PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SEKOLAH DASAR.

(1)

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA

PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Atik Imansari NIM 1101545

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA

PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

SEKOLAH DASAR

Oleh Atik Imansari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

©Atik Imansari 2015 UniversitasPendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

SISWA SEKOLAH DASAR Oleh

Atik Imansari NIM 1101545

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. NIP. 19550927198503 1 001

Pembimbing II

Sandi Budi Iriawan, M.Pd. NIP. 19791020 200812 1 002

Diketahui,

KetuaProgram StudiPendidikan Guru SekolahDasar

Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. NIP. 19550927198503 1 001


(4)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

SISWA SEKOLAH DASAR Oleh

Atik Imansari 1101545

Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS. Subjek penelitan ini adalah siswa-siswi kelas VB di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Bandung. Penelitian ini di latar belakangi oleh hasil observasi yang menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS masih rendah. Dalam penelitian ini, diterapkan metode role playing agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan pembelajaran pun menjadi berkesan serta bermakna bagi siswa sehingga konsep akan bertahan dan tertanam kuat pada siswa. Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) untuk mendeskripsikan perkembangan proses pembelajaran IPS dengan menerapkan metode role playing; (2) untuk memperoleh gambaran peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS setelah menerapkan metode role playing. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan menggunakan desain penelitian PTK model Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, observasi dan refleksi. Instrumen pengungkap data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, pedoman wawancara, dokumentasi dan tes evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan pada proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa. Hal ini terbukti dari data hasil ketuntasan pada siklus I yang hanya mencapai 53,57% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 65,52% dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 86,67%. Selain itu, peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa juga terlihat dari nilai rata-rata tes evaluasi. Pada tes kemampuan awal nilai rata-rata hanya mencapai 40,17, kemudian pada siklus I nilai rata-rata tes meningkat menjadi 70,17, pada siklus II menjadi 73,79 dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 76,54. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS.


(5)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF ROLE PLAYING METHODS ON LEARNING IPS TO IMPROVE UNDERSTANDING THE CONCEPT OF PRIMARY

SCHOOL STUDENTS By

Atik Imansari 1101545

This research was conducted to improve students understanding of concepts in social studies learning. The research subjects were students in one class VB State Elementary School in Bandung. The background of this research background by observations indicate that the ability of understanding the concept of students in social studies learning is still low. In this research, applied methods of role playing so that students actively involved in learning and teaching becomes memorable and meaningful for students so that the concept will survive and firmly entrenched in students. The purpose of this study are: (1) to describe the development of social studies learning process by applying the method of role playing; (2) to obtain a picture of the increase in the ability of understanding the concept of students in social studies learning after applying the method of role playing. The research method in this study is the method of Class Action Research (Classroom Action Research) using PTK research design and Mc.Taggart Kemmis models which consists of four stages: planning, implementation or action, observation and reflection. Whistleblower instrument data used in this study is the observation sheet activities of teachers and students, field notes, interview, documentation and test evaluation. The results showed progress on the learning process and increase understanding of the concept of students' abilities. This is evident from the results of the data completeness in the first cycle, which only reached 53.57% increase in the second cycle into 65.52% and in the third cycle increased to 86.67%. In addition, an increase in the ability of students' understanding of the concept is also evident from the average value of the evaluation test. At the beginning of the test the ability of the average value only reached 40.17, then in the first cycle test average value increased to 70.17, on the second cycle into 73.79 and in the third cycle increased again to 76.54. The results showed that the method of role playing can improve students' understanding of concepts in social studies learning. Keywords: Methods of Role Playing, Understanding of The Concept Capabilities


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPS yang baik seharusnya dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan karakterisitik siswa. Selain itu, pembelajaran seharusnya berpusat langsung kepada siswa agar siswa terlibat aktif secara langsung dalam pembelajaran. Guru seharusnya berperan memfasilitasi siswa melalui metode yang inovatif agar pembelajaran menjadi menarik.

Namun kenyataannya, pembelajaran IPS di Sekolah Dasar masih banyak diterapkan dengan metode pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah dan pemberian tugas. Selain itu, cara belajar siswa masih menggunakan hafalan yang hanya bertahan dalam waktu yang tidak lama. Pembelajaran hanya sebuah proses transfer informasi dari guru, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna dan siswa pun cenderung pasif di dalam kelas. Sampai saat ini pengetahuan masih dianggap sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal oleh siswa, sehingga siswa masih saja menghafal konsep-konsep yang ada. Dengan cara hafalan konsep yang sering siswa terapkan dalam pembelajaran mengakibatkan siswa kurang memahami konsep atau materi dalam pembelajaran itu sendiri. Kurangnya pemahaman konsep tersebut juga dialami siswa kelas VB di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Bandung.

