DOCRPIJM 995e7399c0 BAB IIBAB 2

BAB 2 Profil Kota Bandar Lampung

2.1 Wilayah Admininistrasi

  Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5 20’ sampai dengan 5 30’ Lintang Selatan dan 105 28’ sampai dengan 105 37’ Bujur Timur. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah daratan 19.722 Ha

  2

  2

  (197,22 KM ) dan luas perairan kurang lebih 39,82 KM yang terdiri atas Pulau Kubur dan Pulau Pasaran. Jumlah kecamatan dan kelurahan yang ada sebanyak 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan. Secara administratif Kota Bandar Lampung bebatasan langsung dengan beberapa wilayah Kabupaten di Provinsi Lampung, yaitu:  Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan serta Teluk Lampung  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan

  Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran  Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan

  Sebagian besar wilayah Kota Bandar Lampung berada pada ketinggian antara 0 – 500 meter dari permukaan laut, kecuali sebagian wilayah Kecamatan Kedaton, Tanjung Karang Barat dan Kecamatan Kemiling berada pada ketinggian antara 500 – 700 meter dari permukaan laut.

Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung

  No Kecamatan Luas (Ha)

  1. Kedaton 457

  2. Sukarame 1.475

  3. Tanjung Karang Barat 1.064

  4. Panjang 1.415

  5. Tanjung Karang Timur 203

  6. Tanjung Karang Pusat 405

  7. Teluk Betung Selatan 380

  8. Teluk Betung Barat 1.102

  9. Teluk Betung Utara 425

  10. Rajabasa 636

  11. Tanjung Senang 1.780

  12. Sukabumi 2.821

  13. Kemiling 2.505

  14. Labuhan Ratu 864

Way Halim 535

15.

  16. Langkapura 736

  17. Enggal 349

Kedamaian 875

18. Teluk Betung Timur 1.142 19.

  20. Bumi Waras 465 Jumlah 19,722 Sumber: RTRW Kota Bandar Lampung, 2011 - 2030 .

  15 Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Bandar Lampung

  Potensi Wilayah Kota Bandar Lampung

2.2 Dalam RTRW Kota Bandar Lampung 2011-2030 dijelaskan bahwa

  dengan potensi serta kecenderungan perkembangan yang ada, ditunjang dengan lokasi yang strategis, potensi alam, penduduk, dan potensi wilayah belakangnya, kota Bandar Lampung terlihat menuju perkembangan yang prospektif. Dengan kedudukan potensi tesebut, Bandar Lampung dapat berperan sebagai pusat pertumbuhan bagi Sumatera bagian Selatan, serta pendukung Provinsi Lampung sebagai pusat produksi pertanian nasional. Kota Bandar Lampung memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi kota besar dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Potensi kota Bandar Lampung yang mendukung antara lain adalah (1) Lokasi geografis yang sangat strategis, (2) Kedudukan yang dituju dalam kebijaksanaan tingkat nasional danregional, (3) Pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan, (4) Keanekaragaman suku bangsa (multi ethnic), dan (5) Dukungan wilayah sekitarnya (hinterland) yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan kota Bandar Lampung.

2.2.1 Lokasi Yang Strategis

  Kota Bandar Lampung menempati posisi geografis yang sangat strategis, baik dalam konstelasi internasional, nasional, maupun regional. Posisinya terhadap Singapura dan Jakarta merupakan potensi bagi pengambilan peran dalam kerjasama ekonomi regional IMS-AFTA. Dari segi jarak kedudukan kota Bandar Lampung terhadap kota-kota besar seperti Jakarta dan wilayah pertumbuhan ekonomi Jabotabek dan Jawa Barat menjadikannya salah satu pilihan bagi relokasi dan tempat limpahan kegiatan ekonomi dari wilayah tersebut. Dalam kaitan ini, Bandar Lampung menjadi bagian dari poros pertumbuhan Pantai Utara Jawa dan bagian dari proses perkembangan Pulau Jawa bagian Barat.

  Dalam kedudukannya kini, Bandar Lampung menjadi salah satu unggulan untuk menjadi pusat pertumbuhan Sumatera bagian Selatan. Lokasinya di ujung Selatan Pulau Sumatera akan memantapkan posisinya sebagai pintu gerbang utama antara Pulau Jawa dengan Sumatera. Kedudukan Bandar Lampung pada posisi geografis yang strategis ini didukung pulaoleh aksebilitas yang tinggi. Bandar Lampung dapat dicapai melalui jalan raya Trans Sumatera, transportasi laut melalui Pelabuhan Bakauheni dan Pelabuhan Panjang,serta jalur udara melalui Bandar Udara Branti yang berjarak lebih kurang 18 km dari Bandar Lampung. Bandar Lampung pun memiliki posisi yang menguntungkan terhadap obyek dan daya tarik wisata nasional maupun internasional, seperti Gunung Krakatau, pelatihan gajah Way Kambas, dan lain sebagainya.

