EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KENAKALAN REMAJA DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA ANTASENA MAGELANG TAHUN 2018 SKRIPSI

  

EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MEMBINA KENAKALAN REMAJA DI PANTI

SOSIAL MARSUDI PUTRA ANTASENA MAGELANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

FARAH HUSNA HUMAIDA HANIF

NIM. 11114164

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

MOTTO

َلاَق :َلاَق َةَسْيَسٌُ يِبَأ ْهَع ٍحِناَص ْيِبَأ ْهَع ِشَمْعلأا ْهَع َتَيَِاَعُم ُُبَأ اَىَث َّدَح

ُ َّاللّ َمٍََّس اًمْهِع ًِْيِف ُسِمَخْهَي اًقْيِسَط َكَهَس ْهَم :َمَّهَسََ ًِْيَهَع ُ ّاللّ ىَّهَص ِ ّاللّ ُلُُْسَز

  ( ًَُن تّىَجْنا ىَنِا اًقْيِسَط ( ياَز مهﺴم

  

Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Abu Shalih

dari Abu Hurairah bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang

menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya

jalan menuju surga

  .” (H.R. Muslim). (Diambil dari kitab Syarah Arba’in An-Nawawi hal. 678).

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Haryono dan Ibu Umi Nur Kartini yang selalu memberikan kasih sayangnya, semangat, dukungan dan doa terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  2. Adik-adikku tersayang, Muhammad Alfaro, Salma Nabila Safirahaq, dan Rafi Wahyu Wijaya yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk meraih keberhasilan.

  3. Kekasihku, Kingkin Candra Putra yang selalu membantu dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

  4. Sahabat-sahabatku, Jely Aprianti, Fadillah Ulfa, Diah Safitri, Sekar Ayuk Ginti Pratama, Dinda Oktarany dan Nanda Saputri yang selalu memberi dukungan dan mengajarkan arti persahabatan.

  5. Teman-teman seperjuanganku, Atiqotul Munawaroh, Sri Khussusami, Prydar Sakti Indrawan, Ardan Afiffudin, Lukman Rahardian dan khususnya jurusan PAI angkatan 2014.

  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt.

  yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Program Pendidikan Agama Islam dalam membina Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Tahun 2018”.

  Penulis pada kesempatan ini menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan secara moril maupun materil dalam pembuatan skripsi ini, terutama kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

  3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M. Si. Selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan kepada penulis.

  5. Bapak Drs. Ruh Sanyoto, M. P. Selaku Kepala Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang beserta pengurus panti yang telah memberikan kesempatan, kemudahan dan bantuan dalam penelitian ini.

  6. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

  Semoga segala amal kebaikan bapak, ibu dan saudara-saudara semua mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat dari Allah Swt. Amin.

  Penulis berharap mendapatkan masukan yang berharga untuk kesempurnaan dan kelengkapan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan demikian, skripsi yang sangat sederhana ini semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

  Salatiga, 28 April 2018 Farah Husna Humaida Hanif

  NIM. 11114164

  

ABSTRAK

  Hanif, Farah Husna Humaida. 2018. Efektivitas Program Pendidikan Agama

  Islam dalam Membina Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Tahun 2018 . Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama

  Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M. Si.

  Kata kunci: Efektivitas, Pendidikan Agama Islam dan kenakalan remaja

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency), sebab terjadinya kenakalan remaja (juvenile deliquency), program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja, serta faktor pendukung dan penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

  Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer yakni hasil wawancara dengan kepala panti, pegawai panti, pembina keagamaan dan penerima manfaat, dan sumber data sekunder yakni foto- foto, profil panti dan dokumen panti. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, adanya bentuk kenakalan remaja diantaranya pencurian, pengeroyokan sampai meninggal, perkelahian, pelecehan seksual, narkoba, minum-minuman keras (mabuk) dan keluyuran. Kedua, terjadinya kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, ketidak harmonisan rumah tangga, orang tua broken home, kemajuan teknologi, pengaruh dari teman dan ekonomi keluarga. Ketiga, program Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang dalam membina kenakalan remaja meliputi bimbingan akidah (keimanan), bimbingan syariah (ibadah) dan muamalah, dan bimbingan akhlak yang disampaikan melalui mentoring oleh pembina keagamaan. Selain itu, dilakukan pula kegiatan keagamaan yang lain seperti pemb acaan tahlil/yasin pada malam Jum’at, bimbingan Qur’an, peringatan Hari-hari Besar Agama, pesantren Ramadhan dan kunjungan ke Pondok Pesantren. Keempat, Program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang yaitu bimbingan syariah (ibadah). Bimbingan syariah (ibadah) diberikan guna memperbaiki kedisiplinan ibadah terutama dalam pembiasaan ibadah sholat para penerima manfaat. Selain itu, pembiasaan ibadah shalat yang dilakukan, ternyata mampu mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku para penerima manfaat. Kelima, faktor pendukung dalam membina kenakalan remaja yaitu adanya pegawai panti dan sarana prasarana. Adapun faktor penghambatnya yaitu dari latar belakang anak, pengaruh dari teman dan kurangnya kesadaran anak.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL........................................................................................................................... LEMBAR BERLOGO....................................................................................................... PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................................... PENGESAHAN KELULUSAN....................................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................................... MOTTO............................................................................................................................. PERSEMBAHAN............................................................................................................. KATA PENGANTAR....................................................................................................... ABSTRAK......................................................................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................................................... DAFTAR TABEL.............................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... i ii iii iv v vi vii viii x xi xiii xiv

  BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1 B. Fokus Penelitian.................................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian................................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian............................................................................... 9 E. Penegasan Istilah................................................................................. 9 F. Sistematika Penulisan.......................................................................... 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................... 13 A. Pendidikan Agama Islam..................................................................... 13 B. Tujuan Pendidikan Agama Islam........................................................ 15 C. Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)........................................... 17 D. Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)............. 20 E. Wujud Perilaku Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)................ 23 F. Pemecahan Masalah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)......... 27 G. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membina Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)............................................................. 32

  BAB III METODE PENELITIAN................................................................................ 41 A. Jenis Penelitian.................................................................................... 41 B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 42 C. Sumber Data........................................................................................ 42 D. Prosedur Pengumpulan Data............................................................... 43 E. Analisis Data....................................................................................... 45 F. Pengecekan Keabsahan temuan........................................................... 45 BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA............................................................

  47 A. Deskripsi Lokasi Objek Penelitian...................................................... 47 B. Tugas Pokok, Visi dan Misi................................................................ 51 C.

  Program dan Jenis Kegiatan................................................................ 52 D.

  Sasaran Kegiatan................................................................................. 53 E. Struktur Organisasi.............................................................................. 54 F. Keadaan Pegawai................................................................................. 55 G.

  Keadaan Penerima Manfaat................................................................. 59 H. Sarana dan Prasarana........................................................................... 60 I. Paparan Hasil Penelitian...................................................................... 61 J.

  Analisis Data....................................................................................... 75

  BAB V PENUTUP....................................................................................................... 82 A. Kesimpulan.......................................................................................... 82 B. Saran.................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Keadaan Pegawai Panti................................................................ 55 Tabel 2. Keadaan Penerima Manfaat.......................................................... 59 Tabel 3. Sarana dan Prasarana.................................................................... 60

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4. Surat Keterangan Setelah Penelitian Lampiran 5. Pedoman Wawancara Lampiran 6. Dokumentasi Lampiran 7. Daftar Nilai SKKM Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses awal dalam pembentukan pola pikir

  manusia untuk mengubah manusia itu sendiri menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun bangsa yang beradab. Pendidikan berperan sangat penting bagi kehidupan manusia karena merupakan salah satu kunci kesuksesan. Selain itu, diterapkannya pendidikan agar manusia mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya dan mempunyai kualitas hidup yang lebih tinggi.

  Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Mujadalah: 11:

  اُُحَﺴْفاَف ِسِناَجَمْنا يِف اُُحَّﺴَفَح ْمُكَن َميِق اَذِإ اُُى َمآ َهيِرَّنا اٍَُّيَأ اَي ْمُكْىِم اُُىَمآ َهيِرَّنا ُ َّاللّ ِعَفْسَي اَُزُشْواَف اَُزُشْوا َميِق اَذِإََ ۖ ْمُكَن ُ َّاللّ ِحَﺴْفَي سيِبَخ َنُُهَمْعَح اَمِب ُ َّاللََّ ۚ ٍثاَجَزَد َمْهِعْنا اُُحَُأ َهيِرَّناََ

  Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Departemen Agaama RI, 2007: 434).

