Katekese model SCP (Shared Christian Praxis) dalam pembinaan iman remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang Kalimantan Barat - USD Repository

  

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS)

DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK

DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG

KALIMANTAN BARAT

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  

Oleh:

Maria Veronika

NIM: 061124014

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

  

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada

  Para remaja Katolik di paroki St. Maria Assumpta Tanjung Bapak dan Ibu

  Adik-adikku: Rio dan Ria

  MOTTO Tuhan tidak pernah memberi apa yang kita minta, tetapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Maka terjadilah padaku menurut kehendakMu.

  ABSTRAK Judul skripsi KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN

PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI

  

ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG, KALIMANTAN

BARAT dipilih berdasarkan fakta bahwa remaja katolik di Paroki St. Maria

Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat membutuhkan suatu gerakan

peningkatan pelaksanaan pembinaan iman. Peningkatan pelaksanaan pembinaan

iman ini sangat diperlukan karena melalui pembinaan iman tersebut kebutuhan

remaja Katolik akan pembinaan yang relevan di bidang rohani dapat terpenuhi.

Bertitik tolak pada kenyataan ini, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu

para katekis dan guru agama Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung untuk

memperoleh pandangan dan cara yang baru dalam membina iman remaja Katolik

dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis.

  

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana katekese model Shared

Christian Praxis mampu menanggapi kebutuhan remaja Katolik akan pembinaan

iman yang relevan. Agar pembinaan iman yang dilaksanakan mampu menanggapi

kebutuhan remaja Katolik maka langkah-langkah, bahan, sarana dan prasarananya

harus disesuaikan dengan keadaan remaja Katolik tersebut. Untuk mengkaji

masalah ini diperlukan data yang memadai. Oleh karena itu pemberian angket

terhadap para remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung perlu

dilaksanakan. Penulis juga mengadakan studi pustaka dalam mencari sumber-

sumber yang relevan sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat

dipergunakan sebagai sumbangan untuk melaksanakan katekese model Shared

Christian Praxis terhadap para remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

  Hasil akhir menunjukkan bahwa katekese model Shared Christian Praxis

sangat relevan dengan keadaan dan kebutuhan remaja Katolik karena melalui

pelaksanaannya, katekese model Shared Christian Praxis ini dapat membantu

remaja Katolik untuk lebih memperkembangkan imannya. Katekese model

Shared Christian Praxis merupakan model katekese yang bersifat dialogis-

partisipatif. Katekese model Shared Christian Praxis mempunyai lima langkah

pokok. Untuk keperluan itu penulis menawarkan suatu program katekese model

Shared Christian Praxis,

sekaligus dengan penjabarannya.

  ABSTRACT The title KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS)

DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA

  

ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG, KALIMANTAN BARAT was chosen

based on the fact that the Catholic teenagers of St. Maria Assumpta Tanjung parish,

Ketapang, West Borneo needed some improvement in the implementation of faith

education. Improved implementation of the education was urgently needed because

through the faith education, the catholic teenagers’ needs of the relevant education in

the spiritual field could be fulfilled. Based on this fact, the thesis was intended to

assist the catechists and religion teachers in St. Maria Assumpta Tanjung parish to

gain new insights and ways of fostering the Catholic faith of the teenagers using the Shared Christian Praxis model of catechesis.

  The main problem in the thesis was how Shared Christian Praxis model was

capable of responding to the Catholic teenagers’ needs of the relevant faith

development. To be able to respond the needs of the Catholic teenagers, the steps,

materials and facilities of implementation of the faith education should be suited to

the teenagers’ condition. To examine this problem, enough data was

needed. Therefore, giving the questionnaire to the Catholic teenagers of St. Maria

Assumpta Tanjung needed to be implemented. The writer also conducted the library study to find other relevant sources that can be used to obtain the ideas and to help the

implementation of the Shared Christian Praxis model in the St. Maria Assumpta

Tanjung parish.

