ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA PADA BANK UMUM DI JAWA TIMUR.

(1)

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA PADA

BANK UMUM DI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

DiajukanOleh : MAULITA SUSANTI

0811010019 / FE/ IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA PADA

BANK UMUM DI JAWA TIMUR

Disusun Oleh :

MAULITA SUSANTI

0811010019/FE/IE

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 2012

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Prof.Dr.H.Djohan Mashudi, SE.MS Prof.Dr.H.Djohan Mashudi, SE.MS Sekretaris

Dr. Sri Muljaningsih, SE. MP

Anggota

Dra. Ec. Titiek Nurhidayati

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Drs. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 196309241989031001  


(3)

SKRIPSI

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA PADA

BANK UMUM DI JAWA TIMUR

Yang diajukan :

MAULITA SUSANTI

0811010019/FE/IE

telah disetujui untuk diseminarkan oleh

PembimbingUtama

Prof. Dr. H. Djohan Mashudi, SE.MS Tanggal : ………..

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP NIP. 196111201987032001


(4)

SKRIPSI

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA PADA

BANK UMUM DI JAWA TIMUR

Yang diajukan :

MAULITA SUSANTI

0811010019/FE/IE

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

PembimbingUtama

Prof. Dr. H. Djohan Mashudi, SE.MS Tanggal : ………..

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP NIP. 196111201987032001


(5)

KATA

PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA PADA BANK UMUM DI JAWA TIMUR“.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa dalam menempuh ujian skripsi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak terutama Bapak Prof. Dr. H. Djohan Mashudi, SE.MS selaku dosen pembimbing. Maka kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Utama Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur , yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas perijinan dan guna pelaksanaan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN “ Jawa Timur.


(6)

3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur, yang telah memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. Djohan Mashudi, SE.MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan, dorongan, masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf KaryawanFakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Kedua Orang Tuaku beserta Semua Anggota Keluargaku yang tercinta, tiada kata yang bisa saya ucapkan selain kata terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah memberikan curahan kasih sayangnya selama ini, yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, dan dorongan moral serta spiritualnya yang tulus kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

7. Bapak dan Ibu Bank Indonesia Surabaya dan Badan Pusat Statistik Surabaya, yang telah memberikan izin, informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

8. Terimakasih kepada teman-teman saya yang telah memberi support dan dukungan kepada saya yang telah membantu mengerjakan skripsi hingga selesai, juga tak lupa secara khusus kepada Lailatul Rochma sahabat saya yang memberi semangat dan saat mengerjakan skripsi bersama.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan maka memungkinkan sekali bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, namun demikian skripsi ini diusahakan sesuai dengan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untuk penelitian selanjutnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya , 27 Maret 2012


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

ABSTRAKSI... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 8

2.2. Landasan Teori... 12

2.2.1. Pengertian Dan Fungsi Bank... 12

2.2.1.1. Jenis Bank... 14

2.2.1.2. Sumber Dana Perbankan ... 15

2.2.1.3. Peranan Perbankan ... 16

2.2.2. Pengertian Tingkat Suku Bunga... 17

2.2.2.1. Teori Tingkat Suku Bunga ... 20

2.2.2.2. Pengertian Tingkat Suku Bunga Deposito... 26

2.2.2.3. Penentuan Suku Bunga Di Indonesia ... 28


(9)

2.2.3.1. Pengertian Deposito... 29

2.2.3.2. Jenis-Jenis Deposito ... 30

2.2.3.3. Fungsi Deposito... 31

2.2.3.4. Deposito Berjangka ... 32

2.2.4. Likuiditas Bank ... 33

2.2.4.1. Pengertian Likuiditas Bank ... 33

2.2.4.2. Teori Pengelolaan Likuiditas Bank ... 36

2.2.4.3. Hubungan Antara Likuiditas Bank Dengan Tingkat Suku Bunga Deposito ... 37

2.2.5. Investasi ... 38

2.2.5.1. Teori Investasi ... 38

2.2.5.2. Macam – Macam Investasi... 40

2.2.6. Kurs ... 42

2.2.6.1. Pengertian Kurs ... 42

2.2.6.2. Sistem Kurs Berubah - Ubah ... 44

2.2.6.3. Sistem Kurs Stabil ... 45

2.2.6.4. Pengawasan Devisa ... 46

2.2.6.5. Kurs Mengambang ... 47

2.2.6.6. Keunggulan Dan Kelemahan Kurs Mengambang ... 49

2.2.6.7. Hubungan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Dengan Tingkat Suku Bunga Deposito ... 50

2.2.7. Inflasi ... 51

2.2.7.1. Pengertian Inflasi... 51

2.2.7.2. Hubungan Antara Tingkat Inflasi Dengan Tingkat Suku Bunga Deposito ... 58

2.2.8. Jumlah Uang Beredar ... 59

2.2.8.1. Pengertian Jumlah Uang Beredar ... 59

2.2.8.2. Teori Permintaan Uang ... 60

2.2.8.2.1. Teori Kuantitas Uang ... 60

2.2.8.2.2. Teori Permintaan Uang Keynes... 61


(10)

2.2.8.3.1. Teori Penawaran Uang Tanpa Bank.. 64

2.2.8.3.2. Teori Penawaran Uang Modern... 66

2.2.8.4. Hubungan Antara Jumlah Uang Beredar Dengan Tingkat Suku Bunga Deposito ... 68

2.2.9. PDRB ... 69

2.2.9.1. Pengertian PDRB... 69

2.2.9.2. Perhitungan PDRB Jawa Timur ... 70

2.2.9.3.Istilah - Istilah Yang Berhubungan Dengan Perhitungan PDRB ... 71

2.2.9.4. Pendekatan Perhitungan PDRB ... 71

2.2.9.5. Hubungan Antara PDRB Dengan Tingkat Suku Bunga Deposito ... 73

2.3. Kerangka Pikir ... 74

2.4. Hipotesis... 78

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 79

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 81

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 81

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 82

3.4.1. Teknik Analisis... 82

3.4.2. Uji Hipotesis ... 85

3.5. Asumsi Klasik ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Objek Penelitian... 93

4.1.1. Letak Geografis... 93


(11)

4.1.3. Kondisi Alam ... 94

4.2. Deskriptif Hasil Penelitian ... 95

       4.2.1. Perkembangan Tingkat Suku Bunga ... 95

4.2.2. Perkembangan Likuiditas Bank ... 96

4.2.3. Perkembangan Kurs Valuta Asing ... 97

4.2.4. Perkembangan Inflasi ... 98

4.2.5. Perkembangan Jumlah Uang Beredar ... 99

4.2.6. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto ... 100

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Kalsik ( Blue / Best Linier Unbised Estimator) ... 101

4.3.1. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 106

4.3.1.1. Uji hipotesis Secara Simultan... 107

4.3.1.2. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 109

4.3.2. Pembahasan ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 121

5.2. Saran... 123

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Permintaan Dana Tabungan... 22

Gambar 2. Kurva Kesimbangan Dalam Pasar Uang ... 25

Gambar 3. Demand Pull Inflation... 51

Gambar 4. Cost Push Inflation... 52

Gambar 5. Permintaan Uang Untuk Spekulasi ... 62

Gambar 6. Permintaan Uang Kas Pada Tingkat Bunga... 62

Gambar 7. Efek Jumlah Uang Terhadap Tingkat Bunga... 67

Gambar 8. Paradigma Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Simpanan Deposito Pada Bank Umum Di Jawa Timur . 75 Gambar 9. Daerah Kritis Ho Melalui Kurva Distribusi F ... 84

Gambar 10. Daerah Kritis Ho Melalui Kurva Distribusi T ... 86

Gambar 11. Kurva Statistik Durbin – Watson ... 103

Gambar 12. Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis Secara Simultan Atau Keseluruhan ... 108

Gambar 13. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Likuditas Bank (X1) Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito (Y) ... 110

Gambar 14. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs Valas (X2) Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito (Y) ... 111

Gambar 15. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Inflasi (X3) Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito (Y) ... 113

Gambar 16. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Jumlah Uang Beredar (X4) Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito (Y) ... 114

Gambar 17. Kurva Distribusi Hasil Analis Secara Parsial Faktor PDRB (X5) Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito (Y) ... 115


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Autokorelasi Kriteria Durbin – Watson... 90 Tabel 2. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito Di Jawa Timur

Tahun 1998 - 2010 ... 96 Tabel 3. Perkembangan Likuiditas Bank Di Jawa Timur

Tahun 1998 - 2010 ... 97 Tabel 4. Perkembangan Kurs Valuta Asing Di Jawa Timur

Tahun 1998 - 2010 ... 98 Tabel 5. Perkembangan Inflasi Di Jawa Timur

Tahun 1998 - 2010 ... 99 Tabel 6. Perkembangan Jumlah Uang Beredar Di Jawa Timur

Tahun 1998 - 2010 ... 100 Tabel 7. Perkembangan PDRB Di Jawa Timur

Tahun 1998 - 2010 ... 101 Tabel 8. Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Sperman Korelasi .... 105 Tabel 9. Analisis Varian ( ANOVA ) ... 107 Tabel 10. Hasil Analisis Variabel Likuiditas Bank (X1), Kurs Valas (X2),

