Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah

Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Ringayatunnisa‟

  

NIM : 21114021

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI‟AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

   Assala mu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama :

  Ringayatunnisa‟ NIM : 21114021 Judul :Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin

  Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam

  dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.

  Wassalamu ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 04 September 2018 Pembimbing, M. Yusuf Khummaini, S.H.I,M.H.

  NIP. 19810508 200312 1 00

KEMENTERIAN AGAMA

  Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website E-mail : [email protected]

  

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

  

Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah

Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam

  Oleh: Ringayatunnisa‟

  NIM : 21114021 telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah s kripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama

  Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Dr. Siti Zumrotun, M.Ag .....................................

  Sekretaris Sidang : M. Yusuf Khummaini, S.H.I, M.H ..................................... Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, M.Si ....................................... Penguji II : Heni Satar N, S.H., M.Si .......................................

  Salatiga, 2018 Dekan Fakultas Syari‟ah Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP.19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

  Ringayatunnisa‟ NIM : 21114021 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas

  : Syari‟ah Judul Skripsi : Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

  Tabyin Al Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam

  menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 05 September 2018 Yang menyatakan Ringayatunnisa‟ NIM: 21114021 MOTTO اًسْسٌُ ِسْسُعْنا َعَم َّنِإ

  ﴿ ٦ ﴾

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

  

PERSEMBAHAN

  Karya ini penulis persembahkan untuk:

  1. Kedua orang tuaku ibu Siti Asiyah dan bapak Muhdi yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang dan cinta serta pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do‟a restu sehingga aku bisa seperti sekarang.

  2. Kakakku Mbak Faizah dan Mas Ma‟rufi Ahmad serta Adikku Azmi Latifah dan Azka

  Umaya Muflikha terimakasih atas do‟a dan motivasi yang tercurahkan tanpa batas dan lelah.

  3. Kepada bapak M. Yusuf Khummaini, S.H.I, M.H. selaku pembimbing dan sekaligus sebagai serta motifator juga pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  4. Seluruh bapak ibu dosen yang telah bersedia memberikan ilmu kepada penulis dan terima kasih atas dorongan dan motivasinya.

  5. Kepada sahabatku Dhewi Endriani, viani rahmawati, Sinta Marya Dewi, Siti Aisah, Isnataini Nur Fitriana, Afita Setyowati dan Siti Muzayanah yang selalu mendo‟akan dan selalu memperhatikanku dalam segala keadaan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

  6. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2014 terkhusus program studi HKI yang telah memberikan kebahagiaan, motivasi dan semangat belajar.

  7. Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, selalu senang belajar, berlatih, berkarya dalam memahami makna hidup hingga mencapai tujuan keridloan Allah Swt. Sang Pencipta.

  8. Sahabat dan sahabati PMII Rayon Zubair Al-Jailani Komisariat Joko Tingkir Kota Salatiga.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirobbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, inayah serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran, beserta keluarga dan para sahabatnya.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.). Adapun judul skrisi ini adalah “Relevansi

  

Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah Karangan Syaikh Haji

Ahmad Rifa‟i Ditinjau Hukum Islam

  Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

3. Bapak Sukron Ma‟mun, M.Si. selaku Ketua Program Studi HKI IAIN Salatiga.

  4. Bapak yusuf khummaini,S.H.I, M.H. sebagai Dosen Pembimbing yang telah

  memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran serta mengorbankan waktunya dalam membimbing sehingga terwujudnya penulisan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan seluruh Sivitas Akademik

  IAIN Salatiga yang telah banyak membimbing dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral dan spiritual, yang selalu

  mencurahkan kasih sayang, memberikan semangat dan d ukungan serta mendo‟akan saya, selama saya menempuh studi di IAIN Salatiga yang selalu megharapkan keberhasilan saya.

  7. Sahabat senasib seperjuangan HKI angkatan 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

  Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik teknik penyusunan

maupun isi, karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan

saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangsih bagi pengembangan dunia khususnya Hukum Keluarga Islam.

  Salatiga, Agustus 2018 Penulis Ringayatunnisa‟ NIM. 21114021

  

ABSTRAK

  Ringayatunnisa‟. 2018 “Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al

  Ishlah Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam”.

  Skrispi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam, Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing: Yusuf Khummaini,S.H.I,M.H.

  Kata Kunci: perpindahan, hak wali nikah, dan kitab Tabyin Al-Ishlah

  Pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Yang mana dalam perkawinan itu sendiri bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Dalam melaksanakan pernikahan terdapat syarat sah dan rukun yang harus dipenuhi oleh calon kedua mempelai, Salah satunya yaitu wali nikah. Di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah wali nikah harus memenuhi syarat yang sudah ditentukan yaitu, adil dan mursyid. Permasalahan di dalam konsep pernikahan sangat beragam salah satunya permasalahan perwalian nikah. Yang mana, terdapat konsep perpindahan hak wali, itu terjadi karena wali tersebut merasa tidak mumpuni untuk menikahkan anaknya, maka perwalian di taukilkan kepada ulil amri yang mereka percaya akan adil dan kemursyidannya. Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian peneliti merumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana perpindahan hak wali dalam kitab tabyin al-ishlah di tinjau dari hukum islam? 2. Bagaimana konsep perpindahanhak wali dalam kitab tabyin al-ishlah di tinjau dari hukum islam?

