KHASIA FERA WAHYUNI H 3509011

(1)

commit to user

i

TUGAS AKHIR

PEMBUATAN JAMU GODHOG ASAM URAT

DI MERAPI FARMA HERBAL YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

KHASIA FERA WAHYUNI H 3509011

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS AGROFARMAKA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Ahli Madya dan telah diketahui serta disahkan oleh Dosen Penguji serta Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Judul :

PEMBUATAN JAMU GODHOG ASAM URAT

DI MERAPI FARMA HERBAL YOGYAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

KHASIA FERA WAHYUNI H 3509011

Telah dipertahankan didepan dosen penguji pada tanggal : ... Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Susunan Tim Penguji: Pembimbing dan Penguji I

Ir. Heru Irianto,MM NIP. 196305141992021001

Penguji II

Ir. Wartoyo, S.P. MS. NIP. 195209151979031003

Surakarta, 10 Mei 2012 Universitas Sebelas Maret Surakarta

Fakultas Pertanian Dekan,

Prof. DR. Ir. Bambang Pudjiasmanto,MS NIP. 195602251986011001


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir

dengan judul ″ Pembuatan Jamu Godhog Asam Urat″ Di Merapi Farma Herbal

Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan Terima Kasih kepada :

1. Prof. DR. Ir. Bambang Pudjiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Wartoyo S.P, MS selaku Ketua Program Studi DIII Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Heru Irianto, MM dan Ir. Wartoyo, S.P. MS selaku Dosen

Pembimbing.

4. Ibu Tien Sri Karyani dan karyawan Merapi Farma Herbal yang telah membimbing dan membantu selama penulis magang.

5. Bapak, Mamak dan Adik-adik saya yang ada di rumah, terima kasih atas

dukungannya.

Semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Surakarta, 10 Mei 2012


(4)

commit to user

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

III.TATALAKSANA PELAKSANAAN ... 39

A. Tempat Pelaksanaan ... 39

B. Waktu Pelaksanaan ... 39

C. Tata Cara Pelaksanaan ... 39

D. Sumber data ... 40

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Kondisi Umum Perusahaan ... 42

B. Uraian kegiatan dan Pembahasan ... 47

C. Analisis Usaha ... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

commit to user

v

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Komposisi Simplisia jamu godhog asam urat... 52

Tabel 4.2. Biaya bahan baku jamu godhog asam urat. ... 58

Tabel 4.3. Biaya tenaga kerja jamu godhog asam urat ... 59

Tabel 4.4 Biaya lain-lain ... 59

Tabel 4.5 Biaya Tetap Produksi ... 60

Tabel 4.6 Biaya Variabel Produksi ... 61


(6)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendukung gerakan back to nature, di Indonesia terjadi peningkatan industri obat tradisional bahkan menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM-RI) sampai tahun 2002 terdapat 1012 industri obat tradisional yang memiliki izin usaha industri yang terdiri dari 105 industri berskala besar dan 907 industri berskala kecil. Dengan melihat kelimpahan bahan baku obat herbal di Indonesia dan tuntutan masyarakat akan produk yang aman, manjur dan berkualitas maka perlu pembuktian-pembuktian yang nyata melalui penelitian sinergis antara berbagai disiplin ilmu dan unsur masyarakat. Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies di antaranya termasuk tumbuhan berkhasiat obat sehingga merupakan potensi pasar obat herbal (Herbal medicine). Obat herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan negara maju.

Penggunaan obat tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat semakin meningkat. Penggunaan tanaman yang berkhasiat obat yang dikenal sebagai obat tradisional merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi masalah masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan kesehatan, karena obat tradisional lebih murah, mudah diperoleh dan efek samping relatif kecil. Selain itu juga, adanya trend masyarakat untuk menggunakan bahan-bahan alami (gerakan back to nature) yang menyadari efek samping dari obat kimia, mendorong masyarakat awam, masyarakat kelas menengah keatas dan terdidik untuk menggunakan obat tradisional.

Obat tradisional dapat diperoleh di Industri jamu atau dengan membuat sendiri secara sederhana. Kesulitan para pabrikan, dokter herbal, pengobat alternatif dan masyarakat untuk mencari tanaman obat dan bahan baku jamu yang bermutu mendorong berdirinya Merapi Farma Herbal. Merapi Farma Herbal adalah salah satu perusahaan yang berusaha ikut berperan dalam melestarikan kekayaan budaya bangsa dengan mengembangkan tanaman obat


(7)

commit to user

dan obat tradisional, mencari dan menggali manfaat kesehatan dan ekonomi dari tanaman obat dan jamu tradisional untuk kesejahteraan diri, bangsa dan negara serta mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman obat dan obat tradisional kepada masyarakat.

Dewasa ini, Fenomena Penggunaan Obat Tradisional dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat semakin menunjukkan identitasnya. Khususnya, menggunakan keahlian mencegah dan mengobati berbagai penyakit dengan talenta meracik jamu tradisional Jawa, dimana produknya dengan merek dagang Jamu Godhog dan Jamuku telah dijual dan di pasarkan mulai dari lingkungan kota Yogyakarta (1994), hingga pada tahun 2004, mulai merambah ke pasar nasional hingga hari ini. Selain memproduksi jamu godhog, Merapi Farma Herbal juga mengusahakan pembibitan tanaman obat dan budidaya tanaman obat, yang juga digunakan sebagai bahan utama jamu, sebagian dipanen dari kebun budidaya tanaman obat yang terletak di lahan dalam kawasan wisata agro tanaman obat merapi farma, sebagian yang lain juga hasil budidaya petani binaan. Dengan demikian, selain untuk pemakaian sendiri, berbagi jenis tanaman obat juga ditanam dalam berbagai ukuran polibag untuk memudahkan konsumen yang ingin mengoleksi tanaman obat.

Jamu godhog adalah kumpulan dari beberapa simplisia yang menjadi satu kesatuan untuk meringankan, mengurangi dan menyembuhkan penyakit. Dalam jamu godhog ini terdirindari berbagai simplisia baik simplia akar, batang dan daun serta rimpang dan masih banyak lagi jenis simplisia.

Merapi Farma Herbal didirikan pada tahun 1994 (17 tahun silam) oleh Bapak Sidik Raharjo yang pada mulanya hanya melayani kebutuhan customer di lingkungan sekitar kota Yogyakarta. Akan tetapi melalui pengembangan dan berbagai diversifikasi produk yang pemasarannya mulai merambah ke berbagai kota bahkan ke beberapa pulau lain di Indonesia. Merapi Farma herbal berbadan hukum pada tahun 2004, sebagai berikut: Akte pendirian CV. Merapi Farma, Ijin Gangguan (HO), NPWP (perusahaan dan pribadi), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Ijin Prinsip, Ijin Usaha industri Kecil Obat Tradisonal dan Ijin edar. Beberapa catatan


(8)

commit to user

seputar peluang usaha di atas akhirnya mendorong berdiri dan eksisnya Merapi Farma Herbal hingga hari ini. Merapi Farma Herbal senantiasa concern dan fokus dalam mengembangkan sistem dan teknologi Agro Industri Biofarmaka yang bergerak dari hulu ke hilir dimulai dari Wisata Agro berupa Pembibitan dan Budidaya Tanaman Obat, penelitian dan pelatihanya, hingga memproduksi jamu godhog untuk pengobatan juga Jamu sebagai gaya hidup sehat.

B. Tujuan Magang

a) Tujuan umum

1. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan berfikir dalam

menerapkan ilmu yang dipelajari serta keterkaitannya dengan bidang ilmu yang lain.

2. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat

membandingkan antara teori yang telah diperoleh dengan aplikasinya di lapangan.

3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis kepada mahasiswa

dalam rangka kesiapan menghadapi dunia kerja yang mengarah pada kegiatan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja.

4. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.

5. Memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya

Agrofarmaka di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b) Tujuan khusus

1. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang

pertanian khususnya pada pembuatan jamu godhog di Merapi Farma Herbal, Yogyakarta.

2. Mempelajari tata cara meracik jamu godhog khususnya jamu untuk asam urat( JAGASRAT) di CV. Merapi Farma Herbal.


(9)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit asam urat adalah penyakit yang timbul akibat kadar asam urat darah yang berlebihan. Adanya produksi asam urat yang berlebihan tersebut karena meningkatnya pembentukan zat purin dalam tubuh. Peningkatan tersebut berasal dari asupan makanan yang mengandung purin yang tinggi dan gangguan pada ginjal. Produk buangan termasuk asam urat dan garam-garam organic dibuang melalui saluran ginjal, kandung kemih, dan saluran kemih dalam bentuk urin. Kegagalan ginjal dalam proses pembuangan asam urat dalam jumlah yang cukup banyak dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Hal tersebut juga dapat menimbulkan komplikasi lain yaitu pengendapan asam urat dalam ginjal yang akhirnya terjadi pembentukan batu ginjal dari kristal asam urat

(Kertia, 2009).

Kadar normal asam urat bisa diketahui dengan pemeriksaan asam urat di laboratorium dilakukan dengan dua cara, Enzimatik dan Teknik Biasa. Kadar asam urat normal menurut tes enzimatik maksimum 7 mg/dl. Sedangkan pada teknik biasa, nilai normalnya maksimum 8 mg/dl. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui standar normal itu, penderita dimungkinkan mengalami hiperurisemia. Kadar asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut hiperurisemia (Saraswati, 2009).

