Maelani Setiyo Cahyandari S4210084
(2)
commit to user ii
(3)
commit to user iii
(4)
commit to user iv
M o t t o :
(5)
commit to user v
Halaman Persembahan
Allhamdulillahirabbil ‘alamin
Dengan rasa syukur teramat besar kepada Allah SWT atas
nikmat-nikmatNya Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :
☺
Suamiku tercinta, yang telah memberikanku kesempatan
untuk kesuksesanku ;
☺
Keluarga besarku, Ayah dan Ibu yang selalu kuhormati dan
Adik-adikku, yang tiada henti-hentinya mendo’akan dan
menantikan keberhasilanku ;
(6)
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “STRATEGI OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN NGAWI ”, sesuai jadwal yang ditentukan.
Keberhasilan dalam penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. A.M. Susilo, M.S., selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Malik Cahyadin, SE. M.Si, selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih kepada keduanya karena dengan tulus ikhlas telah meluangkan waktu untuk memberikan segala informasi, arahan dan bimbingan dalam penulisan Tesis ini;
3. Bapak-Ibu Dosen Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan tambahan ilmu pengetahuan kepada penulis;
4. Bapak-Ibu staf sekretariat Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Wahyu, Ibu Ita dan Mas Sentot, yang selalu membantu kelancaran penyusunan Tesis ini;
5. Pimpinan dan Staf Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi, atas bantuan dan toleransinya selama ini.
(7)
commit to user vii
(8)
commit to user viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN/ PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-Dasar Perpajakan ... 10
1. Pengertian Pajak ... 10
2. Prinsip Pajak... ... 12
(9)
commit to user ix
Halaman
4. Pembedaan dan Pembagian Jenis Pajak ... 13
5. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 15
6. Syarat Pemungutan Pajak ... 18
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 19
C. Pajak Daerah ... 20
1. Pengertian Pajak Daerah ... 20
2. Obyek Pajak Daerah ... 21
3. Subyek Pajak Daerah ... 22
4. Jenis Pajak Daerah ... 22
D. Pajak Sarang Burung Walet ... 23
1. Pengertian ... 23
2. Subyek, Obyek dan Wajib Pajak Sarang Burung Walet ... 23
3. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Sarang Burung Walet ... 24
4. Cara Perhitungan Pajak Sarang Burung Walet ... 23
E. Kerangka Pemikiran ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 27
B. Teknik Pengumpulan Data ... 28
C. Definisi Operasional ... 30
D. Metode Analisa Data ... 32
1. Analisis Tren ... 33
(10)
commit to user x
Halaman
3. Analisis QSPM ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Ngawi ... 39
1. Aspek Geografis dan Luas Wilayah ... 39
2. Aspek Demografi ... 41
3. Pemerintahan ... 46
4. Keadaan Ekonomi ... 47
5. Keadaan Sosial ... 51
B. Gambaran Umum Usaha Sarang Burung Walet ... 55
1. Golongan Pemilik Gedung Walet ... 56
2. Metode Budidaya Walet ... 58
C. Analisis data dan Pembahasan ... 61
1. Analisis Tren ... 61
2. Analisis SWOT ... 67
3. Analisis QSPM ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 88
B. Rekomendasi ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN
(11)
commit to user xi
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
1.1. Data Pengusaha Sarang Burung Walet di Wilayah Kabupaten
Ngawi ... 5
1.2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Tahun Anggaran 2002 s/d 2010 ... 6
3.1. Matrik SWOT ... 37
4.1. Luas Wilayah Per Kecamatan Di Kabupaten Ngawi Pada Tahun 2000 ... 41
4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Ngawi Tahun 2010 Menurut Kecamatan ... 42
4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Tahun 2006 – 2010 ... 43
4.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Tahun 2006 – 2010 Per Kecamatan Tahun 2006 - 2010 ... 44
4.5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ... 45
4.6. Jumlah Desa Tahun 2010 ... 46
4.7. Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2010 ... 52
4.8. Jumlah Tenaga Kesehatan Tahun 2010 ... 53
4.9. Jumlah Sekolah, Murid Dan Guru Tahun 2010 ... 54
4.10. Rekapitulasi Realisasi Pajak Sarang Burung Walet Di Kabupaten Ngawi Tahun 2002 – 2010 ... 61
(12)
commit to user xii
Tabel : Halaman
4.11. Amatan, Nilai Menurut Regresi ... 63
4.12. Hasil Proyeksi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Berdasarkan Analisis Tren Tahun 2011-2015 ... 65
4.13. Data Kendaraan Petugas Pajak ... 68
4.14. Data Jenis Pendidikan Pegawai DPPKA Kabupaten Ngawi ... 69
4.15. Data Jenis Pendidikan Pegawai Bidang Pajak ... 69
4.16. Sarana Komputer ... 71
4.17. Internal Strategic Factors Analysis Summary / IFAS ... 71
4.18. Eksternal Strategic Factors Analysis Summary / EFAS ... 77
4.19. Matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) ... 78
(13)
commit to user xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
2.1. Skema Kerangka Pemikiran ... 26
3.1. Skala Bobot EFAS dan IFAS ... 36
3.2. Skala Rating EFAS dan IFAS ... 36
3.3. Skala AS QSPM ... 38
4.1. Peta Kabupaten Ngawi ... 40
4.2. Plot Gambar dan Hubungan Realisasi Pajak Sarang Burung Walet Dan Waktu ... 62
4.3. Garis Trend Linier I Periode 2002 - 2011 ... 65
4.4. Garis Trend Linier II Periode 2002 - 2015 ... 66
4.5. Kuadran SWOT ... 82
(14)
commit to user xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Proyeksi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Tahun 2011
Lampiran 2. Perhitungan Proyeksi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Tahun 2012
Lampiran 3. Perhitungan Proyeksi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Tahun 2013
Lampiran 4. Perhitungan Proyeksi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Tahun 2014
Lampiran 5. Perhitungan Proyeksi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Tahun 2015
Lampiran 6. Format Identitas Responden
Lampiran 7. Format Quesioner Faktor-Faktor Internal Dan Eksternal Lampiran 8. Format Penentuan Rating Pada IFAS Dan EFAS
Lampiran 9. Format Penentuan Alternatif Strategi (AS) pada QSPM Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Penilaian Bobot Faktor Internal Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Penilaian Bobot Faktor Eksternal Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Penilaian Rating Pada IFAS dan EFAS Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Penilaian Alternatif Strategi (AS)
(15)
commit to user
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : a). memproyeksi penerimaan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi pada tahun 2015, dan b). mengetahui strategi optimalisasi pemungutan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi sebagai bahan informasi, masukan dan sumbangan pemikiran yang diharapkan bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Ngawi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Trend, SWOT dan QSPM.
Hasil analisis diperoleh kesimpulan pertama analisis trend bahwa pada tahun 2015 hasil proyeksi penerimaan pajak sarang burung walet sebesar Rp. 15.008.037,00. Kedua, analisis SWOT menghasilkan 2 (dua) alternatif strategi, yaitu : a). Alternatif Strategi Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Pemungutan Pajak, dan b). Alternatif Strategi Rekruitmen Dan Penempatan Pegawai. Ketiga, analisis QSPM menunjukkan bahwa total skor kemenarikan tertinggi pada alternatif strategi a). Rekomendasi penelitian ini adalah dapat segera melaksakan revitalisasi database wajib pajak dan potensi pajak, dimana data–data tersebut harus terintegrasi dalam sebuah sistem informasi, peningkatan SDM, kerjasama dengan instansi terkait dan melakukan pengawasan.
(16)
commit to user
ABSTRACT
This study aims is : a). to project tax revenue of swallow bird's nest in the Regency of Ngawi in 2015, and b). to determine the optimization strategy of swallow bird's nest tax collection in the Regency for providing information, input and contribution thought that are expected to be useful for the government of Ngawi Regency. The type of data used in this study were primary and secondary data. Analysis tools used in this study, namely the analysis of trends, SWOT and QSPM.
The analysis obtained three conclusions, first trend analysis showed, in the year of 2015 the projection of tax revenue of swallow bird's nest is 15,008,037.00. Secondly, SWOT analysis produced 2 (two) alternative strategies, a). Alternative Strategy of Quantity and Quality Tax Collection Improvement, and b). Alternative Strategy of Employee Recruitment And Placement. Third, QSPM analysis showed that the highest total score attractiveness is on the first alternative strategy. The result of this study suggests that the revitalization of the database of tax payers and tax potential must be accomplished immediately, where the all data must be integrated in one information system, human resource development, cooperation with relevant offices and conducting surveillance.
(17)
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Reformasi penyelenggaraan pemerintahan daerah serta pengaturan hubungan keuangan pemerintah pusat-daerah diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh dilaksanakan oleh Kabupaten dan Kota. Kewenangan otonomi merupakan keseluruhan kewenangan dan kewajiban daerah untuk mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri secara luas dan menyeluruh berdasarkan peraturan yang berlaku.
