).

Hasil dari pengukuran dilapangan berupa beda potensial dan arus dapat digunakan untuk menghitung harga resistivitas semu. Setelah diperoleh harga resistivitas semu kemudian dibuat matching curve, dalam hal ini dilakukan menggunakan perhitungan computer dengan program interpex-1D untuk mengetahui nilai resistivitas kedalaman tiap lapisan. Setelah itu nilai rsistivitas, kedalaman dan ketebalan lapisan diolah secara manual untuk mendapatkan penampang 2D. 15 titik pengukuran dibagi menjadi 4 penampang lapisan yang mewakili bentangan daerah penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiap-tiap penampang lapisan terbagi atas tiga lapisan batuan dan batuan dasar pada daerah penelitian ditemukan pada lapisan ketiga dan memiliki nilai resistivitas >30 Ωm dengan kedalaman >50m. Batuan dasar dapat ditemukan pada tiap-tiap PAC pada lapisan ketiga, kecuali pada titik 8 jalur PAC 4 karena pada kedalaman 96,71m belum menunjukkan adanya kedalaman batuan dasar.


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Alasan Pemilihan Judul... 1

B. Permasalahan ... 2

C. Penegasan Istilah... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Skripsi... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Sifat Listrik Batuan ... 7


(10)

x

C. Resistivitas Batuan ... 12

D. Geolistrik Metode Tahanan Jenis... 14

E. Geologi Daerah Penelitian... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

B. Desain Penelitian ... 22

C. Metode Analisis dan Interpretasi Data ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Hasil Penelitian ... 26

B. Pembahasan ... 26

1. Kondisi Geologi ... 26

2. Analisis dan Interpretasi Data ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42

A. Simpulan ... 42

B. Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(11)

xi DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Variasi Rsistivitas Material Bumi (Batuan) ... 15

Tabel 3.1 Spesifikasi Naniura NRD 22 S... 23

Tabel 4.1 Interpretasi Litologi Penampang 2D PAC 1 ... 32

Tabel 4.2 Interpretasi Litologi Penampang 2D PAC 2 ... 33

Tabel 4.3 Interpretasi Litologi Penampang 2D PAC 3 ... 37

Tabel 4.4 Interpretasi Litologi Penampang 2D PAC 4 ... 38


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Silinder Konduktor... 8

Gambar 2.2 Medium Homogen Isotropik dengan Arus Listrik ... 10

Gambar 2.3 Titik arus di dalam bumi ... 12

Gambar 2.4 Penampang vertical ketika arus diinjeksikan pada permukaan yang seragam... 12

Gambar 2.5 Dua titik arus yan berlawanan polaritas di permukaan bumi ... 13

Gambar 2.6 Medium berlapis dengan variasi resistivitas ... 17

Gambar 3.1 Peta Jawa Tengah (kab. Purworejo dilingkari... 19

Gambar 3.2 Peta Kab. Purworejo (dengan lokasi penelitian di dalam lingkaran) ... 20

Gambar 3.3 Peta penentuan letak titik pengambilan data ... 22

Gambar 3.4 Skema Peralatan Pengukuran Resistivitas Konfigurasi Schlumberger ... 24

Gambar 4.1 Peta Penentuan Titik Penampang... 27

Gambar 4.2 Penampang Dua Dimensi PAC 1 ... 31

Gambar 4.3 Penampang Dua Dimensi PAC 2 ... 34

Gambar 4.3 Penampang Dua Dimensi PAC 3 ... 36


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Lapangan... 45

Lampiran 2 Data Hasil Pengolahan dengan Interpex-1D ... 60

Lampiran 3. Pengolahan Data Geolistrik dengan Interpex-1D konfigurasi

Schlumberger ... 105


(14)

1

Secara umum geofisika dapat diartikan sebagai suatu kajian yang terstruktur tentang fenomena alam, pengukuran dan karakterisasinya serta penggunaannya untuk pencarian sumber daya alam, khususnya ditinjau dari aspek-aspek fisika. Untuk memahami geofisika secara baik, diperlukan dasar-dasar yang kuat dalam fisika, geologi, matematika dan juga instrumentasi. Seringkali geofisika juga dianggap sebagai sekumpulan alat atau tools (misalnya metode-metode untuk eksplorasi, metode-metode untuk peramalan dan metode lainnya). Salah satu metode geofisika untuk eksplorasi adalah metode tahanan jenis yang bisa digunakan untuk menentukan kedalaman batuan dasar.

A. Alasan Pemilihan Judul

Kabupaten Purwarejo merupakan daerah yang strategis untuk melakukan pengembangan sarana dan prasarana. Di kabupaten Purworejo akan dibangun perumahan, jembatan dan perbaikan jalan raya, akan tetapi kondisi tanah pada daerah tersebut masih labil untuk pembangunan bahkan masih sering terjadi tanah longsor. Di desa Pacekelan, kecamatan Purworejo, kabupaten Purworejo akan menjadi tempat pembangunan sarana dan prasarana tersebut. Di desa Pacekalan terdapat pola struktur tanah yang melingkupi daerah tersebut, sebagian besar wilayahnya didominasi oleh endapan aluvium yang berumur halosen hal ini terlihat jelas dengan adanya begitu banyak sungai dangkal. Dan


(15)

di dalam sungai tersebut terdapat kerakal, kerikil dan batu pasir. Formasi yang berumur Miosen juga tersebar di daerah perbukitan. Perselingan gunung api yang berbentuk bongkahan-bongkahan besar yang melapuk berwarna coklat kemerah-merahan melingkupi sebagian besar perbukitan desa tersebut. Litologi daerah tersebut menyebutkan bahwa dearah tersebut masih banyak terdapat patahan, ini salah satu hal yang dapat menyebabkan adanya tanah longsor. Dan hal tersebut terbukti dengan adanya tanah longsor di beberapa tempat di desa tersebut.

Laboratorium Fisika telah melakukan banyak penelitian dengan menggunakan alat geolistrik. Salah satunya adalah digunakan dalam upaya penentuan kedalaman batuan dasar (basement). Penentuan kedalaman batuan dasar dipandang perlu dilakukan gunamemberikan informasi atau data kepada pihak yang bersangkutan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan langkah-langkah kongkrit pembangunan.

Bermula dari semua permasalahan tersebut di atas, maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul “PENGUKURAN RESITIVITAS UNTUK

MENENTUKAN KEDALAMAN BATUAN DASAR (BASEMENT) (Dengan studi kasus di Desa Pacekelan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah).”

B. Permasalahan

Tanah longsor yang terjadi di desa Pacekelan membuat pembangunan sarana dan prasarana seperti pembangunan jalan raya, jembatan dan perumahan memerlukan informasi yang berkaitan dengan kondisi tanah. Untuk itu


(16)

kedalaman batuan dasar sangat diperlukan untuk informasi pembangunan agar mendapat bangunan yang baik dan kokoh. Penentuan kedalaman batuan dasar dilakukan di desa Pacekelan, kecamatan Purworejo, kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap beberapa istilah yang digunakan, maka diperlukan penegasan sebagai berikut:

1. Geolistrik adalah alat yang digunakan dalam survey metode geofisika

yang bekerja atas prinsip aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi.

2. Metode tahanan jenis adalah suatu metode geofisika dengan

menggunakan prinsip distribusi tahanan jenis pada lapisan-lapisan bumi untuk mengetahui jenis batuannya.

3. Basement adalah batuan dasar atau batuan yang kokoh yang terdapat di

bawah permukaan tanah.

4. Peta Geologi adalah peta yang menggambarkan bentuk serta kedudukan

batuan dipermukaan bumi yang mencerminkan keadaan bawah permukaan.

5. Formasi adalah seperangkat lapisan atau strata yang memiliki ciri-ciri

litologi yang sama dan mengandung sisa-sisa kehidupan yang sama (Marbun,1982 dalam Tofani,Tito,2001: 12).


(17)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kedalaman batuan dasar

(basement) dengan studi kasus di Desa Pacekelan, Kecamatan Purworejo,

Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dengan diketahui kedalaman batuan dasar maka instansi terkait dapat mempertimbangkan langkah-langkah yang akan diambil untuk pembangunan tersebut, seperti penentuan kedalaman pasak ataupun pondasi bangunan.

2. Bangunan yang akan dihasilkan akan lebih kokoh dan dapat dihindarkan dari bahaya tanah longsor yang sering terjadi.

F. Sistematika Skripsi

Untuk mempermudah dalam menelaah skripsi ini, maka dalam penyusunannya dibuat sistematika sebagai berikut:

1. Bagian awal skripsi

Bagian ini berisi halaman judul, lembar pengesahan, sari, kata pengantar, motto dan persembahan, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi


(18)

a. Bab I Pendahuluan

Bab ini memuat alasan pemilihan judul yang melatar-belakangi masalah, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

b. Bab II Landasan Teori

Bab ini terdiri dari kajian mengenai landasan teori yang mendasari penelitian.

c. Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Metode penelitian ini meliputi; metode pengumpulan data, desain penelitian, dan metode analisis dan interpretasi data.

d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil-hasil penelitian dan pembahasannya. e. Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran sebagai implikasi dari hasil penelitian.

3. Bagian akhir skripsi


(19)

6

sederhana adalah berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya, menjadi tiga kelompok utama; batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorfosa. Batuan Beku merupakan batuan yang terbentuk langsung dari pembentukan magma, magma merupakan zat cair pijar yang merupakan persenyawaan silikat yang berada di bawah kondisi tekanan dan suhu yang tinggi di dalam tubuh bumi. Batuan Metamorfik merupakan batuan yang mengalami perubahan karena pengaruh bertambahnya tekanan dan temperatur. Struktur, tekstur dan komposisi batuan asal berubah menjadi batuan baru metamorfik, demikian juga mineraloginya, perubahan ini terjadi langsung dari fase padat tanpa melalui fase cair. Batuan sedimen merupakan batuan yang terjadi akibat peristiwa pembatuan atau litifikasi dari hancuran batuan lain (detritus) atau litifikasi dari hasil reaksi kimia tertentu. Litifikasi adalah proses terubahnya material lepas menjadi kompak dan keras.

