KONTRIBUSI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA SISWA, PERSEPSI SISWA DAN GURU TENTANG KOMPETENSI GURU, TERHADAP PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

(1)

ABSTRAK ………... I

ABSTRACT ………... Ii KATA PENGANTAR ………... Iii PENGHARGAAN ………... Iv

DAFTAR ISI ………... Vii

DAFTAR TABEL ………... Viii

DAFTAR GAMBAR ………. Ix

DAFTAR BAGAN ... X DAFTAR LAMPIRAN ………... Xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Masalah dan Pertanyaan Penelitian ………. 10

C. Definisi Operasional Variabel ………. 11

D. Tujuan Penelitian ……….. 13

G. Manfaat Penelitian ………... 14

1. Manfaat Teoritis ……… 14

2. Manfaat Praktis ………... 15

H. Hipotesis ………... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 A. Persepsi ………... 17

B. Kecakapan Hidup ……… 20

1. Pengertian Kecakapan Hidup ………... 20

2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup ………... 21

3. Jenis-Jenis Kecakapan Hidup ……….. 23

C. Pembelajaran Pendidikan Kejuruan ……….. 28

D. Kompetensi Guru ………..………... 52

E. Pengukuran Kompetensi ………. 65

F. Status Sosial Ekonomi Orangtua Siswa ………... 69

G. Relevansi Antara Kehidupan Nyata, Kecakapan Hidup dan Mata pelajaran ……….. 73

H. Hasil Penelitian Yang Relevan ………... .. 76

BAB III METODE PENELITIAN 79 A. Populasi dan Sampel ………... 80

B. Instrumen Penelitian ………... 78

C. Pengujian Instrumen Penelitian ……… 83

1. Uji Validitas………... 83

2. Uji Reliabilitas……….. 85

D. Analisis Data ………. 87

1. Statistik Deskriptif ……… 87

2. Pengujian Persyaratan Analisis ……… 87

3. Uji Hipotesis………. 88

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 90


(2)

1. Deskriptif Data……… 90 2. Uji Hipotesis Penelitian ……… 94

a. Hubungan status sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi siswa dan guru tentang kompetensi

guru terhadap kecakapan hidup siswa SMK …… 94 b. Kontribusi status sosial ekonomi orangtua siswa,

terhadap kecakapan hidup siswa SMK …………. 95 c. Kontribusi persepsi guru tentang kompetensi

pedagogik dirinya terhadap kecakapan hidup siswa SMK ……….

96 d. Kontribusi persepsi guru tentang kompetensi

kepribadian dirinya terhadap kecakapan hidup siswa SMK ……….

97

e. Kontribusi persepsi guru tentang kompetensi profesional dirinya terhadap kecakapan hidup siswa SMK ……….

98

f. Kontribusi persepsi guru tentang kompetensi sosial dirinya terhadap kecakapan hidup siswa SMK ……….

99

g. Kontribusi persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap kecakapan hidup siswa SMK ……

100 h. Kontribusi status sosial ekonomi orangtua siswa,

persepsi guru dan siswa tentang kompetensi guru terhadap kecakapan hidup siswa SMK ……

101

D. Pembahasan Penelitian ………... 104

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 113

A. Kesimpulan ……… 113

B. Implikasi ………. 115 C. Rekomendasi ………... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………. 124

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Halaman Nomor


(3)

2.1: Model-Model Pembelajaran Pendidikan Kejuruan ……… 50

3.1: Variabel dan Indikator Penelitian ..……… 81

4.1: Deskripsi Data ……… 90

4.2: Korelasi Status Sosial Ekonomi Orangtua Siswa, Persepsi Siswa dan Guru tentang Kompetensi Guru terhadap Kecakapan Hidup (Life Skills) Siswa SMK ………... 94

4.3: Hasil Estimasi Model Regresi ………... 95

4.4: Hasil Estimasi Model Regresi ………... 96

4.5: Hasil Estimasi Model Regresi ………... 97

4.6: Hasil Estimasi Model Regresi ………... 98

4.7: Hasil Estimasi Model Regresi ………... 99

4.8: Hasil Estimasi Model Regresi ………... 100

4.9: Hasil Estimasi Model Regresi ………... 101

DAFTAR GAMBAR 2.1: Model Iceberg ………... 54

Halaman Nomor


(4)

DAFTAR BAGAN

1.1: Hubungan Korelasional Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ………... 11 2.1: Hubungan Mata Pelajaran, Kehidupan Nyata dan Kecakapan

Halaman Nomor


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Penelitian ... 120

2. Data Entry dan Uji Validitas Instrumen ………... 133

3. Metoda Suksesi Interval ………. 146

4. Tabulasi Data ……….. 159

5. Uji Reliabilitas Instrumen ……… 162

6. Deskripsi Sosial Ekonomi Orangtua Siswa …………... 165 Nomor


(6)

8. Deskripsi Persepsi Guru Tentang Kompetensi Guru ………. 171 9. Analisis Uji Perbedaan Antar Persepsi Siswa Tentang

Kompetensi Guru ………... 172 10. Analisis Uji Perbedaan Antar Persepsi Siswa Tentang

Kompetensi Guru ………... 175 11. Analisis Uji Perbedaan Antar Persepsi Siswa dan Persepsi Guru

Tentang Kompetensi Guru ……… 177 12. Analisis Deskripsi, Korelasi dan Regresi ……..………... 180


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini setiap negara dan tiap individu tidak akan dapat lepas dari proses globalisasi yang ditandai oleh kemajuan teknologi, perdagangan antarnegara yang semakin luas, pertukaran budaya, persaingan pasar dalam bebas, kelangkaan akan sumberdaya alam yang merupakan gambaran dari kondisi masyarakat internasional yang semakin kompleks. Adanya saling ketergantungan antarbangsa dan negara menimbulkan bentuk-bentuk kerjasama disegala bidang sekaligus pula menimbulkan berbagai persaingan dan konflik. Kondisi masyarakat global yang semakin kompleks di atas diperkuat dengan dorongan Three Engines Globalization (Micklethwait, 2000:97) yaitu teknologi, pasar modal, dan manajemen. Teknologi mempercepat terbentuknya dunia tanpa batas, kalau kita memakai istilah Ohmae, (1995) dalam The Borderless World) terutama teknologi informasi seperti komputer dengan perangkat internetnya, telepon genggam (wireless) dan televisi. Ketiga jenis teknologi tersebut tidak hanya mempermudah dan mempercepat globalisasi melainkan juga menjadi produk yang dikembangkan diberbagai perusahaan dunia dengan menanamkan modalnya (capital) diberbagai kawasan dunia. Ketiga mesin globalisasi itu telah menyatukan dunia dalam berbagai aktivitas ekonomi, budaya, politik, terintegrasi menjadi sebuah sistem besar, misalnya, kerjasama di bidang ekonomi telah menciptakan model blok-blok ekonomi negara-negara seperti di Eropa berdiri Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), di Asia Pasifik berdiri (APEC), dan blok-blok kekuatan politik seperti NATO dan Non-Blok.


(8)

Secara regional juga timbul tantangan masa depan Indonesia, sejak 1 Januari 2003 AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) telah dimulai, yang berarti sejak saat itu persaingan tenaga kerja akan menjadi terbuka. Konsekuensinya tenaga kerja Indonesia harus mampu bersaing secara terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara. Jika tidak, maka tenaga kerja Indonesia akan tersisih oleh tenaga kerja asing dari negeri Jiran Malaysia, Philipina, Bangladesh, India, dan sebagainya, sehingga menjadi "penonton" di negeri sendiri. Selain itu banyak ahli menyebutkan bahwa era informasi kini telah menggantikan era industri. Secara timbal balik dengan perkembangan ipteks, era informasi ternyata mampu mengubah pola kehidupan dan mempercepat pekerjaan. Orang kini harus siap menghadapi kenyataan bahwa pekerjaan yang ditekuni mengalami perubahan dan memerlukan peningkatan kecakapan untuk menanganinya. Bersamaan dengan itu, era kompetisi yang cenderung individualistik kini sudah bergeser ke era komunalitas, yang memerlukan kesadaran untuk saling mengerti dan saling membantu. Oleh karena itu, pendidikan kini juga harus memperhatikan perkembangan tersebut. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan. Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Hasil ujian akhir nasional Sekolah Menengah relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari sisi perilaku keseharian siswa, banyak terjadi ketidakpuasan masyarakat. Tawuran antarsiswa kini sudah menjadi berita biasa. Dari dunia usaha juga muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Ketidakpuasan berjenjang juga terjadi, kalangan SLTP merasa bekal lulusan SD kurang baik untuk memasuki SLTP, kalangan SLTA merasa


(9)

lulusan SLTP tidak siap mengikuti pembelajaran di Sekolah Menengah, dan kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan SLTA belum cukup untuk mengikuti perkuliahan. Kini juga muncul gejala lulusan SLTP dan SLTA banyak yang menjadi pengangguran di pedesaan, karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Sementara itu, mereka merasa malu jika harus membantu orangtuanya sebagai petani atau pedagang. Upaya yang telah dilakukan seperti diatas cenderung sangat teoretik dan tidak terkait dengan lingkungan di mana anak berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan seakan mencabut peserta didik dari lingkungannya sehingga menjadi asing di masyarakatnya sendiri. (www.infodiknas.com/pendidikan-kecakapan-hidup-konsep-dasar-2/

).