  The final result showed that the Shared Christian Praxis model was very relevant to the needs and condition of the Catholic teenagers there because through its implementation, Shared Christian Praxis model helped the teenagers to improve their

  Shared Christian Praxis faith development. model was a dialogical model-

participatory catechesis. Shared Christian Praxis model had five basic

movements. For this purpose the author offered a program of the Shared Christian

Praxis model together with the explanations.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas berkat dan rahmat-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATEKESE

MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN

REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG,

KETAPANG, KALIMANTAN BARAT.

  Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Melalui skripsi ini penulis ingin memberikan sumbangan

pemikiran mengenai pembinaan iman remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta

Tanjung dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak baik

secara langsung maupun yang tidak langsung. Pada kesempatan ini dengan tulus hati

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.

  Drs. FX. Heryatno Wono Wulung SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  2. Bapak Y.H Bintang Nusantara, SFK, M.Hum selaku dosen penguji yang selalu memberikan motivasi dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y, M.Hum selaku dosen penguji ketiga yang juga senantiasa memberikan semangat dan dorongan serta senantiasa mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  4. Segenap staf Dosen Prodi IPPAK – JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbning penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

  5. Segenap staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  6. Romo Pamungkas Winarto, Pr., selaku pastor paroki St. Maria Assumpta Tanjung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

  7. Bruder Yohanes Sinu, S. Psi, FIC, selaku kepala sekolah SMP PL Tanjung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam menyususn skripsi ini.

  8. Yang tercinta Bapak, Ibu dan adik-adikku serta Bang Cornelis yang telah menjadi bagian dari keluarga yang dengan penuh pengertian dan kesabaran telah memberikan dukungan moral, dukungan material, memberi semangat serta

  9. Teman-teman remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta Tanjung yang telah bekerjasama dan membantu penulis dalam melengkapi data-data yang diperlukan untuk penyelesaian skripsi ini.

  10. Bapak Yulianus Gumpol dan Bapak Yohanes Rikah selaku pengurus Lembaga Beasiswa Keuskupan Ketapang (PBS KK).

  11. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2006/2007 yang turut berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis menjadi pewarta Kabar Gembira di zaman yang penuh tantangan ini.

  12. Teman-teman Bujang Dare Kayong (B’Dayong-Ketapang) yang ada di Yogyakarta atas kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin selama ini.

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga

penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir

kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan.

  Yogyakarta, 12 Januari 2011 Penulis Maria Veronika

  DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

  

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

MOTTO……………………………………………………………………… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.............. vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT

  ....................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii

BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang ...............................................................................

  B.

  7 Rumusan Permasalahan .................................................................

  C.

  7 Tujuan Penulisan ...........................................................................

  D.

  8 Manfaat Penulisan ..........................................................................

  E.

  9 Metode Penulisan ...........................................................................

  F.

  9 Sistematika Penulisan ....................................................................

  BAB II. KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)... ......

  11 A. Pokok-pokok Katekese pada Umumnya ........................................ 12 1.

  Pengertian Katekese ................................................................. 12 2. Tujuan Katekese ....................................................................... 16 3. Sifat Katekese .......................................................................... 19 4. Isi Katekese .............................................................................. 20

  B.

  Shared Christian Praxis (SCP) ...................................................... 25 1.

  Thomas H. Groome: Pencetus Katekese Model SCP .............. 25 2. Katekese Model SCP ............................................................... 27 a.

  Shared ................................................................................ 28 b.

  29 Christian .............................................................................

  c.

  Praxis ................................................................................. 30 3. Langkah-langkah SCP .............................................................. 32 a.

  Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual ................................................................................

  32 b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis akan Pengalaman Hidup Faktual ................................................................................

  33 c. Langkah Ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Terjangkau ..........................................................

  33 d. Langkah Keempat: Interpretasi/Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kriatiani dengan Pengalaman dan Visi

  Hidup Peserta .....................................................................

  35 e. Langkah Kelima: Keterlibatan Baru Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah di Dunia (Niat Konkret)..........

  35 4. Kekuatan model SCP ............................................................... 36 a.

  Praksis Peserta .................................................................... 37 b.