Menurut Nugroho, salah satu pengelola usaha jamu dan tanaman obat di Jl. Kaliurang Km 21,5 Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, jamu dibagi 2 yaitu jamu penyembuhan dan jamu pencegahan. Jamu penyembuhan misalnya untuk menyembuhkan batu ginjal, asam urat dan diabetes. Sedangkan jamu pencegahan lebih seperti minuman kesehatan yang mencegah badan dari terserangnya penyakit, juga menyehatkan badan. Jamu pencegahan ini misalnya jamu beras kencur, kunir asem, jahe merah, dan temulawak.

Untuk jamu penyembuhan sebaiknya terdiri dari 3 bagian, yaitu bahan utama, pendamping dan pelengkap. Bahan utama merupakan bahan yang


(10)

commit to user

digunakan untuk mengobati penyakit utama juga, misalnya untuk batu ginjal, digunakan tanaman gempur batu, tempuyung atau kembang bugang, yang berfungsi untuk menghancurkan batu. Bahan pendamping berfungsi untuk mengobati komplikasi penyakit, misalnya radang di ginjal dan susah buang air kecil, diobati dengan kunyit atau binahong. Sedangkan bahan pelengkap digunakan untuk mencegah gejala-gejala penyakit, misalnya kencur serta jahe merah yang berguna untuk menurunkan kolesterol dan mengurangi rasa nyeri (Anonim, 2012).

Untuk ramuan jamu terbaik, unsur ketiga bahan tersebut direbus dengan temperatur 100oC hingga air berkurang sekitar setengahnya. Untuk beberapa bahan mempunyai batas maksimal panas untuk pengeringannya supaya kandungan dalam bahan tersebut tidak hilang. Sedangkan batas toleransi berat adalah 70g - 100g bahan tiap kali minum. Jika kebanyakan, dikhawatirkan akan adanya gangguan pada lambung dan ginjal. Sedangkan untuk jamu pencegahan, cukup minum jamu beras kencur, kunir asem, atau pun jahe merah. Yang perlu diperhatikan adalah jika jamu tersebut ada endapannya, dianjurkan endapan tersebut tidak dikocok dan tidak diminum. Kerena itu merupakan penumpukan kalsium yang malah menambah kerja ginjal dan tidak baik untuk lambung dan usus (Anonim, 2012).

Jamu-jamu tersebut bisa kita buatnya sendiri di rumah. Asalkan semua bahan ada, takaran benar, dan pembuatan benar, jamu-jamu tersebut bisa dibuat sendiri. Sedangkan untuk tanaman obat, kita juga bisa menanamnya di rumah. Tidak dibutuhkan pekarangan yang luas ataupun perawatan yang rumit. Tanaman-tanaman yang bisa kita tanam sendiri misalnya jenis empon-empon (temulawak, jahe, kunir) dan kumis kucing. Dengan bahan alami tanpa campuran bahan kimia, tentu saja badan akan mendapatkan khasiat yang maksimal. Apalagi ternyata jamu tidak menimbulkan efek-efek buruk asalkan diminum secara tepat. Di samping itu ternyata juga mudah untuk mendapatkannya. Karenanya, tak ada salahnya untuk kembali ke alam dan membuat badan sehat dengan cara yang alami


(11)

commit to user

Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat, tetapi belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain telah dikeringkan. Simplisia yang berasal dari tanaman utuh, bagian tanaman (seperti daun, bunga, buah, kuli buah, biji, kulit, batang, kayu, akar, rimpang), atau eksudat tanaman disebut Simplisia Nabati. Eksudat tanaman bisa merupakan isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman dan belum berupa zat kimia murni.

Adapun jenis-jenis simplisia nabati adalah sebagai berikut: a) Herba (herba)

Herba merupakan seluruh bagian tanaman obat mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan buah dari tanaman jenis terna yang bersifat herbaceous. Contohnya: Herba Sidogori

b) Daun (folium)

Simplisia tersebut bisa berupa daun segar atau kering dan dapat berupa pucuk daun seperti kumis kucing dan daun tua seperti daun salam.

c) Bunga (flos)

Bunga yang digunakan sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk. Contohnya: Bunga cengkeh

d) Buah (fructus)

Buah untuk simplisia dikumpulkan setelah masak. e) Kulit Buah (pericarpium)

Kulit buah dikumpulkan dari buah masak seperti kulit buah jeruk. f) Biji (semen)

Biji biasanya dikumpulkan dari buah yang sudah masak. g) Kulit Kayu (cortex)

Kulit kayu merupakan bagian terluar dari batang pada tanaman tinggi atau tanaman tahunan. Contohnya: kulit kayu manis.


(12)

commit to user h) Kayu (lignum)

Kayu yang biasa digunakan sebagai simplisia merupakan kayu tanpa kulit. Pemotongan kayu biasanya dilakukan miring sehingga permukaan menjadi lebar. Kedangkala berupa serutan kayu.

i) Akar (radix)

Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah.

j) Rimpang (rhizoma)

Rimpang merupakan batang dan daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang, dan tumbuh mendatar. Dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul ke atas tanah dan tumbuhan baru.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:

1. Bahan baku simplisia

2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia. 3. Cara pengepakan dan penyirnpanan simplisia.

A. Tahap tahap dalam pembuatan simplisia 1. Bahan baku

Bahan baku simplisia yang dipilih harus yang bermutu baik. Hal yang mempengaruhi mutu bahan baku simplisia adalah:

a) Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen tidak tepat dan berbeda-beda. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen berpengaruh pada kadar senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu simplisia yang dihasilkan sering tidak sama, karena umur pada saat panen tidak sama.

b) Jenis (Species) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan. sehingga simplisia yang diperoleh tidak sama. Sering juga terjadi kekeliruan dalarn menetapkan suatu jenis tumbuhan, karena dua jenis tumbuhan dalam satu marga (genus) sering mempunyai bentu


(13)

commit to user

morfologi yang sama. Untuk itu pengumpul harus seorang yang ahli atau berpengalaman dalam mengenal jenis-jenis tumbuhan. Perbedaan jenis tumbuhan akan memberikan perbedaan pada kandungan senyawa aktif, yang berarti mutu simplisia yang dihasilkan akan berbeda pula.

c) Lingkungan tempat tunibuh yang berbeda sering mengakibatkan

perbedaan kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi tinggi tempat keadaan tanah dan cuaca.

Usaha membudidayakan tanaman obat untuk memenuhi keperluan simplisia, diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Keseragaman umur pada saat panen, lingkungan tempat tumbuh dan jenis yang benar dapat ditentukan dan diatur sesuai dengan tujuan untuk memperoleh mutu simplisia yang seragam. Selain itu, tanaman budidaya dapat diusahakan untuk meningkatkan mutu simplisia dengan jalan:

1. Bibit dipilih untuk mendapatkan tanaman unggul sehingga simplisia yang dihasilkan memiliki kandungan senyawa aktif yang tinggi.

2. Pengolahan tanah pemeliharaan, pemupukan dan perlindungan

tanaman dilakukan dengan saksama dan bila mungkin menggunakan teknologi tepat guna.

2. Dasar pembuatan

a) Simplisia dibuat dengan cara pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengun cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang dilakukan dengan waktu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut untuk

bahan simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur

perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.


(14)

commit to user b) Simplisia dibuat dengan proses fermentasi

Proses fermentasi dilakukan dengan saksama agar proses tersebut tidak berkelanjutan ke arah yang tidak diinginkan.

c) Simplisia dibuat dengan proses khusus

Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.

d) Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air

Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-lain.

3. Tahapan pembuatan

Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut:

a) Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalarn suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :

1. Waktu Panen, Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan

pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.


(15)

commit to user

2. Bagian tanaman yang digunakan

Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut : a) Buah

Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah. Perubahan warna, misalnya asam (Tamarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi).

b) Pucuk

Pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi, sehingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus). c) Daun

Daun yang diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal sembung (Blumea balsamifera).

d) Kulit Batang

Pengambilan dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang musim kemarau.

e) Rimpang

Pengambilan dilakukan pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan besar maksimum.


(16)

commit to user

Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin.

Cara pengambilan bagian tanaman untuk pembuatan simplisia:

No Bagian tanaman

Cara pengumpulan Kadar

air

1. Kulit batang Dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, untuk kulit batang mengandung minyak atsiri atau golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan logam.

-

2. Batang Dari cabang dipotong-potong dengan

panjang tertentu dan diameter cabang tertentu.

l0%

3. Kayu Dari batang atau cabang dipotong kecil atau

diserut setelah dikelupas kulitnya.

10%

4. Daun Tua atau muda (daerah pucuk), dipetik

dengan tangap satu persatu.

10%

5. Bunga Kuncup atau bunga mekar atau mahkota

bunga, dipetik dengan tangan.

5%

6. Pucuk Pucuk berbunga dipetik dengan tangan 54%

7. Akar Dari bawah permukaan tanah dipotong-

potong dengan ukuran tertentu.

8%

8. Rimpang Dicabut dibersihkan dari akar dipotong

melintang dengan ketebalan tertentu

10%

9. Buah Masak, hampir masak dipetik dengan tangan. 8%

10. Biji Buah dipetik, dikupas kulit buahnya dengan

mengupas menggunakan tangan, pisau, atau menggilas,biji dikumpulkan dan dicuci

8%

11. Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci


(17)

commit to user

b) Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.

c) Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Streptococcus. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas

tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara

pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

d) Perajangan

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan yang


(18)

commit to user

akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.

e) Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan


(19)

commit to user

penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalam bahan yang dikeringkan. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30" sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30" sampai 45"

C. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia, cara

pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.

f) Sortasi kering

Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar yang rnelekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

g) Pengepakan dan Penyimpanan

Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain :


(20)

commit to user

1. Cahaya

Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan

perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi,

polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.

