PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MEMAHAMI ADMINISTRASI PERKANTORAN : Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X AP1 dan XAP2di SMK Negeri 1 Bandung.
66/UN.FPEB.1.PL/2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK
PAIR SHARE DALAM MENIGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA KOMPETENSI DASAR MEMAHAMI ADMINISTRASI
PERKANTORAN
(Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X AP1 dan X AP2 di SMK
Negeri 1 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Manajemen Perkantoran
Oleh
JHONSON MT ARITONANG
0809276
JURUSAN PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
THINK PAIR SHARE
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI
DASAR MEMAHAMI ADMINISTRASI PERKANTORAN
(Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X AP1 dan X AP2 di SMK
Negeri 1 Bandung)
Oleh
Jhonson MT Aritonang
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Jhonson MT Aritonang Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE DALAM MENIGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI
DASAR MEMAHAMI ADMINISTRASI PERKANTORAN
(Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas XAP1 dan XAP2 di SMK Negeri 1 Bandung)
Skripsi ini Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I
Dra. Hj. Nani Sutarni, M.Pd NIP.
Pembimbing II
Dr. Rasto, M.Pd NIP. 197207112001121001
Mengetahui,
Dekan Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. H. Edi Suryadi, M.Si. NIP. 19600412 198603 1 002
Ketua Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis
Dr. Rasto, M.Pd NIP. 197207112001121001
Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis
Jhonson MT Aritonang NIM. 0809276
(4)
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR
SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
KOMPETENSI DASAR MEMAHAMI ADMINISTRASI PERKANTORAN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X AP1 dan XAP2di SMK Negeri
1 Bandung)
JHONSON MT ARITONANG (0809276)
Skripsi ini dibimbing oleh:
Dra. Hj. Nani Sutarni, M.Pd. dan DR. Rasto., M.Pd
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Bandung yang ditandai dengan hasil ulangan harian yang dibawah kriteria kelulusan minimal (KKM).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share (berpikir berpasangan berbagi) dalam proses pembelajaran, yang dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa yang dianalisis berdasarkan nilai N-Gain.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode ekperimen semu (quasi experimental design) dengan desain nonequivalent control group design. Eksperimen dilakukan pada siswa-siswi kelas X (X AP-1 dan X AP-2) di SMK Negeri 1 Bandung pada mata pelajaran Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran untuk cakupan materi memahami administrasi perkantoran. Masing-masing terdiri dari kelompok kontrol (konvensional/ ceramah), dan kelompok eksperimen (kooperatif think pair share) dengan jumlah masing-masing siswa yaitu 34 orang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif think pair share lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional/ceramah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata N-Gain, yaitu untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai N-Gain = 0,38, sedangkan untuk kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai N-Gain = 0,76. Berdasarkan dari hasil nilai N-Gain dan dengan hasil uji hipotesis dengan rumus uji-t yang menyatakan bahwa thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share dengan penerapan model pembelajaran konvensional/ ceramah.
(5)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR GRAFIK ... viii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 12
2.1.Kajian Pustaka ... 12
2.1.1. Pengertian Pembelajaran ... 12
2.1.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 14
2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share ... 22
2.1.5. Pembelajaran Konvensional/Ceramah ... 30
2.1.6. Hasil Belajar ... 34
2.1.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 37
2.1.8. Pembelajaran Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran .... 38
2.2.Hasil Penelitian Terdahulu ... 40
2.3.Kerangka Pemikiran...42
2.4. Hipotesis ... 47
BAB III. DESAIN PENELITIAN ... 48
3.1.Objek Penelitian ... 48
3.2.Metode Penelitian ... 48
3.3.Data dan Sumber Data ... 50
3.3.1. Data ... 50
3.3.2. Sumber Data ... 51
3.4.Skenario Pembelajaran ... 52
3.5.Instrumen Penelitian ... 54
3.5.1. Uji Validitas Instrumen ... 55
(6)
3.5.3. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen ... 57
3.5.4. Daya Pembeda Instrumen ... 58
3.6.Alur Penelitian ... 59
3.7.Teknik Analisis Data ... 61
3.7.1. Data Hasil Tes ... 61
3.7.2. Uji Hipotesis ... 62
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
4.1.Deskripsi Hasil Uji Instrumen ... 69
4.1.1. Uji Validitas Tes ... 69
4.1.2. Reliabilitas Tes ... 70
4.1.3. Tingkat Kesukaran Butir Soal ...70
4.1.4. Daya Pembeda Butir Soal ...71
4.2.Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 72
4.2.1. Data Kelas Eksperimen ... 73
4.2.2. Data Kelas Kontrol ... 80
4.3. Analisis Data ...83
4.3.1. Data Pre-test ... 83
4.3.2. Data Post-test ... 85
4.3.3. N-Gain ... 86
4.3.4. Uji Normalitas ...90
4.3.5. Uji Homogenitas ... 91
4.3.6. Uji Hipotesis ... 92
4.4.Pembahasan Hasil Penelitian dan Temuan Penelitian ... 92
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
5.1. Kesimpulan ... 94
5.2. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... ix LAMPIRAN
(7)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan semakin meningkat sejalan dengan kemajuan jaman. Tuntutan tersebut terarah kepada apa yang diharapkan dan dihasilkan oleh dunia pendidikan. Harapan dari dunia pendidikan salah satunya adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Usaha tersebut sangat penting demi menciptakan manusia yang cerdas dan memiliki potensi sehingga mampu meningkatkan martabat bangsa. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya harus didukung oleh sistem pendidikan yang berkualitas. Salah satu komponen yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan adalah proses belajar mengajar seperti model pembelajaran yang diterapkan, karena proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang berkaitan secara langsung di lapangan. Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan interaksi yang dinamis antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sebagaimana dikemukakan Degeng dalam Sugiyanto (2010:1) bahwa “daya tarik suatu mata pelajaran (proses
(8)
pembelajaran) ditentukan oleh dua hal pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua model atau cara mengajar guru”. Semua hal tersebut saling mendukung yaitu adanya aktivitas antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Keberhasilan proses pengajaran selain ditentukan oleh cara mengajar guru dan cara belajar siswa juga ditentukan faktor lain seperti kurikulum, sarana dan prasarana, media pembelajaran, serta situasi dan kondisi lingkungan belajar.