Inflasi (X3), Jumlah Uang Beredar (X4) dan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input Jawa Timur

Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)

Lampiran 3 : Coefficients dan Collinearity Diagnostics

Lampiran 4 : Residuals Statistics dan Nonparametric Correlations Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai F

Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai t

Lampiran 7 : Tabel Pengujian Nilai Durbin-Watson


(15)

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA PADA

BANK UMUM DI JAWA TIMUR

OLEH :

Maulita Susanti

Abstraksi

Pengertian deposito adalah sejenis produk investasi / tabungan yang ditawarkan oleh bank kepada masyarakat. Kelebihan tabungan deposito adalah tingkat suku bunga bank yang diberikan lebih besar daripada produk tabungan biasa namun uang yang telah disimpan hanya boleh ditarik nasabah setelah jangka waktu tertentu. Deposito biasa dikenal juga sebagai deposito berjangka.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui likuiditas bank, kurs valuta asing, tingkat inflasi, jumlah uang beredar dan produk domestik regional bruto berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Jawa Timur.

Dan penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur 1998-2010. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan alat bantu computer program Statistic Program For Social Science (SPSS) Versi 13.0 yang menunjukan pengaruh secara signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independent terhadap Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum Di Jawa Timur (Y), maka dapat diketahui bahwa variabel Likuiditas Bank (X1) dan PDRB (X5) merupakan variabel yang paling

dominan berpengaruh terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka di Jawa Timur. Dengan melihat hasil koefisien variabel independent Kurs Valuta Asing (X2), Inflasi (X3), dan Jumlah Uang Beredar (X4) merupakan variabel yang tidak

dominan terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka di Jawa Timur.

Kata Kunci : Likuiditas Bank (X1), Kurs Valuta Asing (X2), Inflasi (X3), Jumlah

Uang Beredar (X4), dan PDRB (X5) terhadap Tingkat Suku Bunga


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang membangun, memiliki banyak permasalahan yang dihadapi dalam melekukan pembangunan. Salah satu masalah tersebut adalah kecilnya modal yang dimiliki. Modal sebagai sumber pembiayaan pembangunan bisa berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Bank sebagai lembaga keuangan, memiliki usaha pokok yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat untuk jangka tertentu secara efektif dan efesien. Sebagai lembaga keuangan bank sangat dibutuhkan masyarakat karena itu pengaturan gerak langka perbankan sangat erat kaitanya dengan kebijaksanaan moneter pemerintah sebagaimana erat kaitannya bank dengan uang. Dengan kebijaksanaan moneter pemerintah dapat mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga bank meskipun tidak secara langsung ikut menetapkan besar kecilnya suku bunga bank tersebut. (Suyatno, 2001 : 23)

Krisis perbankan yang masih berjalan saat ini di dahului dengan adanya distress dalam perbankan, pada waktu terjadinya penurunan deposito dan tabungan serta terkotak - kotaknya pasar uang antar bank (ada kompartemenisasi pasar uang antara bank) karena menurunnya kepercayaan terhadap perbankan. Bank - bank yang lemah dan tidak


(17)

dapat memperoleh dana dari pasar uang terpaksa menggantungkan diri pada BI sebagai sumber dana untuk posisi likuiditas masing - masing.

Perkembangan dan kemajuan bank dalam memberikan pelayanan sejalan dengan petumbuhan dan perkembangannya ekonomi masyarakat. Apalagi dalam era reformasi seperti sekarang ini dengan perkembangan yang pesat pada sistem ekonomi global, bank dituntut dapat maju kedepan sebagai pemberi informasi yang cepat dan akurat sekaligus sebagai penyundang dana keuangan bagi berbagai transaksi bisnis baik berskala lokal, nasional maupun nasional.

Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi - sendi perekonomian, termasuk perbankan. Inflasi merupakan salah satu dampak dari terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda suatu negara. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga - harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus - menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsic) mata uang suatu Negara. (Tajul Kahalwaty, 2000 : 5)

Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang memegang perananan penting bagi kelancaran arus dana pembangunan terutama sekali dalam membiayai berbagai aktifitas yang berhubungan dengan uang selain itu lembaga perbankan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.


(18)

Sejalan dengan cepatnya proses pembangunan nasional perbankan Indonesia. Akhir - akhir ini telah mengalami perkembangan yang pesat yaitu dengan dihasilkannya jumlah produk - produk perbankan seperti giro, tabungan, deposito dan sebagainya.

Menabung atau investasi di sektor perbankan merupakan pengetahuan yang dimiliki hampir oleh semua kalangan masyarakat. Sektor perbankan sampai menjadi idola dan pilihan masyarakat untuk menyimpan dana serta investasi untuk tujuan masa depan. Tapi begitu krisis melanda indonesia sektor perbankan terkena dampak yang sangat kronis. Selama masa krisis banyak bank yang terkena likuidasi. Sampai saat ini sektor ini belum kembali pulih seperti sebelumnya dengan melihat serta mempelajari kembali berbagai produk atau jasa yang ditawarkan oleh sektor perbankan menjadi sangat dibutuhkan.

Efek dari kebijaksanaan tersebut bank - bank swasta maupun pemerintah menaikkan suku bunga. Tentunya keadaan ini bukan gejala yang baik bagi perekonomian dalam negeri. Upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah uang beredar melalui kebijaksanaan moneter dengan menaikkan tingkat bunga sejalan dengan likuidity theory dari Keynes yang menjelaskan tentang hubungan antara jumlah uang beredar dengan tingkat bunga adalah arah yang berlawanan atau dengan perkataan lain jika jumlah uang beredar turun, ceteris paribus, tingkat bunga naik dan sebaliknya.


(19)

Adapun kondisi tingkat bunga di Indonesia tinggi atau rendahnya tidak hanya dapat dijelaskan dengan kondisi riil uang beredar, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh aktifitas ekonomi lain, seperti inflasi, terutama harapan inflasi masyarakat. Hal tersebut didasarkan atas adanya ekspansi kebijaksanaan moneter, kecepatan dan kekuatan respon dari pendapatan nasional terhadap ekspansi moneter.

Jumlah uang beredar yang tinggi akan mempengaruhi pertimbangan pengambilan kebijaksanaan pemerintah untuk menaikkan tingkat bunga, pengeluaran pemerintah yang tinggi mendorong pembengkakan anggaran Negara yang membutuhkan dana yang besar sehingga kebijaksanaan untuk menghimpun dana dengan menaikkan tingkat bunga, peningkatan produk-produk nasional mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berbanding terbalik dengan tingkat bunga sedangkan tingkat inflasi menyebabkan pertimbangan kebijaksanaan tingkat bunga dan berbanding terbalik dengan kebijaksanaan tingkat inflasi, tinggi inflasi mempengaruhi kebijaksanaan untuk meningkatkan tingkat bunga.

Pandangan umum yang berlaku saat ini, suku bunga memiliki hubungan negatif dengan inflasi, menaikkan suku bunga berarti menurunkan inflasi ketika suku bunga dinaikkan, maka orang akan tertarik untuk menyimpan uang dibank, sehingga akan mengurangi jumlah uang beredar, akibatnya saat itu inflasi turun. Tetapi konsekuensinya dari penerapan suku bunga ialah adanya besaran tertentu


(20)

yang nilainya sudah ditentukan di awal. Nilai itu harus dibayar bank kepada nasabah pada saat bunga tersebut jatuh tempo. (Anonim, 2007)

Perkembangan tingkat suku bunga deposito berjangka yang mengalami fluktuasi mendasari perlunya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berpengaruh terhadap penentuan tingkat tingkat suku bunga deposito berjangka terutama pada bank umum di Jawa Timur.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas pada latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“ Apakah likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan PDRB mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Jawa Timur?”

1.3 Tujuan Penelitian

Setelah melihat latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :

“Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan


(21)

PDRB berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Jawa Timur.”

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui kondisi dan perkembangan tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Jawa Timur yang di pengaruhi oleh likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi, jumlah uang beredar, dan PDRB.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang berhubungan dengan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Jawa Timur.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah tingkat bunga, pernah disampaikan oleh beberapa peneliti :

1. Maslichah ( 2001 )

Dengan judul penelitian “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Swasta Nasional

di Indonesia”, dengan variabel terikat (Y) adalah tingkat suku bunga

deposito berjangka, sedangkan variabel bebas meliputi tingkat suku bunga SBI (X1), jumlah uang yang beredar (X2), dan kurs rupiah terhadap dollar (X3). Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hanya variabel tingkat suku bunga SBI (X1) saja yang berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Sedangkan variabel jumlah uang yang beredar (X2) dan kurs rupiah terhadap dollar (X3) tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka.