Otonomi Daerah memberikan kewenangan bagi daerah untuk mengelola potensi yang dimiliki oleh daerah baik sumber daya yang bersifat fisik maupun non fisik guna menunjang pendapatan daerah dan memiliki peranan yang sangat krusial dalam meningkatkan kesejahteraan warganya. Kewenangan yang diberikan mengakibatkan pemerintah daerah berusaha menggali, memberdayakan dan meningkatkan kemampuannya untuk menaikkan pendapatan daerahnya. Sumber-sumber penerimaan daerah, dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah;
(18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2. Dana Perimbangan;
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di daerah diperlukan penyediaan sumber-sumber PAD yang hasilnya memadai. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber-sumber tersebut, antara lain dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis pajak, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan khususnya dari sektor pajak daerah disamping penerimaan dari sektor-sektor yang lain. Hal tersebut diatas tidak lepas dari peranan Pemerintah Kabupaten untuk meningkatkan pendapatannya guna membiayai pembangunan daerah tersebut.
Pajak daerah merupakan pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah kepada penduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya, tanpa langsung memperoleh kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah yang memungut pajak daerah yang dibayarkannya. Pajak daerah ini diatur dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan disetujui oleh lembaga perwakilan rakyat serta dipungut oleh lembaga yang berada di dalam struktur pemerintah daerah yang bersangkutan.
Pajak daerah juga merupakan salah satu sektor utama dalam penerimaan daerah, oleh karena itu memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan pembangunan pembangunan. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah memberikan kekuasaan kepada daerah untuk mengatur
(19)
commit to user
dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah daerah perlu lebih meningkatkan secara maksimal potensi-potensi yang ada pada pajak daerah. Pajak daerah juga merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang penting berguna untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Kabupaten Ngawi sebagai salah satu daerah perbatasan antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah diharapkan begitu maju dalam perkembangannya dituntut untuk meningkatkan pembangunannya. Salah satu sumber penerimaan daerah adalah berasal dari pajak daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dapat mengoptimalkan pemungutan pajak dengan tidak mengabaikan prinsip keadilan.
Sumber pendapatan daerah di Kabupaten Ngawi yang berasal dari sektor pajak terdiri atas delapan jenis (sampai dengan Tahun 2010) , yaitu :
1. Pajak Hotel. 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan. 4. Pajak Reklame.
5. Pajak Penerangan Jalan. 6. Pajak Bahan Galian Gol. C. 7. Pajak Parkir.
(20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pajak sarang burung walet merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang perlu ditingkatkan penerimaannya mengingat prospek bisnis pengusahaan sarang burung walet masih sangat menjanjikan. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi sebagai pengemban tanggung jawab penerimaan pajak sarang burung walet dituntut untuk bekerja lebih keras. Evaluasi dan analisa terhadap jumlah penerimaan pajak sarang burung walet dari tahun ke tahun dapat dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi sebagai langkah awal mengambil langkah-langkah kebijakan guna mengoptimalkan penerimaan yang bersumber dari pajak sarang burung walet.
Program unggulan telah disiapkan dalam mewujudkan Ngawi menjadi lebih baik, diantaranya dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat membayar pajak yang dilaunchingkan pada tanggal 16 Desember 2010 yaitu Program Ngawi Peduli Pajak. Program tersebut dimaksudkan guna terwujudnya masyarakat yang sadar dan peduli pajak dengan didukung dengan aparat/petugas pajak yang bertanggung jawab dan profesional. Pajak sarang burung walet merupakan salah satu sasaran pajak yang harus ditingkatkan kepeduliannya. (pengarahan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi tanggal 05 April 2011). Dibawah ini data pengusaha sarang burung walet yang mempunyai pengusahaan di wilayah Kabupaten Ngawi, sebagai berikut :
(21)
commit to user
Tabel 1.1. Data Pengusaha Sarang Burung Walet di Wilayah Kabupaten Ngawi
NO NAMA ALAMAT KET
1 Bpk. Soewondo Jl. Simpang Sulfat No. 3, Malang LD 2 Bpk. Eduard L. Jl. Mayjen Panjaitan No. 161,
Madiun
LD 3 Bpk. Heru Wibowo Jl. Sultan Agung No. 199, Ngawi DD
4 Bpk. Bing Santoso Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
5 Bpk. Andy Tejo Yuwono Jl. Ngesrepdalem no 6, Semarang LD
6 Bpk. Madya Jl. Untung Suropati, Ngawi DD
7 Bpk. Tan Sing Hie Jl. Dr. Wahidin no. 4, Ngawi DD 8 Bpk. Sungkono Jl. Sultan Agung no. 122, Ngawi DD 9 Bpk. Tanu Sutikno Jl. Sultan Agung no. 188, Ngawi DD 10 Bpk. Hery Purnomo Jl. Caruban Km. 3, Ngawi DD 11 Bpk. Candra Kusumaatmadja Jl. Sultan Agung no. 96, Ngawi DD 12 Bpk. C. Yunianto Jl. Sultan Agung no. 98, Ngawi DD 13 Bpk. Moch. Wardani Jl. A. Yani no. 29, Ngawi DD 14 Ibu Wiwik Harsanto Jl. Jaksa Agung Suprapto, Ngawi DD 15 Bpk. Rudi Harsono Jl. Sultan Agung no. 92, Ngawi DD 16 Bpk. Eko Handoyo Jl. PB. Sudirman no. 26, Ngawi DD
17 Bpk. Moch. Muhajir Ds. Dawu, Paron, Ngawi DD
18 Bpk. Jemmy Santoso Jl. PB. Sudirman, Ngawi DD 19 Bpk. Santoso Bagyo Jl. PB. Sudirman no. 260, Ngawi DD 20 Bpk. Bambang Hudiyanto Jl. Sultan Agung no. 117A, Ngawi DD
21 Bpk. Pamudji Ngale, Yogyakarta LD
22 Bpk. Andy Sofian Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
23 Bpk. Kusnadi Jl. Kutai, Madiun LD
24 Bpk. Suyono Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
25 Intan Wahyuni Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
26 Sumber Jaya Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
27 Bpk. Joko Subagyo Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
28 Bpk. Hary Priyonggo Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
29 Bpk. Joko Kuncoro Jl. PB. Sudiman, Ngawi DD
30 Bpk. Handoko Jl. PB. Sudiman, Ngawi DD
31 Toko 555 Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
32 Bpk. Aping Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
33 Bpk. Gunawan Jl. Raden Patah, Ngawi DD
34 Bpk. Surya Pranata Jl. Sultan Agung, Ngawi DD 35 Perusahaan Garuda Tegel Jl. Solo Grudo, Ngawi DD
36 Bpk. Sin Ponorogo LD
(22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
NO NAMA ALAMAT KET
38 Depot Accord I Jl. Sultan Agung, Ngawi DD
39 Tang Siong Boe Walikukun, Ngawi DD
40 Iwan Santoso Walikukun, Ngawi DD
41 Bpk. Suparni Sidowayah, Kedunggalar, Ngawi DD
42 Toko Mas Gareng Walikukun, Ngawi DD
43 Pao Siong Ponorogo LD
44 Nuryanto Klompok, Banjarejo, Ngawi DD
45 Bpk. Erwin (Oding) Krajan, Ngale, Ngawi DD
DD
Sumber : Data DPPKA Kab. Ngawi, diolah Keterangan :
DD = dalam daerah LD = luar daerah
Data diatas diketahui bahwa pengusaha sarang burung walet di Kabupaten Ngawi sejumlah 45 orang, dimana sebesar 13,46% berdomisili di luar daerah Kabupaten Ngawi. Target dan realisasi Pajak sarang burung walet dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. 2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Tahun Anggaran 2002 s/d 2010
No Tahun Anggaran
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Persentase (%)
Perubahan (%)
1 2002 5.000.000,00 8.910.000,00 178.20 -
2 2003 10.000.000,00 11.065.000,00 110.65 -67,55 3 2004 12.000.000,00 12.100.000,00 100.83 -9,82 4 2005 16.000.000,00 17.018.400,00 106.37 +5,54 5 2006 17.000.000,00 17.040.000,00 100.24 -6,13 6 2007 17.000.000,00 17.029.950,00 100.18 -0,06 7 2008 17.000.000,00 17.025.000,00 100.15 -0,03 8 2009 17.000.000,00 17.000.000,00 100.00 -0,15 9 2010 17.000.000,00 17.000.000,00 100.00 0 Sumber : Data DPPKA Kab. Ngawi, diolah
(23)
commit to user
Tabel 1.2. diatas dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 9 tahun realisasi penerimaan pajak sarang burung walet yang diperoleh rata-rata melebihi jumlah yang ditargetkan. Realisasi tahun anggaran 2003 mengalami kenaikan dibanding realisasi tahun 2002 yaitu sebesar Rp. 2.155.000,00 namun perosentase mengalami penurunan sebesar 67,55%. Kenaikan dikarenakan adanya penambahan objek pajak baru namun pemungutan kurang maksimal. Tahun 2004 masih mengalami kondisi yang sama penerimaan bertambah Rp. 1.035.000,00 namun prosentase menurun 9,82%. pada tahun 2005 mengalami peningkatan penerimaan sebesar Rp. 4.918.400,00 sehingga prosentase perolehan pajak naik 5,54% karena harga sarang burung walet mengalami kenaikan dipasar. Tahun 2006 mengalami kenaikan target sebesar Rp 1.000.000,00 dan realisasi mengalami kenaikan pula sebesar Rp 21.600,00 namun prosentasenya turun sebesar 6,13%. Target penerimaan tahun anggaran 2007 sampai dengan Tahun 2009 tetap, yaitu Rp. 17.000.000,00 dan realisasi mengalami penurunan terus dikarenakan berkurangnya objek pajak. Sedangkan pada Tahun 2010 tidak ada kenaikan maupun penurunan target dan realisasi.