2. Oksigen udara

Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.

3. Reaksi kimia intern

Perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat disebabkan oleh reaksi kimia intern misalnya oleh enzim, polimerisasi, oksidasi dan sebagainya.

4. Dehidrasi

Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga rnakin lama makin mengecil (kisut).

5. Penyerapan air

Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, bila disimpan dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal, basah atau mencair (lumer).

6. Pengotoran

Pengotoran pada silnplisia dapat disebabkan oleh berbagai sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah), dan fragmen wadah (karung goni).

7. Serangga

Serangga dapat menimbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupun oleh bentuk dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa kotoran serangga,


(21)

commit to user

tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya.

8. Kapang

Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mcngeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.

Cara penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk simplisia yang sejenis harus diberlakukan prinsip "pertama masuk pertama keluar (FIFO)", untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan yang teratur dan rapi. Semua simplisia dalam bungkus atau wadahnya masing-masing harus diberi label yang mudah dibaca, pada label dicantumkan nama jenis dan asal bahan, tanggal penerimaan dan pemasukan dalam gudang, tanda pengesahan pemeriksaan atau uji mutu, dan data lain yang diperlukan. Sedapat mungkin simplisia yang disimpan di gudang jangan terlampau lama dengan memperhitungkan jumlah persediaan dan penggunakan masing-masing simplisia. Dalam jangka waktu tertentu-dilakukan pemeriksaan gudang secara umum, dilakukan pengecekan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia yang dipandang perlu. Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan misalnya ditumbuhi kapang, dimakan serangga, berubah warna atau baunya dan lain sebagainya harus dikeluarkan dari gudang dan dibuang. Simplisia yang beracun atau mengandung racun harus disimpan dalam tempat atau lemari terkunci dan diberi tanda racun secara khusus.


(22)

commit to user

h) Pemeriksaan Mutu

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu

penerimaan atau pembeliannya dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupun Materia Medika Indonesia Edisi terakhir. Apabila untuk simplisia yang bersangkutan terdapat paparannya dalam salah satu atau ketiga buku tersebut, maka simplisia tadi harus memenuhi persyaratan yang disebutkan pada paparannya. Suatu simplisia dapat dinyatakan bermutu Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia, apabila simplisia bersangkutan memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam buku-buku yang bersangkutan. Agar selalu diperoleh simplisia dengan mutu yang mantap, seyogyanya disediakan contoh untuk tiap-tiap simplisia dengan mutu yang pasti dan memenuhi persyaratan yang dapat digunakan sebagai simplisia pembanding. Pada tiap-tiap penerimaan atau pembelian simplisia tertentu perlu dilakukan pengujian mutu yang dicocokkan dengan simplisia pembanding yang bersangkutan. Contoh simplisia pembanding tersebut disimpan secara khusus untuk menjaga mutunya, dan tiap jangka waktu tertentu diperiksa kembali mutunya dan apabila kedapatan kemunduran mutu perlu diganti dengan simplisia pembanding yang baru. Pada pemeriksaan mutu simplisia pemeriksaan dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik, cara mikroskopik dan atau cara kimia. Beberapa jenis simplisia tertentu ada yang perlu diperiksa dengan uji mutu secara biologi. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia pemeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia.


(23)

commit to user

i) Penyimpanan

Secara umum tujuan Penyimpanan antara lain:

1. Melindungi simplisia dari kerusakan baik secara kimia maupun fisik.

2. Memudahkan proses produksi sehingga tidak terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk produksi lagi.

3. Menjaga keaslian khasiat dari simplisia.

4. Menyediakan simplisia dalam jumlah yang cukup jika pada suatu saat dibutuhkan dalam jumlah yang banyak.

Penyebab kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembaban, sehingga agar dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia harus dikeringkan sampai kering agar kandungan airnya tidak menyebabkan kerusakan yang merugikan. Oleh karena itu pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal-hal yang dapat

mengakibatkan kerusakan simplisa, yaitu cara pengepakan,

pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya.

j) Pengemasan

Pengemasan ialah kegiatan mewadahi, membungkus, memberi etiket dan atau kegiatan lain yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi. Bahan pengemas ialah semua bahan

yang digunakan untuk pengemasan produk ruahan untuk

menghasilkan produk jadi. Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan warna, bau, rasa dan sebagainya pada simplisia. Selain dari itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba. Kotoran dan serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan terhadap sinar misalnya yang mengandung banyak vitamin, pigmen dan minyak, diperlukan


(24)

commit to user

wadah yang melindungi simplisia terhadap cahaya, misalnya aluminum foil, plastic atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan sebagainya. Bungkus yang paling lazim digunakan untuk simplisia ialah karung goni. Sering juga digunakan karung atau kantong plastik, peti atau drum dari kayu atau karton dan drum atau kaleng besi berlapis.

k) Persyaratan gudang

Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan simplisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat mengkontaminasi simplisia tanaman obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat

penyimpanan simplisia adalah :

1. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.

2. Gudang penyimpanan harus bersih dan tertutup, agar tidak ada tikus, mikroorganisme maupun serangga yang masuk dan agar terhindar dari kontaminan.

3. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk air hujan (sirkulasi udara baik).

4. Suhu gudang tidak melebihi 30oC atau suhu kamar serta kelembaban udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (65oC) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme


(25)

commit to user

se-hingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.

5. Mencegah masuknya sinar matahari secara langsung karena dapat

merusak mutu dari simplisia.

6. Konstruksi dibuat sedemikian rupa disesuaikan dengan jenis simplisia.

7. Menggunakan alas dari kayu yang baik (hati-hati karena balok kayu sangat disukai rayap) atau bahan lain untuk meletakkan simplisia.

8. Pengeluaran simplisia yang disimpan dengan cara mendahulukan bahan yang disimpan lebih awal (“First in — First out” = FIFO). 9. Penyimpanan produk jadi sebelum dijual

Jamu yang siap dijual disimpan terlebih dahulu dalam rak-rak besar secara teratur. Gudang penyimpanan jamu harus kering dan tidak lembab sehingga tidak menurunkan kualitas jamu yang telah dihasilkan. Rak-rak penyimpanan tidak boleh menempel pada dinding, tetapi harus ada sedikit jarak sehingga jamu tersebut tidak menjadi lembab.

10. Pengepakan dan penyimpanan

B. Simplisia jamu godhog asam urat

Pada pengobatan asam urat terdiri dari berbagai simplisia yaitu:

a) Sidogori (Sidae Herba)

Sidaguri termasuk famili Malvaceae, dengan nama latin Sida rhombifolia (L.) tanaman ini dapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim tropis, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Tinggi tanaman Sidaguri dapat mencapai 2 meter. Pengobatan tradisional untuk asam urat dan rematik, berupa akar-akaran tumbuhan yang bisa ditemukan hidup subur dan liar di Indonesia. Sidaguri merupakan tumbuhan perdu liar yang tumbuh tegak bercabang. Tinggi tumbuhan mencapai 1 sampai 2 meter di daerah tropis berketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini tumbuh subur dengan sinar matahari yang cukup. Perdu tegak


(26)

commit to user

bercabang ini tingginya dapat mencapai 2 m dengan cabang kecil berambut rapat. Daun tunggal, letak berseling, bentuknya bulat telur atau lanset, tepi bergerigi, ujung runcing, pertulangan menyirip, bagian bawah berambut pendek warnanya abu-abu, panjang 1,5-4 cm, lebar 1–1,5 cm. Bunga tunggal berwarna kuning cerah yang keluar dari ketiak daun, mekar sekitar pukul 12 siang dan layu sekitar tiga jam kemudian. Buah dengan 8– 10 kendaga, diameter 6–7 mm. Akar dan kulit sidaguri kuat, dipakai untuk pembuatan tali. Bagian yang digunakan sebagai obat adalah akar, daun dan bunga, tapi lebih sering akarnya. (Saraswati, 2009).

Cara budidaya dengan biji atau stek, pemeliharaannya mudah. Semak, batang berkayu, bulat, warna putih kehijauan. Daun tunggal, berseling, bentuk jantung, ujung bertoreh, berbulu rapat, warna hijau. Bunga tunggal, bulat telur, di ketiak daun, mahkota bunga berwarna kuning. Buah batu, buah muda berwama hijau, buah tua berwarna hitam.

b) Daun salam (Eugenia polyantha Folium)

Tanaman salam (Syzygium polyanthum) sebagai salah satu tanaman herbal yang tumbuh di Indonesia termasuk daerah tropis, merupakan jenis tanaman herbal yang baik ditanam pada awal musim hujan, karena ketersediaan air yang cukup melimpah, jadi kita tidak sulit untuk melakukan penyiraman setiap hari. Kondisi iklim untuk pertumbuhan tanaman salam yaitu : Tanaman salam membutuhkan iklim panas dengan curah hujan tinggi dan tidak merata / tidak banyak perubahan sepanjang tahun; Suhu udara lingkungan sekitar 25-300C, sedangkan curah hujan merata sepanjang tahun. Penanaman tanaman salam untuk mendapatkan produk herbal yang baik, membutuhkan tanah yang gembur, subur, dan sangat cocok dengan tanah vulkanik, memiliki drainase yang baik. Tanaman ini tumbuh baik di tanah berpasir tekstur tanah liat dengan kandungan bahan organik tinggi. Cocok pada tanah dengan pH tanah sekitar 5, 5 – 6, 5. Tanaman salam peka terhadap genangan air, sehingga membutuhkan drainase yang baik. Dapat tumbuh baik di daerah dengan


(27)

commit to user

ketinggian 300-700 m di atas permukaan laut. Sementara di ketinggian di atas 700 m, produktivitasnya akan menurun.

