MOTIF REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “SCARY JOB” DI TRANS 7. (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “Scary Job” di Trans 7).

(1)

MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM MENONTON TAYANGAN

ACARA SCARY JOB DI TRANS 7

(Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja di Surabaya Terhadap

Tayangan Acara Scary Job di Trans7)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

FAJAR SETYA KURNIAWAN

NPM. 0443010440

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

2010


(2)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

JUDUL PENELITIAN : MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM

MENONTON TAYANGAN ACARA SCARY JOB DI TRANS 7

(Studi Deskriptif Tentang Remaja di Surabaya Terhadap Tayangan Acara Scary Job di Trans7)

Nama Mahasiswa : Fajar Setya Kurniawan

NPM : 0443010440

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi Menyetujui,

Pembimbing Utama

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NPT. 030 230 679

Mengetahui, Dekan

Dra. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 030 175 349


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM MENONTON REALITY SHOW ”SCARY JOB” di TRANS& (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “ Scary Job” di Trans7 ).

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal ini atas bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak H. Ir. Diedik Tranggono Msi. sebagai Dosen Pembimbing Utama yang senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.

2. Ibu Suparwati Msi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur,

3. Bapak Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Orang tuaku tercinta, Ayah dan Ibu yang dengan kasih sayangnya yang besar dan dengan kesabarannya yang begitu besar yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun moril dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih.


(4)

iii iv 5.

dorongan agar penelitian ini bisa cepat selesai

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta karuniaNya atas jasa-jasanya yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena apabila terdapat kekurangan didalam menyusun skripsi ini, peneliti dengan senang hari menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.

Surabaya, Desember 2009


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1. Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1. Landasan Teori ... 13

2.1.1. Televisi ... 13

2.1.2. Pengaruh Televisi Terhadap Sistem Komunikasi ... 14

2.1.3. Teori Kebutuhan ... 15

2.1.4. Definisi dan Deskripsi Motif ... 16

2.1.5. Remaja Sebagai Pemirsa Televisi ... 19

v


(6)

2.1.6.

2.1.7. Acara Scary Job di Trans7 ……….. 22

2.1.8. Teori Uses and Gratifications ………. 23

2.2. Kerangka Pikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Definisi Operasional ... 27

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 33

3.2.1. Populasi ... 33

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 33

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.4. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

4.1.1. Sejarah Singkat Trans 7 …….……….. 40

4.1.2. Tayangan Scary Job ……….………... 42

4.1.3. Masyarakat Surabaya ……….. 43

4.2. Penyajian Data dan Analisa ... ………..45

4.2.1. Identitas Responden ... 46

4.2.2. Motif Responden Menonton Acara “Scary Job” di Trans 7 di Televisi ... 48

4.2.2.1. Motif Kognitif ... 49

4.2.2.2. Motif Identitas Personal ... 55

vi


(7)

4.2.2.3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

……….61

4.2.2.4. Motif Hiburan (Diversi) ... 66

4.2.3. Kategori Motif Secara Umum……… ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA... ... 77

LAMPIRAN... ... 79

vii


(8)

Halaman Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46 Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 47 Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47 Tabel 4.4. Motif Kognitif Mencari Informasi Jenis-jenis Pekerjan yang

ada di Masyarakat ... 49 Tabel 4.5. Motif Kognitif Mengetahui Teknis dari Pekerjaan yang

dilakukan ... 50 Tabel 4.6. Motif Kognitif Mengeahui Cerita Masyarakat yang

Menuturkan Suka Duka Melakoni Pekerjaan... 52 Tabel 4.7. Motif Kognitif Mendapatkan Informasi Tentang Kondisi

Masyarakat dan Dunia... 53 Tabel 4.8. Motif Kognitif Responden Dalam Menonton ”Scary Job” di

Trans 7 ... 54 Tabel 4.9. Motif Identitas Personal Responden Ingin Meningkatkan

Pemahaman Tentang kepribadian Diri Sendiri... 55 Tabel 4.10. Motif Identitas Personal Responden Dapat Memupuk Rasa

Empati dan Peduli dengan Lingkungan... 56 Tabel 4.11. Motif Identitas Personal Responden Dapat Menemukan Profil

atau Tokoh untuk dijadikan Panutan ... 57 Tabel 4.12. Motif Identitas Personal Responden Meningkatkan

Pemahaman Tentang Kehidupan Bermsyarakat ... 58

viii


(9)

Tabel 4.13. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Sebagai Pertimbangan Dalam Bergaul Dengan Masyarakat ... 60 Tabel 4.14. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Menemukan

Bahan Percakapan dan Interaksi dengan Lingkungan... 61 Tabel 4.15. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Memperoleh

Teman Media Baru dengan Melihat Televisi ... 62 Tabel 4.16. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden

Memungkinkan Untuk Berhubungan Baik dengan Keluarga .. 63 Tabel 4.17. Motif Hiburan Responden Melepaskan Sejenak Masalah

yang Dihadapi ... 65 Tabel 4.18. Motif Hiburan Responden Bersantai Setelah Seharian

Beraktifitas... 66 Tabel 4.19. Motif Hiburan Responden Menghilangkan Stress Karena Rutinitas

yang Padat... 67 Tabel 4.20. Motif Hiburan Responden Mengisi Waktu Luang… ………… 68 Tabel 4.21. Kategorisasi Motif Secara Umum …...………... 71

ix


(10)

Halaman Gambar 2.1. : Uses dan Gratification Model ... 22 Gambar 2.2. : Kerangka Berpikir ... 24

x


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kuesioner ... 79 Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden Motif Kognitif ... 83 Lampiran 3 Rekapitulasi Jawaban Responden Motif Integratif Personal .. 86 Lampiran 4 Rekapitulasi Jawaban Responden Motif Integrasi dan

Imterksi Sosial ... 89 Lampiran 5 Rekapitulasi jawaban Responden Motif Diversi ... 92 Lampiran 6 Surat Keterangan Bakesbang Surabaya ... 93


(12)

FAJAR SETYA KURNIAWAN, MOTIF REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “SCARY JOB” DI TRANS 7. (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “Scary Job” di Trans 7).

Pertelevisian di Indonesia dewasa ini berkembang sangat pesat. sampai sekarang, Hal ini bisa terlihat dari maraknya acara-acara berbau Reality Show. Sebuah alternatif program Reality show yang berbeda dengan memberikan sebuah tantangan kepada para selebriti untuk melakukan pekerjan yang kadang tidak pernah terlintas di benak masyarakat awam, pekerjaan yang kadang penuh resiko namun upah yang didapat sangat minim. Itulah sekelumit dari program reality show ”Scary Job” di Trans7. Tayang setiap senin pukul 17.30 acara ini mencoba untuk membangun rasa empati para peserta maupun pemirsaya agar tidak memandang sebelah mata orang-orang dengan berbagai jenis yang ada di sekitar kita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif remaja Surabaya dalam menonton program acara ”Scary Job” di Trans 7.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Uses dan

Gratifications merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke

tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi data dari hasil kuesioner kemudian diolah yang terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13-21 tahun di kota Surabaya yang menonton acara reality show “Scary Job” di Trans7. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa responden memiliki motif yang tinggi mengenai suatu program acara “Scary Job” di televisi sebab di dalam program acara tersebut mereka menyukai akan program acara tersebut sehingga mereka dapat mendapatkan semua keinginannya baik itu mengenai Motif Kognitif, Motif Identitas Personal, Motif Integrasi dan Interaksi Sosial, ataupun Motif diversi.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa empat motif yang diamati yakni motif kognitif, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta motif hiburan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki motif yang tinggi mengenai suatu program acara “Scary Job” di Trans7 sebab di dalam program acara tersebut mereka menyukai akan program acara tersebut sehingga mereka dapat mendapatkan semua keinginannya.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan perkembangan ilmu komunikasi dan teknologi informsi begitu pesatnya pada beberapa dasawarsa belakangan ini. Hal ini memungkinkan kita mengkaji dan mempraktekkan komunikasi dengan lebih efektif dibandingkan dengan usaha kita waktu yang lampau. Juga, menyebabkan kita lebih banyak menaruh perhatian pada keluasan jangkauan pesan yang dapat dikirimkan kepada sebanyak mungkin khalayak. Selain itu, perhatian lebih besar diarahkan pada aspek-aspek yang sifatnya teknologis, seperti realitas kecanggihan perangkat komunikasi daripada dampak realitas social dalam kaitan hubungan antar manusia.