Dengan kata lain, pemecahan permasalahan pendidikan Indonesia selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran. Pengamatan terhadap praktek pendidikan sehari-hari menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi dari seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Seakan-akan pendidikan bertujuan untuk menguasai mata pelajaran. Bagaimana keterkaitan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian. Pendidikan seakan terlepas dari kehidupan keseharian, seakan-akan pendidikan untuk pendidikan atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu siswa tidak mengetahui manfaat apa yang dipelajari dan sampai lulus seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi.


(10)

Selain itu sebenarnya permasalahannya tidak sebatas yang digambarkan di atas, namun menurut Slamet PH

(www.infodiknas.com/pendidikan-kecakapan-hidup-konsep-dasar-2/) ada banyak hal yang perlu dibenahi guna mencapai

indeks pembangunan manusia yang ungul yaitu (1) kesempatan mendapatkan akses pendidikan yang bermutu bagi semua warga negara, terutama yang kurang beruntung dari sisi ekonomi; (2) kualitas proses dan hasil pendidikan yang masih rendah; (3) rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat; dan (4) masih rendahnya efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan nasional.

Bertolak dari masalah tersebut, Pertama, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah agar pendidikan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu kemampuan dan keberanian menghadapi problem kehidupan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan yang dapat mensinergikan berbagai mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, dimanapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya. Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya.

Implemetasinya pendidikan kecakapan hidup harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1) etika sosio-religius bangsa yang berdasarkan pancasila dapat diintegrasikan; (2) pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to do, learning to live together and learning to cooperate, (3) pengembangan potensi wilayah dapat direpleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan; (4) penetapan manajemen berbasis masyarakat, kolabolasi semua unsur yang ada


(11)

dalam masyarakat; (5) paradigma learning for life dan school for work dapat menjadi dasar kegiatan pendidikan, sehingga memiliki pertautan dengan dunia kerja; (6) penyelenggaraan pendidikan harus senantiasa mengarahkan peserta didik agar: (a) membantu mereka untuk menuju hidup yang sehat dan berkualitas; (b) mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, dan (c) memiliki akses untuk mampu memenuhi standar hidupnya secara layak.

Untuk mewujudkan hal ini, perlu diterapkan prinsip pendidikan berbasis luas yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkannya untuk memecahkan problem kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang mengitegrasikan empat pilar pendidikan yang diajukan oleh UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together.

Kalau merujuk pada kriteria standar kecakapan hidup, maka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebenarnya telah dari dulu mengembangkannya. Hal ini dikarenakan SMK dalam sistem pembelajarannya memiliki nilai lebih dibanding dengan sekolah menengah umum lainnya, yaitu pendidikan dan pelatihan kalau kita mengacu pada Kurikulum SMK 1999 yang dalam proses pembelajarannya diberlakukan pembelajaran di lingkungan sekolah dan yang kedua pembelajaran dilakukan di lingkungan industri yang dikenal dengan Model Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang didasarkan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara sekolah dan dunia industri. Hal ini menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran di SMK telah diterapkannya relevansi pendidikan dengan dunia nyata. Seperti dalam Kurikulum SMK 1999, Kurikulum SMK 2004 dan KTSP SMK juga menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) berbagai program keahlian yang sesuai dengan kebutuhan lapangan


(12)

kerja (demand driven). Landasan filosofinya tertuang dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS 2004, “merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Tujuan khusus dari SMK yang tertuang dalam KTSP SMK 2006 memberikan arahan kesesuaian dengan pendidikan kecakapan hidup, yaitu (1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya, (2) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diamatinya, (3) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi, (4) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

Kedua, penyelesaian permasalahan pendidikan terkait dengan aspek kesempatan mendapatkan akses pendidikan yang bermutu bagi semua warga negara, terutama yang kurang beruntung dari sisi ekonomi. Perbedaan yang besar dalam faktor sosial ekonomi cenderung menimbulkan masalah yang berat. Masalah ini terutama sangat dirasakan oleh individu yang berasal dari kalangan ekonomi lemah, tidak mampu atau golongan “rendahan”. Dikalangan mereka terutama, anak-anak yang berasal dari kalangan sosial ekonomi lemah, tidak mustahil timbul kecemburuan dan rasa rendah diri yang akhirnya mempengaruhi perkembangan jiwanya seperti: kurang percaya diri, prestasi belajar rendah, kurang bergaul dengan teman, dan lain sebagainya. Terkait dengan hal ini maka perlu dikaji bagaimana status sosial ekonomi keluarga dalam mengembangkan


(13)

potensi dasar peserta didik agar berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mampu dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi.

Ketiga, masalah rendahnya kualitas proses dan hasil pendidikan. Tinggi rendahnya proses dan hasil pendidikan tergantung banyak faktor diantaranya adalah sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, evaluasi, peserta didik, pengajar (guru). Didalam perkembangan pembelajaran tidak akan lepas dari berbagai pendekatan yang mendasarinya diantaranya adalah pendekatan perilaku (behavioral approach), pendekatan kognitif (cognitive approach), dan penedakatan terapan (applied approach). Menurut Hamzah B.Uno (2006:50-51) padangan psikologi perilaku ini dikembangkan oleh Paplov, Thorndike dan Skinner yang didasarkan pada stimulus. Stimulus merupakan penyebab terbentuknya respon-respon dalam belajar. Stimulus pada pendekatan psikologi dinamakan operant conditioning yang dibentuk melalui pengubahan materi bahasan sehingga dapat merangsang pembelajar mengembangkan perilaku seperti yang dikehendaki dalam tujuan belajar. Untuk mengefektifkan aktivitas pembelajar, Skinner dalam Hamzah B. Uno (2006) selanjutnya mengembangkan empat teorema pembelajaran, yaitu (1) peran pendidikan hakekatnya adalah menciptakan kondisi agar hanya tingkah laku yang diinginkan saja yang diberi penguatan; (2) stimulus yang bersifat deskriptif hendaknya diberikan sebagai penunjang aktivitas belajar; (3) memberikan arahan agar para pembelajar membuat catatan kemajuan anak didiknya sehingga dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian program yang mereka perlukan dikemudian hari dan (4) membuat rekomendasi tentang tugas-tugas belajar mana yang harus dicoba dahulu, sebagaimana cara belajarnya, serta hasil-hasil apa saja yang diharapkan dengan keseluruhan aktivitas yang diprogramkan.


(14)

Menurut pendekatan kognitif, belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan perilaku seseorang yang tampak sesungguhnya hanyalah refleksi dari perubahan internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang diamati dan dipikirkannya. Fungsi stimulus yang datang dari luar direspon sebagai aktivator kerja memori otak untuk membentuk dan mengembangkan struktur kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi yang terus-menerus diperbaharui, sehingga akan selalu saja ada sesuatu yang baru dalam memori dari setiap akhir kegiatan belajar. Dengan demikian maka eksistensi guru dalam pendekatan kognitif menjadi sangat penting sebagai penentu struktur bahan belajar dan tingkat kesulitan tugas-tugas belajar yang diberikan kepada peserta didik. Oleh sebab itu Asaubel dalam Hamzah B. Uno (2006:53) menyarankan agar para guru dapat mengembangkan situasi belajar yang baik, memilih dan menstrukturkan isi pembelajaran, serta menginformasikan dalam bentuk sajian pembelajaran yang terorganisir dari umum menuju ke rinci dalam satuan bahasan yang bermakna.

Pendekatan terapan menurut Hamzah B. Uno (2006:55) bahwa belajar sebagai upaya mendapatkan pengetahuan melalui empat fungsi pembelajaran yaitu: (1) memberikan orientasi tentang materi; (2) memberikan kesempatan untuk berlatih dan menerapkan materi yang dibahas pada tahap orientasi, kemudian diikuti dengan; (3) memberikan pengertian tentang hasil belajar yang telah dicapai dalam proses pembelajaran yang dilakukan; (4) memberikan kesempatan melanjutkan latihan.

Berdasarkan uraian tiga pendekatan pembelajaran di atas, maka timbul pertanyaan sosok guru yang bagaimana yang diharapkan mampu mengembangkan pembelajaran yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang baik, mengembangkan kemampuan dasar siswa melalui


(15)

pembiasaan, mengembangkan pemahaman konsep dan interelasi konsep, serta mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat mengaplikasikan ilmunya pada kehidupan nyata. Untuk dapat melakukan semua itu, maka guru dituntut memiliki kompetensi yang mampu menjawab tantangan proses pembelajaran. Kompetensi menurut Kepmendiknas No.045/U/2002 menyebutkan bahwa kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

Terkait dengan hal itu, maka perlu dikaji bagaimana persepsi siswa tentang kompetensi guru dalam kaitannya perubahan perilaku yang bermakna dalam kehidupan nyata, seperti yang diungkapkan dalam pendekatan kognitif di atas bahwa perubahan perilaku individu merupakan internasilasi persepsi dirinya terhadap apa yang diamatinya dan dipikirkannya. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran sangatlah penting bagaimana dia mempersepsikan kompetensi guru selama pembelajaran berlangsung sehingga stimulus yang diberikan guru dapat direspon dengan benar. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang berhasil seperti yang diungkapkan pada tiga pendekatan pembelajaran di atas, guru dituntut memiliki kompetensi profesi sebagai tenaga pendidik. Dari berbagai pemikiran-pemikiran di atas, maka penulis mencoba meneliti kontribusi sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi guru dan siswa tentang kompetensi guru terhadap pengembangan kecakapan hidup (life skills) siswa Sekolah Menengah Kejuruan.