2. Elin. D ( 2011 )

Dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor Yang


(23)

Umum Di Indonesia” Berdasarkan hasil penelitian secara simultan diperoleh Fhitung sebesar 5,551 > Ftabel 3,48 maka H0 ditolak dan Hi diterima. Sedangkan uji pengaruh masing – masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat digunakan uji t, yaitu variabel likuiditas bank (X1) Thitung sebesar -0,620 < Ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh secara nyata negative terhadap tingkat suku bunga deposito (Y), Variabel kurs valuta asing terhadap US $ (X2) Thitung sebesar 0.316 < Ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat suku bunga deposito (Y). Variabel tingkat inflasi (X3) Thitung sebesar 2,412 < Ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial berpengaruh positif terhadap tingkat suku bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y). Variabel jumlah uang beredar (X4) Thitung sebesar 0,778 < Ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap tingkat suku bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y). Dan dari semua variabel bebas di atas yang mempunyai pengaruh paling dominan adalah tingkat inflasi (X3).

3. Kurniawati ( 2004 )

  Dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada PT.

BANK RAKYAT INDONESIA ( persero ) Tbk”. Dengan variabel

terikat (Y) ialah suku bunga deposito pada PT. BRI ( persero ) Tbk. Sedangkan variabel bebas meliputi tingkat suku bunga Sertifikat Bank


(24)

Indonesia (SBI) (X1), kurs rupiah terhadap dollar (X2), produk domestik bruto (X3), Singapura Interbank Offer Rate (X4). Dari hasil analisis dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah terhadap US $, produk domestik bruto dan singpura interbank offer rate terhadap suku bunga deposito pada PT. BRI (persero) Tbk, Dapat diketahui dari uji-F yaitu diperoleh uji-F-hitung = 52,808 > uji-F-tabel = 3,06 sedangkan secara parsial variabel tingkat suku bunga SBI (X1) berpengaruh nyata terhadap suku bunga deposito pada PT. BRI (persero) Tbk (Y) dengan menggunakan uji-t dimana t-hitung = 4,882 > t-tabel = 2,131, variabel kurs rupiah terhadap US $ (X2) berpengaruh nyata terhadap suku bunga deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (Y) dimana T-hitung = 2,410> T-tabel = 2,131, variabel produk domestik bruto (X3) berpengaruh nyata terhadap suku bunga deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (Y) dimana t-hitung 2,262 > t-tabel = 2,131 dan variabel singapura interbank offer rate (X4) tidak berpengaruh terhadap suku bunga deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (Y) dengan menggunakan uji-t dimana t-hitung =-1,061 > -t-tabel = -2,131.

4. Anita Ambar Ary ( 2004 : UPN )

Dengan judul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Deposito Berjangka Pada Bank Swasta Nasional di Jawa Timur”.

Menggunakan data sekunder mulai tahun 1988 – 2002. Hasil yang dapat disimpulkan bahwa secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang


(25)

nyata antara variabel bebas pendapatan perkapita (X1), jumlah kantor bank (X2), dan inflasi (X3) terhadap deposito berjangka (Y) sedangkan secara parsial, variabel pendapatan perkapita (X1) berpengaruh nyata terhadap deposito berjangka (Y) sedangkan variabel jumlah kantor bank (X2) dan variabel inflasi (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap deposito berjangka.

Adapun perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu, yaitu perbedaanya terletak pada kurun waktu, tempat penelitian, dan ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian. Variabel – variabel yang digunakan adalah variabel terikat yaitu tingkat suku bunga deposito berjangka (Y) dan empat variabel bebasnya adalah Likuiditas Bank (X1), Kurs Valas (Rupiah Terhadap US $) (X2), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) (X3), dan Jumlah Uang Beredar (X5).

5. Rani Saraswaty ( 2005 : UPN )

Dengan judul “Analisis Simpanan Deposito Berjangka Di

Jawa Timur (Studi Komparasi Bank Umum Dan Bank Perkreditan

Rakyat)”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara

simultan variabel bebas untuk suku bunga deposito (X1), suku bunga SBI (X2), inflasi (X3), jumlah kantor bank (X4), tidak berpengaruh terhadap simpanan deposito berjangka pada BPR (Y), sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh nyata antara suku bunga deposito (X1), suku bunga SBI (X2), inflasi (X3), jumlah kantor bank (X4) secara simultan berpengaruh nyata terhadap simpanan deposito berjangka pada


(26)

bank umum (Y1) teruji kebenarannya. Sedangkan berdasarkan perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan diketahui bahwa suku bunga deposito (X1), suku bunga SBI (X2), inflasi (X3), jumlah kantor bank

(X4) secara simultan berpengaruh nyata terhadap simpanan deposito

berjangka pada bank umum dan simpanan deposito berjangka pada BPR di Jawa Timur (Y).

6. Ferry Dwi Sugiyanto ( 2006 : UPN )

Dengan judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di

Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan kurun

waktu lima belas tahun (1991–2004). Hasil analisis yang dapat disimpulkan bahwa secara srimultan (uji F) hubungan likuiditas bank (X1), kurs valuta asing (X2), tingkat inflasi (X3), dan jumlah uang yang beredar

(X4) berpengaruh secara nyata terhadap tingkat suku bunga deposito

berjangka pada bank umum (Y). Dan dari semua variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan adalah variabel jumlah uang beredar (X4).

2.2. Landasan Teori


(27)

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk - bentuk lainya dalam rangka meningkatkan keuangan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang yang disimpan kepadanya. Lembaga keuangan ini akan mendorong masyarakat untuk menyimpan uangnya, dengan diberi balas jasa sebagai pendapatanya berupa bunga atas simpananya. (Poli, 2002 : 253)

  Menurut UU No : 10 Tahun 1998 fungsi utama bank adalah

penghimpunan dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan menurut Reed, Cotter, Gill, Smitli, dalam buku Commercial Banking, mengatakan bahwa perbankan (Khususnya bank - bank komersial / bank umum) mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah pemberian jasa - jasa yang semakin luas meliputi :

1. Pelayanan dalam mekanisme pembayaran ( transfer of funds )

2. Menerima tabungan

3. Memberikan kredit

4. Pelayanan dalam vasilitas pembayaran perdagangan luar negeri 5. Penyimpanan barang - barang berharga

6. Trush service, yaitu jasa - jasa yang diberikan dalam bentuk pengamanan dan pengawasan harta milik.


(28)

Dengan demikian, sebagian besar dana yang berada di bank adalah milik penabung dan deposan. (Suyatno, 2001 : 2)

1. Agent of trust

Adalah suatu lembaga perantara (intermediary) yang

dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat.

2. Agent of Development

Bank adalah suatu lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi .

Di Indonesia pengembangannya tertinggi atas dua fungsi diatas terletak pada bank Indonesia selaku bank sentral dan bank - bank umum.

2.2.1.1. Jenis Bank

Menurut UU pokok perbankan No. 10 tahun 1998 tentang jenis bank, bank Indonesia terdiri hanya dua jenis yakni :

1. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau


(29)

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip konvensional atau berdasarkan prinsip syari’ah yang ada dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank adalah pemberi kredit tanpa mempermasalahkan kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau berasal dari penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri. (Suyatno, 2003 : 2)

Selain itu bank Indonesia memiliki hak untuk menciptakan serta mengedarkan uang logam dan uang kertas yang berfungsi sebagai lembaga Pembina dan pengawas bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat serta memiliki peranan yang penting dalam menjaga kestabilan ekonomi dan moneter di Indonesia.  2.2.1.2. Sumber Dana Perbankan

  Dalam garis besarnya sumber dana bagi sebuah bank ada


(30)

a.   Dana yang bersumber dari bank sendiri  

Adalah dana berbentuk model sektor yang berasal dari para pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan bank yang belum di bagikan kepada pemegang saham.

  b.   Dana yang berasal dari masyarakat luas  

Dana yang berasal dari masyarakat luas itu terdiri dari :

1. Simpanan Giro ( demand deposit )

Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek surat perintah pembayaran lainya atau dengan cara pemindah bukuan.

2.   Simpanan Deposito ( time deposit ) 

Adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.


(31)

Adalah tabungan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu.

4. Setoran jaminan

Adalah dana yang mengendap yang berasal dari nasabah sebagai akibat dari pembukaan ataupun permintaan jaminan bank.

5. Dana dari transfer

Selama uang yang di transfer belum di ambil dari bank maka uang tersebut merupakan salah satu sumber dana yang diperhitungkan oleh bank.

2.2.1.3. Peranan Bank

Peranan bank inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan – badan pemerintah dan swasta, maupun perorangan untuk menyimpan dana–dananya. Melalui perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani berbagai kebutuhan pembayaran serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.


