Evaluasi paparan uap welding pada risiko kesehatan pekerja pt. x surabaya betti

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LAPORAN TUGAS AKHIR

EVALUASI PAPARAN UAP WELDING PADA RISIKO

KESEHATAN PEKERJA PT. X

SURABAYA

Betti Novitasari R.0009023

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

EVALUASI PAPARAN UAP WELDING PADA RISIKO KESEHATAN PEKERJA DI PT. X SURABAYA

Betti Novitasari1, Sumardiyono2, Isna Qodrijati3

Tujuan: Untuk melakukan evaluasi terhadap paparan uap pengelasan yang dapat

mengakibatkan resiko pada kesehatan pekerja dan kemudian dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan.

Metode: Kerangka pemikiran dari laporan adalah lingkungan kerja, tempat kerja,

aktivitas kerja, yang memiliki risiko terhadap kesehatan para pekerja. Untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) diperlukan adanya evaluasi terhadap paparan yang ada dilingkungan kerja khususnya dalam hal pengelasan, salah satunya dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Hasil: Penelitian menggunakan metode deskriptif, yaitu menerangkan dan

memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya terhadap objek penelitian dengan cara observasi langsung kelapangan, mencari data PAK, dan wawancara langsung kepada pekerja.

Simpulan : Dari data wawancara dan analisa, teridentifikasi bahwa uap

pengelasan menjadi salah satu penyebab penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Saran yang diberikan adalah supaya memberikan alat pelindung diri terutama respirator atau masker khusus untuk pekerja pada bagian pengelasan yang nyaman saat di gunakan dan tidak tembus saat di gunakan.

Kata Kunci : Identifikas, Penilaian Resiko, Upaya Pengendalian

1. Program D.III Hiperkes dan keselamatan kerja, Fakultas Kedokteran,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

EVALUATION OF EXPOSURE TO WELDING STEAM WORKER HEALTH RISKS IN PT. X SURABAYA

Betti Novitasari1, Sumardiyono2, Isna Qodrijati3

Objective : To evaluate the exposure to welding vapors which may result in

workers health risks and then analyzed and evaluated so that it can be done preventatively.

Methods : The framework of thingking of the report is the work enviroment,

workplace, work activities, which have a risk to health workers. To prevent the occurrence of occupational diseases (PAK) is necessary to evaluate the exposure of the existing working enviroment, especially in the case of welding, on of which can cause disease Acute Respiratory Infections (ARI).

Result : The study uses descriptive methords, which explains and gives a very

clear picture of the object of study by direct observation of spaciousness, look for the PAK, and interview directly to workers.

Conclusion : From the interview and analysis, identified that the steam welding

to be one cause of acute respiratory infections (ARI). Advice given is to provide personal protective equipment, especially respirators or masks for workers in the welding comfortable when in use and are not transparent when in use.

Keywords : Identification, Risk Assesment, Control Efforts

1. Program D.III Hiperkes and safety, faculty of Medicine, University of

Surakarta of March.

2. Faculty of Medicine, University of March, Surakarta.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Puja dan puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, Laporan Khusus degan judul :”EVALUASI PAPARAN UAP WELDING PADA RISIKO KESEHATAN

PEKERJA PT X SURABAYA “ akhirnya dapat terselesaikan Laporan Khusus

ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pendidikan yang penulis tempuh di Progran D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari betul bahwa penulisan Laporan Khusus ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai macam pihak. Pada kesempatan ini, dari lubuk hati yang paling dalam, penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. PD-KR-FINASIM selaku dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM. M. Kes, Selaku Ketua Program Studi Diploma III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

3. Ibu Isna Qadrijati.,dr.,M.Kes Selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

4. Ibu Martini, Dra, M.Si selaku penguji yang telah memberikan masukan dan

saran kepada penulis.

5. Bapak Johan, selaku directur PT. X yang telah memberi kesempatan penulis

agar dapat melaksanakan program magang.

6. Ibu Linda Ratu, selaku Human Resources Development Officer PT. X yang

telah menerima penulis dalam melaksanakan magang.

7. Bapak Roslinormansyah, selaku EHS manager PT. X yang telah memberikan

spirit, bimbingan, ilmu dan waktu luangnya kepada penulis sehingga tugas

akhir ini dapat terselesaikan.

8. Bapak Yemi Tembesing, Bapak M. Fathul Huda, Bapak Didi Suhendi, Bapak

Agus Kariadi, selaku EHS Officer Staff PT. X, terimakasih atas segala ilmu, masukan dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

9. Bapak-Ibu staff dan karyawan PT. X yang telah memberikan bantuan dan

arahan selama pelaksanaan magang.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

Penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amiin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surabaya, Maret 2012 Penulis


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II.LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN. ... 19

A. Metode Penelitian ... 19

B. Lokasi Penelitian ... 19

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 19

D. Sumber Data ... 19

E. Teknik Pengumpulan Data ... 21

F. Pelaksanaan ... 21

G. Analisa Data ... 21

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Hasil Penelitian ... 23

B. Pembahasan ... 29

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 35

A. Simpulan ... 35


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN ...


