GAYA BELAJAR PARA NOVIS MSC DAN IMPLIKASINYA PADA LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI NOVISIAT MSC KARANGANYAR KEBUMEN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  GAYA BELAJAR PARA NOVIS MSC DAN IMPLIKASINYA PADA LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI NOVISIAT MSC KARANGANYAR KEBUMEN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh: Paulus Tri Cahyo Sudaryanto NIM : 051114035 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  

GAYA BELAJAR PARA NOVIS MSC DAN IMPLIKASINYA PADA

LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI NOVISIAT MSC

KARANGANYAR KEBUMEN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Paulus Tri Cahyo Sudaryanto

  

NIM : 051114035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

Ametur Ubique Terrarum Cor Iesu Sacratissimum In Aeternum

Dikasihilah Hati Kudus Yesus dimana-mana

( Jules Chevalier)

  

Magna Miraculum Est Homo

Keajaiban terbesar adalah manusia

Skripsi ini kupersembahkan bagi:

Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) Provinsi Indonesia

  

Papa dan Mama Terkasih

Adik-adik tercinta

Para Konfraters dan Sahabat-sahabat tercinta

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

Yogyakarta, 19 Mei 2011

Penulis

Paulus Tri Cahyo Sudaryanto

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Paulus Tri Cahyo Sudaryanto NIM : 051114035 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

GAYA BELAJAR PARA NOVIS MSC DAN IMPLIKASINYA PADA

  

LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI NOVISIAT MSC

KARANGANYAR KEBUMEN beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya diinternet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 19 Mei 2011 Yang menyatakan, Paulus Tri Cahyo Sudaryanto

ABSTRAK GAYA BELAJAR PARA NOVIS MSC DAN IMPLIKASINYA PADA LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI NOVISIAT MSC

  

KARANGANYAR KEBUMEN

Paulus Tri Cahyo Sudaryanto NIM : 051114035

  Mengenal dan memahami gaya belajar sendiri merupakan salah satu faktor

penting keberhasilan dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gaya balajar dari para novis Misonariorum Scratissimum Cordies Iesus (MSC)

Karanganyar Kebumen. Masalah yang yang diteliti adalah bagaimanakah gaya

belajar para novis MSC Karanganyar, Kebumen? Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey.

Penelitian ini adalah penelitian populasi dengan subjeknya adalah para novis

MSC Karanganyar Kebumen. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

dengan menggunakan skala gaya belajar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase.

  Hasil analisis menunjukkan bahwa 20 novis (62,5%) memiliki dominasi

gaya belajar visual, 7 novis (21,875%) memiliki dominasi gaya belajar kinestetik

dan 5 novis (15,625%) memiliki dominasi gaya belajar auditorial, sehingga urutan

dominasi gaya belajar para novis adalah visual-kinestetik-auditorial.

Kecenderungan para novis memiliki dominasi gaya belajar visual disebabkan

karena usia dan faktor pengalaman. Kecederungan dominasi gaya belajar visual

ini juga akan mempengaruhi proses studi para novis di perguruan tinggi nanti

(studi filsafat), karena metode belajar dan mengajar di perguruan tinggi lebih

mengedepankan gaya belajar auditorial dan kinestetik. Berdasarkan kesimpulan

itu maka disarankan agar para novis mulai berusaha melatih dan mengembangkan

gaya belajar kinestetik dan auditorial mereka sendiri terutama mereka yang

dominasi ke tiga gaya belajarnya masih kurang, agar nantinya mudah beradaptasi

dengan iklim belajar di perguruan tinggi. Bagi para pembina disarankan

memberikan bimbingan dan pendampingan bagi para novis dalam

mengembangkan gaya belajarnya, khususnya gaya belajar yang penting bagi

proses studi di perguruan tinggi dan juga dalam pembinaan selajutnya.