Tipe batuan berbeda untuk setiap wilayah. Bagian dari lapisan batuan yang merupakan pondasi yang kuat bagi lapisan diatasnya sering disebut dengan batuan dasar (basement). Batuan ini merupakan formasi geologi homogen yang terkonsolidasi dengan kuat dan menunjukkan sifat yang berbeda dengan lapisan diatasnya salah satu sifat itu adalah resistivitasnya. Batuan dasar biasanya berumur tua pada area tertentu yang tersusun oleh endapan batuan metamorfosa yang komplek dan batuan beku dibawah lapisan sedimen. Keberadaan batuan


(20)

dasar sangat berpengaruh terhadap kestabilan tanah terutama dalam hal pergerakan tanah. Semakin kuat batuan, semakin kecil kemungkinan pergerakan tanahnya, begitu juga sebaliknya.

Usaha eksplorasi dengan menggunakan alat geolistrik kali ini bertujuan untuk menentukan kedalaman batuan dasar (basement). Penggunaan alat tersebut tidak terlalu sulit, akan tetapi dalam pemanfaatannya juga harus diimbangi dengan pemahaman konsep atau teori yang menjadi dasar dari geolistrik yang antara lain adalah sifat listrik batuan, aliran listrik dalam bumi, resistivitas, serta asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengukuran geolistrik.

A. Sifat listrik batuan

Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.

a. Konduksi secara elektronik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis).

L


(21)

Jika ditinjau silinder konduktor dengan panjang L, luas penampang A, dan resistansi R, maka dapat dirumuskan:

R = ρ

A L

di mana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm. Sedangkan menurut hukum Ohm, resistansi R dirumuskan:

R = I V

Dari kedua rumus tersebut didapatkan nilai resistivitas (ρ) sebesar : ρ =

IL VA

b. Konduksi secara elektrolitik

Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang. Menurut rumus Archie:


(22)

ρe = a

φ

-mS-nρw

Di mana ρe adalah resistivitas batuan,

φ

adalah porositas, S adalah

fraksi pori-pori yang berisi air, dan ρw adalah resistivitas air. Sedangkan a, m, dan n adalah konstanta. m disebut juga faktor sementasi. Untuk nilai n yang sama, Schlumberger menyarankan n = 2.

c. Konduksi secara dielektrik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik, yaitu terjadi polarisasi saat bahan dialiri listrik.

B. Aliran listrik di dalam Bumi

Gambar 2.2 Medium Homogen Isotropik dengan arus listrik

Jika ditinjau suatu medium homogen isotropik yang dialiri arus listrik searah I (diberi medan listrik E), maka elemen arus listrik dI yang melalui elemen luas dA dengan kerapatan arus J adalah:

A d J dI = r• r

Jr = σ E (Hukum Ohm)

dengan σ adalah konduktivitas medium.

Medan listrik E adalah gradien potensial skalar:

E = - V

dA


(23)

sehingga Jr = -σ∇ V

Jika di dalam medium tidak ada sumber arus, maka

I =

s

dA

J = 0

Sesuai teorema Divergensi

s

dA

J =

∇•

v

JdV = 0

sehingga Hukum Kekekalan Muatan

J

∇ = −∇•∇(σV) = 0

2

∇ + ∇ •

∇σ V σ V = 0 atau ∇2V = 0

Yang merupakan persamaan Laplace. Dalam koordinat bola operator Laplacian berbentuk r2 1 r ∂ ∂ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ ∂ ∂ r V

r

2 +

θ sin

1

2

r

∂θ

∂ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ ∂ ∂ θ θ V sin + θ 2 2 sin 1

r

2 2 φ ∂ ∂ V = 0

Karena anggapan homogen isotropis, maka persamaan menjadi:

r ∂ ∂ 2 2 V + r 2 r V ∂ ∂ = 0

dengan menggunakan diferensial orde 2, maka jawaban umum persamaan Laplace untuk kasus ini adalah

V(r) = r C1

+ C2

di mana C1 dan C2 adalah konstanta sembarang. Nilai konstanta tersebut

ditentukan dengan menerapkan syarat batas yang harus dipenuhi potensial

V(r), yaitu:


(24)

V(r) = r C1

 Potensial di sekitar titik arus a. Titik arus di dalam bumi

Gambar 2.3 Titik arus di dalam bumi

Arus keluar secara radial dari titik arus sehingga jumlah arus yang keluar melalui permukaan bola A dengan jari-jari r adalah

I = 4πr2

rJ

sehingga C1 = I

π ρ 4

dan V(r) =

r I

π ρ

4 atau ρ = 4πr I V

b. Titik arus di permukaan bumi

Gambar 2.4 Penampang vertical ketika arus diinjeksikan pada permukaan yang seragam.

I

equipotensial arah arus


(25)

A B

+I -I

Permukaan yang dilaui arus I adalah luas ½ bola = 2πr2, sehingga V(r) =

r I

π ρ

2 atau ρ = 2πr I V

c. Dua titik arus yang berlawanan polaritasnya di permukaan bumi

Gambar 2.5 Dua titik arus berlawanan polaritas di permukaan bumi

Beda potensial yang terjadi antara MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada AB adalah:

ΔV = VM – VN =

π ρ 2 I ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ BN AN BM AM 1 1 1 1

ρ = 2π

1 1 1 1 1 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ BN AN BM AM I V Δ = K I V Δ dengan

K = 2π

1 1 1 1 1 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ BN AN BM AM

yang merupakan faktor koreksi karena letak (konfigurasi) elektroda potensial dan elektroda arus.

C. Resistivitas batuan

Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas memperlihatkan variasi harga yang sangat banyak. Pada mineral-mineral logam, harganya berkisar pada 10-8Ωm hingga 107 Ωm. Dengan komposisi yang bervariasi akan menghasilkan range resistivitas yang bervariasi pula.


(26)

Sehingga range resistivitas maksimum yang mungkin adalah dari 1,6 x 10-8 (perak asli) hingga 1016Ωm (belerang murni).

Konduktor biasanya didefinisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas kurang dari 10-8 Ωm, sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih dari 107Ωm. Dan di antara keduanya adalah bahan semikonduktor. Di dalam konduktor berisi banyak elektron bebas dengan mobilitas yang sangat tinggi. Sedangkan pada semikonduktor, jumlah elektron bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan oleh ikatan ionik sehingga elektron-elektron valensi tidak bebas bergerak.

Menurut Telford W. and Sheriff, 1982, secara umum, berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

9 Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ωm

9 Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107Ωm

9 Isolator : ρ > 107Ωm

Meskipun beberapa logam asli dan grafit menghantarkan listrik, namun kebanyakan mineral pembentuk batuan termasyk penghantar listrik yang tidak baik. Resistivitas yang terukur pada material bumi utamanya ditentukan oleh pergerakan ion-ion bermuatan dalam pori-pori fluida. Meski bukan konduktor listrik yang baik, namun air tanah secara umum berisi campuran terlarut yang dapat menambah kemampuannya untuk menghantar listrik. Menurut Djoko Santoso, 2001:140, variasi resistivitas material bumi ditunjukkan sebagai berikut:


(27)

Tabel 2.1. Variasi Material Bumi (Batuan)

Bahan Resistivitas

Udara

Pirit Galana Kwarsa Kalsit

Batuan Garam Mika

Garnit Gabro Basalt

Batuan Gamping Batuan Pasir Batuan Serpih Dolomit Pasir Lempung Air Tanah Air Laut

~ 3 X 10-1 2 X 10-3

4 X 1010 s.d. 2 X 1014 1 X 1012 s. d. 1 X 1013 30 s. d. 1 X 1013 9 X 1012 s. d. 1 X 1014 102 s. d. 1 X 106 1 X 103 s. d. 1 X 106 10 s. d. 1 X 107 50 s. d. 1 X 107 1 s. d. 1 X 108 20 s. d. 1 X 103 102 s. d. 104 1 s. d. 103 1 s. d. 102 0.5 s. d. 3 X 102 0.2

D. Geolistrik Metode Tahanan Jenis

Geolistrik merupakan alat yang dapat diterapkan untuk beberapa metode geofisika, di mana prinsip kerja metode tersebut adalah mempelajari


(28)

aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (buatan). Metode geofisika tersebut di antaranya; metode potensial diri, metode arus telurik, magnetotelurik, elektromagnetik, IP

(Induced Polarization), dan resistivitas(tahanan jenis).

Dari sekian banyak metode geofisika yang diterapkan dalam geolistrik, metode tahanan jenis adalah metode yang paling sering digunakan. Metode ini pada prinsipnya bekerja dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda arus sehingga menimbulkan beda potensial. Dan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda dapat digunakan untuk menurunkan variasi harga tahanan jenis lapisan di bawah titik ukur (sounding point). Metode ini lebih efektif dan cocok digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 kaki atau 1500 kaki. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering geology seperti penentuan kedalaman basement (batuan dasar), pencarian reservoir (tandon) air, dan eksplorasi geothermal (panas bumi).

Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya, dikenal beberapa jenis metode geolistrik tahanan jenis, antara lain; metode Schlumberger, metode Wenner dan metode Dipole Sounding.


(29)

Pada metode tahanan jenis konfigurasi Schlumberger, bumi diasumsikan sebagai bola padat yang mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, maka seharusnya resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak bergantung atas spasi elektroda, ρ=K ΔV/I. Namun pada kenyataannya bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan ρyang berbeda-beda sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja, tetapi beberapa lapisan. Hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar.

ρa =K I

V

Δ

dengan ρa adalah apparent resistivity (resistivitas semu) yang bergantung

pada spasi elektroda.

Untuk kasus tak homogen, bumi diasumsikan berlapis-lapis dengan masing-masing lapisan mempunyai harga resistivitas yang berbeda. Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen dengan medium berlapis yang ditinjau.

Sebagai contoh

Gambar 2.6 Medium Berlapis dengan Variasi Resistivitas

ρ2

ρa

ρ3

ρ1


(30)

Medium berlapis yang ditinjau terdiri dari dua lapis yang berbeda resistivitasnya (ρ1danρ2) dianggap sebagai medium satu lapis homogen

yang memepunyai satu harga resistivitas, yaitu resistivitas semu ρa,

E. Geologi Daerah Penelitian

Desa Pacekelan kecamatan Pueworejo Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, secara geografis terletak pada koordinat lintang selatan 07044’02” – 7045’58” dan bujur timur 110001’08” – 110002’47”. Disebelah selatan Kabupaten Purworejo berbatasan dengan Samudra Hindia, disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo, disebelah barat berbatasan dengan kabupaten Kebumen, dan disebelah timur berbatasan dengan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang.