2.2.2 Kedudukan dalam Kebijaksanaan Nasional

  Kebijakan nasional dan regional menetapkan Bandar Lampung sebagai pusatpertumbuhan nasional dan merupakan orientasi bagi pusat pengembangan antar daerah, pusat pengembangan daerah, dan pusat local. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi potensial, kawasan Bandar Lampung – Metro dijadikan salah satu kawasan andalan di Pulau Sumatera dengan sektor unggulan: perdagangan; jasa; akomodasi; pariwisata; industry kerajinan; agro industri; dan industry manufaktur; transportasi; selain sebagai pusat pemerintahan. Berbagai kebijaksanaan di atas, baik RTRW Nasional, RTRW Provinsi Lampung 2009-2029, dan RTRW Kota Bandar Lampung 2011-2030 mempertimbangkan kedudukan Kota Bandar Lampung sebagai pintu gerbang terhadap Pulau Jawa; adanya jalur lintas Trans Sumatera; pelabuhan Panjang; serta keberadaan pusat komando operasi Angkatan Laut di Teluk Ratai bagi Indonesia bagian Barat. Dalam perkembangan terakhir terungkap adanya pandangan ke depan bagi Provinsi Lampung untuk berkembang tidak sekedar sebagai hinterland Jakarta dan Jawa Barat, melainkan menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional melalui kota Bandar Lampung. Hal ini selaras dengan arah kebijaksanaan penataan ruang nasional, regional, dan lokal untuk Bandar Lampung.

2.2.3 Potensi Alam

  Selain wilayah yang cukup luas, kota Bandar Lampung juga memiliki potensi alam yang sangat indah, terutama laut dan perbukitannya. Kekhasan morfologinya mulai dari pegunungan, perbukitan, daratan, hingga pantai yang terletak di bagian dalamTeluk Lampung, menjadikan kota Bandar Lampung sangat potensial untuk dikunjungi wisatawan. Citra endogenik “laut dan gunung” tersebut merupakan potensi keindahan dan daya tarik kota Bandar Lampung. Pantai yang berada di kota Bandar Lampung memiliki pemandangan yang mempesona. Pantai Bandar Lampung ini memiliki keistimewaan tersendiri yaitu terletak di suatu teluk yang nyaman, dengan keindahan panorama laut dan beberapa gugusan pulau kecil di tengah teluk, yang potensial dikembangkan untuk wisata rekreasi bahari. Hal ini juga ditunjang oleh letaknya yang tidak jauh dari pusat kota. Fisiografi marin tersebut memanjang dari Tarahan, Panjang, Way Lunik, Teluk Betung. Pesawahan, sampai ke arah Lempasing. Keindahan pantai dan Teluk Lampung ini menjadi modal utama bagi Bandar Lampung untuk mengembangkan diri sebagai kota pantai (waterfront city). Perbukitan yang terletak di pusat kota dan bagian kota lainnya, juga merupakan potensi alam yang secara khas dimiliki oleh Bandar Lampung. Selain berfungsi lindung bagi pelestarian tata air dan konservasi tanah, perbukitan dengan tanaman hijaunya akan berfungsi pula sebagai paru-paru kota. Pemanfaatannya yang terbatas dapat diselaraskan dengan pengembangan wisata hutan raya.

  2.2.4 Keanekaragaman Suku Bangsa

  Salah satu ciri khas kota Bandar Lampung adalah keanekaragaman suku bangsanya. Sejak dimulainya program transmigrasi dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera khususnya ke Provinsi Lampung, penduduk Lampung terdiri dari berbagai suku bangsa. Dengan keanekaragaman suku bangsanya, Lampung dikenal sebagai negeri yang ruwa jurai (dua unsur) karena dihuni oleh masyarakat asli dan pendatang. Keanekaragaman suku bangsa ini harus dipandang sebagai potensi atau kekuatan untuk membangun kotaBandar Lampung, dalam arti kota Bandar Lampung menjadi semakin mudah beradaptasi dan menerima pendatang baru, sehingga juga semakin mudah menerima pengaruh pembangunan bagi wilayahnya.

  2.2.5 Dukungan Wilayah Belakang

  Kota Bandar Lampung didukung oleh hinterland yang merupakan wilayah penghasil perikanan, perkebunan, dan lokasi berbagai industri. Dengan wilayah seluas 35.376,50km², propinsi Lampung dijuluki wilayah unggulan, sentra pertumbuhan industri barudan pintu gerbang lintas Jawa- Sumatera. Provinsi Lampung tumbuh menjadi wilayah penyangga bagi kegiatan pertanian dan industri pengolah hasil pertanian. Tanaman perkebunan telah memperlihatkan perkembangan yang berarti sehingga sebagian diantaranya mampu menjadi salah satu pemasok produk nasional. Komoditi yang memegang peranan penting adalah gula, kelapa, lada, dan kopi robusta. Provinsi ini segera akan menjadi daerah produsen gula terbesar di Indonesia yang mampu memasok 40% kebutuhan gula nasional, setelah berbagai daerah produsen di Pulau Jawa menghadapi keterbatasan lahan perkebunan tebu. Iklim industri gula yang sehat sejak dua tahun terakhir menjadikan Lampung sebagai lumbung gula nasional, disamping produk gula tetes yang diekspor. Selain gula, Provinsi Lampung juga diharapkan mampu memasok kebutuhan daging segar. Sub-sektor peternakan juga tumbuh pesat melalui pola PIR dan didukung pihak swasta melalui program kemitraan. Sub-sektor perikanan juga mencatat perkembangan yang positif, terutama untuk komoditi udang yang diternak di pertambakan. Kegiatan industri yang terkait dengan hasil produksi pertanian selama ini relatif telah berkembang. Dalam RPJP Provinsi Lampung, provinsi ini memastikan diri menjadi sentra agro industri pada skala nasional, dengan kopi dan lada sebagai komoditi tradisional andalan. Namun demikian provinsi ini juga menunjukkan kecenderungan diminati oleh industri manufaktur dan kimia baik dalam rangka PMDN maupun PMA sebagai limpahan kegiatan industri di Jabotabek, Banten dan Jawa Barat yang semakin padat. Peran pihak swasta dalam perkembangan Provinsi Lampung terlihat dari arus investasi yang tinggi, dimana lebih dari separuhnya ditujukan untuk bidang pertanian dan agro industri. Dalam hal ini, Provinsi Lampung termasuk daerah paling unggul di luar Jawa.

