Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

(1)

SISTEM PEREDARAN DARAH

(K

uasi Eksperimen di SMP PGRI 2 CIPUTAT

)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH LINA MARLINA NIM : 105016100508

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011


(2)

PENGARUH MODEL

COOPERATIVE LEARNING

TEKNIK

THINK-PAIR-SHARE

TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA PADA KONSEP

SISTEM PEREDARAN DARAH

(K

uasi Eksperimen di SMP PGRI 2 CIPUTAT

)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Pendidkan (S.Pd)

Oleh

LINA MARLINA

NIM. 105016100508

Di bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd Meiry Fadilah Noor, S.Si NIP. 19681228 200003 1 004 NIP.150 411 174


(3)

Share Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Oleh Lina Marlina, NIM 105016100508 dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada 27 Mei 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Strata I (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 27 Mei 2011 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia

(Ketua Jurusan IPA) ... ... Baiq Hana Susanti, M.Sc

19700209 200003 001

(Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd ... ... NIP. 19790510 200640 2 001

Penguji I

Nengsih Juanengsih, M.Pd ... ... NIP. 19790510 200640 2 001

Penguji II

Eny S Rosyidatun, S.Si, MA ... ... NIP. 19750924 200604 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003


(4)

(5)

i

Darah.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Cooperative Learning teknik Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Peredaran Darah. Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciputat, Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan

Nonrandomized Control Group Pretest-Postest Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 38 orang untuk kelas eksperimen dan 38 orang untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat Pengaruh Model Cooperative Learning teknik Think-Pair-Share

Terhadap Hasil Belajar Biologi pada konsep Sistem Peredaran Darah Manusia. Analisis data menggunakan uji t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata

postest kedua kelompok diperoleh nilai t hitung sebesar 3,326, sedangkan t tabel dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk 70) = 2,00, maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t tabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh Model

Cooperative Learning Teknik Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Biologi pada konsep Sistem Peredaran Darah Manusia .


(6)

System”. Undergraduate Thesis, Biology Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiya and Teachers Training of Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

The research purpose was to know the influence of cooperative learning technique think-pair share model through the result of biology learning at blood circulation system. The research was done at SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan. It used Nonrandomized Control Group Pretest-Postest Design of quasi experiment method. The purposive sampling technique was held at sample withdrawal which consisted of thirty eight for experiment class and thirty eight for control class. The data collecting used instrument of learning result test in multiple choice forms which were tested its validity and reliability. The hypothesis that was purposed in the research was found the influence of cooperative learning technique think-pair share model through the result of biology learning at human blood circulation system. The data analysis used t-test. The result of calculating differentiation mean data between the two group, obtained the value of t-count was equal to 3,326, while t-table at the level of significant 5% with degree of freedom (df) = 70 that is equal to 2,00. So, it can be said that t-count > t-table that meant the alternative hypothesis (Ha) was accepted and zero hypothesis (Ho) was refused. It pointed that was found the influence of cooperative learning technique think-pair share model through the result of biology learning at human blood circulation system.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Model Cooperative Learning teknik Think-Pair-Share

terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah (Kuasi Eksperimen di SMP PGRI 2 CIPUTAT)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan dengan keterbatasan penulis, baik itu dalam kemampuan maupun pengetahuan serta pengalaman yang penulis miliki. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan staf jajarannya.

4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Meiry Fadilah Noor, S.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan pengarahan, serta waktunya kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Syamsuddin,S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP PGRI 2 CIPUTAT dan Bapak Edi kurniawan S.Pd., selaku guru IPA SMP PGRI 2 CIPUTAT yang telah memberikan izin, bantuan, dan kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian di sekolah.

6. Ayahanda Suwirta dan Ibunda Warsih yang telah memberikan bantuan moril, materil, yang dengan sabar mendidik, membina, dan mendo’akan penulis. Kakak, adik, dan ponakanku, Iif Hanifah, Dede Firman, Nida Sri Widiyanti,


(8)

iv

Defriza Al-Wildani Multajam, dan Abizar Ibnu Salam Firman. Yang selalu

memberikan do’a dan motivasi kepada penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

7. Kamal Mutamam, yang selalu memberikan semangat, bantuan, motivasi, dan waktunya kepada penulis.

8. Icha, Ade, Wilda, Eka, Wido, Maya, Eka Faukiyah, Vitri, Amsih, dan seluruh teman Biologi angkatan 2005. Semoga tali silaturrahmi kita tetap terjalin. 9. Seluruh siswa SMP PGRI 2 Ciputat khususnya kelas VIII dan IX.

10.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ciputat, November 2010


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis ... 7

1. Hakikat Model Cooperative Learning ... 7

a. Pengertian Model Cooperative Learning ... 7

b. Unsur-Unsur Model Cooperative Learning ... 7

c. Peranan Guru dalam Model Cooperative Learning ... 9

d. Tujuan Model Cooperative Learning... 9

e. Ciri-Ciri Model Cooperative Learning ... 10

f. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning ... 10

2. Hakikat Model Cooperative Learning teknik Think-Pair-Share ... 11


(10)

vi

b. Ciri-Ciri Teknik Think-Pair-Share ... 12

c. Tujuan teknik Think-Pair-Share ... 12

d. Langkah-langkah teknik Think-Pair-Share ... 13

e. Kelebihan teknik Think-Pair-Share ... 13

f. Manfaat teknik Think-Pair-Share ... 14

3. Hakikat Hasil Belajar ... 14

a. Pengertian Hasil Belajar ... 14

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 19

1) Faktor Internal ... 20

2) Faktor Eksternal ... 21

3) Faktor pendekatan belajar ... 22

4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ... 22

5. Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Pikir ... 32

D. Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode dan Desain Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian... 36

G. Uji Validitas Instrumen ... 37

1. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 38

3. Tingkat Kesukaran ... 39

4. Daya Pembeda ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 41


(11)

vii

2. Uji Normalitas ... 41

3. Uji Homogenitas ... 42

4. Uji Hipotesis ... 42

5. Hipotesis Statistik ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

1. Data Hasil Belajar ... 44

a. Deskripsi Data Pretest kelas Eksperimen dan Kontrol ... 44

b. Deskripsi Data Postest kelas Eksperimen dan Kontrol ... 45

c. Deskripsi Data N-gain kelas Eksperimen dan kontrol ... 45

d. Deskripsi Data Hasil Observasi ... 47

e. Deskripsi Data LKS model cooperative learning teknik think-pair-share ... 48

B. Analisis Data ... 49

1. Uji Normalitas ... 49

a. Hasil Uji Normalitas Pretest ... 49

b. Hasil Uji Normalitas postest ... 50

2. Uji Homogenitas ... 51

a. Hasil Uji Homogenitas Pretest... 51

b. Hasil Uji Homogenitas postest ... 52

3. Pengujian Hipotesis ... 53

a. Hasil Pengujian Hipotesis Pretest ... 53

b. Hasil Pengujian Hipotesis Postest ... 54

C. Pembahasan ... 55

D. Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Golongan Darah ... 27

Tabel 2.2 Perbedaan Arteri dan Vena ... 28

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Teknik pengumpulan data ... 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen penelitian ... 37