Penanaman tanaman salam dilakukan melalui bibit yanag berasal dari stek atau bijinya. Penanaman dengan menggunakan stek lebih mudah dan lebih cepat. Pembuatan bibit stek dilakukan dengan memilih cabang yang produktif, pilih cabang batang yang memiliki minimal 3 ranting. Potong cabang dengan ukuran 20 – 25 cm, tanam pada polybag yang diisi dengan campuran tanah dan pupuk kandang, disiram setiap hari, ditaruh pada tempat yang terlindung panas matahari agar batang tanaman tidak kering dan mati.

Penanaman dengan biji dapat dilakukan dengan menggunakan polybag, atau pesemaian. Benih dimasukkan pada lubang tanam, permukaan tanah di lubang tanam dibuat sedikit di bawah permukaan media tanam. Setelah benih ditanam dilakukan penyiraman sehingga media menjadi basah sampai benihnya berkecambah dan tumbuh, kurang lebih berumur 2 bulan pindahkan ke polybag yang lebih besar. Ditaruh pada tempat yang terlindung panas matahari agar batang tanaman tidak kering dan mati. Baik penanaman dari biji dan dari stek, setelah tanaman tumbuh baik lebih besar, dalam usia antara 6-7 bulan dapat memindahkannya ke tanah kebun yang telah disiapkan. Benih yang dipindahkan sebelum ditanam dilapangan atau kebun, daunnya dikurangi untuk mencegah penguapan. Penanamn dilakukan pada lubang tanam yang cukup dan diisi tanah aslinya ditambahkan pupuk kandang atau kompos. Lubang tanam benih tanaman salam dari stek yang dipindahkan harus dilakukan lebih mendalam, agar setelah tanaman tumbuh menjadi tua tidak akan mudah roboh karena sistem akar tanaman dari stek tidak memiliki Akar Tunggang. Setelah penanaman benih, lubang tanam harus segera disiram agar media tanam menjadi basah sampai tanaman tumbuh besar untuk dapat menghasilkan produk herbal yang baik (Darmanto, 2012).


(28)

commit to user

c) Kapulaga (Amomi Fructus)

Kapulaga (Amomum cardamomum) adalah sejenis buah yang sering digunakan sebagai rempah (bumbu) untuk masakan tertentu dan juga untuk campuran jamu. Tanaman ini termasuk dalam suku jahe-jahean atau zingiberaceae. Ada dua macam kapulaga yang banyak digunakan di Indonesia, yakni kapulaga Jawa (Amomum compactum) yang banyak dijumpai di daerah Sumatera Selatan dan Jawa Barat, dan kapulaga sabrang atau kapulaga India (Elettaria cardamomum). Beranjak dari kapulaga yang relatif mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam setahun, maka hal tersebut telah banyak menarik minat petani untuk membudidayakan.

Bibit yang baik adalah tunas yang tingginya lebih kurang 50 cm dengan akar rizoma yang muda dan mata tunasnya banyak, rizoma yang sudah tua pertumbuhannya kurang baik. Untuk penanaman pada lahan yang sangat luas atau di perkebunan, digunakan bibit dari biji buah yang lebih dulu disemaikan. Bibit ini harus berasal dari buah yang sudah masak. Bibit kapulaga yang tingginya sudah mencapai 70 s.d. 80 sentimeter dan memiliki dua atau tiga daun telah siap ditanam di lahan. Dalam waktu satu tahun sudah akan terbentuk suatu rumpun kapulaga yang bisa mencapai diameter antara 50 s.d. 60 sentimeter. Setiap bulannya akan muncul satu batang baru dalam pertumbuhannya. Sehingga dalam 7 bulan, setiap rumpun akan akan menghasilkan 6-7 batang baru dan menghasilkan pula 10 buah manggar buah kapulaga.

Mengingat tanaman kapulaga yang rakus akan unsur hara dan untuk peningkatan mutu, untuk ini pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah, dan pada saat penggemburan diluar rumpun sebanyak 1 – 1,5 kg pupuk kandang, pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali. Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiap rumpun.

Kapulaga dapat memberikan hasil setelah berumur 2–3 tahun. Kapulaga berbuah sepanjang tahun sehingga untuk pemanenan ini tidak


(29)

commit to user

menentu. Dalam pemanenan kapulaga dikenal istilah panen besar 4 kali dan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara berselang-seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10–15 tahun. Hasil panen per hektar bisa mencapai 2–3 ton buah kering per tahun dan ini berlaku untuk tanaman yang sudah berumur belasan tahun.

Adapun syarat-syarat pemanenan kapulaga adalah: Buah harus dipanen sebelum benar-benar matang, bila dipanen terlalu matang atau kering, buah akan pecah dan warnanya juga kurang bagus. Waktu panen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan.Cara panen yaitu dengan memotong karangan bunga dibawah dompolan buah. Buah yang sudah dipanen kemudian dijemur sampai kering, sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung atau dikering anginkan

(Warsana,2000)

Pemetikan buah pertama biasanya terbatas dan hasil pemetikan kedua pun masih belum banyak. Barulah pada pemetikan ke-3 dan seterusnya, yaitu setelah 5 tahun ditanam, tercapailah panen yang seutuhnya (penuh). Di Pulau Jawa, orang memetik Amomum cardamomum setelah berumur 3 tahun dalam jangka waktu 10-15 hari sekali. Setiap satu rumpun Amomum cardamomum biasanya terdiri dari 10-15 batang. Hasil panen di cuci dengan sabun, kemudian baru dijemur. Dalam proses pengeringan tidak boleh terlalu cepat, karena dapat mengakibatkan buahnya mudah pecah. Setelah masa panen, yang penting adalah pengeringan, pemutihan, pengguntingan, pemilihan (sortasi), pengemasan, dan penyimpanan.

(Bambang, 1974).

d) Lempuyang Wangi (Zingiberis aromaticae Rhizoma)

Perawakan, herba rendah sampai tinggi, perennial, batang asli berupa rimpang di bawah tanah, tinggi lebih dari 1 m. Batang semu berupa kumpulan pelepah daun yang berseling, di atas tanah, beberapa batang berkoloni, hijau, rimpang merayap, berdaging, gemuk, aromatik. Daun tunggal, berpelepah, duduk berseling, pelepah; membentuk batang semu, helaian bentuk lanset sempit, telebar di tengah atau di atas tengah, panjang


(30)

commit to user

3-7 kali lebar, pangkal runcing atau tumpul, ujung sangat runcing atau meruncing, berambut di permukaan atas, tulang daun atau di pangkal, 14-40 x 3-8,5 cm, tangkai berambut, 45 mm. Lidah daun tegak, tumpul, seperti membran, berambut 1,5-3 cm. Bunga susunan majemuk bulir, bentuk bulat telur, muncul di atas tanah, tegak, berambut halus, ramping tebal, 9-31 cm, 2-2,5 kali lebar, ujung runcing agak lebar, daun pelindung dengan ujung datar, ukuran 1,54 x 1,54 cm, sisik tangkai bulir 4-6, lanset, tumpul, berambut, merah 3-6,5 cm. Daun pelindung sangat lebih besar dari kelopak, sama panjang dengan tabung mahkota. Ukuran bulir 3,5-10,5 x 1,75-5,5 cm. Kelopak 13-17 mm. Mahkota kuning terang, hijau gelap, atau. putih, tabung 2-3 cm, cuping bulat telur bulat memanjang, ujung meruncing atau runcing, daun mahkota posterior paling besar 1,5-2,5 x 1-2 cm, bibir bibiran bulat telur atau membulat, jingga .atau kuning lemon, 12 - 20 x 15 - 20 mm. Benang sari: kepala sari elip bulat memanjang, kuning terang, 8 - 10 mm, penghubung 7 mm. Putik bakal buah 3 ruang, bakal biji banyak, posisi aksiler, tangkai putik bercabang dua bebas. Buah bulat telur terbalik, merah, 12 x 8 mm. Biji bulat memanjang bola, rata rata 4 mm. Waktu berbunga yaitu Januari - April. Di Jawa dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 1-1200 m dpl, banyak tumbuh sebagai tumbuhan liar di tempat-tempat yang basah di dataran rendah dan tinggi. Tumbuh baik di bawah hutan jati. Perbanyakan pada umumnya dengan potongan rimpang yang bermata tunas atau anakan yang masih muda setidaknya dengan 1 tunas. Secara alami potongan potongan rimpang yang telah bertunas akan memperbanyak diri dengan biji. Tumbuhan ini akan dapat berkembang secara baik di hutan, kebun, pekarangan dengan intensitas matahari di bawah naungan kurang lebih 11-585 lux. Hamanya yaitu ulat pemakan daun Kerana diocles dan Udapes sering menimbulkan kerusakan.

Bagian yang digunakan adalah rimpang tanaman Zingiber aromaticum Val. Rimpang dikumpulkan apabila batang mulai mengering.