Perkembangan dalam kegiatan proses belajar mengajar siswa mengalami suatu perubahan. Hal ini merupakan suatu hal yang lazim terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa melalui proses kegiatan mengerjakan soal tes yang diberikan oleh guru. Dari hasil pengamatan penulis, model pembelajaran konvensional/ceramah lebih banyak digunakan oleh guru-guru atau pendidik di SMK Negeri 1 Bandung. Model pembelajaran konvensional/ceramah pada umumnya memberikan kesan bahwa guru adalah sumber belajar satu-satunya (teacher centered), sehingga proses belajar mengajar bersifat satu arah, dan akhirnya membuat siswa sering merasa bosan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh bahwa hasil belajar pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung secara khusus pada Kompetensi Dasar Memahami Administrasi Perkantoran masih rendah. Hal tersebut boleh peneliti buktikan melalui tabel berikut:
(9)
Tabel 1.1
Nilai Rata-Rata Ulangan Harian
Kompeteni Dasar Memahami Administrasi Perkantoran Tahun Pelajaran 2011/2012
NO KELAS KKM RATA-RATA
NILAI
1 X AP 1 70 60.25
2 X AP 2 70 60.00
3 X AP 3 70 51.30
4 X AP 4 70 50.29
Sumber: SMK Negeri 1 Bandung Tabel 1.1 memberikan informasi nilai rata-rata ulangan siswa yang tidak memenuhi KKM (Kriteria Kelulusan Minimal), sehingga mengharuskan siswa mengikuti perbaikan atau remedial. Adapun jumlah siswa yang melakukan remedial pada Kompeteni dasar memahami administrasi perkantoran adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2
Data Jumlah Siswa yang Mengikuti Remedial Kompeteni Dasar Memahami Administrasi Perkantoran
Tahun Ajaran 2011/2012
KELAS JUMLAH
SISWA
KKM JUMLAH SISWA YANG
REMEDIAL
X AP 1 36 Siswa 70 22 Siswa
X AP 2 36 Siswa 70 17 Siswa
X AP 3 36 Siswa 70 16 Siswa
X AP 4 35 Siswa 70 24 Siswa
TOTAL 143 Siswa 79 Siswa
Sumber: SMK Negeri 1 Bandung Tabel 1.2 memberikan informasi bahwa hampir setengah dari jumlah siswa mengikuti remedial. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman siswa dalam
(10)
mengikuti kegiatan pembelajaran pada kompeteni dasar memahami administrasi perkantoran belum optimal. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna dan memahami pelajaran yang diterima berbeda. Hal itu berkaitan juga dengan model pembelajaran atau cara yang digunakan oleh guru bidang studi tersebut dalam mengajar atau menyampaikan materi pelajaran.
Umumnya di sekolah, proses pengajaran masih mengarah pada paradigma lama yakni cenderung berpusat pada guru (teacher centered), konsep yang diajarkan guru hanya digambarkan di papan tulis dan disampaikan secara lisan. Di sini guru berperan mentransfer materi namun terkadang kurang melibatkan keaktifan siswa yang akhirnya siswa hanya menerima secara pasif dan sibuk mencatat materi yang disampaikan guru.
Anita Lie (2004:2) menyatakan:
Paradigma yang lama adalah guru memberikan pengetahuan pada siswa yang pasif. Dia tidak perlu tahu mengenai proses belajar mengajar yang tepat. Dia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya kedalam botol kosong yang siap menerimanya. Mengajar dengan model pembelajaran ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal.
Proses belajar mengajar dengan paradigma lama cenderung menimbulkan kejenuhan bagi peserta didik. Menghindari hal itu tidak terjadi, tuntutan dalam dunia pendidikan harus mengalami perubahan. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut .
Perkembangan dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan siswa mengalami perubahan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Salah satu
(11)
faktor utama yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar mengajar yaitu model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Ketika model pembelajaran yang digunakan tidak tepat terhadap siswa, maka tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal.
Kenyataan dan pandangan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan yang timbul adalah bagaimana upaya pendidik atau guru untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan diterapkannya suatu model pembelajaran yang inovatif, diharapkan mampu membangkitkan motivasi para siswa untuk belajar.
Pada proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karena itu, keberhasilan suatu proses pembelajaran salah satunya ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Salah satu proses pembelajaran yang baik dilakukan oleh guru pada saat ini salah satunya adalah pembelajaran kelas secara kooperatif.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi secara aktif dalam kelompok belajarnya karena tujuan kelompok adalah untuk menghasilkan suatu penyelesaian tugas yang telah diberikan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran
(12)
yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi yang telah diajarkan. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.