Tabel 4.1 Distribusi pretest ... 44

Tabel 4.2 Distribusi posttest ... 45

Tabel 4.3 Kategorisasi N-Gain ... 46

Tabel 4.4 Data LKS individu ... 48

Tabel 4.5 Data LKS berpasangan ... 49

Tabel 4.6 Hasil uji normalitas skor pretest kelas eksperimen dan kontrol ... 51

Tabel 4.7 Hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen dan kontrol ... 51

Tabel 4.8 Hasil uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kontrol ... 52


(13)

ix

Hal

Lampiran 1. RPP Kelas Kontrol ... 66

Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen ... 75

Lampiran 3. LKS Teknik Teknik-Pair-Share ... 89

Lampiran 4. Nilai LKS... 104

Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 106

Lampiran 6. Instrumen uji Coba Soal ... 114

Lampiran 7. Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Uji Soal... 121

Lampiran 8. Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen ... 122

Lampiran 9. Soal Pretest-Postest ... 134

Lampiran 10. Kunci Jawaban Pretest dan Postest... 138

Lampiran 11. Nilai Pretest-Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 139

Lampiran 12. Lembar Observasi ... 141

Lampiran 13. N-Gain Kontrol ... 143

Lampiran 14. N-Gain Eksperimen ... 145

Lampiran 15. Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 147

Lampiran 16. Distribusi Frekuensi Postest Kelas Ekperimen dan Kontrol .... 155

Lampiran 17. Uji Normalitas Pretest ... 163

Lampiran 18. Uji Normalitas Postest ... 167

Lampiran 19. Uji Homogenitas Pretest ... 171

Lampiran 20. Uji Homogenitas Postest ... 174

Lampiran 21. Uji Hipotesis Pretest ... 177


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal penting dalam proses pembentukan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, manusia memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik yang sangat berguna bagi kehidupannya, serta dapat mengembangkan diri manusia sesuai dengan potensinya masing-masing. Hal ini sebagaimana tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 No.20 tahun 2003.

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”.1

Berdasarkan uraian di atas bahwa dunia pendidikan bertanggung jawab terhadap kemajuan peradaban dan kecerdasan bangsa. Menurut Muhibin Syah pendidikan sebagai usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi atau kemampuan sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SMP), pendidikan menengah (SMA), dan pendidikan tinggi (perguruan tinggi).2 Kegiatan pengajaran tersebut sangat dibutuhkan oleh guru yang berpengetahuan luas dan mempunyai keterampilan dalam mengajar. Keterampilan ini dapat berupa keterampilan dasar bertanya, keterampilan dasar memberikan penguatan (reinforcement), keterampilan variasi stimulus, keterampilan mengelola kelas,

1

Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h.6

2

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2002), h.1


(15)

keterampilan membuka dan menutup pelajaran.3 Keterampilan dasar tersebut diperlukan agar guru dapat melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar.

Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting. Guru harus mampu melaksanakan prosedur pembelajaran dengan baik agar tujuan belajar dapat tercapai. Oleh karena itu, peranan guru sangat dibutuhkan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator agar hasil belajar dapat dicapai dengan maksimal.

Peranan guru sebagai fasilitator, dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar. Selain sebagai fasilitator, guru juga berperan sebagai motivator dan evaluator dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sebagai evaluator mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya. Tetapi kalau diamati secara mendalam evaluasi-evaluasi yang dilakukan guru itu hanya evaluasi ekstrinsik dan sama sekali belum menyentuh evaluasi yang intrinsik. Hal ini guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan.4

Guru dalam melaksanakan peranannya menggunakan berbagai macam metode mengajar. Saat ini strategi mengajar yang telah digunakan oleh guru adalah pembelajaran aktif (active learning) seperti contextual teaching and learning (CTL) dan cooperative learning (CL). Di mana guru hanya berperan sebagai pengarah dalam membangun potensi siswa sedangkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Namun tidak bisa dipungkiri masih banyak juga guru yang belum menerapkan metode ini, mereka masih mengunakan metode belajar klasik, yaitu metode pembelajaran di mana hanya guru yang menjadi sumber pembelajaran.

3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h.32-43

4

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003) h.144-146


(16)

Berdasarkan wawancara siswa dan pengamatan di sekolah swasta pembelajaran biologi banyak dilakukan dengan hanya memberi konsep-konsep materi biologi semata dengan mengacu pada buku paket saja, tanpa pada pengelolaan materi pelajaran yang melibatkan potensi siswa dan lingkungan yang ada disekitarnya atau dengan kata lain siswa belajar menghafal konsep, bukan memahami konsep sehingga belajar biologi menjadi kurang bermakna. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa siswa mengenai pembelajaran biologi yang umumnya mengaku bahwa, karena banyak materi yang harus dihafalkan, terlalu banyak menggunakan bahasa latin dan belajarnya membosankankan.

Oleh karena itu perlu adanya pembaharuan paradigma menelaah proses belajar siswa, interaksi antara siswa dan guru. Sistem pembelajaran selayaknya memberikan kesempatan bagi anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur di mana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi di dalam kelompok-kelompok kecil.5 Sehingga siswa dapat bekerja sama, saling membantu dan berdiskusi dalam memahami suatu pelajaran atau dalam mengerjakan tugas kelompok.

Model cooperative learning dikembangkan dalam usaha untuk meningkatkan aktivitas bersama sejumlah siswa dalam satu kelompok selama proses belajar mengajar. Aktifitas dalam model cooperative learning menekankan pada kesadaran bahwa siswa perlu belajar berpikir, memecahkan masalah dan belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilan tersebut kepada siswa yang membutuhkan. Setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Menurut Eggen dalam Yusuf dan Natalina, bahwa model cooperative learning bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa, mempersiapkan siswa agar memiliki sifat kepemimpinan dan pengalamannya dalam membuat

5

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.189


(17)

keputusan, juga memberikan kesempatan bekerja dan belajar bersama dengan siswa yang berbeda adat istiadat dan kemampuan.6

Ada beberapa model cooperative learning yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu model cooperative learning yang dapat diterapkan di kelas adalah teknik think-pair-share (berpikir-berpasangan-berbagi). Penerapan model cooperative learning ini erat kaitannya dengan usaha untuk memotivasi siswa untuk berpikir, meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Teknik think-pair-share merupakan pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dimasukan sebagai alternatif pengganti terhadap struktur kelas tradisional. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu di dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan cooperative (kooperatif) dari pada penghargaan individual. Menurut Ibrahim dalam Fitria Harini, teknik think-pair-share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.7

Pada prinsipnya model cooperative learning teknik think-pair-share ini menitikberatkan pada pelibatan siswa dalam mengemukakan pendapat terhadap masalah yang diajukan guru. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir menyelesaikan lembar kerja siswa yang diberikan guru dengan tujuan untuk melatih kemampuan individu sebelum berbagi dengan pasangannya. Pada proses berpasangan dan berbagi dengan pasangannya inilah siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan kebebasan untuk berdiskusi terhadap permasalahan yang belum dimengerti.