Rimpang-rimpang tersebut d-pisahkan antara Rimpang-rimpang induk dengan anak


(31)

commit to user

bersih sampai bersih dan ditiriskan untuk membebaskan sisa-sisa air cucian. Rimpang-rimpang yang telah bersih dan bebas dari sisa-sisa air cucian kemudian diiris-iris melintang dengan ketebalan antara 2 mm sampai 4 mm. Irisan-irisan rimpang tersebut kemudian dikeringkan di sinar matahari langsung dengan alas tikar atau alas lain yang

berlubang-lubang. Setelah kering disimpan ditempat yang kering

(Widyastuti,Chrisanti, Chamid, 2002).

e) Meniran (Phylanthi Herba)

Tanaman ini tidak dibudidayakan secara khusus. Meniran tumbuh liar di pekarangan, galangan sawah, tepi sungai, daerah berbatu, lapangan rumput, pekarangan, dan hutan yang lembap. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Perbanyakan tanaman meniran menggunakan biji. Biji disemaikan dan dipindahkan. Pemeliharaan tanaman ini mudah, seperti tanaman lain dibutuhkan cukup air dengan penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah dan pemupukan terutama pupuk dasar. Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 3 bulan.

Meniran disebut Phyllanthusurinaria Linn untuk yang batangnya berwarna hijau kemerahan, atau Phyllanthus niruri untuk yang batangnya berwarna pucat. Termasuk dalam famili tumbuhan Euphorbiaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah Memeniran atau meniran merah. Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui, antara lain: lignan (Filantin, hipofilantin, nirantin, lintetratin), flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutin, kaempferol-4, rhamnopynoside), alkaloid, triterpenoid, asam lemak (asam ricinoleat, asam linoleat, asam linolenat), vitamin C, kalium, damar, tanin, geraniin, phyllanthin dan hypophyllanthin. Pemerian bau aromatik, rasa pahit. Tumbuhan ini bersifat: peluruh air seni (menghambat pembentukan kristal kalsium oksalat) (Bambang, 1974).

f) Daun Kumis Kucing (Orthosiphonis Folium)

Tanaman Kumis Kucing tersebar di pulau Jawa dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Tanaman ini biasa tumbuh liar sepanjang


(32)

commit to user

selokan atau dipakai sebagai tanaman pagar, bunganya menarik perhatian karena mempunyai benangsari dan putik yang panjang yang mencuat keluar sehingga menyerupai kumis kucing. Menurut Kroeber ada 3 varietas kumis kucing yaitu satu variaetas berbunga ungu dan dua variaetas lainnya berbunga putih dengan batang, tangkai serta urat daun yang berwarna merah adalah yang paling produktif dan terbaik mutunya untuk perdagangan ekspor. Tinggi tanaman 0,5 – 1 m, lebar daun 2,5 Cm dan panjangnya 10 cm.

Daerah Produksi di Indonesia ialah Jawa Barat yaitu Bogor dan Sukabumi, daerah lainnya ialah Sumatera Timur, Sumatera Barat, Aceh, dan Sulawesi Utara. Selain Indonesia juga Vietnam, Cina, Kepulauan Polinesia dan Australia. Khasiat daun kumis kucing sebagai di ureticum karena kumis kucing mengandung glucosida ortosiponin (van itallie, 1886), bahan lainnya adalah kalium (0,6 – 3,5 %). Pemakaian secara tradisional cukup dengan direbus 1 – 2 Gr daun kering/hari, rebusan ini berguna bagi obat ginjal, melancarkan pengeluaran urine sebagai obat sengal atau pirai encok pengapuran dalam pembuluh darah dan radang kandung kencing. Daun kumis kucing diperdagangkan di pasaran terutama untuk industri farmasi dan kerajinan jamu , ekspornya ditujukan ke negeri Belanda, Jerman, Eropa Barat dan Amerika Serikat.

Kumis kucing termasuk suku labiate dapat tumbuh dengan baik pada tempat-tempat sebagai berikut:

- Ketinggian tempat : Dataran rendah – 1000 m dpl.

- Curah hujan : 3000 mm/th (iklim tropis)

- Solum tanah : tebal

- Sinar matahari : Penuh/tidak ternaungi

- Struktur tanah : Gembur, Subur

- Kandungan humus : Tinggi

Kumis kucing sebenarnya menghasilkan bibit juga tetapi cara perbanyakan melalui stek telah umum sekali dan mudah dilakukan. Stek diambil dari batang yang tua dan dipotong sepanjang 20 cm dengan 2 – 4


(33)

commit to user

ruas. Untuk penanaman sebaiknya kumis kucing disemai dulu, bila keperluan bibit hanya sedikit maka stek disemai dalam peti kecil yang diisi pasir sungai setebal 20 cm, tetapi bila bibit yang diperlukan banyak maka dibuat persemaian, juga atap menutup persemaian.

Tanah persemaian dicangkul sedalam 30 cm jarak tanam 5 x 10 cm dan stek ditanam miring dengan kedalaman 5 cm cara lain yaitu dengan menumbuhkan stek batang tersebut pada kantong plastik (polibag). Pesemaian ditempat terbuka harus diberi atap naungan dan dilakukan penyiraman secukupnya (tidak terlalu basah karena bibit mudah busuk), pada umur 10 hari biasanya stek mulai berakar dan bertunas dan umur 2 minggu tanaman sudah siap ditanam dilapangan. Sebelum pemindahan kelapangan naungan dikurangi secara bertahap.

Tanah dipersiapkan sebelumnya dengan cara mencangkul sedalam 50 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 – 1 Kg per lubang tanam. Jarak tanam dilapangan berkisar antara 40 x 40 cm hingga 60 x 60 cm. Satu lubang tanam dapat ditanami 1 – 6 stek. Waktu penanaman sebaiknya pada awal musim penghujan.

Penyiangan dilakukan tergantung keadaan gulma yang tumbuh atau pada saat akan dilakukan pemupukan. Selain itu tanah harus dalam keadaan gembur, cara penggemburan bisa dengan cangkul atau digarpu.Pada tanah yang kurang mengandung humus maka diantara tanaman kumis kucing ditanam pupuk hijau. Setelah tanaman cukup tingginya dilakukan pemangkasan dan daunnyadimasukan kedalam tanah diantara barisan tanaman kumis kucing.

Ditempat yang subur dan curah hujannya memadai, pemangkasan dapat dilakukan 4 – 6 minggu, setelah tanam, biasanya ditandai dengan kuncup mekar, untuk menjaga mutu daun maka bunga-bunga harus segera dipotong. Pemetikan yang terbaik bila berumur tanaman sudah mencapai 10 minggu. Cara memetiknya dengan 4 - 6 helai daun paling atas beserta batangnya di petik, daun dibawahnya dipetik karena masuk daun tua dan menghasilkan produk yang kurang baik. Dari kebun yang kesuburannya


(34)

commit to user

sedang sampai baik akan diperoleh hasil 1.000 – 1.500 Kg/Ha daun kering/th.

Daun yang dipetik kemudian dijemur dipanas matahari (merupakan cara konvensional), cara pengeringan yang baik dengan panas buatan (oven) caranya mula-mula daun dikering angin-anginkan di tempat atau di bangsal-bangsal yang mempunyai sirkulasi udara baik lalu daun di letakan diatas para-para, suhu yang baik dalam kamar oven antara 45o C sampai 50o C, pada waktu permulaan udra yang dialairkan cukup sedikit saja, baru setelah daun itu layu betul yaitu setelah 5 – 6 jam aliran udara ditambah, lamanya pengeringan sekitar 24 – 36 jam tergantung dari basahnya daun serta kelembaban udara .

Tempat pengeringan dibuat dari papan jangan dari logam, pada papan seluas 1 m2 dapat dihamparkan 1,5 Kg daun basah. Perlu diperhatikan daun yang baru dipetik harus segera dikeringkan agar tidak terperam yang akan mengakibatkan warna sawo matang pada daun, disamping itu juga harus dijaga pula agar daun tidak luka atau rusak karena akan mengakibatkan daun bergaris-garis hitam. Pengeringan dianggap cukup bila daun sudah rangup tetapi tidak mudah rapuh. Daun yang telah kering harus segera dipacking dengan cara di bungkus dan dimasukan kedalam kaleng yang dilapisi aluminium dan tertutup rapat agar tidak menghisap uap air. Tiap kaeleng atau peti dapat dimasukan 50 kg daun kering. Biasanya penyusutan dari daun basah menjadi daun kering denngan perbandi 5 : 1.

Standar kualitas kumis kucing adalah :

- Warna : daun hijau jernih dan tangkai ungu.

- Bau : harum

- Rasa : agak pahit

- Kadar air : max 13%

- Kotoran : max 2%

- Abu : 10%


(35)

commit to user

- Tidak mengandung serangga dan cendawan

g) Adas (Foeniculi Fructus)

Tanaman Adas (Foeniculum vulgare Mill.) adalah tanaman herba tahunan dari famili Umbelliferae dan genus Foeniculum. Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan dan daerah Mediterania. Adas merupakan tanaman obat yang dapat pula di manfaatkan sebagai sayur. Di daerah dataran tinggi biasanya tanaman ini akan tumbuh baik dan menghasilkan daun yang lebat yang dapat dimanfaatkan sebagai sayur. Biasanya yang di manfaatkan sebagai obat adalah biji dari tanaman tersebut sedangkan daunya dapat di manfaatkan sebagai sayuran.

Kandungan atsiri adas bervariasi antara 0,6 - 6%. Buah yang terletak di tengah-tengah payung umumnya mengandung minyak atsiri yang lebih tinggi dan baunya lebih tajam dibandingkan dengan buah yang terletak di bagian lain. Iklim dan waktu panen sangat menentukan kandungan minyak atsiri.