  Ayat tersebut menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain. Tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu. Akan tetapi, jika orang beriman tetapi tidak berilmu, ia akan lemah. Sebaliknya jika orang berilmu tetapi tidak beriman maka ia akan sesat. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, agar manusia memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

  Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Taufiq dan Rohmadi, 2011: 218-219).

  Pendidikan merupakan sebuah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga individu memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Islamuddin, 2012: 3-4).

  Pendidikan Agama Islam adalah proses bimbingan kepada peserta didik secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan potensi fitrahnya untuk mencapai kepribadian Islam berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam (Taufiq dan Rohmadi, 2011: 220). Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan sebagai cara untuk mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan, dan menumbuhkembangkan manusia takwa. Takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas manusia bukan saja di hadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah Swt.

  Pendidikan Agama Islam merupakan usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran- ajaran agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat (Syafaat, 2008: 16). Tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam yaitu membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan syari’at Islam secara benar sesuai pengetahuan agama (Arifin, 2000: 5).

  Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Kahf: 66:

  اًدْشُز َجْمِّهُع اَّمِم ِهَمِّهَعُح ْنَأ ٰىَهَع َكُعِبَّحَأ ْمٌَ ٰىَسُُم ًَُن َلاَق Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya

kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang

telah diajarkan kepadamu?" (Departemen Agama RI, 2007: 240).

  Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia terutama pada kalangan remaja. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu cara dalam membimbing peserta didik melalui ajaran-ajaran Islam yang bertujuan untuk membentuk pribadi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, bertaqwa kepada Allah Swt. dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Adanya penerapan Pendidikan Agama Islam pada remaja diharapkan dapat membantu para remaja dalam mengubah kehidupan yang lebih terarah sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

  Daradjat (dalam Syafaat, 2008: 172-173) mengemukakan bahwa Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian remaja, sehingga akan menjadi pengendali dalam kehidupannya di kemudian hari.

  Untuk pembinaan pribadi itu, pendidikan agama hendaknya diberikan oleh seseorang yang benar-benar mencerminkan agama dalam sikap, tingkah laku, gerak gerik, cara berpakaian, berbicara, menghadapi persoalan, dan keseluruhan pribadinya, pendidikan dan pembinaan agama akan sukses apabila ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi remaja.

  Remaja merupakan suatu masa atau fase peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang berlangsung dari umur 13-21 tahun, dan pada masa ini terjadi perubahan dan pertumbuhan jasmani serta rohani. Masa remaja merupakan masa seseorang mencari jati dirinya dengan berbagai macam cara, tingkah laku, sikap, yang kadang-kadang bila tidak dikontrol dan dikendalikan akan terjerumus pada perbuatan- perbuatan yang negatif (Syafaat, 2008: 95-96).

  Dalam kehidupan sehari-hari, perbuatan tercela yang telah digariskan sering dilakukan para remaja dan perbuatan baik yang telah ditentukan kadang-kadang ditinggalkan. Perbuatan melanggar terhadap kaidah-kaidah tersebut, baik yang bersumber dari Al-

  Qur’an maupun hadis Nabi Muhammad Saw. bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi anak-anak remaja pun berperan di dalamnya. Perbuatan-perbuatan tercela yang biasa dilakukan oleh para remaja antara lain: perkelahian, perzinaan, pencurian, narkoba, kejahatan, kekerasan, dan perbuatan durhaka kepada orang tua (Syafaat, 2008: 191-192). Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-

  An’am: 151:

  ۖ َهَطَب اَمََ اٍَْىِم َسٍََظ اَم َشِحاََُفْنا اُُبَسْقَح َلَََ

  “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik

  yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi .” (Departemen

  Agama RI, 2007: 148).

  Allah Swt. melarang umat manusia untuk mendekati perbuatan- perbuatan keji, mendekati perbuatan dosa-dosa besar seperti perbuatan zina baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa sebaiknya mampu menghindari perbuatan-perbuatan lain yang dilarang oleh Allah Swt. dan menjalankan perintah Allah Swt. agar memiliki kehidupan yang lebih tentram, terarah dan tidak merugikan orang lain.