  Katekese Berpusat pada Peserta ......................................... 37 c. Katekese Model SCP Merupakan Model Katekese yang Multifungsi .........................................................................

  38 d. Katekese Model SCP Bersifat Komprehensif .................... 39 5. Kelemahan Model SCP ............................................................ 40 6. Alasan Menggunakan Katekese Model SCP............................ 41

  BAB III. PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG,

  A.

  Gambaran Keadaan Remaja ........................................................... 44 1.

  Pengertian dan ciri-ciri Remaja ................................................ 44 a.

  Pengertian Remaja ............................................................. 44 b.

  Ciri-ciri Remaja .................................................................. 44 c. Lingkungan Hidup Remaja ................................................ 48 d.

  Cita-Cita Remaja ................................................................ 51 e. Minat pada Agama ............................................................. 51 f. Pola Perubahan Minat Religius .......................................... 52 g.

  Masalah-masalah Remaja................................................... 53 2. Keadaan Remaja Katolik Paroki Maria Assumpta Tanjung,

Ketapang, Kalimantan Barat ....................................................

  55 B. Keadaan Pelaksanaan Pembinaan Iman Remaja di Paroki St.

  

Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat ...............

  58 1. Pengertian Pembinaan Iman ..................................................... 58

  a. Pembinaan .......................................................................... 58 b.

  Iman ................................................................................... 59 2. Ciri Khas Pembinaan Iman ...................................................... 59 3. Tujuan Pembinaan Iman .......................................................... 59 4. Pembinaan Iman Remaja.......................................................... 60 5. Gambaran Pelaksanaan Pembinaan Iman Remaja di Paroki

St. Maria Assumpta Tanjung ...................................................

  62 C. Penelitian terhadap Pembinaan Iman Remaja Katolik Paroki St.

  

Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat ...............

  64 1. Desain Penelitian ...................................................................... 64 a.

  Latar Belakang Penelitian .................................................. 64 b.

  Tujuan Penelitian ............................................................... 65 c. Instrumen Pengumpulan Data ............................................ 66 d.

  Responden .......................................................................... 66

  f.

  Variabel Penelitian ............................................................. 67 2. Laporan Hasil Penelitian .......................................................... 68 a.

  Identitas Responden ........................................................... 68 b.

  Katekese Model SCP dan Minat Remaja ........................... 70 c. Faktor Pendukung dan Penghambat ................................... 73 d.

  Harapan ke depan dan Usulan ............................................ 77 3. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 80 4. Kesimpulan .............................................................................. 84

  BAB IV. MENGUSAHAKAN KATEKESE YANG RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG ...............................................................

  87 A. Remaja Katolik Paroki St. Maria Assumpta Tanjung Membutuhkan Katekese yang Relevan ..........................................

  88 B. Usulan Program Pembinaan Iman dengan Katekese Model SCP .. 89

  1. Latar Belakang Penyusunan Program ...................................... 89 2.

  Alasan Pemilihan Tema ........................................................... 90 3. Pelaksanaan Program ............................................................... 92 4. Usulan Program Katekese ........................................................ 94 5. Contoh Satuan Pendampingan Katekese SCP.......................... 102

  

BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 113

A. Kesimpulan ................................................................................... 113 B. Saran .............................................................................................. 115

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 117

LAMPIRAN ..................................................................................................... 119

Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Kepada Pastor Paroki .......... (1) Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Kepada Kepala Sekolah ....... (2) Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... (3) Lampiran 4: Panduan Pelaksanaan Pembinaan Iman .................... (4)

  

Lampiran 6: Daftar Remaja Katolik yang Mengisi Angket .......... (19)

Lampiran 7: Foto-foto Pelaksanaan Pembinaan Iman ................. (22)

  

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat.

  (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985,hal. 8.

B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

  Catechesi Tradendae, CT: Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979 Directorum Catechisticum Generale

  DCG: , Direktorium Kateketik Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11 April 1971.