Pembungaan tersusun berbagai bunga payung majemuk dengan 6 – 40 gagang bunga, panjang ibu gagang bunga 5 – 10 cm, panjang gagang bunga 2 – 5 mm, mahkota berwarna kuning, keluar dari ujung batang. Buah lonjong, berusut, panjang 6 – 10 mm, lebar 3 – 4 mm, masih muda hijau setelah tua coklat agak hijau, atau coklat agak kuning sampai sepenuhnya coklat. Namun warna buahnya ini berbeda-beda tergantung negara asalnya (Supriyadi, 2001 ).

Pengolahan lahan dimulai dari pembersihan lahan dari gulma, pencangkulan dan penggarpuan yang dilanjutkan dengan pembuangan sisa-sisa akar tanaman lain. Selanjutnya dilakukan pembuatan lubang ta-nam dengan jarak tata-nam yang biasa digunakan yaitu (0,5 - 1) x 1 m. Lubang tanam yang telah disiapkan kemudian diisi dengan pupuk kandang sebanyak lebih kurang 100 g/lubang. Penanaman dilakukan pada permulaan musim hujan, dimana setiap lubang tanam ditanam 1 bibit. Adas selain dibudidayakan secara monokultur juga dapat ditanam di lahan-lahan terbuka yang belum dimanfaatkan, di pematang kebun atau di


(36)

commit to user

pinggir jalan (tumpang sari dengan tanaman lain). Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan gulma, pemupukan ulang dan pem-berantasan hama dan penyakit(Dalimarta, 2009).

h) Jahe (Zingiberis Rhizoma)

a) Klasifikasi

Divisi :Spermatophyta

Sub-divisi :Angiospermae

Kelas :Monocotyledonea

Ordo :Zingiberales

Famili :Zingiberaceae

Genus :Zingiber

Species :Zingiber officinale

Untuk budidaya jahe diperlukan lahan di daerah yang sesuai untuk pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan jahe yang optimal diperlukan persyaratan iklim dan lahan sebagai berikut : iklim tipe A, B dan C (Schmidt & ferguson), ketinggian tempat 300 - 900 m dpl., temperatur rata-rata tahunan 25 - 30º C, jumlah bulan basah (> 100 mm/bl) 7 - 9 bulan per tahun, curah hujan per tahun 2 500 – 4 000 mm, intensitas cahaya matahari 70 - 100% atau agak ternaungi sampai terbuka, drainase tanah baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir, pH tanah 6,8 – 7,4. Pada lahan dengan pH rendah dapat diberikan kapur pertanian (kaptan) 1 - 3 ton/ha atau dolomit 0,5 - 2 ton/ha untuk meningkatkan pH tanah.

Pada lahan dengan kemiringan > 3% dianjurkan untuk dilakukan pembuatan teras, teras bangku sangat dianjurkan bila kemiringan lereng cukup curam. Hal ini untuk menghindari terjadinya pencucian lahan yang mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, dan benih jahe hanyut terbawa arus. Persyaratan lahan lainnya yang juga penting bagi penamaman jahe adalah lahan bukan merupakan daerah endemik penyakit tular tanah (soil borne diseases) terutama bakteri layu dan nematoda. Untuk menjamin kesehatan lahan, sebaiknya lahan yang digunakan bukan bekas jahe, atau


(37)

commit to user

tidak ada serangan penyakit bakteri layu dilahan tersebut dan hanya dua kali berturut-turut ditanami jahe. Tahun berikutnya dianjurkan pindah tempat untuk menghindari kegagalan panen karena kendala penyakit dan adanya gejala allelopati.

Jahe (Zingiber officinale Rosc. Ginger) adalah tanaman herba tahunan yang tergolong famili Zingiberaceae, dengan daun berpasangpasangan dua-dua berbentuk pedang, rimpang seperti tanduk, beraroma. Selama ini di Indonesia, berdasarkan pada bentuk, warna dan aroma rimpang serta komposisi kimianya dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih besar, jahe emprit dan jahe merah. Jahe putih besar (Z. officinale var. officinarum) mempunyai rimpang besar berbuku, berwarna putih kekuningan dengan diameter 8,47 – 8,50 cm, aroma kurang tajam, tinggi dan panjang rimpang 6,20 – 11,30 dan 15,83 – 32,75 cm, warna daun hijau muda, batang hijau muda dengan kadar minyak atsiri didalam rimpang 0,82 – 2,8%. Jahe putih kecil (Z. officinale var. amarum) mempunyai rimpang kecil berlapis-lapis, aroma tajam, berwarna putih kekuningan dengan diameter 3,27 – 4,05 cm, tinggi dan panjang rimpang 6,38 – 11,10 dan 6,13 – 31,70 cm, warna daun hijau muda, batang hijau muda dengan kadar minyak atsiri 1,50 – 3,50%. Jahe merah (Z. officanale var. rubrum) mempunyai rimpang kecil berlapis, aroma sangat tajam, berwarna jingga muda sampai merah dengan diameter 4,20 – 4,26 cm, tinggi dan panjang rimpang 5,26 – 10,40 dan 12,33 – 12,60 cm, warna daun hijau muda, batang hijau kemerahan dengan kadar minyak atsiri 2,58 – 3,90%.

Benih yang digunakan harus jelas asal usulnya, sehat dan tidak tercampur dengan varietas lain. Benih yang sehat harus berasal dari pertanaman yang sehat, tidak terserang penyakit. Pemilihan benih harus dilakukan sejak pertanaman masih di lapangan. Apabila terdapat tanaman yang terserang penyakit atau tercampur dengan jenis lain, maka tanaman yang terserang penyakit dan tanaman jenis lain harus dicabut dan dijauhkan dari areal pertanaman. Pemilihan (penyortiran) selanjutnya dilakukan setelah panen, yaitu di gudang penyimpanan. Pemeriksaan


(38)

commit to user

dilakukan untuk membuang benih yang terinfeksi hama dan penyakit atau membuang benih dari jenis lain. Rimpang yang akan digunakan untuk benih harus sudah tua minimal berumur 10 bulan. Ciri-ciri rimpang tua antara lain kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin dan keras tidak mudah mengelupas, warna kulit mengkilat menampakkan tanda bernas.

Rimpang yang terpilih untuk dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2 - 3 bakal mata tunas yang baik dengan bobot sekitar 25 - 60 g untuk jahe putih besar, 20 - 40 g untuk jahe putih kecil dan jahe merah. Kebutuhan benih per ha untuk jahe merah dan jahe emprit 1 – 1,5 ton, sedangkan jahe putih besar yang dipanen tua membutuhkan benih 2 - 3 ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar yang dipanen muda. Bagian rimpang yang terbaik dijadikan benih adalah rimpang pada ruas kedua dan ketiga.

Sebelum ditanam rimpang benih ditunaskan terlebih dahulu dengan cara menyemaikan yaitu, menghamparkan rimpang di atas jerami/alang-alang tipis, di tempat yang teduh atau di dalam gudang penyimpanan dan tidak ditumpuk. Untuk itu biasa digunakan wadah atau rak-rak terbuat dari bambu atau kayu sebagai alas. Selama penyemaian dilakukan penyiraman setiap hari sesuai kebutuhan, untuk menjaga kelembaban rimpang. Benih rimpang bertunas dengan tinggi tunas yang seragam 1 - 2 cm, siap ditanam di lapangan dan dapat beradaptasi langsung, juga tidak mudah rusak. Rimpang yang sudah bertunas tersebut kemudian diseleksi dan dipotong menurut ukuran. Untuk mencegah infeksi bakteri, dilakukan perendaman didalam larutan antibiotik dengan dosis anjuran. Kemudian dikering anginkan.

Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :

1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak : Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.


(39)

commit to user

2. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit : Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

3. Jahe merah : Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. Sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan

(Widyastuti,Crisanti,Chamid, 2002).

i) Bunga Cengkeh (Caryophilli Flos)

Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) dikenal sebagai tanaman rempah yang digunakan sebagai obat tradisional. Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai bahan baku industri farmasi maupun industri makanan.

a) Persyaratan Tumbuh

- Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh adalah gembur, solum tanah tebal (minimal 1,5 meter) serta kedalaman air tanah lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, jenis tanah yang sesuai adalah latosol, podsolik merah, mediteran dan andoso.

- Keasaman tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5 – 6,5.

- Besarnya curah hujan optimal untuk perkembangan tanaman

cengkeh berkisar 1.500 – 2.500 mm/tahun serta bulan kering kurang dari 2 bulan, suhu antara 25 – 34º C kelembaban (RH) 80 – 90 %.

- Ketinggian tempat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman

cengkeh berkisar antara 200 – 600 meter diatas permukaan laut (dpl).

b) Penanaman

1. Persiapan Lahan


(40)

commit to user

b) Pembuatan lubang tanam, ukuran yang biasa digunakan

panjang, lebar dan kedalaman masing – masing berkisar antara 60 – 80 cm (60 X 60 X 60 cm atau 80 X 80 X 80 cm atau 80 X 80 X 60 cm)

c) 2 minggu – 1 bulan sebelum tanam diberi pupuk kandang sebanyak 5 – 10 Kg/pohon.

d) Untuk mengatur kelebihan air perlu dibuat saluran drainase yang cukup.

2. Jarak Tanam

Jarak tanam yang biasa digunakan pada penanaman cengkeh tidak sama tergantung pada ketinggian dan kemiringan tanah. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah sekitar 6 m x 7 m = 238 pohon, 7 m x 8 m = 178 pohon atau 8 m x 8 m = 156 pohon.