(32)

Dengan memberikan kredit kepada beberapa sektor perekonomian, bank melancarkan arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

2.2.2. Pengertian Tingkat Suku Bunga

Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah

pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk presentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

Suku bunga diskonto adalah tingkat suku bunga yang dibayar oleh

bank – bank umum apabila meminjam uang dari Bank Sentral. Menurut

Weston dan Copeland (1998, p. 184), suku bunga dalam keseimbangan

suatu pasar merupakan harga suatu waktu, dimana harga tersebut adalah hasil pengembalian yang menyamakan pinjaman dan pemberian pinjaman dalam kegiatan ekonomi. Suatu tingkat suku bunga akan cenderung naik apabila jumlah uang lebih sedikit dan permintaan terhadap uang lebih banyak. Begitu pula sebaliknya, tingkat suku akan cenderung turun apabila jumlah uang lebih banyak / besar dan permintaan terhadap uang lebih sedikit.

Tingkat bunga memerankan peran penting bagi kalangan perekonomian khususnya rumah tangga dalam membuat keputusan mengenai pembelian barang-barang tahan lama, membeli rumah, membeli


(33)

obligasi atau menaruhnya dalam rekening tabungannya, tingkat bunga yang tinggi dapat menghalangi seseorang untuk membeli barang kebutuhan karena onkos pembiayaannya akan tinggi, di lain pihak tingkat bunga yang tinggi dapat mendorong orang untuk menabung karena memungkinkan untuk memperoleh penghasilan bunga yang lebih banyak. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas.

Menurut Kem dan Gultman, menganggap suku bunga

merupakan sebuah harga sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran.

(Laksono, 2001 : 128). Suku bunga dibedakan menjadi 4, yaitu :

1) Suku Bunga Nominal

Yaitu : suku bunga yang dapat diamati di pasaran.

2) Suku Bunga Rill

Yaitu : suku bunga yang secara konsep di ukur tingkat pengembaliannya setelah dikurangi inflasi.

3) Suku Bunga Jangka Pendek

Yaitu : suku bunga yang jatuh tempo satu tahun atau kurang.

4) Suku Bunga Jangka Panjang


(34)

Selain mempengaruhi pengeluaran konsumsi dan investasi, tingkat riil mempunyai implikasi besar terhadap kesejahteraan debitur maupun kreditur karena mempengaruhi cara bagaimana kekayaan riil di diredistribusikan diantara mereka. Tingkat bunga riil juga mempengaruhi kurs di pasar internasional. Melalui kurs, perubahan tingkat bunga riil menentukan biaya impor. Jika faktor-faktor lain tetap, kenaikan tingkat bunga riil di dalam negeri akan menarik dana dari luar negeri sehingga menaikkan nilai mata uang domestik. Naiknya nilai mata uang domestik akan mengakibatkan lebih mahalnya barang-barang domestik dimata orang-orang asing, dan sebaliknya barang luar negeri menjadi lebih murah di pasar domestik. (Puspopranoto, 2004 : 13)

Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank. Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per-unit waktu yang disebut presentase dari jumlah yang dipinjamkan. (Makiw, 2003 : 44)


(35)

2.2.2.1. Teori Tingkat Suku Bunga

Teori ini berhubungan dengan apa yang dikatakan oleh

ekonom Inggris John Maynard Keyness, yang telah mengkritik

teori ekonomi klasik tentang pengembangan teori tingkat suku bunga. Menurut Keyness, teori klasik berlaku hanya untuk bunga jangka panjang. la mengembangkan teori preferensi likuiditas ini untuk menjelaskan suku bunga untuk jangka pendek. Tingkat suku

bunga menurut Keyness adalah harga yang di keluarkan debitur

untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka (uang) mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa risiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu. (Edward dan Khan, 1985)

Di dalam teori ini terdapat dua macam investasi yang dikembangkan, yaitu uang dan obligasi. Uang merupakan kekayaan yang paling likuid karena uang mempunyai kemampuan untuk membeli setiap saat. Sedangkan obligasi tidak dapat untuk membeli sesuatu kecuali kalau diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk uang tunai. Keynes mengatakan bahwa, permintaan terhadap uang merupakan tindakan rasional, meningkatnya permintaan uang akan menaikkan tingkat suku bunga.

Suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga


(36)

merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh

debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. (Sunariyah,

2004:80)

Ada beberapa fungsi suku bunga yaitu :

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai

dana lebih untuk di investasikan.

b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam

rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan – perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah member tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk

mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. (Sunariyah, 2004 : 81)

Ada banyak teori tentang tingkat suku bunga. Berikut ini disampaikan beberapa diantaranya:


(37)

    Teori Effek Fisher menjelaskan bahwa tingkat suku bunga pada dua negara yang berbeda akan terjadi akibat adanya perbedaan tingkat inflasi yang diharapkan. IFET didasarkan pada teori effek Fisher yang pada prinsipnya mirip dengan IRPT, karena menggunakan perbedaan tingkat suku bunga dalam menjelaskan sebab-sebab terjadinya perubahan kurs valas. Jadi perbedaan tingkat suku bunga yang terjadi antara beberapa negara baik menurut PPPT maupun International Fisher Effect Theory antara lain disebabkan oleh perbedaan tingkat inflasi (Khalwaty, 2000).

Berikut kurva yang menggambarkan terjadinya tingkat bunga keseimbangan di pasar investasi (loanable funds) dalam suatu periode.

Gambar 1: Kurva Permintaan Dana Tabungan

Suku bunga (%)

                     

          

S i

Si

0 I


(38)

Sumber : Fabozzi, 1990, Pasar dan Lembaga Keuangan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, hal 20.

Hubungan antara total tabungan dengan suku bunga digambarkan sebagai kurva penawaran yang bergerak ke atas (S), yang menghubungkan jumlah investasi pada sisi vertikal. Permintaan total terhadap pinjaman (pendapatan pinjaman yang tidak di konsumsi) dalam suatu perekonomian, sebagai fungsi dari suku bunga, terlihat sebagai garis yang menurun ke bawah (I).

     Penawaran akan dana investasi (S) bertemu dengan

permintaan dana investasi (I) di pasar dana investasi (loanable funds) dan disitu tercipta tingkat bunga keseimbangan yang diberi lebel Si. Faktor penentu utama dari bentuk kurva S

adalah rate of time preference para penabung, dan faktor

penentu utama dari kurva I adalah marginal product dari capital. Jadi tingkat bunga berubah, yang satu kerena perubahan subyektif para pelaku ekonomi, yang lain karena perubahan teknologi (Boediono, 1996 : 82).

    Pada masa sekarang masyarakat cenderung untuk

menabung karena faktor pendapatan dan faktor keamanan.


(39)

   Teori ini menganalisis suku bunga keseimbangan melalui interaksi penawaran dengan permintaan uang. Keynes mengansumsikan bahwa sebagian besar individu memegang kekayaan hanya dalam bentuk “uang” dan “obligasi” menurut Keynes uang ekivalen dengan valuta dan rekening dan giro (demand deposit), yang tidak membayar bunga (bunga sangat sangat rendah), tetapi sangat likuid dan bisa digunakan bagi transaksi. Obligasi menurut Keynes mewakili kategori yang luas dan meliputi asset-aset keuangan jangka panjang yang membayar bunga, tidak likuid dan memiliki sejumlah resiko karena harga asset-aset ini bervariasi dan berhubungan terbalik dengan tingkat suku bunga. (Fabozzi, 1999 : 209)

    Menurut teori ini ada tiga motif (yakni, transaksi

berjaga-jaga dan spekulasi) mengapa orang menghendaki memegang uang tunai. Tiga motif inilah merupakan sumber timbulnya permintaan akan uang, yang diberi nama liquidity preference. Artinya permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan dari konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Keinginan tetap likuid inilah bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara ketersediaan orang membayar harga uang tersebut


(40)

(tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi. (Boediono, 1996 : 20)

    Hubungan negatif antara suku bunga dengan

permintaan terhadap uang digambarkan sebagai kurva D yang menghubungkan suku bunga dengan jumlah uang dalam perekonomian, pada tingkat pendapatan dan ekspektasi tertentu. Berikut kurva yang menggambarkan keseimbangan dalam pasar uang menurut Keynes.

Gambar 2 : Kurva Keseimbangan Dalam Pasar Uang

Suku bunga (%)

i

i

      0 MS D Penawaran Uang

Sumber : Fabozzi, 1999, Pasar dan Lembaga Keuangan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta hal 210

      Penawaran uang sebagai garis vertikal, MS, dan

garis diatas “MS” mengindikasikan bahwa kuantitas tidak bervariasi dengan perubahan suku bunga. Keseimbangan


(41)

dalam pasar untuk menghendaki total permintaan uang sama dengan total penawarannya. Dalam kurva diatas suku bunga keseimbangan adalah Suku bunga equilibrium bisa berubah jika terjadi perubahan dalam variabel apapun yang mempengaruhi kurva permintaan atau penawaran. Pada sisi permintaan, Keynes mengemukakan dua variabel penting yakni, tingkat pendapatan dan tingkat harga barang dan jasa. Kenaikan penghasilan, cateris paribus, menaikan nilai likuiditas uang serta menggerakkan kurva permintaan kekanan sehingga menaikkan suku bunga ekuilibrium.