  Dei Verbum, DV: Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi Dokumen Konsili Vatikan II

  C. SINGKATAN LAIN Art: Artikel SPP: Sumbangan Pengembangan Pendidikan

  IPTEK: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Shared Christian Praxis

  SCP: PKKI: Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia

  

SLTP: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SMU: Sekolah Menengah Umum

SMP: Sekolah Menengah Pertama

PL: Pangudi Luhur TV: Televisi

  

Video Compact Disk

  VCD:

BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian pendahuluan ini, penulis menguraikan hal-hal yang berkaitan

  dengan judul skripsi ini, diantaranya ialah tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

  Untuk lebih memperjelas hal-hal tersebut, berikut ini adalah uraiannya: A.

   Latar Belakang

  Gejala kenakalan remaja akhir-akhir ini semakin menjadi masalah yang dipikirkan oleh masyarakat pada umumnya. Permasalahan ini menjadi semakin rumit dengan masuknya unsur-unsur kebudayaan, misalnya kemajuan teknologi. Melalui teknologi yang serba canggih dan modern ini berbagai unsur baik yang positif dan yang negatif dapat diperoleh dengan mudah oleh setiap orang termasuk juga oleh para remaja.

  Masa remaja merupakan periode atau masa penting karena dalam masa ini remaja banyak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik segi mental maupun segi jasmaniahnya. Masa remaja adalah masa peralihan di antara masa anak dan masa dewasa dimana anak mengalami pertumbuhan yang cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak baik berdasar pada bentuk fisik, sikap, dan cara berpikirnya, akan tetapi mereka juga belum dewasa dan matang (Bambang Soetawan, 1974: 12).

  Masalah pokok yang dihadapi oleh para remaja sebetulnya ialah masalah mengambil suatu keputusan, kurang percaya diri atau harga diri rendah, kurang mampu mengontrol emosi dan perilaku. Keadaan ini memungkinkan remaja untuk mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang positif maupun negatif dari lingkungan sekitarnya. Jika remaja memperoleh pengaruh positif hal ini akan menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya, sebaliknya jika remaja dipengaruhi oleh hal-hal negatif maka remaja akan mudah terjerumus pada tindakan yang negatif pula (Gunarsa Singgih, 2006).

  Dalam masa perkembangannya, remaja memiliki sifat-sifat positif maupun negatif. Sifat-sifat positif yang dimiliki oleh para remaja diantaranya ialah mau menemukan diri serta dunia batinnya sendiri; muncul rencana-rencana yang mencerminkan idealisme; bangkitnya perasaan mencintai yang disertai naluri-naluri biologis seksualitasnya; menginginkan kebersamaan, kegembiraan, dan kesegaran. Selain sifat positifnya, remaja juga memiliki sifat negatif yaitu muncul pertanyaan- pertanyaan yang lebih mendalam (rasa ingin tahu yang sangat tinggi), mencari dalam kecemasan (frustrasi), memiliki kecurigaan tertentu terhadap sesama, dan mengalami masa-masa kemunduran dan kekecewaan (CT. Art. 38).

  Remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung merupakan bagian dari Gereja dan juga masyarakat. Mereka juga memiliki ciri, sifat, dan permasalahan- permasalahan yang kiranya sama dengan remaja yang lainnya. Remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ialah remaja yang duduk di bangku sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Penggolongan usia remaja dibagi menjadi 3 (tiga) remaja terbagi dalam 3 (tiga) tahap, remaja yang penulis maksud dalam skripsi ini ialah mereka yang menginjak usia sekitar 13-14 tahun. Dalam skripsi ini penulis hanya memfokuskan perhatian kepada para remaja yang duduk di bangku SLTP karena yang ada di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung hanya remaja SLTP saja.

  Remaja yang duduk dibangku SLTA tidak berada di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung melainkan mereka berada di keuskupan yaitu keuskupan Ketapang. Para remaja SLTA ini berada di keuskupan ketapang karena mereka mengenyam pendidikan tingkat SLTA di luar Paroki St. Maria Assumpta Tanjung karena di paroki tersebut tidak terdapat SMU maupun SMK.

  Remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung berasal dari latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda yang mengakibatkan munculnya berbagai perilaku baik yang bersifat positif maupun negatif. Perilaku positif yang dilakukan oleh remaja Paroki st. Maria Assumpta Tanjung ialah mengisi hidup sehari-harinya dengan bersekolah dan membantu orang tuanya bekerja baik melakukan pekerjaan di rumah maupun pekerjaan di ladang atau kebun karet. Pada saat musim libur para remaja ini bekerja membantu orang tua menyadap karet. Hasil dari sadapan karet ini dipergunakan untuk membayar SPP dan membeli kebutuhan lainnya. Selain membantu orang tua, para remaja ini mengisi hari-harinya dengan mengikuti kegiatan yang diadakan di paroki, misalnya latihan koor, gotong royong membersihkan areal Gereja, dan mengikuti doa-doa yang diadakan pada saat-saat tertentu.

  Beradasarkan pengamatan penulis dan sharing dari para orang tua banyak remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung terlibat pada kenakalan remaja seperti perjudian, perkelahian, dan minum minuman keras. Remaja lebih mudah mengenal dan menerima kemajuan IPTEK daripada menerima hal-hal yang berbau iman. Secara umum umat di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, dan juga pembuat Miras (Arak). Miras dapat diperoleh dengan mudah dan diperjualbelikan dengan bebas.

  Banyak faktor yang berpengaruh dalam kehidupan remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, salah satunya ialah faktor lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh pada kehidupan remaja yang saat ini masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai segi baik segi mental maupun fisiknya. Jika remaja berada di lingkungan yang tenang, damai, dan aman, maka remaja tidak akan terpengaruh oleh hal-hal yang negatif, tetapi sebaliknya jika remaja berada di lingkungan yang penuh dengan kekacauan dan kekerasan maka secara otomatis perilaku remaja akan menyesuaikan dengan lingkungan tempat mereka berada tersebut. Kehidupan remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung tidak hanya disebabkan oleh faktor lingkungan eksternal saja, keadaan keluarga yang kurang harmonis dan kurang memberikan perhatian kepada remaja juga sangat berpengaruh pada perilaku negatif yang dilakukan oleh remaja. Untuk itu bentuk perhatian dan dukungan dari para orang tua, pihak Gereja, dan juga Sekolah sangat memegang peranan penting dalam perkembangan remaja.

  Berdasar pada persoalan dan keprihatinan di atas, maka perlulah diadakan suatu gerakan pembinaan yang berkaitan dengan kualitas iman dan juga kepribadian para remaja. Remaja perlu diberi perhatian yang lebih mengingat para remaja tersebut sedang mengalami masa peralihan. Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 1980: 206).

  Remaja Katolik harus diarahkan dan dihantarkan kepada masa depan yang sehat, dewasa, tangguh, dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Gereja dan juga bangsa Indonesia. Yang bertanggung jawab dalam pembinaan terhadap remaja ini ialah Gereja dan juga lembaga-lembaga lainnya seperti sekolah. Akan tetapi walaupun Gereja dan lembaga terkait bertanggung jawab atas perkembangan remaja, keluarga merupakan lingkungan pertama bagi pembentukan dan pengembangan kepribadian seorang remaja. Kehidupan keluarga yang baik ditandai oleh hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang di antara anggota keluarga.

  Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi di antara pasangan suami-istri dan orang tua dengan anak-anaknya (Gunarsa Singgih, 2006).