2.2.6 Pusat Pertumbuhan

  Sebagai pusat kegiatan Propinsi Lampung, sekitar 12,4% penduduk Provinsi Lampung berada di kota Bandar Lampung. Berbagai pelayanan bagi wilayah yang lebih luas disediakan oleh Kota Bandar Lampung, baik di bidang pemerintahan, niaga, jasa keuangan, pendidikan, dan sebagainya. Peran sebagai pusat pertumbuhan ditunjang oleh rencana peningkatan aksesibilitas dari dan ke Kota Bandar Lampung. Dalam mewujudkan tercapainya mekanisme sistem pusat pertumbuhan di Provinsi Lampung, telah terdapat tiga jalur lintas Sumatera, yaitu: Jalur Tengah, mulai Pelabuhan Bakauheni - Bandar Lampung – Kotabumi dan selanjutnya ke Muara Enim. Rencana Jalur Lintas Barat, mulai dari Bandar Lampung – Kota Agung – Liwa dan selanjutnya ke Provinsi Bengkulu. Rencana Jalur Lintas Timur, mulai Pelabuhan Bakauheni – Menggala – Kayu Agung dan seterusnya hingga ke Palembang. Kesemuanya melintasi Bandar Lampung. Di samping itu, Bandar Lampung siap berfungsi sebagai transhipment point dari berbagai moda angkutan. Hal ini didukung oleh berbagai rencana pengembangan dalam sistem transportasi regional. Pembangunan Tol Sumatera akan mendukung perekonomian Sumatra sebagai salah satu back bone utama pergerakan barang dan jasa di Indonesia Bagian Barat Pelabuhan Panjang melengkapi sistem angkutan antar-moda bagi seluruh Provinsi Lampung dan Sumatera bagian Selatan. Gagasan jaringan kereta api Trans Sumatera menjadi salah satu alternatif sarana pergerakan antar- moda. Adanya rencana pembangunan jaringan jalan tol ke arah Palembang juga akan turut mendukung kelancaran aksesibilitas tersebut.

  Kecenderungan perkembangan menunjukkan proses relokasi kegiatan ekonomi dari Pulau Jawa bagian Barat ke Lampung. Bahkan untuk beberapa sektor ditetapkan kebijaksanaan menjadikan Lampung sebagai basis produksi nasional. Hal ini menjadikan Bandar Lampung potensial sebagai pusat distribusi barang dan jasa untuk wilayah Sumatera bagian Selatan.

2.2.7 Pusat Koleksi dan Distribusi

  Dengan lokasi yang strategis secara geografis, ketersediaan akses yang memadai, dan jalur transportasi yang mendukung serta kelengkapan fasilitas penunjangnya, menjadikan kota Bandar Lampung potensial sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai barang dan jasa.

  Perkembangan sektor ekonomi, khususnya pertanian di wilayah Provinsi Lampung maupun Sumatera bagian Selatan, mendorong fungsi Bandar Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan oleh wilayah belakangnya. Fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan oleh Sumatera bagian Selatan dilangsungkan oleh rencana pengembangan jaringan jalan tol dan kereta api, jaringan jalan Trans Sumatera, serta rencana pengembangan Pelabuhan Panjang. Kelengkapan fasilitas yang tersedia di kota Bandar Lampung juga mendukungnya sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa pada berbagai skala pelayanan.

  2.2.8 Aksesibilitas yang Semakin Baik

  Kecenderungan pergerakan Pulau Jawa-Sumatera yang memberikan indikasi peranan penting kegiatan sosial dan ekonomi keduanya menempatkan Provinsi Lampung pada posisi sentral. Sejak tahun 1996, jumlah arus lalu lintas antara Pulau Jawa dan Sumatera melalui pelabuhan Merak-Bakauheni menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat. Kota Bandar Lampung sebagai pusat pertumbuhan akan memperoleh pengaruh yang signifikan dari pergerakan tersebut melalui kemungkinan peningkatan investasi di sektor regional, nasional, dan internasional. Bandar Lampung akanmenjadi salah satu alternatif pilihan setelah Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

  2.2.9 Pengembangan Transhipment Point Akibat Perkembangan Akses

  Peran Kota Bandar Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa didukung oleh Pelabuhan Panjang yang telah diminati oleh berbagai pihak untuk dikembangkan sebagai pelabuhan antarnegara, terutama dalam konteks region Sumatera bagian Selatan. Peranan yang dituju oleh pelabuhan ini adalah sebagai pelabuhan ekspor bagi komoditi dan produk yang dihasilkan oleh Sumatera Bagian Selatan. Pilihan ini mempertimbangkan posisi strategis Pelabuhan Panjang sebagai gerbang lintas dua kawasan ekonomi penting yaitu Sijori (Singapura-Johor-Riau) dan pusat pasar nasional Jakarta dan Jawa Barat bagian Barat, terutama dalam mengisi kerjasama ekonomi regional IMS-GT (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle).