Dalam pembelajaran IPS, pemahaman konsep siswa terhadap materi persiapan kemerdekaan Indonesia cukup rendah, hal ini terlihat dari aktivitas siswa dalam pembelajaran, dimana siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa juga sering mengasal dalam menjawab soal evaluasi. Hal ini karena dalam pembelajaran siswa hanya pasif menerima materi dari guru, tanpa terlibat aktif dalam pembelajaran. Bahkan beberapa siswa cenderung melakukan aktivitas sendiri, seperti mengobrol dan tidak mendengarkan guru yang sedang menerangkan. Selain itu, siswa sering tertukar dalam menjawab sebuah pertanyaan. Siswa sering mencoba mengingat dahulu hafalannya dan sering muncul jawaban yang tertukar dengan konsep sebenarnya saat diberikan pertanyaan oleh guru, ada juga beberapa siswa yang hanya diam saat ditanya


(7)

mengenai materi yang telah disampaikan. Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang disampaikan guru.

Dari permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran tersebut berakibat pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal, banyak siswa mendapatkan hasil belajar yang rendah. Hasil rata-rata tes kemampuan awal siswa di kelas VB pada materi tersebut adalah 41,17 dengan nilai terendah 10. Oleh karena itu, sangat diperlukan tindakan lain untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa. Guru harus menerapkan metode pembelajaran yang lebih inovatif agar pembelajaran IPS menjadi menyenangkan dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Selain itu, metode pembelajaran haruslah melibatkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis akan menerapkan metode role playing dalam pembelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia.

Dalam materi ini terlalu banyak konsep yang abstrak, sehingga siswa dirasa sulit untuk memahaminya. Dengan menerapkan metode role playing maka siswa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan berkesan. Siswa akan memerankan tokoh-tokoh yang ada pada materi atau peristiwa tertentu, dengan begitu siswa akan belajar menghayati perannya, dan membayangkan suatu perisitwa sehingga diharapkan menjadi mudah untuk memahami konsep atau materi. Alasan digunakan metode

role playing untuk mengatasi permasalahan dalam penelitian ini karena beberapa

hal diantaranya: (1) dengan bermain peran maka pembelajaran akan memberikan kesan bagi siswa, sehingga konsep akan bertahan dan tertanam kuat pada siswa; (2) siswa akan terlibat aktif, sehingga kelas tidak lagi menjadi kelas yang pasif mendengarkan; (3) siswa tidak lagi merasa jenuh karena mencoba metode yang lebih inovatif bukan hanya mendengarkan ceramah.

Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka penulis akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya perbaikan proses

pembelajaran dengan judul: “Penerapan Metode Role Playing pada Pembelajaran

IPS untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Dasar”.


(8)

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan metode role

playing dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep siswa?”. Untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah tersebut, maka dibuatlah rumusan masalah secara khusus yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan proses pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dengan menerapkan metode role

playing?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS dengan menerapkan metode role playing?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut, secara umum tujuan penelitian ini adalah “memperoleh gambaran mengenai penerapan metode role

playing dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep siswa”. Kemudian, tujuan penelitian khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan perkembangan proses pembelajaran IPS dengan

menerapkan metode role playing untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.

2. Memperoleh gambaran peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS setelah menerapkan metode role playing.

D. Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi siswa dan guru. Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam pengajaran IPS pada siswa. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di


(9)

sekolah khususnya tingkat Sekolah Dasar, dengan penerapan metode role

playing pada saat mengajarkan materi persiapan kemerdekaan Indonesia

dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar mengenai materi persiapan kemerdekaan Indonesia melalui metode role playing.

2) Dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa serta menggali potensi-potensi siswa dalam pembelajaran IPS.

b. Bagi Guru

1) Dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai cara membelajarkan materi persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menerapkan metode role

playing agar kualitas dan kinerja guru meningkat.

2) Dapat memberikan aspirasi bagi guru untuk melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode role playing sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan.

3) Dapat memberikan masukan alternatif dengan menerapkan metode pembelajaran IPS di SD yang berpusat pada siswa.

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya pada pembelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia.

2) Sebagai masukan dalam penyediaan dan pengelolaan sumber belajar di sekolah.

3) Sebagai masukan dalam memberi inovasi pada metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah.


(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dengan menerapkan metode role playing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan

memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas menurut Suhardjono (dalam Kokom, 2010, hlm. 271) merupakan ‘penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti lainnya (atau dilakukan sendiri oleh guru yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran’.

Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 15) berpendapat bahwa

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitaatif lebih menenkankan makna daripada generalisasi.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Genralisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability”.


(11)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian harus menggambarkan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu peneliti dalam pengumpulan data dan analisis data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian PTK model Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Di dalam pelaksanaannya, tahap pelaksanaan dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam penelitian menurut Kemmis and Mc Taggart yaitu :

1. Perencanaan

Dalam penelitian tindakan kelas tahapan yang pertama perencanaan, pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan beberapa hal diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen penelitian, media pembelajaran, bahan ajar, dan aspek-aspek lain yang sekiranya diperlukan. 2. Pelaksanaan tindakan

Tahap pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan atau menerapkan perencanaan yang telah dibuat, peneliti harus mentaati apa yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Observasi

Dalam tahap observasi yang melakukannya adalah pengamat, kegiatan ini berlangsung bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Tahapan ini adalah mengamati bagaimana proses pelaksanaan berlangsung, serta mengetahui dampak apakah yang dihasilkan dari proses pelaksanaan.

4. Refleksi

Tahapan refleksi ini adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa saja yang terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya, apabila proses siklus sudah selesai maka tahapan ini bisa dijadikan tahapan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan kegiatan.


(12)

20

Gambar 3.1

Model/Desain Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2012, hlm. 16)

C. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di salah satu Sekolah Dasar Negeri yang berlokasi di Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Sekolah ini terletak dekat

Perencanaan

Refleksi

Observasi

Pelaksanaan SIKLUS I

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS II

Refleksi

Observasi

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS III

Refleksi


(13)

dengan pasar, dan komplek perumahan. Sekolah ini memiliki bangunan hanya satu lantai dengan luas tanah 2207 m2 dan memiliki 10 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang keterampilan, 1 ruang multimedia, 1 ruang ibadah, 2 WC guru, 2 WC siswa, 2 rumah penjaga sekolah, 2 kantin sekolah serta 1 gudang. Jumlah seluruh siswa di sekolah ini adalah 361 orang yang terdiri dari 183 siswa laki-laki dan 178 siswi perempuan. Sekolah ini memiliki 18 guru, dengan status kepegawaian 16 guru sudah PNS, 1 guru CPNS dan 1 guru honor. Latar belakang pendidikan guru di sekolah adalah rata-rata lulusan S1 dan sebagian besar sudah memiliki sertifikat pendidik. Kondisi sumber belajar di sekolah, seperti buku paket, ketersediaan media dan alat peraga cukup memadai. Di sekolah tersebut terdapat perpustakaan dengan buku-buku yang kondisinya bagus dan cukup lengkap yang dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kelas VB dengan jumlah siswa 30 orang, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswi perempuan. Alasan siswa-siswi kelas VB dijadikan sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki permasalahan rendahnya kemampuan pemahaman konsep yang dirasakan oleh guru sebagai peneliti selama pembelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa masih memiliki pemahaman konsep yang rendah terhadap pembelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia. Hasil pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran, saat guru bertanya siswa sering lupa dengan materi yang disampaikan, siswa menjawab dengan konsep yang tertukar, selain itu siswa cenderung pasif karena guru berceramah. Disamping itu, dalam menjawab soal siswa menjawab dengan mengasal, seenaknya dan jawabannya pun kurang tepat.

E. Waktu Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2014/2015 selama kurang lebih 4 bulan yaitu dari bulan Maret 2015 sampai bulan Juni 2015.


(14)

22

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk memudahkan dalam pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah Rencana Pelaksnanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun untuk setiap siklus, skenario atau naskah drama, lembar kerja penilaian bermain Peran, dan lembar tes vvaluasi. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan instrumen pembelajaran yang penting dalam penelitian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran akan memuat langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti melaksanakan setiap langkah-langkah pembelajaran. Rencana Pelaksananaan Pembelajaran juga akan menjadi acuan proses pembelajaran yang terjadi dalam kegiatan penelitian tindakan kelas.

b. Skenario atau Naskah Drama

Skenario atau naskah drama adalah teks berupa dialog para tokoh pejuang persiapan kemerdekaan yang peneliti rancang untuk kegitan siswa dalam bermain peran.

c. Lembar Kerja Penilaian Bermain Peran

Lembar kerja penilaian ini digunakan saat kegiatan bermain peran berlangsung. Lembar kerja penilaian ini berisi tentang komentar yang siswa berikan terhadap penampilan temannya dalam memerankan tokoh serta penilaian untuk penampilan dalam bermain peran.

d. Lembar Tes Evaluasi

Lembar tes evaluasi adalah alat bantu yang diberikan kepada siswa berupa tes untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan dan juga untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah diberi tindakan. Lembar evaluasi ini berisi butiran soal yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah disampaikan.