Relasi-relasi sosial kini tidak bisa memisahkan diri dari terpaan media massa yang kian gencar dan tidak terhindarkan. Desingan-desingan pesan menyelinap lalu-lalang di lingkungan kita, bahkan yang amat pribadi. Televisi, radio, surat kabar, film, buku memproduksi pesan tiap menit yang membentuk pola kita dalam berinteraksi dengan orang lain. (Winarso, 2005:v)

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan media paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke


(14)

wilayah terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai tumbuh di masyarakat. (Wibowo, 2007:17)

Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memuaskan. Penonton TV tidak perlu susah-susah pergi ke gedung bioskop atau gedung sandiwara karena pesawat TV menyajikan ke rumahnya. (Effendy, 2004:60)

Televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini, dan banyak menarik simpati serta perhatian masyarakat luas, ini dikarenakan pada televisi perkembangan teknologinya sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya, sedangkan dalam hal penayangannya televisi memiliki jangkauan yang tidak terbatas. Dengan modal visual yang dimiliki, siaran televisi bersifat sangat komunikatif dalam memberikan pesan-pesannya, karena itulah media televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap maupun perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir. (Sastro, 1992 : 23).

Pertelevisian di Indonesia dewasa ini berkembang sangat pesat. Tentu ini merupakan salah satu fakta tumbuhnya perekonomian didalam dan luar negeri sejalan juga dengan semangat mewujudkan demokratisasi.

Kegiatan manusia (pemirsa televisi) dalam menonton televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka


(15)

3

baik berupa informasi, pendidikan maupun hiburan. Kebutuhan pemirsa yang demikian besar pun dapat dimengerti oleh satasiun televisi sehingga semua stasiun televisi berlomba-lomba dalam memberikan acara yang menarik dan menambah acara hiburannya.

Sesuai dengan perkembangan jaman yang selalu maju, banyak stasiun televisi swasta memberikan suguhan hiburan yang menarik untuk ditonton. Hiburan-hiburan televisi bisa berupa acara musik, Film asing maupun lokal, acara komedi, sinetron, talkshow, reality show maupun kuis. Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang dengan pesat, terbukti dengan hadirnya 12 stasiun televisi, yaitu RCTI, SCTV, AN-TV, INDOSIAR,TRANS TV, TRANS 7, METRO TV, TV ONE, Global Tv, Lativi, TPI dan TVRI yang mengudara secara nasional dan juga beberapa TV local

Televisi memang tidak pernah kehabisan ide untuk menarik perhatian pemirsa, setelah televisi berhasil memikat pemirsa dengan tayangan infotaiment dan sinetron, kini para kreator progam menyita para pengikutnya dengan acara baru, yaitu Reality show dengan format tayangan variety show dan bersaing untuk mendapatkan rating yang tinggi.

Perkembangan yang semakin pesat tersebut dirasakan sejak lahirnya televisi swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI pada tahun 1989 di Jakarta. Saat ini tidak kurang dari 11 stasiun televisi swasta nasional yang melakukan siaran dan ini belum termasuk apa yang disebut dengan TV komunitas (lokal).


(16)

Memasuki tahun 1999 sampai sekarang, bisa dibilang masa kebangkitan komedi Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari maraknya acara-acara berbau komedi. Seperti, Extravaganza yang dimotori Tora Sudiro dan kawan-kawan, Extravagansa ABG, Suami-suami takut istri, Ngelenong Nyok, Sketsa Ajah yang ada Trans TV. Ternyata hal itu membuat ‘panas’ televisi-televisi yang lain dan berujung pada bermunculan acara-acara serupa. Seperti, Cagur Naik Bajaj, Tawa Sutra, Tawa Sutra XL (acara baru) Lajang, Cuplikan Lucu (cucu) dan Numpang Hidup yang berada di ANTV. Trans 7 pun tak mau kalah akan aksi ini, dengan mengusung [Bukan] empat mata –setelah dibredel empat mata- sebagai ujung tombak, Trans 7 juga menampilkan program acara Komedi Lawak (Kolak), Wara-wiri, -acara baru- OKB, Opera van Java dan Happy Hour. Yang terakhir Global TV, yang mengusung Abdel Temon dalam Bukan Superstar, berlanjut beberapa program baru yang akandimunculkan. (http://7forum.dudung.net/) diakses pada 18 desember 2009, 09.50 pm

Disajikan untuk pemirsa keluarga, komedi kini jadi program unggulan. Setelah sukses dengan program Bukan Empat Mata, Trans 7 makin percaya diri untuk menghadirkan komedi di prime time. Buktinya, beberapa program komedi kini mengisi slot prime time, yaitu Opera Van Java, OKB, Happy Hour dan Wara-Wiri. Sukses acara Empat Mata dan Bukan Empat Mata membuat makin percaya diri untuk menghadirkan program in house bergenre komedi di prime time. Komedi kini menjadi program unggulan Trans 7. Program komedi disajikan untuk sasaran


(17)

5

pemirsa keluarga. Layaknya komedi, maka program komedi yang disajikan Trans 7 pun kaya dengan improvisasi. Walau begitu, faktor etika tetap diperhatikan.Yang menggembirakan, program-program komedi itu mendapat sambutan positif dari masyarakat. (http://www.republika.co.id/) diakses pada 22 desember 2009, 08.44 pm

Di bulan Juni, Trans7 menghadirkan enam acara baru lain, yaitu Dorce, Party (Parodi Reality), Begadang, Scary Jobs, Dunia Binatang, dan Dua Dunia. Sebuah program yang sedikit unik adalah Scary Jobs. Tayangan yang bakal hadir mulai senin (15/6) pukul 17.30 WIB itu mengajak para selebriti mencoba berani merasakan pekerjaan yang tidak pernah sekalipun terlintas di benak mereka.

Program yang berdurasi sekitar 30 menit tersebut menyuguhkan realitas sehari-hari yang terkadang luput dari perhatian masyarakat. Bagaimana jika seorang selebriti menjadi tukang pembersih kaca gedung bertingkat di atas gondola yang diupah hanya Rp 900.000/bulan, atau penggali kubur yang hanya diupah Rp 75.000. Tayangan ini tidak hanya mengajak selebriti bermain-main, tetapi juga membangun rasa empati dan merasakan pekerjaan penuh risiko dan menantang. Semua program tayangan itu sudah direncanakan dengan matang termasuk asuransi, jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dengan pekerjaan yang penuh resiko itu saat dilakukan oleh para selebriti.


(18)

Reality show “Scary Job” ini sengaja dibuat untuk melihat sejauh mana seorang selebriti berani untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak pernah sekalipun terlintas di benak masyarakat awam. Pekerjaan yang terkadang luput dari perhatian kita. Dengan dipandu oleh Fathir, program berdurasi 30 menit ini akan menyuguhkan realita sehari-hari dalam melakukan pekerjaan - pekerjaan yang terkadang luput dari perhatian kita, seperti juru kunci makam angker, pawang buaya, penunggu kamar mayat, sopir mobil jenazah, asisten dukun hitam, perias mayat, pemain sirkus, pembersih kaca gedung bertingkat dan lain sebagainya.

(http://www.trans7.co.id/) diakses pada 23 desember 2009, 09.25 pm

Hiburan dan informasi program acara ini menyentuh semua unsur, dari masyarakat menengah kebawah sampai ke atas dan lainnya. Diprogram acara Scary Job memuat hiburan dan informasi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menarik untuk ditonton. Penonton pun akan mengerti bagaimana pekerjaan-pekerjaan yang oleh sebagian besar orang dianggap tidak umum, dikerjakan oleh selebriti. Terkadang, penonton dibuat tersenyum melihat reaksi spontan dari bintang tamu yang menjadi kaget, bahkan takut saat mengetahui pekerjaan yang akan dilakukannya. Di reality show “Scary Job” ini bintang tamu baru akan mengetahui pekerjaan apa yang harus dilakukan ketika mereka telah sampai di lokasi kerja. Ditemani seorang yang telah professional dalam pekerjaan tersebut para selebriti akan ditantang melakukan pekerjaan yang sehari – hari dilakukannya. Dengan begitu acara ini mampu menumbuhkan rasa empati di antara masyarakat dan


(19)

7

tidak memandang sebelah mata orang dengan profesi yang kadang di anggap remeh.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang motif remaja Surabaya dalam menonton tayangan reality show "Scary Job” yang ditayangkan oleh Trans7. Keunikan acara ini adalah para selebriti akan diajak untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan yang bahkan tidak terlintas di benak masyarakat awam sekalipun. Pekerjaan yang bisa jadi memiliki resiko tinggi, namun upah yang didapatkan kadang tidak sebanding dengan resikonya.