  Demografi dan Urbanisasi

  2.3

2.3.1 Laju Pertambahan Penduduk

  Jumlah penduduk kota pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup banyak dibandingkan tahun sebelumnya (2011) yang jumlahnya sekitar 895.370 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun jumlah penduduk kota mengalami pertumbuhan sekitar 1,59 % per tahunnya. Perkembangan jumlah penduduk kota dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Perkembangan dan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Sampai Tahun 2020

  Jumlah Penduduk (Jiwa) No. Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

  1 Kedaton 72.017 88.314 88.667 73.162 74.325 75.507 76.708 77.927 79.166 80.425 81.704 58.284

  

2 Sukarame 63.598 65.843 59.211 60.152 61.109 62.080 63.067 64.070 65.089 66.124

Tanjung 3 61.989 Karang Barat 63.747 65.878 62.975 63.976 64.993 66.027 67.076 68.143 69.226 70.327

  91.080

  

4 Panjang 63.504 63.857 92.528 93.999 95.494 97.012 98.555 100.122 101.714 103.331

Tanjung 5 50.292 Karang Timur 89.324 92.074 51.092 51.904 52.729 53.568 54.419 55.285 56.164 57.057

  Tanjung 6 67.496 Karang Pusat 72.385 72.819 68.569 69.659 70.767 71.892 73.035 74.197 75.376 76.575 Teluk Betung

  7 50.503 Selatan 92.156 92.852 51.306 52.122 52.950 53.792 54.648 55.517 56.399 57.296 Teluk Betung 8 34.031 Barat 59.396 59.812 34.572 35.122 35.680 36.248 36.824 37.409 38.004 38.608 Teluk Betung

  9 66.182 Utara 62.663 62.825 67.234 68.303 69.389 70.493 71.613 72.752 73.909 75.084

  10 Rajabasa 36.032 43.257 45.329 36.605 37.187 37.778 38.379 38.989 39.609 40.239 40.879 Tanjung 75.430

  11 Senang 41.225 43.826 76.629 77.848 79.086 80.343 81.620 82.918 84.237 85.576

  12 Sukabumi 64.054 63.598 65.843 65.072 66.107 67.158 68.226 69.311 70.413 71.532 72.670

  

13 Kemiling 71.471 75.745 77.149 78.376 79.622 80.888 82.174 83.481 84.808 86.156 87.526

  14 Labuhan Ratu 58.284 59.211 60.152 - - 61.109 62.080 63.067 64.070 65.089 66.124

  24

  15 Way Halim 81.383 82.677 83.992 85.327 - - 86.684 88.062 89.462 90.885 92.330

  42.191

  

16 Langkapura 42.862 43.543 44.236 44.939 45.654 46.379 47.117 47.866

- - 41.598

  • 17 Enggal

  42.259 42.931 43.614 44.307 45.012 45.728 46.455 - 47.193

18 Kedamaian 63.333

  • 64.340 65.363 66.402 67.458 68.531 69.620 70.727 71.852

  Teluk Betung 52.039

  19

  • Timur

  52.866 53.707 54.561 55.428 56.310 57.205 58.115 59.039

  20 Bumi Waras 68.762 69.855 70.966 72.094 73.241 - - 74.405 75.588 76.790 78.011

  1.212.129 JUMLAH 1.231.402 1.250.981 1.270.872 1.291.079 1.311.607 1.332.461 1.353.647 1.375.170 Sumber : RTRW Kota Bandar Lampung, 2014

  25 Penduduk Kota Bandar Lampung berdasarkan Sensus Penduduk Nasional 2012 yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) berjumlah 1.212.129 jiwa. Sebaran penduduk kota paling banyak berada di Kecamatan Panjang yang berjumlah 91.080 jiwa, sedangkan paling sedikit berada di Kecamatan Teluk Betung Barat dengan jumlah 34.031 jiwa.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2017 No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km²)

  11 Tanjung Karang Barat 55.750 14,99

  19 Sukabumi 58.436 23,6

  18 Sukarame 58.005 14,75

  17 Labuhan Ratu 45.696 7,97

  16 Tanjung Senang 46.647 10,63

  15 Rajabasa 48.941 13,53

  14 Kedaton 49.990 4,79

  13 Langkapura 34.587 6,12

  12 Kemiling 66.885 24,24

  10 Enggal 28.620 3,49

  1 Telukbetung Barat 30.365 11,02

  9 Tanjung Karang Pusat 52.098 4,05

  8 Telukbetung Utara 51.556 4,33

  7 Kedamaian 53.593 8,21

  6 Tanjung Karang Timur 37.815 2,03

  5 Panjang 75.716 15,75

  4 Bumi Waras 57.823 3,75

  3 Telukbetung Selatan 40.103 3,79

  2 Telukbetung Timur 42.439 14,83

  20 Way Halim 62.663 5,35 2016 997.728 197,22 2015 979.287 197,22

  Jumlah

No Kecamatan Penduduk Luas Wilayah (Km²)

(Jiwa)

  2014 960.695 197,22 2013 942.039 197,22 2012 902.885 197,22 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

2.3.2 Struktur Kepadatan Penduduk

  Kepadatan penduduk terendah Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 terdapat di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kecamatan Panjang, Kecamatan Tanjung Karang Timur,Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kecamatan Kemiling, Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Tanjung Senang, Kecamtan Sukarame. Hal ini menandakan bahwa pada kecamatan- kecamatan yang memiliki kepadatan rendah mampu menampung beban jumlah penduduk jika kemudian hari terjadi pertumbuhan penduduk yang signifikan di bandingkan dengan kecamatan dengan tingkat kepadatan sedang seperti pada Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kecamatan Kedaton dan Kecamatan Sukabumi.

Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk Tahun 2012-2016 Jumlah Kepadatan Penduduk No Kecamatan Penduduk Luas Wilayah (Km²) (Jiwa/Km²) (Jiwa)

  1 Telukbetung Barat 30.365 11,02 2.755

  2 Telukbetung Timur 42.439 14,83 2.862

  3 Telukbetung Selatan 40.103 3,79 10.581

  4 Bumi Waras 57.823 3,75 15.419

  5 Panjang 75.716 15,75 4.807

  6 Tanjung Karang Timur 37.815 2,03 18.628

  Jumlah Kepadatan Penduduk No Kecamatan Penduduk Luas Wilayah (Km²) (Jiwa/Km²) (Jiwa)

  7 Kedamaian 53.593 8,21 6.528

  8 Telukbetung Utara 51.556 4,33 11.907

  9 Tanjung Karang Pusat 52.098 4,05 12.864

  10 Enggal 28.620 3,49 8.201

  11 Tanjung Karang Barat 55.750 14,99 3.719

  12 Kemiling 66.885 24,24 2.759

  13 Langkapura 34.587 6,12 5.651

  14 Kedaton 49.990 4,79 10.436

  15 Rajabasa 48.941 13,53 3.617

  16 Tanjung Senang 46.647 10,63 4.388

  17 Labuhan Ratu 45.696 7,97 5.734

  18 Sukarame 58.005 14,75 3.933

  19 Sukabumi 58.436 23,6 2.476

  20 Way Halim 62.663 5,35 11.713

2016 997.728 197,22 5.059

2015 979.287 197,22 4.965

2014 960.695 197,22 4.871

2013 942.039 197,22 4.777

2012 902.885 197,22 4.578

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

Isu Strategis, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Kota Bandar Lampung

  2.4

2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

  Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu, sehingga indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijaksanaan pembangunan yang akan datang. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, dan sebaliknya pertumbuhan yang negatif menunjukkan adanya penurunan perekonomian. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara riil dapat digambarkan melalui laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.

  Pertumbuhan ekonomi kota Bandar Lampung secara tidak langsung dipengaruhi oleh keadaan perekonomian nasional dan kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir (2006-2010) mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir dapat digambarkan sebagai berikut, pada tahun tahun 2006 sebesar 6,30 persen, tahun 2007 sebesar 6,83 persen, tahun 2008 sebesar 6,82 persen, tahun 2009 sebesar 6.01 persen, dan tahun 2010 sebesar 6,33 persen.

  Secara sektoral seluruh sektor ekonomi kota Bandar Lampung selama kurun waktu 2006-2010 masih dalam kondisi normal. Seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi kota Bandar Lampung banyak disumbangkan dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini menyumbang laju pertumbuhan terbesar yaitu tumbuh secara signifikan sebesar 12,64 persen, sedangkan sektor ekonomi lainnya tumbuh pada level dibawah 10 persen.

Tabel 2.5 Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Tahun 2006-2010 (Persen)

  Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011

  1. Pertanian 9,99 2,95 3,95 2,06 1,92 1,96

  2.Pertambangan dan Penggalian -1,79 -1,57 -2,86 1,50 3,19 3,23

  3. Industri Pengolahan 15,08 10,47 4,91 7,54 5,22 5,44

  4. Listrik, gas dan air bersih -14,30 7,36 2,98 1,46 2,57 2,72

  5. Bangunan 1,06 5,69 6,21 1,37 4,63 3,46

  6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,32 2,85 3,75 1,78 3,95 4,06

  7.Pengangkutan dan Komunikasi 3,91 3,40 4,82 6,99 6,67 6,89 16,11 18,34 16,23 11,99 12,64 12,93

  8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

9. Jasa-jasa 1,51 1,27 5,70 4,27 3,54 3,62

  Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6,30 6,83 6,93 6,01 6,33 6,53 Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2012

a) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

  Pendapatan Regional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sering disalah tafsirkan dengan pendapatan Pemerintah Daerah. Pendapatan Pemerintah Daerah yaitu besarnya penerimaan pemerintah daerah dalam bentuk pajak dan non pajak dari masyarakat. Sedangkan Pendapatan Regional adalah seluruh nilai netto barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu daerah pada waktu tertentu atau dari segi arus uangnya adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor produksi. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.

  Pengukuran terhadap nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit- unit kegiatan ekonomi di suatu wilayah dapat ditunjukan oleh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah tersebut. Dengan demikian, nilai PDRB dapat menggambarkan kemampuan wilayah dalam menghasilkan barang dan jasa yang mencerminkan pendapatan masyarakat di suatu daerah.

  Nilai PDRB yang selanjutnya dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan nilai PDRB per kapita. Jika menggunakan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, maka PDRB per kapita tersebut akan menggambarkan besarnya nilai PDRB per penduduk, sedangkan jika menggunakan PDRB atas harga konstan menunjukan besarnya PDRB riil perkapita penduduk.