(15)

2. Instrumen Pengungkap Data Penelitian

Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengungkap data penelitian ada empat yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, pedoman wawancara, dan dokumentasi.

a. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Lembar observasi atau pengamatan adalalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Lembar pengamatan merupakan pedoman atau panduan yang berisi hal pokok yang harus dicermati pada saat observasi berlangsung. Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati dan merekam kegiatan atau deskripsi aktivitas guru pada saat pembelajaran. Sedangkan, lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran. Observasi siswa ini dilakukan untuk merekam dan mengamati seluruh kegiatan siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode role playing. Adapun aspek yang diamati dari siswa dalam penelitian ini adalah tentang tindakan/tahapan-tahapan dari metode yang digunakan.

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan-temuan penting atau peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan berfungsi untuk memperbaiki kekurangan untuk tindakan pembelajaran selanjutnya.

c. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan sautu proses interaksi dan komunikasi. Wawancara dilakukan pada guru dan siswa untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Jadi wawancara pada dasarnya merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan dari informan dan hasilnya di catat pada lembar wawancara, kemudian diolah dan dijadikan bahan perencanaan pada tindakan berikutnya.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data berupa foto-foto atau video. Alat yang digunakan untuk mengabadikan kegiatan penelitian ini adalah kamera


(16)

24

handphone. Alat ini digunakan untuk mengabadikan kegiatan yang dianggap penting selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode role playing.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Prosedur yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Refleksi Awal

Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati kegiatan pembelajaran di kelas VB pada pembelajaran IPS. Dalam kegiatan pembelajaran IPS hanya dengan menggunakan metode yang kurang bervariatif yaitu dengan metode ceramah. Dari hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran IPS berlangsung peneliti mendiagnosa bahwa pemahman konsep siswa sangat rendah.

2. Perencanaan Tindakan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka peneliti akan menerapkan metode role playing pada pelaksanaan tindakan pembelajaran. Sebelumnya peneliti melakukan permohonan izin kepada pihak sekolah untuk melakukan kegiatan penelitian. Setelah itu peneliti melakukan observasi dan mengidentifikasi masalah kemudian menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan. Adapun perencanaan atau langkah-langkah yang akan disiapkan oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian diantaranya sebagai berikut :

a. Menyusun instrumen pembelajaran berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), skenario atau naskah drama, lembar kerja penilaian bermain peran dan tes evaluasi.

b. Menyusun instrumen pengungkap data penelitian (lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, pedoman wawancara, dan tes evaluasi).

c. Melakukan bimbingan instrumen penelitian dan pembelajaran dengan dosen pembimbing.


(17)

d. Mempersiapkan alat, bahan dan media yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

e. Berkoordinasi dengan sekolah dan wali kelas untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian.

f. Berkoordinasi dengan siswa yang akan tampil bermain peran, yaitu dengan membagi peran atau tokoh yang akan dimainkan oleh siswa.

g. Menyiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian h. Berdiskusi dengan observer.

3. Pelakasanaan Tindakan

Siklus I, kegiatan yang dilakukan meliputi :

a. Mempersiapkan pembelajaran yang akan dilakukan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing c. Melaksanakan observasi, kegiatan observasi dilaksanakan ketika kegiatan

pembelajaran dilaksanakan. Observasi dilakukan oleh tim observer untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode role playing dam juga mencatat temuan-temuan penting selama pelaksanaan tindakan pembelajaran

d. Memberikan tes evaluasi pada akhir kegiatan pembelajaran. e. Menganalisis data hasil penelitian dan melakukan refleksi Siklus II, kegiatan yang dilakukan dalam siklus II diantaranya :

a. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing c. Melaksanakan observasi, kegiatan observasi dilaksanakan ketika kegiatan

pembelajaran dilaksanakan. Observasi dilakukan oleh tim observer untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode role playing dam juga mencatat temuan-temuan penting selama pelaksanaan tindakan pembelajaran

d. Memberikan tes evaluasi pada akhir kegiatan pembelajaran e. Menganalisis data hasil penelitian dan melakukan refleksi


(18)

26

Hasil analisis dan refleksi Siklus II menjadi bahan rekomendasi dan revisi rencana tindakan siklus III jika data yang diperoleh belum bisa menunjukkan hasil yang diharapkan