  Sehubungan dengan pertanyaan di atas peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dan pendekatannya melalui pendekatan yuridis normatif. Metode yang digunakan adalah library research (penelitian kepustakaan), yaitu suatu cara membaca, mencermati, menelaah buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah yang akan di teliti.

  Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah konsep perpindahan hak wali nikah yang dijelaskan oleh Syeikh Ahmad Rifa‟i yang kemudian di tuangkan dalam kitab Tabyin

  

Al-Ishlah . Yang mana jika di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah wali nikah dipindahkan kepada

  ulil amri yang dipercaya sifat adil dan kemursyidannya. Perpindahan hak wali nikah dalam kitab Tabyin Al-Ishlah dipandang kurang relevan apabila diterapkan pada era zaman sekarang. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan berguna bagi masyarakat yang ingin mengetahui konsep perpindahan hak wali nikah yang dijelaskan di dalam kitb Tabyin Al-Ishlah yang ditinjau dari hukum islam.

  DAFTAR ISI

  SAMPUL ___________________________________________________ i NOTA PEMBIMBING _________________________________________ ii PENGESAHAN ______________________________________________ iii PERNYATAAN KEASLIAN ____________________________________ iv MOTTO_____________________________________________________ v PERSEMBAHAN _____________________________________________ vi KATA PENGANTAR _________________________________________ viii ABSTRAK __________________________________________________ x DAFTAR ISI _________________________________________________ xi DAFTAR LAMPIRAN _________________________________________ xiii

  BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ___________________________________ 1 B. Rumusan Masalah ________________________________________ 7 C. Tujuan Penelitian _________________________________________ 7 D. Kegunaan Penelitian ______________________________________ 8 E. Penegasan Istilah _________________________________________ 9 F. Telaah Pustaka ___________________________________________ 9 G. Metode Penelitian ________________________________________ 12 H. Sistematika Penulisan _____________________________________ 15 BAB II: PERWALIAN NIKAH DALAM HUKUM ISLAM A. Konsep Pernikahan _______________________________________ 17

  1. Pengertian Pernikahan __________________________________ 17

  2. Hukum Pernikahan ____________________________________ 20

  3. Tujuan Dan Hikmah Pernikahan __________________________ 22

  4. Rukun Dan Syarat Sah Nikah ____________________________ 25

  BAB III: GAMBARAN UMUM BIOGRAFI SYAIKH AHMAD RIFA‟I DAN KITAB TABYIN AL-ISHLAH A. Gambaran Umum Syaikh Ahmad Rifa‟i Dan Kitab Tabyin Al-Ishlah 40

  Di Tinjau Dari Undang-Undang Perkawinan __ 72

  

Tabyin Al-Ishlah Ditinjau Dari Hukum Islam Era Zaman Sekarang _ 75

  C. Analisis Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

  Tabyin Al-Ishlah Di Tinjau Dari Undang-Undang Perkawinan __ 73

  2. Analisis Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

  1. Analisis Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Fikih __________ 72

  

Tabyin Al-Ishlah Di Tinjau Dari Hukum Islam _________________ 72

  B. Analisis Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

  Tabyin Al-Ishlah

  1. Biografi Syaikh Ahmad Rifa‟i ____________________________ 40 2.

  2. Analisis Konsep Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

  1. Analisis Konsep Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Fikih ____ 71

  BAB IV: ANALISIS PERPINDAHANN HAK WALI NIKAH DALAM KITAB TABYIN AL-ISHLAH DI TINJAU DARI HUKUM ISLAM A. Analisis Konsep Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah Di Tinjau Dari Hukum Islam _______________________________ 71

  

Tabyin Al-Ishlah _________________________________________ 65

  C. Konsep Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab

  B. Konsep Pernikahan Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah ______________ 55

  3. Kitab Tabyin Al-Ishlah _________________________________ 53

  Jamaah Rifa‟iyyah ____________________________________ 51

  BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan _____________________________________________ 77 B. Saran __________________________________________________ 79 C. Penutup ________________________________________________ 79 LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Lembar Surat Penunjukkan Pembimbing

  2. Lembar Surat Izin Observasi

  3. Lembar Konsultasi Skripsi

  4. Lembar Surat Keterangan Keaktifan (SKK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ajaran yang penting dalam islam adalah pernikahan

  (perkawinan). Begitu pentingnya ajaran tentang pernikahan tersebut sehingga dalam alqur‟an terdapat sejumlah ayat baik secara langsung maupun tidak langsung berbicara mengenai masalah pernikahan dimaksud. (Anam, 2015: 1)

  Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan lahir adalah hubungan formal yang dapat dilihat karena dibentuk menurut undang-undang yang mengikat kedua pihak dan pihak lain dalam masyarakat. Sedangkan ikatan batin adalah hubungan tidak formal yang dibentuk dengan kemauan bersama yang sungguh-sungguh mengikat kedua belah pihak. (Hanif, 2015: 1)

  Ikatan pernikahan yaitu suatu ikatan yang didalamnya ada kesepakatan antara seorang suami dan istri bertujuan untuk membangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah tentu berlandaskan tuntunan syariat agama dan atas petunjuk dari Allah swt dan semata-mata untuk menjalankan perintahNya dan mengharapkan Ridlo dariNya.Ikatan pernikahan sendiri merupakan suatu ikatan lahir batin antara suami dan istri yang didalamnya bertujuan untuk hidup harmonis kekal selamanya sampai akhir hayat memisahkan antara keduanya.

  Pada hakikatnyaikatan pernikahan sendiri tidak hanya membahas tentang ikatan lahir batin. Akan tetapi, untuk mewujudkan kehidupan kelaurga yang harmonis perlu dilihat proses pernikahan seseorang yang dilaksanakan sebelumnya.Tradisi atau kebiasaan yang terjadi di suatu daerah merupakan rangkaian prosesi pernikahan yang dilaksanakan seseorang.Dimana, suatu adat atau kebiasaan yang terjadi dimasyarakat sudah turun temurun dari nenek moyangnya.Tradisi merupakan sesuatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat, baik yang menjadi adat kebiasaan, atau yang diasimilasikan dengan ritual adat atau agama. Atau dalam pengertian yang lain, sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. (Hanif, 2015: 2)

  Islam merupakan agama yang bersifat universal.Didalamnya tidak menganut ajaran yang kaku.Ia mampu beradaptasi dan berkembang diberbagai daerah dan disetiap waktu. Akan tetapi terkadang budaya dan tradisi lokal dalam masyarakat tidak dapat dihindari oleh berbagai kalangan masyarakat muslim.

  Karena itu agama dan budaya saling berjalan beriringan tanpa mengurangi nilai- nilai yang terkandung didalamnya.

  Hal ini menjadi indikasi bahwa perbedaan tidaklah menjadi kendala untuk mencapai tujuan islam, dan islam tetap menjadi pedoman dalam segala aspek kehidupan. Hanya saja pergumulan islam itu beakibat pada adanya keragaman penerapan prinsip-prinsip umum dan universal suatu agama berkenan dengan tata caranya, dengan kata lain masyarakat muslim tidak dapat lepas dengan istilah tradisi.

  Tradisi dalam hukum islam disebut

  „urf. „urf adalah sesuatu yang telah

  dikenal oleh masyarakat dan merupakan kebiasaan di kalangan mereka baik berupa perkataan maupun perbuatan.Atau kebiasaan atau hukum yang bersifat kedaerahan yang dapat saja bersanding dengan hukum islam, dan ini juga disebut dengan adat. Jadi, dikalangan syariat tidak ada perbedaan antara

  „urf dan adat. (munir, 2005:

  334) Pada saat ini tradisi pernikahan juga masih melekat dan dijalankan di masyarakat.Salah satunya di kalanganJamaah

  Rifa‟iyah, yangmana Jamaah Rifa‟iyah adalah kelompok keagamaan pengikut KH.Ahmad Rifa‟i yang muncul pada pertengahan abad ke-19 di pesisir utara jawa tengah tepatnya di Desa Kalisalak Kecamatan Limpung Kabupaten Batang, pada masa itu masuk dalam Karesidenan Pekalongan

  .KH. Ahmad Rifa‟i telah memainkan peranan yang amat penting dalam sejarah islam dan gerakan keagamaan menantang pemerintah belanda di Indonesia.

  Saat ini pengikut Jama ah Rifa‟iyah cukup banyak yang tersebar di beberapa daerah di jawa tengah seperti Batang, Pekalongan, Pemalang, Kendal, Kebumen, Wonosobo, Pati dan bahkan diluar jawa tengah seperti arjowinangun Cirebon, indramayu, Yogyakarta dan Jakarta. Nama rifa‟iyah merupakan suatu penghormatan terhadap pendiri jamaah keagamaan dan untuk mengenang jasa-jasa KH.bin Muhammad marhum, bukan untuk memuja.Selain sebagai pendiri beliau juga sebagai tokoh sentral yang sangat dihormati oleh pengikutnya hingga sekarang.