  Selanjutnya struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari besarnya peranan/kontribusi masing-masing sektor usaha terhadap total PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku. Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandar Lampung (berdasarkan harga konstan 2000) pada Tahun 2006 terlihat bahwa sektor usaha yang dominan kontribusinya terhadap PDRB yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (19,14%), sektor Industri pengolahan (18,09%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (16,59%), sektor pengangkutan dan komunikasi (16,17%). Pada tahun 2007, sektor usaha yang dominan adalah sektor industri pengolahan (18,70%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (18,42%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (18,38%) serta sektor pengangkutan dan komunikasi (15,65%). Sedangkan pada tahun 2008, sektor usaha yang dominan adalah sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (20,00%), sektor industri pengolahan (18,37%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (17,90%), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (15,36%). Pada Tahun 2009, sektor usaha yang dominan adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (21,11%), sektor industri pengolahan (18,61%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (16,78%), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada Tahun 2010, Sektor usaha yang dominan adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (19,85%), sektor industri pengolahan (18,40%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (16,78%), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (15,53%).

  Besarnya sumbangan/kontribusi sektor tersier dan sekunder terutama keempat sektor tersebut diatas sesuai dengan kondisi riil yang dapat kita amati antara lain karena Kota Bandar Lampung merupakan pusat perbelanjaan di Propinsi Lampung sehingga perputaran keuangan berlangsung cepat dan dalam nominal yang relatif besar. Selain itu, Kota Bandar Lampung juga merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik dan kebudayaan, serta sebagai kota pelajar, pusat transportasi dan komunikasi di Provinsi Lampung.

  Oleh karena itu, wajar saja jika keempat sektor tersebut menjadi tulang punggung perekonomian Kota Bandar Lampung. Bahkan jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB Propinsi Lampung, terlihat bahwa Kota Bandar Lampung sebagai penyumbang terbesar untuk keempat sektor tersebut.

  Dengan tingginya dominasi dari keempat sektor tersebut dalam menyumbang perekonomian Kota Bandar Lampung, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung menyikapinya dengan menyediakan sarana dan prasarana yang lebih kondusif untuk mendapatkan multiplier effect dari keempat sektor tersebut. Sehingga dengan berkembangnya keempat sektor ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan sektor lainnya. Sektor usaha yang kontribusinya terhadap PDRB Kota Bandar Lampung sangat kecil yaitu sektor listrik dan Air Bersih, sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan. Secara rinci mengenai besaran masing-masing sektor pada PDRB terdapat pada tabel- tabel berikut.

Tabel 2.6 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016 (Persen)

  Lapangan Usaha Tahun 2012 2013 2014 2015 2016* Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

  2,42 2,65 5,91 2,37 1,12 Pertambangan dan Penggalian 11,72 10,02 5,90 11,39 6,47 Industri Pengolahan 4,46 6,07 5,51 8,50 6,19 Pengadaan Listrik dan Gas 11,86 12,64 20,47 5,28 5,82 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3,30 0,10 5,82 3,05 4,13 Konstruksi 4,81 5,54 6,86 2,85 10,37 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

  5,70 5,21 5,67 0,29 3,20

  Tahun Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016* Transportasi dan Pergudangan 9,09 7,21 9,80 12,67 8,09 Penyediaan Akomodasi dan 7,97 8,03 7,69 10,88 5,83 Makan Minum Informasi dan Komunikasi 11,39 9,85 8,77 9,28 16,42 Jasa Keuangan dan Asuransi 14,74 12,63 9,02 3,44 3,76 Real Estat 8,99 9,81 7,98 6,67 5,45 Jasa Perusahaan 12,97 13,38 12,44 7,11 2,85 Administrasi Pemerintahan, 2,73 4,80 5,89 5,64 4,54 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 8,73 9,15 9,53 8,18 4,30 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 7,81 8,39 8,86 7,97 6,19 Sosial Jasa lainnya 4,51 4,52 5,56 8,90 3,28 Produk Domestik Regional 6,64 6,77 7,05 6,33 6,43 Bruto/Gross Regional Domestic Product Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

  • *Angka Sementara

b) Potensi Ekonomi

  Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung terjadi pada hampir seluruh sektor lapangan usaha. Informasi dan komunikasi menjadi sektor lapangan usaha dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2016, yaitu mencapai 16,42 persen. Sektor lapangan usaha lain yang juga mengalami pertumbuhan tinggi yaitu konstruksi yang mencapai 10,37 persen pada tahun 2016.

  Adapun lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan yang rendah pada tahun 2016 yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,12 persen; jasa perusahaan sebesar 2,85 persen; perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 3,20 persen; jasa lainnya sebesar 3,28 persen.

  Berdasarkan uraian diatas, sektor – sektor lapangan usaha yang memiliki laju pertumbuhan yang cukup tinggi dapat memberikan kontribusi bagi tujuan pembangunan yaitu dapat meningkatkan pendapatan daerah maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan.