(16)

B. Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan kecakapan hidup bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dilihat dari sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi siswa dan guru tentang kompetensi guru terkait dengan potensi seorang guru dalam mengembangkan kecakapan hidup siswa. Dengan demikian yang menjadi pertanyaan penelitian dalam kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada kontribusi yang signifikan status sosial ekonomi orangtua siswa terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan?

2. Apakah ada kontribusi yang signifikan persepsi guru tentang kompetensi pedagogik dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan?

3. Apakah ada kontribusi yang signifikan persepsi guru tentang kompetensi kepribadian dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan?

4. Apakah ada kontribusi yang signifikan persepsi guru tentang kompetensi profesional dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan?

5. Apakah ada kontribusi yang signifikan persepsi guru tentang kompetensi sosial dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan? 6. Apakah ada kontribusi yang signifikan persepsi siswa tentang kompetensi

guru terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan?

7. Apakah ada kontribusi yang signifikan status sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi siswa dan guru tentang kompetensi guru terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan?


(17)

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini terdiri dari status sosial ekonomi orangtua siswa, dan persepsi guru tentang kompetensi dirinya yang terdiri dari kompetensi pedagogik guru, kompetensi kepribadian guru, kompetensi profesional guru, kompetensi sosial guru, serta persepsi siswa tentang kompetensi guru. Adapun variabel terikat (dependen variable) adalah kecakapan hidup (life skills) siswa. Bila digambarkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka dapat dilihat dalam bagan berikut.

Bagan 1.1

Hubungan Korelasional Antara Varibel Independen Terhadap Variabel Dependen

Keterangan:

X1 = Status sosial ekonomi orangtua siswa

X2 = Persepsi guru tentang kompetensi pedagogik dirinya X3 = Persepsi guru tentang kompetensi kepribadian dirinya X4 = Persepsi guru tentang kompetensi profesional dirinya

X5 = Persepsi guru tentang kompetensi sosial dirinya X6 = Persepsi siswa tentang kompetensi guru Y = Kecakapan hidup (life skills) siswa

X.4

X.1

Y

X.2

X.3

X.5


(18)

Untuk memahami lebih lanjut penelitian ini, perlu mendefinisikan variabel secara operasional. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Status sosial ekonomi orangtua siswa adalah status sosial ekonomi yang dimiliki oleh keluarga siswa yang didasarkan pada tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan orangtua siswa. Data yang tetang status sosial ekonomi siswa dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Validitas yang diujikan adalah validitas isi dengan meminta pendapat dan review dari beberapa orang ahli. Sedangkan uji reliabilitasi dengan cronbach’s alpha diperoleh hasil yang tinggi yaitu 0,735 2. Persepsi guru tentang kompetensi dirinya adalah persepsi guru mata

pelajaran normatif, adaptif, produktif, muatan lokal dan bimbingan karier tentang kompetensi dirinya yang terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Data tentang persepsi guru tentang kompetensi dirinya dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Validitas yang diujikan adalah validitas isi dengan meminta pendapat dan review dari beberapa orang ahli. Sedangkan uji reliabilitas dengan cronbach’s alpha diperoleh hasil yang tinggi yaitu sebesar 0,991.

3. Persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah pendapat siswa tentang kompetensi guru yang mengajar mata pelajaran normatif, adaptif, produktif, muatan lokal dan bimbingan karier. Persepsi siswa tentang kompetensi guru yaitu terdiri dari kompetensi pedagogik guru, kompetensi kepribadian guru, kompetensi profesional guru dan kompetensi sosial guru. Data tentang


(19)

persepsi siswa tentang kompetensi guru dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Validitas yang diujikan adalah validitas isi dengan meminta pendapat dan review dari beberapa orang ahli. Sedangkan uji reliabilitas dengan cronbach’s alpha diperoleh hasil yang tinggi yaitu sebesar 0,933 4. Kecakapan hidup (life skills) siswa adalah segala keterampilan atau

kompotensi yang diperlukan siswa untuk dapat hidup secara layak dan efektif dalam kehidupan, adapun indikator pencapaiannya adalah time management, social skills, achievement motivation, intellectual flexibility, emotional control, active initiative, self confident, and religious skills (Neill, James : 2007). Data tentang kecakapan hidup siswa dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri Kuisioner ini dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Validitas yang diujikan adalah validitas isi dengan meminta pendapat dan review dari beberapa orang ahli. Sedangkan uji reliabilitas dengan cronbach’s alpha diperoleh hasil yang tinggi yaitu sebesar 0,959.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang telah di kemukakan di atas, yaitu:

1. Mengetahui kontribusi status sosial ekonomi orangtua siswa terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

2. Mengetahui kontribusi persepsi guru tentang kompetensi pedagogik dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

3. Mengetahui kontribusi persepsi guru tentang kompetensi kepribadian dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan


(20)

4. Mengetahui kontribusi persepsi guru tentang kompetensi profesional dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

5. Mengetahui kontribusi persepsi guru tentang kompetensi sosial dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

6. Mengetahui kontribusi persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

7. Mengetahui kontribusi status sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi guru dan siswa tentang kompetensi guru terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini berusaha mengkaji kontribusi status sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi guru dan siswa tentang kompetensi guru yang terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) berdasar pada keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara sekolah dan dunia industri yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik sebagai persiapan memasuki dunia kerja dan menghadapi kehidupan yang sebenarnya (demand driven).


(21)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah:

a. Dengan penelitian ini diharapkan mampu menggali aspek-aspek kecakapan hidup (life skills) yang sebaiknya dimiliki oleh siswa SMK dalam menyikapi permasalahan yang dihadapinya.

b. Dengan memahami aspek-aspek kecakapan hidup (life skills), diharapkan siswa dapat mengembangkan dan menerapkan konsep kecakapan hidup dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di dunia industri. c. Dengan memiliki life skills diharapkan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan

mampu berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat.

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Terdapat berkontribusi yang signifikan status sosial ekonomi orangtua siswa terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

2. Terdapat berkontribusi yang signifikan persepsi guru tentang kompetensi pedagogik dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

3. Terdapat berkontribusi yang signifikan persepsi guru tentang kompetensi kepribadian dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

4. Terdapat berkontribusi yang signifikan persepsi guru tentang kompetensi profesional dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan


(22)

5. Terdapat berkontribusi yang signifikan persepsi guru tentang kompetensi sosial dirinya terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan 6. Terdapat berkontribusi yang signifikan persepsi siswa tentang kompetensi

guru terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan

7. Terdapat berkontribusi yang signifikan status sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi guru dan siswa tentang kompetensi guru terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan


(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey explanatory, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan instrumen penelitian (kuesioner) sebagai alat pengumpul data yang pokok, yang ditujukan untuk menjelaskan hubungan kausal antara status sosial ekonomi siswa, persepsi guru dan siswa tentang kompetensi guru terhadap kecakapan hidup siswa Sekolah Menengah Kejuruan dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan pada Bab I dengan unit analisa guru dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

A. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Populasi penelitian yang dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Jawa Barat. Metoda yang digunakan dalam penentuan sampel adalah clusters sampling dengan langkah sebagai berikut:

1. Divide population into cluster; populasi dibagi menurut keragaman dan jumlah industri yaitu kota besar, sedang dan kecil.

2. Devide sample clusters; pemilihan ketiga wilayah populasi dihasilkan SMKN 6 Bandung, SMKN 2 Majalengka, dan SMKN 1 Cirebon

3. Measure all units within sampled clusters; tahap ini dilakukan dengan menentukan jumlah unit dengan memilih jurusan teknik mesin dari setiap SMK dengan total berjumlah 324 siswa.

4. Menentukan jumlah sampel diambil sesuai dengan rumus Slovin yaitu S=N/N(d2)+1, dengan tingkat kepercayaan 95% dari hasil perhitungan dihasilkan sebanyak 179 sampel.


(24)

5. Menentukan jumlah sampel orangtua siswa dan siswa untuk setiap kluster dilakukan dengan proporsional, sehingga didapat jumlah sampel masing-masing SMK sebanyak 60 sampel.

6. Kemudian anggota sampelnya diambil secara acak (random sampling)

7. Sedangkan guru dalam penelitian ini adalah semua guru yang mengajar mata pelajaran normatif, adaptif, produktif, mulok, dan pengembangan karir pada SMK yang telah ditentukan seperti diatas. Adapun jumlah guru yang sesuai dengan kurikulum KTSP adalah sebanyak 19 orang yang terbagi dalam mata pelajaran normatif sebanyak 5 orang, adaptif sebanyak 8 orang, produktif sebanyak 4 orang, mulok sebanyak 1 orang dan bimbingan karir sebanyak 1 orang. Dengan demikian guru sebagai subyek penelitian menjadi 57 orang dari tiga sekolah yang diteliti.

B. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian merupakan suatu yang penting dan alat bantu dalam mengumpulkan data di dalam penelitian ini. Kualitas instrumen menentukan kualitas data yang terkumpul. Data merupakan bahan penting yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, dan untuk membuktikan hipotesis. Pemahaman variabel merupakan hal yang sangat penting dalam penyusunan instrumen penelitian. Dengan memahami variabel maka kualitas yang menjadi titik perhatian dalam penelitian akan jelas (Rochman, 1988:4). Penyusunan instrumen penelitian dilakukan dengan pentahapan sebagai berikut : (1) mengadakan identifikasi variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau di dalam permasalahan penelitian; (2) menjabarkan variabel menjadi sub-variabel; (3) mencari indikator setiap sub-variabel; (4) menderetkan


(25)

deskriptor dari setiap variabel; (5) merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen; (6) melengkapi instrumen dengan pedoman instruksi dan kata pengantar.