Keynes berpendapat bahwa, peningkatan penawaran uang akan menggerakkan kurva penawaran kekanan, dan menurunkan suku bunga ekuilibrium, begitupun sebaliknya penurunan penawaran uang akan menaikkan suku bunga.

(Fabozzi, 1999 : 210).

2.2.2.2. Pengertian Tingkat Suku Bunga Deposito

Besarnya suku bunga deposito ditetapkan oleh Rapat

ALCO (Asset dan Liabilities Commit) setiap periode tertentu yang

disesuaikan dengan perkembangan pasar dan kebutuhan dana bank

yang bersangkutan. Suku bunga tersebut terdiri dari suku bunga

counter, yaitu suku bunga yang tercantum pada pengumuman di


(42)

Suku bunga negoisasi diberikan kepada nasabah – nasabah besar dengan maksud agar kelebihan suku bunga tersebut mau menyimpan dibank yang bersangkutan.

Sedangkan perhitungan bunga deposito adalah sebagai berikut :

a. Deposito Berjangka :

Bunga yang akan diterima oleh deposan setiap tanggal jatuh tempo bunga ( setiap bulan ) di rumuskan sebagai berikut:

Bunga = Nominal uang yang didepositokan x tingkat bunga x hari bunga di bagi 365 hari.

b. Sertifikat Deposito

Bunga atau diskonto yang diterima oleh deposan pada saat pembukaan rekening Sertifikat Deposito dirumuskan sebagai berikut :

Bunga / discount = Nominal Sertifikat Deposito – Jumlah Harus Disetor ( JHD )

JHD = Nominal Sertifikat Deposito X 365 hari

365 + Suku Bunga X Jangka Waktu ( hari )


(43)

Untuk memudahkan deposan dalam memperpanjang jangka waktu depositonya, bank–bank memberikan fasilitas perpanjangan secara otomatis (Automatic Roll Over / AR).

Artinya bahwa jika jangka waktu deposito tersebut telah berakhir, maka deposan tidak perlu harus datang ke bank lagi, akan tetapi bank secara otomatis akan memperpanjang jangka waktu deposito tersebut. Perpanjangan demikian harus diperjanjikan pada saat pembukaan Deposito. Atas perpanjangan deposito tersebut tidak perlu diterbitkan bilyet deposito baru, namun demikian pada bilyet deposito tersebut telah dicetak tulisan “Perpanjangan Secara Otomatis”. Atas perpanjangan tersebut bank tetap harus memberikan informasi kepada deposan bahwa depositonya telah diperpanjang.

2.2.2.3. Penentuan Suku Bunga di Indonesia

Bond dan kurniati (1994) yang melakukan penelitian pada

periode 1984 - 1994 menemukan bahwa suku bunga domestik sangat terkait dengan suku bunga Internasional. Hal tersebut disebabkan baiknya akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan Internasional dan kebijakan nilai tukar yang tidak fleksibel ( pada saat itu ). Peningkatan akses tersebut telah memperbesar kendala manajemen moneter Bank Indonesia. Setiap upaya untuk mempengaruhi money supply dengan meningkatkan


(44)

suku bunga di atas suku bunga Internasional akan mendapat gangguan dari arus modal masuk berjangka pendek. Namun, Bank Indonesia terlihat dapat mempertahankan derajat kebebasan beberapa suku bunga domestik sehingga tetap dapat mempengaruhi suku bunga domestik tanpa merubah kebijakan nilai tukar.

Selain suku bunga Internasional, tingkat diskonto SBI juga merupakan faktor penting dalam penentuan suku bunga di Indonesia. Peningkatan diskonto SBI akan segera direspon oleh suku bunga PUAB, sedangkan respon dari suku bunga deposito baru muncul setelah 7 - 8 bulan, dan respon dari suku bunga kredit terjadi setelah 8 - 9 bulan. Faktor lain juga berpengaruh dalam penentuan suku bunga di Indonesia adalah kondisi likuiditas yang berdampak pada suku bunga PUAB dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang pengetahuan likuiditas mendorong arus modal masuk sehingga pengaruhnya terhadap suku bunga deposito dan suku bunga kredit menjadi lebih kecil. (M. Ali, 2011)

2.2.3. Deposito

2.2.3.1. Pengertian Deposito

  Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk

melakukan investasi dalam bentuk surat–surat berharga. Pemilik deposito disebut deposan. Kepada setiap deposan akan diberi imbalan berupa bunga


(45)

atas depositonya, bunga yang diberikan merupakan bunga yang tertinggi dibandingkan dengan simpanan giro atau tabungan. Menurut Undang– Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang pengertian deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara nasabah penyimpanan dengan bank. (Khasmir, 2000 : 93).

Secara makro, bagi bank deposito merupakan sumber likuiditas. Bila likuiditas bank dapat menaikkan suku bunga untuk menarik dana deposito berjangka. Dana deposito digunakan juga sebagai bentuk pinjaman. Secara makro, sebagai alat stabilitas moneter dengan menaikkan suku bunga untuk menarik dana deposito berjangka. Sehingga terjadi konstraksi. Menempatkan dana dalam deposito berjangka memerlukan periode waktu tertentu mengendap di bank memperoleh keuntungan bunga dalam jumlah tertentu. Periode waktu ini biasanya, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Pengambilan deposito yang belum jatuh tempo akan di kenai pinalti, berupa denda yang ditentukan oleh bank. Penarikan deposito hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang tersebut baru dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo. Untuk mencairkan deposito yang dimilki deposan dapat menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito.


(46)

Dalam hal ini deposito merupakan sarana investasi jangka menengah dimana masyarakat dapat menentukan sendiri jatuh tempo yang diinginkan. Penentuan jangka waktu sangat penting dalam investasi ini. Bila masyarakat sudah cukup memiliki dana yang dan ingin mendapatkan bunga tetap selama jangka waktu tertentu, produk deposito dapat menjadi pilihan. Tapi bila kebijakan investasi yang diinginkan adalah penembangan dari dana awal, maka masih ada produk lain yang lebih memungkinkan. Anda mendapatkan pengembalian yang yang lebih tinggi dengan resiko yang tetap terukur.

2.2.3.2. Jenis - jenis Deposito

Deposito atau dana yang bersumber dari masyarakat ini, pada dasarnya dibedakan menurut sifat dan ketentuan yang mengatur tersebut. Adapun dana yang berasal dari simpanan masyarakat ini terdiri dari berbagai jenis yaitu :

  1.  Deposito Berjangka (time deposit) 

  Deposito berjangka merupakan deposito yang

diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Pencairan bunga deposito dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo sesuai jangka waktunya, baik tunai maupun non tunai.


(47)

  Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 6, dan 12 bulan. Di dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu. Disamping itu sertifikat deposito dapat diperjual belikan pada pihak lain. Pencairan bunga dapat dilakukan di muka, tiap bulan atau jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai.

3. Deposit on Call

    Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7

hari dan paling lama kurang dari satu bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar (tergantung bank yang bersangkutan). Pencairan bunga dapat dilakukan pada saat pencairan deposit on call dicairkan terlebih dahulu 3 hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan bank penerbit Besarnya bunga ditentukan dengan negoisasi terlebih dahulu antara pihak bank dengan nasabah. (Kasmir 2002 : 94)

2.2.3.3. Fungsi Deposito

  Fungsi deposito ataupun dana yang ditanamkan masyarakat dalam


(48)

1. Deposito berjangka pada hakekatnya adalah sebagai alat pengaman kekayaan. Deposito memberikan rasa aman kepada pihak - pihak yang memilki kekayaan dalam bentuk uang.

2. Mengurangi sifat konsumtif yang ada pada masyarakat, dikarenakan dengan menyimpan dana dalam bentuk deposito masyarakat tidak dapat sewaktu - waktu mengambil dananya yang berada di bank tersebut.

3. Bila deposito meningkat, hal ini menunjukan bahwa dunia perbankan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini perbankan dapat bertindak dalam mempertemukan pihak-pihak yang membutuhkan dana dengan pihak-pihak yang kelebihan

dana untuk dapat dimanfaatkan secara produktif. (Sinungan,

2006 : 6)

2.2.3.4. Deposito Berjangka

Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. (Dendawijaya, 2001 : 57)

Bank Indonesia menjamin sepenuhnya pembangunan kembali deposito berjangka pada tanggal pelunasannya, tidak selalu deposito berjangka dijamin oleh Bank Indonesia. Deposito berjangka yang


(49)

diterbitkan (dijual) oleh bank komersial asing atau bank komersial swasta nasional tidak dijamin, kecuali dijual oleh bank-bank pemerintah.