Menurut B. Bloom dengan teori belajar di sekolah (Nana S, 2010:23) bahwa:
Ada dua faktor utama yang dominan terhadap hasil belajar yaitu karakteristik intern siswa yang meliputi (kemampuan, minat, hasil belajar sebelumnya dan motivasi) serta karakteristik ekstern kualitas pengajaran yang meliputi (guru, model pembelajaran dan fasilitas belajar).
Model pembelajaran merupakan faktor eksternal dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Oemar Malik (2005:120) mengemukakan bahwa “Cara guru memberikan pelajaran sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang bersumber dari lingkungan sekolah.” Pendapat tersebut diperjelas oleh Etin Solihatin (2007:5) yang menyatakan bahwa salah satu model yang dianggap efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif.
Penerapan model kooperatif menurut penelitian yang selama ini dilakukan terbukti efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif menitikberatkan pada proses belajar dalam kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
(13)
Ada banyak jenis model pembelajaran kooperatif, salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (Berpikir Berpasangan Berbagi). Pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) ini merupakan tipe yang sederhana dengan banyak keuntungan karena dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa untuk mengeluarkan pendapatnya, dan meningkatkan pembentukan pengetahuan siswa. Selain itu model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir (Think), yaitu bekerja sendiri sebelum bekerjasama atau berpasangan (Pair) dengan kelompoknya dan berbagi (Share) ide, yaitu setiap siswa saling memberikan ide atau informasi yang mereka ketahui tentang soal yang diberikan untuk memperoleh kesepakatan dari penyelesaian soal tersebut.
Pembelajaran kooperatif think pair share bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Prosedur dalam pembelajaran kooperatif think pair share menurut Lyman dalam Jonas (2002 : 1-2) terdiri dari 4 tahapan yaitu tahapan pemberian masalah oleh guru, tahap think (berpikir), tahap pair (berpasangan) dan tahap share (berbagi).
Oleh karena itu, dalam upaya memahami dan memecahkan masalah atau fenomena mengenai hasil belajar siswa di SMK Negeri 1 Bandung dan hubungannya dengan masalah model pembelajaran, maka diperlukan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah tersebut. Agar permasalahan yang ditinjau pada penelitian ini tidak terlalu luas dan tidak terjadi pembiasan masalah, perlu adanya pembatasan masalah untuk menentukan ruang lingkup penelitian. Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini :
(14)
1) Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (Berpikir Berpasangan Berbagi)
2) Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung.
3) Penelitian ini hanya dilakukan pada mata pelajaran prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran kompetensi dasar mendeskripsikan administrasi perkantoran pada ranah kognitif.
Mengacu pada keseluruhan paparan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai : “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (Berpikir Berpasangan Berbagi) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Kompeteni Dasar Memahami Administrasi Perkantoran (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bandung )”.
1.2 Rumusan Masalah
Pada umumnya, suatu penelitian terlebih dahulu harus dirumuskan masalah yang diteliti secara jelas agar maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian lebih terarah dan mudah dalam menentukan model pembelajaran mana yang cocok untuk dapat digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Pendapat tersebut mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002:22) yang memandang bahwa: “Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, kemana harus pergi dan dengan apa”.
(15)
Dengan demikian, sesuai dengan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran dengan penerapan model pembelajaran ceramah pada Kompetensi Dasar Memahami Administrasi Perkantoran?
2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada Kompetensi Dasar Memahami Administrasi Perkantoran?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas yang mengggunakan model pembelajaran ceramah dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada Kompetensi Dasar Memahami Administrasi Perkantoran?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secarah ilmiah terhadap pengaruh penerapan Model Pembelajaran Koopeatif Think Pair Share terhadap Hasil Belajar Siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran dengan penerapan model pembelajaran Ceramah pada Kompetensi Dasar Memahami Admnistrasi Perkantoran.
(16)
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada Kompetensi Dasar Memahami Administrasi Perkantoran.
3. Mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas yang mengggunakan model pembelajaran ceramah dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada Kompetensi Dasar Memahami Administrasi Perkantoran.
1.4 Manfaat Penelitian
Apabila tujuan-tujuan peneliti dapat tercapai, maka peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang tertarik pada pembahasan yang dibahas. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis dijabarkan sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis (akademik)
1. Dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan bidang model pembelajaran, khususnya tentang model pembelajaran kooperatif think pair share, serta pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
2. Sebagai dasar dan acuan bagi peneliti lainnya yang merasa tertarik untuk meneliti permasalahan yang sama.
1.4.2 Manfaat Empiris (Praktis)
a. Bagi Penulis
1. Dapat memperluas pemahaman penulis mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran koopeatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa.
(17)
2. Penelitian ini juga sangat berguna bagi penulis sebagai calon pendidik untuk dapat membantu peserta didik meningkatkan prestasi belajarnya.
b. Bagi Guru
1. Sebagai tambahan pengetahuan mengenai model pembelajaran, sebab dengan pembendaharaan model pembelajaran yang tinggi, dapat menentukan model pembelajaran yang tepat dan sesuai terhadap tujuan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Sebagai kontribusi positif untuk memacu kreatifitas dalam penerapan strategi pengajaran dengan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dari tiap standar kompetensi pada program produktif
c. Bagi Sekolah
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi peningkatan kualitas hasil belajar siswa, membuat siswa jadi bersemangat untuk lebih dalam mempelajari suatu standar kompetensi.