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Pengukuran Kwalitas Udara... ... 24

Tabel 2. Total ISPA. ... 25

Tabel 3. Perbandingan Usia ISPA ... . 26

Tabel 4. Perbandingan Lama Bekerja vs ISPA ... 26

Tabel 5. Lamanya Bertugas vs ISPA ... 27

Tabel 6. Perbandingan Lamanya Paparan Terhadap Pengelasan ... 28


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran... ... 19

Gambar 2. Grafik Total ISPA. ... 25

Gambar 3. Grafik Perbandingan Usia dengan ISPA... . 26

Gambar 4. Grafik Perbandingan Lama Bekerja dengan ISPA ... 27

Gambar 5.Grafik Perbandingan Lama Bertugas dengan ISPA ... 28

Gambar 6.Grafik Perbandingan Lamanya Paparan dengan ISPA ... 29


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR SINGKATAN

PAK : Penyakit Akibat Kerja

APD : Alat Pelindung Diri

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut

NAB : Nilai Ambang Batas

UPTK3 : Unit Pelaksana Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengukuran kualitas Udara Lampiran 2. Catatan Daftar Kehadiran Lampiran 3. Kebijakan Perusahaan Lampiran 4. Data Wawancara Lampiran 5. Surat Jawaban Magang Lampiran 6. Surat Keterangan Magang


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dewasa ini telah mendorong untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era Industrial. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (UU.No 5 Tahun 1984). Kesehatan kerja (Occupational Health) sebagai suatu aspek atau unsur keselamatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Tarwaka, 2008).

Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan/ kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha promotif, kuratif dan rehabilitatif, terhadap terjadinya penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan, lingkungan kerja dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh faktor lain. Dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial. Penyakit akibat kerja (Occupational Disease) ditetapkan berdasarkan karakteristik penyebab dan lamanya paparan yang terjadi. Bila proses terjadinya cepat atau mendadak/kecelakaan disebut akut. Dengan demikian, penyakit akibat kerja


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

adalah penyakit yang murni ditimbulkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Tarwaka, 2008)

Pekerjaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dan berperan dalam perkembangan berbagai penyakit menyebar ke berbagai arah yang berlainan. Penyakit yang timbul dikenal sebagai penyakit hubungan kerja

(Work Related Disease). Pada penyakit hubungan kerja, faktor-faktor

pekerjaan berinteraksi dengan faktor-faktor lain sehingga dapat menimbulkan penyakit, dan kerapkali faktor-faktor pekerjaanlah yang mempunyai peranan penting. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan salah satunya adalah potensi bahaya kimia yaitu suatu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini yang dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui cara : Inhalation (melalui jalan pernafasan), Ingestion (melalui mulut saluran pencernaan) atau skin Contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi bahaya kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas,uap, asap dan lain-lain),daya racun bahan (toksisitas), dan cara masuk kedalam tubuh (Tarwaka, 2008)

Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan bisa di hindarkan, asal saja pekerja dan pimpinan perusahaan ada kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu perundangan-undangan tidak akan ada faedahnya, apabila pimpinan perusahaan tidak melaksanakan ketetapapan-ketetapan perundang-undangan itu, juga apabila


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

para pekerja tidak mengambil peranan penting dalam menghindarkan gangguan-gangguan tersebut. Cara mencegah gangguan tersebut adalah dengan cara sebstitusi, ventilasi umum, ventilasi keluar setempat (local

exhauster), isolasi, alat pelindung diri, pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, penerangan sebelum kerja, pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada pekerja secara kontinyu (Suma’mur, 1996).

Pemeliharaan dan peningkatan kondisi kesehatan tenaga kerja mutlak di perlukan agar karyawan dapat terlindungi dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan. Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat pekerja memiliki korelasi terhadap produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Oleh karena itu perlu di pelihara dan di tingkatkan kualitas sehingga pada akhirnya dapat memberikan sumbangan nyata dalam meningkatkan daya saing bangsa (Depkes RI, 2003).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut disebabkan oleh agen infeksius, ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, pilek, sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas (WHO, 2007).


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

PT. X adalah sektor industri yang bergerak di bidang manufacture yang mempunyai tugas membuat boiler, yang dalam pengerjaannya sudah menggunakan peralatan yang modern, tetapi masih melibatkan para pekerja dalam pengerjaannya. Salah satunya adalah proses pengelasan, proses pengelasan pasti akan menimbulkan bahaya bagi pekerja maupun orang yang berada dilingkungan kerja, karena pada proses pengelasan akan menghasilkan

uap yang mengandung NO2, NO, yang mempunyai dampak negatif bagi

kesehatan. Oleh sebab itu perlu diadakannya penelitian terhadap pengaruh paparan uap welding terhadap risiko kesehatan pekerja PT. X. Selain itu ingin mengetahui dampak dari paparan uap tersebut terhadap pekerja yang melakukan pengelasan dan penelitian ini melibatkan 30 orang sebagai sampel.

Dari uraian latar belakang diatas telah diambil judul “Evaluasi

Paparan Uap Welding Pada Resiko Kesehatan Pekerja PT. X

Surabaya”

B.Rumusan Masalah

Perumusan masalah sebagai berikut ”Bagaimana dampak paparan uap welding terhadap risiko terjadinya ISPA di PT. X Surabaya”.

C.Tujuan Penelian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi karakteristik pekerja yang mempengaruhi terjadinya ISPA


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Menilai berapa persentase yang terkena ISPA akibat pengaruh paparan uap

welding.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Perusahaan

Memberikan umpan balik terhadap pelaksanaan manajemen risiko tentang tingkat potensi bahaya paparan uap welding terhadap risiko kesehatan pekerja agar dapat sebagai bahan pertimbangan untuk meninjau kembali upaya pengendalian paparan uap yang telah dilaksanakan serta dapat digunakan untuk memilih ulang tindakan yang sesuai agar dalam pengendaliannya menjadi lebih efektif.

2. Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas pembekalan pengetahuan di bangku perkuliahan tentang bagaimana cara mengevaluasi paparan uap welding terhadap risiko kesehatan pekerja.

3. Penulis

Meningkatkan wawasan dalam mengevaluasi terhadap paparan uap

welding yang ada di tempat kerja yang di observasi langsung, sehingga

dapat merencanakan tindakan pengendalian agar dapat mengurangi penyakit akibat kerja.