Siklus III

Pelaksanaan tindakan pada siklus III ini mengacu pada hasil analisis dan refleksi pada siklus II. Kegiatan yang dilakukan dalam siklus III diantaranya : a. Meracang Rencana Pelaksnaan Pembelajaran sesuai dengan hasil reflesi

pada siklus II

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing c. Melaksanakan observasi, kegiatan observasi dilaksanakan ketika kegiatan

pembelajaran dilaksanakan. Observasi dilakukan oleh tim observer untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode role playing dam juga mencatat temuan-temuan penting selama pelaksanaan tindakan pembelajaran

d. Melakukan tes evaluasi pada akhir kegiatan pembelajaran

e. Menganalisis data hasil penelitian pada siklus I, siklus II dan siklus III, untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan pemahaman konsep setelah menerapkan metode role playing.

H. Rencana Pengolahan dan Uji Keabsahan Data

1. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Rencana pengolahan data dimulai dengan proses analisis data yaitu dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai instrumen, seperti lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar evaluasi, dokumentasi, dan sebagainya. Secara singkat, tahap analisis data melalui tiga tahap yang mengacu pada Model Miles and Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan penyimpulan atau verifikasi. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi mengambil data yang pokok dan penting. Penyajian data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan hal-hal penting dari sajian data yang telah diorganisasi dalam bentuk pengutaran kalimat yang singkat tetapi mengandung makna.


(19)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data yang terkumpul akan dianalisis untuk mendapatkan hasil penelitian. Analisis data yang digunakan adalah :

a. Analisis Data Kualitatif

Dalam analisis data kualitatif peneliti menganalisis lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, lembar wawancara dan dokumentasi, kemudian dari hasil analisi data-data tersebut dideskripsikan untuk memberikan gambaran-gambaran terhadap tindakan pembelajaran yang dilakukan.

b. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berkenan dengan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang diukur melalui tes evaluasi yang mencakup indikator pemahaman konsep. Hasil pencapaian indikator pemahaman konsep tersebut setelah dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

1. Pengolahan Tes Evaluasi

Data yang diperoleh dari hasil tes, diolah melalui penyekoran, menilai setiap siswa dengan menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan metode role playing.

a) Pemberian Skor

Pedoman penskoran yang diberikan berpedoman pada buku panduan penyusunan, penskoran dan penggunaan tes prestasi belajar bentuk uraian. Untuk soal bentuk uraian objektif menggunakan kunci jawaban, sedang nonobjektif menggunakan kriteria jawaban.

1) Soal bentuk uraian objektif, dalam penskoran soal bentuk uraian objektif, skor hanya dimungkinkan dua kategori, yaitu “benar atau salah”. Untuk setiap

kata kunci yang “benar” diberi skor satu. Setiap kata kunci yang tidak dapat

dijawab atau dijawab “salah” diberi skor nol.

2) Soal bentuk uraian nonobjektif, dalam penskoran soal bentuk uraian nonobjektif, skor dijabarkan dalam rentang. Rentang skor adalah angka yang menunjukkan rentang dari skor minimum ke skor maksimum dari satu kriteria jawaban. Besarnya rentang skor ditentukan oleh komplektifitas jawaban.


(20)

28

Dalam pemberian skor ini untuk skor uraian objektif digunakan skor nol atau satu sedangkan soal bentuk uraian nonobjektif diberikan rentang skor 0-4.

a. Menghitung rata-rata (mean)

Rata-rata hitung skor pos tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: x = Rata-rata hitung

X = Jumlah seluruh skor N = Banyaknya data Sumber: (Sudjana, 2009, hlm. 109)

b. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa yang lulus dengan rumus.

` P : Persentase

ΣP : Jumlah siswa yang lulus ΣN : Banyak seluruh siswa

Sumber: (Warman, 2013, hlm. 29)

c. Untuk Melihat Penilaian Akhir Siswa Penilaian akhir : Jumlah skor yang diperoleh siswa

jumlah skor maksimal x 100

Sumber: (Warman, 2013, hlm. 30)

d. Untuk Melihat Kriteria Nilai yang dicapai Siswa

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Rata-Rata Kelas

Nilai Kriteria

85-100 Baik sekali

70-84 Baik

60-69 Cukup

50-59 Kurang

<50 Kurang sekali

Sumber: Depdiknas (dalam Gumilar, 2013, hlm. 38) P = x 100%


(21)

e. Untuk Melihat Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa (%)

Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Belajar Siswa (%) Tingkat Keberhasilan(%) Klasifikasi

>80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

<20 Sangat rendah

Sumber: Aqib (dalam Gumilar, 2013, hlm. 39)

f. Untuk Melihat Ketercapaian Indikator (%)

Untuk melihat ketercapaian skor pada setiap indikator digunakan rumus : Ketercapaian skor = Siswa yang memperoleh skor x 100%

Jumlah siswa

Ketercapaian indikator = Jumlah ketercapaian skor

Jumlah soal dalam setiap indikator

2. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas triangulasi. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 372) “triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Secara keseluruhan terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu”.