Menurut Thorn Burg, motif merupakan sesuatu yang menggerakkan tingkah laku, selain itu motif memberikan arah bagi tingkah laku, motif juga dapat menimbulkan intensitas dalam bertindak, serta merupakan kunci pemuas kebutuhan. Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Individu merespon kebutuhan tersebut dengan bertingkah laku, bertindak untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui penggunaan media. (Effendy, 1989 : 34)

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan,2000:140). McQuail (2002:72) motif meliputi: motif


(20)

kognitif yaitu kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, Motif Identitas Pribadi yaitu kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, Motif Integrasi dan Interaksi Sosial yaitu kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial, dan Motif Hiburan yaitu kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. Maka pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan atau identik dengan kebutuhan. Dari berbagai kebutuhan tersebut muncul teori

Uses and gratification mengasumsikan bahwa yang menjadi permasalahan

utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendi, 2003:290).

Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media maka penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratifications, dimana sebenarnya khalayak adalah pihak yang aktif dan menggunakan media tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. (Rakhmat, 2001 : 65)

Motif kognitif, adalah motif yang mendasari penonton dalam membutuhkan informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Mendapatkan pengetahuan tentang hal- hal yang ada atau terjadi di sekitar mereka. Penonton ingin memuaskan rasa ingin tahu dan mengetahui minat


(21)

9

umum.keinginan untuk belajar atau bisa juga untuk pendidikan diri sendiri. Dan juga bisa untuk memperoleh rasa aman dan memupuk empati melalui penambahan pengetahuan penonton melalui tayang “scary job”, mungkin melalui informasi dari “scary job” penonton akan lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Motif identitas personal adalah motif yang mendasari penonton untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi , menemukan model perilaku, mengidntifikasikan diri dalam nilai-nilai lain, meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. Dengan contoh, penonton dapat mengukur seberapa besar kepedulian dan empati dirinya ketika di hadapkan dengan orang – orang yang berpofesi seperti di tayangkan dalam “scary job”

Motif integrasi dan interaksi sosial adalah motif yang mendasari penonton untuk memenuhi kebutuhan tentang bagaimana mereka berhubungan dengan lingkungan sekitar mereka, bagaimana meraka bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat. Mungkin dengan menonton dan menyaksikan bagaimana sulitnya para selebritis melakukan pekerjaan yang kadang dianggap sebelah mata ternyata tidak mudah, penonton akan lebih bisa lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya dan menjadikan interaksi social dengan masyarakat mnjdai lebih baik.

Motif Diversi adalah motif yang mendasari penonton untuk melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwadan estetis, penyaluran emosi, dan mengisi waktu. Mungkin dengan menonton tingkah para selebritis yang terlihat konyol dan lucu saat


(22)

melakukan pekerjaannya dalam “scary job” penonton dapat lepas dari kepenatan dan mendapatkan semangat baru untuk beraktifitas kembali. . Jadi jelaslah individu menggunakan media massa karena didorong oleh motif–motif tertentu. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Ada berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media massa. Kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat dapat memberikan hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepian dan media massa juga dapat berfungsi sebagai sahabat. (Rakhmat, 2004 : 207).

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan media paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai tumbuh di masyarakat. (Wibowo, 2007:17)

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota di Negara yang satu dapat ditonton dengan baik di Negara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut maupun jurang. Kehadiran televise dapat menembus ruang dan jarak geografis pemirsa (Effendy, 2000,177)

Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah remaja Surabaya yang berusia 13 – 21 tahun karena segmentasi dari acara Scary


(23)

11

Job ini adalah para remaja. Selain itu pada fase remaja merupakan masa

dimana mereka perpindahan dari anak menuju ke dewasa serta mempunyai tingkat keingintahuan yang tinggi (selalu ingin tahu) terhadap sesuatu yang baru.

Masa remaja terjadi pada usia 13 - 15 tahun, masa remaja akhir pada usia 16 – 18 tahun, dan masa dewasa awal pada usia 19 – 21 tahun, pada periode ini terjadi perubahan yang sangat berarti dalam segi psikologis, emosional, sosial, serta intelektualnya (djamala, 2002 : 107).

Kegiatan khalayak dalam menonton program acara televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik berupa informasi, pendidikan, maupun hiburan. Akan tetapi dalam masalah kepuasan, khalayak memiliki penafsiran sendiri yang mungkin berbeda-beda, dan tergantung dari motif masing-masing khalayak tersebut dalam menonton program acara di televisi.

Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di Surabaya, yaitu remaja dengan umur 13 – 21 tahun . Pemilihan kota Surabaya sebagai lokasi penelitian dikarenakan kota Surabaya adalah kota metropolis kedua setelah Jakarta yang dimana aktivitas malam hari sama dengan siang hari. Juga karena saat ini siaran televisi sudah menjangkau hampir seluruh daerah di Indonesia.


(24)

1.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang diajukan adalah : " Bagaimana motif remaja Surabaya dalam menonton tayangan reality show “Scary Job di Trans7 ".

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif remaja Surabaya dalam menonton tayangan reality show Scary Job di Trans7.

1.2.1 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi tentang penelitian terhadap motif khalayak dalam mengkonsumsi media, khususnya media televisi sebagai referensi yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri media untuk memperhatikan kebutuhan khalayak. Selain itu penelitian dapat memberikan motivasi bagi industri media untuk selalu kreatif dalam mengemas program acaranya tanpa mengabaikan sisi edukatifnya.


(25)

13   

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Televisi

Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah-rumah tidak mungkin menangkap siarat televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin dapat melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tida ada unsur-unsur film. (Effendy, 2003:174)

Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya diusahkan oleh prinsip radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Tanpa gambar tidak mungkin ada apa-apa yang dapa-apat dilihat. Para penonton dapa-apat menikmati siarat televisi, kalau pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Dan gambar-gambar yang dipancarkan itu adalah gambar-gambar yang bergerak. (Effendy, 2003:174)

Televisi dikatakan sebagai “saudara muda” dari radio, karena lahirnya sesudah radio dan karenanya, sebagaimana dikatakan tadi dasarnya adalah radio.

Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, inforamsi, maupun pendiidikan dengan sangat memuaskan. Penonton televisi tidak perlu


(26)

susah-14   

susah pergi ke gedung bisokop atau gedung sandiwara karena pesawat televisi menyajikan ke rumah. (Effendy, 2004:60)

Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. (Morrisan, 2004:1).

2.1.2. Pengaruh Televisi Terhadap Sistem Komunikasi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak terlepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Tetapi sejauh mana pengaruh yang positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak. Di Indonesia, meskipun tidak sebanyak di negara-negara yang sudah maju, penelitian telah dilakukan, baik oleh Departemen Penerangan sebagai lembaga yang paling berkompeten, maupun oleh perguruan-perguruan tinggi. (Effendy, 2003:191)

Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton, ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi ialah


(27)

15   

seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi. (Effendy, 2003:192)

Adalah kelatahan atau barangkali lebih tepat dikatakan peniruan yang seringkali dipermasalahkan yakni peniruan yang negatif, kenyataan televisi tidak selalu menimbulkan pengaruh peniruan negatif, tidak jarang juga yang positif. Yang menjadi persoalan sekarang bagaimana kita harus menggalakkan peniruan yang positif dan mencegah peniruan yang negatif. (Effendy, 2003:192)

2.1.3. Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebgaai manifestasi dari rasa puasnya.

Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002):

a. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.