Prosentase penerimaan pajak sarang burung walet apabila dilihat secara keseluruhan mengalami penurunan terus. Secara garis besar perubahan prosentase realisasi Pajak Sarang Burung Walet di Kabupaten Ngawi dari Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2010 mengalami penurunan rata-rata sebesar 8,69%. Prosentase penerimaan menunjukkan
(24)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bahwa penerimaan dari pajak sarang burung walet di wilayah Kabupaten Ngawi berpotensi dalam mempengaruhi penerimaan PAD, namun perlu terus ditingkatkan/dioptimalkan mengingat masih banyaknya obyek pajak sarang burung walet yang belum terjaring oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi saat ini.
B. Perumusan Masalah
Perubahan prosentase realisasi terhadap target pajak sarang burung walet yang rata-rata mengalami penurunan setiap tahunnya menjadikan dasar penelitian ini dilaksanakan. Proyeksi penerimaan pajak sarang burung walet selama 5 (lima) tahun kedepan perlu dilakukan, mengingat evaluasi pelaksanaan program Ngawi Peduli Pajak di Kabupaten Ngawi akan dilaksanakan pada tahun 2015. Penerimaan pajak sarang burung walet yang semakin tahun semakin menurun perlu suatu strategi guna lebih meningkatkan penerimaan pajak di Kabupaten Ngawi pada periode selanjutnya. Dari uraian tersebut maka permasalahannya adalah :
1. bagaimana proyeksi penerimaan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi dalam kurun waktu 5 tahun ke depan ?
2. bagaimana strategi optimalisasi pemungutan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi ?
(25)
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk memproyeksi penerimaan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi pada tahun 2015.
2. Untuk mengetahui strategi optimalisasi pemungutan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis :
1. Secara teoritis, memberikan kontribusi terhadap pengembangan kajian akademis secara kritis dalam menambah khasanah keilmuan bagi pihak-pihak yang berkompeten dalam bidang pajak, pajak sarang burung walet pada khususnya.
2. Secara praktis, dapat memberikan manfaat bagi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi dalam melaksanakan pemungutan pajak sarang burung walet. Selain itu berguna dalam menentukan kebijakan dalam penerimaan pajak sarang burung walet yang lebih baik di masa mendatang.
(26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-dasar perpajakan
1. Pengertian Pajak
Pembangunan daerah merupakan kegiatan yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara materiil dan spiritual. Maka dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan sumber dana untuk pembiayaan dalam urusan Pemerintahan Daerah. Untuk merealisasikan hal tersebut dapat diperoleh dengan menggali potensi daerah yang salah satunya berasal dari pajak. Pajak adalah iuran wajib yang harus dibayar oleh masyarakat atau wajib pajak kepada Pemerintah, dengan tidak menerima suatu imbalan secara langsung.
Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro ( 1998 ) adalah :
“Pajak sebagai iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”
Definisi tersebut, kemudian disempurnakan sebagai berikut :
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
(27)
commit to user
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
pengeluaran umum.”
Definisi lain yang dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat yang dikutip dari (Tjahjono dan Husein, 2000:3) adalah sebagai berikut :
“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kekas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan merupakan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintahan serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik secara langsung dari Negara, untuk memelihara kesejahteraan umum.” Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Pajak dipungut oleh Negara (Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah), berdasarkan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
b. Merupakan kewajiban bagi setiap wajib pajak, bersifat dapat dipaksakan karena ditetapkan dalam Undang-undang.
c. Masyarakat tidak menerima imbalan secara langsung dari pemerintah. d. Diperuntukkan bagi pengeluaran rutin pemerintah jika masih surplus
digunakan untuk publik investment.
e. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang. f. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgetair yaitu
(28)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2. Prinsip Pajak
Sementara itu, apabila kita perhatikan sistem perpajakan yang dianut oleh banyak negara di dunia, maka prinsip-prinsip umum perpajakan daerah yang baik pada umumnya tetap sama, yaitu harus memenuhi kriteria umum tentang perpajakan daerah sebagai berikut:
a. Prinsip memberikan pendapatan yang cukup dan elastis, artinya dapat
mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat pendapatan masyarakat.
b. Adil dan merata secara vertikal artinya sesuai dengan tingkatan
kelompok masyarakat dan horizontal artinya berlaku sama bagi setiap
anggota kelompok masyarakat sehingga tidak ada yang kebal pajak. c. Administrasi yang fleksibel artinya sederhana, mudah dihitung,
pelayanan memuaskan bagi si wajib pajak.
d. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul motivasi dan kesadaran pribadi untuk membayar pajak.
e. Non-distorsi terhadap perekonomian : implikasi pajak atau pungutan yang hanya menimbulkan pengaruh minimal terhadap perekonomian. Pada dasarnya setiap pajak atau pungutan akan menimbulkan suatu beban baik bagi konsumen maupun produsen. Jangan sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban tambahan (extra burden)
yang berlebihan, sehingga akan merugikan masyarakat secara menyeluruh (dead-weightloss).
(29)
commit to user 3. Fungsi Pajak
a. Fungsi Budgetair (penerimaan)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya (baik yang pengeluaran rutin maupun pembangunan)
b. Fungsi Regulerand (mengatur)
Pajak sebagai alat mengatur atau melaksanakan akan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi dan sosial.
1). Sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi dan sosial.
Contoh : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras dengan tujuan.untuk mengurangi konsumsi minuman keras.
2). Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% dengan tujuan untuk mendorong ekspor produk Indonesia dipasaran dunia.
3). Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan
4. Pembedaan dan Pembagian Jenis Pajak a. Menurut Golongannya
1). Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
(30)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2). Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Sarang burung walet, Pajak Pertambahan Nilai b. Menurut Sifatnya
1). Pajak Subyektif
Pajak yang berpangkal atau berlandaskan pada subyeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, dengan kata lain pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan yang obyektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya. Contoh : Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
2). Pajak Obyektif
Pajak yang berpangkal atau berlandaskan pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai c. Menurut Lembaga Pemungutnya
1). Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Departemen Keuangan dan hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
(31)
commit to user 2). Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah seperti Propinsi, Kabupaten maupun Kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing.
Contoh : Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Restoran, Pajak Reklame
5. Tata Cara Pemungutan Pajak
Menurut Tjahjono (2000:25-26) tata cara pemungutan pajak dibagi menjadi tiga, yaitu stelsel pajak, asas pemungutan pajak dan sistem pemungutan pajak.
a. Stelsel Pajak
1). Stelsel Nyata (Riil Stelsel).
Pengenaan pajak didasarkan pada obyek atau penghasilan yang sesungguhnya diperoleh oleh wajib pajak, sehingga pajak yang baru dapat dipungut setelah akhir tahun pajak, yaitu setelah diketahui penghasilan yang sesungguhnya.
2). Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur Undang-undangnya. Misalnya anggapan bahwa penghasilan tahun sekarang sama dengan penghasilan tahun lalu, sehingga pada awal tahun sudah dapat diketahui besarnya pajak terutang.
(32)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3). Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pengenaan pajak dilakukan pada awal tahun berdasarkan anggapan dan pada akhir tahun dilakukan koreksi.
b. Asas Pemungutan Pajak
1). Asas Domisili (Asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
2). Asas Sumber
Pengenaan pajak tergantung adanya sumber disuatu negara. Siapapun yang menerima penghasilan dari Indonesia, akan dikenakan pajak oleh Negara Indonesia, baik wajib pajak bertempat tinggal di Indonesia maupun di luar negeri
3). Asas Kebangsaan
Asas ini menghubungkan pengenaan pajak dengan kebangsaan suatu negara, dimana setiap orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia diberlakukan untuk membayar pajak.
(33)
commit to user c. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mahmudi ( 2009:15 ) pemungutan pajak disuatu daerah dapat menggunakan beberapa sistem, antara lain :
1). Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak daerah yang dihitung, dilaporkan dan dibayarkan sendiri oleh wajib pajak daerah. Dengan sistem ini wajib pajak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan membayarkan pajak terhutangnya ke Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) atau unit kerja yang ditetapkan pemerintah daerah.
2). Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang nilai pajaknya ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah yang menunjukkan jumlah pajak terhutang. Wajib Pajak selanjutnya berdasarkan SKP-Daerah tersebut membayarkan pajak terhutangnya melalui bendahara penerimaan atau bendahara penerimaan pembantu pada masing-masing instansi pemungut, atau bisa pula pembayaran melalui bank, kantor pos atau lembaga lain yang ditunjuk pemerintah daerah.
(34)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3). Joint Collection System
Sistem pemungutan pajak daerah yang dipungut oleh pemungut pajak yang ditunjuk pemerintah daerah. Contoh : pemungutan Pajak Penerangan Jalan oleh PLN.