  Jamaah Ri fa‟iyah dalam masalah pernikahan ia berpedoman pada kitab yang dianut oleh KH. Ahmad Rifa‟i yaitu kitab Tabyin Al-Ishlah.Kitab Tabyin Al-

  Ishlah sendiri merupakan suatu kitab yang dikarang sendiri

  oleh KH. Ahmad Rifa‟i didalamnya berisi tentang berbagai pelajaran, salah satunya membahas tentang pernikahan dan proses pernikahan berlangsung. Dan pelajaran-pelajaran yang terdapat didalamnya khususnya hal pernikahansesungguhnya tidak jauh berbeda dengan yang dijelaskan oleh kitab-kitab yang lainnya.Perkawinan dianggap sah apabila terpenuhi semua syarat dan rukunnya. Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, M.A menjelaskan bahwa tentang rukun-rukun perkawinan terdiri atas lima macam, yaitu adanya: calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi dan ijab qabul. (Rofiq, 2013:55)

  Salah satu unsur penting dalam perkawinan adalah adanya wali nikah.Pendapat tentang keharusan adanya wali dalam perkawinan juga dinyatakan oleh

  Imam Syafi‟i, bahwa wali merupakan satu rukun nikah, sehingga tanpa adanya wali maka perkawinan itu tidak sah.Di dalam kitab al-umm, al- syafi‟i menyatakan secara tegas bahwa salah satu syarat sahnya perkawinan adalah adanya wali bagi perempuan. (Anam, 2013: 3)

  Wali nikah adalah orang yang menikahkan seorang wanita dengan seorang pria.Karena wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi oleh calon mempelai wanita yang bertindak menikahkannya (pasal 19 KHI).Wanita yang menikah tanpa wali berarti pernikahannya tidak sah. Ketentuan ini didasari oleh hadis Nabi Muhammad yang mengungkapkan :“tidak sah perkawinan, kecuali diniahkan oleh wali”.Status wali dalam pernikahan merupakan rukun yang menentukan sahnya akad nikah (perkawinan). Seorang wali mempunyai persyaratan yaitu: laki-laki, dewasa, mempunyai hak perwalian dan tidak terdapat halangan perwalian seperti yang diatur dalam pasal 20 KHI ayat (1) bahwa yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum islam, yakni muslim, aqil, dan baligh. Dalam pelaksanaan akad nikah atau yang biasa disebut ijab qabul. (zainuddin, 2006: 15)

  Dalam fenomena sosial sendiri sudah menjadi tradisi dengan perwakilan perwalian ketika akad nikah, hal ini terjadi karena beberapa alasan seperti kurang siapnya wali atau bisa juga karena grogi, kurangnya pengetahuan sehingga mewakilkan kepada orang yang lebih faham tentang agama, bahkan ada juga yang karena wali tidak bisa hadir ketika akad nikah dikarenakan berada sedang bekerja di luar negeri atau alasan lainnya. Tradisi yang terjadi biasannya wali tersebut diwakilkan kepada wali hakim atau penghulu. (Anam, 2013: 3)

  Namun ada suatu penjelasan dalam kitab Tabyin Al-Ishlahyang membedakan dengan tradisi masyarakat islam pada umumnya, yaitu Jamaah Rifa‟iyah tidak dapat mengesahkan akad nikah yang dilakukan oleh penghulu atau orang di luar

  Jamaah Rifa‟iyah sebab pihak-pihak yang terlibat dalam pernikahan seperti wali dan saksi nikah dianggap tidak memenuhi syarat syah yang dijelaskan dalam kitab Tabyin Al-Ishlah. Menurut informasi yang penulis dapatkan, Jamaah Rifa‟iyah mempunyai tradisi untuk menentukan atau memilih seseorang yang berhak untuk menjadi wali dan saksi pernikahan dalam setiap pernikahan

  Jamaah Rifa‟iyah, agar syarat syah yang sudah ditentukan sebagai wali dan saksi pernikahan dapat terpenuhi.Dalam Jamaah Rifa‟iyah untuk melaksanakan prosesi pernikahan didalamnya terdapat tradisi tersendiri.Yang mana, seorang calon pengantin harus mempelajari kitab yang dianut

  Jamaah Rifa‟iyah yaitu kitab Tabyin Al-Ishlah. Yang didalamnya berisi tentang hal ikhwal kehidupan dan salah satunya kehidupan bahtera rumah tanggga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

  Menurut salah satu Jamaah Rifa‟iyah yaitu bapak Nadzir, beliau berpendapat bahwa seseorang yang ingin melakukan pernikahan dan yang akan menikahkan (wali nikah) calon pengantin diharuskan untuk mempelajari terlebih dahulu kitab Tabyin Al-Ishlah, untuk mencapai syarat sah secara fiqiyah dan pernikahannya bisa dianggap shahih. Jamaah

  Rifa‟iyah mengenal sebuah prinsip, bahwasannya tidak bisa sah secara fiqiyah seseorang yang akan melakukan sesuatu tanpa mengetahui ilmunya terlebih dahulu. Seorang calon mempelai yang tidak mempelajari kitab Tabyin Al-Ishlahsebelum pernikahan akan mendapat sanksi, yaitu dikucilkan dari Jamaah Rifa‟iyah.