Dalam penyusunan instrumen pada penelitian ini sesuai dengan langkah-langkah di atas, maka variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Penjabaran variabel dan indikatornya seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel Indikator Nomor

Item Skala

Reliabilitas Instrumen Latar Belakang Sosial Ekonomi Orangtua Siswa (X.1)

(a) tingkat pendidikan orangtua; (b) pekerjaan orangtua; (c) penghasilan orangtua. (Soekanto, 2003; Ahmadi, 1982; Dadang Iskandar, 2004; Kreck, 1988; Svalastoga, 1989; Spencer, 1979).

1 s/d 12

Interval -

Persepsi guru tentang kompetensi pedagogik dirinya sendiri (X2)

(a) memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional dan intelektual; (b) memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar; (c) memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik; (d) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; (e) menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik; (f) mengembangakan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran; (g) merancang pembelajaran yang mendidik; (h) melaksanakan pembelajaran yang mendidik; (i) mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran

(UU No. 14 Tahun 200 dan RPP Guru Tahun 20065)

1 s/d 58

Ordinal 0,991

Persepsi guru tentang

kompetensi

(a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; (b) menampilkan diri


(26)

kepribadian dirinya sendiri (X3)

sebagai pribadi yang berakhlak mulia san sebagai teladan bagi peserta didik; (c) mengevaluasi kinerja; (d) mengembangkan diri secara berkelanjutan

(UU No. 14 Tahun dan RPP Guru Tahun 20062005)

1 s/d 22

Ordinal 0,987

Persepsi guru tentang kompetensi profesional dirinya sendiri (X4)

(a) menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya; (b) menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi; (c) menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran; (d) mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi; (e) meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas

(UU No. 14 Tahun 2005 dan RPP Guru Tahun 2006)

1 s/d 19

Ordinal 0,983

Persepsi guru tentang kompetensi sosial dirinya sendiri (X5)

(a) berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orangtua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat; (b) berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat; (c) berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan ditingkat lokal, regional, nasional dan global; (d) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri

(UU No. 14 Tahun 2005 dan RPP Guru Tahun 2006)

1 s/d 13

Ordinal 0,972

Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru (X.6)

(a) kompetensi pedagogik: (1)

pemahaman terhadap peserta didik, (2) perancangan pembelajaran, (3) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (4) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (5) evaluasi hasil belajar

(b) kompetensi kepribadian: (1)

kepribadian yang mantap, stabil dan dewaa (2) displin, arif dan berwibawa, (3) menjadi teladan bagi peserta didik, (4) berakhlak mulia

(c) kompetensi profesional: (1)

memahami jenis-jenis materi pembelajaran, (2) mengurutkan materi

1 s/d 5

6 s/d 10

11 s/d 15


(27)

pembelajaran, (3) mengorganisasikan materi pembelajaran, (4) mendayagunakan sumber pembelajaran, (5) memilih dan menentukan materi pembelajaran

(d) kompetensi sosial: (1)

berkomunikasi dan bergaul secara efektif, (2) hubungan guru dengan peserta didik, sesama pendidik dan orangtua peserta didik, (3) peran guru di masyarakat, (4) guru sebagai agen perubahan sosial

(UU No. 14 Tahun 2005)

16 s/d 20

Kecakapan Hidup

(Y)

(a) time management; (b) social skills;

(c) achievement motivation, (d)

intellectual flexibility; (e) task

leadership; (f) emotional control; (g) active initiative; (h) self confidence; (i) religius skills.

(Neill, James : 2007)

1 s/d 45

Ordinal 0,959

C. PENGUJIAN INTRUMEN PENELITIAN

Untuk pengujian seluruh instrument penelitian berbetuk forced choise seluruhnya mempunyai arah positif yang diujicobakan secara built-in, yakni uji coba dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data itu sendiri. Adapun jumlah kuesioner yang dikembalikan untuk orangtua dan siswa sebanyak 169 sampel dari 179 sampel yang disebar dan guru sebanyak 55 sampel dari jumlah 57 sampel yang disebar. Uji coba instrumen dalam penelitian ini meliputi uji validitas dan uji realiabilitas.

1. Uji validitas

Uji validitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan setiap butir kuesioner dengan sigma dari seluruh butir kuesioner dari variabel. Alat Bantu yang digunakan adalah korelasi product moment pada SPSS 15 (http://www.indowebster.spss15). Adapun hasil validitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut :


(28)

a. Uji validitas instrumen kecakapan hidup yang dilakukan menurut keragaman dan jumlah industri pada SMK kota besar butir kuesioner yang tidak valid yaitu nomor: 2, 14, 20, 21, 26, 36, 39, 40, 41, 45. Pada SMK kota sedang butir kuesioner yang tidak valid yaitu nomor: 2, 20, 28, 45. Sedangkan pada SMK kota kecil semua butir kuesioner valid. Pernyataan yang tidak valid pada siswa SMK Bandung memiliki rata-rata lebih kecil dibanding dengan rata-rata pernyataan yang lain. Dari kasus itu, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa semakin metropolis suatu wilayah, akan ada kecenderungan memandang diri dan keterhubungan diri dengan lingkungannya relatif rendah. b. Pada butir instrumen status sosial ekonomi orangtua siswa tidak dilakukan uji

validitas. Karena instrumen status sosial ekonomi orangtua siswa dalam penelitian ini merupakan katagorisasi (dikembangkan dari kuesioner Dadang Iskandar, 2004).

c. Uji validitas instrumen persepsi guru tentang kompetensi pedagogik dirinya pada SMK kota besar butir kuesioner yang tidak valid yaitu nomor: 27, dan 44. Pada SMK kota sedang butir kuesioner yang tidak valid yaitu nomor: 3, 12, 27, 31, 38, 42, 43, 44, 46, 48, 50, 56, dan 57. Sedangkan pada SMK kota kecil semua butir kuesioner valid. Pernyataan yang tidak valid umumnya memiliki rata-rata yang rendah dari pada penyataan yang lain dalam kelompoknya. Hal ini menunjukkan kompetensi guru SMK Cirebon dalam memandang kompetensi pedagogik dirinya untuk pernyataan-pernyataan lebih rendah dari pada guru SMK yang lainnya.

d. Uji validitas instrumen persepsi guru tentang kompetensi kepribadian dirinya pada SMK kota besar semua butir kuesioner valid. Pada SMK kota sedang kuesioner yang tidak valid yaitu nomor 14. Sedangkan pada SMK kota kecil semua butir kuesioner valid.


(29)

e. Uji validitas instrumen persepsi guru tentan kompetensi profesional dirinya pada SMK kota besar, SMK kota sedang, dan SMK kota kecil semua butir kuesioner valid.

f. Uji validitas instrumen persepsi guru tentang kompetensi kepribadian dirinya pada SMK kota besar semua butir kuesioner valid. Pada SMK kota sedang butir kuesioner yang tidak valid yaitu nomor 13. Sedangkan pada SMK kota kecil semua butir kuesioner valid.

g. Uji validitas instrumen persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial guru yang dilakukan pada SMKN kota besar, SMK kota sedang dan SMK kota kecil semua butir kuesioner valid.

2. Uji reliabilitas

Uji reliablitas instrumen dilakukan dengan menggunakan analisis Cronbach Alpha dalam SPSS 15 (http://www.indowebster.spss15). Hasil reliabilitas dari setiap instrumen adalah sebagai berikut:

a. Uji reliabilitas instrumen kecakapan hidup pada SMK kota besar sebesar 0,911. Pada SMK kota sedang sebesar 0,938 dan pada SMK kota kecil sebesar 0,959. Dari hasil di atas dapat disimpulkan instrumen kecakapan hidup adalah reliabel (r = 0,959).

b. Uji reliabilitas instrumen persepsi guru tentang kompetensi pedagogik dirinya pada SMK kota besar sebesar 0,987. Pada SMK kota sedang sebesar 0,966 dan pada SMK kota kecil sebesar 0,991. Dari hasil di atas dapat disimpulkan instrumen kompetensi pedagogik guru adalah reliabel (r = 0,991).

c. Uji reliabilitas instrumen persepsi guru tentang kompetensi kepribadian dirinya pada SMKN 6 Bandung sebesar 0,983. Pada SMKN 1 Cirebon sebesar 0,936 dan pada SMKN 2 Majalengka sebesar 0,987. Dari hasil di


(30)

atas dapat disimpulkan instrumen kompetensi kepribadian guru adalah reliabel (r = 0,987).

d. Uji reliabilitas instrumen persepsi guru tentang kompetensi profesional dirinya pada SMK kota besar sebesar 0,972. Pada SMK kota sedang sebesar 0,930 dan pada SMK kota kecil sebesar 0,983. Dari hasil di atas dapat disimpulkan instrumen kompetensi profesional guru adalah reliabel (r = 983).

e. Uji reliabilitas instrumen persepsi guru tentang kompetensi sosial dirinya pada SMK kota besar sebesar 0,954. Pada SMK kota sedang sebesar 0,889 dan pada SMK kota kecil sebesar 0,972. Dari hasil di atas dapat disimpulkan instrumen kompetensi sosial guru adalah reliabel (r = 0,972).

f. Uji reliabilitas instrumen persepsi siswa tentang kompetensi guru pada SMK kota besar sebesar 0,897. SMK kota sedang sebesar 0,931 dan pada SMK kota kecil sebesar 0,933. Dari hasil di atas dapat disimpulkan instrumen persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah reliabel (r = 0,933).