Berdasarkan pemetaan yang pernah dilakukan oleh Thanden, dkk (1996) lembar Purworejo, dari pusat penelitian dan Pengembangan Geologi memperlihatkan bahwa stratifikasi daerah penelitian, pola struktur yang utama terdapat disebagian besar wilayahnya merupakan endapan aluvium yang berumur Halosen. Ini terlihat jelas dengan adanya begitu banyak sungai dangkal. Didalam endapan sungai tersebut terdapat kerikil, kerakal dan pasir. Formasi yang berumur Miosen tersebar luas di daerah perbukitan. Sebagian besar terdiri dari batuan sedimen dan juga perselingan gunungapi.


(31)

18

Metode penelitian yang digunakan adalah pengukuran di lapangan. Pertama menentukan lokasi pengukuran kemudian mempersiapkan alat ukur dan dilanjutakn dengan pengukuran. Dari data yang diperoleh akhirnya dianalisis dan diinterpretasikan.

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian geolistrik untuk menentukan kedalaman batuan dasar dilakukan di desa Pacekelan, Ke. Purworejo, Kab. Purworejo, Jawa Tengah.. Secara geografis wilayah tersebut terletak pada koordinat lintang selatan 07044’02” – 7045’58” dan bujur timur 110001’08” – 110002’47”. Disebelah selatan Kabupaten Purworejo berbatasan dengan Samudra Hindia, disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo, disebelah barat berbatasan dengan kabupaten Kebumen, dan disebelah timur berbatasan dengan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 12 Juli 2005 s.d. 14 Juli 2005.


(32)

Gambar 3.2 Peta Kabupaten Purworejo (dengan lokasi penelitian didalam lingkaran)

Pada gambar 3.3 terdapat 15 titik saonding. Titik satu berada pada koordinat lintang selatan 070 45’ 15” dan bujur timur 1100 01’ 48”. Titik 1 diambil disebuah perkampungan tepatnya di depan Masjid Al Huda

Pacekelan, menurut informasi peta geologi daerah tersebut berada dalam endapan aluvium. Titik 2 berada didaerah agak lebih tinggi, merupakan sebuah tanjakan terjal yang tidak jauh dari titik 1. Titik 2 berada pada koordinat 070 45’ 02” LS dan 1100 01’ 56” BT. Titik 2 masih pada daerah endapan yang sama. Jarak titik 1 dan 2 adalah ±35m. Titik 3 berada di koordinat 070 44’ 58” LS dan 1100 02’ 12” BT. Titik 3 diambil di tepi jalan raya dekat dengan sebuah lonsoran tanah yang terjadi beberapa hari sebelum data diambil. Jarak antara titik 2 dan titik 3 adalah ±25m. titik 4 berada


(33)

pada koordinat 070 45’ 08” LS dan 1100 02’ 02” BT. Pada titik 4 ini diambil disebuah ujung jalan raya sebelah barat desa tersebut. Jarak antara titik 3 dan 4 adalah ±30m. titik 1, 2, 3, dan 4 diambil pada hari pertama yaitu pada tanggal 12 Juli 2005.

Titik 5 berada pada koordinat 070 44’ 52” LS dan 1100 01’ 56”. Titik ini diambil di tengah-tengah pedesaan tepatnya disebelah Balai Desa. Titik 6 berada di koordinat 070 44’ 50” LS dan 1100 02’ 00”, titik ini diambil tidak jauh dari Balai Desa tepatnya didekat rumah Pak Lurah, disini terdapat perkebunan jambu air. Jarak antara titik 5 dan 6 adalah±25m. Titik 7 berada pada koordinat 070 44’ 44” LS dan 1100 02’ 14” BT, titik ini diambil diujung tenggara tepat pada longsoran tanah terjadi. Jarak antara titik 6 dan 7 adalah ±30m. Titik 8 berada pada koordinat 070 44’ 36” LS dan 1100 02’ 04” BT, titik ini diambil disebelah timur balai desa tepatnya di Mushalla dekat balai desa. Titik 7 dan 8 berjarak ±30m. Titik 9 berada pada

koordinat 070 44’ 34” LS dan 1100 01’ 58” BT, titik diambil disebelah barat laut dari Mushalla. Pada titik ini diambil didaerah makam. Jarak antara titik 8 dan 9 adalah ±25m. Titik 5, 6, 7, 8 dan 9 diambil pada hari kedua pada tanggal 13 Juli 2005.

Titik 10 berada pada koordinat 070 44’ 15” LS dan 1100 02’ 08” BT, titik ini diambil tepat di batas dusun. Titik 11 berada pada koordinat 070 44’ 30” LS dan 1100 01’ 52” BT, titik ini diambil di sawah tepatnya pada sawah mentimun. Jarak antara titik 10 dan 11 adalah ±50m. Titik 12 berada pada koordinat 070 44’ 34” LS dan 1100 01’ 40” BT, titik ini masih diambil di


(34)

sawah akan tetapi tepat berada di kebun jeruk. Jarak antara titik 1 dan 12 adalah ±30m. Titik 13 berada pada koordinat 070 44’ 38” LS dan 1100 01’ 24” BT, diambil di sawah, dan pada titik ini diambil melalui sungai dangkal. Jarak antara titik 12 dan 13 ±40m. Titik 14 berada pada koordinat 070 44’ 22” LS dan 1100 01’ 36” BT, titik ini diambil ditengah-tengah sawah padi. Jarak antara titik 13 dan 14 adalah ±40m. Titik 15 berada pada koordinat 070 44’ 18” LS dan 1100 01’ 48” BT, titik ini diambil kembali ke jalan raya, tepat di belakang penggergajian kayu. Jarak antara titik 14 dan 15 adalah

±35m. Titik 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 diambil pada hari ketiga pada tanggal 14 Juli 2005.

B. Desain Penelitian

a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah geolistrik (resistivity

meter) Naniura NRD 22 S dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.1. Spesifikasi Naiura NRD 22 S

Pemancar (Transmitter) Spesifikasi

1. Catu daya 12/24 volt, minimal 6 Ah 2. Daya 200W (12 V) atau 300W (24 V) 3. Tegangan keluar maksimum 350 V (20V) atau

450V (24V)

4. Arus keluar maksimum 2000 mA 5. Ketelitian arus 1 mA

Penerima (Receiver) spesifikasi

1. Impedansi masukan 10 M-ohm

2. Batas ukur pembacaan 0.1 mV sampai 500 V 3. Ketelitian potensial 0.1 mV


(35)

4. Kompensator # Kasar 10 x putar #Halus 1x putar Dan dilengkapi dengan:

• Dua buah elektroda arus (terbuat dari tembaga) • Dua buah elektroda potensial (terbuat dari tembaga)

• Dua gulung kabel (untuk elektroda arus) sepanjang + 24 0meter • Dua gulung kabel (untuk elektroda potensial) sepanjang + 20meter • Baterai kering 24 volt

• Dua buah palu untuk menanam elektroda b. Cara Penelitian

Dari beberapa konfigurasi geolistrik metode tahanan jenis yang ada, dalam penelitian ini penulis menggunakan konfigurasi Schlumberger. Pemilihan konfigurasi ini karena kemudahan baik dalam pengambilan data maupun analisis dan interpretasinya. Pada konfigurasi Schlumberger, susunan electroda dimaksudkan untuk mengetahui lapisan-lapisan tanah kearah dalam (vertical). Elektroda-elektroda potensial diam pada suatu tempat pada garis sentral AB sedangkan kedua elektroda arus digerakkan secara simetri keluar dalam langkah-langkah tertentu dan pada jarak yang sama.

Sebagai contoh, mula-mula diambil jarak MN = 0,5 m dan pembacaan dilakukan untuk setiap AB sama dengan 1m, 1,5m, 2m, 3m, 4 m, 5m, dan seterusnya bergantung kebutuhan. Semakin lebar jarak AB, maka semakin dalam jangkauan geolistrik ke dalam tanah. Jika


(36)

kemudian potensial antara elektroda-elektroda terlalu kecil, maka jarak MN dapat diperbesar.

Gambar 3.4. Skema Peralatan Pengukuran Resistivitas konfigurasi Schlumberger (AM = NB dan MO = ON)

Data yang diperlukan untuk pengukuran tahanan jenis lapisan batuan meliputi:

a. Jarak dua elektroda arus (AB). b. Jarak dua elektroda potensial (MN).

c. Arus listrik (I) yang diinjeksikan ke dalam tanah. d. Beda potensial (

Δ

V

) antara kedua elektroda potensial.

e. Dari dua data AB dan MN ini akan diperoleh harga faktor koreksi geometri (K) sehingga dapat diturunkan nilai tahanan jenis semu (ρa).

Dari dua data AB dan MN ini kita peroleh harga faktor koreksi geometri (k), sedangkan dari data I,ΔV, dan k akan kita dapatkan nilai tahanan jenisnya. Untuk konfigurasi Schlumberger di atas, nilai K

dapat diturunkan menjadi

L l

O N

M B

A

V

Pow er supply


(37)

K = π l

l

L )

( 2− 2

di mana L = AB/2 dan l = MN/2

Pengukuran pada suatu wilayah harus terdiri dari beberapa titik sounding yang mewakili daerah penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang cukup bagi analisis, dan interpretasi data yang diperoleh.