  

ABSTRACT

LEARNING STYLES OF THE MSC( NOVICES AND THEIR

  

IMPLICATIONS ON LEARNING GUIDANCE IN MSC NOVICIATE IN

KARANGANYAR, KEBUMEN

Paulus Tri Cahyo Sudaryanto

NIM : 051114035

  Knowing and understanding learning styles are important factors for

successful learning. This study aimed to know the learning styles of the

Missionary of the Sacred Heart (MSC) novices in Karanganyar, Kebumen. The

research problem was formulated as followed: What are the learning styles of the

MSC novices in Karanganyar, Kebumen? The study was a descriptive study and used survey method. The subjects

of the study were the MSC novices in Karanganyar, Kebumen. The data was

collected using a scale to reveal the learning styles of these subjects. The data

obtained were analyzed using descriptive analysis by calculating the percentage.

  The results indicated that 20 novices (62.5%) showed visual learning style

preference, 7 novices (21.875%) showed kinesthetic learning style preference and

5 novices (15.625%) showed auditory learning style preference. Therefore, the

preferred learning styles of the subjects were visual, kinesthetic, and auditory

respectively. The visual learning style preference might be influenced by factors

such as age and experiences of the subjects. The preferred learning style might

affect these novices when they pursue philosophy in college later, considering that

auditory and kinesthetic learning styles are used frequently in college level. Based

on that conclusion, these novices are encouraged to start to train and develop

kinesthetic and auditory learning styles, especially for those who have not showed

any learning styles preference. This is needed in order to support adaptation when

they study in the college later. The advisors of these novices are suggested to

provide assistance to help these novices develop learning styles needed in the

college and for further guidance needed.

   

KATA PENGANTAR

  Segala Puji Syukur diucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Penuh Kasih, atas anugerahNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Diucapkan terima kasih pula kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang sangat berharga secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih ditujukan kepada:

  

1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., sebagai Sekretaris Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

3. Br. Triyono, SJ, MSi., sebagai dosen pembimbing skripsi, yang dengan

penuh kesabaran dan perhatian selalu memberi semangat, memberi masukan, mendampingi sekaligus mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Dosen penguji , Br. Triyono, SJ, MSi., Dra. Mj Retno Priyani, M.Si, Dr. Gendon Barus, M.Si.

  

5. Seluruh dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah

memberikan ilmu dan pengalaman berharga yang sangat berguna bagi masa depan peneliti.

  

6. Sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling atas layanan yang

diberikan.

  

7. Pater Innocentius Renwarin MSC, selaku provinsial periode 2005-2008

beserta dewannya yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Perguruan Tinggi.

  

8. Pater Johanis Mangkey MSC, selaku provinsial MSC periode 2008-2011

berserta dewannya yang masih memberikan dukungan kepada penulis melalui perhatian dan semangat.

  

9. Pater Benedictus Estephanus Untu MSC, selaku Provinsial MSC periode

2011 dan seterusnya beserta dewannya yang masih memberikan dukungan kepada penulis melalui perhatian dan doa kepada penulis

  

10. Para Konfrater MSC Jawa Tengah yang telah setia memberikan dukungan,

cinta dan doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

  

11. Pater Budi Santoso MSC, Pater J. Antono MSC, Pater Joachem Renrusun

MSC, Pater George Tami MSC, Br J.Yanny MSC, Br Petrus MSC, Br Naris MSC sebagai Konfrater dalam komunitas yang telah memberikan dukungan, doa dan cinta serta kebaikan hati kepada sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik

  

12. Bruder Yos Dempal MSC selaku Kordinator Bruder MSC Indonesia,

Bruder Maxi Dumanauw MSC dan Bruder Matias serta konfrater Komunitas Biara MSC dan Wisma Hati Kudus Purworejo yang telah mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  

13. Pimpinan Novisiat MSC berserta staffnya yang mengizinkan penulis untuk

mengambil data penelitian sehingga skripsi ini dapat di selesaikan dengan baik.

14. Para Novis yang telah bersedia sebagai subyek penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

  15. Papah, Mama, serta Adik-adik tercinta di Cilacap yang telah mencintai dan mendoakan penulis sehingga lewat semuanya itu, penulis merasakan kasih dan kekuatan untuk setia dalam panggilan dan perutusan sebagai biarawan MSC.