6. Syarat Pemungutan Pajak
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Adil dalam perundang-undangan (misal : pengenaan pajak secara umum dan merata sesuai dengan kemampuan) dan adil pelaksanaan (misal : memberikan hak Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, banding kepada Badan Penyelesaian sengketa Pajak).
b. Pemungutan pajak berdasarkan Undang-undang (syarat Yuridis) Diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 23 ayat 2 mengatakan bahwa, pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk keperluan Negara hanya boleh terjadi berdasarkan Undang-undang.
c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)
Keseimbangan dalam kehidupan ekonomi tidak boleh terganggu karena adanya pemungutan pajak. Oleh karena itu, kebijaksanaan pemungutan pajak harus diusahakan supaya tidak menghambat lancarnya perekonomian, baik dalam bidang produksi maupun perdagangan.
(35)
commit to user
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup sebagian dari pengeluaran-pengeluaran Negara sehingga biaya pemungutan pajak harus lebih kecil dari hasil pemungutannya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Untuk kemudahan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah merupakan modal dasar bagi Pemerintah Daerah untuk membiayai pembangunan dan penyelenggaraan pembangunan daerah sebagai wujud terlaksananya otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pengertian Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh di daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka pendapatan asli daerah adalah pendapatan daerah yang sumber-sumber pendapatannya berasal dari penggalian atau pungutan daerah, sedangkan besar kecilnya pendapatan daerah sangat ditentukan oleh potensi daerah, keintensifan aparat pemungut pajaknya dan faktor-faktor yang mendukungnya.
(36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user Pendapatan daerah terdiri dari :
a. Hasil Pajak Daerah b. Hasil Retribusi Daerah
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah lainnya yang sah.
C. Pajak Daerah (PD)
1. Pengertian Pajak Daerah
Pada prinsipnya pajak daerah sama seperti pajak pusat apabila ditinjau dari subyek dan obyeknya, sedangkan perbedaan dari kebudayaan adalah aparat pemungut dan pengguna pajak. Pajak tersebut termasuk pajak pusat, apabila aparat pemungut dan pengguna pajak tersebut adalah pemerintah pusat, sedangkan pajak daerah, aparat pemungut dan penggunanya adalah pemerintah daerah.
Jadi pengertian pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan Undang-undang yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan daerah.
Dari pengertian tentang pajak daerah tersebut diatas, dapat diketahui bahwa pajak daerah memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
(37)
commit to user
a. Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai Pajak Daerah.
b. Penyerahan pengolahan pajak tersebut berdasarkan Undang-undang dan peraturan daerah.
c. Pajak daerah yang dipungut berdasarkan peraturan kekuatan Undang-undang dan peraturan hukum lainnya.
d. Hasil pemungutan pajak daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran kegiatan rumah tangga daerah atau membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.
2. Obyek Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 menjelaskan bahwa “Obyek pajak daerah adalah kepemilikan, penguasaan, pengambilan, pemanfaatan, penerimaan, penggunaan barang dan jasa yang dapat dikenakan pajak daerah”. Potensi daerah dapat dijadikan objek pajak daerah apabila :
a. Terletak dalam wilayah suatu daerah, serta melayani masyarakat tidak wilayah tersebut.
b. Objek Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
c. Bukan merupakan objek pajak propinsi dan objek pajak pusat. d. Bersifat pajak dan bukan retribusi.
(38)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Berpotensi tidak memberikan dampak negatif, memperhatikan aspek keadilan.dan kemampuan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan.
3. Subyek Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-undang RI No. 28 Tahun 2009 menjelaskan “Subyek pajak adalah orang pribadiatau Badan yang dapat dikenakan pajak”. 4. Jenis Pajak Daerah
Daerah Provinsi maupun Daerah Kabupaten/Kota dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah ditetapkan, apabila potensi pajak daerah tersebut dipandang kurang memadai. Secara garis besar pajak daerah dibagi menjadi :
a. Pajak Provinsi, terdiri dari :
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air (2-10%) 2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (0.075-0.75%)
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (10%) 4) Pajak Air Permukaan (10 %)
5) Pajak Rokok (10 %)
b. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari : 1) Pajak Hotel (10%)
2) Pajak Restoran (10%) 3) Pajak Hiburan (maks 35%) 4) Pajak Reklame (25%)
(39)
commit to user
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (25%) 7) Pajak Parkir (maks 30%)
8) Pajak Air Tanah (20%)
9) Pajak Sarang Burung Walet (10%)
10)Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (0.3%) 11)Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (5%)
D. Pajak Sarang Burung Walet
1. Pengertian
a. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocaliaesculanta, dan collocalia linchi.
b. Pengusahaan Sarang Burung Walet adalah bentuk kegiatan pengambilan sarang burung walet di habitat alami dan di luar habitat alami.
c. Pajak Sarang Burung Walet adalah Pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet.
2. Subyek, Obyek, dan Wajib Pajak Sarang Burung Walet
Yang dimaksud dengan subyek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang burung walet. Obyek pajak sarang burung walet adalah setia pengambilan dan/atau mengusahakan sarang burung walet. Wajib Pajak
(40)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambil dan/atau mengusahakan sarang burung walet.
3. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Sarang Burung Walet
Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah nilai jual sarang burung walet. Tarif ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif pajak sarang burung wallet ditetapkan dengan peraturan daerah. 4. Cara Perhitungan Pajak Sarang Burung Walet
Cara perhitungan Pajak Sarang Burung Walet yaitu nilai jual sarang burung walet dihitung berdasarkan Volume sarang burung walet dikalikan dengan harga pasaran umum pada saat pengambilan dan/atau pengusahaan. Nilai jual sarang burung wallet dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum sarang burung wallet yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan volume sarang burung wallet.
Besaran pokok pajak yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak perkalian antara harga pasaran umum sarang burung walet yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan volume sarang burung walet atau dengan lebih mudahnya dengan rumus dibawah ini :
Pajak SBW = (X kg/bulan x Rp. Y) x 12 bulan x 10%
= Rp. Z/bulan x 12 bulan x 10%
Dimana :
X = penghasilan per bulan Y = harga per kilogram Z = hasil penjualan
(41)
commit to user
E. Kerangka Pemikiran
Pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi dilaksanakan pertama kali pada tahun 2002. Selama kurun waktu 8 tahun, penerimaan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi. Program unggulan Kabupaten Ngawi akan dievaluasi secara bertahap 5 tahun sekali. Proyeksi penerimaan pajak sarang burung walet perlu dilakukan guna mengetahui seberapa besar penerimaan pajak sarang burung walet pada periode selanjutnya. Proyeksi tersebut menggunakan suatu analisis, yaitu analis Tren.
Hasil analisis Tren akan menimbulkan upaya-upaya guna meningkatkan penerimaan pajak sarang burung walet pada periode selanjutnya dengan mempergunakan suatu strategi. Tahapan penentuan strategi terbagi atas 2 (dua) tahap. Tahap pertama yaitu identifikasi faktor-faktor internal, yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan serta identifikasi faktor-faktor eksternal, yang terdiri dari peluang dan ancaman. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal akan digabungkan dan diperoleh rumusan 2 (dua) Alternatif Strategi. Tahapan tersebut menggunakan analisis Strenghs, Weaknesses, Opportunities
and Threats (SWOT). Tahap kedua yaitu penentuan Alternatif Strategi terpilih,
yaitu alternatif strategi mana yang paling baik untuk segera dilaksanakan. Tahap kedua menggunakan analisis Quantitative Strategies Planning Matrix
(QSPM). Keseluruhan hasil yang diperoleh, dapat ditarik suatu kesimpulan
yang merupakan jawaban dari penelitian ini dan dapat disampaikan pula saran yang berguna bagi pihak-pihak terkait. Kerangka pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian, dijelaskan dalam Gambar dibawah ini :
(42)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tren
SWOT
QSPM
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Sumber : Penelitian, 2011
Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O)
Ancaman (T)
Alternatif Strategi
1
Alternatif Strategi
2
Prioritas Strategi
Proyeksi penerimaan pajak SBW Tahun 2015
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
(43)
commit to user
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk melakukan penelitian, sedangkan penelitian merupakan kegiatan untuk mengumpulkan, mengklarifikasikan, menginventarisir data. Metode penelitian menurut Nasir (1988:51) mempunyai fungsi untuk memandu peneliti tentang urutan bagaimana penelitian dilakukan, selanjutnya dikatakan bahwa dalam banyak hal orang mencampuradukkan antara prosedur dan metode penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam usaha mencari dan mendapatkan data dengan tujuan menggambarkan, menjelaskan dan menguraikan keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dijelaskan berikut ini antara lain jenis dan sumber data penelitian yang dipakai, teknik pengumpulan data, definisi operasional serta metode analisa data.
A. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Penelitian
Penelitian dapat digolongkan dalam macam-macam jenis, baik menurut bidangnya, tempatnya, pemakaiannya, tujuannya serta taraf atau tingkat eksplarasinya. Dari sekian banyak jenis penelitian yang ada, memfokuskan pada penelitian taraf atau tingkat eksplarasinya yang lebih khusus.
(44)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Didasari dari uraian tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2011:7).