Pelajaran biologi terdapat konsep Sistem Peredaran Darah memuat materi tentang jantung, pembuluh darah, darah, peredaran darah dan penyakit pada sistem peredaran darah. Dalam bab ini siswa mengalami kesulitan

6

Yustini Yusuf dan Mariani Natalina, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di kelas 1.7 SLTP Negeri 20 Pekan Baru , Jurnal Biogenesis Vol.2 (1):8-12(April 2005), h.10

7


(18)

mengidentifikasi penggolongan darah dan mekanisme transfusi darah selain itu pada umumnya bahasa latin yang masih asing terdengar oleh siswa. Kompetensi dasar dari konsep ini adalah mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Agar kompetensi tersebut dapat tercapai siswa dengan baik, siswa diharapkan memahami dan mengingat materi pelajaran dengan baik serta dengan cara yang menyenangkan. Sehingga diharapkan hasil belajar siswa pada konsep sistem peredaran darah meningkat.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk membahas skripsi yang berjudul ”Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran IPA bukanlah sekedar menyampaikan informasi pada siswa tetapi membutuhkan keterlibatan siswa mental maupun fisik.

2. Kemunculan rasa bosan akibat metode belajar yang monoton. 3. Siswa hanya menggunakan buku paket saja sebagai acuan belajar.

4. Konsep Sistem Peredaran Darah merupakan konsep yang cukup sulit menurut siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka penelitian dibatasi pada:

1. Hasil belajar siswa dilihat dari aspek kognitif pada jenjang hafalan C1, pemahaman C2, penerapan C3 dan analisis C4.

2. Materi yang diujicobakan adalah konsep Sistem Peredaran Darah meliputi sub konsep yaitu jantung, pembuluh darah, darah, peredaran darah dan penyakit pada sistem peredaran darah.


(19)

D. Perumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah yang akan diteliti dari masalah yang diidentifikasi dan pembatasan yaitu sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem peredaran darah pada manusia.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:

1. Sebagai khasanah pengetahuan dalam mengembangkan pemanfaatan model

cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar siswa. 2. Menjadi bahan rujukan guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat

dengan menggunakan strategi belajar mengajar yang baik agar proses belajar mengajar menjadi efektif dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(20)

7

A. Deskripsi Teoretik

1. Hakikat Model Cooperative Learning a. Pengertian Model Cooperative Learning

Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar dengan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat memaksimalkan proses belajar pada dirinya sendiri dan siswa lainnya.1 Model cooperative learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.2 Model

cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran cooperative, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Pada belajar cooperative ini siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak ± 2-4 orang. Pembelajaran secara cooperative ini terjadi interaksi antar anggota kelompok. Semua anggota harus terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu.

b. Unsur-Unsur Model Cooperative Learning

Pembelajaran Cooperatif (Cooperative Learning) adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang terkait. Menurut Nurhadi, Senduk dan

1

Roger T. Jhonson dan David W. Jonson, Cooperative Learning, http//.www.co-operation.org/pages/cl.html

2


(21)

Lie dalam Made Wena, ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran cooperative yaitu:3

1) Saling ketergantungan positif

Sistem pembelajaran cooperative menuntut guru untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa agar merasa saling membutuhkan. Siswa yang satu mebutuhkan siswa yang lain, demikian pula sebaliknya dalam hal ini kebutuhan siswa tentu terkait dengan pembelajaran (bukan kebutuhan yang berada diluar pembelajaran). Hubungan yang saling membutuhkan antara siswa satu dengan siswa yang lain inilah yang disebut dengan saling ketergantungan positif.

2) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok untuk saling bertatap muka, sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama siswa. Jadi dalam hal ini, semua kelompok interaksi saling berhadapan dengan menerapkan keterampilan, bekerja sama untuk menjalin hubungan sesama anggota kelompok. Hal ini menuntut antar anggota kelompok untuk melaksanakan aktivitas dasar seperti bertanya, menjawab pertanyaan, menunggu dengan sabar teman yang sedang memberi penjelasan, berkata sopan, meminta bantuan dan sebagainya. Pada proses pembelajaran yang demikian para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.

3) Akuntabilitas individual

Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap siswa (individu) harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan mampu menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada masing-masing individu siswa tanpa adanya tanggung jawab individu keberhasilan kelompok akan sulit tercapai.

3

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.190-192.


(22)

4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran cooperaive dituntut untuk membimbing siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok. Dengan demikian, dalam pembelajaran cooperative keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik temen, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan, tetapi secara sengaja diajarkan oleh guru. Dalam hal ini siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga teguran dari sesama siswa. Dalam adanya teguran tersebut siswa secara perlahan dan pasti akan berusaha menjaga hubungan antar pribadi.

c. Peranan Guru dalam Model Cooperative Learning

Peranan guru dalam pembelajaran cooperative learning menjadi sangat kompleks. Di samping sebagai fasilitator, guru juga berperan sebagai menejer dan konsultan dalam memberdayakan kerja kelompok siswa.4 Peranan utama guru dalam pembelajaran cooperative, meliputi:

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan sejelas-jelasnya.

2) Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa dengan sejelas-jelasnya.

3) Membantu efektifitas kerja kelompok dan menyediakan bantuan kepada siswa untuk memaksimalkan kerja kelompok.

4) Mengevaluasi hasil kerja siswa.

5) Membantu siswa berdiskusi tentang manfaat kerja kelompok.

d. Tujuan Model Cooperative Learning

Pembelajaran Cooperative merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa dalam bekerja dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

4

Khoirul Anam, Implementasi Cooperative Learning Dalam Pembelajaran Geogerafi Adaptasi Model Jigsaw dan Field Study, (Buletin Pelangi Pendidikan Vol.1 No.1,1999), h. 3


(23)

perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda dengan latar belakangnya. Dengan demikian model cooperative learning dapat membuat siswa memverbalisasi gagasan dan pendapat mendorong munculnya refleksi yang mengarah pada konsep-konsep secara aktif. Tujuan dari pembelajaran cooperative

adalah: 5

1) Untuk meningkatkan partisipasi siswa.

2) Memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepeminpinan dan membuat keputusan dalam kelompok.

3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lain yang berbeda latar belakang.

e. Ciri-Ciri Model Cooperative Learning

Arends dalam Trianto, menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan model cooperative learning memiliki ciri-ciri sebagai berikut:6

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara bersama untuk menuntaskan materi belajar.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang beragam.

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

f. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning

Menurut Parker dalam Rusli Zainal Sang Visioner, keuntungan dari penggunaan model cooperative learning diantaranya:7

1) Saling ketergantungan yang positif.

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

5

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007),h.42

6

Ibid, h. 47 7

Rusli Zainal Sang Visioner http://nayya-obangeblogah.blogspot.com/2010_07_01_archive.html.