  16. Teman-teman Seperjuangan di Prodi BK’05 (Beni S, Antonius Yudha, Marselus Gondu, Frediyanto HY, Sr Leo, Ana, Sisil, Helnike, Andreas Agam, Lucia Nurcahyaningsih, Veronika Desi S, Sr Ningrum, Sr mediatrik, Sr Meriam, Br Edy, Sendi L) atas canda-tawa, suka-duka, kerjasama, selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini

17. Semua pihak yang banyak membantu selama menempuh kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia

pendidikan, khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Kritik dan saran

demi perbaikan skripsi ini diterima dengan senang hati.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...….……………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...……………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN…………….…………………………………… iii

MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN...……………………………… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…….………………………………… v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKAS………………… vi

ABSTRAK………….………………………………………………………….. vii

ABSTRACT…………………………………………………………………… viii

KATA PENGANTAR..………………………………………………………… ix

DAFTAR ISI..…………………………………………………………………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ..………………………………………..…..………… xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...…...…………………………………………….1 B. Rumusan Masalah…..………..……………………………………………6 C. Tujuan Penelitian…………….……………………………………………6 D. Manfaat Penelitian…..……..……………………………………………...6 E. Defenisi Operasional……..………………………………………………..7 BAB II KAJIAN TEORI A. Gaya Belajar

  1. Pengertian Gaya Belajar…….………..………………………………..8

  2. Gaya Belajar Adalah Gaya Hidup………...……..……………………9

  3. Jenis-jenis Gaya Belajar…..…….………..…………………………....9

  4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gaya Belajar……..…..…………..14

  B. Bimbingan Belajar………………………….……………………………17

  C. Hubungan antara Gaya Belajar dan Bimbingan Belajar……………........19

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian…………..………………………………………………20 B. Subjek Penelitian……………………………………………………….. 21 C. Instrumen Penelitian

  1. Skala Gaya Belajar…………………………………………………..21

  2. Validitas Instrumen………………………………………………….24

  3. Daya Beda Item……………………………………………………..25

  4. Reliabilitas Instrumen……………………………………………….28

  5. Metode Analisis……………………………………………………..30

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Secara Umum…………………………………………...36 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

  1. Tingkat Gaya Belajar Para Novis…………………………………...36

  2. Gaya Belajar Dominan Para Novis………………………………….43

  3. Implikasi Hasil Penelitian…………………………………………...47

  4. Topik-topik Bimbingan……………………………………………..49

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………...……………………………………………53 B. Saran………………...…………………………………………………..54

DAFTAR PUSTAKA……..……………………………………………………56

LAMPIRAN……………..……………………………………………………..58

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kisi-kisi Item Gaya Belajar……………..……………………….. 59

Lampiran 2: Surat Ijin Uji Coba Penelitian…………..…………………………68

Lampiran 3: Kuesioner Uji Coba……………………..………………………...69

Lampiran 4: Hasil uji Coba………………………..……………………………74

Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian……………………………………………….78

Lampiran 6: Kuesioner Penelitian……………..……………………………......79

Lampiran 7: Hasil Penelitian……………………..……………………………..82

Lampiran 8: Surat Keterangan …………………..…...………………………...88

     

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu keharusan bagi setiap insan manusia. Inti dari

  

belajar adalah berubah dan berkembang. Dengan belajar, seseorang dapat

berkembang dan meningkatkan atau menaikkan derajat hidupnya. Dengan

belajar, manusia dapat berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

  Dalam kehidupan sehari-hari seorang pembelajar, untuk berubah dari tidak tahu menjadi tahu bukanlah perkara mudah. Untuk itu seorang pembelajar membutuhkan cara-cara yang tepat dan efektif agar informasi

mudah diserap dan diolah. Setiap orang tentu saja berbeda-beda dalam cara

untuk menyerap dan mengolah informasi tersebut. Dengan kata lain, setiap

orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

  Sarasin (Sugiharto dkk, 2007) mendefinisikan gaya belajar sebagai pola perilaku yang spesifik dalam menerima informasi baru dan mengembangkan ketrampilan baru serta proses menyimpan informasi dan ketrampilan baru. Artinya, gaya belajar itu bukan sekedar perilaku untuk menyimpan dan mengolah informasi, tetapi sekaligus cara untuk

mengembangkan sebuah ketrampilan baru dan menyimpan ketrampilan baru

itu, sehingga ketrampilan itu menjadi sebuah pola perilaku yang tetap dalam

diri.