  Sebagaimana latar belakang tersebut diatas, maka sangat baik untuk dilakukan penelitian.Untuk mengetahui bagaimana perpindahan hak wali nikah yang dilakukan oleh masyarakat

  Jamaah Rifa‟iyah.Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait hal tersebut.Hal yang menarik untuk dilakukan penelitian yaitu bagaimana perpindahan hak wali, apa syarat untuk menjadi seorang wali untuk menikahkan calon mempelai di dalam kitab Tabyin Al-Ishlahyang diterapkan di dalam

  Jamaah Rifa‟iyah. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al Ishlah

  Karangan Syaikh Haji Ahmad Rifa‟i Ditinjau Dari Hukum Islam”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah saya sampaikan di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah:

  1. ApaKonsep Perpindahan Hak WaliNikah Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah Dalam Hukum Islam?

  2. Bagaimana Perpindahan Hak WaliNikah Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah?

  3. Bagaimana Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al-

  Ishlah Ditinjau Dari Hukum Islam? C.

   Tujuan Penelitian

  Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pasti mempunyai tujuanyang ingin di capai. Adapun tujuan skripsi ini adalah:

  1. Untuk Mengetahui Konsep Wali nikah dalam Kitab Tabyin Al-ishlah dalam hukum islam.

  2. Untuk Mengetahui Perpindahan Hak Wali nikah dalam Kitab Tabyin Al-ishlah.

  3. Untuk Mengetahui Relevansi Perpindahan Hak Wali Nikah Dalam Kitab Tabyin Al-Ishlah Ditinjau Dari Hukum Islam.

D. Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penulisan ini diantaranya adalah: 1) Secara Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran tentang wacana keilmuan, terutama pengembangan wawasan mengenai pemikiran tokoh Rifa‟iyah terhadap perpindahan hak wali nikah. 2) Secara Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan ilmu pengetahuan bagi semua pihak, khususnya bagi: a. Bagi Peneliti

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman bagi peneliti mengenai produk pemikiran tokoh Rifa‟iyahyang berkaitan dengan perpindahan hak wali nikah.

  b. Bagi pemerintah yang bergerak dalam bidang perkawinan Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai tambahan referensi untuk memberikan informasi dan memberikan tambahan pengetahuan terhadap masyarakat khususnya orang tua yang menjadi wali nikah tentang bagaima ketentuan-ketentuan untuk sah menjadi wali nikah.

  c. Masyarakat Sebagai bahan pengetahuan bagi masyarakat bahwa kitab Tabyin Al-

  Ishlah ini sebai penjelas atau syarah dari kita-kitab fiqih yang lainnya, yangmana kitab ini membahas tentang pernikahan yang di dalamnya juga berisi tentang ketentuan-ketentuan wali nikah.

  E. Penegasan istilah

  1. Perpindahan, dalam kamus besar bahasa Indonesia adalahperihal berpindah, peralihan, peranjakan. Perpindahan menurut bapak nadzir yaitu peralihan perwalian dari seorang bapak kepada wali hakim (adil dan mursyid) yaitu seorang kiyai.

  2. Hak dalam kamus besar Indonesia adalah kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya)

  3. wali nikah, perwalian dalam perkawinan adalah suatu kekuasaan atau wewenang

  syar‟i atas segolongan manusia, yang dilimpahkan kepada orang

  yang sempurna, karena kekurangan tertentupada orang yang dikuasai itu, demi kemaslahatannya sendiri. (jawad, : 53)

  4. Kitab Tabyin Al-Ishlah, adalah salah satu kitab karangan Syaikh Ahmad Rifa‟i yang di dalamnya berisi penjelasan-penjelasan mengenai segala hal yang bersangkutan tentang pernikahan.

  F. Telaah pustaka

  Telaah pustaka pada dasarnya adalah untuk menentukan apa yang telah diteliti oleh peneliti lain yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut diharapkan di dalam penelitian sejenis ini tidak memperoleh kesamaan yang mutlak dengan penelitian orang lain.

  Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasn tema yang hampir serupa.Dalam pernikahan wali merupakan salah satu rukun dalam pernikahan.Apabila ada salah satu rukun tidak terpenuhi maka pernikahan itu bisa dibatalkan.Wali nikah bisa diganti oleh wali hakim yang sudah memenuhi aturan atau ketentuan-ketentuan yang ada dalam perundang-undangan yang berlaku.

  Penelitian mengenai Jamaah Rifa‟iyah telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Ada yang secara total mengkaji dalam skripsi, tesis, disertasi maupun buku. Berikut ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir sama dengan skripsi ini:

  1. Penelitian Abdul Djamil dalam Disertasinya yang kemudian dibukukan dengan judul perlawanan Kiayi Desa: pemikiran dan gerakan Islam KH.