Analisis utama yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi, korelasi karena sesuai dengan judul penelitian ini adalah kontribusi atau pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Pengolahan data pada penelitian ini didasarkan pada pendekatan deskriptif analitik. Statistik deskriptif berfungsi untuk memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi. Sedangkan analitik dimaksudkan pada penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis penelitian dan membuat generalisasi dalam hal ini menggunakan analisis regresi, korelasi dan uji beda.


(31)

D. ANALISIS DATA

Pengolahan dan analisis data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Statistik Deskriptif

Untuk memberikan gambaran dari data yang sudah terkumpul dilakukan analyze – descriptives SPSS 15 (dengan hasil terlampir pada Bab IV)

2. Pengujian Persyaratan Analisis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis regresi dan korelasi. Namun sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi analisis regresi yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan Succesive Interval Methoda.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan dengan cara melihat grafik histogram dan grafik PP-Plots. Semua butir instrumen dalam penelitian ini membentuk grafik histogram yang membentuk distribusi normal dan pada grafik PP-Plots semua butir instrumen dalam penelitian ini terletak digaris diagonal, sehingga dapat diartikan bahwa distribusi data butir instrument penelitian ini adalah berdistribusi normal (grafik histogram dan PP-Plots terlampir).

b. Uji Multikolinearitas

Berdasarkan uji multikolinearitas, dihasilkan bahwa nilai VIF tidak kurang dari 0,1 dengan nilai Tolerance tidak lebih dari 10. Selain dengan melihat nilai VIF, menguji multikolinearitas dengan melihat nilai korelasi, hasilnya (terlampir pada Bab IV) menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan diantara keempat kompetensi guru, hal ini dapat diartikan bahwa keempat kompetensi itu harus dikeluarkan dari analisis regresi atau diubah dengan cara penggabungan keempat kompetensi guru tersebut. Pada penelitian ini hal ini


(32)

tidak dilakukan langsung tetapi dicoba dilakukan analisis regresi untuk pembuktian lebih lanjut.

c. Uji Autokorelasi

Hasil analisis menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2,003. Untuk mengujinya harus mencari nilai Durbin-Watson tabel pada tabel Durbin-Watson. Dengan jumlah independent variable 6 dan jumlah sampel 169 diperoleh nilai d1 sebesar 1,51 dan du sebesar 1,72. Dengan hasil tersebut bahwa nilai d terletak diantara 1,72<2,001<2,28 (4-1,72). Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

d. Uji Heterokedastisitas

Hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Histogram yang membentuk kurva normal maupun dilihat pada Normal Scatterplot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu (Gambar terlampir). Dengan hasil demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah persamaan regresi memenuhi asumsi heterokedastisitas.

e. Menaikkan Data Ordinal Menjadi Data Interval

Untuk meningkatkan data ordinal menjadi data interval digunakan Methoda Successive Interval for Windows 97 (MSIWin’97). Perhitungan ini dilakukan karena dalam uji hipotesis dengan menggunakan regresi salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah jenis datanya harus dalam bentuk interval (hasil terlampir).

3. Uji hipotesis

Untuk melakukan pengujian hipotesis ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) menentukan hubungan fungsional dan linearitas antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan dengan menggunakan linear regression; (b) menentukan kuatnya hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan


(33)

analisis bivariate correlate; (c) menentukan besarnya kontribusi antara variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan uji koefisien determinasi. Koefisien determinasi adalah merupakan koefisien korelasi kuadrat (r2). Dalam penelitian ini besarnya kontribusi variabel digunakan dalam bentuk prosentase. Penolakan dan penerimaan hipotesis didasarkan pada nilai signifikansi, apabila nilai signifikansi uji F (pada uji simultan) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Selanjutnya apabila nilai signifikansi uji t (pada uji parsial) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Perhitungan itu dilakukan dengan menggunakan SPSS 15 (http://www.indowebster.spss15).


(34)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis yang dilakukan pada SMK yang berada di propinsi Jawa Barat mengenai kontribusi sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru, persepsi guru tentang kompetensi kepribadian guru, kompetensi profesional guru dan kompetensi sosial guru terhadap life skills siswa SMK peneliti dapat dirangkum sebagai berikut.

1. Kontribusi sosial ekonomi orangtua siswa terhadap life skills siswa SMK adalah lemah (0,10%) artinya bahwa status sosial ekonomi orangtua siswa hanya mampu memberikan perubahan terhadap kecakapan hidup siswa 0,10% sedangkan sebesar 99,90% dipengaruhi faktor lain.

2. Kontribusi persepsi guru tentang kompetensi dirinya (pedagogik, kepribadian, profesional, sosial) terhadap life skills siswa, menunjukkan kontribusi adalah sangat rendah (masing-masing berkontribusi : pedagogik 0,10%, kepribadian 0,40%, profesional 0,40%, sosial 0,50%). Artinya persepsi guru tentang kemampuan dirinya yang ditunjukkan dalam pembelajaran di sekolah tidak sanggup memberikan pengaruh yang besar terhadap kecakapam hidup siswa

3. Kontribusi persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap life skills siswa SMK adalah kuat (66%) artinya persepsi siswa tentang kompetensi guru mampu memberikan perubahan terhadap kecakapan hidup sebesar 66% sedangkan 34% dipengaruhi oleh faktor lain


(35)

4. Kontribusi secara simultan status sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi siswa dan guru tentang kompetensi guru terhadap life skills siswa sebesar (66,2%). Artinya kecapakan hidup siswa dapat dikembangkan oleh fakor-faktor status sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi siswa dan guru tentang kompetensi guru sebesar 66,2% sedangkan 33,8% dipengaruhi oleh faktor lain

Dari rangkuman di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Pengembangan life skills siswa SMK lebih banyak dipengaruhi oleh diri siswa sendiri bukan dipengaruhi faktor eksternal. Faktor di luar diri siswa seperti status sosial ekonomi orangtua siswa dan kompetensi guru tidak secara signifikan memberikan pengaruh. Oleh sebab itu orangtua dan guru hanya mampu memberikan pengalaman, pengembangan pengetahuan serta sosialisasi yang akan memberikan struktur pemahaman yang baik sehingga akan mewarnai komponen kognitif mengenai apa yang dilihat, komponen afeksi yang memberikan evaluasi emosional berupa senang atau tidak senang terhadap apa yang dilihat dan diyakininya yang akhirnya keduanya akan mewarnai komponen konasi yaitu kecenderungan bertingkah laku tidak secara langsung memberikan pengaruh, karena persepsi diri siswalah yang paling dominan memberikan kontribusi bagi pengembangan kecakapan hidupnya. Kesimpulan di atas didasarkan pada hasil penelitian bahwa siswa SMK yang mempersepsikan gurunya baik memiliki rata-rata life skills yang tinggi serta berkorelasi tinggi. Kesimpulan itu diperkuat juga dari hasil uji beda persepsi siswa dan guru tentang kompetensi guru, semakin tinggi dan sama persepsi siswa dan guru maka semakin baik life skills siswa SMK. Juga hasil penelitian terhadap status orangtua siswa dalam mengembangkan life skills siswa, bukan terletak pada tinggi


(36)

rendahnya status orangtua tetapi bagaimana orangtua mengalokasikan pendapatannya, kekayaannya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya sehingga anak dan orangtua memiliki cara pandang yang sama tentang kebutuhan pendidikan secara teori dapat dijelaskan bahwa faktor eksternal hanya merupakan fungsi stimulus yang direspon sebagai aktivator kerja memori untuk membentuk dan mengembangkan struktur kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi. Artinya bahwa perkembangan life skills siswa SMK lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan internalisasi persepsi dirinya tentang lingkungan yang diamati dan dipikirkannya.

A. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Life Skills Siswa

Beberapa implikasi hasil-hasil penelitian terhadap Life Skills Siswa SMK, antara lain:

1. Kontribusi yang paling besar dalam pengembangan life skills siswa bukan pada kontribusi orangtua yang memiliki pendidikan yang baik, pekerjaan yang baik ataupun kekayaan namun pada bagaimana orangtua menciptakan pemenuhan kebutuhan psikologis anak terpenuhi dengan baik. Walaupun dari sisi kebutuhan fisiologis tidak dapat dipungkiri juga harus terpenuhi dengan baik sesuai dengan kebutuhan perkembangannya.

2. Pengembangan life skills siswa SMK yang terpenting adalah bagaimana menumbuhkan potensi diri siswa sehingga menumbuhkan motivasi untuk berprestasi dan berkarya dengan baik. Untuk menumbuhkan keinginan mengapai hidup yang bermakna itu dalam proses pembelajaran dibutuhkan pengajar yang mampu memahami kebutuhan psikologis siswanya karena kemampuan kompetensi guru yang baik tidaklah cukup tanpa diikuti


(37)

kemampuan memahami potensi dan kebutuhan peserta didiknya. Karena hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dan guru yang tidak memiliki perbedaan tentang persepsi kompetensi guru memiliki pengaruh yang lebih besar daripada yang memiliki perbedaan

B. Rekomendasi

Penelitian ini didesain untuk mengetahui dimensi-dimensi yang mampu menumbuhkembangkan life skills siswa SMK yang merupakan salah satu pilar pembangunan yang akan terjun kedunia kerja, sesuai dengan konsep Sekolah Kejuruan yaitu salah satunya menyiapkan tenaga terampil yang siap pakai.