C. Metode Analisis dan Interpretasi Data

Analisis dan interpretasi data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan komputer. Analisis data secara manual dilakukan dengan cara pencocokan kurva (matching curve), yaitu mengeplot data lapangan yang berupa AB/2 dan ρa pada kertas bilogaritmik. Hasil dari proses ini

berupa kurva lapangan yang selanjutnya dianalisis dengan bantuan kurva baku (naik-turun), dan perhitungan matematis untuk memperoleh ketebalan lapisan (h) dan harga ρ masing-masing lapisan. Setelah diperoleh nilai h dan ρ, maka dibuat penampang geologi berdasarkan referensi harga tahanan jenis batuan dan peta geologi. Hal ini untuk mengetahui seberapa dalam batuan dasar. Namun, dalam penelitian ini analisis secara manual tidak dilakukan. Sebagai gantinya analisis data dilakukan dilakukan dengan komputer menggunakan software Interpex-1D. Setelah nilai ρ , h, dan d dihasilkan oleh analisis program Interpex 1D. Selanjutnya untuk mengetahui kedalaman batuan dasar, maka pengolahan data selanjutnya dilakukan secara manual dengan membuat penampang silang. Setelah


(38)

dibuat penampang silangnya kemudian dapat kita intepretasikan data tersebut dengan membca kurva hasil sounding berdasarkan nilai ρ dan h serta informasi geologi dan semua informasi yang ada pada saat survei. Dengan menggabungkan informasi tersebut, maka kita akan menemukan gambaran pelapisan batuan dengan tujuan utama menentukan kedalaman batuan dasar.


(39)

26 A. Hasil Penelitian

Data hasil pengukuran geolistrik di Desa Pacekelan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah terdiri dari lima belas titik sounding yang diperoleh dengan metode Schlumberger. Data-data tersebut memiliki jarak elektroda arus (AB/2) mulai dari 1 meter sampai 240 meter dan jarak elektroda potensial (MN/2) mulai dari 0.5 meter sampai 20 meter (kurang dari 1/3 jarak elektroda arus). Untuk setiap pengambilan data dilakukan secara berulang minimal tiga kali dalam satu konfigurasi hal ini dilakukan untuk melihat kekonsistenan data hasil pengukuran. Ketika jarak elektroda potensial diubah, maka dilakukan pengulangan pengukuran pada MN/2 yang lama dan yang baru. Adapun data hasil pengukuran terlampir pada lampiran 1.

B. Pembahasan

1. Kondisi Geologi

Lima belas data merupakan hasil survey yang dilakukan di Desa Pacekelan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Secara geografis wilayah tersebut terletak pada koordinat lintang selatan 07044’02” – 7045’58” dan bujur timur 110001’08” – 110002’47”. Disebelah selatan Kabupaten Purworejo berbatasan dengan


(40)

Samudra Hindia, disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo, disebelah barat berbatasan dengan kabupaten Kebumen, dan disebelah timur berbatasan dengan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang.

Berdasarkan pemetaan yang pernah dilakukan oleh Thanden, dkk (1996) lembar Purworejo, dari pusat penelitian dan Pengembangan Geologi memperlihatkan bahwa stratifikasi daerah penelitian, pola struktur yang utama terdapat disebagian besar wilayahnya merupakan endapan aluvium yang berumur Halosen. Ini terlihat jelas dengan adanya begitu banyak sungai dangkal. Didalam endapan sungai tersebut terdapat kerikil, kerakal dan pasir.

Formasi yang berumur Miosen tersebar luas di daerah perbukitan. Perselingan Gunungapi dengan ketebalan lebih dari 50 meter membentuk bongkahan-bongkahan besar yang melapuk berwarna coklat kemerah-merahan.

Lima belas titik ukur terletak dalam formasi Bemelem dan endapan Aluvium. Berikut ini deskripsi dari masing-masing formasi tersebut :

a. Endapan Aluvium (Qa)

Bagian endapan ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan lempung. Merupakan dataran pantai, sungai, dan danau. Endapan tersebut umumnya mempunyai ketebalan lebih dari 50 meter, untuk endapan pasir umumnya membentuk endapan delta sebagai lapisan


(41)

pembawa air dengan tebal lebih dari 80 meter. Bongkahan tersusun dari andesit, batu gamping dan sedikit batu pasir. Endapan Aluvium ini berumur Halosen.

b. Formasi Bemelem (Tmoa)

Formasi ini merupakan batuan sediment dan perselingan batuan gunungapi dengan ketebalan berkisar 50 meter sampai 200 meter. Batuan gungngapi yang melapuk berwarna coklat kemerah-merahan dan sering membentuk bongkahan-bongkahan besar. Satuan ini berumur Miosen Akhir.

2. Analisis dan Interpretasi Data

Sebaran titik pengukuran geolistrik diusahakan mewakili daerah penelitian agar hasil yang diperoleh dapat memberikan gambaran yang lengkap tentang daerah tersebut. Pada tahap ini dibuat empat penampang dua dimensi, yaitu: titik 15, 11, 9, 6 (PAC 1) membentang dari barat laut ke timur tenggara. Titik 7, 8, 9, 12, 14 (PAC 2) membentang dari arah timur ke barat. Titik 13, 12, 11, 10 (PAC 3) membentang dari barat daya ke timur laut. Titik 1, 2, 6, 8 (PAC 4) membentang dari arah barat daya ke utara. Kelima belas titik tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1. untuk menganalisis hasil penelitian ini dengan computer berupa analisis satu dimensi dan analisis dua dimensi.


(42)

a. Analisis satu dimensi

Dari hasil perhitungan kelima belas titik pengukuran dengan menggunakan software Interpex-1D dapat digambarkan nilai

resistivitas dan perkiraan lapisan batuannya. Sebagai contoh titik 5,

dari hasil pengolahan dapat digambarkan nilai resistivitas yaitu sebesar 29.04 Ωm untuk kedalaman berkisar antara 0 – 6.30 meter, yang merupakan lapisan pertama. Kemudian nilai resistivitas 11.04 Ωm untuk kedalaman berkisar antara 6.30 m - 51.12 m sebagai lapisan kedua, serta nilai resistivitas 25,95Ωm dengan kedalaman >51.12 meter. Seperti terlihat dalam lampiran.

b. Analisis dua dimensi

Dari perhitungan (pengolahan) dengan program Interpex-1D dimana hasilnya berupa perlapisan batuan berdasarkan nilai resistivitas, kedalaman, dan ketebalannya. Kemudian dibuat penampang dua dimensi secara manual dengan cara mengurutkan setiap titik dalam satu garis lurus dalam satu lembar kemudian dibuat model pelapisannya. Pada tahap ini dibuat empat penampang dua dimensi, yaitu: titik 15, 11, 9, 6 (PAC 1) membentang dari barat laut ke timur tenggara. Titik 7, 8, 9, 12, 14 (PAC 2) membentang dari arah timur ke barat. Titik 13, 12, 11, 10 (PAC 3) membentang dari barat daya ke timur laut. Titik 1, 2, 6, 8 (PAC 4) membentang dari arah barat daya ke utara.


(43)

Berdasarkan penampang dua dimensi diatas dapat kita intepretasikan adanya pelapisan tanah maupun batuan berdasarkan nilai

resistivitasnya dan juga ketebalannya. Intepretasi litologi dari penampag

dua dimensi pada PAC 1 dapat kita tabelkan rentang nilai resistivitasnya, kedalaman serta ketebalannya setiap lapisan.

Tabel 4.1. Interpretasi Litologi Penampang Dua Dimensi Lapisan

Resistivitas (Ωm)

Ketebalan (m)

Kedalaman (m) 1 20,37 – 32,92 0 – 7,24 6,71 – 7,24 2 6,91 – 14,39 47,78 - ? 0 - ?

3 46,51 – 67,61 - > 47,78

Berdasarkan table 4.1 dijelaskan gambaran mengenai perlapisan batuan pada daerah penelitian, bahwa daerah tersebut tersusun dari tiga lapisan batuan terlihat pada gambar 4.2. lapusan ini terlihat memanjang dari arah barat laut ke timur tenggaradengan nilai resistivitasnya 20,37 Ωm – 32,92 Ωm. Lapisan pertama ini merupakan lapisan penutup bagian atas dengan kedalaman yang berkisar 6,71 m – 7,24 m. lapisan ini merupakan lapisan impermeable dan tidak memungkinkan terdapat akuifer.

Dibawah lapisan ini adalah lapisan yang kedua memiliki nilai

resistivitas 6,91 Ωm – 14,39 Ωm. Lapisan ini diperkirakan merupakan

lapisan permeable yaitu lapisan yang dengan mudah melewatkan air seperti pasir, kerakal, kerikil dan batu gamping, sehingga bagian yang rendah dari


(44)

lapisan permukaan diharapkan sebagai sumber air tanah dangkal. Pada titik 15 dan 11 kedalamannya berkisar antara 0 – 65,2 m. Pada titik 9 dan 6 kedalamannya berkisar antara 7,1 m – 78,65 m.

Lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas antara 46,51 Ωm – 67,61Ωm. Lapisan ini diduga kuat sebagai batuan dasar karena lapisan ini memberikan batasan yang jelas dengan lapisan yang ada diatasnyaserta resistivitas yang lebih tinggi. Pada lapisan ini batuan dasar ditemukan pada jarak yang tidak terlalu dalam yaitu pada kedalaman lebih dari 47,78 m

Penampang dua dimensi PAC 2 yang berarah dari timur tenggara dan barat laut memberikan hasil seperti pada gambar 4.3. dengan nilai resistivitasnya serta kedalaman dan ketebalannya dapat terlihat pada table 4.2. sebagai gambaran susunan litologi penampangnya.

Tabel 4.2. Interpretasi Litologi Penampang Dua Dimensi Lapisan Resistivitas

(Ωm)

Ketebalan (m)

Kedalaman (m) 1 18,85 – 32,92 0 – 18,90 7,24 – 18,90 2 7,73 – 10,56 54,88 - ? 0 - ?

3 41,56 – 47,51 - > 54,88

Berdasarkan table 4.2 dan gambar 4.3. lapusan ini terlihat memanjang dari arah barat laut ke timur tenggaradengan nilai resistivitasnya 18,85 Ωm – 32,92 Ωm. Lapisan pertama ini merupakan lapisan penutup


(45)

bagian atas dengan kedalaman yang berkisar 7,24 m – 18,90 m. lapisan ini merupakan lapisan impermeable dan tidak memungkinkan terdapat akuifer.

Dibawah lapisan ini adalah lapisan yang kedua memiliki nilai

resistivitas 7,73 Ωm – 10,56 Ωmdengan kedalaman dan ketebalan yang

bervariasi untuk setiap titik sounding. Lapisan ini diperkirakan merupakan sumber air tanah dangkal karena batuan tersebut memungkinkan melewatkan air. Hal ini dikuatkan dengan survey yang dilakukan terhadap penduduk setempat tentang kedalaman air sumur, dimana didapatkan rata– rata kedalaman air sumur ±30 m, disamping itu juga titik-titik ini berada pada endapan aluvium, sehingga nilai resistivitas yang ada merupakan akuifer air dangkal. Titik 7, 8, 9, 12 berada pada kedalaman 7,24 m – 96,1 m dan titik 14 pada kedalaman 0 – 54,2 m.

Lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas antara 41,56 Ωm – 47,51 Ωm. Lapisan ini diduga kuat sebagai batuan dasar karena lapisan ini memberikan batasan yang jelas dengan lapisan yang ada diatasnya serta resistivitas yang lebih tinggi. Pada lapisan ini batuan dasar ditemukan pada jarak yang tidak terlalu dalam juga yaitu pada kedalaman lebih dari 54,88 m. hal ini dikuatkan dengan peta geologi dimana pada daerah penelitian terdapat batuan gunung api yang berumur halosen pada kedalaman lebih dari 50 m.

Penampang dua dimensi PAC 3 yang berarah dari timur tenggara dan barat laut memberikan hasil seperti pada gambar 4.4. dengan nilai


(46)

resistivitasnya serta kedalaman dan ketebalannya dapat terlihat pada table 4.3. sebagai gambaran susunan litologi penampangnya.

Tabel 4.3. Interpretasi Litologi Penampang Dua Dimensi Lapisan

Resistivitas (Ωm)

Ketebalan (m)

Kedalaman (m) 1 31,87 – 42,25 0 – 14,83 10,23 – 14,83 2 3,84 – 30,54 42,89 - ? 0 - ?

3 42,22 – 49,76 - > 47,78

Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.4. lapusan ini terlihat memanjang dari arah barat laut ke timur tenggaradengan nilai resistivitasnya 31,87 Ωm – 42,25 Ωm. Lapisan pertama ini merupakan lapisan penutup bagian atas dengan kedalaman yang berkisar 10,23 m – 14,83 m. lapisan ini merupakan lapisan impermeable dan tidak memungkinkan terdapat akuifer.

Dibawah lapisan ini adalah lapisan yang kedua memiliki nilai

resistivitas 3,84 Ωm – 30,54 Ωm. Lapisan ini diperkirakan lapisan

permeable. Pada lapisan ini potensi akuifer akan muncul pada titik 11 dan 10 pada kedalaman 0 – 82,46 m.

Lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas antara 42,22 Ωm – 49,76 Ωm. Lapisan ini diduga kuat sebagai batuan dasar karena lapisan ini memberikan batasan yang jelas dengan lapisan yang ada diatasnya serta resistivitas yang lebih tinggi. Pada lapisan ini batuan dasar ditemukan pada jarak yang tidak terlalu dalam juga yaitu pada kedalaman lebih dari 47,78 m.


(47)

Penampang dua dimensi PAC 4 yang berarah dari timur tenggara dan barat laut memberikan hasil seperti pada gambar 4.5. dengan nilai resistivitasnya serta kedalaman dan ketebalannya dapat terlihat pada tabel 4.4. sebagai gambaran susunan litologi penampangnya.

Tabel 4.4. Interpretasi Litologi Penampang Dua Dimensi Lapisan Resistivitas

(Ωm)

Ketebalan (m)

Kedalaman (m) 1 20,87 – 23,07 0 – 18,90 6,71 – 18,90 2 4,49 – 10,56 67,81 - ? 6,71 - ?

3 24,15 – 129,8 - > 67,81

Berdasarkan table 4.4 dan gambar 4.5 lapisan ini terlihat memanjang dari arah barat daya ke timur laut dengan nilai resistivitasnya 20,87 Ωm – 23,07Ωm. Lapisan pertama ini merupakan lapisan penutup bagian atas dengan kedalaman yang berkisar 6,71 m – 18,90 m. lapisan ini merupakan lapisan impermeable dan tidak memungkinkan terdapat akuifer.

Dibawah lapisan ini adalah lapisan yang kedua memiliki nilai

resistivitas 4,49 Ωm – 10,56 Ωm. Lapisan ini diperkirakan lapisan

permeable. Pada lapisan ini potensi akuifer akan muncul pada kedalaman 6,71 m – 130,1 m.

Lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas antara 24,15 Ωm – 129,8 Ωm. Lapisan ini diduga kuat sebagai batuan dasar karena lapisan ini memberikan batasan yang jelas dengan lapisan yang ada diatasnya serta


(48)

resistivitas yang lebih tinggi. Pada lapisan ini batuan dasar ditemukan pada jarak yang cukup dalam juga yaitu pada kedalaman lebih dari 67,81 m.

Dengan memperhatikan uraian hasil analisis dan intepretasi data diatas dikaitkan dengan tatanan geologi regional, maka dapat dianalisis lebih lanjut bahwa didaerah penyelidikan memungkinkan ditemukan batuan dasar. Hal ini terlihat dengan dijumpainya lapisan dengan nilai resistivitas cukup tinggi yaitu >30 Ωm. setelah kedalaman 45 m yang diperkirakan batuan dasar yang tersusun dari batuan gunung api mengingat daerah penelitian berada pada daerah formasi bemelen dan endapan alluvium. Dengan memperhatikan penampang dua dimensi pada PAC 1, PAC 2, PAC 3, dan PAC 4 semua memungkinkan ditemukan batuan dasar, tetapi pada PAC 2 batuan dasar di tiap-tiap titik memiliki kedalaman yang hamper sama dan sangat dangkal yaitu pada kedalaman >50 m, penelitian PAC 2 berada pada daerah endapan alluvium dimana batuan dasarnya merupakan perselingan batuan gunung api yang berumur halosen.

Dari keempat jalur penelitian semua dapat dipilih sebagai lokasi pembangunan jalan, jembatan, dan perumahan. Tetapi karena letak batuan yang cukup dalam maka perlu adanya persiapan yang sangat mantap, misalnya pasak tiang bangunan hendaknya dibuat dengan kedalaman >50 m. hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerobohan bangunan maupun bahaya tanah longsor, karena hal ini yang dialami oleh warga sekitar.


(49)

36 A. Simpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya tentang data geolistrik maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

a. Dari seluruh titik sounding yang ada, daerah penelitian tersusun dari tiga lapisan batuan. Lapisan pertama merupakan lapisan penutup bagian atas yang bersifat impermeable yaitu tidak mungkin melewatkan air. Lapisan kedua merupakan lapisan pembawa air (akuifer). Lapisan ketiga diduga sebagai batuan dasar.

b. Litologi yang diharapkan sebagai batuan dasar adalah batuan yang memiliki resistivitas >30 Ωm setelah kedalaman 50 meter, yaitu terlihat jelas pada semua gambar penampang dua dimensi.. tidak ditemukannya batuan dasar terlihat pada titik 8 saja, karena pada kedalaman 96,71 belum menunjukkan adanya batuan dasar.

c. Daerah penelitian terdistribusi oleh dua lapisan yaitu batu pasir, lempung, kerakal dan kerikil dengan nilai resistivitasnya 6-20 Ωm. dan batuan sediment serta perselingan gunungapi yang nilai resistivitasnya 30 Ωm - 129Ωm.

d. Dari empat jalur penelitian yaitu penampang PAC 1, PAC 2, PAC 3, dan PAC 4 semua dapat dibuat sebagai lokasi pembangunan sarana dan


(50)

prasarana, seperti jalan, jembatan dan perumahan, kecuali di titik 8 pada jalur PAC 4.

B. Saran

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka saran yang dapat penulis berikan diantaranya adalah :

1. Melakukan penelitian ulang dengan metode yang berbeda guna mendukung data yang sudah diperoleh dari penelitian ini.

2. Membangun jalan, jembatan, perumahan, maupun sarana yang lain dengan memasang pondasi atau pasak tiang bangunan lebih dalam, berkisar

±50m.

3. Pembangunan lebih di fokuskan pada daerah lingkungan 1, lingkungan 3, dan lingkungan 4.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Boas, Mary.L. 1985. Mathematical Methods in The Physical Sciences. New York: John Wiley and Sons, Inc

Damayanti, Nina. 2005. Penentuan Kedalaman Batuan Dasar (Basement) dengan

Geolistrik Metode Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger. Semarang.

Tidak diterbitkan.

Faddlan, Andi. 2003. Pemanfaatan Geolistrik Metode Tahanan Jenis Untuk

Menentukan Letak dan Kedalaman Akuifer Air Tanah. Semarang. Tidak

diterbitkan.

Handayani, Gunawan. 2000. Penerapan Metode Geofisika dalam Eksplorasi

Mineral (makalah). Bandung: Fisika Bumi ITB

Kodoatie, Robert J. 1996. Pengantar Hidrogeologi. Yoggyakarta: Penerbit ANDI

Michelcic, James R. 1999. Fundamentals of Environmental Engineering. New York: John Willey & Sons, Inc

Martin, Putut. 2002. Geologi Dasar. Semarang. FMIPA UNNES Semarang.