  Selama 5 tahun terakhir perekonomian Bandar Lampung mampu tumbuh stabildi kisaran 6 hingga 7 persen. Angka pertumbuhan ekonomi Bandar Lampung tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung dan Nasional, sebagaimana yang ditunjukkan tabel berikut ini:

Tabel 2.7 Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung dan Nasional Tahun 2012-2016 (Persen)

  

Pertumbuhan Ekonomi 2012 2013 2014 2015 2016*

Kota Bandar Lampung 6,64 6,77 7,05 6,33 6,43 Provinsi Lampung 6,44 5,77 5,08 5,13 5,15 Nasional 6,23 5,78 5,02 4,88 5,02 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

  • Angka Sementara

  Diagram 2.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung dan Nasional Tahun 2012-2016

  5.02 2016

  4.88

  6.43

  4.88 2015

  5.13

  6.33

  5.02 2014

  5.08

  7.05

  5.78 2013

  5.77

  6.77

  6.23 2012

  6.44

  6.64

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8 Nasional Provinsi Kota BL

2.4.2 Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

a) PDRB Per Kapita

  PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB per kapita. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku (ADHB) menunjukkan niai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Pada tahun 2016, PDRB per kapita ADHB Kota Bandar Lampung mencapai 44,84 juta rupiah sementara PDRB per kapita ADHB Kota Bandar Lampung pada tahun 2012-2015 berturut-turut sebesar 30,06 juta; 32,77 juta; dan 26,78 juta; 40,26 juta.

  Berikut adalah data yang menunjukkan kenaikan PDRB Per Kapita Kota Bandar Lampung (ADHB maupun ADHK 2010) Tahun 2012-2016:

Tabel 2.8 PDRB Per Kapita Kota Bandar Lampung Tahun 2012 –2016 (Rupiah)

  

Uraian 2012 2013 2014 2015* 2016**

Atas Dasar

Harga Berlaku 30.063.498 32.770.590 36.778.385 40.262.886 44.843.789

  (ADHB) Atas Dasar

Harga Konstan 25.517.702 28.792.775 30.224.133 31.526.570 32.993.858

(ADHK)

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

  • Angka Sementara ** Angka sangat sementara

  PDRB per kapita Kota Bandar Lampung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Bandar Lampung rata-rata mampu menciptakan PDRB atau nilai tambah sebesar nilai per kapita di masing-masing tahun tersebut.

b) Persentase Penduduk Miskin

  Berikut adalah data yang menunjukkan persentase penduduk miskin di Kota Bandar Lampung Tahun 2012-2016:

Tabel 2.9 Persentase Penduduk Miskin Tahun 2012-2016 Jumlah Jumlah Persentase Tahun Penduduk Penduduk Miskin Penduduk Miskin

  2012 902.885 117.349 12,65 2013 942.039 102.747 10,85 2014 960.695 102.270 10,67 2015 979.287 101.760

  10,33 2016* 997.728 101.269 10,15

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017 *Angka Sementara

  Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

  Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa jumlah persentase penduduk miskin terjadi penurunan dalam beberapa tahun terakhir.Hal ini berarti terdapat peningkatan kesejahteraan penduduk dari sisi pendapatan. Ketersediaan lapangan pekerjaan dan stabilitas kepastian usaha akan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk sekaligus mengurangi jumlah penduduk kategori miskin di Kota Bandar Lampung.

2.4.3 Kondisi Lingkungan Strategis

a) Topografi

  Kondisi topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 meter, dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung di sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur.

  Kondisi topografi tiap-tiap wilayah yang ada di Kota Bandar Lampung dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Wilayah pantai terdapat disekitar Telukbetung dan Panjang dan pulau di Bagian Selatan.

  b. Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di Bagian Utara.

  c. Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung Bagian Utara.

  d. Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, Sukadanaham, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di Bagian Timur.

  b) Geologi

  Peta Geologi Lembar Tanjung Karang (Andimangga dkk, 1993), menunjukan kondisi geologi di Kota Bandar Lampung, dimana di dalamnya terlihat jelasbeberapa patahan yang melintasi Kota Bandar Lampung. Patahan–patahan tersebut cenderung merupakan patahan berpotensi aktif, tempat tertimbunnya energi kinetis yang setiap saat terlepasyang akanmenimbulkan goncangan gempa dan merupakan suatu ancaman terhadap Kota Bandar Lampung.

  Kondisi tanah yang mendominasi merupakan tanah bekas endapan pantai dan sungai yangtersebar disekitar Teluk Lampung dan di sekitar Tanjung Karangdidominasi oleh tanah lapukan hasil kegiatan gunung api muda dari Formasi Lampung yang umumnya batuan tuffa. Sementara di tengah-tengah Kota Bandar Lampung muncul bukit bukit mencuat dari tufa dan andesit.

  c) Hidrologi

  Secara hidrologi Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada di wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung.

  Berdasarkan akuifer yang dimilikinya, kondisi air tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi dalam beberapa bagian berdasarkan porositas dan permaebilitasnya yaitu: a. Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota

  Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Bumi Waras, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Timur.

  b. Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, bagian selatan Kecamatan Kemiling, Bagian Selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi. c. Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di Bagian Utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Telukbetung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.

  d. Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.

  e. Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan Panjang, Kecamatan Tanjung Karang Timur, dan Bagian Barat Kecamatan Telukbetung Selatan.

  f. Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.

d) Klimatologi

  Menurut Schmidt dan Fergusson (1951) klasifikasi iklim di Kota Bandar Lampung adalah Kategori tipe A, sedangkan menurut zone agroklimat Oldeman (1978) tergolong Zone D3, yang berarti lembab sepanjang tahun.