(24)

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Selain memiliki kelebihan, model cooperative learning juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya:8

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas. Sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Pada saat diskusi berlangsung, seringkali diskusi didominasi oleh seorang atau dua orang saja, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

2. Hakikat Teknik Think-Pair-Share a. Pengertian Teknik Think-Pair-Share

Teknik think-pair-share (berpikir-berpasangan-berbagi) adalah jenis pembelajaran cooperative yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi ini dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas Maryland seperti yang dikutip Arends dalam Trianto. Menyatakan bahwa think-pair-share

merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam

think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.9

Teknik think-pair-share memiliki prosedur yang ditetapkan secara ekplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak berpikir yaitu menjawab soal sendiri atau permasalahan yang telah diberikan oleh guru sebelum bekerja sama dan berbagi ide dengan teman kelompoknya. Jika seorang telah memikirkan penyelesaian dari masalah tersebut, maka siswa itu harus berbagi idenya kepada

8

Ibid

9


(25)

teman atau pasangannya dan mendiskusikannya hingga mendapatkan kesepakatan. Jika kesepakatan itu telah diperoleh, mereka dapat membagi idenya dengan pasangan lain ataupun dengan teman sekelas.

b. Ciri-Ciri Teknik Think-Pair-Share

Menurut Frank Lyman, Teknik think-pair-share memiliki ciri-ciri sebagai berikut:10

1) Keadaan saling tergantung positif. 2) Siswa dapat belajar dari temannya.

3) Siswa bertanggung jawab secara individu.

4) Siswa dapat bertanggung jawab terhadap temannya dan berbagi ide. Siswa juga wajib membagi idenya kepada pasangan atau kelompok lain.

5) Adanya partisipasi yang lama.

6) Tiap siswa dalam kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi. Guru harus mengontrol agar tidak terjadi dominasi dari salah satu siswa saja. 7) Intraksi bersama.

8) Derajat intraksi yang tinggi.

c. Tujuan Teknik Think-Pair-Share

Hal ini terlihat pada saat seluruh siswa aktif dalam berbicara dan mendengarkan. Ada beberapa tujuan dari teknik think-pair-share, yaitu:11

1) Memberikan waktu untuk berpikir lebih banyak kepada siswa untuk meningkatkan kualitas respon siswa.

2) Menjadikan siswa lebih aktif berpikir memecahkan kesulitan dalam memahami konsep yang sulit dalam pelajaran.

3) Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kita membutuhkan waktu dan mental yang lebih dalam mengeluarkan ide atau gagasan baru yang tersimpan dalam memori.

10

Frank Lyman, Instructional Strategies Online: What is Think-Pair-Share. http://olc.spsd.sk.ca/DE/PD/instr/strats/think/ ,15 Desember 2009.

11


(26)

4) Ketika siswa mengeluarkan pendapat, mereka dituntut untuk mengerti dengan topik yang mereka perbincangkan.

5) Siswa lebih termotivasi untuk berpartisipasi karena merasa tidak ada tekanan dari teman pasangannya dalam mengungkapkan responnya terhadap pelajaran di depan kelas.

d. Langkah-Langkah Teknik Think-Pair-Share.

Langkah-langkah dalam teknik think-pair-share menurut Lyman meliputi:12

Langkah. I

1. Pembagian kelompok secara heterogen.

2. Siswa duduk secara bersama dengan kelompoknya.

3. Guru menyajikan materi dan soal-soal yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.

Langkah. II

1. Setiap siswa diminta untuk berpikir dan mengerjakan soal-soal tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

2. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan kelompoknya untuk mendiskusikan dan berbagi ide-ide yang dipikirkan berkaitan dengan jawaban soal.

Langkah. III

1. Pembahasan soal dilakukan secara berkelompok.

2. Beberapa kelompok dipilih secara acak untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang penyelesaian soal yang telah mereka sepakati, sedangkan kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan mengeluarkan idenya.

e. Kelebihan Teknik Think-Pair-Share

Menurut Jones dalam Masluhatun Ni’mah, kegiatan pembelajaran teknik

think-pair-share memberikan keuntungan diantaranya.13

12

Lyman Reading Quest.org:Think-Pair-Share

http://www.readingquest.org/strat/tps.html.21 desember 2009. 13 Evi Masluhatun Ni’mah,

Efektivitas Model Pembelajaran Think-Pair-Share Dalam Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas x SMA Negeri 3 Semarang, Laporan Penelitian Universitas Negeri Semarang, (Semarang: Skripsi UNS,2007).h.37


(27)

1) Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir, sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat.

2) Akuntabilitas berkembang, karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. 3) Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat

secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.

f. Manfaat Teknik Think-Pair-Share.

Menurut Spencer Kagan manfaat dari model cooperative learning teknik

think-pair-share adalah: 14

1) Siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan siswa mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan teknik think-pair-share.

2) Banyak siswa yang mengangkat tangan untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya.

3) Siswa mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban menjadi lebih baik.

4) Guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan teknik Think-Pair-Share dan dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa serta mengamati reaksi siswa.

3. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti berubah ilmu pengetahuan, pemahaman, sikap dan

14


(28)

tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu saat belajar.15

Belajar (learning), adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia.16 Belajar juga merupakan proses perubahan dari yang belum mampu menjadi mampu, sehingga terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.17

Menurut Skiner dalam Ibrahim hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya respon yang baru itu pengertiannya sama dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang baru. Gagne dalam Ibrahim berpendapat belajar ialah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitas yang baru. Kapabilitas inilah yang di sebut hasil belajar. Berarti belajar itu menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlain-lainan seperti, pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlain-lainan inilah yang di sebut kapabilitas sebagai hasil belajar.18

Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut Benjamin bloom menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

1. Ranah Kognitif

a) Hafalan (C1), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan

15

Kasnun, Jurnal Pendidikan dan Kemasyarakatan. Jurnal Tarbiah STAIN Ponogoro (Purwokerto: Cendekia, 2007 )vol.5, h.254

16

Zikri Neni Iska, Psikologi (Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan), (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h.76.

17

Ibid

18

Nurdin Ibrahim, Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas Hasil Belajar Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan no. 44, Th. 2003, h. 735


(29)

prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

b) Pemahaman (C2), mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok suatu bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus fisika ke dalam bentuk kata-kata; membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.

c) Penerapan (C3), mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru.

d) Analisis (C4), mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat difahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan atau relasi antara bagian-bagian itu.

e) Sintesis (C5), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat sebuah rencana, seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu skema dasar sebagai pedoman dalam memberikan ceramah dan lain sebagainya.

f) Evaluasi (C6), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.

2. Ranah Afektif

Mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal, yang berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa


(30)

jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.

a) Penerimaan, mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan itu dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu, seperti memandangi gambar yang dibuat di papan tulis atau mendengarkan jawaban teman atas pertanyaan guru.

b) Partisipasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan, seperti membacakan dengan suara nyaring bacaan yang ditunjuk atau menunjukkan minat dengan membawa pulang buku bacaan yang ditawarkan.

c) Penilaian/penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap; menerima, menolak atau mengabaikan; sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan, seperti mengungkapkan pendapat positif tentang pameran lukisan modern (apresiasi seni) atau mendatangi ceramah di sekolah, yang diberikan oleh astronot indonesia yang pertama. Perkataan atau tindakan itu tidak hanya sekali saja, tetapi diulang kembali bila kesempatannya timbul; dengan demikian, nampaklah adanya suatu sikap tertentu.

d) Organisasi, Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu sekala nilai, mana yang pokok dan suatu harus diperjuangkan dan mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun


(31)

rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.

e) Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. Orang telah memiliki suatu perangkat nilai yang jelas hubungannya satu sama lain, yang menjadi pedoman dalam bertindak dan konsisten selama kurun waktu cukup lama. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar/ bekerja, tugas membina kerukunan keluarga, tugas beribadat, tugas menjaga kesehatan dirinya sendiri dan lain sebagainya. 3. Ranah Psikomotor

Yaitu kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan. Hasil belajar pada ranah psikomotor dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yaitu:

a) Gerakan refleks, mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri pisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada, seperti dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.

b) Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakan kendaraan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.

c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).