2.2.4. Likuiditas Bank

2.2.4.1. Pengertian Likuiditas Bank

Likuiditas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa penundaan. Likuiditas dapat diartikan sebagai kesanggupan bank dalam menyediakan alat–alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh dan memberikan

pinjaman kepada masyarakat yang memerlukan. (Dendawijaya,

2001:114).

Likuiditas bank adalah kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang segera harus dibayar. Likuiditas

bank dihitung dari perbandingan alat likuid dibagi dengan current

liabilities. (Elin, 2011)

Jika kekuatan membayar bank dapat ditunjukkan dengan kepemilikan alat-alat membayar seperti asset dan alat-alat likuid, sedangkan kemampuan membayar adalah pemanfaatan alat-alat sebagai kekuatan membayar.

Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membayarnya adalah demikian besarnya sehingga dapat


(50)

memenuhi semua kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid dan sebaliknnya yang

tidak mempunyai kamampuan membayar adalah illikuid. Apabila

kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada pihak luar (kreditur) dinamakan likuiditas badan usaha. Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban financial untuk menyelenggarakan proses produksi maka disebut likuiditas perusahaan.

Berdasarkan asumsi diatas maka pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dengan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai disuatu pihak dengan jumlah hutang lancar dipihak lain.

Didalam likuiditas bank maka terdapat beberapa aspek yaitu :

a. Implikasi dari ketidak seimbangan antara pinjaman–pinjaman

bank umum dan deposito untuk tujuan moneter.

b. Sejauh mana kelebihan likuiditas dalam kenyataan benar–benar ada dalam bank – bank.

Secara praktis, likuiditas suatu bank sering dikaitkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang terdapat di bank tersebut pada waktu tertentu. Dalam hal ini, untuk kondisi indonesia, Pemerintah melalui Bank Sentral menetapkan kewajiban setiap bank untuk memelihara likuiditas wajib minimum sebesar 5% dari besarnya kewajiban terhadap


(51)

pihak ketiga. Dalam hal ini, kewajiban kepada pihak ketiga. (Chairuddin, 2002 : 1)

Bank dikatakan likuid apabila :

1. Memiliki kekayaan berupa kas (kas giro Bank Indonesia / giro pada bank lain) yang lainnya setara dengan persyaratan likuiditas minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2. Bila jumlah kas yang dimiliki bank lebih kecil dari ketentuan diatas maka disertai pula dengan pemilikian sejumlah surat berharga yang dapat ditukar kas dengan segera dan tanpa menimbulkan kerugian pertukaran.

3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh kas melalui

penciptaan kewajiban seperti pinjaman “verweight” atau penjualan surat-surat berharga untuk diteliti kembali.

Asumsi tentang deposito dengan uang kartal yang menunjukkan tentang likuiditas bank, terlihat sangat jelas banyak deposito. Hal ini didukung dengan pemberian tingkat suku bunga deposito yang tinggi sehingga orang cenderung untuk mendepositokan uangnya dari pada harus menginvestasikan yang lain. Kondisi seperti ini karena bank – bank komersial memiliki kelebihan likuiditas, maka mereka cenderung untuk memberikan pinjaman baik dengan uang kartal maupun dengan menciptakan deposito tambahan. Dalam salah satu kasus terssebut,


(52)

menaikkan penawaran uang (termasuk deposito berjangka) dalam jumlah yang sama, sehingga jumlah klaim moneter yang lebih besar masih akan dipinjamkan keluar seluruhnya. Ini merupakan aspek teknis dari masalah tersebut bahwa uang kartal dan deposito berapapun besarnya selalu dipinjamkan keluar oleh salah satu bagian dari sistem moneter.

2.2.4.2. Teori Pengelolaan Likuiditas Bank

Terdapat berbagai teori untuk mengelola likuiditas, antara lain :

1. Commercial Loan Theory yang menitik beratkan pada kemampuan sisi aktiva bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Dengan demikian likuiditas bank akan terjamin apabila aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dapat digunakan sebagi sumber pelunasan.

2. Doctrine Of Asset Shiftability bertitik tolak dari asumsi bahwa bank akan dapat segera memenuhi kebutuhan likuiditasnya apabila bank memberikan kredit dalam bentuk shiftable loan yaitu : pinjaman yang harus dibayar dengan pemberitahuan sebelumnya disertai jaminan surat-surat berharga.

3. Theory Of Shiftability to The Market yang menyebutkan bahwa likuiditas akan terjamin apabila tinggi dan dapat segera dicairkan.


(53)

4. The Anticipated Theory yang menyatakan bahwa sumber pemenuhan likuiditas bank dapat diperoleh dari kemampuan nasabah secara teratur mengangsur atas pokok dan bunga kredit yang diperoleh dari Sistem Perbankan. (Hadori, 2002 : 14-15)

2.2.4.3. Hubungan Antara Likuiditas Bank Dengan Tingkat Suku Bunga Deposito

Teori likuiditas atas bunga menjelaskan bahwa, bunga adalah harga uang, dan harga uang (bunga) ditentukan oleh jumlah uang (money  supply). Dengan demikian, jika uang yang tersedia (money  supply) rendah maka tingkat bunga akan naik dan tinggi. Sebaliknya, jika jumlah

uang yang tersedia (money  supply) amat rendah, maka akan terjadi

kesulitan likuiditas yang pada akhirnya membuat perekonomian macet alias kriris. Kredit macet yang terjadi karena naiknya suku bunga kredit

dari 1 persen menjadi sekitar 5% untuk subprime mortgage tersebut.

Karena adanya kenaikan suku bunga kredit tersebut, maka banyak nasabah yang tidak mampu membayar kreditnya. Dari fakta ini jelas bahwa penyebab krisis keuangan dan krisis ekonomi global di picu oleh harga uang alias bunga (interest) yang tinggi atau naik. Dan krisis tahun 2007 – 2008 ini barulah awal (Smick, 2008), akan menyusul krisis-krisis lain bila sistem keuangan yang berlaku tetap seperti ini. Dan hal ini


(54)

2001:114) bahwa apabila likuiditas mengalami penurunan akan menyebabkan kebutuhan dana likuiditas bank umum mengalami penurunan juga, maka suku bunga deposito dan tabungan akan naik karena pasar pinjaman antar bank akan menurun, maka dana bank yang tersedia pun sedikit, dengan demikian tingkat likuiditas mengalami penurunan.

2.2.5. Investasi

2.2.5.1. Teori Investasi 

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan

mendapatkan keuntungan di masa – masa yang akan datang. (Sunariyah,

2003 : 4)

Sedangkan pengertian investasi menurut (Nopirin, 2000 : 134)

adalah perubahan capital stock, maka teori tentang investasi haruslah dimulai dengan konsep jumlah (Stock) capital yang diinginkan (Desire Capital Stock).

Masalah investasi adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting

untuk penentu besarnya investasi menurut (Suparmoko, 2000 : 84)


(55)

a. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas

batas (marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut

teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat disimpulan bahwa:

1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.


(56)

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi tersebut. (Suparmoko, 2000 : 84)

b. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu (Suparmoko, 2000 : 84)

1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam

masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang

modal menjadi lebih tinggi.

2.2.5.2. Macam - Macam Investasi

Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:


(57)

     Autonomous Investment (investasi otonomi) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor - faktor di luar pendapatan. Faktor - faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya.

Sedangkan Induced Investment atau (investasi terpengaruh)

adalah investasi yang besar kecilnya sangat di pengaruhi oleh tingkat pendapatan, makin tinggi tingkat pendapatan maka makin tinggi pula investment.

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Publik investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal, investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi.


(58)

Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3. Domestik Investment dan Foreign Investment

Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri, sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelolah sumber-sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi bruto tahun ini adalah Rp.25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi


(59)

selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp.10 juta, maka itu berarti bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp. 15 juta. (Rosyidi, 1994 : 161)

2.2.6. Kurs

2.2.6.1. Pengertian Kurs

Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda dan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. (Nopirin, 2000 : 163)

Kurs atau nilai tukar adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit (satuan) mata uang dan jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. Apabila kurs rupiah terhadap dollar turun, maka nilai investasi dari luar negeri akan meningkat, karena para investor enggan menanamkan modalnya kedalam negeri, dan dampak kurs rupiah terhadap dollar mengalami penurunan. Oleh sebab itu untuk menarik modal dari luar negeri untuk kembali kedalam negeri tingkat bunga deposito dinaikkan. (Salvatore, 2004 : 140)

Dalam perdagangan internasional, transaksi jual beli barang terjadi antar masyarakat lain yang menghendaki pembayaran dalam mata uang tertentu yang dapat diterima secara internasional seperti, Dollar AS, Poundsterling, Yen dan lain–lain yang keberadaannya tersebar di banyak


(60)

negara. Tetapi yang paling banyak digunakan yaitu Dollar AS, sehingga Dollar AS mendapat julukan sebagai mata uang penggerak, yaitu mata uang termuka yang digunakan sebagai satuan nilai kontrak internasional antara pihak–pihak yang bukan merupakan pendukung dari negara pencetak uang tersebut. Hal ini didukung oleh peran Amerika Serikat yang begitu penting dalam perekonomian dunia sebagai pusat perdagangan dunia.