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengelasan

a. Pengelasan

Pengelasan adalah proses penyambungan logam atau non logam yang dilakukan dengan memanaskan meterial yang akan disambung hingga temperatur las yang dilakukan secara dengan atau tanpa menggunakan tekanan (pressure), atau tanpa menggunakan logam pengisi (filler). (American Welding Society,1989),

Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua atau lebih material dalam keadaptasian atau cair dengan menggunakan panas

(heat) atau dengan takanan atau keduanya. Logam pengisi (filler metal)

dengan temperature lebur yang sama dengan titik lebur dari logam induk dapat atau tanpa digunakan dalam proses penyambungan tersebut

(British Standards Institution, 1983)

Teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya sehingga menjadi sesuatu teknik penyambungan yang mutakhir. Hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan. Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dari reparasi yang kurang penting. Setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konstrurksi las merupakan hal yang umum semua negara di dunia. (British Standards

Institution, 1983)

Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern. Klasifikasi pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan kalor dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Menyatunya 2 logam ini juga disebabkan oleh ikatan dan gaya tarik menarik antar atom nya (Chemical Hazard, 2009)

Gas, uap dan asap dapat mempengaruhi kesehatan. Gas, uap dan gas dapat masuk ke dalam tubuh melaluai udara bernafas, gas yang berbeda dan asap dapat mempengaruhi manusia dengan berbagai cara. Tubuh yang sehat dapat terhindar dari beberapa gas dan uap tanpa mempengaruhi apapun. Gas karbon dioksida dan argon, misalnya, relatif tidak beracun kecuali terhirup dalam jumlah besar. Namun, gas seperti karbon monoksida, nitrogen oksida dan ozon sangat beracun. Dampak kesehatan dari menghirup asap tergantung pada jenis asap. Besi oksida, sebagian besar yang digunakan untuk proses pengelasan manual dan relatif tidak beracun. Efek yang terjadi tidak permanen kecuali asap tembakau atau bahan lainnya, seperti silika dan asbes, mengenai paru-paru. Dampak terhadap pernafasan cenderung akan


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

menghilang dari waktu kewaktu dengan cara paparan dikurangi atau dihentikan. Asap seperti yang dihasilkan selama pengelasan stainless

stell dapat menghasilkan masalah yang serius dan tahan lama., hal ini

dapat berupa kesulitan bernafas kronis dan kanker yang disebabkan oleh paparan kromium (Chemical Hazard, 2009)

b. Gas dalam asap las

Menurut Harsono, (1996), sewaktu proses pengelasan berlangsung terdapat gas-gas yang berbahaya yang perlu diperhatikan , yaitu :

a) Gas karbon monoksida (CO)

Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin (Hb) yang akan menurunkan daya penyerapannya terhadap oksigen (Harsono, 1996).

b) Karbon dioksida (CO2)

Gas ini sendiri sebenarnya tidak berbahaya terhadap tubuh

tetapi bila konsentrasi CO2 terlalu tinggi dapat membahayakan

operator terutama bila ruangan tempat pengelasan tertutup (Harsono, 1996).

c) Gas Nitrogen monoksida (NO)

Gas NO yang masuk ke dalam pernafasan tidak merangsang, tetapi akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) seperti halnya gas CO. Tetapi ikatan antara NO dan Hb jauh lebih kuat daripada CO dan Hb maka gas NO tidak mudah lepas dari


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

haemoglobin, bahkan mengikat oksigen yang dibawa oleh haemoglobin. Hal ini menyebabkab kekurangan oksigen yang dapat membahayakan sistem syaraf (Harsono, 1996).

d) Gas nitrogen dioksida ( NO2)

Gas ini akan memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata dan lapisan pernafasan, bereaksi dengan hemoglobin (Hb) yang dapat menyebabkan sakit mata dan batuk–batuk pada operator . Keracunan gas ini apabila dipakai untuk jangka waktu yang lama akan berakibat operator menderita penyakit

tubercolusis atau paru–paru (Harsono, 1996).

Gas-gas beracun yang terbentuk karena penguraian dari bahan pembersih dan pelindung terhadap karat (Harsono, 1996).

c. Bahaya Pengelasan

Bahaya pengelasan kerap kurang diperhatikan adalah bahaya uap yang dihasilkan dari proses pengelasan yang mana termasuk kategori bahaya akut dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan timbulnya penyakit kronis pada pekerja yang melakukan pengelasan. Asap las adalah uap partikel yang mengandung partikel padat yang berasal dari bahan yang dipakai pada saat pengelasan, logam dasar dan pelapis yang digunakan pada logam (American Welding Society,1998).


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Menurut (OSHA, 1994), unsur kemungkinan bahaya asap pengelasan meliputi :

a) Seng

Digunakan dalam jumlah besar dalam pembuatan kuningan, logam galvanis dan berbagai paduan. Paparan asap ini diketahui menyebabkan demam uap logam. Gejalanya mirip dengan flu biasa, menggigil, mual, tenggorokan kering, batuk, kelelahan dan sakit kepala. Gejala berlangsung kurang dari 24 jam (OSHA, 1994).

b) Cadmium

Sering digunakan sebagai pencegahan lapisan karat pada baja dan sebagai unsur campuran. Asap cadmium dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru, edema paru dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan emfisema dan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal (OSHA, 1994).

c) Berilium

Digunakan sebagai unsur paduan dengan tembaga dan logam dasar lainnya. Paparan tingkat tinggi dari berilium dapat menyebabkan pneumonia, dan dalam jangka panjang dapat menyababkan sesak nafas kronis dan penurunan barat badan


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Keselamatan dan Kesehatan Pengelasan

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi seorang welder pada proses pengelasan las listrik sangat diperlukan karena dalam proses produksi suatu pekerjaan dibutuhkan seorang welder yang mempunyai produktivitas tinggi dengan tanpa merugikan semua pihak yang terkait didalamnya, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri (Welding Guideline. 2000).