(32)

Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau suara.

d) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperlihatkan lagi contoh yang memberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinasi.

e) Gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangkan kembali.

f) Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran, misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan.

g) Kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketerampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat di saksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik instrumental.19

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi 3 bagian:

19


(33)

1. Faktor internal siswa.

Yaitu faktor yang berasal dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni. Faktor internal siswa terbagi menjadi 2 aspek, yaitu:

a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis (bersifat rohaniah) yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, yaitu:

1) Intelegensi siswa.

Inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan/menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya dalam meraih sukses.

2) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang terdimensi apektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

3) Bakat siswa

Bakat (attitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangannya, bakat diartikan kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak tergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Siswa yang berbakat pada bidang tertentu tampa banyak tergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Siswa yang berbakat pada bidang tertentu dapat memiliki prestasi belajar yang tinggi.


(34)

4) Minat siswa

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi/keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Siswa yang berminat besar terhadap mata pelajaran tertentu maka akan memusatkan perhatiannya lebih banyak. Sehingga siswa tersebut belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

5) Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Contohnya berupa perasaan menyenangi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri individu siswa yang mendoronggnya melakukan tindakan belajar. Contohnya berupa pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang tua dan guru. Siswa yang memiliki motivasi akan bersemangat dalam melakukan proses pembelajaran.

2. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal siswa (Faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan siswa. Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf, administrasi dan teman-teman sekelas yang dapat mempengerahui semangat belajar seorang siswa. Guru yang selalu bersikap simpatik dan rajin menjadi daya dorong positif bagi kegiatan belajar siswa. Yang termasuk lingkungan sosial siswa


(35)

adalah masyarakat, tetangga, dan teman sepermainan. Kondisi masyarakat akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa sendiri. Sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga semuanya dapat memberikan dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

b. Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dapat di pandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar yakni upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran. Pendekatan belajar adalah segala cara/strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.20

Sehingga dapat disimpulkan hasil belajar siswa merupakan proses perubahan tingkah laku/pemahaman siswa setelah mengalami pembelajaran. Proses pembelajaran berupa kegiatan interaksi antara guru dan siswa yang berlangsung dalam lingkungan edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan pembelajaran pada lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman dan kreatifitas dengan bantuan guru.

4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

20

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2007), h.139.


(36)

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.21

Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan. Istilah ini diambil dari bahasa

belanda ”biologie”, yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa yunani, bios

(hidup) dan logos (lambang ilmu). Tahun 1970-an digunakan istilah ilmu hayat (yang berarti ilmu kehidupan), yang diambil dari bahasa arab. Objek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua mahkluk hidup dan karenanya dikenal berbagai cabang biologi yang mengkhususkan diri pada setiap kelompok organisme, contohnya Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. Berbagai kehidupan dikaji. Ciri-ciri fisik dipelajari dalam anatomi dan fungsinya dalam Fisiologi, perilaku dipelajari dalam etologi, baik pada masa sekarang dan masa lalu (dipelajari dalam biologi evolusioner), bagaimana mereka tercipta dipelajari dalam evolusi dan interaksi antar sesama mereka dengan alam sekitarnya dipelajari dalam ekologi. Dalam usaha untuk menjaga kelangsungan hidup suatu jenis mahluk hidup diperlukan mekanisme pewarisan sifat, yang dipelajari dalam genetika. Saat ini bahkan berkembang aspek biologi yang mengkaji kemungkinan berevolusinya mahkluk hidup pada masa yang akan datang dan kemungkinan adanya mahkluk hidup di pelanet-pelanet yang lain (Astropologi). Perkembangan teknologi memungkinkan pengkajian pada tingkat molekul penyusun organisme melalui biologi molekular serta biokimia yang banyak didukung oleh perkembangan teknik komputerisasi melalui bidang Bioinformatika.22

Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah.23 Mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan dedukatif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Mata pelajaran biologi bertujuan untuk agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:24

21

Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006)h. 377

22

http://www.id.wikipedia.org/wiki/biologi. 23

Op,cit Damandiri 24


(37)

1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya. 2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,

konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan sumber daya alam.

5) Meningkat kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

6) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.


(38)

5. Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Komposisi darah Bagian cair Bagian padat Serum

Sel darah putih Fibrinogen

Sel darah merah

Keping darah

Golongan darah

Golongan darah ABO

Transfusi Darah Alat-alat peredaran darah Jantung Pembuluh darah Nadi (arteri) Vena (balik) Kapiler Peredaran darah Pembuluh getah bening (limfa) Kelainan dan penyakit Peredaran darah ganda Peredaran darah tertutup Peredaran darah kecil Peredaran darah besar Anemia Talasemia Leukimia Haemofilia Atherosklorosis Varises Agina Wasir


(39)

Sistem peredaran darah pada manusia terdiri dari atas darah, jantung dan pembuluh darah.25

1. Fungsi Darah

a. Fungsi pengangkutan

b. Fungsi imunitas (kekebalan) c. Fungsi pengaturan

d. Fungsi penutupan luka

2. Komposisi darah

Darah tersusun dari plasma darah, sel darah dan keping darah. Adapun sel darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Ciri-ciri dan peranan masing-masing komponen darah sebagai berikut:

a. Plasma Darah

Plasma Darah merupakan cairan darah berwarna kuning yang terdiri atas 90% air, mineral hormon, enzim, garam, sari-sari makanan dan protein. Plasma Darah berperan mengangkut sari-sari makanan dari usus ke seluruh tubuh, mengangkut sisa metabolisme ke tempat pengeluaran, mengangkut hormon dan enzim.

b. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel Darah Merah tersusun dari zat besi dan hemoglobin. Sel ini berbentuk bulat, pipih, cekung bagian tengah dan tak berinti. Jumlah normal dewasa setiap 1cc pada laki-laki 5 juta sedangkan pada perempuan sekitar 4,5 juta. Sel Darah Merah ini berfungsi untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida.

c. Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel Darah Putih tak berwarna, berinti, bentuk amuboid. Pada orang dewasa jumlah normal 1cc berisi 6 ribu sampai 9 ribu buah. Macam sel darah putih meliputi basofil, eosinofil, neutrofil, monosit dan limfosit. Sel darah putih ini berperan mempertahankan tubuh dari bibit penyakit.

25

Sumarwan DKK, Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP Kelas VIII, Semester 1, (Jakarta: Erlangga, 2006).h, 84


(40)

d. Keping darah (Trombosit)

Bentuk keping darah tak teratur, tak berinti, setiap 1 cc mengandung 200 ribu-300 ribu keping. Keping darah ini berperan dalam proses pembekuan darah.