Melihat siginifikansinya pentingnya life skills khususnya pada jenjang sekolah menengah khususnya Sekolah Menengah Kejuruan, maka terdapat beberapa rekomendasi yang mengarah pada orangtua siswa, para siswa, para pengajar, para peneliti dan para pengambil kebijakan pada tingkat institusional. Rincian rekomendasi yang dimaksud akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Rekomendasi untuk para orangtua siswa

Bagi para orangtua siswa, bahwa tingkat sosial ekonomi yang mapan atau cenderung rendah dari hasil penelitian tidak menunjukkan signifikansi untuk meningkatkan life skills siswa. Namun yang paling penting bagi orangtua adalah bagaimana menciptakan iklim atau peluang mengakses pendidikan yang baik sehingga anak akan merasa termotivasi untuk berprestasi dengan baik.

2. Rekomendasi untuk para siswa

Bagi para siswa, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang siswanya mampu berinteraksi dengan guru maupun lingkungan sekolah akan menghasilkan sikap life skills yang baik. Dengan demikian maka jika siswa


(38)

mampu meningkatkan interaksi dengan guru dalam pembelajaran maka akan memberikan bekal yang berharga untuk memaknai proses kehidupan sekarang dan masa yang akan datang.

3. Rekomendasi untuk para pengajar

Bagi para pengajar, hasil penelitian tentang kontribusi kompetesi guru terhadap life skills dapat digunakan sebagai media inspirasi bagi pengembangan potensi life skills siswa dalam mengantarkan para siswa dalam mengemban amanah kehidupan. Pengembangan kompetensi guru merupakan bentuk perwujudan ekspresi, pengetahuan, sikap, perilaku utama sehingga mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu semua kompetensi yang dimiliki harus mampu menciptakan pembelajaran yang mudah dimaknai oleh perserta didik dengan menyamakan langkah mengembangkan persepsi yang sama dengan peserta didik kearah upaya inovatif dalam mengembangkan sikap life skills.

4. Rekomendasi untuk para peneliti

Pada dasarnya penelitian tentang kontribusi sosial ekonomi orangtua siswa, persepsi siswa dan guru tentang kompetensi guru masih berada pada level memahami kontribusi mana yang paling dominan dalam mengembangkan life skills siswa SMK. Penelitian-penelitian selanjutnya harus terus dilakukan, karena masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, juga masih banyak kajian yang belum dilakukan misalnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau lebih rendah sehingga diharapkan akan menghasilkan penelitian yang mampu mensinergikan setiap jenjang pendidikan dalam mengembangkan life skills.


(39)

5. Rekomendasi untuk para pengambil kebijakan pendidikan pada tingkat institusional

Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran untuk mengembangkan life skills siswa pada level sekolah merupakan salah satu faktor yang sering muncul. Menyediakan fasilitas bagi pengembangan kemampuan guru dalam meningkatkan kompetensi pembelajaran. Serta memberikan kewenangan kepada guru untuk melakukan pembelajaran yang mensinergikan mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan oleh siswa tidak hanya pada penguasaan materi semata.


(40)

DAFTAR PUSTAKA BUKU:

Anwar (2003) Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung. Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ary, Donald dan Lucy Cheser Jacobs dan Asghar Razavieh. (1985). Introduction to Research Educational. Second Edition. Holt Rinehart and Winston. Inc

Ashkenas, Ron, Dave Ulrich, Todd Jick, and Steve Kerr (2002) The Boundaryless Organization Breaking the Chains of Organizational Structure. San Fancisco. Jossey-Bass A Wiley Company.

Bachri Thalib, Syamsul (2010) Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Berry, Brian J.L, Edgar C. Conkling & D. Michael Ray. (1987) Economic Geography Printice-Hall, inc., Englewood Cliff, New Jersey

Borstein, Steven M & Antony Smith (1996) The Puzzles of Leadership (dalam buku The Leader of The Future editor: Frances Hesselbein, dkk)

Bukit, Masriam (1997) Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Pembaharuan Kurikulum. Bandung. Program Pascasarjana IKIP Bandung. (tidak diterbitkan)

Chardwich, Bruch. A, Hormard M Bahr, Stan L Albrecht. (1991). Social Science Research Method. New Jersey. Englewood Cliffts.

Cusumano, Michaelse A and Constantinos C. Markides (Editors) (2001) Strategic Thinking fot the Next Economy. San Francisco. Massachusetts Institute of Technology.

Depdikbud. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan: Pedoman Pelaksanaan. Jakarta: Depdikbud.

Dedi Supriadi (2002) Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Jakarta. Direktorat Pendidikan Nasional.

Dimyati, Muhamad (1988) Landasan Kependidikan. Suatu Pengantar Pemikiran Keilmuan Tentang Kegiatan Pendidikan. Jakarta. Dekdikbud.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1996) Stategi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka Cipta

Dwi Narwoko, J dan Bagong Suyanto (2004) Sosiologi: Teks dan Pengantar. Jakarta Prenada Media

Echols, John M dan Hassan Shadily. (1993). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Fraenkel, Jack dan Norman E Wallen. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. USA. McGraw-Hill.

Freedman, Carlsmith dan Sears. (1970). Social Psychology, Pentice-Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jerse

Gerungan (1978) Psikologi Sosial. Jakarta Eresco

Gujarati, Damodar (1978) Basic Econometrics, New York. McGraw-Hill.

Hamalik, Oemar. (2000). Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta. Bumi Aksara.

……… (2002) Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta Bumi Aksara


(41)

Harrison, L.E dan Huntington, S.P (2000) Culture Matters How Values Shape Human Progress, New York: Basic Books

Hatten, Kenneth. J dan Stephen R. Rosenthal (2001) Reaching for the Knowledge Edge. New York. Amacom

Hertzberg, Hazel Whitman (1981) Social Studies Reform. United State.

Hesselbein, Frances. Marshall Goldsmith and Richard Beckhard (editors) (1996) The Leader of the Future. New York. The Peter Drucker Foundation. Iskandar, Dadang (2004) Pengaruh Sosial Ekonomi Orangtua Siswa Terhadap

Prestasi Belajar Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan Jalal, Fasli & Dedi Supriadi (2001) Reformasi Pendidikan Dalam Konteks

Otonomi Daerah. Jakarta. Depdiknas-Bappenas-Adicita Karya Nusa. Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terj. Robert M.Z.

Lawang. Jakarta : Gramedia.

Kelly, Howard & Sam Ball (1995) Curriculum & Standards Framework: Studies of Society and Environment. Carlton Victoria. Board of Studies.

Komarudin dan Yooke Tjuparmah. (2000). Kamus Istilah: Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara

Kuncoro, Mudrajad (2001) Metoda Kuantitatif. Yogyakarta. AMP YKPN

Mardikanto, Totok (1997) Link and Match Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta. Balai Pustaka.

McClelland, David C. (1961). The Achieving Society. Litton Educational Publishing. Inc New York.

Merton, Robert K. 1967. On Theoritical Sociology. New York : The Free Press. Micklethwait, John dan AdrianWooldridge (2000) A Future Perfect the Challenge

and Hidden Promi of Globalization. New York Crown Publishers Moekijat. (1994). Metode Riset dalam Penelitian. Bandung. Mandar Maju

Mueller, Danniel J. (1986). Measuring Social Attitude. A Handbook for Researchers and Practitioners. Columbia University.

Mukhidin (2005) Profil Implimentasi Inovasi Kurikulum STM Pembangunan Bandung. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Mulyasa (2003) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung Rosda Karya.

Munir, Rozy dan Priyogo Tjiptoheriyanto. 1986. Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Bina Aksara.

Naisbitt, J. (1994) Global Paradox (terjm). Jakarta: Binarupa Aksara Nasution. S. 1999. Sosiologi Pendidikan. Bandung Bumi Aksara.

Natawijaya, Racman. 1989. Memahami Tingkah Laku Sosial. Jakarta : Fima Nolker, Helmut and Eberhard Schoenfeldt (1988) Pendidikan Kejuruan. Jakarta

Gramedia.

Notoatmodjo, Soekidjo. (1998). Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta Rineka Cipta.

Ohmae, Kenichi (1990) The Borderless World Power and Strategy in the Interlinked Economy, Copyright McKinsey & Company Inc.

……… (1995) The End of the National State: The Rise of Regional Economies. New York. Copyright McKinsey & Company Inc.

Palan, R (2007) Competency Management. Terj. Jakarta. Penerbit PPM. Parsons, Talcott. 1951. The Social System. New York : The Free Press. Poloma, Margaret M. 1992. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali.

Purwanto, Iwan (2002) Pengaruh Kerja Industri Terhadap Sikap Kewirausahaan. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(42)

Putraman, Made. (1990). Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Rakhmat, Jalaluddin (2004) Psikologi Komunikasi. Bandung Rosda Karya.

Ramly, Amir Tengku & Erlin Trisyulianti (2006) Memompa Teknik Mengajar Menjadi Guru Kaya. Jakarta. Kawan Pustaka.

Rex, John. 1985. Analisa Sistem Sosial. Jakarta : Bina Aksara.

Riduwan (2007) Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung. Alfabeta

Robert A. Baron and Donn Byrne (2003) Psikologi Sosial (terj. Edisi 10) Jakarta. PT Erlangga

Sapriya (2002) Sudi Sosial: Konsep dan Model Pembelajaran, Bandung. Buana Nusantara.

Santoso. Purbayu Budi dan Ashari (2005) Analisis Statisti dengan Menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta. Andi Offset.