NN. Batuan dan Peta Geologi. Bandung: Departemen Teknik Geofisika ITB

Sunardi. 1997. Faktor –faktor penyebab Lahan Kritis di Lereng Gunung Sumbing. Penelitian Dosen Jurusan Geografi. IKIP Semarang

Santoso, Djoko. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Departemen Teknik Geofisika ITB


(52)

Telford W. and Sheriff. 1982. Applied Geophysics. Cambridge: Cambridge University Press

Thanden, dkk. 1996. Peta Geologi Lembar Kabupaten Purworejo. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi


(53)

Lampiran 1

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 1

2. Lokasi : S 07° 45’ 15” –E 110° 01’ 48” 3. Elevasi :78.0 m

4. Arah Bentangan : N 10° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 12 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 2256 227 9.938 23.41

2 1.5 6.29 461 120 3.841 24.13

3 2 11.79 234 116 21.278 23.76

4 3 27.50 111.2 115 0.967 26.58

5 4 49.50 71.4 147 0.486 21.03

6 5 77.79 35.8 126 0.284 22.09

MN/2=1

7 6 55.00 40.1 101 0.397 21.82

8 8 99.00 19.4 103 0.188 18.63

MN/2=2

9 10 75.43 24.0 91 0.264 19.88

10 15 173.64 12.2 106 0.115 19.87

11 20 311.14 5.3 92 0.058 17.91

MN/2=5

12 25 188.57 12.3 154 0.079 15.05

13 30 275.00 8.2 148 0.055 15.23

14 40 495.00 5.2 154 0.034 16.70

MN/2=10

15 50 377.14 2.6 128 0.020 7.65

16 60 550.00 4.1 143 0.029 15.76

17 80 990.00 2.3 117 0.019 19.45

18 100 1555.71 4.3 228 0.019 29.32

MN/2=20

19 120 1100.00 2.7 140 0.019 21.20

20 150 1736.43 2.2 198 0.011 19.28

21 180 2514.29 1.9 210 0.009 22.73

22 200 3111.43 2.1 272 0.008 24.01


(54)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 2

2. Lokasi : S 07° 45’ 02” –E 110° 01’ 56” 3. Elevasi :112.0 m

4. Arah Bentangan : N 20° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 12 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1784 85 20.988 49.45

2 1.5 6.29 489 73 6.699 42.08

3 2 11.79 259.4 67 3.872 45.61

4 3 27.50 169.9 100 1.699 46.70

5 4 49.50 97.3 97 1.003 49.63

6 5 77.79 58.4 94 0.621 48.30

MN/2=1

7 6 55.00 79.1 88 0.899 49.41

8 8 99.00 35.9 86 0.471 41.31

9 10 155.57 18.8 84 0.223 34.80

MN/2=2

10 15 173.64 13.4 92 0.146 25.28

MN/2=5

11 20 117.86 20.2 98 0.206 24.28

12 25 188.57 22 200 0.110 20.73

13 30 275.00 10 131 0.076 20.98

14 40 495.00 7.5 145 0.051 25.59

MN/2=10

15 50 377.14 8.6 115 0.075 28.19

16 60 550.00 4.6 97 0.047 26.07

17 80 990.00 2.3 88 0.026 25.86

MN/2=20

18 100 754.29 4.3 115 0.037 28.19

19 120 1100.00 1.9 78 0.024 26.78

20 150 1736.43 3.1 188 0.016 28.62

21 180 2514.29 1.4 115 0.012 30.59

22 200 3111.43 2.4 211 0.011 35.37


(55)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 3

2. Lokasi : S 07° 44’ 58” –E 110° 02’ 12” 3. Elevasi :52.0 m

4. Arah Bentangan : N 40° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 12 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1700 283 6.002 14.14

2 1.5 6.29 465 248 1.875 11.78

3 2 11.79 134.6 175 0.769 9.06

4 3 27.50 52.2 175 0.298 8.19

5 4 49.50 42.4 276 0.154 7.60

MN/2=1

6 5 37.71 28.4 129 0.220 8.29

7 6 55.00 52.8 280 0.189 10.36

8 8 99.00 35.0 301 0.116 11.50

9 10 155.57 26.0 337 0.077 11.99

MN/2=2

10 15 173.64 22.2 352 0.063 10.94

11 20 311.14 10.2 278 0.037 11.41

MN/2=5

12 25 188.57 19.8 346 0.057 10.78

13 30 275.00 13.4 352 0.038 10.46

14 40 495.00 8.7 374 0.023 11.51

15 50 777.86 6.9 444 0.016 12.08

MN/2=10

16 60 550.00 7.2 347 0.021 11.40

17 180 990.00 4.7 321 0.015 14.48

18 100 1555.71 3.2 309 0.010 16.10

MN/2=20

19 120 1100.00 4.7 312 0.015 16.56

20 150 1736.43 2.5 250 0.01 17.35

21 180 2514.29 2.1 244 0.009 21.63

22 200 3111.43 1.6 224 0.007 22.21


(56)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 4

2. Lokasi : S 07° 45’ 08” –E 110° 02’ 02” 3. Elevasi : 48.0 m

4. Arah Bentangan : N 13° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 12 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1084 321 3.377 7.95

2 1.5 6.29 413 320 1.290 8.10

3 2 11.79 322.0 321 1.003 11.81

4 3 27.50 158.7 327 0.485 13.34

5 4 49.50 102 305 0.334 16.54

6 5 77.79 70.7 294 0.240 18.69

MN/2=1

7 6 55.00 160 317 0.505 27.74

8 8 99.00 85.9 286 0.300 29.72

9 10 155.57 52.1 272 0.192 29.78

MN/2=2

10 15 173.64 45.2 283 0.159 27.72

MN/2=5

11 20 117.86 57.1 286 0.199 23.52

12 25 188.57 32.9 286 0.115 21.68

13 30 275 18.5 236 0.078 21.54

14 40 495 11.4 240 0.048 23.50

15 60 777.86 8.2 264 0.031 24.15

MN/2=10

16 60 550 13.6 302 0.045 24.75

17 80 990 6.3 240 0.026 25.97

18 100 1555.71 4.9 270 0.018 28.22

MN/2=20

19 120 1100.00 8.8 336 0.026 28.79

20 150 1736.43 5.5 324 0.017 29.46

21 180 2514.29 53.7 311 0.012 29.90

22 200 3111.43 3.3 340 0.009 30.18


(57)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 5

2. Lokasi : S 07° 44’ 52” –E 110° 01’ 56” 3. Elevasi : 54.0 m

4. Arah Bentangan : N 14° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 13 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1254 87 14.414 33.96

2 1.5 6.29 490 93 5.269 33.10

3 2 11.79 205.6 92 2.235 26.32

4 3 27.50 81.9 85 0.964 26.48

5 4 49.50 42.1 89 0.473 23.40

6 5 77.79 26.5 102 0.259 20.20

MN/2=1

7 6 55.00 48 117 0.410 22.55

8 8 99.00 23.7 120 0.198 19.54

9 10 155.57 14.5 125 0.116 18.03

MN/2=2

10 15 173.64 10.6 114 0.093 16.13

11 20 311.14 6.3 140 0.045 13.99

MN/2=5

12 25 188.57 9.5 144 0.066 12.43

13 30 275 6.9 147 0.047 12.90

14 40 495 5.1 193 0.026 13.07

MN/2=10

15 50 377.14 5.6 151 0.037 13.98

16 60 550 4.3 157 0.027 15.05

17 80 990 2.0 96 0.021 20.61

18 100 1555.71 3.1 234 0.013 20.60

MN/2=20

19 120 1100.00 3.3 196 0.017 18.51

20 150 1736.43 2.1 188 0.011 19.38

21 180 2514.29 2.1 282 0.007 18.71

22 200 3111.43 1.7 278 0.006 19.01


(58)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 6

2. Lokasi : S 07° 44’ 50” –E 110° 02’ 00” 3. Elevasi : 52.0 m

4. Arah Bentangan : N 14° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 13 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1728 188 9.191 21.65

2 1.5 6.29 378 122 3.098 19.46

3 2 11.79 157.9 108 1.462 17.22

4 3 27.50 70.6 125 0.565 15.52

5 4 49.50 31.8 118 0.269 13.33

MN/2=1

6 5 37.71 38.1 129 0.295 11.13

7 6 55.0 31.1 166 0.187 10.30

8 8 99.00 16.3 188 0.087 8.58

MN/2=2

9 10 75.43 22.7 172 0.132 9.95

10 15 173.64 8.8 141 0.062 10.83

MN/2=5

11 20 117.86 7.9 82 0.096 11.34

12 25 188.57 7.7 97 0.079 14.96

13 30 275 6.4 115 0.056 15.29

14 40 495 4.1 117 0.035 17.33

15 50 777.86 2.4 102 0.024 18.29

MN/2=10

16 60 550.00 3.5 92 0.038 20.91

17 80 990.00 2.4 125 0.019 19.00

2.5MN/2=20

18 100 754.29 2.1 105 0.02 15.07

19 120 1100.00 2.0 166 0.012 13.24

20 150 1736.43 2.5 294 0.009 14.75

21 180 2514.29 1.9 300 0.006 15.91

22 200 3111.43 1.3 218 0.006 18.54


(59)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 7

2. Lokasi : S 07° 44’ 44” –E 110° 02’ 14” 3. Elevasi : 56.0 m

4. Arah Bentangan : N 10° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 13 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 510 93 5.484 12.92

2 1.5 6.29 329 182 1.808 11.35

3 2 11.79 86.8 112.5 0.772 9.08

4 3 27.50 52.7 181 0.291 8.00

5 4 49.50 32.3 167 0.193 9.57

MN/2=1

6 5 37.71 61.8 167 0.370 13.95

7 6 55.00 42.8 164 0.261 14.34

8 8 99.00 19.2 117 0.164 16.23

MN/2=2

9 10 75.43 36.7 194 0.189 14.26

10 15 173.64 20.9 235 0.089 15.43

11 20 311.14 11.2 241 0.046 14.45

MN/2=5

12 25 188.57 20.5 276 0.074 14.00

13 30 275 10.6 200 0.053 14.56

14 40 495 1.8 79 0.023 11.27

15 50 777.86 6.3 446 0.014 10.98

MN/2=10

16 60 550 10.2 495 0.021 11.32

17 80 990 3.3 261 0.013 12.51

18 100 1555.71 1.7 203 0.008 13.02

MN/2=20

19 120 1100.00 6.3 443 0.014 15.63

20 150 1736.43 3.4 320 0.011 18.44

21 180 2514.29 2.4 282 0.009 21.38

22 200 3111.43 3.2 476 0.007 20.90


(60)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 8

2. Lokasi : S 07° 44’ 36” –E 110° 02’ 04” 3. Elevasi : 58.0 m

4. Arah Bentangan : N 20° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 13 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 2375 256 9.277 21.85