3. Golongan darah

Landsteiner menggolongkan darah menjadi 4 kelompok yaitu golongan darah A, B, AB, dan O, berdasarkan pada jenis zat yang digumpalkan (aglutinogen) dan zat yang menggunakan (aglutinin).

Tabel. 2.1 Golongan Darah

Golongan darah Aglutinogen (antigen) Aglutinin (antibodi)

A A β

B B α

AB A , B -

O - β , α

Penggunaan golongan darah sistem A, B, O adalah untuk dasar transfusi darah.

Skema Transfusi Darah.26

4. Alat-alat Peredaran Darah

a. Jantung

Jantung berfungsi sebagai alat pompa darah. Dindingnya berotot kuat dan bekerja di luar kesadaran disebut otot jantung atau miokardium. Sebelah

26

http://prestasiherfen.blogspot.com/2008/11/catatan-lanjutan-sistem-peredaran-darah.html.


(41)

dilapisi epitel jantung dalam (endokardium) dan sebelah luar jaringan ikat pembungkus jantung (eskokardium).

Gambar 2.1 bagian-bagian jantung:

Gambar: Darah manusia setiap beredar dalam satu peredaran lengkap akan melalui jantung sebanyak dua kali. Arah panah pada gambar di atas menunjukkan keserentetan aliran darah di jantung.

b. Pembuluh Darah

Peredaran darah manusia termasuk sistem peredaran darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembuluh darah.

Macam-macam pembuluh darah 1) Nadi (arteri)

2) Pembuluh balik (vena) 3) Pembuluh kapiler

Tabel 2.2

Perbedaan Arteri dan Vena

Pe mb eda

Art eri

Ve na

Ara h alir

an Dar

i jant ung

Me nuj u jant ung Din Te Tip


(42)

din g pe mb ulu h

bal dan ela stis

is dan tida

k ela stis De

nyu t

Ter asa

Tid ak tera sa Kat

up Sat

u di dek at jant ung

Di sep anj ang

pe mb ulu h

5. Peredaran darah

Gambar 2.2

Skema Arah Aliran Darah Pada Sistem Peredaran Darah Manusia.

Ada dua macam peredaran darah pada manusia sehingga di sebut peredaran darah rangkap (ganda) yaitu:


(43)

a. Peredaran darah kecil (pulmonal)

b. Peredaran darah besar

6. Kelainan dan Penyakit Pada Sistem Peredaran Darah

a Anemia: keadaan di mana darah tidak mampu membawa oksigen yang cukup bagi tubuh.

b Talasemia: penyakit kelainan darah turunan yang ditandai dengan adanya sel darah merah yang abnormal

c Leukopenia: keadaan dimana jumlah sel darah putih kurang dari normal (di bawah 5000 sel/mm3 darah).

d Leukositosis: keadaan jumlah sel darah putih yang terlalu banyak

e Leukimia (kanker darah): sel darah putih membelah tidak terkendali sehingga jumlahnya meningkat pesat dan kemudian memakan sel darah merah, sel darah putih lainnya dan keping darah.

f Hemofilia: penyakit darah sukar membeku

g Atherosklerosis: pengerasan pembuluh darah karena timbul lemak h Varises: pelebaran pembuluh darah balik di kaki

i Agina: kondisi dimana timbul rasa sakit pada dada sebelah kiri akibat gangguan pada jantung.

j Wasir atau Ambeien: pembengkakan pada pembuluh balik yang terletak di sekitar lubang anus.27

27

Purwoko,DKK, IPA Terpadu SMP Kelas VIII, (Jakarta: Yudistira, 2009)h, 66 Jantung (serambi kanan) Bilik kanan Pembuluh nadi paru-paru

Paru-paru

Jantung (serambi kiri)

Jantung serambi kiri Bilik kiri Pembuluh nadi

Seluruh tubuh Pembuluh Balik Jantung


(44)

B. Hasil Penelitian Relevan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model cooperative learning teknik

think-pair-share memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar biologi siswa, diantaranya hasil penelitian Muslimin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam judul skripsi ”Pengaruh Pembelajaran Kooperatif teknik Think-Pair-Share

Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif teknik think-pair-share pada hasil belajar biologi siswa.28

Hasil penelitian Rosmaini dkk yang berjudul Penerapan Pendekatan Struktural Think-Pair-Share (TPS). Menunjukkan penerapan pendekatan struktural teknik think-pair-share dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa, daya serap siswa dan aktivitas siswa.29

Hasil penelitian Yusuf dan Natalina yang berjudul ”Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur”, menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif teknik think-pair-share meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan ketuntasan belajar siswa serta meningkatkan aktivitas siswa dan guru ke arah yang lebih baik.30

Hasil penelitian Usman, yang berjudul Penerapan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Think-Pair-Share dalam Peningkatan Penguasaan Konsep Listrik Statik. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa, hasil respon siswa pada topik fisika yang dipelajari siswa 100%, siswa menyatakan senang. LKS 100%. Bahasa buku mudah dimengerti 95% menyatan ya dan 4% menyatakan tidak dan 100% siswa menyatakan isi buku menarik. Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan telah

28

Muslimin, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif teknik Think-Pair-Share terhadap Hasil Belajar Bisologi Siswa, (Jakarta:skripsi UIN, 2008).

29

Rosmaini dkk 2004, Penerapan Pendekatan Struktural Think-Pair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa di Kelas 1.7 Jurnal Biogenesis Vol. I.7 SLTPN 20 Pekanbaru, Jurnal Biogenesis Vol 1(1), h. 13

30

Yustini Yusuf dan Mariani Natalina, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di kelas 1.7 SLTP Negeri 20 Pekan Baru, Jurnal Biogenesis Vol.2 (1):8-12 (April 2005), h. 11


(45)

dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model think-pair-share

dengan baik dengan koefisien rata-rata aktivitas guru 97,22%.31

Hasil penelitian Chotimah, yang berjudul ”Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Biologi dalam Pendekatan Kontekstual melalui Model Pembelajaran

think-pair-share”. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa, proses dan hasil belajar biologi dapat meningkat dan respon peserta didik terhadap penggunaan teknik think-pair-share dalam pendekatan kontekstual menunjukkan respon positif.32

C. Kerangka Pikir

Ilmu biologi adalah salah satu cabang sains yang menarik untuk dipelajari. Melalui pembelajaranya, diharapkan dapat memancing rasa ingin keingintahuan pembelajaran yang berlangsung satu arah membuat biologi identik dengan hafalan saja. Siswa tidak mampu menerapkan konsep yang didapatnya pada kehidupan sehari-hari. Apabila terus dibiarkan lama-kelamaan akan terbentuk suatu pola pikir yang salah pada siswa. Untuk itu diperlukan teknik penyampaian yang menarik siswa untuk belajar agar bahan pelajaran mudah diserap dan dimengerti oleh siswa. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran, salah satunya bergantung pada strategi belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh pada reaksi yang ditampilkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

Salah satu model pembelajaran yang membuat siswa aktif adalah model

cooperative learning. Model cooperative learning merupakan suatu metode pembelajaran yang berorientasi pada kerja kelompok. Namun pembelajaran bukan

31

Usman, Penerapan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Think-Pair-Share dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Listrik, Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu,Volume 2. No.1 (September 2004), hal. 57

32

Husnul Chotimah, Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Biologi dalam Pendekatan Kontektual Melalui Model Pembelajaran Think-Pair-Share pada Peserta Didik, Jurnal Penelitian Kependidikan no 1 (Juni 2007), h. 106


(46)

sekedar kerja kelompok tapi peran dan keaktifan siswa diutamakan yakni siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan pemikirannya serta memberikan pengalaman sosial dengan teman-temannya.