(28)

16   

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh orang lain.

e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunkaan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian dab kritik terhadap sesuatu.

2.1.4. Definisi dan Deskripsi Motif

Motif adalah suatu pengertian yang meliputi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu tersebut disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuahn dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan,2000:140).

Blumer (Rakhmat, 1999 : 66) motif meliputi: motif kognitif yaitu keinginan untuk menambah pengetahuan baru. Motif identitas personal yaitu keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.Dan motif Integratif Personal yaitu keinginan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk


(29)

17   

memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi.Maka pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan atau identik dengan kebutuhan.

Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah.

Motif merupakan pencerminan motif dan mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan tampak bahwa motif orang pada umumnya banyak rupanya dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya (Gerungan, 2000 : 144).

Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada pendapat McQuail (2002:72) sebagai berikut:

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan

c. Mengetahui pengalaman-pengalaman orang lain tentang pekerjaan mereka


(30)

18   

d. Mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat dan dunia 2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, yang terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

b. Meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan c. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships) Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari: a. Meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat sekitar b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial c. Memperoleh teman selain dari manusia (media)

d. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman, dan masyarakat

4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan b. Bersantai

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis d. Mengisi waktu


(31)

19   

2.1.5. Remaja Sebagai Pemirsa Televisi

Secara psikologis, remaja adalah suatu masa dimana individu mulai terintegrasi beralih kedalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.

Seperti yang dikatakan Monks et.al. (2002 : 260) dalam bukunya psikologi perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu : masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18 tahun) dan masa remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

Masa remaja merupakan fase perkembangan manusia yang sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif. Emosi maupun fisik. Perkembangan intelekyual yang terus menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanyadaripada sekadar melihata apa adanya. Kemampuan intelektal ini yang membedaka fase remaja dengan fae-fase sebelumya (Ali, 2005:9). Karena itulah pada fase ini remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi haus akan


(32)

20   

informasi, dan informasi bisa di dapat dari berbagai sumber yang termasuk di antaranya adalah media massa.

Di dalam kamus bahasa indonesia, remaja didefinisikan sebagai suatu fase dalam kehidupan mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Zakiyah darajat (1974) mengkategorikan bahwa masa remaja sebagai anak yang ada pada masa peralihan dari masa anak anak menuju usia dewasa. Pada masa peralihan ini biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik ditinjau dalam bentuk badan, sikap,cara berpikir, dan bertindak, mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran.

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail, 1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu: pertama, heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang


(33)

21   

sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan. Kedua, pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu. Ketiga, aktif yakni pemirsa sifatnya aktif. Mereka aktif, seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi, benar atau tidak. Keempat, selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang disukainya (Effendy, 1990:84).

2.1.6. Tayangan Reality Show

Sebuah tayangan reality show merupakan suatu bentuk tayangan yang menyajikan kisah kehidupan nyata ( realitas ) yang dikemas dalam drama atau hiburan. Tayangan reality show yang ada dan pernah ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta diantaranya adalah termehek-mehek, curhat, minta tolong, bedah rumah, orang ketiga, jejak petualang dan lainnya. Acara-acara tersebut sangat diminati oleh khalayak karena mampu menyajikan tampilan lain daripada yang lainnya, menghibur dan nyata.

Acara-acara reality show yang ditayangkan tersebut dalam kenyataanya membawa dampak atau efek terhadap tingkat emosional khalayak. Masing-masing khalayak mempunyai tingkat emosi yang berbeda.


(34)

22   

Ada yang sangat senang dengan tayangan tersebut ada yang biasa saja dan sebagainya.

Dari beberapa acara reality show tersebut dalam penelitian ini yang akan di teliti adalah reality show scary job. Hal ini disebabkan acara reality show scary job merupakan acara reality show yang akan mencoba membangun rasa empati para selebriti maupun pamirsanya dengan menantang meraka melakukan dan merasakan pekerjaa yang penuh resiko, menantang namun dengan upah yang kadang tidak sesuai. Acara relity show ini menyampaikan pesan moral yang sangat baik bagi pemirsanya. Dengan demikian diharapkan pesan tersebut akan diikuti oleh masyarakat pemirsanya.

2.1.7. Acara Scary Job di Trans 7

Scary Job sengaja dibuat untuk melihat sejauh mana seorang selebriti berani untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak pernah sekalipun terlintas di benak masyarakat awam. Dengan dipandu oleh Fathir, program berdurasi 30 menit ini akan menyuguhkan realita sehari-hari dalam melakukan pekerjaan yang terkadang luput dari perhatian kita seperti juru kunci makam angker, pawing buaya, penunggu kamar mayat, perawat orang gila, perias mayat, pemain sirkus, pembersih kaca gedung bertingkat dan lain sebagainya. Program ini akan menyajikan bagaimana jika seorang selebriti menjadi tukang pembersih kaca gedung bertingkat di atas gondola yang diupah hanya Rp 900.000/bulan, atau penggali kubur yang hanya diupah Rp 75.000.


(35)

23   

Tayangan ini tidak hanya mengajak selebriti untuk bermain-main, tetapi juga membangun rasa empati dan merasakan pekerjaan penuh risiko dan menantang. Scary Job tayang setiap hari Senin pukul 17.30 WIB di Trans7

2.1.8 Teori Uses dan Gratifications

Teori Uses dan Gratifications merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak. (Effendy, 2003:289)

Pendekatan Uses dan Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobot ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.

Mengenai kebutuhan biasannya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow. Ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar:

1. Psysiological needs (kebutuhan fisiologi) adalah kebutuhan primer yang

menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia seperti kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.

2. Safety needs (kebutuhan keamanan) adalah kebutuhan mengenai

perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.


(36)

24   

3. Love needs (kebutuhan cinta) adalah kebutuhan akan dicintai,

diperhitungkan secara pribadi.

4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan) adalah kebutuhan dihargai secara

prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.

5. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri) adalah kebutuhan

mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.

Model ini memulai dengan lingkungan social (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan social tersebut meliputi cirri-ciri afiliasi kelompok dan cirri-ciri-cirri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs) dikategorisasikan sebagai cognitive needs, effective

needs, personal integrative, social integrative needs, dan escapist needs.

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungannya.

2. Affective needs (kebutuhan Afekjtif) adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) adalah

kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) adalah

kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.


(37)

25   

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) adalah berkaitan dengan upaya

menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman. Untuk memperoleh kejelasan mengenai Model Uses and Gratification maka Katz, Gurevitch dan Haas mengemukakan gambar model Uses and

Gratification dalam Effendy (2003 : 293) adalah sebagai berikut :

Mass Media Use  1. Media type‐

newspaper, radio,  TV, movies  2. Media contents.  3. Exposure to 

media, per se  4. Social context 

of media exposure  Media  Gratifications  (Functions)  1. Surveillance 2. Diversi/entertainme nt 3. Personal

4. Social relationships

Nonmedia Sources of Needs Satisfaction

1. family, friends

2. Interpersonal

communication

3. Hobbies

4. Sleep

5. Drugs etc

  

Individual’s Needs

1. Cognitive needs

2. Affecnitive needs

3. Personal integrative

needs

4. Social integrative

needs

5. Tension-release or

escape Social Environment 1. Demographic characteristics 2. Group affiliations 3. Personality characteristics (psychological dispositions)

Gambar 2.1

Uses dan Gratification Model


(38)

26   

Pada perilaku penggunaan media, teori Uses and Gratification menyatakan bahwa pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi, sehingga terfokus pada apa yang dilakukan khalayak pada media massa yang diteliti disini adalah motif mengkonsumsi media untuk mencari kepuasan.