  

1

  2 Sebuah penelitian dari para pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti, Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder telah mengidentifikasi tiga gaya belajar. Ketiga gaya belajar itu adalah gaya visual, auditorial, dan kinestetik. Gaya belajar visual berarti belajar dengan melihat sesuatu, auditori berarti belajar dengan mendengar sesuatu, sedang gaya belajar kinestetik berarti belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung (DePorter dkk, 2010). Ketiga gaya belajar hasil penelitian mereka ini yang kemudian menjadi acuan bagi banyak pakar dan ahli dalam bidang pendidikan di seluruh dunia dalam menerapkan cara dan metode yang tepat dalam belajar dan mengajar di institusi pendidikan.

  Pentingnya gaya belajar ini juga didengungkan oleh Bobbi DePorter,

pendiri Learning Forum, SuperCamp dan penulis buku Quantum Learning

dan Quantum Teaching. Bahkan, bersama rekan-rekannya ia mengembangkan sebuah alat ukur untuk mengukur gaya belajar berdasarkan hasil penelitian dari Bandler dan Grinder. Terbukti, siswa-siswa di SuperCamp, sekolah yang didirikan oleh Bobbi DePorter, mengalami perkembangan yang pesat dalam belajar (DePorter dkk, 2008) Ketiga gaya belajar yaitu visual, auditorial dan kinestetik pada dasarnya dimiliki oleh setiap individu namun ada salah satu yang lebih dominan (DePorter, 2008). Setiap individu mempunyai kecenderungan pada satu gaya belajar namun ada pula yang cenderung seimbang antara gaya belajar yang satu dengan yang lainnya. Situasi atau kondisi rupanya berpengaruh dalam penerapan suatu gaya belajar. Sebagian orang mungkin

   

  3 memilki gaya belajar tertentu yang dominan digunakan dalam berbagai situasi, sehingga kurang menggunakan gaya belajar yang lain. Namun sebagian orang yang lain mungkin menggunakan gaya berbeda untuk situasi yang berbeda. Tidak ada gaya belajar yang lebih baik dibandingkan yang lain. Satu gaya belajar mungkin lebih efektif atau kurang efektif dalam suatu situasi tertentu (Sugihartono, dkk, 2007). Hal ini ditegaskan kembali oleh Markova (dalam DePorter, 2008) bahwa orang tidak hanya cenderung pada salah satu gaya belajar, mereka juga memanfaatkan gaya belajar lain yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu.

  Mengetahui dan memahami gaya belajar bagi seorang pelajar sangatlah penting demi keberhasilan belajar. Jika seorang pelajar akrab dengan gaya belajarnya sendiri, ia akan dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu dirinya belajar lebih cepat dan mudah. Mengetahui gaya belajar sendiri tentunya akan membuat seorang pelajar menjadi lebih optimal dalam mengembangkan potensi belajarnya. Disamping itu gaya belajar merupakan bagian dari gaya hidup seseorang.

  Novisiat MSC, Karanganyar merupakan tempat pembinaan rohani bagi para biarawan muda atau novis yang baru bergabung dengan tarekat MSC.