2. Sumber data a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari orang atau narasumber yang dianggap menguasai bidang permasalahan yang akan diteliti. Nara sumber tersebut terdiri dari empat orang, yaitu Sumarno selaku Kepala Bidang Pajak DPPKA Kabupaten Ngawi, Agus Setyo Budi selaku Kasi Penetapan Pajak DPPKA Kabupaten Ngawi, Heru selaku Ketua Paguyuban Pengusaha Sarang Burung Walet di Kabupaten Ngawi dan Bripda Arik, anggota Kepolisian Resort Ngawi. b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, meliputi studi kepustakaan, dokumen resmi, catatan-catatan, studi literatur, penelitian ilmiah dan dokumen-dokumen yang diperoleh dalam penelitian ini.
B. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian diperlukan suatu teknik pengumpulan data, dimana data-data yang berkaitan dengan penelitian akan dikumpulkan menjadi satu. Yang dimaksud dengan teknik adalah cara yang dipakai oleh seorang peneliti untuk memperoleh data yang cepat, tepat, serta akurat. Agar data yang
(45)
commit to user
diperoleh itu dapat dijamin keakuratannya ataupun kevalidannya maka dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif digunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2011:142).
Teknik pengumpulan data pada analisis Tren adalah data-data sekunder, yaitu data target dan realisasi pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi periode 2002 sampai 2010. Pada analisis SWOT data yang diperlukan adalah
data faktor internal dan data faktor eksternal. Data tersebut diperoleh dengan cara survey pada sejumlah responden. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 50 responden, yang terdiri dari 45 orang pengusaha, 3 orang staf/petugas pajak, 1 orang Kepala Bidang Pajak DPPKA Kabupaten Ngawi dan 1 orang Kepala Seksi Penetapan Pajak DPPKA Kabupaten Ngawi. Teknik pengumpulan data rating dalam analisis SWOT diperoleh dengan cara survey
pada 5 (lima) responden, yaitu 3 orang staf/petugas pajak, 1 orang Kepala Bidang Pajak DPPKA Kabupaten Ngawi dan 1 orang Kepala Seksi Penetapan Pajak DPPKA Kabupaten Ngawi. Hasil survey dipergunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang kemudian diformulasikan menjadi beberapa alternatif strategi.
Teknik pengumpulan data kemenarikan pada analisis QSPM diperoleh
(46)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pajak, 1 orang Kepala Bidang Pajak DPPKA Kabupaten Ngawi dan 1 orang Kepala Seksi Penetapan Pajak DPPKA Kabupaten Ngawi
C. Definisi Operasional
1. Strategi
Menurut pendapat Hunger dan L.Wheelen (2003), strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana suatu perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing.
2. Optimalisasi
Optimalisasi adalah upaya untuk memaksimalkan suatu tujuan. Menurut Machfud Sidik (2011), optimalisasi dapat dilaksanakan dengan upaya-upaya sebagai berikut :
a. Intensifikasi, dilakukan dengan cara : 1) Memperluas Basis Penerimaan
Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan yang dapat dipungut oleh daerah, yang dalam perhitungan ekonomi dianggap potensial, antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan.
(47)
commit to user
2) Memperkuat proses pemungutan
Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan, yaitu antara lain mempercepat penyusunan Perda, mengubah tarif, khususnya tarif retribusi dan peningkatan SDM.
3) Meningkatkan pengawasan
Hal ini dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara tiba-tiba dan berkala, memperbaiki proses pengawasan, menerapkan.sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi, serta meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan oleh daerah.
4) Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan
Tindakan yang dilakukan oleh daerah yaitu antara lain memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan admnistrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan.
5) Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di daerah.
Selain cara tersebut diatas dapat pula dilakukan dengan cara mensosialisasikan secara tatap muka dengan Wajib Pajak sarang burung walet sekaligus sebagai kegiatan penyuluhan tentang peduli pajak secara langsung ke Wajib Pajak.
(48)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user b. Ekstensifikasi, dilakukan dengan cara :
1). Studi banding kedaerah-daerah lain dengan potensi yang lebih besar, selanjutnya belajar dari daerah tersebut mengenai mekanisme pemungutann pajak sarang burung walet yang efektif dan kemudian diterapkan di wilayah Kabupaten Ngawi, sepanjang sesuai dengan kondisi Kabupaten Ngawi.
2). Dengan menambah jumlah wajib pajak terdaftar, petugas pajak akan mencari, mendata, mencermati dan meneliti setiap tempat, apakah orang pribadi atau Badan telah terdaftar sebagai wajib pajak.
D. Metode Analisa Data
Pengertian analisa data, sebagaimana diungkapkan Singarimbun dan Effendi (1989) adalah:
“Analisa data merupakan proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Setelah data tersebut disajikan dalam bentuk tabel guna kepentingan analisis, maka selanjutnya peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian secara menyeluruh berdasarkan temuan khusus dilapangan”.
Milles dan Huberman (1988) menyatakan bahwa analisa data meliputi :
1. Reduksi data, merupakan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data “kasar” dari catatan-catatan tertulis
(49)
commit to user
di lapangan. Hal ini merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data. 2. Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks
kedalam bentuk yang sistematis dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta pengambilan keputusan.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah membuat kesimpulan sementara dari yang semula belum jelas menjadi lebih terperinci dengan cara diversifikasi dalam arti meninjau ulang catatan-catatan lapangan dengan maksud agar data-data yang diperoleh valid.
Metode analisa data dalam penelitian ini adalah Tren, SWOT dan QSPM. 1. Analisis Tren
Trend adalah suatu gerakan (kecenderungan) naik atau turun dalam jangka panjang seperti diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu. Rata-rata perubahan tersebut bisa bertambah dan bisa berkurang. Jika rata-rata perubahan bertambah disebut dengan trend positif dengan maksud trend mempunyai kecenderungan naik sebaliknya jika rata-rata perubahan berkurang disebut trend negative atau trend yang mempunyai kecenderungan menurun ( Hamdani,dkk, 2007: 198).
Menurut Mahmudi (2009:32), mengemukakan bahwa sebelum menejemen dalam hal ini pemerintah daerah menetapkan suatu target anggaran terlebih dahulu perlu dilakukan prakiraan, agar target yang ditetapkan dapat realistis dan rasional. Prakiraan pendapatan tersebut juga penting untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam memungut
(50)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendapatan sehingga juga berpengaruh pada pemilihan strategi dan program mobilitas pendapatan.
Teknik kuantitatif prakiraan yang cukup mudah digunakan dan dinilai cukup tinggi keakuratannya adalah dengan teknik trend. Pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan persamaan regresinya. Trend Linear adalah trend yang variabel X-nya (periode waktu) berpangkat paling tinggi satu. Trend linear memiliki bentuk persamaan garis lurus yaitu :
Keterangan :
Y = data berkala atau nilai trend untuk periode tertentu X = Periode waktu (tahun)
a = Konstanta nilai Y jika X = 0
b = Parameter atau Koefesien X kemiringan garis trend (slope).
Menentukan garis trend terlebih dahulu dicari nilai a dan b. artinya jika nilai a dan b sudah diketahui maka garis trend dapat dibuat. Nilai a dan b dapat ditentukan dengan menggunakan suatu metode yaitu metode kuadrat terkecil (Sutrisno, dkk, 2004: 105). Prinsip Metode Kuadrat Terkecil adalah meminimumkan banyaknya pangkat dua selisih antara nilai variabel yang sesungguhnya Y dengan nilai trend Yt, sehingga
Metode Kuadrat Terkecil akan menghasilkan Σ(Y- Yt)² (banyaknya deviasi total kuadrat) yang nilainya sekecil mungkin (Suharyadi,dkk, 2004: 471). Untuk menghitung nilai a dan b, adalah sebagai berikut :
(51)
commit to user a = ΣY – bΣX
n n
b = ΣXY – (ΣX)( ΣY)/n ΣX² - (ΣX)²/n
Perhatikan bahwa untuk dapat menggunakan rumus-rumus diatas kita
perlu menghitung empat buah penbanyaknyaan dasar yaitu ΣX, ΣY, ΣX² dan ΣXY (Makridakis.dkk, 1999:212).
2. Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2009) bahwa Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths)
dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis
SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities)
dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal Kekuatan (Strengths) dan
Kelemahan (Weaknesses). Formulasi strategi disusun berdasarkan analisis
yang diperoleh dari penerapan model SWOT dengan cara menentukan dahulu menentukan faktor-faktor strategi internal (Internal Strategic
Factors Analysis Summary / IFAS) dan faktor-faktor strategi eksternal
(Eksternal Strategic Factors Analysis Summary / EFAS) yang kemudian
dibuat Matrik Swot.
Penentuan bobot setiap faktor yang akan digunakan dalam perhitungan EFAS adalah berdasarkan jumlah jawaban per faktor dari
(52)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
responden. Dari jumlah tersebut maka akan ditentukan nilai bobotnya dengan membagi antara jumlah per faktor tersebut dengan jumlah keseluruhan responden dalam EFAS. Hal yang sama pula dalam penentuan bobot setiap faktor yang akan digunakan di perhitungan IFAS, sebagimana penentuan bobot dalam perhitungan EFAS. Skala bobot EFAS dan IFAS adalah sebagai berikut :
1 0
Paling Penting Tidak Penting Gambar 3.1. Skala Bobot EFAS dan IFAS
Penetuan Rating berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang diteliti. Skala Rating EFAS maupun IFAS adalah sebagai berikut :
4 3 2 1
Sangat baik Diatas rata-rata Rata-rata Dibawah rata-rata Gambar 3.2. Skala Rating EFAS dan IFAS
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis tersebut diatas adalah Matrik SWOT. Matrik ini dapat mengambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi.