2.2 Kerangka Pikir

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan kainginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat). Dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi kesetiap rumah para pemirsa dimanapun dan dimanapun mereka berada. Melalui media massa televisi, masyarakat dapat menyaksikan banyak program acara mulai dari hiburan sampai berita (news), apalagi semakin banyak stasiun televisi yang bermunculan dan menyuguhkan banyak sekali program acara yang dikemas dengan semenarik mungkin, sehingga membuat masyarakat untuk lebih aktif memilih program acara yang sesuai dengan kebutuhan untuk menggunakan media massa.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengetahui motif remaja Surabaya tentang program acara reality show “ Scary Job” di Trans 7. Peneliti berusaha mengetahui hal tersebut diatas melalui motif seseorang terhadap objek yang disebabkan karena kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, latar belakang pengetahuan (frame of reference) yang berbeda,


(39)

27   

   

budaya dan psikologis individu yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Program Acara

“Scary Job” Analisis Deskriptif Kesimpulan Motif Pemirsa Dalam

Menonton :

- Motif Informasi

- Motif Indentitas Pribadi - Motif Integrasi Dan

Interaksi Sosial - Motif Diversi

Gambar 2.2.

Bagan Kerangka Berpikir penelitian dalam menonton motif remaja Surabaya tentang Program acara reality show “Scary Job”


(40)

27   

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis, tetapi akan menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana motif remaja Surabaya terhadap tayangan reality show “Scary Job” di Trans7

A. Motif

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu motif timbul karena adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan.

Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut McQuail (2002:72), dimana motif tersebut meliputi:

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Ingin mengetahui kondisi dan jenis- jenis pekerjaan yang ada di


(41)

28   

b. Mencari tahu bagaimana teknis dari pekerjaan – pekerjaan yang

kadang luput dari perhatian.

c. Ingin mengetahui pengalaman masyarakat yang menuturkan kisah

tentang suka duka mereka dalam melakukan pekerjaan yang ber resiko.

d. Ingin mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat dan dunia 2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, yang terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai – nilai pribadi

b. Memupuk rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar

c. Menemukan model perilaku dan figure untuk dicontoh

d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships) Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:

a. Sebagai pertimbangan dalam beruhubungan dan bergaul dengan

masyarakat

b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan

lingkuangan sekitar

c. Memperoleh teman media baru dengan melihat acara televisi

d. Memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan masyarakat

sekitar


(42)

29   

4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:

a. Mencari hiburan. b. Untuk bersantai.

c. Melepas diri dari kejenuhan. d. Mengisi waktu luang.

Indikator untuk motif masyarakat di wilayah Surabaya dapat ditunjukkan melalui total skor dari seluruh jawaban responden atas pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam kuisioner, sehingga untuk mempermudah dapat diuraikan sebagai berikut:

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1

TS (Tidak Setuju) diberi skor 2

S (Setuju) diberi skor 3

SS (Sangat Setuju) diberi skor 4

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternative jawaban ragu-ragu (undecided), alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut:

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.


(43)

30   

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah

(central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan

kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian

sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden. Motif remaja Surabaya terhadap tayangan reality show “Scary Job” di Trans7 digolongkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, tinggi yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus:

Range (R): Skor tertinggi – Skor terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan:

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Pertanyaan antara nilai tertinggi dengan

Jumlah item pertanyaan

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan

Jumlah item pertanyaan

Jenjang : 3  

Melalui rumus diatas maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui motif masyarakat Surabaya terhadap tayangan reality show “Scary Job” di Trans7, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :


(44)

31   

1. Pada motif kognitif terdapat 4 pertanyaan tentang responden terhadap tayangan

reality show “Scary Job” yang ingin mengetahui kondisi dan jenis – jenis pekerjaan yang ada di masyarakat, responden ingin mengetahui teknis dari pekerjaan – pekerjaan tersebut. Selain itu responden juga Ingin mengetahui pengalaman masyarakat yang menuturkan kisah suka dukanya melakoni pekerjaannya. Responden Ingin mendapatkan informasi tentang makna kondisi masyarakat. Semua hal tersebut dilakukan responden.

Motif Informasi = (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 4 3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8 – 11

Tinggi = 12 – 16

2. Pada motif identitas personal terdapat 4 pertanyaan mengenai responden terhadap

tayangan reality show “Scary Job” yang ingin menemukan penunjang dalam nilai-nilai pribadinya, responden dapat memupuk rasa peduli terhadap lingkungannya. Selain itu responden dapat menemukan tokoh atau profil untuk dijadikan panutan di kehidupan sehari-hari. Responden dapat mengidentifikasi diri dengan orang-orang yang ada dalam acara “Scary Job” di Trans7.

Motif Identitas Personal = (4 x 5) – (1 x 4) = (16– 4) = 12 3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8 – 11

Tinggi = 12 – 16


(45)

32   

3. Pada motif integrasi dan interaksi social terdapat 4 pertanyaan terhadap responden

tentang tayangan reality show “Scary Job”, responden ingin sebagai pertimbangan dalam bergaul di masyarakat dan menemukan bahan percakapan saat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain itu responden juga ingin mencari teman media baru, serta memungkinkan berhubungan lebih baik dengan masyarakat sekitar.

Motif integrasi social =(4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 12

3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8 – 11

Tinggi = 12 – 16

4. Pada motif hiburan terdapat 4 pertanyaan tentang responden terhadap

tayangan reality show “Scary Job” responden ingin mencari hiburan, dan

bersantai. Responden Ingin menghilangkan stres karena rutinitas yang padat, atau responden karena anda ingin mengisi waktu luang.Responden ingin ingin bersantai setelah seharian beraktivitas.

Motif Hiburan = (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 12

3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8– 11

Tinggi = 12– 16


(46)

33   

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja di Surabaya, sebagai batasan dari usia penelitian ini peneliti memilih usia 13 – 21 tahun. Penempatan usia ini didasarkan pada massa remaja pertengahan rata-rata berusia 13 – 21 tahun, maka sebagian besar remaja memiliki usia yang masuk dalam kategori pemirsa acara reality show scary job. Jenis kelamin dan tingkat pendidikan juga sangat mempengaruhi pola berfikir dan cara penilaian terhadap suatu fenomena atau kejadian yang ada di sekeliling mereka. Remaja yang berusia 13 – 21 tahun di wilayah surabaya berjumlah 2.013.045 jiwa (Badan Pusat Statistik 2009) yang tersebar di lima wilayah yaitu surabaya pusat, surabaya utara, surabaya selatan, surabaya timur, dan surabaya barat.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan remaja berusia 13 -21 tahun di Surabaya yang menonton acara scary job. Jumlah sampel yang akan diambil dari populasi tersebut, dihitung dengan menggunakan rumus Yamane :

(Rakhmat, 1995:82).

Keterangan : n : Jumlah sample

N   : Jumlah populasi

d : Presisi 10% derajat ketelitian (0,01)

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

multistage cluster random sampling, maka secara sistematis tekhnik penarikan sampel dapat digambarkan sebagai berikut


(47)

34   

N.1.a 

N.b  N.c  N.d 

N.a 

N.1.b 

N.f 

N.e  N.g  N.h 

N.2.b  N.2.a 

N.2  N.1 

Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling dapat dilakukan

melalui 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah penelitian di kota

Surabaya, di mana kota Surabaya terbagi dalam 5 bagian wilayah. Setelah dilakukan pengundian secara random atau acak maka terpilih dua wilayah penelitian, yaitu wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan

b. Tahap kedua, dilakukan pengundian secara acak pada wilayah kecamatan,

dimana wilayah Surabaya pusat memiliki 4 (empat) kecamatan dan Surabaya selatan memiliki 8 (delapan) kecamatan. Setelah dilakukan pengundian secara random maka terpilihlah kecamatan tegalsari dan simokerto untuk wilayah Surabaya pusat dan kecamatan wonokromo dan wonocolo untuk wilayah Surabaya selatan


(48)

35   

c. Tahap ketiga dilakukan pengundian secara acak pada tingkat kelurahan yang

mana setelah dilakukan pemilihan secara random terpilih kelurahan Tegalsari dan Kedungdoro (untuk kecamatan Tegalsari), kelurahan Simokerto dan Simolawang (untuk kecamatan Simokerto), kelurahan Ngagel dan Darmo (untuk kecamatan Wonokromo), kelurahan Margorejo dan Sidosermo (untuk kecamatan wonocolo)

Tabel 3.2

Jumlah Populasi yang berusia 12 tahun hingga 21 tahun

NO Kelurahan Jumlah

1 Tegalsari 6173

2 Kedungdoro 5115

3 Simokerto 6325

4 Simolawang 7771

5 Ngagel 5095

6 Darmo 8324

7 Margorejo 5883

8 Sidosermo 6388

Jumlah 51.027 Sumber : Data BPS 2009

Jumlah populasi yang terdapat pada masyarakat yang berusia 13-21 tahun bertempat tinggal di Surabaya yang berjumlah 2.013.045, berdasarkan data tersebut untuk mengetahui jumlah sampel maka akan dihitung sebagai berikut :


(49)

36   

N = 100

Setelah menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini kemudian menentukan jumlah sampel yang proporsional pada masing-masing kelurahan yang terpilih secara random. Jumlah sampel pada masing-masing kelurahan disesuaikan dengan banyaknya jumlah populasi pada kelurahan tersebut dengan rumus :

 

  

Keterangan :

n1 = Jumlah penduduk di suatu kelurahan. N1 = Ukuran strata ke-1

N = Jumlah seluruh penduduk

n = Jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan (Nazir, 2003:361).