Pembelajaran cooperative bagi guru merupakan pengembangan kurikulum, dalam hal akademik, individu maupun sosial. Kepekaan guru terhadap masalah yang dihadapi dikelas, misalnya hasil belajar siswa di atasi agar proses pembelajaran lebih efektif dan inovatif, yang merupakan cermin guru yang baik dan propesional.

Model coopertive learning mempunyai banyak teknik salah satunya adalah

think-pair-share (berpikir-berpasangan-berbagi). Dengan teknik ini dapat melatih berpikir memecahkan masalah sebelum berbagi dengan temannya, melatih kognitif siswa dalam menyampaikan informasi, mengkaji ketergantungan positif baik dalam menyampaikan dan menerima informasi diantara anggota kelompok sehingga mendorong kedewasaan berpikir siswa. Selain itu teknik ini memberikan kesempatan siswa untuk melatih bicara aktif, berpartisifasi dan bersosialisasi antar sesama siswa sehingga pada proses belajar siswa dapat belajar dan diajar sesama siswa karena, ketika belajar di kelas siswa biasanya lebih suka bertanya pada temannya dengan bahasa mereka sendiri dan egan bertanya pada guru. Hal inilah yang merupakan keunggulan teknik think-pair-share.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa, jika model cooperative learning teknik think-pair-share digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan baik maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah.

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini

adalah ”Terdapat pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share


(47)

34

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2010-2011 Tepatnya penelitian ini dimulai pada tanggal 2 Agustus sampai dengan 1 September 2010. Adapun tempat penelitiannya adalah di SMP PGRI 2 CIPUTAT, Jl. Cendrawasih KM. 4 Jurang Mangu Ciputat 15413.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode quasi eksperimen, dimana tidak memungkinkan peneliti untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel tersebut. Peneliti akan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (dengan menggunakan model cooperative learning teknik think-pair-share) dan kelompok kontrol (dengan menggunakan metode ceramah). Desain penelitian menggunakan Nonrandomized Control Group Pretest-Postest Design. Desain ini subjek kelompok tidak dilakukan secara acak. Peneliti tidak mengubah kelas siswa dalam menentukan subjek untuk kelompok-kelompok eksperimen. Adapun desain penelitian tersebut dinyatakan sebagai berikut:1

Table 3.1

Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design.

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

E Y1 X Y2

C Y1 - Y2

Keterangan:

E : Kelas eksperimen C : Kelas kontrol

1

Sukardi Metodologi Penelitian Pendidikan Komptensi dan Praktiknya. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 186.


(48)

Xe : Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen menggunakan model cooperative learning teknik think-pair-share

Xc : Tidak diberikan Perlakuan kepada kelas kontrol T1 : Tes awal yang sama pada kedua kelas

T2 : Tes akhir yang sama pada kedua kelas

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian penelitian. Populasi target yang menjadi perhatian peneliti yaitu siswa sekolah SMP 2 PGRI dan populasi terjangkau adalah siswa kelas VIII. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu ditentukan oleh guru dengan alasan tujuan pendidikan, karena populasi dianggap mempunyai karakteristik dan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Kelas VIII-2 sebagai kelas eksperimen, dan kelas VIII-1 sebagai kelas kontrol

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:

1. Variabel independen (bebas) yaitu Model Cooperative Learning teknik Think-Pair-Share yang disimbolkan dengan (x).

2. Variabel dependen (terikat) yaitu hasil belajar biologi siswa yang disimbolkan dengan (y).

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua macam cara pengumpulan data yaitu melalui tes hasil belajar biologi dan observasi. Pengumpulan data ini terlebih dahulu ditentukan sumber data kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.2.


(49)

Tabel 3.2

Teknik pengumpulan data.

Sumber

data Jenis data

Teknik pengumpulan

data

Instrumen

Siswa

Hasil belajar siswa sebelum diperlakukan dengan model

cooperative learning teknik think-pair-share pada konsep sistem peredaran darah pada manusia.

Melaksanakan tes awal

Butir soal pilihan ganda

Hasil belajar setelah diperlakukan dengan model cooperative learning teknik think-pair-share

pada konsep peredaran darah pada manusia.

Melaksanakan tes akhir

Aktifitas siswa selama proses belajar mengajar (PBM)

Observasi Lembar observasi

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan test hasil belajar biologi. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran model cooperative learning teknik think-pair-share yang di laksanakan. Dalam penelitian kuantitatif instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrumen lain. Lembar observasi ini berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan selama pembelajaran konsep sistem peredaran darah pada manusia melalui model cooperative learning teknik think-pair-share

yang sedang berlangsung. Observasi yang di lakukan sebanyak 3 kali pertemuan dan observasi di lakukan berdasarkan lembar observasi model cooperative learning teknik think-pair-share berdasarkan RPP yang telah dibuat.

Kisi-kisi instrumen kognitif yang telah diujicobakan telah disesuaikan dengan penilaian mata pelajaran Biologi dapat dilihat pada tabel 3.3.


(50)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Pada Konsep Sistem Peredaran Darah pada Manusia

Kompetesi dasar Materi pokok Indikator Ranah kognitif

Soal

C1 C2 C3 C4

Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

1. Jantung dan pembuluh darah

1. Menunjukan bagian-bagian jantung dan pembuluh darah melalui gambar.

4 6,7 10 4

2. Menerangkan alur sistem peredaran darah pada manusia.

20 17,19,22 ,23

13, 16

15 8

2. Darah dan peredaran darah

3. Mengidentifikasi penggolongan darah 29, 31, 33 25, 26 27, 30, 34 28, 35 10

4. Membedakan ciri-ciri sel darah

41 48 46, 42,

44

5

3. Penyakit pada sistem peredaran darah 5. Menyebutkan contoh penyakit yang berhubungan dengan sistem peredaran darah yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

49,59 56 50,52 51 6

∑ Soal 8 10 8 7 33

G. Uji Validitas Instrumen

1. Validitas instrumen

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur.2 Artinya bahwa valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kepada mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.3 Perhitungan validitas pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi point biseral sebagai berikut: 4

2

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 65.

3

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta & UIN Jakarta Press, 2006), hal.105

4


(51)

Keterangan :

Mt : Rerata skor total

St : Standar deviasi dari skor total rpbi : Koefisien korelasi biseral

p : Proporsi siswa yang menjawab benar q : Proporsi siswa yang menjawab salah Mp : Mean responden yang menjawab benar

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, rpbi dibandingkan dengan rtabel pada taraf signifikan 5 % (α = 0,05) dengan terlebih dahulu mencari db.