Schipper, Uwe dan Djadjang Madya Patriana. (1994). Pendidikan Kejuruan Di Indonesia. Bandung: Angkasa.

Schneider, Donald. Dkk (1994) Curriculum Standards for Social Studies. United States of America. NCSS

Silalahi, Uber, (2006) Metode Penelitian Sosial. Bandung UNPAR Press.

Singarinbun, Masri dan Sofyan Effendi. (1989). Metoda Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Soegiyono, (2000) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Soekanto, Soerjono (2003) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Spencer, Lyle & Signe M Spencer (1993) Competence Work Models For Superior Performance. Canada. John Wiley & Sons, Inc.

Sudjana. (1996). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito

Sudrajat. (1999). Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha. Bandung: Bumi Aksara.

Sumaatmadja, Nursid. 1998. Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung Alfabeta.

Sumanto. (1995). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Suparlan (2003) Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Yogyakarta. Hikayat. Supranto, J. (2000) Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga

Supranto, J (2004) Ekonometri. Jakarta. Ghalia Indonesia

Suryabrata, Sumadi (2001) Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajawali Press.

Suryadi, Ace. (1998). Keadaan, Permasalahan dan Tantangan Masa Depan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Balitbang Depdikbud

Suwarno, Bambang. (1998). Krisis dan Dunia Pendidikan. Bandung: tidak diterbitkan

Svalastoga. Kare. 1989. Diferensiasi Sosial. Jakarta : Bina Aksara.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Rosda Karya.

Syaodih (2003) Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung Rosdakarya Tilaar (1999) Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia.

Bandung Rosda Karya.

Trocim, William M.K (2001) Research Methods Knowledge Base. United State of America. Atomic Dog Publishing.


(43)

Tim Broad Based Educational Depdiknas (2003) Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup. Jatim. Swa Bina Qualita Indonesia

Trihendradi. C (2007) Langkah Mudah Menguasai Statistik menggunakan SPSS 15. Yogyakarta. Andi Offset

Uno, Hamzah B. (2006) Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta Bumi Kasara.

Usman, Husaini dan R. Purnomo Setiady Akbar. (1995). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara

Wena. Made (1996) Pendidikan Sistem Ganda. Bandung Tarsito

Yamin, Martinis dan Maisah (2010) Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta. Gaung Persada Press.

Zain, Sumarno, (2000) Ekonometrika Dasar, Jakarta. Erlangga

JURNAL :

Djojonegoro, Wardiman. (1995). Visi dan strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan Kualitas. Perspektif Edisi I Tahun 1/1995 Bandung, Journal Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.

Sasongko, Rambat Nur (2002) Pendidikan Kecakapan Hidup. Jurnal Mimbar Pendidikan No.3 Tahun XXI 2002

INTERNET:

Achwarin, Naree Aware (2009) The Study of Teacher Competence of Teachers at Schools in The Three Southern Provinces of Thailand. www.journal.au.edu/scholar/ 2009/word/nareeAwareAchwarin156.doc Ayudin, Rifa’I (1998) Pengaruh Keperluan Psikologis Terhadap Sikap dan Tabi’e

Belajar. Fakultas Pendidikan Universitas Kebangsaan Malaysia. http://akademik.ukm/eda.au/research.

Brolin, D. E (1989) Life Centered Career Education: A Competency Based

Approach (3rd.ed) Reston, VA The Council for Exceptational Children.

http://www.jtn/ger.leqhidea.doc (Juni 2007)

Darlene Baker (2005) Life skills Through 4-H. http://www.lifeskills- sti.org/page2.html. (Juni 2007)

Direktorat Pembinaan TK/SD (2008) Pendidikan Kecakapan Hidup, http://www.paguruonline.pendidikan.net. (28 Juni 2008)

Djam’an. Satori (2002) Implementasi Life Skills dalam Konteks Pendidikan di Sekolah. http://www.file.upi.edu/ai.php (juni 2005)

Hanafi, Zahyah (2009) The Relationship Between Aspects of Socio-Economic Factors and Academic Achievement. www.pkukmweb.ukm.my/ jurfpend /journal

Icap (2005) http://www.icap.org./download/all (april 2005

Neill, James (2007). The Life effectiveness Questionnaire (LEQ). http://www.jtn.leqhidea.doc (Juni 2007)

Nick Sofroniou, Peter Archer and Susan Weir (2009) An Analysis of the

Association between Socioeconomic Context, Gender, and

Achievement. The Irish Journal of Education / Iris Eireannach an Oideachais, Vol. 35, (2004), pp. 58-72 (article consists of 15 pages) http://www.jstor.org/stable/30077495


(44)

Pakguruonline (2008) Konsep Kecakapan untuk Hidup (Life Skills Education), http://pakguruonline.pendidikan .net (23 Juni 2008)

Purnomo, Wahyu. (1999). Keterampilan menjelang 2020: Laporan Satuan Tugas tentang Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia. http://www.dikmenjur.freehosting.net/kebijak/inti.htm. (9 Mei 2001)

Report to UNESCO of International Commision Education for the Twenty-First Century (1996) Learning: Threasure Within. UNESCO Publishing

Shvoong (2010) Definisi Persespi http://www.id.shvoong.com, Juli 2009

Siswanto, Joko (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi (MSDM-BK). http://www.dhimaskasep.file.wordpress.com.2008/03/01 Situs resmi Departemen Pendidikan Nasional Kecakapan Hidup (Life Skills)

http://www.infodiknas.com/pendidikan-kecakapan-hidup-konsep-dasar-2/)

Slamet PH. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar. www.infodiknas.com (Juni 2007)

Sonhadji, Ahmad (2005) Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan Pendidikan Di Sekolah Menengah Kejuruan. http.www.depdiknas.go.id/sikep, (april 2005).

SPSS.15 http://www.indowebster.spss15

STPB (2008) Standar Kerja Kompetensi Nasional Indonesia www.stpbali.ac.id/index.php (Juni 2008)

World Health Organization (WHO) 2005. Life Skills. http://www.icap.org. (April 2005)


(1)

118

Kesimpulan, Implikasi dan Saran

5. Rekomendasi untuk para pengambil kebijakan pendidikan pada tingkat institusional

Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran untuk mengembangkan life skills siswa pada level sekolah merupakan salah satu faktor yang sering muncul. Menyediakan fasilitas bagi pengembangan kemampuan guru dalam meningkatkan kompetensi pembelajaran. Serta memberikan kewenangan kepada guru untuk melakukan pembelajaran yang mensinergikan mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan oleh siswa tidak hanya pada penguasaan materi semata.


(2)

DAFTAR PUSTAKA BUKU:

Anwar (2003) Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung. Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ary, Donald dan Lucy Cheser Jacobs dan Asghar Razavieh. (1985). Introduction to Research Educational. Second Edition. Holt Rinehart and Winston. Inc

Ashkenas, Ron, Dave Ulrich, Todd Jick, and Steve Kerr (2002) The Boundaryless Organization Breaking the Chains of Organizational Structure. San Fancisco. Jossey-Bass A Wiley Company.

Bachri Thalib, Syamsul (2010) Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Berry, Brian J.L, Edgar C. Conkling & D. Michael Ray. (1987) Economic Geography Printice-Hall, inc., Englewood Cliff, New Jersey

Borstein, Steven M & Antony Smith (1996) The Puzzles of Leadership (dalam buku The Leader of The Future editor: Frances Hesselbein, dkk)

Bukit, Masriam (1997) Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Pembaharuan Kurikulum. Bandung. Program Pascasarjana IKIP Bandung. (tidak diterbitkan)

Chardwich, Bruch. A, Hormard M Bahr, Stan L Albrecht. (1991). Social Science Research Method. New Jersey. Englewood Cliffts.

Cusumano, Michaelse A and Constantinos C. Markides (Editors) (2001) Strategic Thinking fot the Next Economy. San Francisco. Massachusetts Institute of Technology.

Depdikbud. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan: Pedoman Pelaksanaan. Jakarta: Depdikbud.

Dedi Supriadi (2002) Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Jakarta. Direktorat Pendidikan Nasional.

Dimyati, Muhamad (1988) Landasan Kependidikan. Suatu Pengantar Pemikiran Keilmuan Tentang Kegiatan Pendidikan. Jakarta. Dekdikbud.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1996) Stategi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka Cipta

Dwi Narwoko, J dan Bagong Suyanto (2004) Sosiologi: Teks dan Pengantar. Jakarta Prenada Media

Echols, John M dan Hassan Shadily. (1993). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Fraenkel, Jack dan Norman E Wallen. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. USA. McGraw-Hill.

Freedman, Carlsmith dan Sears. (1970). Social Psychology, Pentice-Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jerse

Gerungan (1978) Psikologi Sosial. Jakarta Eresco

Gujarati, Damodar (1978) Basic Econometrics, New York. McGraw-Hill.

Hamalik, Oemar. (2000). Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta. Bumi Aksara.

……… (2002) Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta Bumi Aksara


(3)

120

Daftar Pustaka

Harrison, L.E dan Huntington, S.P (2000) Culture Matters How Values Shape Human Progress, New York: Basic Books

Hatten, Kenneth. J dan Stephen R. Rosenthal (2001) Reaching for the Knowledge Edge. New York. Amacom

Hertzberg, Hazel Whitman (1981) Social Studies Reform. United State.