  Curah hujan berkisar antara 2.257–2.454 mm/tahun.Jumlah hari hujan 76-166 hari/tahun. Kelembaban udara berkisar 60-85 persen dan suhu udara 23- 37°C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan arah dominan dari Barat (November-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-Agustus) dan Selatan (September-Oktober). Berikut adalah data yang menunjukkan kondisi iklim di Kota Bandar Lampung:

Tabel 2.10 Kondisi Iklim Kota Bandar Lampung Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun

  Rata-rata

  29

  30

  31

  31

  31

  

31

  30

  30

  30

  31

  31

  30

  30 tertinggi (-84) (-86) (-88) (-88) (-88) (-88) (-86) (-86) (-86) (-88) (-88) (-86) (-86) °C (°F)

  Rata-rata

  22

  21

  22

  22

  21

  

21

  21

  21

  21

  21

  22

  22

  21 terendah (-72) (-70) (-72) (-72) (-70) (-70) (-70) (-70) (-70) (-70) (-72) (-72) (-70) °C (°F)

  285 319 301 171 128 122

  89

  64 82 144 111 304 2.119 Presipitasi

  • mm (inci) 11.22 12.56 11.85 6.73

  5.04

  

4.8

  3.5

  2.52

  3.23 5.67 4.37 11.97 83,43 Sumber:http://www.weatherbase.com

  Risiko Bencana Alam

2.4.4 Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung

  Tahun 2009-2029 dan studi mitigasi bencana Kota Bandar Lampung tahun 2009, wilayah Kota Bandar Lampung saat ini memiliki beberapa kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan rawan bencana, seperti gempa bumi, tanah longsor dan banjir.

  Secara eksisting kawasan rawan tanah longsor di Kota Bandar lampung terdapat di daerah yang kondisi tanahnya sangat miring sampai curam di wilayah bagian Barat yaitu Kawasan Gunung Betung, Gunung Balau serta Perbukitan Serampok dibagian Timur. Daerah rawan longsor berada di 7 (tujuh) Kecamatanyaitu di Kecamatan Panjang (2), Bumi Waras (2), Telukbetung Selatan (1), Telukbetung Timur (2), Tanjung Karang Timur (1), Sukabumi (1) dan Kemiling (2). Tahun 2013 di Kemiling terjadibencana longsor akibat tanggul tempat penampungan air yang berada di atas gunung jebol, dan kondisi tanah juga sudah rapuh. Hal tersebut juga terjadi pada tahun 2014. Dari pantauan di lokasi tanah longsor, sebagian besar diakibatkan saluran air yang tidak lancar, karena saluran air yang ada tidak berfungsi dengan baik dan tertutup oleh sampah.

  Berdasarkan analisis tektonik kawasan rawan bencana tsunami di Kota Bandar Lampung terletak di bagian Utara Komplek Hunjaman Sunda dan di Barat-Utara GunungKrakatau yang berpotensi menimbulkan gelombang tsunami. Kondisi eksisting menunjukan beberapa kawasan di Telukbetung Timur dan Bumi Waras berbatasan langsung dengan Teluk Lampung dan memiliki topografi landai, yaitu wilayah Kecamatan Telukbetung Selatan, Telukbetung Barat, dan Panjang dimana daerah ini teridentifikasi sebagai kawasan terhadap rawan bencana gelombang tsunami. Jumlah penduduk di kawasan rawan tsunami ini diperkirakan berjumlah 154.331 jiwa dengan kepadatan sekitar 8.986 jiwa/km². Berikut adalah data yang menunjukkan sebaran penduduk di kawasan rawan tsunami Tahun 2016:

Tabel 2.11 Sebaran Penduduk di Kawasan Rawan Tsunami Tahun 2016

  9 Sukaraja 0,803 11.847 14.753 Kecamatan Panjang

  15 Karang Maritim 1,05 10.353 9.860 Total 17,175 154.331 8.986

  14 Panjang Utara 2,22 14.320 6.450

  13 Panjang Selatan 1,06 13.699 12.924

  12 Srengsem 5,56 9.569 1.721

  11 Ketapang 2,24 3.514 1.569

  10 Way Lunik 1,44 9.586 6.657

  8 Bumi Waras 0,730 16.151 22.125

  No Kelurahan Luas (Km²) Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km²) Kecamatan TelukbetungTimurdan Kecamatan Telukbetung Barat

  7 Kangkung 0,302 14.012 46.397

  6 Pesawahan 0,63 12.282 19.495

  5 Kuripan 0,32 5.157 16.116 Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kecamatan Bumi Waras

  4 Perwata 0,26 4.849 18.650

  3 Kota Karang 0,10 12.255 122.550

  2 Keteguhan 0,34 12.251 36.032

  1 Sukamaju 0,12 4.486 37.383

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

  Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi terjadi banjir. Kawasan rawan banjir terjadi disebabkan oleh tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan hutan disepanjang sungai, bencana banjir terjadi hampir disetiap musim penghujan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor lainnya adalah ulah manusia juga seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (permukiman bantaran sungai, daerah resapan, penggundulan hutan dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, dan permukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.

  Bencana banjir yang terjadi pada tahun 2015 dengan luasan yang terkena bencana yakni 3,5 ha. Banjir yang merendam beberapa rumah di Kota Bandar Lampung disebabkan karena sungai dan drainase yang ada tidak dapat menampung curah hujan yang tinggi. Penyempitan drainase akibat dari kegiatan pembangunan yang tidak memperhatikan GSS.