3. Pola Tanam

- Penanaman dilaksanakan pada awal musim hujan.

- Pola tanam campuran (polykuntur) dengan system tanam pagar,

yaitu memperkecil jarak tanam dalam baris (Timur-Barat) misalnya 12 m x 5 m atau 14 m x 6 m sehingga tersedia ruangan untuk tanaman sela/campuran.

- Tanaman campuran dapat dilakukan pada tanaman yang belum

produktif dan atau kurang produktif.

c) Pemeliharaan Tanaman.

Setelah bibit cengkeh ditanam ke lapangan tahap selanjutnya adalah pemeliharaan. Pada tanaman cengkeh, pemeliharaan merupakan periode yang panjang, yaitu selama tanaman yang diusahakan tersebut dianggap masih menguntungkan secara ekonomis.

d) Panen

Produk utama tanaman cengkeh adalah bunga, yang pada waktu dipanen kadar airnya berkisar antara 60 – 70 %. Waktu yang paling baik untuk memetik cengkeh adalah sekitar 6 bulan setelah bakal bunga timbul, yaitu setelah satu atau dua bunga pada tandanya


(41)

commit to user

mekar dan warna bunga menjadi kuning kemerah-merahan dengan kepala bunga masih tertutup, berisi dan mengkilat.

Pemungutan bunga cengkeh dilakukan dengan cara memetik tangkai bunga dengan tangan, kemudian dimasukkan kedalam kantong kain atau keranjang yang telah disiapkan, menggunakan tangga segitiga atau galah dari bambu, serta tidak merusak daun disekitarnya pada waktu pemetikan. Waktu panen sangat berpengaruh terhadap rendemen dan mutu bunga cengkeh serta miyak atsirinya.

Saat pemetikan bunga cengkeh yang tepat yaitu apabila bunga sudah penuh benar tetapi belum mekar, pemetikan yang dilakukan saat bunga cengkeh masih muda (sebelum bunga masak) akan menghasilkan bunga cengkeh kering yang keriput, kandungan minyak atsirinya rendah dan berbau langu (tidak enak). Sedangkan apabila pemetikan terlambat (bunga sudah mekar) setelah dikeringkan akan diperoleh mutu yang rendah, tanpa kepala serta rendeman rendah.

e) Penanganan Bunga Cengkeh

Sebelum dikeringkan, bunga cengkeh dipisahkan dari tangkai/gagang dan dikeringkan secara terpisah. Pada tahap ini dilakukan pemisahan antara bunga cengkeh yang baik, bunga yang terlalu tua dan yang terjatuh, setelah itu bunga cengkeh segera dikeringkan.

Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemurnya dipanas matahari langsung atau menggunakan pengering buatan.

- Bunga cengkeh yang akan dijemur dihamparkan pada alas tikar, anyaman bambu (giribig) atau plastik, atau pada lantai jamur yang diberi alas plastik.

- Selama proses pengeringan cengkeh dibolak-balik agar keringnya merata.

- Proses pengeringan dianggap selesai apabila warna bunga cengkeh telah berubah menjadi coklat kemerahan, mengkilat, mudah


(42)

commit to user

dipatahkan dengan jari tangan dan kadar air telah mencapai sekitar 10 – 12 %.

- Lamanya waktu penjemuran dibawah sinar matahari sekitar 3 – 4 hari.

(Bambang, 1974).

C. Analisis Usaha

Dalam agribisnis usaha tani diperlukan berbagai analisis, salah satunya alat analisis usaha tani yang digunakan untuk mengestimasi keberhasilan usaha tani, diantaranya adalah sebagai berikut :

a). Analisis keuntungan bersih usaha tani ( NP atau Net Profit ) yaitu :

NP = Total Penerimaan ( TR ) – Total Biaya ( TC )

= ( Q . Pq ) – ( TFC + TVC ) Dimana : Q = Total produksi

Pq = Harga per satuan produk TFC = Total biaya tetap

TVC = Total biaya variable

b). Nilai efisiensi penggunaan modal ( ROI atau Return On Investment ) ROI dihitung untuk mengetahui keuntungan modal yang telah digunakan yaitu : ROI = ) ( ) ( TC Modal MP Keuntungan % 100 x

c). Nilai kelayakan usaha tani ( B/C Ratio atau benefit / cost ratio ).

B/C ratio merupakan angka perbadingan hasil penjualan dengan total biaya produksi, sekaligus menunjukan tingkat efisiensi pendapatan suatu usahatani. Semakin besar B/C ratio maka semakin menguntungkan usahatani tersebut.

B/C ratio =

) ( ) ( TC TotalBiaya TR imaan TotalPener = ) ( ) . ( TVC TFC Pq Q +


(43)

commit to user

Analisis break even point (BEP) merupakan suatu teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Apabila suatu perusahaan hanya memiliki biaya variabel saja, maka tidak akan muncul break even dalam perusahaan tersebut. Masalah break even akan muncul apabila suatu perusahaan memiliki biaya variabel dan biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi. Perhitungan break even point dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :

a. BEP (Rupiah) =

unit per jual Harga

unit per Variabel Biaya

-1

tetap biaya Total

b. BEP (Unit ) =

unit per variabel Biaya

-unit per jual Harga

tetap biaya Total


(44)

commit to user

III.TATA LAKSANA KEGIATAN

1. Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan magang dilaksanakan di Merapi Farma Herbal yang terbagi menjadi tiga tempat yaitu

a) Jl. Solo Km 12, Dhuri, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta

b) Jl. Kaliurang Km 21,5 Sidorejo, Hargobinangun, Pakem Sleman, Yogyakarta.

c) Jl. Palagan Tentara pelajar Km 8,8 Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu Pelaksanaan

Adapun pelaksanaan magang ini direncanakan kurang lebih 1 bulan yaitu dari bulan Februari-Maret 2012, yaitu dimulai pada tanggal 20 Februari 2012- selesai.

3. Tata Cara Pelaksanaan

a) Penentuan Lokasi Praktek Kerja Magang

Pemilihan lokasi kegiatan praktek kerja magang yang disesuaikan dengan bidang kajian yakni pembuatan jamu godhog, sehingga penulis dapat memperoleh pengetahuan, informasi dan pengalaman berdasarkan pengamatan untuk membuat laporan tugas akhir dari pelaksanaan praktek kerja magang yang dilaksanakan. Dengan adanya pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan magang diperusahaan, diharapkan mahasiswa dapat membuat laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.).

Dalam penulisan ini penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling yaitu metode dasar dalam pengumpulan data yang berdasarkan pada sample atau contoh. Metode ini biasa digunakan untuk penentuan lokasi yang akan dikunjungi, dengan mempertimbangkan topik bahasan yang bersangkutan dengan laporan yang akan dikerjakan.


(45)

commit to user

Metode yang digunakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Observasi

Pengumpulan data baik data primer maupun sekunder dengan pengamatan secara langsung di tempat kegiatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang sudah diperoleh untuk digunakan sebagai pelengkap atau lampiran dalam penyusunan laporan.

2. Wawancara

Melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung yang berhubungan dengan kegiatan yang dipelajari kepada pembimbing lapangan atau pihak yang terkait.

3. Pelaksanaan Kegiatan Langsung

Melakukan praktek secara langsung di lapangan mengenai pembuatan jamu godhog, mulai dari persiapan bahan baku, proses pembuatan hingga pemasaran. Selain itu juga mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Merapi Farma Herbal sehingga mahasiswa dapat mengetahui secara langsung kegiatan yang dilaksanakan dalam perusahaan.

4. Studi Pustaka

Mencari referensi sebagai data pelengkap dan pembanding serta konsep dalam alternatif pemecahan masalah mengenai pembuatan jamu godhog, simplisia dan khasiat dari jamu godhog tersebut.Data tersebut berupa buku, arsip, jurnal, download internet, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.

4. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh ada 2 yaitu sebagai berikut :

a) Sumber Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara atau inteview dengan pemilik atau karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut dan melakukan observasi lapangan.


(46)

commit to user

b) Sumber Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan mencari referensi di luar data primer seperti buku literatur, internet, brosur dan lainnya guna melengkapi atau membandingkan dengan data primer.


(47)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Perusahaan

CV Merapi Farma Herbal menjalankan usahanya di bidang agribisnis khususnya pada usaha pembudidayaan dan pengelolaan tanaman obat untuk diracik menjadi jamu yang siap di konsumsi. CV Merapi Farma Herbal mengembangkan usahanya dengan membuka cabang menggunakan sistem waralaba dengan membuka outlet – outlet jamu di beberapa tempat

CV Merapi Farma Herbal didirikan tahun 1999 Oleh Bapak Sidik Rahardjo. Latar belakang didirikannya CV Merapi Farma Herbal adalah masih tingginya permintaan pasar (demand) akan bibit tanaman obat dan jamu tradisional sementara produksi masih rendah (supply), sehingga sesuai hokum ekonomi dan analisa bisnis peluang untuk mengembangkan bisnis dibidang ini masih sangat besar. Dengan berdirinya CV Merapi Farma Herbal, diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar akan bibit tanaman obat tradisional. CV Merapi Farma Herbal, di harapkan dapat memenuhi permintaan pasar akan bibit tanaman obat tradisional. CV Merapi Farma Herbal diresmikan pada awal januari 2002 dengan jumlah tanaman obat yang dikembangkan mencapai kurang lebih 200 jenis tanaman obat dan 127 outlet.