  Para novis ini melakukan proses belajar tentang kehidupan rohani dan spiritual dari tarekat MSC. Semangat dan kemauan belajar ini perlu ditanamkan dalam diri para novis sebagaimana yang ditulis oleh Pater pendiri tarekat ini bahwa mereka yang masuk tarekat ini harus rela menerima bahwa orang lain mengungguli mereka; dalam mati raga, dalam kemiskinan; namun mereka

   

  4 tidak membiarkan diri mereka dikalahkan dalam hal ketaatan dan saling mengasihi dan kemauan untuk belajar dalam hidup (Bovenmars, 1970)

  Selama di novisiat, para novis menerima materi-materi pembinaan yang khas dari para pembina novis. Materi-materi itu selanjutnya harus ia pelajari sendiri secara mandiri. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman penulis, setiap novis memiliki cara-cara sendiri dalam mempelajari materi pembinaan yang ia terima. Ada novis yang memilih belajar dalam ketenangan, ada juga yang belajar sambil mendengarkan musik. Tetapi ada novis yang menggunakan waktu belajar untuk kerja yang lain atau berbincang-bincang dengan sesama novis yang lain. Ada juga novis yang suka menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan saat belajar, tidur pada saat jam belajar. Bahkan ada novis yang sama sekali tidak punya buku yang bisa dibaca di kamarnya. Padahal, pengalaman belajar dibutuhkan mereka untuk kemudian dapat melanjutkan pembinaan dan pendidikan berikutnya, yaitu studi filsafat dan teologi yang tentunya tidak mudah, begitu juga dalam pembinaan kehidupan di skolastikat untuk bisa belajar menghidupi sebagai seorang frater yang kelak menjadi seorang imam maupun bruder.

  Pengalaman yang terjadi membuktikan bahwa para frater yang studi filsafat setelah dari novisiat, pada tahun-tahun pertama pendidikan filsafat mendapat nilai rendah dalam studinya dan pada masa novisiat belum menerapkan belajarnya dengan baik. Menurut hemat penulis ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, hal ini terjadi karena pengalaman belajar mandiri yang tidak diasah selama pembinaan di novisiat.

   

  5 Para frater cenderung menganggap masa novisiat adalah masa untuk sejenak beristirahat dari belajar keras yang mereka alami selama masa sekolah menengah. Kedua, hal ini terjadi karena keterkejutan para frater tingkat awal dalam mengikuti metode perkuliahan filsafat yang berbeda dengan metode belajar di sekolah menengah. Susilo (2006) mengatakan bahwa di SMA siswa lebih cenderung sebagai penerima bahah-bahan pelajaran dari guru, sebaliknya di perguruan tinggi mahasiswa diharapkan lebih bersikap aktif dalam pengembangan materi kuliah yang diberikan dosen. Tentu saja menghadapi metode yang berbeda ini, diperlukan proses adaptasi yang tidak mudah bagi para frater, khususnya para frater tingkat awal.

  Penulis beranggapan bahwa faktor-faktor penyebab penurunan nilai akademik seperti yang disebut di atas bukanlah faktor penyebab utama.

  Menurut hemat penulis, faktor penyebab utama kegagalan prestasi tersebut terletak pada cara para frater menerapkan cara belajar yang mudah dan tepat bagi dirinya. Dengan kata lain, para frater belum mengerti, memahami dan mengenal gaya belajar yang cocok dengan dirinya.

  Berdasarkan gambaran singkat di atas, penulis berkeinginan untuk meneliti gaya belajar dari para novis MSC di Novisiat Karanganyar. Alasan memilih novisiat sebagai subjek penelitian adalah agar para novis bisa mengenal dan memahami gaya belajarnya masing-masing sedini mungkin, sebelum nantinya mereka memasuki masa studi filsafat dan teologi.

  Di novisiat, para novis memiliki pembimbing dan pembina rohaninya masing-masing. Pembimbing dan pembina dapat memberikan pembinaan dan

   

  6 pembimbingan yang menyeluruh dan menyentuh semua aspek perkembangan para novis. Salah satu bimbingan yang dapat diberikan adalah bimbingan belajar. Untuk itu kiranya pembina dan pembimbing perlu memiliki pengetahuan yang memadai mengenai belajar, terkhusus gaya belajar.

  Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi “Gaya belajar para novis MSC dan implikasinya pada layanan bimbingan belajar di Novisiat MSC Karanganyar, Kebumen” B.

   Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gaya belajar para novis MSC Karanganyar, Kebumen?