Dari ketiga bentuk triangulasi tersebut, penelitian ini menerapkan bentuk triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan data ini untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu melalui observasi dan wawancara. Apabila dengan dua teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data bersangkutan guna memastikan kebenarannya atau mungkin semua dianggap benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.


(22)

30

I. Jadwal Penelitian

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Pembuatan

proposal

2 Penyusunan Instrumen Penelitian

3

Pelaksanaan Penelitian dan pengambilan data :

a. Siklus I

b. Siklus II c. Siklus III

4 Pengolahan dan analisis data

5 Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

a. Penulisan Bab I b. Penulisan Bab II c. Penulisan Bab III

d. Penulisan Bab IV e. Penulisan Bab V

6 Penyusunan draf skripsi


(23)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini akan membahas kesimpulan dari kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan dari siklus I sampai siklus III dan rekomendasi baik bagi guru, siswa, sekolah maupun peneliti selanjutnya.

A. Simpulan

Setelah melaksanakan tindakan penelitian dari siklus I sampai siklus III di salah satu Sekolah Dasar Negeri di kota Bandung mengenai penerapan metode

role playing pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep siswa, maka berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Pada proses pembelajaran siklus I ditemukan suara siswa kurang keras dan jelas saat berdialog karena siswa malu. Selain itu, siswa kurang penghayatan dan ekspresi saat bermain peran karena kurangnya persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran, dari kekurangan tersebut dilakukan perbaikan dengan cara guru memberikan motivasi dan bimbingan melalui latihan sebelum siswa tampil di kelas, guru juga memberikan contoh cara berdialog dengan penghayatan, suara yang lantang dan jelas. Pada siklus II masih ada satu orang siswa yang kurang hafal dengan dialognya, siswa tersebut merupakan siswa berkemampuan rendah, sehingga dilakukan perbaikan dengan cara pembagian peran dilakukan oleh guru berdasarkan kemampuan berpikir siswa, guru menunjuk siswa yang berkemampuan tinggi dengan dialog yang banyak atau pemeran utama dan sebaliknya. Pada siklus III masih ditemukan satu siswa yang kurang percaya diri dan satu siswa lagi belum hafal dengan dialognya, kedua siswa tersebut merupakan siswa dengan kemampuan rendah, kemudian perbaikan yang akan dilakukan adalah guru memberikan motivasi dan memberikan bimbingan yang lebih kepada siswa yang berkemampuan rendah agar mereka lebih berkembang.

2. Setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan metode role playing, pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari hasil tes evaluasi siswa yang mencakup indikator


(24)

89

pemahaman konsep. Saat tes kemampuan awal, nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 41,17. Kemudian pada siklus I, II dan III nilai rata-rata yang diperoleh siswa setelah menerapkan metode role playing mengalami peningkatan, pada siklus I yaitu 70,17, pada siklus II menjadi 73,79 dan pada siklus III menjadi 76,54. Berdasarkan kriteria indikator pemahaman konsep, ketuntasan siswa berkemampuan tinggi selalu mencapai ketuntasan 100%, siswa berkemampuan sedang di akhir siklus mencapai 85,71% dan siswa berkemampuan rendah hanya mencapai 50%. Dari hasil tes evaluasi yang mencakup indikator pemahaman konsep, maka dapat disimpulkan metode

role playing cocok untuk diterapkan pada siswa yang berkemampuan tinggi

dan sedang, tetapi kurang cocok diterapkan kepada siswa yang berkemampuan rendah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dalam penerapan metode

role playing pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep siswa di kelas V Sekolah Dasar, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi yang perlu dipertimbangkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Metode pembelajaran role playing dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk dapat menciptakan suatu model pembelajaran aktif dengan melibatkan siswa secara langsung di dalam proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru jika ingin menerapkan metode role playing pada pembelajaran IPS diantaranya :

a. Pembagian peran dilakukan dengan memperhatikan minat siswa juga kemampuan berpikir siswa (tinggi, sedang dan rendah), peran utama dengan dialog yang banyak dapat diberikan kepada siswa yang kemampuan tinggi dan sebaliknya.

b. Sebelum melakukan kegiatan role playing di depan kelas, guru harus membimbing siswa latihan terlebih dahulu dan memberikan contoh cara memerankan tokoh-tokoh tersebut dengan penghayatan, serta dialog yang


(25)

lantang dan jelas agar saat pelaksanaan pembelajaran kegiatan role playing berjalan optimal sehingga siswa yang mengamati menjadi paham dengan skenario yang diamatinya.