Jumlah sampel untuk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :

 

1. Kelurahan Tegalsari =


(50)

37   

12,09 dibulatkan menjadi 12

2. Kelurahan Kedungdoro =

10,02 dibulatkan menjadi 10

3. Kelurahan Simokerto =

12,39 dibulatkan menjadi 12

4. Kelurahan Simolawang =

15,22 dibulatkan menjadi 15

5. Kelurahan Ngagel =

9,98 dibulatkan menjadi 10

6. Kelurahan Darmo =

16,31 dibulatkan menjadi 16

7. Kelurahan Margorejo =

11,53 dibulatkan menjadi 12

8. Kelurahan Sidosermo =

12,51 dibulatkan menjadi 13


(51)

38   

Sehingga dari jumlah populasi tersebut diperoleh sampel dari tiap kelurahan sebagai berikut :

Tabel 3.3 Jumlah Sampel

NO Kelurahan Jumlah

1 Tegalsari 12

2 Kedungdoro 10

3 Simokerto 15

4 Simolawang 12

5 Ngagel 10

6 Darmo 16

7 Margorejo 12

8 Sidosermo 13

Jumlah 100

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung langsung dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuisioner.

2. Data Sekunder


(52)

39   

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis.

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

% 100

 

P F

N

Keterangan :

P : Persentase Responden

F : Frekuensi Responden

N : Jumlah Responden


(53)

40   

   

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.

NO Motif Frekuensi Prosentase

1 Motif Kognitif A (A/ΣU)100%=F

2 Motif Identitas Pribadi B (B/ΣU)100%= F

3 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial C (C/ΣU)100%= F

4 Motif Hiburan D (D/ΣU)100%= F


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Trans7

TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.

TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif


(55)

41

Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.

TRANS7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. TRANS7 juga menghadirkan program berita dan dokumenter lainnya seperti Selamat Pagi, TKP, Asal Usul, dan Jejak Petualang yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.

Tidak kalah informatif, program hiburan seperti Gosip Pagi, I-Gosip Siang, dan I-I-Gosip News, dan Wara Wiri, semakin lengkap menambah cakrawala di ruang keluarga. Program variety show seperti Full Color dan Komedi Lawak (Kolak) juga selalu dinantikan. TRANS7 juga pernah hadir dengan Empat Mata yang pernah menjadi program fenomenal di Indonesia. Kini Tukul dan Vega ’Ngatini’ hadir kembali di TRANS7 lewat program Bukan Empat Mata.

Program sport TRANS7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta olahraga. para pecinta otomotif, MotoGP dan Superbike mengajak Anda


(56)

untuk memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia. TRANS7 juga menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar pemirsa, di antaranya Sport7, One Stop Football, dan Galeri Sepakbola Indonesia.

TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang dan Si Bolang Jalan-jalan menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru Indonesia. Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Jalan Sesama yang merupakan adaptasi dari Sesame Street juga dipercayakan untuk ditayangkan di TRANS7. Melalui Cita-citaku, TRANS7 berusaha menghadirkan keseharian profesi yang dicita-citakan anak-anak

Dilengkapi dengan sajian film-film berkualitas, Theater7 hadir pada momen-momen spesial, mengisi layar kaca anda. Serial-serial unggulan juga kerap kami hadirkan seperti Smalville, Supernatural, dan Heroes. Jangan lupakan pula program-program musik yang menyuguhkan persembahan para pemusik Indonesia lewat sajian Musik Spesial, 60 Minutes dan On The Spot.

4.1.2. Tayangan Scary Job

Scary Job sengaja dibuat untuk melihat sejauh mana seorang selebriti berani untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak pernah sekalipun terlintas di benak masyarakat awam. Dengan dipandu oleh Fathir, program berdurasi 30 menit ini akan menyuguhkan realita


(57)

sehari-43

hari dalam melakukan pekerjaan yang terkadang luput dari perhatian kita seperti juru kunci makam angker, pawing buaya, penunggu kamar mayat, perawat orang gila, perias mayat, pemain sirkus, pembersih kaca gedung bertingkat dan lain sebagainya. Program ini akan menyajikan bagaimana jika seorang selebriti menjadi tukang pembersih kaca gedung bertingkat di atas gondola yang diupah hanya Rp 900.000/bulan, atau penggali kubur yang hanya diupah Rp 75.000. Tayangan ini tidak hanya mengajak selebriti untuk bermain-main, tetapi juga membangun rasa empati dan merasakan pekerjaan penuh risiko dan menantang. Scary Job tayang setiap hari Senin pukul 17.30 WIB di Trans7

4.1.3. Masyarakat Surabaya

Kota Surabaya secara geografis berada di 7° 9’ – 7° 21’ Lintang Selatan dan 112° 36’ – 112° 57’ Bujur Timur, sebagian besar wilayah Kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan laut, sebagian lagi pada sebelah Selatan merupakan kondisi berbukit-bukit dengan ketinggian 25 - 50 meter diatas permukaan laut.

Luas wilayah Kota Surabaya + 52.087 Ha, dengan 63,45 persen atau 33.048 Ha dari luas total wilayah merupakan daratan dan selebihnya sekitar 36,55 persen atau 19.039 Ha merupakan wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Secara administratif wilayah Kota Surabaya terbagi menjadi 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan.


(58)

Jumlah penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di Kartu Keluarga adalah 2.861.928 jiwa atau sebanyak 755.914 Kepala Keluarga. Komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan jenis kelamin adalah sebanyak 1.437.682 jiwa penduduk laki-laki (50,23 persen) dan 1.424.246 (49,77 persen) jiwa penduduk perempuan. Komposisi penduduk Kota Surabaya berdasarkan kelompok umur atau struktur usia dapat dijelaskan sebagai berikut, proporsi terbanyak adalah pada kelompok usia 26-35 Tahun (557.865 jiwa), selanjutnya adalah pada kelompok usia 36-45 Tahun (524.829 jiwa) dan 46-59 Tahun (464.205 jiwa). Komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan profesi dapat dijelaskan bahwa terbanyak adalah pegawai swasta sejumlah 684.581 jiwa, selanjutnya adalah sebagai ibu rumah tangga sejumlah 527.343 jiwa dan sebagai pelajar sebanyak

448.511 jiwa (http://72.14.235.132/custom?q=cache:8i_uHKjFUO4J:www.surabaya.go.i

d/pdf/ILPPD/ILPPD%25202007.pdf+tingkat+pendidikan+rata+- +rata+penduduk+surabaya&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=pub-5519045392680622/21.40PM)

Kotamadya Surabaya memiliki batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Timur : Selat Madura Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo Sebelah Barat : Kabupaten Gresik


(59)

45

Kotamadya Surabaya terbagi dalam lima wilayah, dengan luas wilayah sebagai berikut :

Surabaya Pusat : 14,78 km Surabaya Utara : 38,32 km Surabaya Timur : 91,19 km Surabaya Selatan : 64,07 km Surabaya Barat : 118,01 km Sedangkan jumlah penduduknya meliputi : Surabaya Pusat : 352.522 Orang Surabaya Utara : 480.245 Orang Surabaya Timur : 783.438 Orang Surabaya Selatan : 676.902 Orang Surabaya Barat : 394.839 Orang

Karakteristik masyarakat Surabaya yang menjadi responden pada penelitian ini adalah para remaja yang berusia antara 13 – 21 tahuni yang pernah menonton tayangan acara Scary Job di Trans7.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 responden, dimana responden tersebut adalah para remaja Surabaya yang berusia antara 13 – 21 tahun yang pernah menonton tayangan acara Scary Job di Trans7, sehingga diperoleh karakteristik responden dengan perincian sebagai berikut :


(60)

4.2.1. Identitas Responden

Jumlah kuesioner adalah sebanyak 100 lembar dan kesemuanya layak untuk diolah tanpa ada yang rusak atau cacat. Dari tabulasi kuesioner didapatkan identitas responden terdiri dari jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir. Untuk identitas responden menurut jenis kelamin, terdaftar pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Tabel Identitas Remaja Surabaya Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

Laki - Laki Perempuan

56 44

56,0 44,0

Jumlah 100 100

Sumber : kuesioner I no:1

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dan berjumlah sebesar 56 orang atau 56% dan sisanya sebanyak 44 orang atau sebesar 44% responden berjenis kelamin perempuan.