  Salah satu bentuk pembinaan yang dapat membantu remaja ialah melalui pembinaan iman dengan katekese model Shared Christian Praxis (selanjutnya penulis singkat SCP). Pembinaan iman yang dilaksanakan haruslah disesuaikan dengan situasi dan keadaan para remaja serta bagaimana katekese model SCP tersebut untuk mengikutinya. Untuk bisa mengikuti kegiatan pembinaan iman remaja perlu terlebih dahulu mengenal dan mengetahui metode katekese (SCP) karena di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung belum ada katekese model SCP. Melihat keadaan di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung yang demikian maka penulis tertarik untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman remaja tersebut. Agar para remaja tertarik dan mau terlibat maka penulis mencoba memperkenalkan dan mengadakan suatu model pembinaan iman yang sebelumnya memang belum diketahui dan dipahami baik oleh para katekis maupun umat termasuk remaja. Kegiatan pembinaan iman yang dilaksanakan di paroki baru sebatas doa rosario bersama sedangkan untuk masa-masa tertentu (masa Pra-Paskah dan Masa Adven) tidak diadakan kegiatan katekese. Alasan penulis menggunakan katekese model SCP dalam pembinaan iman remaja di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung ialah karena dalam katekese model SCP tersebut ada tahapan atau langkah-langkah yang jelas dan dapat membantu remaja, misalnya dalam men-sharingkan dan mengolah pengalamannya, dapat menumbuhkan atau memperkembangkan iman, serta membuat niat dan aksi konkret. Pembinaan iman dalam bentuk katekese model SCP yang dilaksanakan haruslah disesuaikan dengan situasi dan keadaan para remaja agar pembinaan tersebut sungguh mampu menanggapi kebutuhan dan mampu menarik minat remaja Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat. Dengan demikian pembinaan iman yang diadakan bagi remaja sungguh dapat membantu para remaja sebagai manusia yang masih berjuang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

  Berdasar pada persoalan dan latar belakang yang ada maka penulis tertarik untuk menulis skripsi ini dengan judul “KATEKESE MODEL SCP (SHARED

CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI

  

PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN

BARAT”.

B. Rumusan Permasalahan

  Adapun rumusan permasalahan dalam skripsi ini ialah sebagai berikut: 1.

  Apa itu pokok-pokok Shared Christian Praxis (SCP)? 2. Sejauh mana pembinaan iman sudah menjawab kebutuhan remaja di Paroki

  St. Maria Assumpta Tanjung? 3. Bagaimana katekese model SCP mampu menanggapi kebutuhan remaja di

  Paroki St. Maria Assumpta Tanjung? C.

   Tujuan Penulisan

  Tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini ialah: 1.

  Untuk memaparkan pokok-pokok Shared Christian Praxis (SCP).

  2. Untuk mengetahui sejauh mana pembinaan iman yang dilaksanakan sudah menjawab kebutuhan remaja di paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

  3. Untuk memaparkan bahwa katekese model SCP dapat menanggapi kebutuhan remaja di paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

D. Manfaat Penulisan

  Manfaat dari penulisan skripsi ini dibagi tiga (3), yaitu bagi remaja paroki Maria Assumpta Tanjung, bagi tokoh-tokoh umat di paroki St. Maria Assumpta Tanjung, dan bagi penulis sendiri 1.

  Bagi Remaja Paroki St. Maria Assumpta Tanjung Skripsi ini akan bermanfaat bagi remaja Katolik paroki St. Maria Assumpta

  Tanjung, karena dapat memberikan pengertian dan gambaran yang konkret berkaitan dengan pembinaan iman yang dapat membantu remaja untuk lebih memperkembangkan diri dalam hal hidup beriman.

  2. Bagi tokoh-tokoh umat di paroki St. Maria Assumpta Tanjung Skripsi ini akan membantu para tokoh umat untuk lebih mengenal dan memahami katekese secara mendalam yaitu katekese sebagai bentuk pelayanan terhadap sesama (termasuk remaja) dalam mewujudkan Kerajaan Allah di tengah dunia sehingga mereka mampu memberikan pembinaan yang benar-benar menjawab kebutuhan remaja Katolik.

  3. Bagi Penulis Sendiri Mengembangkan kreativitas dan wawasan yang telah diperoleh selama di bangku kuliah sehingga penulis dapat semakin menghayati tugas perutusannya sebagai katekis dalam tugas membina remaja di paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

  E. Metode Penulisan

  Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi yang analitis yaitu memaparkan dan memberikan gambaran serta menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai. Setelah memperkenalkan dan melaksanakan katekese model SCP penulis mengadakan penelitian berkaitan dengan katekese model SCP tersebut. Tujuan dari penelitian yang dilaksanakan setelah pembinaan iman ini ialah untuk mengetahui apakah katekese model SCP dapat membantu para remaja dan mampu memberikan sumbangan bagi pembinaan iman di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung. Selain mengadakan penelitian, dalam penulisan skripsi ini penulis juga mengadakan studi pustaka untuk mencari sumber-sumber yang relevan dan yang mendukung penulisan tersebut.