2. Dapat digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan sebagai bahan referensi untuk penulisan karya ilmiah berikutnya dan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
(18)
(19)
BAB III
DESAIN PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (Berpikir Berpasangan Berbagi) terhadap hasil belajar siswa pada Kompeteni Dasar Memahami Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung. Variabel bebas atau independent varabel dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif Think Pair Share. Kemudian yang menjadi variabel terikat atau dependent variabe adalah hasil belajar siswa. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung.
Objek penelitian yaitu orang yang dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti selama melakukan penelitian. Berdasarkan objek penelitian tersebut, maka akan dianalisis mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif Think Pair Share terhadap hasil belajar siswa di SMK Negeri 1 Bandung pada kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran pada Standar Kompetensi Prinsip-prinsip Penyelengaraan Administrasi Perkantoran.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian eksperimen diartikan sebagai pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, artinya memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan pendekatan penelitian cukup khas. Kekhasan tersebut diperlihatkan oleh dua hal, pertama penelitian eksperimen menguji secara
(20)
langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, kedua menguji hipotesis hubungan sebab akibat (Syaodih, 2006:194).
Metode penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2009:72). Penelitian eksperimen memiliki 3 jenis yang masing-masing memiliki kekhasan, yakni pre-eksperimen, quasi-eksperimen dan true-eksperimen. Berikut perbedaan dari ketiga jenis penelitian eksperimen:
Tabel 3.1
Jenis-Jenis Penelitian Eksperimen
No Pre eksperimen Quasi eksperimen True eksperimen
1. Hanya 1 kelas (kelas eksperimen)
Ada dua kelas (kelas kontrol dan kelas
eksperimen)
Ada dua kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen) 2. Sampel dipilih secara
random
Sampel tidak dipilih
secara random Sampel dipilih secara random 3.
Hanya pretest atau postes saja yang
diberikan
Dilakukan pretes dan
postes Dilakukan pretes dan postes
4. Tidak diberikan evaluasi tes
Diberikan evaluasi tes saat awal dan akhir model
pembelajaran
Pemberian evaluasi tes diberikan secara berkala (Muhibbin Syah, 2006:79) Dari ketiga jenis penelitian eksperimen, penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi (quasi experiment). Metode eksperimen kuasi untuk memperoleh gambaran peningkatan hasil belajar siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah non-equivalent control group design. Menurut Sugiyono
(2009:116) “Non-equivalent control group design hampir sama dengan pretest-post test control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Kelompok kontrol dan
(21)
eksperimen dilakukan tes awal. Perlakuan pada kedua kelompok berbeda, dimana kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share dan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) dan diakhiri dengan tes akhir untuk masing-masing kelompok.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Eksperimen (E) O1 X1 O2
Kelompok Kontrol (K) O3 O4
Ket :
O1 : Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen
O2 : Tes akhir (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen
O3 : Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok Kontrol
O4 : Tes akhir (setelah perlakuan) pada kelompok Kontrol
X : Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share E : Kelas eksperimen
K : Kelas Kontrol
3.3 Data dan Sumber Data
3.3.1 Data
Data menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) : “Adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka yang dapat dijadikan bahan menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data
yang dipakai untuk suatu keperluan”.
Berdasarkan definisi tersebut, data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data langsung berupa jawaban-jawaban yang diperoleh melalui tes obyektif dari para responden mengenai sub kompetensi yang diberikan kepada sejumlah
(22)
siswa kelas X pada Kompeteni Dasar Memahami Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan tentang data. Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Husein Umar (2003:64) bahwa:
“Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung
secara empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan
menggunakan teknik pengumpulan data tertentu”.
Melalui pengertian ini maka data primer diperoleh secara langsung dan dihasilkan langsung oleh si peneliti. Sedangkan data sekunder menurut Husein Umar (2003:84) adalah :
“Data yang diperoleh dari pihak lain atau hasil penelitian pihak lain atau data yang sudah tersedia sebelumnya yang diperoleh dari pihak lain yang berasal dari buku-buku, literatur, artikel dan jurnal ilmiah”.
Sumber data yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah kedua jenis data tersebut yaitu data primer dan data sekunder. Berdasarkan hal tersebut, maka sumber data yang diperoleh untuk menunjang penelitian ini diantaranya :
Tabel 3.3
Sumber Dan Jenis Data
No Data Jenis
1 Rekapitulasi nilai rata-rata ulangan harian kompeteni dasar memahami administrasi perkantoran semester ganjil tahun 2011/2012
Sekunder
2 Daftar nilai ulangan harian kelas X Administrasi Perkantoran semester ganjil
Sekunder 3 Data Jumlah Siswa yang mengikuti remedial kompeteni dasar
memahami administrasi perkantoran Semester Ganjil 2011/2012
Sekunder 4 Daftar jumlah kelas dan siswa SMK Negeri 1 Bandung Sekunder 5 Silabus Standar Kompetensi Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Bandung
(23)
6 Panduan Penyusunan Laporan Hasil Belajar SMK Sekunder
7 Profil SMK Negeri 1 Bandung Sekunder
8 Penerapan model pembelajaran yang diterapkan guru mata pelajaran Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Admiistrasi Perkantoran
Primer 9 Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share Primer 10 Data hasil pretes dan posttes peserta didik setelah penerapan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share
Primer
3.4 Skenario Pembelajaran
Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (kelas eksperimen) dan penerapan model pembelajran konvensional (kelas kontrol) adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 4
Skenario Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (Kelas Eksperimen)
Model Pembelajaran Konvensional (Kelas Kontrol)
1. Tahap Persiapan
Guru membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Guru menyiapkan materi yang akan dibahas
Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post tes
1. Tahap Persiapan
a) Guru membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b) Guru menyiapkan materi yang akan
dibahas
c) Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test
d) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
(24)
2. Pelaksanaan A. Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kehadiran siswa
b) Apersepsi: Guru mengulas tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari.
c) Motivasi :
i. Guru memberikan pre test kepada siswa
ii. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.
iii. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Think Pair Share .