(53)
commit to user Tabel 3.1 Matrik SWOT
IFAS EFAS
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
THREATS (T) STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Keterangan:
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang.
d. Strategi WT
Strategi ini digunakan untuk menangkal ancaman dengan memperbaiki kelemahan.
(54)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3. Analisi QSPM
Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) merupakan hasil
keputusan strategis setelah menilai skor kemenarikan (Attractiveness Score/AS) setiap faktor strategis baik faktor internal maupun eksternal (Sarkis, 2003:81-90). Dari hasil skor pembobotan dikalikan tingkat kemenarikan diperoleh skor kemenarikan total (Total Attractiveness Score/TAS). Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari
strategi-strategi yang bervariasi yang telah di pilih, untuk menentukan strategi-strategi mana yang di anggap paling baik untuk diimplementasikan.
Penentuan Bobot yang akan digunakan dalam perhitungan QSPM
diambil berdasarkan hasil pembobotan EFAS dan IFAS pada analisis SWOT. Penetuan Alternatif Strategi (AS) adalah dengan memberikan
rating pada setiap faktor, dimana rating tersebut menunjukkan bagaimana daya tarik setiap faktor kepada strategi yang akan dipilih, dengan ketentuan nilai, sebagai berikut :
1 2 3 4
Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat menarik
(55)
commit to user
BAB. IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Ngawi
1. Aspek Geografis Dan Luas Wilayah
Ngawi merupakan wilayah kabupaten yang terletak di ujung barat propinsi Jawa Timur. Terletak di sekitar 70 21’ – 70 31 lintang selatan dan 1110 – 1110 40’ bujur timur, dan pada ketinggian antara 25 m sampai 1000 m di atas permukaan laut. Pada tahun 2010, Curah hujan tertinggi turun berkisar antara 21,00 sampai 28,00 mm, sedangkan curah hujan terendah berkisar antara 12,00 sampai 15,00 mm.
Batas-batas Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten grobogan, Kabupaten Blora, (wilayah Propinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro.
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Madiun.
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen ( wilayah Propinsi Jawa Tengah).
(56)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user Gambar 4.1. Peta Kabupaten Ngawi
Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi
Berdasarkan topografi Ditinjau wilayah Ngawi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu dataran tinggi dan tanah datar. 4 Kecamatan terletak pada dataran tinggi, yaitu Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Lima Belas Kecamatan lainnya terletak di pada tanah datar, yaitu Kecamatan Karanganyar, Mantingan, Widodaren, Pitu, Kedunggalar, Paron, Ngawi, Kasreman, Padas, Bringin, Karangjati, Pangkur, Kwadungan, Gerih dan Geneng.
Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten yang mempunyai wilayah cukup luas. Luas seluruh Kabupaten Ngawi 1.295,98 km2. Kecamatan Karanganyar merupakan kecamatan terluas dengan luas 138,29 km2 atau sekitar 10,92 persen dari total keseluruhan wilayah Kabupaten Ngawi, sedangkan Kecamatan Pangkur merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil dengan luas wilayah 29,41 km2. Dengan 19 kecamatan, seperti yang terlihat dalam tabel 4.1 jarak antara ibukota kecamatan yang tidak terlalu jauh merupakan salah satu faktor yang menguntungkan untuk melaksanakan pembangunan. Jarak terpendek adalah Kecamatan Ngawi
(57)
commit to user
dengan Kecamatan Paron yang berjarak 6 km dan terjauh Kecamatan Ngawi dengan Kecamatan Mantingan yang berjarak 36 km. Jarak terpendek dari ibukota kabupaten ke kecamatan adalah Kecamatan Ngawi dan terjauh adalah Kecamatan Mantingan dan Sine dengan jarak 36 km. Tabel 4.1. Luas Wilayah Per Kecamatan Di Kabupaten Ngawi Pada
Tahun 2000
Kecamatan Luas Wilayah (km2)
Jarak ke Ibukota Kab (km2)
1. Sine 2. Ngrambe 3. Jogoroyo 4. Kendal 5. Geneng 6. Gerih 7. Kwadungan 8. Pangkur 9. Karangjati 10.Bringin 11.Padas 12.Kasreman 13.Ngawi 14.Paron 15.Kedunggalar 16.Pitu 17.Widodaren 18.Mantingan 19.Karanganyar 80,22 57,49 65,84 84,56 52,52 34,52 30,30 29,41 66,67 62,62 50,22 31,49 70,56 101,14 129,65 56,01 92,26 62,21 138,29 36 30 24 32 12 20 21 16 20 17 11 8 - 6 12 17 30 36 33
JUMLAH 1.295,98
Sumber: BPS Kabupaten Ngawi Dalam Angka 2011
2. Aspek Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi pada tahun 2010 sebesar 894.675 jiwa tersebar di 19 kecamatan dan 217 desa/kelurahan yang ada. Populasi penduduk yang terendah terjadi di Kecamatan Kasreman, yaitu
(58)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebesar 24.292 jiwa dan tertinggi di Kecamatan Paron sebesar 89.403 jiwa. Keterangan lebih lengkap seperti yang terdapat dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Ngawi Tahun 2010 Menurut Kecamatan.
Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. Sine 2. Ngrambe 3. Jogoroyo 4. Kendal 5. Geneng 6. Gerih 7. Kwadungan 8. Pangkur 9. Karangjati 10. Bringin 11. Padas 12. Kasreman 13. Ngawi 14. Paron 15. Kedunggalar 16. Pitu 17. Widodaren 18. Mantingan 19. Karanganyar 15 14 12 10 13 5 14 9 17 10 12 8 16 14 12 10 12 7 7 48.933 42.848 41.256 51.061 56.023 37.490 28.743 28.826 48.107 32.341 34.167 24.292 84.536 89.403 73.866 28.284 70.750 41.843 31.906
Jumlah total 217 894.675
(59)
commit to user
Rasio adalah suatu perbandingan antara pertumbuhan jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam suatu daerah. Rasio menunjukkan peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2010, secara berurutan yaitu sebagai berikut : 95,69; 95,67; 96,99; 96,99 dan 96,57. Ini berarti pertumbuhan penduduk laki-laki lebih kecil dari pertumbuhan penduduk perempuannya, seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Tahun 2006 - 2010
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio 2006
2007 2008 2009 2010
429.921 431.354 437.808 438.223 439.536
449.272 450.867 451.416 453.828 455.139
879.193 882.221 889.224 892.051 894.675
95.69 95.67 96.99 96.99 96.57 Sumber:BPS Kabupaten Ngawi Dalam Angka 2011
Rasio menurut kecamatan, pada tahun 2010 yang terlihat tertinggi di Kecamatan Karanganyar sebesar 100,55% dan terendah di Kecamatan Sine sebesar 88,35%. Prosentase tersebut menunjukkan bahwa penduduk perempuan pada kecamatan Karanganyar lebih besar dibandingkan penduduk laki-laki. Sebaliknya yang terjadi di kecamatan Sine, penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Data lebih lengkap sebagaimana dalam tabel dibawah ini :
(60)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Per Kecamatan Tahun 2006 - 2010
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio 1. Sine 2. Ngrambe 3. Jogoroyo 4. Kendal 5. Geneng 6. Gerih 7. Kwadungan 8. Pangkur 9. Karangjati 10. Bringin 11. Padas 12. Kasreman 13. Ngawi 14. Paron 15. Kedunggalar 16. Pitu 17. Widodaren 18. Mantingan 19. Karanganyar 22.953 21.308 20.106 24.552 27.810 18.196 14.200 14.202 23.257 15.922 17.031 12.147 42.038 44.075 36.804 14.089 35.008 19.841 15.997 25.980 21.540 21.150 26.509 28.213 19.294 14.543 14.624 24.850 16.419 17.136 12.145 42.498 45.328 37.062 14.195 35.742 22.002 15.909 48.933 42.848 41.256 51.061 56.023 37.490 28.743 28.826 48.107 32.341 34.167 24.292 84.536 89.403 73.866 28.284 70.750 41.843 31.906 88.35 98.92 95.06 92.62 98.57 94.31 97.64 97.11 93.59 96.97 99.39 100.02 98.92 97.24 99.30 99.25 97.95 90.18 100.55
Jumlah 439.536 455.139 894.675 96.57
Sumber:BPS Kabupaten Ngawi Dalam Angka 2011
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dengan interval lima tahun menunjukkan bahwa kelompok umur 15 – 19 tahun menunjukkan jumlah yang paling besar bila dibandingkan dengan kelompok umur lainnya, yaitu sebesar 83.506 jiwa atau sebesar 9,33%. Penyediaan lapangan kerja untuk kelompok umur ini sangat diperlukan, karena usia
(61)
commit to user
ini siap memenuhi bursa lapangan kerja. Dalam tabel 4.5 dijelaskan bahwa kelompok umur 0 – 9 tahun sebesar 138.675 jiwa atau sekitar 15,50%, kelompok umur 10 – 64 tahun yang termasuk usia kerja sebesar 685.188 jiwa atau sekitar 76,59% sedangkan kelompok umur 65 – 75 tahun ke atas sebesar 70.812 jiwa atau sekitar 7,91%.
Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 ke atas
34.368 37.117 41.659 43.834 30.735 32.180 32.997 35.824 33.691 29.744 22.349 17.879 16.743 12.001 10.420 7.996 32.702 34.488 40.246 39.671 31.859 35.327 37.675 38.902 33.931 27.503 22.554 19.325 10.560 16.222 12.860 11.314 67.070 71.605 81.904 83.506 62.593 67.507 70.672 74.727 67.622 57.248 44.903 37.204 37.302 28.223 23.280 19.309
Jumlah 439.536 455.139 894.675
(62)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3. Pemerintahan
Kabupaten Ngawi merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa Timur, memiliki sistem pemerintahan yang sama dengan kabupaten lainnya. Unit pemerintahan yang dikoordinir langsung oleh kabupaten adalah kecamatan. Masing-masing kecamatan terdiri dari desa/kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Ngawi 1.295,98 km2 dibagi dalam 19 kecamatan dengan 213 Desa dan 4 Kelurahan. Kecamatan Karangjati merupakan kecamatan dengan jumlah desa paling banyak yaitu 17 desa atau sebesar 7,83% dari keseluruhan desa dan Kecamatan Gerih yang merupakan kecamatan baru mempunyai desa paling sedikit yaitu 5 desa atau 2,30%. Data lebih lengkap sebagaimana dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.6. Jumlah Desa Tahun 2010
Kecamatan Desa/Kelurahan Prosentase
1. Sine 2. Ngrambe 3. Jogoroyo 4. Kendal 5. Geneng 6. Gerih 7. Kwadungan 8. Pangkur 9. Karangjati 10. Bringin 11. Padas 12. Kasreman 13. Ngawi 14. Paron 15. Kedunggalar 16. Pitu 17. Widodaren 18. Mantingan 19. Karanganyar 15 14 12 10 13 5 14 9 17 10 12 8 16 14 12 10 12 7 7 6,91 6,45 5,53 4,61 5,99 2,30 6,45 4,15 7,83 4,61 5,53 3,69 7,37 6,45 5,53 4,61 5,53 3,23 3,23
Jumlah total 217 100
(63)
commit to user 4. Keadaan Ekonomi
a. Pertanian
1) Pertanian Tanaman Pangan
Pertanian merupakan sektor yang paling dominan di Kabupaten Ngawi, karena sebagian besar penduduk Ngawi hidup dari bercocok bertanam. Luas lahan pertanian tahun 2010 mencapai 84 persen dari luas wilayah Kabupaten Ngawi. Hal tersebut menggambarkan sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi penduduk Ngawi. Produksi padi pada tahun 2010 sebesar 697.501 ton, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 719.385 yang berarti mengalami penurunan produksi sebesar 21.884,49 ton. Produksi jagung mengalami punurunan pula sebesar 5.466 ton yaitu pada tahun 2009 sebesar 99.680 ton sedangkan pada tahun 2010 sebesar 94.214 ton. Begitu pula produksi tanaman pangan yang lain seperti ubi jalar, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah serta kacang hijau mengalami penurunan yang bervariasi. (Kabupaten Ngawi dalam angka, 2011).
2) Perkebunan
Perkebunan di Ngawi meliputi perkebunan kelapa, tebu, coklat, dan lain-lain. Perkebunan tebu merupakan perkebunan yang memiliki area terbesar di wilayah Ngawi sebesar 4.541,27 ha. Produksi tahun 2010 naik 1.464,77 kwintal atau naik 83,86 persen dari produksi tebu tahun 2009 sebesar 1.746,69 kwintal.
(64)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan naiknya produksi tebu dari tahun ke tahun, maka diharapkan mampu mendorong kenaikan produksi gula (Kabupaten Ngawi dalam angka, 2011).
3) Peternakan
Populasi ternak besar dan kecil terdiri dari antara lain : sapi, kerbau, kambing, domba, sedangkan jenis unggas yang diternak antara lain ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging dan lain-lain. Tahun 2010, jumlah seluruh hewan ternak naik dibanding tahun 2009, kecuali kerbau yang mengalami penurunan jumlah sebesar 50 ekor atau 2 persen. Pada umumnya produksi daging ternak mengalami peningkatan yang bervariasi dibanding tahun sebelumnya. Produksi daging unggas mengalami penurunan pada Itik Manila, yaitu sejumlah 6.700 ekor dari tahun 2008, namun produksi unggas yang lainnya mengalami kenaikan yang bervariatif dibandingkan tahun 2009 (Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2011).
4) Perikanan
Produksi ikan darat yang terdiri dari ikan pemeliharaan (kolam dan keramba) dan ikan perairan umum pada umumnya mengalami kenaikan pada tahun 2010. Produksi ikan kolam pada tahun 2009 sebanyak 881.476 ton naik menjadi 191.309 ton tahun 2010 yaitu sebesar 1.072.785 ton. Demikian pula dengan ikan perairan umum naik 197.009 ton, yaitu dari 1.392.156 di tahun
(65)
commit to user
2009 naik menjadi 1.589.165 ton pada tahun 2010. (Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2011).
5) Kehutanan
Produksi hasil hutan wilayah KPH Ngawi dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang bervariatif, yaitu hasil hutan yang meliputi kayu pertukangan jati, mengalami penurunan sebesar 1710 M³ dari tahun 2009 sebesar 12.659 M³, kayu jati bakar mengalami penurunan sebesar 444 M³ dari tahun 2009 sebesar 463 M³, dan kayu pertukangan rimba mengalami penurunan pula dari tahun 2009 sebesar 2734 M³ menjadi 3.306 M³ pada tahun 2010 (Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2011). b. Industri
Profil industri pengolahan di Kabupaten Ngawi hingga tahun 2010 masih didominasi oleh industri kecil. Beberapa produksi yang memberikan andil cukup besar bagi perindustrian di Kabupaten Ngawi adalah industri barang dari kayu dan sejenisnya, yaitu sekitar 8.552 unit atau 54,67 persen. Industri unggulan di Kabupaten Ngawi, yaitu tempe/keripik tempe, kayu unik, tas plastik dan konveksi, pada umumnya mengalami kenaikan, terbesar pada usaha tas plastik sejumlah 2.563 pengusaha atau sekitar 68,20 persen dari total pengusaha produk unggulan di Kabupaten Ngawi pada tahun 2010, yaitu sejumlah 3.758 pengusaha (Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2011).
(66)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user c. Listrik dan Air
Jumlah pelanggan dan besarnya air yang disalurkan, yang secara langsung akan bisa diketahui konsumsi air bersih masyarakat Ngawi. Besarnya persentase masyarakat mengkonsumsi air bersih dapat dijadikan salah satu penilaian terhadap kesejahteraan masyarakat, atau dengan kata lain ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dicerminkan dari rata-rata konsumsi air bersih. Penyediaan air bersih di Kabupaten Ngawi cukup baik, dengan total produksi air bersih 4.697.418 m3 telah disalurkan ke pelanggan sejumlah 21.264 orang. Total produksi pada tahun 2010 mengalami pemeningkatan 4,32 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 4.494119 m3.
Penyediaan listrik yang memadai sebagai komoditas vital sangat diperlukan. Jumlah pemakaian listrik pada tahun 2010 sebesar 165.199 kwh meningkat 7,2 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah Pelanggan listrik PLN pada tahun 2010 mencapai 175.899 pelanggan, meningkat sekitar 4,23 persen dari tahun 2009 yang mencapai 168.751 pelanggan. Pelanggan dari golongan tarif terbesar berasal dari rumah tangga, yang mendominasi seluruh pelanggan yang ada di Kabupaten Ngawi (Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2011).
d. Perdagangan
Jumlah perusahaan yang wajib daftar perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2010 sebanyak 360 perusahaan dibanding tahun sebelumnya yaitu tahun 2009 yang berjumlah 786 perusahaan, pada
(67)
commit to user
tahun 2010 menjadi 426 perusahaan. Penurunan tersebut merata dalam berbagai bentuk perusahaan, yaitu PT, Koperasi, CV, Perseorangan dan Firma. (Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2011).
e. Perhubungan
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang penting guna memperlancar kegiatan perekonomian dan mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan yang ada di Kabupaten Ngawi pada Tahun 2010 mencapai 676.137 km dengan kondisi jalan baik sebesar 29 persen atau 196.068 Km.
Sarana pos dan telekomunikasi semakin dirasakan penting untuk memperlancar segala aktivitas, baik aktivitas yang dilakukan pemerintah, swasta maupun masyarakat. Berkenaan dengan semakin meningkatnya permintaan akan jasa telekomunikasi maka jumlah pelanggan telekomunikasi mengalami peningkatan dari 13.462 pelanggan pada tahun 2009 menjadi 13.488 pelanggan pada tahun 2010 (Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2011).
5. Keadaan Sosial a. Kesehatan
Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terlepas dari ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang memadai. Jumlah puskesmas, puskesmas pembantu, medis serta paramedis meningkat dari tahun ke tahun yang terbesar di hampir
(68)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seluruh kecamatan yang ada, hal ini sebagai bukti bahwa Kabupaten Ngawi peduli terhadap kesehatan masyarakat seperti yang terlihat dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2010
No Uraian 2009 2010
1.