2 1.5 6.29 734 232 3..163 19.87

3 2 11.79 257.7 199.9 1.289 15.18

4 3 27.50 107.4 217 0.494 13.60

5 4 49.50 63.7 258.5 0.246 12.19

MN/2=1

6 5 37.71 87.9 262 0.335 12.64

7 6 55 69.4 281 0.246 13.57

8 8 99 39.5 263 0.150 14.86

9 10 155.57 30.8 288 0.106 16.63

MN/2=2

10 15 173.64 31.5 317 0.099 17.24

MN/2=5

11 20 117.86 37.6 257 0.146 17.23

12 25 188.57 21.9 257 0.085 16.06

13 30 275 12.3 222 0.055 15.23

14 40 495 6.9 245 0.028 13.93

15 50 777.86 4.8 284 0.016 13.14

MN/2=10

16 60 550.0 14.7 625 0.023 12.93

17 80 990.00 9.4 690 0.013 13.48

MN/2=20

18 100 754.29 12.1 647 0.018 14.10

19 120 1100.00 9.5 657 0.014 15.89

20 150 1736.43 6.7 680 0.009 17.10

21 180 2514.29 4.3 564 0.007 19.16

22 200 3111.43 3.4 512 0.006 20.65


(61)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 9

2. Lokasi : S 07° 4’ 34” –E 110° 01’ 58” 3. Elevasi : 62.0 m

4. Arah Bentangan : N 12° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 13 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 2010 130 15.461 36.43

2 1.5 6.29 639 120 5.325 33.45

3 2 11.79 261.5 107 2.443 28.79

4 3 27.50 105.8 116 0.912 25.07

5 4 49.50 62.6 136 0.460 22.77

MN/2=1

6 5 37.71 63.4 114 0.556 20.96

7 6 55 34 105 0.323 17.80

8 8 99 16.4 109 0.150 14.88

9 10 155.57 7.7 87 0.088 13.78

MN/2=2

10 15 173.64 11.6 177 0.065 11.37

MN/2=5

11 20 117.86 14.5 147 0.098 11.62

12 25 188.57 8.2 136 0.060 11.36

13 30 275 4.2 111 0.037 10.40

14 40 495 3.0 123.7 0.024 12.00

15 50 777.86 2.6 154 0.016 13.12

MN/2=10

16 60 550 5.3 171 0.030 17.03

17 80 990 4.2 231 0.018 17.99

18 100 1555.71 2.5 206 0.012 18.87

MN/2=20

19 120 1100.00 8.4 501 0.016 18.43

20 150 1736.43 4.9 426 0.011 19.96

21 180 2514.29 3.6 395 0.009 22.90

22 200 3111.43 2.7 382 0.007 21.98


(62)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 10

2. Lokasi : S 07° 44’ 15” –E 110° 02’ 08” 3. Elevasi : 44.0 m

4. Arah Bentangan : N 15° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 14 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1510 158 9.556 25.51

2 1.5 6.29 595 170 3.5 21.99

3 2 11.79 356 208 1.711 20.16

4 3 27.50 135.7 205 0.661 18.19

5 4 49.50 69.2 191 0.362 17.92

MN/2=1

6 5 37.71 129.2 237 0.545 20.55

7 6 55 59.5 144 0.413 22.71

8 8 99 41.6 156 0.266 25.60

MN/2=2

9 10 75.43 19.4 148 0.131 20.38

10 15 173.64 16.1 189 0.085 17.46

11 20 311.14 17.6 173 0.101 16.73

MN/2=5

12 25 188.57 8.5 138 0.061 18.81

13 30 275 6.7 153.5 0.043 20.53

14 40 495 2.7 109 0.024 23.56

MN/2=10

15 50 377.14 1441 6.0 23.5 25

16 60 550 92 3.1 29.67 27.21

17 80 990 184 3.8 48.42 28.37

18 100 1555.71 203 2.8 72.5 36.01

MN/2=20

19 120 1100.00 2.2 110 0.02 37.69

20 150 1736.43 10.5 821 0.012 22.19

21 180 2514.29 5 487 0.10 25.80

22 200 3111.43 5.7 686 0.008 25.34


(63)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 11

2. Lokasi : S 07° 44’ 30” –E 110° 01’ 52” 3. Elevasi : 38.0 m

4. Arah Bentangan : N 12° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 14 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1467 273 5.373 12.66

2 1.5 6.29 664 339 1.958 12.30

3 2 11.79 243 237 1.025 12.07

4 3 27.50 78.8 200 0.394 10.83

5 4 49.50 37.8 189 0.2 9.89

6 5 77.79 28.6 219 0.130 10.15

MN/2=1

7 6 55 48.4 266 0.181 10

8 8 99 29.2 283 0.103 10.21

9 10 155.57 16.6 256 0.064 10.08

MN/2=2

10 15 173.64 14.3 247 0.057 10.04

MN/2=5

11 20 117.86 13.2 158 0.083 9.84

12 25 188.57 10.9 223 0.048 9.21

13 30 275 9.4 268 0.035 9.64

14 40 495 6.2 303 0.02 10.12

MN/2=10

15 50 377.14 7.7 268 0.028 10.83

16 60 550 6.4 329 0.019 10.69

17 80 990 4.3 358 0.012 11.88

MN/2=20

18 6.7 348 0.019 14.51

19 120 1100.00 3.1 212 0.014 16.07

20 150 1736.43 2.4 230 0.010 18.11

21 180 2514.29 1.9 244 0.007 19.57

22 200 3111.43 1.5 228 0.006 20.46


(64)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 12

2. Lokasi : S 07° 44’ 34” –E 110° 01’ 40” 3. Elevasi : 37.0 m

4. Arah Bentangan : N 10° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 14 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1580 380 4.157 9.79

2 1.5 6.29 578 346 1.67 10.49

3 2 11.79 345 344 1.002 11.81

4 3 27.50 161 316 0.509 14.00

5 4 49.50 91.5 294 0.311 15.39

6 5 77.79 63.9 303 0.210 16.39

MN/2=1

7 6 55 106.8 351 0.304 16.72

8 8 99 60.4 324 0.186 18.44

MN/2=2

9 10 75.43 81.7 302 0.270 20.39

10 15 173.64 38.8 315 0.123 21.37

MN/2=5

11 20 117.86 58 348 0.166 19.63

12 25 188.57 35.7 357 0.1 18.84

13 30 275 20.3 312 0.065 17.88

14 40 495 12.9 400 0.032 15.95

15 50 777.86 7.7 382 0.020 15.67

MN/2=10

16 60 550 9.5 342 0.0277 15.27

17 80 990 4.8 280 0.017 16.96

18 100 1555.71 4.9 403 0.012 18.90

MN/2=20

19 120 1100.00 6.6 341 0.019 21.28

20 150 1736.43 4.7 363 0.012 22.47

21 180 2514.29 3.7 365 0.010 25.47

22 200 3111.43 2.9 337 0.008 26.76


(65)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 13

2. Lokasi : S 07° 44’ 38” –E 110° 01’ 24” 3. Elevasi : 31.0 m

4. Arah Bentangan : N 10° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 14 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 964 241 4 9.42

2 1.5 6.29 563 350 1.608 10.10

3 2 11.79 356 376 0.946 11.15

4 3 27.50 196.1 356 0.550 15.14

5 4 49.50 123.4 346 0.356 17.64

6 5 77.79 99.2 380 0.261 20.29

MN/2=1

7 6 55 189.1 470.6 0.401 22.09

8 8 99 116.3 458.7 0.253 25.09

MN/2=2

9 10 75.43 124.2 345.7 0.359 27.08

10 15 173.64 40.5 312 0.129 22.53

MN/2=5

11 20 117.86 55.3 339 0.163 19.21

12 25 188.57 24.9 284 0.087 16.52

13 30 275 16.3 285 0.057 15.72

14 40 495 6.8 264 0.025 12.74

15 50 777.86 3.8 242 0.015 12.20

MN/2=10

16 60 550 6.7 260 0.025 14.16

17 80 990 4.5 238 0.018 18.71

MN/2=20

18 7.2 261 0.027 20.79

19 120 1100.00 5.4 236 0.022 25.15

20 150 1736.43 4.8 306 0.015 27.22

21 180 2514.29 4.3 385 0.011 28.07

22 200 3111.43 3.8 408 0.009 28.96


(66)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 14

2. Lokasi : S 07° 44’ 22” –E 110° 01’ 36” 3. Elevasi : 36.0 m

4. Arah Bentangan : N 25° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 14 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1865 358 4.844 11.41

2 1.5 6.29 1043 423 2.465 15.49

3 2 11.79 633 382 1.657 19.87

4 3 27.50 353 375 0.941 25.87

5 4 49.50 244.6 422 0.579 28.67

MN/2=1

6 5 37.71 290.4 367 0.791 29.83

7 6 55 250.4 421 0.594 32.69

8 8 99 153.8 426 0.0361 35.72

MN/2=2

9 10 75.43 217.5 452 0.481 36.28

10 15 173.64 68.4 347 0.197 34.21

11 20 311.14 32.1 377 0.085 26.48

MN/2=5

12 25 188.57 39.1 360 0.108 20.47

13 30 275 20.8 317 0.065 18.03

14 40 495 12.6 364 0.034 17.21

MN/2=10

15 50 377.14 34.4 690 0.049 18.79

16 60 550 26.9 680 0.039 21.74

17 80 990 15.7 586 0.026 26.51

18 100 1555.71 12.4 620 0.02 31.10

MN/2=20

19 120 1100.00 17.8 606 0.029 32.29

20 150 1736.43 9.1 473 0.019 33.39

21 180 2514.29 6.6 479 0.013 34.62

22 200 3111.43 5.6 492 0.011 35.40


(67)

LEMBAR PENCATATAN PENDUGAAN GEOLISTRIK

1. No. Titik : 15

2. Lokasi : S 07° 44’ 18” –E 110° 01’ 48” 3. Elevasi : 41.0 m

4. Arah Bentangan : N 30° E

5. Alat : Naniura Type NRD 225 6. Tanggal : 14 Juli 2005

7. Cuaca : Cerah 8. Operator : Mas Yudi

No AB/2 (m)

K V (mV)

I (mA)

R (Ω)