Pada proses pengelasan las listrik banyak sekali hal-hal yang membahayakan dan perlu diperhatikan baik bagi welder, mesin las listrik,dan orang-orang disekitarnya, hal-hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Percikan bunga api yang dapat membahayakan welder maupun mesin

las listrik yang dapat mengenai kulit, mata, dan masuk kedalam perangkat-perangkat dalam mesin las listrik, yang semua itu akan mengganggu berjalannya proses produksi.

2) Asap las listrik dan debu beracun, dapat membahayakan welder dan

orang-orang disekelilingnya, asap tersebut dapat mengganggu proses pernafasan welder.

3) Efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah las listrik yang dapat

membahayakan kesehatan mata dan organ dalam tubuh welder maupun orang-orang di sekelilingnya.

Oleh karena itu dalam melakukan proses pengelasan las listrik setiap welder harus memperhatikan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan pengelasan yang benar.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Dalam melakukan proses pengelasan dengan menggunakan las listrik harus mematuhi prosedur yang benar terutama yang terkait pada keselamatan dan kesehatan kerjanya, tapi dibalik itu semua, tidak menutup kemungkinan terjadi kecelakaan yang tidak disengaja, meskipun telah mematuhi tentang prosedur keselamatan kesehatan kerja yang benar dan sesuai khususnya apabila terjadi kecelakaan baik pada welder dan sesuatu apapun yang ada disekelilingnya harus melakukan pertolongan pertama agar kecelakan itu tidak berakibat fatal bagi korbannya, dan kemudian diserahkan kepada petugas medis, agar mendapat perawatan sesuai prosedurnya dan korban kelak dapat menjelaskan fungsi dan kewajibannya.

Pada proses pengelasan las listrik terdapat hal-hal yang perlu di perhatikan adalah welder dan semua pihak yang terkait didalamnya terutama dalam keselamatan kesehatan kerja, hal-hal tersebut diantaranya

(Welding Guideline, 2000).

a. Memakai apron yang berbahan dasar kulit hewan/kain yang tebal yang

berlapis atau baju dan celana panjang yang berbahan dasar kain levis untuk tubuh dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang dapat membahayakan keselamatan kesehatan kerja.

b. Menggunakan sarung tangan dan sarung lengan tangan, kedua alat ini

berfungsi hampir sama dengan apron yaitu melindungi dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

ditimbulkan oleh las listrik dan untuk memudahkan pemegangan elektroda.

d. Helm las listrik, helm ini dilingkapi dengan dua kaca hitam dan putih

atau satu kaca hitam yang berfungsi untuk melindungi kulit muka dan mata dari efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang dapat merusak kulit maupun mata, dimana sinar yang ditimbulkan oleh las listrik tidak boleh dilihat langsung dengan mata telanjang sampai dengan jarak minimal 16 meter.

e. Memakai sepatu las, untuk melindungi kaki dari percikan bunga api, hal

ini tidak terlalu penting apabila welder telah menggunakan celana panjang yang berbahan dasar kain tebal seperti kain levis serta memakai sepatu safety yang standart untuk pengelasan, tetapi tidak ada salahnya jika digunakan.

f. Respirator (alat bantu pernafasan), untuk menjaga pernafasan agar tetap

stabil pada saat melakukan proses pengelasan las listrik dari asap las, dan untuk melindungi asap dan debu yang beracun masuk ke paru-paru, hal ini boleh tidak dilakukan apabila kamar las telah mempunyai sistem pembuangan asap dan debu-debu beracun yang baik jika digunakan, karena pernafasan sangat penting dalam proses metabolisme manusia.

g. Hal yang perlu lainnya seperti “kamar las”, agar welder dapat bekerja

tanpa gangguan apapun yang mengelilinginya dan dapat berkonsentrasi dengan maksimal, kamar las juga berfungsi agar orang-orang disekelilingnya tidak terganggu oleh las listrik.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3. Pengendalian paparan asap, debu, uap dan gas

1) Udara

Udara yang bersih terjadi dari :

a) Oksigen : 20,94%

b) Karbon dioksida : 0,03%

c) Nitrogen dan gas lainnya : 79,03%

Di tempat kerja dalam ruangan harus ada aliran udara untuk mencairkan kontaminan, untuk menghilangkan kelebihan panas dan untuk menjaga kenyamanan ( Jane Blunt and Nigel C Balchin, 2000)

2) Pengendalian paparan asap

Pengendalian paparan polutan udara harus mengikuti hirakri :

a) Memilih proses atau bahan yang memproduksi dengan emisi asap

rendah.

b) Ventilasi dari seluruh tempat kerja

c) Ventilasi pembuangan lokal

d) Perlindungan pernafasan bagi individu.

3) Penggantian/Penyesuaian parameter

Tingginya parameter perlu dipertimbangkan adalah apakah metode yang bergabung yang dipilih dapat menimbulkan bahaya yang lebih rendah untuk kesehatan. Pada kenyataanya bergabung kebanyakan dipilih karena dilihat lebih efektif untuk situasi. Namun, harus dicatat bahwa proses produksi pengelasan menghasilkan uap dalam urutan sebagai berikut :


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

a) Gas/Logam Aktif

b) Gas dan las asetelin

4. Penyakit ISPA

1) Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan atas bawah, biasanya menular yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor penjamu. Namun demikian didalam pedoman ini, ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. (WHO, 2007)

Menurut DepKes RI (1998) istilah ISPA meliputi tiga unsur, yaitu infeksi saluran pernafasan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ andeksnya seperti sinus-sinus yang berlangsung sampai 14 hari. Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

berhubungan dengan saluran pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Batas yang diambil untuk menunjukkan berlangsungnya proses akut.

Menurut Corwin (2001), Infeksi Saluran pernafasan akut adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme termasuk faringitis, radang tenggorokan, dan laringitis.

2) Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Gelaja Infeksi Saluran Pernafasan Akut menurut (WHO, 2007) adalah sebagai berikut :

a. Demam

b. Batuk

c. Nyeri Tenggorokan

d. Pilek

e. Sesak Nafas

4. Hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari ISPA

Menurut (WHO, 2007) cara untuk memperbaiki budaya keselamatan kerja institusi akan membantu perbaikan pelaksanaan langkah-langkah yang dianjurkan dan dengan demikian dapat menurunkan risiko terkenanya ISPA. Beberapa strategi harus digabungkan dan pimpinan fasilitas pelayanan harus memberikan dukungan dan penyempurnakan pelaksanaan rekomendasi pencegahan dan pengendalian infeksi.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

1) Strategi penting untuk mengurangi risiko pajanan patogen dan

penularan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan meliputi pengendalian administratif, pengendalian teknis dan lingkungan dan penggunaan APD.

2) Pengendalian manajerial (misalnya, ketersediaan staf dan persediaan

yang memadai, pendidikan petugas kesehatan, pasien, dan penunjang.) serta pengendalian teknis dan lingkungan adlah komponen penting dalam pembentukan struktur pencegahan dan pengendalian infeksi untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang seaman mungkin. Ventilasi Ruangan yang memadai merupakan pengendalian teknis penting untuk infeksi pernafasan dan harus dipertimbangkan dengan cermat.

3) Penggunaan APD haru diidentifikasikan dengan kebijakan dan

prosedur yang khusus membahas masalah pencegahan dan pengendalian infeksi (misalnya, kewaspadaan isolasi). Efektivitasnya tergantung pada perlengkapan yang memadai, membersihkan tangan secara benar, dan yang terpenting, perilaku manusianya.

4) Langkah pengendalian sumber infeksi harus dilakukan untuk semua

orang yang memperlihatkan gejala infeksi pernapasan melalui kebersihan pernafasan.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1: Kerangka Pemikiran Tempat Kerja

Kerja

Aktivitas Kerja Pengelasan Lingkungan Kerja

Nilai Ambang Batas Pengelasan

Terpapar Uap Welding

Pengaruh terhadap pekerja


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif.

B.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di area workshop PT. X yang berlokasi di areal basis militer TNI-AL kelurahan Ujung, Kecamatan Semampir, Surabaya Utara dengan alamat Jl. Panti Mulia Surabaya yang bergerak dibidang

manufacture.

C.Objek Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai objek penelitian adalah tenaga kerja di area workshop, lingkungan kerja, dan cara kerja tenaga kerja PT. X. Ruang Lingkup penelitian adalah untuk penilaian Risiko dan Evaluasi yang ada di perusahaan.

D. SUMBER DATA

Data-data yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini barasal dari :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Untuk memperoleh data ini menggunakan cara :


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

a. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan, dalam penelitian ini dengan mengadakan tanya jawab kepada pekerja di lapangan.

b. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengamati segala sesuatu yang ada. Dalam pelaksanaan penelitian dengan mengadakan pengamatan langsung di tempat kerja yang dilakukan selama magang. Dengan cara mencatat mengenai kegiatan yang dianggap peneliti penting.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang sedang diteliti dan diperoleh dari arsip-arsip perusahaan.

E.Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini penelitian dapatkan melalui :

1. Observasi dan penilaian

Menganalisis obyek penelitian maka penulis mengadakan observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung kesemua area yang menjadi pusat penelitian penulis.

2. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pekerja yang bersangkutan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti penulis.


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

3. Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku literatur, laporan penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Pelaksanaan

Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan dari hari pertama Rabu tanggal 01 Februari 2012 sampai 01 April 2012. Pada tahap pelaksanaan meliputi :

a. Penjelasan tentang masalah K3 yang ada di perusahaan tempat diadakannya

penelitian

b. Observasi secara umum kondisi K3 perusahaan

c. Observasi berdasarkan wawancara dan diskusi

d. Pengamatan secara langsung terhadap kondisi lingkungan kerja perusahaan.

e. Mengikuti program dan kegiatan yang dilakukan Departemen EHS sesuai

rekomendasi dari pembimbing perusahaan.

f. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip atau dokumen perusahaan dan

buku-buku referensi yang ada di Departemen EHS sesuai rekomendasi dari pembimbing perusahaan.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh penulis kemudian dianalisis sebagai berikut :

1. Membandingkan antara usia pekerja dengan jumlah yang terkena ISPA.


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

3. Membandingkan lamanya pekerja bertugas di bagian pengelasan dengan

ISPA.

4. Membandingkan lamanya paparan terhadap pengelasan dengan ISPA.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Februari – 01 April 2012 yang pertama kali dilakukan adalah observasi ke lapangan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan para pekerja dan mengamati lingkungan yang ada disekitarnya, sumber uap berasal dari proses pengelasan. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan masih banyak tenaga kerja yang mengalami penyakit akibat kerja salah satunya adalah ISPA.

Kemudian melakukan studi kepustakaan ke EHS departemen tentang data pengukuran kualitas udara yang dilakukan oleh unit pelaksana teknis keselamatan dan kesehatan kerja (UPTK3). Berikut hasil pengukuran yang dilakukan pada bulan Februari 2011

Tabel 1. Pengukuran Kwalitas Udara

No Parameter Satuan

Kadar Terukur

NAB Metode

Pengujian

1 2

1 Karbon Monoksida (CO) ppm 0 0,3 25 CO Moniter

2 Nitrogen Dioksida (NO2) Ppm 0,0144 0,0121 3 Saltzman

3 Sulfur Dioksida (SO2) Ppm 0,0039 0,0065 2 Pararosalinin

4 Debu mg/m3 0,2196 0,1342 10 Gravimetri

5 Timah Hitam (Pb) mg/m3 0,0002 0,0002 0,05 AAS/Pengabuan

6 Cadmium (Cd) mg/m3 0,0001 0,0001 0,01 AAS/Pengabuan

7 Cromium (Cr) mg/m3 0,0002 0,0002 0,5 AAS/Pengabuan

Sumber : Data Sekunder, 2011

Keterangan : 1. Pengukuran yang dilakukan pada pukul 11.10-11.40 WIB 2. Pengukuran yang dilakukan pada pukul 19.45-20.15 WIB