Visi dan Misi CV Merapi Farma Herbal Visi :

1. Sebuah perusahaan yang profesional, terjamin mutu dan kualitas produknya.

2. Menghadirkan jamu herbal yang murah, menyehatkan dan

berkhasiat.

3. Memiliki sarana dan prasarana serta memiliki sebuah

perkebunan yang berintensitas tinggi. Misi :

1. Mewujudkan peningkatan kualitas produk jamu herbal yang berkualitas dan bermutu tinggi.


(1)

commit to user b) Biaya variabel

Tabel 4.6 Biaya Variabel Produksi Jamu Godhog Asam Urat

No Keterangan Kebutuhan Harga Satuan Jumlah (Rp)

1. Sidogori 12.600 g 7.000/kg Rp. 88.200

2. Daun salam 10.800 g 10.000/kg Rp. 108.000

3. Kapulaga 3.780 g 60.000/kg Rp. 226.800

4. Lempuyang wangi 25.200 g 15.000/kg Rp. 378.000

5. Meniran 17.640 g 9.000/kg Rp. 158.760

6. Kumis kucing 17.640 g 6.000/kg Rp. 105.840

7. Adas 3.780 g 27.000/kg Rp. 102.060

8. Jahe 12.600 g 60.000/kg Rp. 756.000

9. Cengkeh 3.780 g 30.000/kg Rp. 113.400

10. Masker 12 lbr Rp.500/lbr Rp. 15.000

11. Sarung tangan 12 lbr Rp.400/lbr Rp. 12.000

12. Plastik klip kecil 1890 lbr Rp.20/lbr Rp. 37.800

13. Plastik klip sedang 3150 lbr Rp.35/lbr Rp. 110.250

14. Plastik klip besar 630 lbr Rp.45/lbr Rp. 28.350

15. Kotak plastik 630 lbr Rp.495/lbr Rp. 311.850

16. Isi staples 1 Kotak Rp.6.000 Rp. 6.000

17. Kertas label 630 lbr Rp.250/lbr Rp. 157.500

18. Tenaga Kerja 6 orang/ 10

hari

Rp. 32.500/ hr Rp.1.950.000

Jumlah Rp.4.602.810

Periode produksi jamu godhog asam urat dalam 1 bulan adalah 630 pack

Hanya dapat diterapkan pada perusahaan yang membuat satu jenis produk. Di sini untuk memperoleh harga pokok tiap unit produk, maka biaya seluruhnya dibagi dengan banyaknya produk yang dihasilkan.


(2)

Harga Pokok =

Dihasilkan yang

Barang Jumlah

Biaya Seluruh Jumlah

= Rp. 11.340.000 630 = Rp. 18.000,-

Harga variabel = Jumlah biaya total Total unit produksi

= Rp. 5.541.476 630

= Rp. 8795,-

1. Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp.938.666 + Rp. 4.602.810 = Rp. 5.541.476

2. Penerimaan = Harga x Jumlah Produksi

= Rp. 18.000 x 630 = Rp. 11.340.000,-

3. Keuntungan = Penerimaan – Biaya Total

= Rp. 11.340.000– Rp. 5.541.476 = Rp. 5.798.524

4. ROI (Return On Investment) atau Nilai efisiensi penggunaan modal

ROI = (Keuntungan bersih : Total Biaya Produksi) x 100

= (Rp. 5.798.524,00 : Rp. 5.541.476,00) x 100 = 1.04 x 100

= 104

Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,00 akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp. 104,00

5. BEP (Break Even Point) adalah suatu tingkat produksi dimana penerimaan sama dengan pengeluaran, sehingga pengusaha saat itu tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Titik BEP diperoleh pada saat penerimaan sama dengan pengeluaran.


(3)

commit to user

a) BEP (Rupiah) =

unit per jual Harga unit per Variabel Biaya -1 tetap biaya Total

= Rp. 938.666 1 - Rp. 8795 Rp. 18.000

= Rp. 938.666 0.511 = Rp. 1.836.919

b) BEP (Unit) =

unit per variabel Biaya -unit per jual Harga tetap biaya Total

= Rp. 938.666

Rp. 18.000 – Rp. 8795

= Rp. 938.666 Rp. 9205 = 102 box

6. R/C Rasio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Rasio dihitung untuk mengukur kelayakan suatu usaha. Nilai yang diperoleh lebih dari satu, maka usaha dapat dikatakan layak untuk dijalankan, namun sebaliknya jika nilai yang diperoleh kurang dari satu maka usaha tidak layak untuk dijalankan.

a) R/C Ratio (Revenue / cost ratio) atau Nilai Kelayakan Usaha Tani R/C ratio = Total Penerimaan : Total Biaya Produksi

= Rp. 11.340.000: Rp. 5.541.476 = 2.04 ( R/C ratio > 1= layak)

B/C Ratio (Benefit /cost ratio) atau Nilai Keuntungan B/C ratio = Keuntungan : Total Biaya Produksi

= Rp. 5.798.524: Rp. 5.541.476 = 1.04


(4)

Pada bualan februari semua jamu godhog asam urat telah terjual dan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 5.798.524,-. Keuntungan diperoleh dari hasil perhitungan penjualan jamu godhog asam urat di outlet mandiri, outlet mitra dan penjualan lain-lain. Harga pokok penjualan jamu godhog asam urat perunit yaitu Rp. 18.000,-. R/C Ratio (Revenue / cost ratio) atau nilai kelayakan usaha tani merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan total biaya operasional. Sedangkan ROI (Return On Investment) atau Nilai efisiensi penggunaan modal merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dan total biaya operasional. Suatu usaha dapat dikatakanlayak dan untung dikembangkan apabila nilai revenue cost

(R/C ratio) dan ROI (Return On Investment) masing-masing hasilnya lebih dari satu. Dari analisis biaya tersebut diperoleh nilai R/C Ratio

sebesar 2.04 sedangkan untuk ROI (Return On Investment) sebesar 1,04. Hal ini menandakan usaha ini layak dan untuk dikembangkan karena berarti setiap mengeluarkan Rp 100,00 maka akan diperoleh penerimaan senilai Rp. 104,00.Jadi semakin tinggi R/C Ratio maka berakibat semakin tinggi pulapenerimaan yang diperoleh.

Dari keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp. Rp. 5.798.524,-. ini dapat mengembangkan produksi dari jamu asam urat sendiri. Diperkirakan untuk produksi bulan maret dapat diproduksi sekitar 952 pack. Ini dilihat dari modal yang ada ditambah dengan keuntungan yang ada sehingga diperkirakan dapat membuat produk sekitar 952 pack.


(5)

commit to user Perencanaan untuk bulan maret

Setelah untuk bulan februari penjualan selesai maka kita akan merencanakan produksi untuk bulan maret. Dari keuntungan yang diperoleh maka produksi untuk bulan maret bisa bertambah. Kebutuhan bahan baku untuk bulan maret.

Tabel 4.7 Biaya Bahan Baku Produksi Jamu Godhog Asam Urat

No Nama bahan Jumlah Harga persatuan Harga total

1. Sidogori 19.040 g 7.000/kg Rp. 133.280

2. Daun salam 15.232 g 10.000/kg Rp. 153.320

3. Kapulaga 5712 g 60.000/kg Rp. 342.720

4. Lempuyang wangi 38.080 g 15.000/kg Rp. 571.200

5. Meniran 26.656 g 9.000/kg Rp. 239.904

6. Kumis kucing 26.656 g 6.000/kg Rp. 159.936

7. Adas 5712 g 27.000/kg Rp. 154.224

8. Jahe 19.040 g 60.000/kg Rp. 1.142.400

9. Cengkeh 5712g 30.000/kg Rp. 171.360

Jumlah Rp. 3.068.344

Dengan meningkatnya bahan baku dan meningkatnya produksi jamu godhog diharapkan kebutuhan pasar dapat terpenuhi terlihat dari semakin banyaknya permintaan akan jamu godhog asam urat. Dari segi penjualan jamu godhog asam urat yang paling banyak terjual. Dengan ini diharapkan Merapi Farma Herbal dengan usahanya yaitu Jamu godhog dan Jamu instan dapat berkembang lebih pesat lagi, terutama pada jamu godhognya.


(6)

commit to user

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari kegiatan magang yang telah dilakukan di Merapi Farma Herbal Yogyakarta dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sulitnya mencari bahan baku karena cuaca yang tidak mendukung sehingga mempengaruhi dalam proses pengeringan bahan baku, serta kenaikan harga simplisia yang tinggi sehingga menghambat suplier dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku.

2. Peralatan yang di gunakan masih tradisional sehingga kapasitas produksi belum bisa mengimbangi permintaan pasar.

3. Dalam pembudidayaan tanaman herbal banyak mengalami kendala

seperti hama tanaman ulat dan belalang, maka diperlukan perawatan yang intensif.

B. Saran

1. Bekerjasama dengan petani dari beberapa daerah yang menanam tanaman

obat sehingga kebutuhan simplisia dapat dipenuhi dari beberapa daerah, jadi jika ada daerah yang gagal panen bisa mendapat bahan baku dari daerah lain.

2. Membuka lahan baru untuk Menanam dan berusaha membudidayakan

tanaman obat yang tidak terdapat di pasaran namun digunakan dalam produksi sehingga kebutuhan akan bahan baku tersebut dapat terpenuhi.

3. Menambah mesin yang mendukung proses produksi sehingga dapat