Banyaknya responden yang berjenis kelamin laki-laki pada penelitian ini disebabkan karena memang segmentasi tayangan ini adalah sesuai dengan gaya hidup seorang laki-laki, dimana laki-laki cenderung lebih menyukai tantangan dan ingin mencari seorang dewasa yang bisa dijdikan sebagai panutan, maka tayangan ini lebih sesuai untuk responden berjenis kelamin laki-laki.


(61)

47

Tabel 4.2.

Tabel Identitas Remaja Surabaya Menurut Usia

No Usia Jumlah

(orang) Persentase (%) 1. 2. 3.

13 – 15 16 – 18 19 – 21

19 49 32 19,0 49,0 32,0

Jumlah 100 100

Sumber : kuesioner I no:2

Berdasarkan tabel 4.2. diatas, diketahui ibu remaja Surabaya yang menonton tayangan acara Scary Job di Trans7 yang sesuai pada karakteristik sampel pada umumnya berusia antara 16-18 tahun sebanyak 49 orang atau 49%, 13-15 tahun sebanyak 28 orang atau 28%, 19-21 tahun sebanyak 23 orang atau 23%.

Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, responden berusia 16-18 yaitu sebanyak 49 orang dan 13-15 tahun yaitu sebanyak 28 orang, lebih sering menonton tayangan acara Scary Job. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut para remaja ingin mengetahui informasi tentang hal-hal baru dan mencari hiburan melalui tayangan televisi.

Sedangkan untuk mengetahui jumlah dan persentase pendidikan responden, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3.

Tabel Identitas Remaja Surabaya Menurut Jenjang Pendidikan

No. Pendidikan Terakhir Jumlah

(orang) Persentase (%) 1. 2. 3. SMP SMU Perguruan Tinggi 38 45 17 38,0 45,0 17,0

Jumlah 100 100


(62)

Berdasarkan tabel 4.3. diatas, dapat diketahui bahwa tayangan acara

Scaryjob di Trans7 banyak ditonton oleh sebagian besar remaja Surabaya

yang memiliki pendidikan terakhir SMU yaitu sebanyak 45 responden (45%), selanjutnya diikuti dengan remaja Surabaya yang memiliki pendidikan terakhir SMP sebanyak 38 responden (38%). Tingkat pendidikan responden akan sangat mempengaruhi pola pikir dan cara penilaiannya terhadap sesuatu hal. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih luas, dan terbuka pikirannya ketika melihat sesuatu dan berpikir lebih jauh kedepan.

Banyaknya responden yang masih menempuh jenjang SMU dapat dikarenakan pola pikir yang lebih luas dan memilki rasa keingintahuan yang tinggi sehingga dengan adanya kondisi tersebut responden dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas.

4.2.2. Motif Responden Menonton Tayangan Acara “Scary Job” di Trans7

Dibawah ini merupakan data yang menunjukkan tentang motif responden dalam menonton tayangan Scary Job di MetroTV. dimana jawaban-jawaban tersebut dikelompokkan, di deskripsikan menjadi empat motif, yaitu : motif Kognitif, motif Personal Identity (Identitas Pribadi), motif integrasi dan interaksi sosial dan motif Diversi (Hiburan). Pada masing-masing motif tersebut terdapat pernyataan-pernyataan yang


(63)

49

merupakan indikator dari motif yang bersangkutan, selengkapnya sebagai berikut :

4.2.2.1. Motif Kognitif

Motif Kognitif berkaitan dengan kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, memperoleh pengetahuan dan wawasan. Pada motif Kognitif terdapat empat pertanyaan untuk mengetahui jawaban responden mengenai dorongan dari motif Kognitif dalam menonton tayangan reality show Scary Job di Trans7, penjabaran pada tiap indikatornya disajikan dibawah ini :

1. Mencari informasi tentang jenis-jenis pekerjaan yang ada di masyarakat.

Sesuai dengan hasil penyebaran kuesioner pada item pertanyaan motif kognitif, mencari informasi tentang jenis-jenis pekerjaan yang ada di masyarakat, diperoleh sebaran jawaban yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.4.

Motif Kognitif Responden

Mencari Informasi Tentang Jenis Pekerjaan Yang Ada di Masyarakat

No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Tidak Setuju 8 8,0

2 Tidak Setuju 16 16,0

3 Setuju 36 36,0

4 Sangat Setuju 39 39,0

Total 100 100

Sumber : Kuesioner II. No 1

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memberikan jawaban sangat setuju sejumlah 39 responden


(64)

atau sebesar 39% responden. selanjutnya responden yang menjawab setuju sejumlah 36 responden atau sebesar 36%, dan yang menjawab tidak setuju ada 16 responden atau 16%, sedangkan yang paling sedikit menjawab sangat tidak setuju ada sebanyak 9 responden atau 9%.

Banyaknya responden yang menyatakan sangat setuju dapat disebabkan dalam program reality show “Scary Job” di Trans7 bermacam macam jenis pekerjaan berbeda di setiap episodenya. Dan pekerjaan-pekerjaan tersebut sering sebuah pekerjaan-pekerjaan yang jarang diketahui oleh responden.

Sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju dapat disebabkan dalam program reality show “Scary Job” di Trans7 responden sudah pernah mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang di jadikan tantangan dalam acara “scary job”.

2. Keinginan Mengetahui Teknis dari Pekerjaan yang Ada

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada item pertanyaan motif kognitif mencari informasi bagaimana pelaksanaan teknis dari pekerjaan yang ada diperoleh sebaran jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.5

Motif Kognitif Responden

Keinginan Mengetahui Pekerjaan dari segi teknis pelaksanaan No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 7 7

2 Tidak Setuju 13 13

3 Setuju 36 36

4 Sangat Setuju 44 44

Total 100 100


(65)

51

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memberikan jawaban sangat setuju sejumlah 44 responden atau sebesar 44% responden. selanjutnya responden yang menjawab setuju sejumlah 36 responden atau sebesar 36%, dan yang menjawab tidak setuju ada 13 responden atau 13%, sedangkan yang paling sedikit menjawab sangat tidak setuju ada sebanyak 7 responden atau 7%.

Banyaknya responden yang menyatakan sangat setuju dapat disebabkan dalam program reality show “Scary Job” di Trans7 menayangkan bagaimana pekerjaan-pekerjaan yang ada di acara “Scary

Job” dilakukan dan di beri penjelasan dengan baik oleh seorang yang

profesional di bidang pekerjaan tersebut.

Sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju dapat disebabkan dalam program reality show “Scary Job” Trans7 penjelasan dan pelaksanaan teknis dari pekerjaan-pekerjaan tersebut masih kurang gamblang dan kurang mengena di dalam pemikiran responden.

3. Mengetahui pengalaman masyarakat yang menuturkan kisah suka dukanya dalam melakukan pekerjaan yang beresiko.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada motif kognitif mengetahui pengalaman masyarakat tentang suka suka dalam melakukan pekerjaan yang beresiko diperoleh sebaran jawaban sebagai berikut:


(66)

Tabel 4.6

Motif Kognitif Responden

Mengetahui pengalaman masyarakat yang ingin menuturkan kisah suka duka dalam melakukan pekerjan yang beresiko.