Secara umum, kurs dapat diartikan sebagai harga suatu mata uang suatu negara terhadap mata uang asing atau harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. (BI, 2004)

Perbedaan tingkat kurs timbul karena beberapa hal :

a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta

asing, selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang.

b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perdagangan dalam waktu

pembayarannya.

c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak


(61)

Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat valuta pasar, apabila transaksi jual beli valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawarannya. Apabila pemerintah menjalankan kebijaksanaan stabilitas kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah-ubah dalam batas yang kecil, meskipun batas-batas ini dapat di ubah dari waktu ke waktu, pemerintahan juga dapat menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing. (Nopirin, 2000 : 172)

Adapun kurs valuta asing ada beberapa macam, antara lain : a. Sistem kurs berubah-ubah

b. Sistem kurs stabil

c. Sistem pengawasan devisa ( Exchannge control )

2.2.6.2. Sistem Kurs berubah - ubah

Dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing, bahwa permintaan valuta asing perlukan guna melakukan transaksi pembayaran luar negeri (impor), dan permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi debit (importer) dalam neraca pembayaran internasional, sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir dan berasal dari transaksi kredit pembayaran nasional. (Nopirin, 2000 : 173)


(62)

2.2.6.3. Sistem Kurs stabil

Pada dasarnya kurs stabil berasal dari kebijakan pemerintah yang berusaha menstabilkan kurs. Karena kurs bebas yang dapat menimbulkan berbagai tindakan spekulasi yang tidak menentu di dalam perekonomian.

Kurs stabil dapat ditimbulkan karena :  Aktif : stabilization funds

Yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabillitas kurs, dan cara ini disebut dengan cara aktif yaitu dengan cara :

1. Pemerintah membeli valuta asing dipasar valuta asing,

apabila tendensi kurs valuta akan turun (yaitu dengan menaikkan permintaan pemerintah, sehingga turunnya kurs dapat dicegah)

2. Pemerintah akan menjual valuta asing kepasar valuta asing, apabila tendensi kurs valuta asing naik (yaitu dengan menaikkan penawaran valuta asing sehingga meningkatnya kurs dapat dicegah).


(63)

Yaitu dimana suatu negara menggunakan standart emas sebagai patokan terhadap kurs yang dipakai, dengan catatan :

1. Nilai mata uangnya dijaminkan dengan nilai seberat emas

tertentu.

2. Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas.

3. Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam

jumlah yang tidak terbatas pada harga tertentu (yang sudah ditetapkan pemerintah). (Nopirin, 2000 : 175 – 177)

2.2.6.4. Pengawasan Devisa

Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing, dengan tujuan untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari negara lain, terutama dalam hal negara tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing di bandingkan dengan permintaannya. Karena kondisi yang demikian maka pemerintah melakukan kebijakan alokasi - alokasi di dalam penggunaan valuta asing tersebut untuk tujuan - tujuan yang sesuai dengan program pemerintah.

Sedangkan berdasarkan waktunya kurs valuta asing dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :


(64)

a. Kurs tukar untuk masa yang akan datang (Forward Exchange Rate)

Yaitu karena kurs untuk mata uang yang sama dapat berbeda antara saat ini dengan antara saat yang akan datang, sehingga timbul adanya kliring, Hedging dan Spekulasi.

b. Kurs tukar saat ini ( Spot Exchange Rate )

Didasari oleh permintaan dan penawaran akan valuta asing untuk menentukan nilai tukar valuta asing, maka ada dua sistem yang menjelaskan ada dan tidaknya intervensi pemerintah terhadap kurs tukar valuta asing, yaitu :

1. Standart kurs tetap ( fixed exchange standart )

Dimana para pejabat (penguasa bank sentral) berusaha untuk mempertahankan agar kurs tukar pada dasarnya tetap meskipun, apabila kurs yang mereka pilih menyimpang dari kurs keseimbangan yang berlaku.

2. Standart kurs mengambang ( floating exchange standart ) Yaitu sistem tanpa campur tangan pemerintah atau penguasa bank sentral.


(65)

Sistem kurs mengambang bercirikan kurs yang berfluktuasi dengan bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta asing yaitu penyesuaian neraca pembayaran terutama melalui perubahan kurs, tingkat bunga dan valuta asing. Kurs mengambang merupakan system kurs yang tidak rumit dan amat sesuai dengan model persaingan kompetetif dimana tidak terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs dan kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga perubahan faktor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. Faktor-faktor ini dapat berasal dari pasar barang, seperti perubahan tingkat bunga, tetapi dalam kedua kurs tersebut akan dapat cepat apabila tidak seketika itu juga tergabung dengan kurs yang berlaku. Dengan demikian pada momentum tertentu kurs mengambang dapat diharapkan untuk menggabungkan dan mencerminkan informasi yang relevan yang disebarkan ke masyarakat untuk penentuan kurs dan pada tingkat ini dapat di anggap efisien secara alokatif.

Menurut (Kuncoro, 2001 : 26-31) dalam sistem kurs mengambang

ada 2 macam yaitu :

a. Mengambang Bebas ( murni )

Dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, didalam sistem


(66)

ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

b. Mengambang Terkendali

Dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

2.2.6.6. Keunggulan dan Kelemahan Kurs Mengambang

Keunggulan kurs mengambang antara lain : (Jamli, 1993 : 213)

1. Karena sistem kurs mengambang dapat bekerja dengan efisien,

kurs mengambang dapat diharapkan untuk menyesuaikan secara otomatis menjamin keseimbangan neraca pembayaran.

2. Karena kurs mengambang mencerminkan harga mata uang yang

ditentukan pasar akan berperan dalam alokasi sumber-sumber yang efisien, kurs yang mengambang dapat diharapkan untuk menaikkan efisiensi alokasi sumber - sumber internasional.

3. Kurs mengambang dapat mendorong spekulasi yang menstabilkan


(67)

4. Kurs memberikan kemudahan ekonomi domestik dengan memindahkan kendala neraca pembayaran eksternal, kebijaksanaan dalam negeri mengenai kesempatan kerja penuh, misalnya, dapat diteruskan dengan diperkenankan berfluktuasi untuk mempertahankan keseimbangan eksternal.

5. Tiadanya kebutuhan untuk mempertahankan cadangan

internasional, menghilangkan biaya oportinas pemilikan cadangan dan campur tangan pemerintah di pasar valuta asing.

6. Tidak adanya campur tangan pemerintah dan tiadanya

pengendalian valuta asing dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, politik, dan ekonomi.

Sedangkan kelemahan dari kurs mengambang antara lain :

1. Ketidakstabilan temporer atau silkis dan menjangkitkan ketidak

stabilan harga yang dapat meredam perdagangan, dengan demikian mengurangi kesejahteraan ekonomi semakin tidak elastis permintaan dan penawaran valuta asing semakin besar volatibilitas kurs untuk setiap perubahan permintaan dan penawaran, sehingga semakin besar ketidakstabilan harga potensial yang sehubungan dengan volatabilitas.

2. Spekulasi yang merusak kestabilan dapat memperbesar


(1)

Lampiran 3

Coefficientsa

13.808 6.559 2.105 .073

-2.394 .792 -1.644 -3.023 .019 -.752

.001 .001 .347 1.748 .124 .551

-.015 .022 -.141 -.692 .511 -.253

2.43E-006 .000 .428 .738 .485 .269

3.71E-008 .000 1.166 3.332 .013 .783

(Constant) x1 = likuiditas x2 = kurs x3 = inflasi x4 = JUB x5 = PDRB Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial

Correlations To

Dependent Variabel : y = tingkat suku bunga deposito berjangka a.

ANOVAb

101.004 5 20.201 5.958 .018a

23.732 7 3.390

124.736 12

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), x5=PDRB, x3=inflasi, x2=kurs, x1=likuiditas, x4=JUB a.

Dependent Variabel : y = tingkt suku bunga deposito berjangka b.

Model Summaryb

.900a .810 .674 1.84128 2.019

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), x5=PDRB, x3=inflasi, x2=kurs, x1=likuiditas, x4=JUB

a.

Dependent Variabel : y = tingkat suku bunga deposito berjangka b.


(2)

Lampiran 4

Residuals Statisticsa

5.6762 15.0264 9.6023 2.90120 13

-2.36353 3.14193 .00000 1.40630 13

-1.353 1.870 .000 1.000 13

-1.284 1.706 .000 .764 13

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variabel : y = tingkat suku bunga deposito berjangka a.