  2. Topik-topik program bimbingan apa saja yang sesuai bagi para novis MSC Karanganyar, Kebumen? C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya belajar para novis MSC Karanganyar, Kebumen, serta implikasinya terhadap layanan bimbingan belajar.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi pembina di novisiat

Dapat membantu para pembina dalam proses pembinaan bagi para novis,

khususnya dalam bidang gaya belajar.

  2. Bagi para novis

Dapat membantu para novis mengerti, memahami dan mengenal gaya

belajarnya masing-masing.

   

  7

  3. Bagi peneliti Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mengembangkan kemampuan dalam melakukan penelitian dan mengembangkan sikap-sikap ilmiah sebagai mahasiswa.

E. Definisi Operasional

  Gaya belajar adalah cara yang digunakan untuk mempermudah proses belajar seseorang. Ada tiga cara atau jenis gaya belajar yaitu visual, auditorial dan kinestetik. Ketiga cara atau jenis gaya itu dipengaruhi oleh enam perilaku yang mencerminkan ada tidaknya jenis gaya belajar dalam diri seseorang yaitu: pola bicara, pola mengingat, cara belajar, cara bekerja, cara berkomunikasi, dan kegiatan yang disukai. Semuanya akan diungkap tingkat dan dominasinya dengan skala gaya belajar sehingga didapat kategori tingkat gaya belajar dan dominasi gaya belajar.

   

     

BAB II KAJIAN TEORI A. Gaya Belajar

1. Pengertian Gaya Belajar

  Belajar merupakan proses internal yang biasanya diukur melalui perilaku. Adanya perbedaan kognitif, afektif, maupun psikomotor dalam diri masing-masing individu memengaruhi pilihan belajar mereka yang kemudian muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar.

  Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut (Susilo, 2006). Menurut Sarasin (Sugiharto dkk, 2007) gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan mengembangkan ketrampilan baru, serta proses menyimpan informasi atau ketrampilan baru. Sedangkan menurut Keefe (dalam Sugiharto dkk, 2007) gaya belajar

berhubungan dengan cara seseorang belajar, serta cara belajar yang disukai.

  DePorter dan Hernacki (2010) mengartikan gaya belajar sebagai kombinasi cara seseorang menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Menurut Dunn dan Dunn (dalam Prashnig, 2007) gaya belajar adalah cara manusia mulai berkonsentrasi, menyerap, memproses, dan menampung informasi yang baru dan sulit.

  

8

  9 Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar merupakan cara seseorang yang ditunjukkan dalam perilaku spesifik

dalam menerima, menyimpan, serta mengolah informasi serta suatu

ketrampilan baru. Cara ini tentu saja berbeda-beda pada setiap orang, karena

cara yang ia lakukan untuk menyerap, menyimpan dan mengolah informasi

serta ketrampilan baru tersebut akan berdampak pada efektivitas pembelajarannya.

  2. Gaya Belajar adalah Gaya Hidup Gaya belajar adalah gaya hidup. Prashnig (2007) mengatakan bahwa

perbedaan dalam kegiatan belajar, mengajar, bekerja, berkomunikasi, tidak

berakhir sampai disitu. Perbedaan gaya jauh melebihi semua hal itu. Lebih

tepat dikatakan bahwa gaya belajar dan bekerja bukan terbatas disitu saja

melainkan benar-benar merupakan gaya hidup kita.

  Menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174) gaya hidup seseorang

dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan

pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi

yang berinteraksi dengan lingkungan. dari pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa gaya belajar merupakan bagian dari gaya hidup.  

  3. Jenis-jenis Gaya Belajar Perbedaan gaya belajar menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.

  

Karena itu sangat penting bagi setiap individu untuk dapat mengenal dan

memahami gaya belajarnya sendiri.