No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 6 6

2 Tidak Setuju 17 17

3 Setuju 32 32

4 Sangat Setuju 45 45

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No.II.3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan jawaban sangat setuju terhadap pertanyaan yang diajukan, hal tersebut ditunjukkan dengan keterangan sangat setuju yang berjumlah sebanyak 45 responden atau sebesar 45%. Pada tingkatan berikutnya ada sebanyak 32 responden atau 32% yang menjawab setuju, sedangkan sisanya menjawab tidak setuju sebayak 17 responden atau 17% dan sebanyak 6 responden atau 6% menjawab sangat tidak setuju.

Banyaknya responden yang menjawab sangat setuju karena menurut mereka dengan menonton program reality show “Scary Job” di Trans7. Dapat mengetahui pengalaman masyarakat yang menuturkan kisah bagaimana suka duka mereka menjalani pekerjaan yang kdang penuh resiko dan berbahaya, sehingga mereka dapat menambah pengetahuan jika mungkin suatu saat dihadapkan dengan pekrjaan seperti itu.

Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak setuju mereka berpendapat bahwa kisah dari para pekerja tersebut tidak perlu di ceritakan


(67)

53

krena akan menumbuhkan rasa takut akan pekerjaan tersebut kepada para pemirsanya.

4. Mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat dan dunia. Dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden diperoleh sebaran jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.7

Motif Kognitif Responden

Mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat dan dunia. No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 6 6

2 Tidak Setuju 11 11

3 Setuju 45 45

4 Sangat Setuju 38 38

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No.II.4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan jawaban setuju terhadap pertanyaan yang diajukan, hal tersebut ditunjukkan dengan keterangan setuju sejumlah 45 responden atau sebesar 45%. Sebanyak 38 responden atau 38% menjawab sangat setuju terhadap pernyataan yang diajukan oleh peneliti dan sisanya sebanyak 11 responden atau 11% menjawab tidak setuju dan yang menjawab sangat tidak setuju ada sebanyak 6 responden atau 6%.

Banyaknya responden yang menjawab setuju bahwa dengan menonton program reality show “Scary Job” di Trans7 dapat memberi inspirasi tentang bagaimana kondisi masyarakat yang ada di Indonesia,


(1)

mengisi waktu luang dan bersantai. Sedangkan pada kategori sedang sebanyak 26 responden (26%). Hal ini dikarenakan responden ingin mendapatkan informasi yang bermanfaat, terhibur, dan juga untuk dapat menghilangkan kejenuhan dan kepenatan setelah seharian melakukan aktifitas kerja. Terakhir pada kategori rendah terdapat 0 responden (0%), hal ini dikarenakan responden menonton tayangan program reality show “Scary Job” di Trans7 karena mereka menganggap acara ini mempunyai daya tarik yang baik untuk penonton setianya.


(2)

   

74  BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, yakni bab IV maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Motif informasi, dalam penelitian ini motif informasi yang mendorong remaja untuk menonton program acara “Scary Job” berada pada kategori tinggi. Sebagian besar remaja Surabaya menonton program acara “Scary Job” untuk menambah pengetahuan tentang bermacam-macam jenis pekerjaan yang kadang luput dari perhatian mereka, mengetahui cara bagaimana pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan oleh professional di bidangnya, dan mengetahui bagaimana suka duka orang-orang yang mempunyai pekerjaan dengan resiko tinggi.

2. Motif identitas personal, pada penelitian motif identitas personal yang mendorong responden dalam menonton program acara “Scary Job” berada pada kategori tinggi. Dimana dalam menonton program acara “Scary Job” mereka ingin menonjolkan nilai-nilai pribadinya kepada orang lain. Misalnya mendapatkan seorang tokoh yang menurut mereka layak untuk dijadikan panutan. Selain itu responden juga ingin memupuk rasa empati dan peduli agar


(3)

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari dengan lingkungan sekitar mereka.

3. Motif integrasi dan interaksi sosial, pada penelitian motif integrasi dan interaksi sosial yang mendorong responden dalam menonton program acara “Scary Job” berada pada kategori tinggi. Dimana dalam menonton program acara “Scary Job” mereka ingin mendapatkan bahan pembicaraan agar dapat menjalin hubungan dengan masyarakat di sekitarnya. Selain itu responden menonton program “Scary Job” sebagi bahan pertimbangan dalam bergaul dengan lingkungan sekitar.

4. Motif hiburan, yang dalam penelitian responden yang didorong oleh rasa ingin terhibur dari program acara “Scary Job” juga berada pada kategori tinggi. Remaja Surabaya menonton program acara “Scary Job” dalam rangka ingin melepaskan diri dari kejenuhan rutinitas yang mereka jalani sehari-hari.

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa remaja Surabaya yang dilandasi oleh motif informasi, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan dalam menonton Program acara “Scary Job” di Trans7 sangat dominant dalam penelitian ini. Namun berada pada kategori tinggi adalah motif hiburan. Sebenarnya kempat motif tersebut yang mendasari remaja Surabaya dalam menonton program acara “Scary Job” di Trans7, namun yang paling kuat dalam mempengaruhi mereka adalah motif hiburan dan identitas personal..


(4)

   

76    5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian dan survey kepada obyek yang diteliti, dalam hal ini remaja Surabaya, maka peneliti mempunyai saran sebagai berikut :

1. Remaja Surabaya setelah menonton tayangan program “Scary Job” lebih mempunyai rasa empati dan lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya, juga agar lebih dapat menghargai orang lain apapun profesi mereka.

2. Untuk acara “Scary Job” agar lebih dapat memberikan tayangan yang lebih bervariarif baik dari segi informasi, dan bagaimana memberi contoh yang lebih baik dalam menangani sebuah pekerjaan dengan baik agar dapat memberikan hiburan yang lebih bagi para pemirsa setianya.

3. Bagi penelitian yang akan datang , disarankan agar menggunakan obyek penelitian yang lebih kontroversial, serta dapat menambah referensi yang digunakan. Sehingga diharapkan, bisa memperoleh hasil yang lebih tergeneralisasi dengan baik di semua kalangan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Effendy, Onong Uchjana,1993 : Televisi siaran,Teori dan Praktek, CV. Mandar Maju, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana,2000 : Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana, 2002 : Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Gerungan, 2000: Psikologi Sosial, Erosco, Jakarta.

Kuswandi, Wawan, 1996: Komunikasi Massa Dalam Sebuah Analisis Media Televisi, Rineka Cipta, Jakarta.

Mangkunegara, 2002 : Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mc. Quail, Dennis, 1994: Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Morrisan, 2004: Jurnalistik TV Mutakhir, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rakhmat, Jalaluddin, 1999: Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Sastro, Darmanto.S, 1992: Televisi sebagai Media Hiburan atau Pendidikan, Penerbit Duta Wacana University Press.

Winarso, Heru Puji, 2005: Sosiologi Komunikasi Massa, Prestasi Pustaka, Jakarta.


(6)

77 Non Buku :

http://www.republika.co.id/koran/0/30107/Mengisi_Prime_Time_dengan_K omedi diakses pada 22 desember 2009, 08.44 pm

http://www.surya.co.id/2009/06/13/tompi-dari-nyanyi-ke-host.html diakses pada 22 desember 2009, 07.32 pm

http://www.trans7.co.id/trans7new/index.php?option=com_content&task=vi ew&id=6891&Itemid=429 diakses pada 23 desember 2009, 09.25 pm


Dokumen yang terkait

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 0 85

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 1 85

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA “PRIMITIVE RUNAWAY” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Di Surabaya Terhadap Tayangan Acara “Primitive Runaway” Di Trans TV).

0 0 87

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

0 4 88

MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW BELAJAR INDONESIA (Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Acara Reality Show “Belajar Indonesia” di Trans TV).

0 1 98

MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW BELAJAR INDONESIA (Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Acara Reality Show “Belajar Indonesia” di Trans TV).

0 0 24

MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA SCARY JOB DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja di Surabaya Terhadap Tayangan Acara Scary Job di Trans7)

0 0 24

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

0 0 20

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA “PRIMITIVE RUNAWAY” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Di Surabaya Terhadap Tayangan Acara “Primitive Runaway” Di Trans TV)

0 0 23

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 1 19