  Ahmad Rifa‟i Kalisalak. Abdul Djamil lebih memfokuskan pada doktrin dan pemahaman normatif yang diajarkan oleh KH. Ahmad Rifa‟i, ia juga sedikit menyinggung historisitas

  Jamaah Rifa‟iyah dan ketokohan KH.Ahmad Rifa‟i. Abdul Djamil menyimpulkan bahwa sepeninggal KH. Ahmad

  Rifa‟i dari Kalisalak, pengikut KH. Ahmad

  Rifa‟i mengalami diaspora. Mereka tersebar dibeberapa tempat di nusantara, karena menghindari kejaran kekuasaan kolonial belanda. Trauma dari kejaran kolonial belanda ini menghasilkan sikap bagi para pengikutnya untuk anti terhadap kekuasaan dan terjadi apa yang dikatakan Abdul Djamal sebagai protes diam. Tentang pernikahan dalam buku ini Abdul Djamil hanya mengulas tentang pemikiran KH. Ahmad Rifa‟i dalam kitab tabyin al-islah.

  2. Peneltian Muhlisin Saad dalam buku an-

  naz‟ah al-kharijiyyah fi afkar wa harakah syaikh

  Ahmad Rifa‟i. Buku ini diterjemahkan oleh KH. Ahmad Syadzirin Amin, dengan judul mengungkap gerakan dan pemikiran Syaikh Ahmad Rifa‟i. Buku yang diterbitkan oleh yayasan badan wakaf rifa‟iyah ini menggambarkan ciri khas pemikiran KH. Ahmad

  Rifa‟i terutama berkaitan dengan hal-hal yang special. Tentang pernikahan, dalam buku tersebut hanya mengutip pendapat KH. Ahmad

  Rifa‟i dalam kitab Tabyin Al-Islah, utamanya tentang persyaratan wali yang harus adil dan mursyid.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh M. Nasrudin dalam skripsinya yang berjudul hukum islam dan perubahan sosial: studi pergeseran pemikiran Jamaah Rifa‟iyah tentang keabsahan nikah yang diadakan oleh penghulu atau PPN. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa dahulu

  Jamaah Rifa‟iyah tidak menerima akad nikah yang dilakukan oleh penghulu, sehingga harus melakukan kad nikah hingga dua kali. Akad yang pertama dilakukan di PPN dan akad yang kedua dilakukan di Jamaah Rifa

  ‟iyah itu sendiri. Akan tetapi setelah diadakan penelitian, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa pemahaman Jamaah Rifa‟iyah terhadap keabsahan nikah sudah mulai bergeser dengan menerima akad nikah yang dilakukan penghulu walaupun pergeseran itu tidak terjadi secara keseluruhan di

  Jamaah Rifa‟iyah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan persepsi antara tokoh muda di Jamaah Rifa‟iyah.

G. Metode Penelitian

  Penggunaan metode penelitian merupakan sesuatu yang lazim diguakan dalam setiap penelitan ilmiah. Dalam dunia riset, penerapan metode dalam sebuah penelitian telah diatur dan ditentukan dengan persyaratan yang sangat ketat berdasarkan tradisi keilmuan ang berlaku agar hasil penemuan tersebut diakui oleh kmunitas ilmuan terkat kaena memiliki nilai ilmiah dibidangnya.

  Oleh sebab itu dalam penelitian bahan skripsi ini penulis menggunakan teknik sebagai berkut:

  1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu suatu cara membaca, mencermati, dan menelaah buku-buku yangada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti. Menurut zed (2004: 1-

  2), “riset pustaka adalah penelitian yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya”.

  2. Pendekatan Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu jenis pendekatan dengan menggunakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Pendekatan yuridis normatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedekatan hukum Islam, yaitu menelaah aturan-aturan hukum Islam untuk memperoleh data yang akurat mengenai relevansinya perpindahan hak wali yang dijelaskan dalam kitab Tabyin Al-Ishlahdengan hukum islam yang diterapkan masyarakat pada era zaman sekarang.

  3. Pengumpulan data Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini mencakup sumber data primer dan sumber data sekunder.

  a. Sumber data primer diperoleh dari kitab Tabyin Al-Ishlahyang memuat masalah tentang perpindahan hak wali nikah dan biografi pengarangnya.

  b. Sumber data sekunder, adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan yang ada hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer tersebut (soemitro, 1990:53). Dalam hal ini yangpenulis gunakan menjadi data sekunder adalah buku-bukudan informasi dari berbagai media mengenai perpindahan hak wali nikah seperti kitab-kitab fiqih, KHI, UUP dan media lainnya.

  4. Analisis data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, kemudian data direduksi metode analisis adalah suatu cara penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan jalan memilih antara pengertian yang satu dengan yang lainuntuk mendapatkan pengertian yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan cara menerapkan metode berfikir induktif, yaitu suatu metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang khusus dan kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.

  5. Pengecekan keabsahan data Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap beberapa kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci.

  Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data akan dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keprluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (moleong, 2007:330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh dari suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda.