  Kenakalan remaja (juvenile deliquency) merupakan perbuatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama. Kenakalan remaja dapat diartikan sebagai suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja hingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain. Tindakan yang menyimpang dan dilakukan oleh kelompok remaja dan pemuda ini mendatangkan gangguan terhadap ketenangan dan ketertiban hidup di masyarakat

  Masalah kenakalan remaja ini dirasakan sangat meresahkan masyarakat terutama para orang tua. Meningkatnya kenakalan remaja dan tindak kejahatan yang dilakukan oleh remaja merupakan salah satu faktor kurangnya Pendidikan Agama Islam yang diterapkan dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu cara untuk menanggulangi kenakalan remaja adalah dengan memberikan Pendidikan Agama Islam atau pembinaan keagamaan secara langsung. Kenakalan remaja merupakan problema sosial yang perlu diperhatikan dan ditangani secara serius.

  Pemerintah sendiri telah mendirikan lembaga pemasyarakatan khusus anak dan tempat-tempat khusus yang menangani kenakalan remaja guna mengatasi tindakan-tindakan kejahatan yang dilakukan oleh remaja. Salah satunya di Jalan Raya Magelang Purworejo, Salaman Kota Magelang terdapat Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap kasus kenakalan remaja yang semakin memprihatinkan.

  Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang merupakan salah satu tempat rehabilitasi bagi anak yang berhadapan dengan hukum yang telah melakukan tindak kejahatan atau penyimpangan. Kebanyakan anak usia 12-18 tahun yang melakukan macam-macam tindakan penyimpangan, kini dibimbing dengan baik melalui pembinaan di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang. Pembinaan yang diadakan di panti tersebut sangat membantu dalam menanggulangi kenakalan remaja terutama pembinaan agama Islam.

  Pembinaan agama Islam diberikan kepada remaja yang melakukan tindak kejahatan atau penyimpangan, agar dapat membentuk watak dan pribadi Islami serta dapat mewujudkan generasi remaja yang penuh dengan kepatuhan terhadap ajaran-ajaran agama Islam.

  Kenakalan yang dilakukan tidak sepenuhnya kesalahan remaja itu sendiri. Faktor kurangnya Pendidikan Agama Islam dan perhatian dari orang tua juga dapat menyebabkan remaja tersebut lebih bebas dan berani dalam melakukan tindakan-tindakan kejahatan diluar batas. Oleh karena itu, remaja masih perlu banyak mendapat arahan dan bimbingan agar tercapai kehidupan remaja yang lebih baik.

  Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melihat tentang kenakalan remaja yang disebabkan oleh kurangnya Pendidikan Agama Islam dan mengetahui program Pendidikan Agama Islam yang efektif dalam membina kenakalan remaja dengan melakukan suatu penelitian berjudul “EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KENAKALAN REMAJA DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA ANTASENA MAGELANG TAHUN 2018 ”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Apa saja bentuk kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang? 2. Apa saja faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di Panti Sosial

  Marsudi Putra Antasena Magelang? 3. Apa saja program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra

  Antasena Magelang? 4. Apa saja faktor pendukung dalam membina kenakalan remaja di Panti

  Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang? 5. Apa saja faktor penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti

  Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Mendeskripsikan bentuk kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

  2. Mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra antasena Magelang, 3. Mendeskripsikan program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi

  Putra Antasena Magelang.

  4. Mendeskripsikan faktor pendukung dalam membina kenakalan ramaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

  5. Mendeskripsikan faktor penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian berjudul “Efektivitas Program Pendidikan Agama Islam dalam Membina Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Tahun 2018

  ” ini akan memberikan beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Secara teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wacana keilmuan

  Pendidikan Agama Islam terutama dalam hal penanggulangan kenakalan remaja dengan menggunakan pembinaan agama Islam.

  2. Secara praktis a.

  Memberikan gambaran dan informasi tentang program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

  b.

  Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya yang akan mengkaji lebih mendalam sehingga dapat memperkaya temuan-temuan penelitian baru.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman tentang penafsiran dari judul di atas, maka penulis jelaskan istilah-istilah pokok yang terkandung dalam judul skripsi sebagai berikut: 1.

  Efektivitas Efektivitas merupakan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (Mulyasa, 2002: 82).

  Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai, selain itu efektivitas dapat dikatakan sebagai ukuran seberapa jauh tercapainya suatu tujuan melalui tindakan seseorang dalam proses belajar mengajar.

  2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Majid, 2012: 13).

  Pendidikan Agama Islam dapat didefinisikan sebagai proses mengarahkan dan membimbing manusia dididik ke arah pendewasaan pribadi yang beriman dan berilmu pengetahuan.

  3. Kenakalan Remaja Kenakalan atau deliquency merupakan sesuatu yang mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan, dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah usia 22 tahun. Kenakalan sebagai kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan yang bersifat sosial, kelakuan tersebut berupa pelanggaran norma-norma sosial yang ada, bisa menjurus kearah kejahatan atau perbuatan tercela lainnya (Syafaat, 2008: 74-75).

  Remaja berasal dari kata latin Adolecer (kata bendanya

  Adolescentia

  ) yang berarti remaja, yaitu “Tumbuh atau Tumbuh Dewasa” dan bukan lagi kanak-kanak (Syafaat, 2008: 87). Remaja adalah suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Remaja merupakan masa peralihan dari masa akhir kanak-kanak ke masa dewasa (Hidayati, 2008: 142).

  Dengan demikian, kenakalan remaja merupakan suatu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial dan menyalahi norma-norma agama.

F. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian ini, maka peneliti menggunakan sistematika sebagai berikut:

  1. Bagian Awal Pada bagian awal meliputi: halaman sampul luar, lembar berlogo

  IAIN, halaman sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran dan abstrak.

  2. Bagian Inti

  BAB I: PENDAHULUAN Menjelaskan secara umum tentang arah penelitian yang dilakukan. Bagian ini mengurai tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II: KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini peneliti akan menyajikan kajian pustaka atau landasan teori yang meliputi pengertian Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan Agama Islam, pengertian kenakalan remaja, sebab terjadinya kenakalan remaja, wujud perilaku kenakalan remaja, pemecahan masalah kenakalan remaja, faktor pendukung dan penghambat dalam membina kenakalan remaja, serta kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu).

  BAB III: METODE PENELITIAN Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang meliputi: jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data dan pengecekan keabsahan data.

  BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS Bagian ini berisi tentang laporan hasil penelitian yang mendeskripsikan tentang “Efektivitas Program Pendidikan Agama Islam dalam Membina Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Tahun 2018 ”.

  BAB V: PENUTUP Penutup memuat kesimpulan, tindak lanjut penelitian dan saran.

3. Bagian Akhir

  Bagian akhir memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan berasal dari kata didi

  k, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak- anak”. Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos (Syafaat, 2008: 11-12).

  Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing atau memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakatnya (Syafaat, 2008: 12).

  Pendidikan merupakan rangkaian proses pemberdayaan potensi dan kompetensi individu untuk menjadi manusia berkualitas yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dan memberikan kemampuan untuk menghadapi perubahan-perubahan alamiah yang tidak dapat dihindari (Soyomukti, 2010: 22).

  Tujuan pendidikan adalah sebuah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup (Sudiyono, 2009: 31).

  Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan melalui ajaran- ajaran Islam (Al-Quran dan Sunnah) yakni suatu kegiatan bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah menyelesaikan pendidikan mereka akan dapat memahami, menghayati kemudian meyakini secara keseluruhan, selanjutnya ajaran-ajaran Islam tersebut dijadikan suatu prinsip pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan jasmani dan rohani kelak menuju kebahagiaan dunia dan akhirat (Masdub, 2015: 3).

  Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam (Umar, 2010: 27). Pendidikan Agama Islam dapat dipahami sebagai proses dan upaya serta cara transformasi ajaran-ajaran Islam kepada peserta didik, agar menjadi rujukan dan pandangan hidup bagi umat Islam (Tantowi, 2009: 8).

  Nasir (dalam Syafaat, 2008: 15-16) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni, ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental.

  Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha yang diarahkan pada pembentukan kepribadian anak berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

  Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indra. Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya (secara perorangan maupun secara berkelompok). Dan pendidikan ini mendorong semua aspek tersebut kearah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup (Arifin, 2000: 40).

  Tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan adanya kedekatan kepada Allah Swt. melalui pendidikan akhlak dan menciptakan individu untuk memiliki pola pikir yang ilmiah dan pribadi yang puripurna, yaitu pribadi yang dapat mengintegrasikan antara agama dengan ilmu serta amal shaleh, guna memperoleh ketinggian derajat dalam berbagai dimensi kehidupan (Umar, 2010: 62).

  Baihaqi (dalam Syafaat, 2008: 33-34) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadian dan berbudi luhur menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut didasarkan kepada proposisi bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran-ajaran Islam.

  Selain itu, tujuan pendidikan Agama Islam merupakan cara untuk mengasuh, membimbing, mendorong, dan menumbuhkembangkan manusia takwa. Karena takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas manusia bukan saja di hadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah Swt (Putra dan Lisnawati, 2013: 1).

  Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membentuk kepribadian seseorang yang baik menurut ajaran-ajaran agama Islam agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, bertakwa kepada Allah Swt. sehingga seseorang lebih tunduk dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. serta menjadi insan yang kamil.

  Baihaqi (dalam Syafaat, 2008: 34-35) menyatakan bahwa tujuan akhir Pendidikan Agama Islam adalah membina manusia agar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt. baik secara individual maupun secara komunal dan sebagai umat seluruhnya.

  Setiap orang semestinya menyerahkan diri kepada Allah Swt. karena penciptaan jin dan manusia oleh Allah Swt. adalah untuk menjadi hamba-Nya yang memperhambakan diri (beribadah) kepada-Nya. Allah Swt. menjelaskan hal ini melalui firman-Nya dalam QS Al- Dzariat: 56:

  ِنَُدُبْعَيِن َّلَِإ َسْوِ ْلْاََ َّهِجْنا ُجْقَهَخ اَمََ

  “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

  ” Ayat tersebut menjelaskakan bahwa tujuan Allah Swt. menciptakan dan menghidupkan manusia di muka bumi ini ialah agar manusia mengabdi kepada Allah Swt. Mengabdi kepada Allah Swt. tidak lain menuruti apa saja yang dikehendaki Allah Swt., menghindari dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Swt.

3. Pengertian Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency)

  Deliquent

  berasal dari kata Latin “deliquere” yang artinya terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, anti sosial, kriminal, pelanggaran aturan, pembuat ribut, durjana, dursila dan lain-lain. Deliquency itu selalu mempunyai konotasi serangan pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah 22 tahun (Kartono, 2014: 6).

  Remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak- kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Dariyo, 2004: 13-14).

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa remaja adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, selain itu remaja merupakan umur yang menjembatani antara umur kanak-kanak dan dewasa.

  Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang Barat sebagai periode

  

strum and drang . Sebabnya, mereka mengalami penuh gejolak emosi

  dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma- norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat (Syafaat, 2008: 89- 90).

  Masa remaja menurut sebagian orang merupakan masa yang paling indah karena masa tersebut adalah masa seseorang dapat menghabiskan waktunnya tanpa ada yang menghalanginya. Masa remaja juga merupakan masa seseorang mencari jati dirinya dengan berbagai macam cara, tingkah laku dan sikap yang kadang-kadang bila tidak dikendalikan akan menjurus pasa suatu hal yang negatif.

  Istilah baku perdana dalam konsep psikologi adalah juvenile

  

delinquency yang secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile

  berari anak sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian, pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Jika menyangkut subyek atau pelakunya, maka menjadi juvenile

  

delinquency yang berarti penjahat anak atau anak jahat. Suatu

  perbuatan itu disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup, atau suatu perbuatan yang anti sosial di mana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif (Sudarsono, 2004: 10). ialah perilaku jahat (dursila), atau

  Juvenile deliquency

  kejahatan/kenakalan anak-anak muda. Ini merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang (Kartono, 2014: 6).

  Kenakalan remaja merupakan perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Paham kenakalan remaja dalam arti luas, meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP (pidana umum) maupun perundang- undangan di luar KUHP (pidana khusus) (Sudarsono, 2004: 11-12).

  Kenakalan remaja dapat diartikan sebagai suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja sehingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain. Tindakan yang menyimpang dan dilakukan oleh remaja ini mendatangkan gangguan terhadap ketenangan dan ketertiban hidup di masyarakat (Basri, 2004: 13).

  Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja (Juvenile Deliquency) adalah perilaku menyimpang yang bersifat melawan norma-norma hukum, anti sosial, dan menyalahi norma- norma agama yang dilakukan oleh remaja dan dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang sekitarnya.

4. Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)

  Kenakalan remaja yang sering terjadi di dalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab dan tiap-tiap sebab dapat ditanggulangi dengan cara-cara tertentu.

  Ulwan (2007: 113-149) mengemukakan bahwa banyak faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja yang dapat menyeret mereka pada dekadensi moral dan ketidakberhasilan pendidikan mereka di dalam masyarakat, dan kenyataan kehidupan yang pahit. Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja diantaranya adalah: a). Kemiskinan yang menerpa keluarga, b). Disharmoni antara Bapak dan Ibu, c). Perceraian dan kemiskinan sebagai akibatnya, d). Waktu senggang yang menyita masa anak dan remaja, e). Pergaulan negatif dan teman yang jahat, f). Buruknya perlakuan orang tua terhadap anak, g). Film-film sadis dan porno, h). Tersebarnya pengangguran di masyarakat, i). Keteledoran kedua orang tua terhadap pendidikan anak, dan j). Bencana keyatiman.

  Freud (dalam Syafaat, 2008: 75) menyatakan bahwa sebab utama dari perkembangan tidak sehat, ketidakmampuan menyesuaikan diri dan kriminalitas anak dan remaja adalah konflik-konflik mental, rasa tidak dipenuhi kebutuhan pokoknya seperti rasa aman, dihargai, bebas memperlihatkan kepribadian dan lain-lain. Selain itu, penyebab diviasi/penyimpangan pada perkembangan anak dan remaja adalah kemiskinan di rumah, ketidaksamaan sosial dan keadaan-keadaan ekonomi lain yang merugikan dan bertentangan.

  Sebab-sebab munculnya kenakalan sebagian besar berasal dari keluarga dan masyarakat. Sumber keluarga berasal dari rumah tangga yang tidak harmonis, orang tua yang acuh terhadap perkembangan anak, memanjakan anak berlebih-lebihan, mendidik anak dengan cara yang keras dan otoriter, kebiasaan hidup yang tidak baik, ketidakmampuan orang tua untuk mengendalikan anak dari pengaruh luar yang merusak. Sumber yang berasal dari masyarakat antara lain lemahnya kontrol sosial dan kontrol moral dalam masyarakat terhadap penyimpangan, menurunnya tanggung jawab sosial pada masyarakat Sedangkan menurut Syafaat (2008: 78-79) sebab lainnya bisa disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini: a.

  Lemahnya pemahaman nilai-nilai agama.

  b.

  Lemahnya ikatan keluarga.

  c.

  Anak deliquency kangen keluarga.

  d.

  Kondisi keluarga tidak nyaman, lingkungan sekolah tidak kondusif dan kondisi masyarakat yang buruk.

  e.

  Kurangnya kontrol kita semua sebagai orang tua, “orang tua” dalam arti luas. Di keluarga sebagai orang tua adalah ayah/ibu, di sekolah guru dan di masyarakat sebagai orang tua yaitu tokoh masyarakat, jaksa, hakim ustad/kyai, polisi, dan lain-lain.

  f.

  Kurangnya pemanfaatan waktu luang.

  g.

  Kurangnya fasilitas-fasilitas untuk remaja (sarana olahraga, sarana keagamaan, rekreasi, sanggar seni, dan lain-lain).

  Untuk itu, diperlukan solusi yang paling efektif untuk mengatasi sebab terjadinya juvenile delinquency, yaitu dengan penyediaan fasilitas-fasilitas untuk remaja (sarana olahraga, sarana keagamaan, sarana rekreasi, alat-alat musik, dan lain-lain). Selain itu, juga harus tercipta keluarga yang tenang, damai, penuh kasih sayang, dan perhatian kepada anak-anaknya. Hindari perselisihan/percekcokan antara suami istri, karena hal tersebut dapat mengakibatkan si anak merasa tidak nyaman berada di rumah.

5. Wujud Perilaku Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency)

  Kartono (2014: 21-23) mengemukakan bahwa wujud perilaku

  delinquen adalah sebagai berikut: a.