ρα (mΩ) MN/2=0.5

1 1 2.36 1205 304 3.963 9.33

2 1.5 6.29 466 317 1.47 9.23

3 2 11.79 251.7 353 0.713 8.40

4 3 27.50 118.2 334 0.353 9.72

5 4 49.50 62.8 314 0.2 9.89

6 5 77.79 41.3 322 0.128 9.97

MN/2=1

7 6 55 50.3 291 0.172 9.50

8 8 99 34.6 293 0.118 11.68

MN/2=2

9 10 75.43 36.3 244 0.148 11.21

10 15 173.64 18.3 234 0.078 13.57

MN/2=5

11 20 117.86 28.8 270 0.106 12.56

12 25 188.57 13.9 223 0.062 11.74

13 30 275 10.9 274 0.039 10.93

14 40 495 6.2 258 0.024 11.89

15 50 777.86 3.2 188 0.017 13.23

MN/2=10

16 60 550 3 109 0.027 15.13

17 80 990 3.6 201 0.017 17.72

18 100 1555.71 3.3 303 0.007 16.93

MN/2=20

19 120 1100.00 4.7 250 0.018 20.67

20 150 1736.43 3.1 239 0.0129 22.51

21 180 2514.29 2.9 280 0.010 26.03

22 200 3111.43 2.6 282 0.009 28.67


(68)

Lampiran 3

TABEL DATA PENGOLAHAN GEOLISTRIK DENGAN INTERPEX-1D KONFIGURASI SCHLUMBERGER

Lokasi Desa Pacekelan, Kec. Purworejo, Kab. Purworejo

Resistivitas Nomor

Titik

Keterangan

1 2 3

ρ

(Ωm) 23.07 4.49 47.02

d (ketebalan) (m) 12.53 117.9 1

h (kedalaman) (m) 12.53 130.43

ρ

(Ωm) 48.64 8.86 129.8

d (ketebalan) (m) 6.24 67.81 2

h (kedalaman) (m) 6.24 74.05

ρ

(Ωm) 6.90 15.05 51.11

d (ketebalan) (m) 8.79 105.1 3

h (kedalaman) (m) 8.79 113.89

ρ

(Ωm) 6.78 83.75 23.52

d (ketebalan) (m) 8.82 69.06 4

h (kedalaman) (m) 8.82 77.88

ρ

(Ωm) 29.04 11.04 25.95

d (ketebalan) (m) 6.30 44.82 5

h (kedalaman) (m) 6.30 51.12

ρ

(Ωm) 20.87 6.91 46.51

d (ketebalan) (m) 6.71 78.65 6

h (kedalaman) (m) 6.71 85.36

ρ

(Ωm) 18.85 7.73 47.51

d (ketebalan) (m) 11.50 78.86 7


(1)

sedangkan elektroda-elektroda arus digerakkan secara simetri keluar dalam langkah-langkah tertentu dan pada jarak yang sama.

Gambar 5. Skema Peralatan Pengukuran Resistivitas Model Schlumberger (AM = NB dan MO = ON)

d. Metode Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data secara manual dilakukan dengan cara pencocokan kurva (matching kurva), yaitu mengeplot data lapangan yang berupa AB/2 dan ρa

pada kertas bilogaritmik. Sebagai gantinya analisis data dilakukan dengan komputer menggunakan software Interpex- 1D.

Pengolahan data secara maual dilakukan untuk interpretasi data lebih lanjut, yang dibuat berdasarkan nilai resistivitas, kedalaman dan jarak antar titik sounding yang diperoleh dari hasil pengolahan data dengan software Interpex-1D dengan cara menggabungkan titik-titik yang membentuk garis lurus dalam satu lembaran.


(2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil pengukuran geolistrik yang dilakukan dengan metode

Schlumberger di desa Pacekelan, kecamatan Purworejo, Purworejo terdiri dari lima belas titik sounding.

a. Kondisi Geologi

Hasil pemetaan geologi memperlihatkan bahwa stratifikasi daerah penelitian, pola struktur yang utama di wilayahnya sebagian besar merupakan endapan aluvium yang berumur Halosen. Hal ini terlihat jelas dengan

banyaknya sungai dangkal. Dasar sungai tersebut terdapat endapan yang terdiri dari kerikil, kerakal dan pasir. Formasi yang berumur Miosen tersebar luas di daerah perbukitan. Formasi perselingan Gunungapi dengan ketebalan lebih dari 50 meter membentuk bongkahan-bongkahan besar yang melapuk berwarna coklat kemerah-merahan.

b. Analisis dan Interpretasi Data

1) Penampang dua dimensi titik 15 – 11 – 9 – 6 (PAC – 1) dengan arah bentangan barat laut – tenggara.

Table 1. Interpretasi Litologi Penampang Dua Dimensi PAC – 1 Lapisan Resistivitas (Ωm) Ketebalan (m) Kedalaman (m)

1 20.37 – 32.92 6.71 – 7.24 0 – 7.24 2 6.91 – 14.39 47.78 – 78.65 0 – 78.65

3 46.51 – 67.61 - 47.78 - ?

Lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas antara 46,51 Ωm – 67,61Ωm. Lapisan ini diduga kuat sebagai batuan dasar karena lapisan ini memberikan batasan yang jelas dengan lapisan yang ada diatasnyaserta resistivitas yang lebih tinggi. Pada lapisan ini batuan dasar ditemukan pada jarak yang tidak terlalu dalam yaitu pada kedalaman lebih dari 47,78 m


(3)

Penampang Dua Dimensi KDL - 1

K

ed

a

la

m

an (

m

)

Letak Titik

Gambar 4.2 Penampang Dua Dimensi KDL - 1

10

20 30 40 50 60 70 80 90

15 11 9 6

20,37 m - 32,92 mΩ Ω

46,51 m - 67,61 mΩ Ω

6,91 m Ω - 14,39 mΩ

2) Penampang dua dimensi titik titik 7 – 8 – 9 – 12 – 14 (PAC – 2) dengan arah bentangan timur – barat

Table 2. Interpretasi Litologi Penampang Dua Dimensi PAC – 2 Lapisan Resistivitas (Ωm) Ketebalan (m) Kedalaman (m)

1 18.85 –32.92 7.24 – 18.9 0 – 18.9 2 7.73 –10.56 54.88 –78.86 7.24 – 96.71

3 41.56 –47.51 - 54.88 - ?

Lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas antara 41,56 Ωm – 47,51 Ωm. Lapisan ini diduga kuat sebagai batuan dasar karena lapisan ini memberikan batasan yang jelas dengan lapisan yang ada diatasnya serta resistivitas yang lebih tinggi. Pada lapisan ini batuan dasar ditemukan pada jarak yang tidak terlalu dalam juga yaitu pada kedalaman lebih dari 54,88 m. hal ini dikuatkan dengan peta geologi dimana pada daerah penelitian terdapat batuan gunung api yang berumur halosen pada kedalaman lebih dari 50 m.

PAC-1


(4)

Letak Titik

Gambar 4.3 Penampang Dua Dimensi KDL - 2

K

ed

a

la

m

an (

m

)

10

20 30 40 50 60 70

80 90

7

41,56 m - 47,51 mΩ Ω 18,85 m Ω - 32,92 mΩ

17,73 m Ω - 10,56 mΩ

8 9 12 14

3) Penampang dua dimensi titik titik 13 – 12 – 11 – 10 (PAC – 3) yang terbentang dengan arah barat daya – timur laut

Table 3. Interpretasi Litologi Penampang Dua Dimensi PAC – 3 Lapisan Resistivitas (Ωm) Ketebalan (m) Kedalaman (m)

1 31.87 – 42.25 10.33 – 14.83 0 – 14.83 2 3.84 – 30.54 42.56 – 82.46 0 – 82.46

3 42.22 – 49.76 - 47.78 - ?

Lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas antara 42,22 Ωm – 49,76 Ωm. Lapisan ini diduga kuat sebagai batuan dasar karena lapisan ini memberikan batasan yang jelas dengan lapisan yang ada diatasnya serta resistivitas yang lebih tinggi. Pada lapisan ini batuan dasar ditemukan pada jarak yang tidak terlalu dalam juga yaitu pada kedalaman lebih dari 47,78 m.


(5)

Penampang Dua Dimensi KDL - 3

Letak Titik

Gambar 4.4 Penampang Dua Dimensi KDL - 3

K

eda

la

m

an (

m

)

10

20 30

40 50

60 70

80 90

13

42,22 m Ω - 49,76 mΩ 31,87 m Ω - 42,25 mΩ

3,84 m Ω - 30,54 mΩ

12 11 10

4) Penampang dua dimensi titik titik 1 – 2 – 6 – 8 (PAC – 4) yang terbentang dari barat daya – utara.

Table 4 Interpretasi Litologi Penampang Dua Dimensi PAC – 4 Lapisan Resistivitas (Ωm) Ketebalan (m) Kedalaman (m)

1 20.67 – 23.07 6.24 – 18.9 0 – 18.9 2 4.49 – 10.56 57.81 – 117.9 6.24 - 130.43

3 24.15 – 129.8 - 67.81 - ?

Lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas antara 24,15 Ωm – 129,8 Ωm. Lapisan ini diduga kuat sebagai batuan dasar karena lapisan ini memberikan batasan yang jelas dengan lapisan yang ada diatasnya serta resistivitas yang lebih tinggi. Pada lapisan ini batuan dasar ditemukan pada jarak yang cukup dalam juga yaitu pada kedalaman lebih dari 67,81 m.

PAC-3


(6)

Letak Titik

Gambar 4.3 Penampang Dua Dimensi KDL - 2

K

ed

a

la

m

an (

m

)

10

20 30 40 50

60 70 80 90

1

100 110 120 130

24,15 m - 129,8 mΩ Ω 20,87 m - 23,07 mΩ Ω

4,49 m Ω - 10,56 mΩ

2 6 8

Dengan memperhatikan uraian hasil analisis dan intepretasi data diatas dikaitkan dengan tatanan geologi regional, maka dapat dianalisis lebih lanjut bahwa didaerah penyelidikan memungkinkan ditemukan batuan dasar. Hal ini terlihat dengan dijumpainya lapisan dengan nilai resistivitas cukup tinggi yaitu >30 Ωm. setelah kedalaman 45 m yang diperkirakan batuan dasar yang tersusun dari batuan gunung api mengingat daerah penelitian berada pada daerah formasi bemelen dan endapan alluvium. Dengan memperhatikan penampang dua dimensi pada PAC 1, PAC 2, PAC 3, dan PAC 4 semua memungkinkan ditemukan batuan dasar, tetapi pada PAC 2 batuan dasar di tiap-tiap titik memiliki kedalaman yang hamper sama dan sangat dangkal yaitu pada kedalaman >50 m, penelitian PAC 2 berada pada daerah endapan alluvium dimana batuan dasarnya merupakan perselingan batuan gunung api yang berumur halosen.