Collinearity Diagnosticsa

5.132 1.000 .00 .00 .00 .01

.736 2.640 .00 .00 .00 .50

.098 7.238 .02 .00 .01 .30

.027 13.746 .00 .01 .02 .01

.005 33.422 .37 .05 .97 .07

.002 45.990 .61 .94 .00 .11

Dimension 1

2 3 4 5 6 Model 1

Eigenvalue

Condition

Index (Constant) x1=likuiditas x2=kurs x3=inflasi x4=J

Variance Proportions

Dependent Variabel : y = tingkat suku bunga deposito berjangka a.


(3)

TABEL DURBIN-WATSON

Durbin-Watson of Statistik : Significance of dl and du at 0.05 level significance

n k = 1 k = 2 k = 3 k = 4 k = 5

dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU Correlations

-.115 .707 13 .016 .957 13 -.016

.957 13 -.060

.845 13 -.060

.845 13 1.000

. 13 Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N x1=likuiditas

x2=kurs

x3=inflasi

x4=JUB

x5=PDRB

Unstandardized Residual Spearman's rho

Unstandardiz ed Residual


(4)

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

0.879

1.320

0.927

1.324

0.971

1.331 1.010 1.340 1.045 1.350 1.077 1.361 1.060 1.371 1.133 1.381 1.158 1.391 1.180 1.401 1.201 1.411 1.221 1.420 1.239 1.429 1.257 1.437 1.273 1.446 1.288 1.454 1.302 1.461 1.316 1.469 1.328 1.476 1.341 1.483 1.352 1.489 1.363 1.496 1.373 1.502 1.383 1.508 1.393 1.514 1.402 1.519 1.411 1.525 1.419 1.530 1.427 1.535 1.435 1.540 1.442 1.544 1.475 1.566 1.503 1.585 1.528 1.601 1.549 1.616 1.567 1.629 1.583 1.641 1.598 1.652 1.611 1.662 1.624 1.671 1.635 1.679 1.645 1.679 1.654 1.694

0.697 1.641 0.658 1.604 0.812 1.579 0.861 1.562 0.905 1.551 0.943 1.543 0.982 1.539 1.015 1.536 1.046 1.535 0.074 1.535 1.100 1.537 1.125 1.538 1.147 1.541 1.168 1.543 1.188 1.545 1.206 1.550 1.224 1.553 1.240 1.558 1.255 1.560 1.270 1.563 1.284 1.567 1.297 1.570 1.309 1.574 1.321 1.577 1.333 1.580 1.343 1.584 1.354 1.587 1.364 1.590 1.373 1.594 1.382 1.597 1.391 1.600 1.430 1.615 1.462 1.628 1.490 1.641 1.514 1.652 1.536 1.662 1.554 1.672 1.571 1.680 1.586 1.688 1.600 1.696 1.612 1.703 1.612 1.703 1.634 1.715

0.525 2.016 0.595 1.928 0.658 1.864 0.715 1.816 0.767 1.779 0.814 1.750 0.857 1.726 0.897 1.710 0.933 1.696 0.967 1.685 0.908 1.676 1.026 1.669 1.053 1.664 1.076 1.660 1.101 1.656 1.123 1.654 1.143 1.652 1.162 1.651 1.181 1.650 1.198 1.650 1.214 1.650 1.229 1.650 1.244 1.650 1.258 1.651 1.271 1.652 1.283 1.653 1.295 1.654 1.307 1.655 1.318 1.656 1.328 1.658 1.338 1.659 1.383 1.666 1.421 1.674 1.452 1.681 1.480 1.689 1.503 1.696 1.525 1.703 1.543 1.709 1.560 1.715 1.575 1.721 1.589 1.726 1.589 1.726 1.613 1.736

0.376 2.414 0.444 2.253 0.512 2.177 0.574 2.094 0.632 2.030 0.688 1.977 0.734 1.935 0.778 1.900 0.820 1.873 0.859 1.848 0.894 1.828 0.927 1.812 0.958 1.797 0.989 1.785 1.013 1.775 1.036 1.767 1.062 1.759 1.084 1.753 1.104 1.747 1.124 1.743 1.143 1.739 1.160 1.735 1.177 1.732 1.193 1.730 1.208 1.728 1.222 1.726 1.236 1.724 1.249 1.723 1.261 1.722 1.273 1.722 1.285 1.721 1.338 1.720 1.378 1.721 1.414 1.724 1.444 1.724 1.471 1.731 1.494 1.735 1.515 1.739 1.534 1.743 1.550 1.747 1.568 1.751 1.588 1.751 1.592 1.758

0.243 2.822 0.316 2.545 0.379 2.506 0.445 2.380 0.505 2.298 0.562 2.220 0.615 2.157 0.664 2.104 0.710 2.060 0.752 2.023 0.792 1.901 0.829 1.964 0.863 1.940 0.895 1.920 0.925 1.902 0.952 1.886 0.979 1.873 1.004 1.861 1.028 1.850 1.050 1.841 1.071 1.833 1.090 1.825 1.109 1.819 1.127 1.813 1.144 1.808 1.160 1.803 1.175 1.799 1.190 1.795 1.204 1,792 1.218 1.789 1.230 1.786 1.287 1.776 1.335 1.771 1.374 1.768 1.408 1.767 1.438 1.767 1.464 1.768 1.487 1.770 1.507 1.772 1.525 1.774 1.542 1.776 1.542 1.776 1.571 1.780

Sumber : Algifari, 2000, Edisi Kedua, Analisis Regresi, Teori, Kasus Dan Solusi, Penerbit BPFE Yogyakarta


(5)

Nilai F (

α

= 0,05)

df

penyebut

df untuk Pembilang N1

N

2

1

2

3

4

5

6

7

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

30

60

120

161

18.5

10.1

7.71

6.61

5.99

5.59

5.32

5.12

4.96

4.84

4.75

4.67

4.60

4.54

4.49

4.45

4.41

4.38

4.35

4.17

4.00

3,92

2.00

19.0

9.55

6.94

5.79

5.14

4.74

4.46

4.26

4.10

3.98

3.89

3.81

3.74

3.68

3.63

3.59

3.55

3.52

3.49

3.32

3.15

3.07

216.11

19.2

9.28

6.59

5.41

4.76

4.35

4.07

3.86

3.71

3.59

3.49

3.41

3.34

3.29

3.24

3.20

3.16

3.13

3.10

2.92

2.76

2.68

225

19.2

9.12

6.39

5.19

4.53

4.12

3.84

3.63

3.48

3.36

3.26

3.18

3.11

3.06

3.01

2.96

2.93

2.90

2.87

2.69

2.53

2.45

230

19.3

9.01

6.26

5.05

4.39

3.97

3.69

3.48

3.33

3.20

3.11

3.03

2.96

2.90

2.85

2.81

2.77

2.74

2.71

2.53

2.37

2.29

234

19.3

8.94

6.16

4.95

4.28

3.87

3.58

3.37

3.22

3.09

3.00

2.92

2.85

2.79

2.74

2.70

2.66

2.63

2.60

2.42

2.25

2.17

237

19.4

8.89

6.09

4.88

4.21

3.79

3.50

3.29

3.14

23.01

2.91

2.83

2.76

2.71

2.66

2.61

2.58

2.54

2.51

2.33

2.17

2.09

Sumber : Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga,

Jakarta


(6)

df

t 0,10

t 0,05

t 0,025

t 0,01

t 0,005

df

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

3.078

1.886

1.638

1.533

1.476

1.440

1.415

1.397

1.383

1.372

1.363

1.356

1.350

1.345

1.341

1.337

1.333

1.330

1.328

1.325

1.323

1.321

1.319

1.318

1.316

6.314

2.920

2.353

2.132

2.015

1.943

1.895

1.860

1.833

1.812

1.796

1.782

1.771

1.761

1.753

1.746

1.740

1.734

1.729

1.725

1.721

1.717

1.714

1.711

1.780

12.706

4.303

3.182

2.376

2.571

2.447

2.365

2.306

2.262

2.228

2.201

2.179

2.160

2.145

2.131

2.120

2.110

2.101

2.093

2.086

2.080

2.074

2.069

2.064

2.060

31.821

6.965

4.541

3.747

3.365

2.343

2.998

2.896

2.821

2.764

2.718

2.681

2.650

2.624

2.602

2.583

2.567

2.552

2.539

2.528

2.518

2.508

2.500

2.492

2.485

63.657

9.925

5.841

4.604

4.032

3.707

3.499

3.355

3.250

3.169

3.106

3.055

3.012

2.977

2.947

2.921

2.898

2.878

2.861

2.845

2.831

2.819

2.807

2.797

2.787

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

21

23

24

25

Sumber : Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, penerbit Erlangga,

Jakarta