   

  10

a. Visual

   

  Terdapat beberapa jenis gaya belajar menurut beberapa ahli yang berbeda. Jenis-jenis gaya belajar yang paling banyak dipelajari dan didiskusikan adalah jenis-jenis gaya belajar yang dikembangkan oleh Bandler dan Grinder. Bandler dan Grinder (DePorter dkk, 2010) membagi gaya belajar menjadi tiga jenis atau tiga gaya belajar yaitu :

  Gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seseorang yang sangat visual bercirikan sebagai berikut :

  1) rapi dan teratur 2) berbicara dengan cepat 3) perencana dan pengatur jangka panjang yang baik 4) teliti terhadap detail 5) mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi 6) pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka 7) mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar

  8) mengingat dengan asosiasi visual 9) biasanya tidak terganggu oleh keributan

  11

   

  10) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya 11) pembaca cepat dan tekun 12) lebih suka membaca daripada dibacakan 13) membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek 14) mencoret-coret tanpa arti selama berbicara melalui telepon dan dalam rapat

  15) lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain 16) sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak 17)

lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato

18) lebih suka seni daripada musik 19) seringkali mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata 20) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan

b. Auditorial

  Gaya belajar auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata; diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol disini. Seseorang yang memiliki gaya belajar auditorial dapat dicirikan sebagai berikut :

  1) berbicara kepada diri sendiri saat bekerja

  12 2) mudah terganggu oleh keributan 3) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 4) senang membaca dengan keras dan mendengarkan

  5) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara 6) merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita 7) berbicara dalam irama yang terpola 8) biasanya pembicara yang fasih 9) lebih suka musik daripada seni 10) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat 11) suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar

  12) mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain

  

13) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

14) lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

c. Kinestetik

  Gaya belajar ini mengakses segala jenis gerak dan emosi; diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi irama, tanggapan

   

  13 emosional, dan kenyamanan fisik menonjol di sini. Seseorang yang sangat kinestetik dapat dicirikan sebagai berikut:

  1) berbicara dengan perlahan 2) menanggapi perhatian fisik 3) menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka 4) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang 5) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 6) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar 7) belajar dengan cara memanipulasi dan praktik 8) menghafal dengan berjalan dan melihat 9) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca 10) banyak menggunakan isyarat tubuh 11) tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama 12) tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu

  13) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi 14) menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot; mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca 15) kemungkinan tulisannya jelek 16) ingin melakukan segala sesuatu 17) menyukai permainan yang menyibukkan

   

  14

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gaya Belajar

   

  Menurut Susilo (2007) gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh

faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu

yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun, tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.

  Pendapat yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Muhibbinsyah

(Sugiharto dkk, 2007) yang membagi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya

belajar menjadi 3 macam, yaitu :

a. Faktor Internal

  Faktor internal ini meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan jasmaniah. Kesehatan jasmaniah yang baik memungkinkan seorang pembelajar melakukan aktivitas belajar secara optimal, dan mengupayakan cara-cara belajarnya secara optimal pula.

  Faktor psikologis yang meliputi, intelegensi, bakat, minat, dan motivasi.

  1) Inteligensi Kenyataan menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki inteligensi tinggi mudah untuk mempelajari sesuatu. Sebaliknya, orang yang memiliki inteligensi rendah cenderung kesulitan untuk mempelajari sesuatu. Hal ini tentu saja berpengaruh pada cara belajar yang dilakukan oleh sang pelajar. Mungkin saja cara belajar untuk

  15 seseorang dengan kemampuan intelegensi yang tinggi berbeda dengan

cara belajar dari mereka yang memiliki inteligensi yang rendah.

  2) Minat Minat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi jika tidak memiliki minat, maka ia tidak akan bisa mengikuti proses belajar dengan baik. Minat juga mempengaruhi cara belajar seseorang. Seseorang akan cenderung menggunakan cara-cara belajar yang sesuai dengan minatnya.

  3) Bakat Bakat pada diri setiap individu itu berbeda-beda. Perbedaan bakat ini menyebabkan cara menyerap informasi tentang sesuatu pun berbeda-beda. Seseorang yang berbakat sepak bola akan belajar cara yang berbeda dengan mereka yang lebih menyukai hal-hal yang ilmiah.

  4) Motivasi Motivasi adalah keadaan internal yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan proses yang timbul dari dalam, faktor motivasi memegang peranan yang penting.