2.
3.
Milik Pemeintah : Rumah Sakit Puskesmas
Puskesmas Pembantu Milik Swasta :
RS Swasta Balai Kesehatan Rumah Bersalin Praktek Dokter Praktek Bidan Apotek
Bersumber Masyarakat : Posyandu Polindes 1 24 62 1 11 8 120 261 42 1.168 162 1 24 62 1 12 3 117 277 43 1.176 172
Jumlah 1.860 1.888
(69)
commit to user
Tabel 4.8. Jumlah Tenaga Kesehatan Tahun 2010
No Uraian 2009 2010
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi SKM Tenaga Keperawatan SPRG Tenaga Kebidanan Tenaga Farmasi Analis Kesehatan Tenaga Gizi Tenaga Sanitarian Pendidikan Umum 13 72 20 27 503 20 324 55 35 41 69 580 16 78 20 25 517 15 348 67 44 44 76 552
Jumlah 1.759 1.802
Sumber: BPS Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2011
b. Pendidikan
Pendidikan adalah modal yang sangat penting untuk memperoleh pekerjaan. Pendidikan merupakan syarat-syarat utama dalam setiap mengajukan lamaran pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah dalam memasuki dunia pasar kerja. Untuk memenuhi tuntutan tersebut pemerintah Kabupaten Ngawi berusaha untuk membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakatnya.
(1)
commit to user
internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
Dari Tabel 4.17 dan Tabel 4.18, maka diperoleh : x = Selisih Total Kekuatan – Total Kelemahan = S – W x = 1,48 – 1,33
x = 0,15 (+)
y = Selisih Total Peluang – Total Tantangan = O – T y = 1,12 – 1,11
y = 0,01 (+)
maka didapat matrik internal – eksternal adalah sebagai berikut :
OPPORTUNITIES
( 0,15 ; 0,01)
WEAKNESSES STRENGTHS
THREATS Gambar 4.6. Hasil Penentuan Kuadran
Sumber : Hasil analisis, 2011
Proses analisis dan perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa matriks internal – eksternal jatuh pada Kuadran I. Berdasarkan perhitungan dan analisis tersebut menunjukkan bahwa strategi optimalisasi pajak sarang burung wallet di Kabupaten Ngawi adalah strategi Progresif, artinya DPPKA Kabupaten Ngawi dalam kondisi
(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, meningkatkan penerimaan pajak dan meraih kemajuan secara maksimal.
Berkenaan dengan strategi progresif atau agresif ini, DPPKA dapat melakukan strategi peningkatan kualitas dan kuantitas pemungutan pajak serta strategi rekruitmen dan penempatan pegawai. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas pemungutan pajak adalah mengidentifikasi obyek pajak sarang burung wallet baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, menetapkan target obyek pajak, memperbaiki basis data obyek, dimana data – data tersebut harus terintegrasi dalam sebuah sistem informasi. Strategi rekruitmen dan penempatan pegawai yaitu dengan cara : membentuk Tim Penataan dan Analisis Jabatan dalam lingkup DPPKA, melakukan analisis jabatan, melakukan inventarisasi pegawai dan melakukan evaluasi kemudian komparasi terhadap hasil analisis jabatan dengan hasil inventarisasi pegawai.
3. Analisis QSPM
Analisis QSPM menunjukkan secara jelas alternatif strategi mana yang paling baik untuk dipilih. Hasil pembobotan dan penilaian skor kemenarikan faktor strategis internal dan eksternal sebagai alternatif keputusan strategi terbaik yang harus segera dilaksanakan dalam analisis QSPM sebagai berikut :
(3)
commit to user
Tabel. 4.20. Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM)
Faktor Internal dan Eksternal Bobot
peningkatan kualitas dan kuantitas pemungutan pajak rekruitmen dan penempatan pegawai
AS TAS AS TAS
Kekuatan
a. Komitmen SKPD b. Besarnya kewenangan
c. Tersedianya sarana dan prasarana kerja
d. Tersedianya anggaran
0.08 0.07 0.11 0.22 4 4 2 3 0.32 0.28 0.33 0.44 3 3 3 3 0.10 0.10 0.10 0.06 Kelemahan
a. Kualitas dan kuantitas SDM
b. Database wajib pajak dan potensi pajak belum memadai
c. Lemahnya pengawasan d. Komputerisasi belum optimal
0.11 0.15 0.28 0.07 4 3 4 2 0.44 0.45 1.12 0.14 4 3 3 2 0.44 0.45 0.84 0.14
Jumlah (a) 1.00 3.52 3.31
Peluang
1. Perda No. 18 Tahun 2010
2. Komitmen dan dukungan pemerintah daerah
3. Perkembangan teknologi informasi yang cepat
4. Jumlah penduduk yang banyak.
5. Prospek bisnis yang sangat
menjanjikan.
6. Kerjasama antar pengusaha yang baik
0.05 0.05 0.05 0.06 0.15 0.10 2 2 2 1 2 3 0.10 0.10 0.10 0.06 0.30 0.30 2 2 2 1 2 3 0.10 0.10 0.10 0.06 0.30 0.30 Ancaman
1. Kesadaran wajib pajak rendah 2. Penegakan hukum pajak yang lemah 3. Rendahnya dukungan dinas/ instansi
terkait
4. Domisili wajib pajak diluar daerah 5. Perubahan cuaca yang ekstrim 6. Rawan tindak kriminalitas
7. Harga jual hasil yang tidak menentu
0.05 0.06 0.10 0.05 0.09 0.15 0.06 4 3 2 3 2 3 2 0.20 0.18 0.20 0.15 0.18 0.45 0.12 3 3 2 2 1 3 2 0.15 0.18 0.20 0.10 0.09 0.45 0.12
Jumlah (b) 1.00 2.44 2.25
Total (a+b) 2.00 5.96 5.56
(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Hasil analisis terhadap skor kemenarikan dari semua faktor strategis yang dijelaskan dalam QSPM tersebut menunjukkan bahwa total skor kemenarikan (TAS) paling tinggi pada alternatif strategi 1. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan strategi yang tepat untuk meningkatkan penerimaan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi adalah Strategi Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Pemungutan Pajak.
Pada Alternatif Strategi 1 dalam daftar faktor strategis didapat nilai TAS terbesar adalah pada faktor database wajib pajak dan potensi pajak belum memadai yaitu sebesar 0.45. Hasil ini mengindikasikan bahwa strategi yang dapat segera dilaksanakan secara spesifik adalah revitalisasi database wajib pajak dan potensi pajak, antara lain : mengidentifikasi obyek pajak sarang burung wallet baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, menetapkan target obyek pajak, memperbaiki basis data obyek, dimana data – data tersebut harus terintegrasi dalam sebuah sistem informasi. Langkah tersebut merupakan langkah strategi terpilih secara kualitas sedangkan secara kuantitas dengan jalan melakukan pengawasan terhadap petugas pemungut pajak dan meningkatkan wawasan, ketrampilan dan pengetahuan petugas pajak.
Langkah-langkah yang akan ditempuh sebagaimana diatas diharapkan mampu meningkatkan penerimaan pajak sarang burung walet yang berdasarkan analisis Tren setiap tahunnya menurun.
(5)
commit to user BAB. V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Sebagai bagian akhir dari penelitian ini, maka berikut ini disampaikan kesimpulan penelitian untuk menjawab perumusan masalah yang telah disampaikan pada bab pertama, yaitu :
1. Proyeksi penerimaan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi dalam kurun waktu 5 tahun ke depan mempergunakan analisis Tren. Berdasarkan proyeksi penerimaan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi pada tahun 2015 sebesar Rp. 15.008.037,00.
2. Strategi optimalisasi pemungutan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi, berdasarkan analisis SWOT dan QSPM, adalah Strategi Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Pemungutan Pajak. Faktor strategis didapat nilai TAS terbesar pada faktor database wajib pajak dan potensi pajak belum memadai. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa yang dapat segera dilaksanakan secara spesifik adalah melakukan revitalisasi database wajib pajak dan potensi pajak.
(6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
B. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi dalam rangka optimalisasi pemungutan pajak sarang burung walet di Kabupaten Ngawi adalah :
1. Mengidentifikasi obyek pajak sarang burung wallet baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, menetapkan target obyek pajak, memperbaiki basis data obyek, dimana data – data tersebut harus terintegrasi dalam sebuah sistem informasi.
2. Peningkatan SDM secara kualitas dengan penataan pegawai dan perbaikan sistem penempatan pegawai. Secara kuantitas melalui peningkatan wawasan, ketrampilan dan pengetahuan para pegawai melalui kursus/diklat perpajakan khususnya tentang pajak sarang burung walet. 3. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait untuk
mendapatkan dukungan dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi dalam meningkatkan kapasitas penerimaan pajak sarang burung walet yang dituangkan dalam suatu perjanjian kerjasama.
4. Melakukan pengawasan dengan cara inspeksi langsung ke lapangan baik secara mendadak maupun berkala, memonitor perkembangan setiap akhir bulan serta apabila realisasi tidak mencapai terget maka dianggap sebagai tunggakan atau piutang.