  6. Tahap-tahap penelitian

  a. Penelitian pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan nikah dan buku lain yang berhubungan dengan konsep perpindahan hak wali nikah yang dijelaskan di dalam kitab Tabyin Al-Ishlah.

  b. Pengembangan desain Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang tradisi pernikahan dalam kitab Tabyin Al-Ishlah, kemudian penulis melakukan observasi penelitian untuk mencari datayang detail mengenai tradisi pernikihan yang dijelaskan didalam kitab Tabyin Al-Ishlahkhususnya mengenai perpindahan hak wali nikah.

  c. Penulis melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan data-data dari buku yang berkaitan tentang perpindahan hak wali nikah.

H. Sistematika Penulisan

  Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut:

  1. BAB I merupakan pendahuluan yang menjelaskan: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  2. BAB II berisi tentang konsep pernikahan, syarat dan rukun nikah dalam fiqih.

  Dan selanjutnya menjelaskan tentang konsep perpindahan hak wali dalam kitab Tabyin Al-Ishlah.

3. BAB III merupakan hasil penelitian yang berisi tentang gambaran umum biografi Syaikh Ahmad Rifa‟i dan kitab Tabyin Al-Ishlah.

  4. BAB IV berisi tentang analisis data dari data hasil temuan-temaun yang terdiri dari: analisis faktor yang melatar belakangi perpindahan hak wali nikah berdasarkan para ulama fiqih.

  5. BAB V, bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian dan saran-saran.

BAB II PERWALIAN NIKAH DALAM HUKUM ISLAM A. Konsep Pernikahan A. Pengertian Nikah Perkawinan adalah terjemahan dari kata nakahadan zawaja.Kedua kata

  inilah yang menjadi istilah pokok dalam al- Qur‟an untuk menunjuk perkawianan (pernikahan).Dengan demikian, dari sisi bahasa perkawinan berarti berkumpulnya dua insan yang semula terpisah dan berdiri sendiri, menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermitra sebagai pasangan.

  Menurut sebagian ulama Hanafiah, “nikah adalah akad yang memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang-senang secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan seorang wanit, terutama guna mendapatkan kenikmatan biologis”.Sedangkan menurut sebagian mazhab Maliki, nikah adalah sebuah ungkapan, sebutan atau titel bagi suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih kenikmata n seksual semata”. Oleh Mazhab

  Syafi‟iah, nikah dirumuskan dengan “akad yang menjamin kepemilikan untuk bersetubuh dengan menggunakan redaksi (lafal) “inkah atau

  tazwij

  ; atau turunan (makna) dari keduanya.” Sedangkan ulama Hanabilah mendefinisikan nikah d engan “akad (yang dilakukan dengan menggunakan) kata inkah atau tazwij guna mendapatkan kesenangan (bersenang- senang).”

  (Summa, 2005 : 45)

  Hal ini sesua dengan ungkapan yang ditulis oleh zakiyah darajat dan kawan-kawan yang memberikan definisi perkawinan sebagai berikut: ٌُا

  َما َىْعَم ََْأ ِجٌَِْْصَّرنا ََِأ ِحاَكِّىنا ِظْفَهِت ٍئْطََ َحَذَتِإ ُهَّمَضَرٌَ ُدْقَع

  “akad yang mengandung ketentuan huum kebolehan hubungan

  kelamin dengan lafaz nikah atau tazwij atau yang semakna keduanya

  ” Nikah menurut bahasa artinya mengumpulkan. Sedangkan menurut istilah nikah adalah akad yang telah terkenal dan memenuhirukun-rukun serta syarat

  (yang telah tertentu) untuk berkumpul.(moh.zuri, 1978:268) Menurut pendapat shahih, bahwa kata nikah itu menurut makna hakikat adalah akad, sedang majasnya adalah persetubuhan (zainuddin, 1993:1).

  Sedangkan perkawinan menurut istilah, yang mana menurut Muhammad Abu Zahrah, perkawinan adalah akad (transaksi) yang menghalalkan hubungan seorang laki-laki (suami) dengan seorang perempuan (isteri), dan saling menolong di antara keduanya, dan saling memiliki hak dan kewajiban (Khoiruddin, 2009 : 238- 240)

  Nikah artinya, suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Dalam pengertian yang luas, pernikahan adalah merupakan suatu ikatan lahir antara dua orang, laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat islam. (moh. Ri fa‟i. 2014:420) Sabda rasulullah saw:

  ًِْرَّىُسِت َّهَرْسٍَْهَف ًِذَسْطِف َّةَدَأ ْهَمَف ًِرَّىُس ُخَكِّىنَا

  Artinya: nikah adalah sunahku, maka barang siapa yang menyukai agamaku, hendaklah ia mengikuti tuntunanku.

  Dalam Kitab Tansyirah(1273H), Ahmad Rifa‟i mengatakan: bahwa pernikahan seseorang hendaknya melalui prosedur hukum yang berlaku disuatu Negara, misalnya tercatat dalam administrasi di lembaga urusan agama. Adapun pelaksanaan akad nikahnya melalui prosedur hukum islam.