  Kekurangan atau ketiadaan motivasi akan menyebabkan kurang bersemangatnya individu dalam melakukan proses belajar dan cara- cara belajar yang tepat untuknya.

   

  16

b. Faktor Eksternal

  Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan di sekitar siswa seperti keluarga, sekolah dan masyarakat.

  1) Keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan seseorang tempat ia belajar menyatakan dirinya sebagai manusia. Sebagai tempat pertama ia belajar, keluarga berperan penting dalam membentuk seorang individu menjadi seorang pelajar dalam hidup. Cara-cara ia belajar, sedikit banyak juga dibentuk dalam keluarganya. 2) Sekolah

  Dalam sekolah, guru menjadi kunci utama seorang pelajar dapat belajar. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan guru dan bagaimana cara mengajar guru turut menentukan siswa mengembangkan cara belajar yang tepat bagi dia demi hasil belajar yang terbaik. 3) Masyarakat Masyarakat tempat seorang individu itu hidup sedikit banyak juga mempengaruhi bagaimana individu itu belajar. Jika masyarakat itu adalah masyarakat yang peduli pada masalah belajar, individu akan terbantu dalam belajarnya. Demikian juga ia akan dengan mudah mengakses cara-cara belajar yang tepat bagi dirinya, jika lingkungan masyarakat bisa mempermudah ia melakukan hal itu.

   

  17

B. Bimbingan Belajar

  Bimbingan belajar atau bimbingan akademik menurut Winkel dan Hastuti (2004) adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di sebuah institusi pendidikan.

  Lebih lanjut, Winkel dan Hastuti mengatakan bahwa suatu program bimbingan belajar akademik akan memuat unsur-unsur sebagai berikut : 1) Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan institusional, isi kurikulum, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah yang bersangkutan. 2) Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, secara individual atau secara kelompok. Memang, bila siswa dan mahasiswa tahu akan cara belajar yang tepat, itu belum menjamin pelaksanaannya. Namun, banyak pelajar dan mahasiswa kelihatan mudah hanyut oleh suasana kehidupan yang kurang menguntungkan bagi belajar secara disiplin.

  3) Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih beraneka ragam kegiatan non-akademik yang menunjang usaha belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Semua pilihan ini kerap berkaitan erat dengan

   

  18 perencanaan karier dimasa depan. Bantuan ini mencakup pula penyebaran informasi tentang variasi program studi yang tersedia misalnya di jenjang pendidikan tinggi. 4) Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, serta cita-cita hidup, dan pengumpulan data tentang program studi di perguruan tinggi yang tersedia dalam bentuk brosur, buku pedoman baru, kliping iklan surat kabar, dan sebagainya.

  Khususnya tenaga bimbingan di SMA harus mengumpulkan data sebanyak mungkin dan sekonkret mungkin tentang perguruan tinggi, terlebih-lebih yang terletak di rayon yang sama dengan SMA yang bersangkutan, seperti jenuhnya jurusan/program studi tertentu, status institusi perguruan tinggi swasta, mendapat akreditasi atau tidak, mahal murahnya tes seleksi masuk, serta data yang lain yang tidak tertulis. Data yang terkumpul ini akan sangat dibutuhkan dalam memberikan bantuan kepada peserta didik.

  5) Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti kurang mampu menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat pada bidang studi, menghadapi keadaan rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan lain sebagainya. Maka, tenaga bimbingan harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang seluk beluk belajar, termasuk pemahaman psikologis.

   

  19 6) Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar, dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif.

C. Hubungan antara Gaya Belajar dan Bimbingan Belajar

  Gaya belajar secara sederhana dapat dikatakan sebagai cara belajar yang digunakan untuk mempermudah proses belajar (Susilo, 2007). Itu berarti seorang anak atau peserta didik akan menggunakan cara-cara tertentu untuk membantunya menangkap dan mengerti suatu materi pelajaran atau informasi.

  Keunikan yang ada dalam diri setiap orang menyebabkan adanya perbedaan juga dalam cara belajarnya.