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Selanjutnya mencari data ISPA tahun 2010 sampai dengan 2011 pada pekerja area Bay 2.1, Bay 2.2, Bay 4.1, Bay 4.1, Bay 7.2. Berikut data ISPA total yang terjadi pada tahun 2010 s/d 2011 Tabel 2. Total ISPA Tahun 2010 s/d 2011

No Area Total ISPA Presentase %

1 Bay 2.1 68,254 68

2 Bay 2.2 14,285 14

3 Bay 4.1 11,111 11

4 Bay 7.2 6,34921 7

Sumber : Data Sekunder, 2011

Gambar 2: Grafik Total ISPA 2010 s/d 2011 Sumber : Data Sekunder, 2011

Setelah itu melakukan wawancara kepada para pekerja dengan beberapa pertanyaan yang menyangkut tentang penelitian yang dilakukan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel 30 orang pekerja. Hasil dari wawancara yang dilakukan adalah sebagai berikut :

68% 14%

11% 7%

DATA

ISPA

2010 s/ d 2011

Bay 2.1 Bay 2.2 Bay 4.1 Bay 7.2


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

1) Usia

Lamanya umur sampai penelitian di lakukan

Tabel 3. Perbandingan antara Usia dengan jumlah yang terkena ISPA

No Usia ISPA Persentase

1 20-30 10 36 %

2 31-40 5 18 %

3 41-50 11 39 %

4 51-60 2 7 %

Sumber : Data Primer, 2012

Gambar 3 : Grafik Perbandingan Usia dengan ISPA Sumber : Data Primer, 2012

2) Lama Bekerja

Lamanya bekerja di bagian pengelasan sampai penelitian di lakukan.

Tabel 4. Perbandingan Lama bekerja dengan ISPA

No Lama Bekerja di Panel Welding ISPA

1 1 Th-5 Th 16

2 6Th-10 Th 3

3 11Th-15 Th 3

4 16 Th-20 Th 4

Sumber : Data Primer, 2012

10

5

11

2

36% 18% 39% 7%

20-30 31-40 41-50 51-60 Persent ase


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Gambar 4 : Grafik Perbandingan Lama Bekerja dengan ISPA Sumber : Data Primer, 2012

3) Lama Bertugas di Bagian Pengelasan

Lamanya bertugas pada bagian pengelasan sampai penelitian di lakukan.

Tabel 5. Perbandingan Lama terkait pengelasan dengan ISPA

No Lama Terkait Pengelasan ISPA

1 1 Th-10 Th 19

2 11 Th-20 Th 3

3 21 Th-30 Th 2

Sumber : Data Primer, 2012

16

3 3

4

62% 11% 12% 15% 0

2 4 6 8 10 12 14 16 18

1 Th-5 Th 6 Th-10 Th 11 Th-15 Th 16 Th-20 Th Persent ase


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Gambar 5 : Grafik Lama Bertugas di Pengelasan dengan ISPA Sumber : Data Primer, 2012

4) Perbandingan lamanya paparan Terhadap Pengelasan

Lamanya terkena paparan pengelasan sampai penelitian di lakukan

Tabel 6. Lamanya Paparan Terhadap Pengelasan dengan ISPA

No Pengelasan Perhari ISPA

1 1-5 Jam 5

2 6-10 Jam 25

3 11-20 Jam 1

Sumber : Data Primer, 2012

19

3

2 79%

13% 8%

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1 t h - 10 t h 11 t h - 20 t h 21 t h - 30 t h persent ase


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Gambar 6 : Grafik perbandingan lamanya paparan pengelasan dengan ISPA, (Sumber : Data Primer, 2012)

5) Perbandingan Training APD dengan ISPA

Jumlah pemberian training kepada para pekerja sampai penelitian di lakukan

Tabel 7 : Perbandingan Training APD dengan ISPA

No Training APD ISPA

1 Sudah 22

2 Belum 8

Sumber : Data Primer, 2012

5

25

1

16% 81% 3%

0 5 10 15 20 25 30

1 - 5 jam 6 - 10 jam 11 - 20 jam


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Gambar 7 : Grafik Perbandingan Training APD dengan ISPA Sumber : Data Primer, 2012

B. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan di PT. X ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh paparan uap welding terhadap risiko kesehatan pekerja terutama penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Penelitian ini mengambil lokasi diarea workshop dengan menggunakan jumlah sampel 30 orang.

Jika di lihat dari grafik gambar 1 penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), 68% penyakit diderita oleh pekerja yang berada di Bay 2.1 karena pada area inilah hampir semua pekerjaan yang dilakukan adalah pengelasan dan pengelasan yang di lakukan tentunya akan mengeluarkan uap atau gas-gas yang dihasilkan dari proses pengelasan, maka dari itu untuk mengurangi jumlah penyakit akibat kerja yang salah satunya adalah infeksi saluran pernafasan

8

22

27% 73%

0 5 10 15 20 25

sudah belum ISPA persent ase


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

(ISPA) perlu ada pencegahan atau pengendalian yaitu dengan cara pemberikan alat pelindung diri yang lengkap kepada para pekerja, dan melakukan pemeriksaan secara berkala kepada pekerja.