B. Kegiatan Inti
a) Tahap Pendahuluan
-Guru menjelaskan aturan main dan bantuan batasan waktu untuk setiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat
2. Pelaksanaan A. Pendahuluan
a)Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kehadiran siswa
b)Apersepsi : Guru mengulas tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari.
c)Motivasi :
i. Guru memberikan pre test kepada siswa.
ii. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.
B. Kegiatan Inti
a)Guru menjelaskan materi mengenai: i. definisi rapat, guna dan tujuan
rapat
(25)
pada aktivitas pemecahan masalah. -Guru menjelaskan kompetensi
yang harus dicapai oleh siswa b) Tahap Think (Berpikir)
-Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi -Guru memberikan Lembar Kerja
Siswa kepada seluruh siswa
-Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa tersebut secara individu c) Tahap Pair (Berpasangan)
-Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
-Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
d) Tahap Share (Berbagi)
-Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa dikelas dengan dipandu oleh guru
e) Tahap Penghargaan
Siswa dinilai secara individu dan kelompok
iii. jenis-jenis rapat iv. persiapan rapat
v. syarat rapat yang sempurna vi. teknik persiapan rapat.
b)Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS)
c)Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok, masing-masing 5-6 orang siswa.
d)Siswa secara berkelompok mengerjakan LKS yang telah diberikan
e) Siswa berkelompok mengerjakan LKS yang telah diberikan
f) Membimbing atau mengawasi selama kegiatan penugasan berlangsung
g) Siswa menyerahkan hasil penugasan kemudian dibahas dalam kelas
h) Guru memberikan penilaian terhadap hasil penugasan
3. Kegiatan Penutup
a) Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai keseluruhan materi pembelajaran yang didiskusikan oleh siswa. b) Guru memberikan post test.
3. Kegiatan Penutup
a) Guru membuat kesimpulan bersama siswa mengenai materi pembelajaran yang dipelajari.
b) Guru memberikan post test secara perseorangan
(26)
1.5Instrumen Penelitian
Sudjana (2005 :35) menjelaskan bahwa : “Tes pada umumnya digunakan untuk menilai untuk mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pengajaran”.
Instrumen tes dibuat dengan mempelajari terlebih dahulu Standar Kompeteni Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran serta Kompetensi Dasar Memahami Administri Perkantoran. Kemudian instrumen tes tersebut di uji coba terhadap kelas XI SMK Negeri 1 Bandung untuk mengukur atau mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi serta layak digunakan sebagai alat pengambilan data atau tidak.
Instrumen tes yang diberikan kepada siswa adalah tes kemampuan pemahaman konsep siswa berupa soal uraian yang akan dijadikan sebagai soal pretest dan posttest. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan postest dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan (treatment). Adapun langkah-langkah untuk menganalisis instrumen sebagai berikut :
3.5.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan koefisien produk
(27)
momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan sebagai berikut :
∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dan variabel yang
dikorelasikan X : Skors tiap items x Y : Skors tiap items y
N : Jumlah responden uji coba
3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Untuk mengetahui suatu instrumen reliabel atau tidak maka harus diketahui koefisien reliabilitasnya. Menurut Arikunto (2008:60) suatu tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan ketetapan masalah hasil tes atau seandainya hasil tes berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Pengujian reliabilitas uji coba instrumen ini dengan
menggunakan koefisien alpha (α) dari cronbach sebagai berikut:
Keterangan :
(Suharsimi Arikunto, 200: 72)
(Ating Somantri dan Sambas Ali M., 200:48)
2 t 2 b 11Σ
1
1
k
k
r
(28)
r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
k : Jumlah butir instrumen
Tabel 3. 5
Interprestasi derajat reliabilitas
Rentang Nilai Klasifikasi
0,000-0,200 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,201-0,400 Derajat reliabilitas rendah
0.401-0,600 Derajat reliabilitas cukup 0,601-0,800 Derajat reliabilitas tinggi 0,801-1,000 Derajat reliabilitas sangat tinggi
3.5.3 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen
Tingkat kesukaran dipandang dari kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal tersebut, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal-soal. Persoal-soalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penetuan proporsi dan kriterian soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:207) bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada soal tersebut. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
(Suharsimi arikunto, 2006 : 100)
(29)
P : Indeks Kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar Js : jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3. 6 Tingkat kesukaran
No Rentang Nilai tingkat kesukaran Klasifikasi
1 0,70-1,00 Mudah
2 0,30-0,70 Sedang
3 0,00-0,30 Sukar
3.5.4 Daya Pembeda Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:211) mengemukakan bahwa daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membuktikan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D), indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Untuk mengetahui indeks diskriminasi dapat menggunakan perumusan:
(Suharsimi arikunto, 2006 : 100)
(30)
Keterangan :
D : Indeks diskriminasi (daya pembeda)
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3. 7
Klasifikasi Daya Pembeda
No Rentang Nilai D Klasifikasi
1 0,00-0,19 Jelek
2 0,20-0,39 Cukup
3 0,40-0,69 Baik
4 0,70-1,00 Baik Sekali
5 Negatif Tidak Baik
3.6 Alur Penelitian
Adapun tahapan-tahapan penelitian disajikan dalam alur penelitian pada gambar berikut:
(31)
.