Hesselbein, Frances. Marshall Goldsmith and Richard Beckhard (editors) (1996) The Leader of the Future. New York. The Peter Drucker Foundation. Iskandar, Dadang (2004) Pengaruh Sosial Ekonomi Orangtua Siswa Terhadap

Prestasi Belajar Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan Jalal, Fasli & Dedi Supriadi (2001) Reformasi Pendidikan Dalam Konteks

Otonomi Daerah. Jakarta. Depdiknas-Bappenas-Adicita Karya Nusa. Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terj. Robert M.Z.

Lawang. Jakarta : Gramedia.

Kelly, Howard & Sam Ball (1995) Curriculum & Standards Framework: Studies of Society and Environment. Carlton Victoria. Board of Studies.

Komarudin dan Yooke Tjuparmah. (2000). Kamus Istilah: Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara

Kuncoro, Mudrajad (2001) Metoda Kuantitatif. Yogyakarta. AMP YKPN

Mardikanto, Totok (1997) Link and Match Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta. Balai Pustaka.

McClelland, David C. (1961). The Achieving Society. Litton Educational Publishing. Inc New York.

Merton, Robert K. 1967. On Theoritical Sociology. New York : The Free Press. Micklethwait, John dan AdrianWooldridge (2000) A Future Perfect the Challenge

and Hidden Promi of Globalization. New York Crown Publishers Moekijat. (1994). Metode Riset dalam Penelitian. Bandung. Mandar Maju

Mueller, Danniel J. (1986). Measuring Social Attitude. A Handbook for Researchers and Practitioners. Columbia University.

Mukhidin (2005) Profil Implimentasi Inovasi Kurikulum STM Pembangunan Bandung. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Mulyasa (2003) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung Rosda Karya.

Munir, Rozy dan Priyogo Tjiptoheriyanto. 1986. Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Bina Aksara.

Naisbitt, J. (1994) Global Paradox (terjm). Jakarta: Binarupa Aksara Nasution. S. 1999. Sosiologi Pendidikan. Bandung Bumi Aksara.

Natawijaya, Racman. 1989. Memahami Tingkah Laku Sosial. Jakarta : Fima Nolker, Helmut and Eberhard Schoenfeldt (1988) Pendidikan Kejuruan. Jakarta

Gramedia.

Notoatmodjo, Soekidjo. (1998). Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta Rineka Cipta.

Ohmae, Kenichi (1990) The Borderless World Power and Strategy in the Interlinked Economy, Copyright McKinsey & Company Inc.

……… (1995) The End of the National State: The Rise of Regional Economies. New York. Copyright McKinsey & Company Inc.

Palan, R (2007) Competency Management. Terj. Jakarta. Penerbit PPM. Parsons, Talcott. 1951. The Social System. New York : The Free Press. Poloma, Margaret M. 1992. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali.

Purwanto, Iwan (2002) Pengaruh Kerja Industri Terhadap Sikap Kewirausahaan. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(4)

Putraman, Made. (1990). Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Rakhmat, Jalaluddin (2004) Psikologi Komunikasi. Bandung Rosda Karya.

Ramly, Amir Tengku & Erlin Trisyulianti (2006) Memompa Teknik Mengajar Menjadi Guru Kaya. Jakarta. Kawan Pustaka.

Rex, John. 1985. Analisa Sistem Sosial. Jakarta : Bina Aksara.

Riduwan (2007) Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung. Alfabeta

Robert A. Baron and Donn Byrne (2003) Psikologi Sosial (terj. Edisi 10) Jakarta. PT Erlangga

Sapriya (2002) Sudi Sosial: Konsep dan Model Pembelajaran, Bandung. Buana Nusantara.

Santoso. Purbayu Budi dan Ashari (2005) Analisis Statisti dengan Menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta. Andi Offset.

Schipper, Uwe dan Djadjang Madya Patriana. (1994). Pendidikan Kejuruan Di Indonesia. Bandung: Angkasa.

Schneider, Donald. Dkk (1994) Curriculum Standards for Social Studies. United States of America. NCSS

Silalahi, Uber, (2006) Metode Penelitian Sosial. Bandung UNPAR Press.

Singarinbun, Masri dan Sofyan Effendi. (1989). Metoda Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Soegiyono, (2000) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Soekanto, Soerjono (2003) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Spencer, Lyle & Signe M Spencer (1993) Competence Work Models For Superior Performance. Canada. John Wiley & Sons, Inc.

Sudjana. (1996). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito

Sudrajat. (1999). Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha. Bandung: Bumi Aksara.

Sumaatmadja, Nursid. 1998. Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung Alfabeta.

Sumanto. (1995). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Suparlan (2003) Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Yogyakarta. Hikayat. Supranto, J. (2000) Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga

Supranto, J (2004) Ekonometri. Jakarta. Ghalia Indonesia

Suryabrata, Sumadi (2001) Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajawali Press.

Suryadi, Ace. (1998). Keadaan, Permasalahan dan Tantangan Masa Depan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Balitbang Depdikbud

Suwarno, Bambang. (1998). Krisis dan Dunia Pendidikan. Bandung: tidak diterbitkan

Svalastoga. Kare. 1989. Diferensiasi Sosial. Jakarta : Bina Aksara.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Rosda Karya.

Syaodih (2003) Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung Rosdakarya Tilaar (1999) Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia.

Bandung Rosda Karya.

Trocim, William M.K (2001) Research Methods Knowledge Base. United State of America. Atomic Dog Publishing.


(5)

122

Daftar Pustaka

Tim Broad Based Educational Depdiknas (2003) Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup. Jatim. Swa Bina Qualita Indonesia

Trihendradi. C (2007) Langkah Mudah Menguasai Statistik menggunakan SPSS 15. Yogyakarta. Andi Offset

Uno, Hamzah B. (2006) Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta Bumi Kasara.

Usman, Husaini dan R. Purnomo Setiady Akbar. (1995). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara

Wena. Made (1996) Pendidikan Sistem Ganda. Bandung Tarsito

Yamin, Martinis dan Maisah (2010) Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta. Gaung Persada Press.

Zain, Sumarno, (2000) Ekonometrika Dasar, Jakarta. Erlangga

JURNAL :

Djojonegoro, Wardiman. (1995). Visi dan strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan Kualitas. Perspektif Edisi I Tahun 1/1995 Bandung, Journal Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.

Sasongko, Rambat Nur (2002) Pendidikan Kecakapan Hidup. Jurnal Mimbar Pendidikan No.3 Tahun XXI 2002

INTERNET:

Achwarin, Naree Aware (2009) The Study of Teacher Competence of Teachers at Schools in The Three Southern Provinces of Thailand. www.journal.au.edu/scholar/ 2009/word/nareeAwareAchwarin156.doc Ayudin, Rifa’I (1998) Pengaruh Keperluan Psikologis Terhadap Sikap dan Tabi’e

Belajar. Fakultas Pendidikan Universitas Kebangsaan Malaysia. http://akademik.ukm/eda.au/research.

Brolin, D. E (1989) Life Centered Career Education: A Competency Based Approach (3rd.ed) Reston, VA The Council for Exceptational Children. http://www.jtn/ger.leqhidea.doc (Juni 2007)

Darlene Baker (2005) Life skills Through 4-H. http://www.lifeskills- sti.org/page2.html. (Juni 2007)

Direktorat Pembinaan TK/SD (2008) Pendidikan Kecakapan Hidup, http://www.paguruonline.pendidikan.net. (28 Juni 2008)

Djam’an. Satori (2002) Implementasi Life Skills dalam Konteks Pendidikan di Sekolah. http://www.file.upi.edu/ai.php (juni 2005)

Hanafi, Zahyah (2009) The Relationship Between Aspects of Socio-Economic Factors and Academic Achievement. www.pkukmweb.ukm.my/ jurfpend /journal

Icap (2005) http://www.icap.org./download/all (april 2005

Neill, James (2007). The Life effectiveness Questionnaire (LEQ). http://www.jtn.leqhidea.doc (Juni 2007)

Nick Sofroniou, Peter Archer and Susan Weir (2009) An Analysis of the Association between Socioeconomic Context, Gender, and Achievement. The Irish Journal of Education / Iris Eireannach an Oideachais, Vol. 35, (2004), pp. 58-72 (article consists of 15 pages) http://www.jstor.org/stable/30077495


(6)

Pakguruonline (2008) Konsep Kecakapan untuk Hidup (Life Skills Education), http://pakguruonline.pendidikan .net (23 Juni 2008)

Purnomo, Wahyu. (1999). Keterampilan menjelang 2020: Laporan Satuan Tugas tentang Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia. http://www.dikmenjur.freehosting.net/kebijak/inti.htm. (9 Mei 2001)

Report to UNESCO of International Commision Education for the Twenty-First Century (1996) Learning: Threasure Within. UNESCO Publishing

Shvoong (2010) Definisi Persespi http://www.id.shvoong.com, Juli 2009

Siswanto, Joko (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi (MSDM-BK). http://www.dhimaskasep.file.wordpress.com.2008/03/01 Situs resmi Departemen Pendidikan Nasional Kecakapan Hidup (Life Skills)

http://www.infodiknas.com/pendidikan-kecakapan-hidup-konsep-dasar-2/)

Slamet PH. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar. www.infodiknas.com (Juni 2007)

Sonhadji, Ahmad (2005) Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan Pendidikan Di Sekolah Menengah Kejuruan. http.www.depdiknas.go.id/sikep, (april 2005).

SPSS.15 http://www.indowebster.spss15

STPB (2008) Standar Kerja Kompetensi Nasional Indonesia www.stpbali.ac.id/index.php (Juni 2008)

World Health Organization (WHO) 2005. Life Skills. http://www.icap.org. (April 2005)