  Karena pernikahan merupakan awal pembangunan rumah tangga yang kelak diharap akan mendapat keturunan yang sah dan menjadi anak yang solih solihah, maka pernikahan yang benar dan sah merupakan suatu keharusan.

  Pasal 1 UU No. 1/1974 menyebutkan: “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.Rumusan pasal 1 UU No. 1/1974 juga mengandung dua pokok pengertian, yaitu arti dan tujuan pernikahan. Arti pernikahan adalah: ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang seorang wanita sebagai suami istri” dan tujuannya adalah “untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa arti perkawinan menurut hukum islam adalah perkawinan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

  Jika dicermati pengertian pernikahan diatas antara UU No. 1/1974 dengan KHI terdapat pokok pembahasan yang tidak jauh berbeda.Karena pengertian perkawinan dalam KHI merupakan penegasan dari UU No. 1/1974.Dari beberapa pengertian pernikahan diatas yang sudah dipaparkan oleh para ulama dan penjelasan dari Undang-undang, dapat disimpulkan bahwa arti pernikahan adalah suatu akad anatara seorang laki-laki dan perempuan yang bertujuan untuk membangun rumah tangga yang bahagia sejahtera di dunia hingga diakhirat dengan dasar sama-sama suka dan sukarela atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, serta dengan akad yang sah sesuai dengan yang telah ditentukan oleh syariat.

B. Hukum Nikah

  Dalam Qur‟ansuratAdzariyat ayat 9 dijelaskan sebagai berikut:

  ) 44 :حٌزرنا( ٍَْجََْشاَىْقَهَخ ْئَش ِّمُك ْهِمََ

  َنَُْسَّكَرَذ ْمُكَّهَعَن ِه Artinya: dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (QS. Adzariyat: 9)

  Dalam buku karangan Drs. Moh .Rifa‟i yang berjudul terjemah

  khulashahkifayatul akhyar hukum nikah sangat erat hubungannya dengan mukalaf (pelakunya). Kalau ia (mukalaf) sudah memerlukan, hukumnya wajib.

  Kalau ia (mukalaf) tidak mampu maka hukumnya haram. Sedang hukum asal dari nikah adalah mubah, nikah hukumnya sunah bagi yang memerlukannya.Hukum pernikahan bisa berubah disebabkan oleh faktor berikut ini: a. Orang yang diwajibkan menikah adalah orang yang sanggup untuk menikah, sedang dia khawatir terhadap dirinya akan melakukan perbuatan yang dilarang Allah SWT. Melaksanakan pernikahan merupakan satu- satunya jalan baginya untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

  b. Orang yang disunatkan menikah adalah orang yang mempunyai kesanggupan untuk menikah dan sanggup memelihara diri dari kemungkinan melakukan perbuatan terlarang. Sekalipun demikian melaksanakan pernikahan adalah lebih baik baginya, karena Rasulullah SAW melarang hidup sendirian dalam nikah.

  c. Orang yang dimakruhkan menikah adalah orang yang tidak mempunyai kesanggupan menikah. Pada hakekatnya orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk menikah diperbolehkan untuk melakukan pernikahan. Tetapi dia dikhawatirkan tidak dapat mencapai tujuan pernikahannya, karena itu dianjurkan sebaiknya dia tidak melakukan pernikahan.

  d. Orang yang diharamkan menikah adalah orang-orang yang mempunyai kesanggupan untuk menikah, tetapi kalau dia menikah diduga akan menimbulkan kemudharatan terhadap pihak yang lain, seperti orang gila, orang yang suka membunuh, atau mempunyai sifat-sifat yang dapat membahayakan pihak yang lain dan sebagainya. (Muchtar, 1974:23-25).

  Segolongan fuqaha, yakni jumhur, berpendapat bahwa nikah itu sunat hukumnya.Gologan zhahiri berpendapat bahwa nikah itu wajib. Sedang ulama Maliki mutaakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian orang, sunat untuk sebagian lainya, dan mubah untuk segolongan yang lain lagi.

  Demikian itu menurut mereka ditinjau berdasarkan kekhawatiran terdapat kesusahan dirinya.

Dokumen yang terkait

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 78

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

ANALISIS PENETAPAN WALI ADHOL DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 91

STUDI ANALISIS PERANAN ADVOKAT NON MUSLIM DALAM MENANGANI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 100

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA (Studi Analisis Putusan No.1465Pdt.G2014PA.Bi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 82

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 92

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAGELANG NOMOR PERKARA 0054Pdt.G2015PA.Mgl TENTANG PERMOHONAN NOVASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 2 179

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 88

TINJAUAN HAM TERHADAP FATWA PWNU JAWA TENGAH TENTANG PELARANGAN PERIZINAN PENDIRIAN TOKO MODERN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 144