PPpp
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Studi Literatur tentang model pembelajaran kooperatif TPS
Penyusunan Instrumen 1. Soal Pretes 2. Soal Postes
Penyusunan Perangkat
Pembelajaran 1. RPP
2. Penuntun praktikum
model kooperatif
TPS & ceramah
Perbaikan dan revisi
Validasi, uji coba dan revisi
Model Pembelajaran konvensional
Model Pembelajaran kooperatif TPS
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Pretest
Postest
Analisis Data
(32)
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berupa data kuantitatif. Maka teknik analisis data yang digunakan juga menggunakan teknik analisis data
kuantitatif. “Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data terkumpul dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul”
(Sugiyono, 2012: 207).
Setelah data hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh, maka dilakukan analisis statistik untuk mengetahui perbedaan kedua kelompok tersebut. Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.7.1 Data Hasil Tes
a. Perhitungan Skor Tes Individu
Data yang telah diperoleh digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Data tersebut diperoleh dari tes awal (pre-test) sebelum pembelajaran dan tes akhir (post-test) setelah pembelajaran dilaksanakan. Hasil pre-test dan post-test peserta didik dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan.
a. Perhitungan N-Gain
Setelah nilai hasil pre-test dan post-test diperoleh dari hasil penskoran, maka selanjutnya akan dihitung rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yaitu dengan perhitungan N-Gain. Hal ini dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
(33)
Selanjutnya, perolehan normalisasi N-Gain diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:
Tabel 3.8
Klasifikasi Nilai N-Gain Rentang Nilai Klasifikasi
g > 0,70 Tinggi
0,30 ≥ (g) < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
3.7.2 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik uji statistik yang cocok dengan distribusi data yang diperoleh. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata kemampuan awal (pre-test) dan rata-rata kemampuan akhir (post-test) siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Proses pengujian hipotesis akan meliputi uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas sebagai syarat untuk menggunakan statistik parametik, yakni dengan menggunakan uji-t. Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat menentukan persamaan uji-t yang digunakan. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat.
(34)
Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1) Menyusun data skor nilai pretest dan posttest yang diperoleh kedalam
tabel distribusi frekuensi menggunakan aturan Sturges dengan tabel bantu seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.9 Tabel Uji Normalitas
Interval Xi Xin Zi Peluang fo fh X2
Jumlah
Siregar (2004: 87) 2) Menentukan banyak kelas (k)
k = 1+3,3 log n Keterangan : n = banyaknya data
3) Menghitung Range (R)
R = Xmak - Xmin
keterangan : Xmak = nilai maksimum
Xmin = nilai minimum
4) Menentukan panjang kelas interval (P)
keterangan : R = Rentang (range) k = banyaknya kelas
(35)
5) Menentukan batas atas dan batas bawah kelas interval. Batas atas diperoleh dari ujung kelas atas ditambah 0,5. Sedangkan batas bawah diperoleh dari ujung kelas bawah dikurangi 0,5.
6) Menentukan nilai rata-rata untuk masing-masing kelas ( ̅)
̅
keterangan : fi = Jumlah frekuensi
xi = data tengah-tengah dalam interval
7) Menghitung standar deviasi (S)
√ ̅
8) Menentukan batas bawah kelas interval (xin) dengan rumus:
(xin) = Bb - 0,5 kali desimal yang digunakan interval kelas
keterangan : Bb = batas bawah interval.
9) Menghitung Zi untuk setiap batas bawah kelas interval :
̅
10) Menghitung luas daerah tiap-tiap kelas interval L1=lo1 - lo2
Keterangan : L1 = luas kelas interval
lo1 = luas daerah batas atas kelas interval
lo2 = luas daerah batas bawah kelas interval
(36)
xn selalu diambil nilai peluang 0,5000.
12) Menghitung frekuensi harapan.
fh = li.∑fi
13) Menghitung harga frekuensi dengan rumus Chi-Kuadrat
keterangan : f0 = frekuensi hasil pengamatan
fh = frekuensi harapan
14) Langkah selanjutnya mengkonsultasikan harga 2 dari hasil perhitungan
dengan tabel Chi-Kuadrat pada derajat kebebasan tertentu sebesar jumlah kelas interval dikurangi satu (dk = k-1). Jika diperoleh harga 2hitung < 2tabel pada
taraf signifikansi α tertentu, maka dikatakan bahwa sampel berdistribusi normal.
Jika datanya berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan yaitu uji statistik parametik yang tepat. Maka perlu dilakukan satu uji lagi yaitu uji homogenitas.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor-skor pada penelitian yang dilakukan mempunyai variansi yang homogen atau tidak untuk taraf signifikansi
α. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1) Menentukan varians data
2) Menentukan derajat kebebasan (dk)
dk1 = n1– 1 dan dk2 = n2– 2
(37)
Keterangan : S2b = varian terbesar
S2k = varian terkecil
4) Mementukan nilai uji homogenitas tabel melalui interpolasi. Jika Fhitung < Ftabel , maka data berdistribusi homogen.
c. Uji-t (t-test)
Setelah normalitas dan homogenitas data diketahui, digunakan uji-t dengan beberapa kemungkinan sebagai berikut (Sugiyono, 2012: 272-274) :
1) Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 , dan varian homogen (σ12= σ22) maka dapat
digunakan rumus uji-t baik untuk separated maupun pooled varian, dengan derajat kebebasannya (dk) = n1 + n2 – 2.
2) Bila jumlah anggota sampel n1≠ n2 , dan varian homogen (σ12= σ22) maka dapat
digunakan rumus uji-t pooled varian, dengan derajat kebebasannya (dk) = n1 + n2 – 2.
3) Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 , dan varian tidak homogen (σ12≠ σ22) maka
dapat digunakan rumus uji-t separated maupun pooled varian, dengan derajat kebebasannya (dk) = n1 -1 atau n2 – 1.
4) Bila jumlah anggota sampel n1≠ n2 , dan varian tidak homogen (σ12≠ σ22) maka
dapat digunakan rumus uji-t separated varian, dengan dk (n1-1) dan dk (n2-1)
dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.
5) Bila sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan (treatment), atau membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sampel related.
(38)
Rumus-rumus Uji-t (t-test) :
Rumus Separated Varian
̅ ̅
√( )
Rumus Pooled Varian
̅ ̅
√
Rumus Sampel Varian
̅ ̅
√ (
√ ) ( √ )
Keterangan : t = thitung
n1 = jumlah responden kelompok 1
n2 = jumlah responden kelompok 2
S1 = standar deviasi kelompok 1
S2 = standar deviasi kelompok 2 ̅ = rata-rata kelompok 1
(39)
Setelah harga thitung diperoleh, maka selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel
dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
(40)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung yang menggunakan model pembelajaran ceramah (kelas kontrol) termasuk kedalam klasifikasi rendah hingga sedang.
2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (kelas eksperimen) termasuk kedalam klasifikasi sedang hingga tinggi.
3. Dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (Berpikir Berpasangan Berbagi) peningkatan hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan model Ceramah selain itu siswa terlihat lebih aktif dan antusias mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan tahap-tahap pada model pembelajaran kooperatif TPS. Proses pembelajaran juga lebih interaktif, komunikatif dan interaksi antara siswa dengan siswa yang lain terjalin dengan baik, siswa lebih berani mengutarakan pendapat dan permasalahan yang dialaminya dapat diketahui dan diselesaikan bersama.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif think pair share lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
(41)
konvensional/ceramah untuk mata pelajaran prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung, maka penulis merekomendasikan kepada berbagai pihak yang terkait, yaitu diantaranya:
1. Bagi pihak sekolah SMK Negeri 1 Bandung, supaya dapat
mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran lain seperti model pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada mata pelajaran lainnya sebagai pengganti metode pembelajaran ceramah yang biasa dilakukan agar peningkatan hasil belajar siswa di SMK Negeri 1 Bandung juga meningkat kearah lebih baik.
2. Bagi Guru Mata Pelajaran Prinsip Penyelenggaraan Administrasi
Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung, supaya dapat
mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada mata pelajaran ini, karena dilihat dari hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah.
3. Bagi Siswa Siswi SMK Negeri 1 Bandung, supaya ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dikelas dan dapat bekerja sama dalam suatu kelompok. Hal ini untuk menggali pengetahuan sendiri dan akan lebih mudah memahami materi pelajaran dengan cara belajar kelompok, diskusi dan langsung mengetahui proses dari pengetahuan itu sendiri
(42)
seperti mempraktekan hasil pembahasan materi sesuai dengan teori yang di bahas.
4. Bagi Penulis, supaya dapat mengkaji dan meneliti kembali tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran Think Pair Share untuk cakupan yang lebih luas lagi. Karena tidak menutup kemungkinan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.
(43)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.(2001). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bahri, S. dan Aswan, Z.2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Adi
Mahasatya
Brian, C dan Paul, B. Instant Creativity. PT Gelora Aksara Pratama
Departemen P dan K RI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djafar, Tengku (2001). Kontribusi Strategi Pembelajaran.Yogyakarta: Andi. Djamarah, Syaiful B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Eryanti. (2002). Model Pembelajaran Kontruktivisme Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berkomunikasi Siswa Pada Konsep Hormon. Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Hawadi, R.A., Wihardjo, R.S.D. dan Wiyono, M. (2001). Kreativitas: Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo.
Isjoni. (2009). Cooperative Learning. Bandun: Alfabeta. Jordan E.A.(1997). Bengkel Kreativitas. Bandung:Kaifa
Kusnandar. (2010). Guru Profesional. Edisi Revisi 6. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Lie, Anita. (2004). Cooperatif Learning. Jakarta:Gramedia.
Muhidin, Sambas Ali dan S, Ating. 2006. Analisis korelasi, Regresi, dan Jalur dalam penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Muhidin, Sambas Ali. (2010). Statistika 2 Pengantar Untuk Penelitian. Bandung: Karya Adhika Utama
Riduan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
(44)
Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Slavin. (2009). Cooperative Learning. Jakarta: Rineka Cipta
Sontani, Uep T & Sambas Ali M. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama
Sudjana, Nana. (2009). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sugianto,H. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Yuma Pressindo.
Sugihartono,dkk. (2007).Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tsauroh Islamiyah, Zakiyah. (2011). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran Di Smkni 1 Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)
Yusbar. (2011). Penerapan Kegiatan Praktikum Berbasis Permainan Sains Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya dan Keterampilan Proses Sains Siswa kelas V SD/MI. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Pawley. (2001). Think, Pair, Share. (online). Tersedia : www.cs.ubc.ca/spider/ladic/course/news_tps.html. [14 Februari 2012] Fogarty & Robin. (1999). Think/Pair/Share. (online). Tersedia :
www.broward.k12.fl.us/ci/whatsnew/strategies_and_such/strategies/think_ pair_share.html. [14 Februari 2012]
Johnson, Elaine. 2006. CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan Dan Bermakna Johnson & Johnson. 2002. Cooperative Learning. (online). Tersedia :
http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.html. [14 Februari 2012]
Jones, Raymond. 2002. Think-Pair-Share. (online). Tersedia : http://curry.edschool.virginia.edu/og/readquest/start/tps.html. [14 Februari 2012]
(45)
Cooper. (2002). Using Cooperative Learning Groups. (online). Tersedia : www.id.ucsb.edu/ic/ta/hdbk/ta 3-5.html. [14 Februari 2012]
(1)
97
Jhonson MT Aritonang, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung yang menggunakan model pembelajaran ceramah (kelas kontrol) termasuk kedalam klasifikasi rendah hingga sedang.