2. Bagi Siswa

Pembelajaran dengan menerapkan metode role playing dapat menjadi alternative yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep, selain itu juga membantu siswa mengembangkan minat dan bakat dengan berlatih bermain peran.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pengembangan kurikulum, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hal-hal yang harus diperhatikan bagi peneliti selanjutnya yang akan menerapkan metode role playing adalah: a) memahami seluk beluk metode pembelajaran role playing; b) memahami kelebihan dan kekurangan dari metode

role playing model agar dapat menghindari kekurangan yang mungkin terjadi

pada tindakan yang akan dilakukan; c) mempelajari dengan benar langkah-langkah pembelajaran metode role playing dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang; d) metode ini membutuhkan waktu yang banyak, maka dari itu pembagian peran atau skenario drama sebaiknya dilakukan 2 atau 3 hari sebelum kegiatan pembelajaran, agar kegiatan role playing dapat berjalan dengan maksimal.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Gumilar, K. (2013) Penerapan Metode Survey, Question, Read, Recite, Review

(SQ3R) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi pada FIP UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Joyce, B. Weil, M., & Calhoun E. (2009). Models Of Teaching (Eight Edition)

Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zaini, H. dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang : Pustaka Belajar.

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Pratiwi, A. (2010). Peningkatan Pemahaman Konsep “Persiapan Kemerdekaan

Indonesia” dalam Pembelajaran IPS melalui Metode Role Playing pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Blorong, Jumantono, Karanganyar Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Skripsi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta:

tidak diterbitkan.

Rahmat, Sapriya, dkk. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. RajaGrafindo Persada (Rajawali Perss).

Sagala, S. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium PKn UPI Press.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya .

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


(27)

Susilaningsih, S & Limbong, L.S. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan

MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Syamsiyah, S. dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wahab, A.A. (2007). Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.

Widyatun, D. (2012). Model Pembelajaran Role Playing. [Online]. Tersedia di: http:jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04model-pembelajaran-role-playing.html [Diakses 14 April 2015].

Yuliati, R. & Munajat, A. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI


(1)

30

I. Jadwal Penelitian

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Pembuatan

proposal

2 Penyusunan Instrumen Penelitian

3

Pelaksanaan Penelitian dan pengambilan data :

a. Siklus I

b. Siklus II c. Siklus III

4 Pengolahan dan analisis data

5 Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

a. Penulisan Bab I b. Penulisan Bab II c. Penulisan Bab III

d. Penulisan Bab IV e. Penulisan Bab V

6 Penyusunan draf skripsi


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini akan membahas kesimpulan dari kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan dari siklus I sampai siklus III dan rekomendasi baik bagi guru, siswa, sekolah maupun peneliti selanjutnya.

A. Simpulan

Setelah melaksanakan tindakan penelitian dari siklus I sampai siklus III di salah satu Sekolah Dasar Negeri di kota Bandung mengenai penerapan metode role playing pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa, maka berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Pada proses pembelajaran siklus I ditemukan suara siswa kurang keras dan jelas saat berdialog karena siswa malu. Selain itu, siswa kurang penghayatan dan ekspresi saat bermain peran karena kurangnya persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran, dari kekurangan tersebut dilakukan perbaikan dengan cara guru memberikan motivasi dan bimbingan melalui latihan sebelum siswa tampil di kelas, guru juga memberikan contoh cara berdialog dengan penghayatan, suara yang lantang dan jelas. Pada siklus II masih ada satu orang siswa yang kurang hafal dengan dialognya, siswa tersebut merupakan siswa berkemampuan rendah, sehingga dilakukan perbaikan dengan cara pembagian peran dilakukan oleh guru berdasarkan kemampuan berpikir siswa, guru menunjuk siswa yang berkemampuan tinggi dengan dialog yang banyak atau pemeran utama dan sebaliknya. Pada siklus III masih ditemukan satu siswa yang kurang percaya diri dan satu siswa lagi belum hafal dengan dialognya, kedua siswa tersebut merupakan siswa dengan kemampuan rendah, kemudian perbaikan yang akan dilakukan adalah guru memberikan motivasi dan memberikan bimbingan yang lebih kepada siswa yang berkemampuan rendah agar mereka lebih berkembang.

2. Setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan metode role playing, pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari hasil tes evaluasi siswa yang mencakup indikator


(3)

89

pemahaman konsep. Saat tes kemampuan awal, nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 41,17. Kemudian pada siklus I, II dan III nilai rata-rata yang diperoleh siswa setelah menerapkan metode role playing mengalami peningkatan, pada siklus I yaitu 70,17, pada siklus II menjadi 73,79 dan pada siklus III menjadi 76,54. Berdasarkan kriteria indikator pemahaman konsep, ketuntasan siswa berkemampuan tinggi selalu mencapai ketuntasan 100%, siswa berkemampuan sedang di akhir siklus mencapai 85,71% dan siswa berkemampuan rendah hanya mencapai 50%. Dari hasil tes evaluasi yang mencakup indikator pemahaman konsep, maka dapat disimpulkan metode role playing cocok untuk diterapkan pada siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang, tetapi kurang cocok diterapkan kepada siswa yang berkemampuan rendah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dalam penerapan metode role playing pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas V Sekolah Dasar, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi yang perlu dipertimbangkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Metode pembelajaran role playing dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk dapat menciptakan suatu model pembelajaran aktif dengan melibatkan siswa secara langsung di dalam proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru jika ingin menerapkan metode role playing pada pembelajaran IPS diantaranya :

a. Pembagian peran dilakukan dengan memperhatikan minat siswa juga kemampuan berpikir siswa (tinggi, sedang dan rendah), peran utama dengan dialog yang banyak dapat diberikan kepada siswa yang kemampuan tinggi dan sebaliknya.

b. Sebelum melakukan kegiatan role playing di depan kelas, guru harus membimbing siswa latihan terlebih dahulu dan memberikan contoh cara memerankan tokoh-tokoh tersebut dengan penghayatan, serta dialog yang


(4)

90

lantang dan jelas agar saat pelaksanaan pembelajaran kegiatan role playing berjalan optimal sehingga siswa yang mengamati menjadi paham dengan skenario yang diamatinya.

2. Bagi Siswa

Pembelajaran dengan menerapkan metode role playing dapat menjadi alternative yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep, selain itu juga membantu siswa mengembangkan minat dan bakat dengan berlatih bermain peran.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pengembangan kurikulum, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hal-hal yang harus diperhatikan bagi peneliti selanjutnya yang akan menerapkan metode role playing adalah: a) memahami seluk beluk metode pembelajaran role playing; b) memahami kelebihan dan kekurangan dari metode role playing model agar dapat menghindari kekurangan yang mungkin terjadi pada tindakan yang akan dilakukan; c) mempelajari dengan benar langkah-langkah pembelajaran metode role playing dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang; d) metode ini membutuhkan waktu yang banyak, maka dari itu pembagian peran atau skenario drama sebaiknya dilakukan 2 atau 3 hari sebelum kegiatan pembelajaran, agar kegiatan role playing dapat berjalan dengan maksimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Gumilar, K. (2013) Penerapan Metode Survey, Question, Read, Recite, Review

(SQ3R) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Joyce, B. Weil, M., & Calhoun E. (2009). Models Of Teaching (Eight Edition) Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zaini, H. dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani.

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang : Pustaka Belajar.

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Pratiwi, A. (2010). Peningkatan Pemahaman Konsep “Persiapan Kemerdekaan

Indonesia” dalam Pembelajaran IPS melalui Metode Role Playing pada

Siswa Kelas V SD Negeri 01 Blorong, Jumantono, Karanganyar Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Skripsi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Rahmat, Sapriya, dkk. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. RajaGrafindo Persada (Rajawali Perss).

Sagala, S. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium PKn UPI Press.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya .

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet.


(6)

92

Atik Imansari, 2015

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN

Susilaningsih, S & Limbong, L.S. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Syamsiyah, S. dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI Kelas V.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wahab, A.A. (2007). Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.

Widyatun, D. (2012). Model Pembelajaran Role Playing. [Online]. Tersedia di: http:jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04model-pembelajaran-role-playing.html [Diakses 14 April 2015].

Yuliati, R. & Munajat, A. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRIPLE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM Penerapan Model Pembelajaran Triple Role Playing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat Pada Siswa Kelas Iv Sdn Ii Jatipurwo Kabu

0 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRIPLE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM Penerapan Model Pembelajaran Triple Role Playing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat Pada Siswa Kelas Iv Sdn Ii Jatipurwo Kabu

0 0 12

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG.

1 3 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.

0 4 18

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

2 18 68

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING(BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

0 3 46

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 3 44

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DI SMP

0 1 20

PENERAPAN MODEL MULTILITERASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 6

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIKLUS AKUNTANSI

0 0 219