Setelah melakukan observasi, wawancara dan studi pustaka serta pengolahan data, maka pembahasannya adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat kebiasaan dan cara bekerja para pekerja sudah sesuai dengan standar operational pekerja (SOP), kemudian untuk melihat apakah pekerja sudah menggunakan alat pelindung dengan lengkap saat melakukan pengelasan, dan untuk melihat lingkungan yang ada disekitar area pekerjaan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh uap yang dikeluarkan saat pengelasan terhadap penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dengan melakukan pengecekan kesehatan kepada pekerja.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh paparan uap welding terhadap risiko kesehatan pekerja. Pengaruh paparan uap welding terhadap risiko kesehatan pekerja diantaranya adalah :


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

1) Usia

Jika dilihat dari tabel hasil pengolahan data yang dilakukan dengan jumlah sampel 30 orang pekerja di area pengelasan dengan variasi umur antara 20 sampai 60 tahun, terdapat pekerja yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang berumur 41–50 tahun atau 39%, hal itu dapat terjadi karena kondisi pekerja yang mulai menurun, dan

kondisi lingkungan juga bisa mempengaruhi. Cara

pengendaliannya yaitu dengan memindahkan pekerja ketempat yang kondisi lingkungannya tidak banyak mengandung asap atau gas-gas yang dapat membahayakan kesehatan pekerja, pemakaian APD yang sesuai dengan jenis pekerjaannya.

2) Lama bekerja

Lama bekerja juga merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan akut. Berdasarkan tabel diatas penyakit infeksi saluran pernafasan akut banyak di derita pada pekerja dengan masa kerja 1-5 tahun atau 62%. Hal ini disebabkan karena semakin lama pekerja bekerja di pengelasan maka akan semakin banyak pula paparan uap atau gas-gas yang akan terhirup oleh pekerja dalam waktu lama sehingga menyebabkan penyakit, yang salah satunya penyakit infeksi saluran pernafasan akut, dan dapat terjadi juga akibat pekerja, belum mendapatkan training tentang penggunaan alat


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pelindung diri (APD) yang sesuai. Cara pengendaliannya yaitu dengan cara mengurangi waktu bekerja ditempat pengelasan, menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai untuk pekerjaan pengelasan dan pemberian training APD.

3) Lamanya Bertugas di Bagian Pengelasan

Jika dilihat dari lamanya bertugas pekerja yang mengalami penyakit infeksi saluran pernafasan akut banyak diderita pada pekerja dengan lama bekerja antara 1-10 tahun atau 79%, hal itu dapat terjadi dikarenakan pada saat proses pengelasan dilakukan membutuhkan waktu lama dan dengan berjalanya waktu, akibat yang terjadi atau risiko terjadi penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada saat pekerja bekerja selama 1-10 tahun. Berdasarkan dari hal tersebut dapat dilakukan pengendalian yaitu dengan cara pemberian alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai yang dibutuhkan pekerja agar pada saat bekerja pekerja dapat terasa nyaman dengan APD yang digunakan dan pekerjaan menjadi lancar.

4) Lamanya Paparan terhadap pengelasan

Jika di lihat pada tabel diatas, diketahui bahwa pekerjaan yang dilakukan 1-12 jam. Paling banyak pada pekerja bekerja 6-10 jam atau 81%. Hal ini di sebabkaan setiap hari pekerjaan pokok yang dilakukan 6-10 jam, dan pada saat pekerjaan dilakukan banyak pekerja kurang memperhatikan cara


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

pengelasan yang benar, agar uap yang dihasilkan pada saat pengelasan tidak terhirup secara langsung kedalam saluran pernafasan, masih banyak pekerja yang pada saat bekerja tidak menggunakan masker khusus untuk pengelasan (Respirator) sehingga masih banyak uap yang terhirup. Cara pengendalian yang harus dilakukan adalah pemakaian alat pelindung diri (APD) respirator.

5) Training APD

Training APD dilakukan agar pekerja paham bahwa penggunaan alat pelindung diri itu sangat penting untuk digunakan. Jika dilihat dari tabel 7 di atas, meskipun sudah dilakukan training tentang APD tapi masih banyak pekerja yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa meskipun sudah diakukan training APD tapi masih banyak pula pekerja yang kurang sadar akan pentingnya alat pelindung diri bagi perlindungan diri saat bekerja. Cara pengendalian yang seharusnya adalah dengan cara memberikan penyuluhan terhadap para pekerja secara berkala agar pekerja selalu ingat tentang pentingnya alat pelindung diri.

Dari hasil wawancara dan pengolahan data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh paparan uap


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

saluran pernafasan akut, hal ini ditandai dengan menurunnya kesehatan pekerja seperti batuk, sesak nafas, nyeri tenggorokan dan pilek.

Untuk itu perlu diadakan pencegahan dan pengendalian uap welding agar penyakit akibat kerja seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang disebabkan karena masuknya uap atau gas-gas dari proses pengelasan yang dapat mengganggu pernafasan dapat diminimalisir atau dihilangkan.


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

1. Dari data wawancara dan analisis, teridentifikasi bahwa uap welding

merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

2. Persentase terjadinya ISPA akibat pengaruh dari paparan uap welding pada

30 pekerja di PT. X.

No Frekuensi Paparan

Terbanyak

Jumlah yang

terkena ISPA Presentase

1 Usia 41-50 th 11 39%

2 Lama bekerja 1-5 th 16 62%

3 Lamanya bertugas 1-10 th 19 79%

4 Lamanya terpapar/hari 6-10 jam 25 81%

5 Training APD Belum 22 73%

B.Saran

1. Supaya memberikan APD terutama respirator atau masker khusus untuk

pekerja pengelasan yang nyaman saat digunakan dan tidak tembus saat dipakai.

2. Pemberian APD dan meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya

memakai APD yang sesuai dengan jenis pekerjaannya, dengan cara memberikan tambahan training khusus mengenai cara penggunaan alat pelindung diri dan perlindungannya.


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3. Seharusnya dalam pemberian training APD harus lebih dari satu kali, agar

para pekerja tidak menyepelekaan apa pentingnya alat pelindung diri yang digunakan.