2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (kelas eksperimen) termasuk kedalam klasifikasi sedang hingga tinggi.
3. Dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (Berpikir Berpasangan Berbagi) peningkatan hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan model Ceramah selain itu siswa terlihat lebih aktif dan antusias mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan tahap-tahap pada model pembelajaran kooperatif TPS. Proses pembelajaran juga lebih interaktif, komunikatif dan interaksi antara siswa dengan siswa yang lain terjalin dengan baik, siswa lebih berani mengutarakan pendapat dan permasalahan yang dialaminya dapat diketahui dan diselesaikan bersama.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif think pair share lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
(2)
98
Jhonson MT Aritonang, 2013
konvensional/ceramah untuk mata pelajaran prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung, maka penulis merekomendasikan kepada berbagai pihak yang terkait, yaitu diantaranya:
1. Bagi pihak sekolah SMK Negeri 1 Bandung, supaya dapat
mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran lain seperti model pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada mata pelajaran lainnya sebagai pengganti metode pembelajaran ceramah yang biasa dilakukan agar peningkatan hasil belajar siswa di SMK Negeri 1 Bandung juga meningkat kearah lebih baik.
2. Bagi Guru Mata Pelajaran Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung, supaya dapat
mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada mata pelajaran ini, karena dilihat dari hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah.
3. Bagi Siswa Siswi SMK Negeri 1 Bandung, supaya ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dikelas dan dapat bekerja sama dalam suatu kelompok. Hal ini untuk menggali pengetahuan sendiri dan akan lebih mudah memahami materi pelajaran dengan cara belajar kelompok, diskusi dan langsung mengetahui proses dari pengetahuan itu sendiri
(3)
99
Jhonson MT Aritonang, 2013
seperti mempraktekan hasil pembahasan materi sesuai dengan teori yang di bahas.
4. Bagi Penulis, supaya dapat mengkaji dan meneliti kembali tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran Think Pair Share untuk cakupan yang lebih luas lagi. Karena tidak menutup kemungkinan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.
(4)
Jhonson MT Aritonang, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.(2001). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bahri, S. dan Aswan, Z.2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Adi
Mahasatya
Brian, C dan Paul, B. Instant Creativity. PT Gelora Aksara Pratama
Departemen P dan K RI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djafar, Tengku (2001). Kontribusi Strategi Pembelajaran.Yogyakarta: Andi. Djamarah, Syaiful B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Eryanti. (2002). Model Pembelajaran Kontruktivisme Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berkomunikasi Siswa Pada Konsep Hormon. Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Hawadi, R.A., Wihardjo, R.S.D. dan Wiyono, M. (2001). Kreativitas: Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo.
Isjoni. (2009). Cooperative Learning. Bandun: Alfabeta. Jordan E.A.(1997). Bengkel Kreativitas. Bandung:Kaifa
Kusnandar. (2010). Guru Profesional. Edisi Revisi 6. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Lie, Anita. (2004). Cooperatif Learning. Jakarta:Gramedia.
Muhidin, Sambas Ali dan S, Ating. 2006. Analisis korelasi, Regresi, dan Jalur dalam penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Muhidin, Sambas Ali. (2010). Statistika 2 Pengantar Untuk Penelitian. Bandung: Karya Adhika Utama
Riduan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
(5)
Jhonson MT Aritonang, 2013
Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Slavin. (2009). Cooperative Learning. Jakarta: Rineka Cipta
Sontani, Uep T & Sambas Ali M. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama
Sudjana, Nana. (2009). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sugianto,H. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Yuma Pressindo.
Sugihartono,dkk. (2007).Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tsauroh Islamiyah, Zakiyah. (2011). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran Di Smkni 1 Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)
Yusbar. (2011). Penerapan Kegiatan Praktikum Berbasis Permainan Sains Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya dan Keterampilan Proses Sains Siswa kelas V SD/MI. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Pawley. (2001). Think, Pair, Share. (online). Tersedia :
www.cs.ubc.ca/spider/ladic/course/news_tps.html. [14 Februari 2012] Fogarty & Robin. (1999). Think/Pair/Share. (online). Tersedia :
www.broward.k12.fl.us/ci/whatsnew/strategies_and_such/strategies/think_ pair_share.html. [14 Februari 2012]
Johnson, Elaine. 2006. CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan Dan Bermakna Johnson & Johnson. 2002. Cooperative Learning. (online). Tersedia :
http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.html. [14 Februari 2012]
Jones, Raymond. 2002. Think-Pair-Share. (online). Tersedia : http://curry.edschool.virginia.edu/og/readquest/start/tps.html. [14 Februari 2012]
(6)
Jhonson MT Aritonang, 2013
Cooper. (2002). Using Cooperative Learning Groups. (online). Tersedia : www.id.ucsb.edu/ic/ta/hdbk/ta 3-5.html. [14 Februari 2012]