Kriteria pengujian :

Jika rpbi > rtabel, maka soal tersebut valid

Jika rpbi < rtabel, maka soal dianggap tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba validitas instrumen tes hasil belajar biologi dengan menggunakan Anates diperoleh informasi bahwa harga r-hit yang dikorelasikan dengan r-tab untuk n = 39 didapat r-tab = 0,304 yaitu sebanyak 33 butir soal valid, diantaranya: no. 4, 6, 7, 10, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 41, 42, 44, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 56, 59.5

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas (keandalan) adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil tes. Suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data jika telah diuji reabilitasnya. Reliabilitas alat ukur terkait dengan masalah kesalahan pengukuran (error measurement), sedangkan reliabilitas hasil ukur terkait dengan masalah kesalahan pengambilan sampel (sampling error).6 Untuk mencari reliabilitas soal secara keseluruhan perlu juga dilakukan analisis butir soal. Rumus yang digunakan adalah rumus Kuder–Richardson 20 (KR20) sebagai berikut: 7

5

Lampiran 8, h 135-136 6

Ahmad Sofyan, dkk. Op.cit.,h.105 7

Suharsimi Arikunto, Op.cit.,h. 100

q p S

M M r

t t p pbi

 


(1)

D. Langkah-Langkah Pembelajaran. Pertemuan ke-3

Tahapan kegiatan

Kegiatan Alokasi

waktu

Guru Siswa

Pendahuluan a. Guru mengabsen kehadiran siswa.

b.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan konsep akan dipelajari yaitu Jantung dan Pembuluh Jantung. c. Apersepsi dan motivasi:

“Apakah yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner?”

a. Siswa merespon panggilan guru. b. Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru.

c. Siswa menjawab

pertanyaan dari guru.

10’

Inti a.Guru menjelaskan tema-tema

di papan tulis yang akan dibahas pada Kelainan Penyakit Sistem Peredaran Darah.

b.Guru mengajak siswa untuk memberikan pendapat mengenai materi ini.

a. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

b. Siswa merespon dengan menjawab pertanyaan guru

40’

c. Guru memberikan

penjelasan atas pertanyaan dan pendapat siswa.

c. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

20’

Penutup a.Guru memberi kesimpulan

dari materi yang disajikan. b.Guru memberi salam

a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru. b. Siswa menjawabnya.

10’

E. Alat, Bahan dan Media.  Papan tulis dan Spidol


(2)

 Gambar

F. Sumber Belajar

 Buku Paket, IPA Terpadu SMP Kelas VIII, (Jakarta: Yudistira, 2009)  Buku Paket, IPA SMP Kelas VIII, Semester 1,(Jakarta: Erlangga, 2006)

G. Penilaian Hasil Belajar. 1) Teknik Penilaian:

 Tes Tertulis 2) Instrumen

 Tes PG  Tes Isian

Jakarta, 19 Mei 2010 Mengetahui,

Kepala Sekolah SMP 2 PGRI Ciputat. Guru mata pelajaran


(3)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : SMP 2 PGRI Ciputat

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas/Semester : VIII/I

Pokok Bahasan : Sistem Peredaran Darah Manusia Alokasi Waktu : 2 x 40’

Pertemuan Ke : 3

Standar Kompetensi : Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Komptensi Dasar : Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan

hubungannya dengan kesehatan.

Indikator :

1. Siswa dapat menyebutkan contoh penyakit yang berhubungan dengan sistem peredaran darah yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

A. Tujuan pembelajaran

1. Siswa dapat menyebutkan contoh penyakit yang berhubungan dengan sistem peredaran darah yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

2. Siswa dapat menjelaskan kelainan peredaran darah akibat faktor genetik dan non genetik.

B. Materi Pembelajaran

 Kelainan Penyakit Sistem Peredaran Darah C. Model dan teknik Pembelajaran

 Model : Cooperative Learning.  Teknik : Think-Pair-Share.


(4)

D. Langkah-Langkah Pembelajaran. Pertemuan ke-3

Tahapan kegiatan

Kegiatan Alokasi

waktu

Guru Siswa

Pendahuluan a.Guru mengabsen kehadiran siswa. b.Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dan konsep yang akan dipelajari yaitu jantung dan pembuluh darah. c.Apersepsi

Apakah yang dimaksud dengan penyakit

leukimia.

a. Siswa merespon panggilan guru. b. Siswa

memperhatikan penjelasan dari guru.

c. Siswa menjawab pertanyaan dari guru.

5’

INTI

Kegiatan individu. (Think)

a.Guru penggolongan darah.

b.Guru mengkondisikan siswa dan menentukan kelompok pasangan. Kemudian memberikan pertanyaan konsep permasalahan yang di sampaikan guru kepada siswa untuk dijawab secara individu dalam bentuk LKS.

a.Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

b.Siswa mengetahui pasangan masing-masing. Siswa berpikir (Think) secara

mandiri, siswa

mencari jawaban dari buku sumber yang ada.

15’


(5)

Diskusi Kelompok (Pairing)

c.Guru mengarahkan kepada siswa untuk mendiskusikan hasil jawaban kepada masing-masing pasangan yang telah ditentukan.

d.Guru memberikan arahan kepada siswa untuk menggabungkan ide atau jawaban mereka.

c.Siswa saling

berpasangan dengan teman yang sudah ditentukan oleh guru untuk mendiskusikan masing-masing jawaban yang telah diproleh pairing. d.Setiap pasangan

bekerja sama dan berdiskusi dengan pasangannya untuk menggabungkan jawaban serta membandingkan pengetahuannya. 15’ Laporan diskusi. (Share)

e.Guru memilih beberapa kelompok secara acak untuk berbagi dengan seluruh kelas.

f.Guru memberi

kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi dan mengeluarkan idenya.

g.Guru menggali perbedaan konsep masing-masing kelompok siswa dari hasil

e.Siswa melaksanakan tahap (Share) kelompok . Masing-masing pasangan terpilih

mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman sekelasnya.

f.Siswa menanggapi dan merespon presentasi temannya.

g.Siswa melengkapi informasi dari hasil diskusi berpasangan.


(6)

presentasi kelas . Penutup a.Guru mengintruksikan

kepada seluruh siswa mencari sumber diskusi untuk pertemuan selanjutnya.

b.Guru memberi salam.

a.Siswa memperhatikan tugas dari guru.

b. Siswa menjawabnya. 5’

E. Alat, Bahan dan Media.  Papan tulis dan Spidol  Gambar

F. Sumber Belajar

 Lembar Kerja Siswa ( LKS)

 Buku Paket, IPA Terpadu SMP Kelas VIII, (Jakarta: Yudistira, 2009)  Buku Paket, IPA SMP Kelas VIII, Semester 1,(Jakarta: Erlangga, 2006) G. Penilaian Hasil Belajar.

1) Teknik Penilaian:  Tes Tertulis 2) Instrumen

 Tes PG  Tes Isian

Jakarta, 20 Agustus 2010 Mengetahui,

Kepala Sekolah SMP 2 PGRI Ciputat. Guru mata pelajaran


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Peningkatan hasil belajar PKn melalui pendekatan Think-Pair-Share

0 9 153

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENGARUHPENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK THINK PAIR SHARE (TPS)TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN EKONOMI.

0 1 39

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK GROUP INVESTIGATION (GI) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

0 5 46