4. Jika para pekerja sudah mempunyai keluhan pernafasan hendaknya segera


(1)

commit to user 1) Usia

Jika dilihat dari tabel hasil pengolahan data yang dilakukan dengan jumlah sampel 30 orang pekerja di area pengelasan dengan variasi umur antara 20 sampai 60 tahun, terdapat pekerja yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang berumur 41–50 tahun atau 39%, hal itu dapat terjadi karena kondisi pekerja yang mulai menurun, dan

kondisi lingkungan juga bisa mempengaruhi. Cara

pengendaliannya yaitu dengan memindahkan pekerja ketempat yang kondisi lingkungannya tidak banyak mengandung asap atau gas-gas yang dapat membahayakan kesehatan pekerja, pemakaian APD yang sesuai dengan jenis pekerjaannya.

2) Lama bekerja

Lama bekerja juga merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan akut. Berdasarkan tabel diatas penyakit infeksi saluran pernafasan akut banyak di derita pada pekerja dengan masa kerja 1-5 tahun atau 62%. Hal ini disebabkan karena semakin lama pekerja bekerja di pengelasan maka akan semakin banyak pula paparan uap atau gas-gas yang akan terhirup oleh pekerja dalam waktu lama sehingga menyebabkan penyakit, yang salah satunya penyakit infeksi saluran pernafasan akut, dan dapat terjadi juga akibat pekerja, belum mendapatkan training tentang penggunaan alat


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pelindung diri (APD) yang sesuai. Cara pengendaliannya yaitu dengan cara mengurangi waktu bekerja ditempat pengelasan, menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai untuk pekerjaan pengelasan dan pemberian training APD.

3) Lamanya Bertugas di Bagian Pengelasan

Jika dilihat dari lamanya bertugas pekerja yang mengalami penyakit infeksi saluran pernafasan akut banyak diderita pada pekerja dengan lama bekerja antara 1-10 tahun atau 79%, hal itu dapat terjadi dikarenakan pada saat proses pengelasan dilakukan membutuhkan waktu lama dan dengan berjalanya waktu, akibat yang terjadi atau risiko terjadi penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada saat pekerja bekerja selama 1-10 tahun. Berdasarkan dari hal tersebut dapat dilakukan pengendalian yaitu dengan cara pemberian alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai yang dibutuhkan pekerja agar pada saat bekerja pekerja dapat terasa nyaman dengan APD yang digunakan dan pekerjaan menjadi lancar.

4) Lamanya Paparan terhadap pengelasan

Jika di lihat pada tabel diatas, diketahui bahwa pekerjaan yang dilakukan 1-12 jam. Paling banyak pada pekerja bekerja 6-10 jam atau 81%. Hal ini di sebabkaan setiap hari pekerjaan pokok yang dilakukan 6-10 jam, dan pada saat pekerjaan dilakukan banyak pekerja kurang memperhatikan cara


(3)

commit to user

pengelasan yang benar, agar uap yang dihasilkan pada saat pengelasan tidak terhirup secara langsung kedalam saluran pernafasan, masih banyak pekerja yang pada saat bekerja tidak menggunakan masker khusus untuk pengelasan (Respirator) sehingga masih banyak uap yang terhirup. Cara pengendalian yang harus dilakukan adalah pemakaian alat pelindung diri (APD) respirator.

5) Training APD

Training APD dilakukan agar pekerja paham bahwa penggunaan alat pelindung diri itu sangat penting untuk digunakan. Jika dilihat dari tabel 7 di atas, meskipun sudah dilakukan training tentang APD tapi masih banyak pekerja yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa meskipun sudah diakukan training APD tapi masih banyak pula pekerja yang kurang sadar akan pentingnya alat pelindung diri bagi perlindungan diri saat bekerja. Cara pengendalian yang seharusnya adalah dengan cara memberikan penyuluhan terhadap para pekerja secara berkala agar pekerja selalu ingat tentang pentingnya alat pelindung diri.

Dari hasil wawancara dan pengolahan data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh paparan uap


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

saluran pernafasan akut, hal ini ditandai dengan menurunnya kesehatan pekerja seperti batuk, sesak nafas, nyeri tenggorokan dan pilek.

Untuk itu perlu diadakan pencegahan dan pengendalian uap welding agar penyakit akibat kerja seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang disebabkan karena masuknya uap atau gas-gas dari proses pengelasan yang dapat mengganggu pernafasan dapat diminimalisir atau dihilangkan.


(5)

commit to user

35

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

1. Dari data wawancara dan analisis, teridentifikasi bahwa uap welding merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

2. Persentase terjadinya ISPA akibat pengaruh dari paparan uap welding pada 30 pekerja di PT. X.

No Frekuensi Paparan

Terbanyak

Jumlah yang

terkena ISPA Presentase

1 Usia 41-50 th 11 39%

2 Lama bekerja 1-5 th 16 62%

3 Lamanya bertugas 1-10 th 19 79%

4 Lamanya terpapar/hari 6-10 jam 25 81%

5 Training APD Belum 22 73%

B.Saran

1. Supaya memberikan APD terutama respirator atau masker khusus untuk pekerja pengelasan yang nyaman saat digunakan dan tidak tembus saat dipakai.

2. Pemberian APD dan meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya memakai APD yang sesuai dengan jenis pekerjaannya, dengan cara memberikan tambahan training khusus mengenai cara penggunaan alat pelindung diri dan perlindungannya.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Seharusnya dalam pemberian training APD harus lebih dari satu kali, agar para pekerja tidak menyepelekaan apa pentingnya alat pelindung diri yang digunakan.

4. Jika para pekerja sudah mempunyai keluhan pernafasan hendaknya segera dilakukan rotasi kerja agar keluhan yang timbul tidak parah.