  F. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini mengambil judul “KATEKESE MODEL SCP (SHARED

CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI

  

PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN

BARAT” dan dikembangkan dalam lima bab, yaitu:

  Bab I. PENDAHULUAN Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

  Bab II. KATEKESE MODEL SCP Bab ini mendeskripsikan tentang katekese secara umum, mendeskripsikan katekese model SCP, alasan menggunakan katekese model SCP, kekuatan model SCP, dan kelemahan model SCP dalam pembinaan iman.

  Bab III. PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG, KALIMANTAN BARAT Dalam bab ini penulis akan mendiskripsikan keadaan remaja, gambaran pelaksanaan pembinaan iman remaja, dan penelitian tentang pembinaan iman yang telah dilakukan terhadap remaja di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung.

  Bab IV. SCP MERUPAKAN MODEL KATEKESE YANG RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN REMAJA DALAM PEMBINAAN IMAN DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG Penulis akan memaparkan peranan katekese model SCP dalam pembinaan iman bagi remaja di Paroki Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat dan membuat program pendalaman iman bagi remaja beserta penjabarannya: usulan tema, penjabaran tema, contoh katekese model SCP

  Bab V. PENUTUP Penulis akan memberikan kesimpulan dan saran berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan iman remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang, Kalimantan Barat.

BAB II KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) Bab ini memaparkan dua uraian pokok. Pokok pertama menguraikan tentang

  katekese secara umum. Pada pokok ini, penulis mengemukakan tentang pokok-pokok katekese pada umumnya, yaitu pengertian katekese, tujuan katekese, sifat katekese, isi katekese, dan pelaksana katekese. Pokok kedua dalam penulisan ini ialah katekese model SCP yang menjadi gagasan utama sekaligus menjadi pusat perhatian dari penulisan ini. Penulis akan menguraikan tentang latar belakang pribadi Thomas H. Groome sebagai profesor di bidang teologi dan pendidikan agama sekaligus pencetus dan pengembang katekese dengan model SCP. Selain menguraikan sosok Thomas H.

  Groome penulis juga akan memaparkan pengertian SCP, langkah-langkah SCP beserta kekuatan dan kelemahannya. Penulis menilai pokok kedua ini penting karena dalam pelaksanaannya katekese model SCP ini banyak memberikan manfaat bagi pesertanya. Adapun manfaat-manfaat tersebut diantaranya ialah peserta diberdayakan agar terlibat aktif, serta melalui pengalaman-pengalaman yang direfleksikan dan yang diolah peserta mampu memperkembangkan hidupnya ke arah yang lebih baik sehingga muncullah sikap dan kesadaran baru. Sampai saat ini katekese model SCP semakin relevan dengan keadaan zaman yang selalu maju dan berkembang.

A. Pokok-pokok Katekese pada Umumnya 1. Pengertian Katekese

  Penyelenggaraan katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai salah satu tugas yang sangat penting. Sebelum Kristus naik menghadap BapaNya, Ia menyampaikan kepada para rasul perintah yang terakhir, yakni menjadikan semua bangsa murid-muridNya dan mengajar mereka untuk mematuhi segala sesuatu yang telah diperintahkanNya. Kepada mereka diserahkanNya pula perutusan dan kuasa untuk dengan berwibawa menjelaskan apa yang telah diajarkanNya yaitu amanat sabda, kegiatanNya, tanda-tanda dan perintah-perintahNya. Dalam menjalankan misi tersebut Kristus mencurahkan Roh kepada murid-muridNya (CT, Art. 1).

  Istilah katekese digunakan untuk merangkum seluruh usaha Gereja untuk memperoleh murid-murid, untuk membantu umat dalam mengimani Yesus sebagai Putera Allah, dan untuk membina serta mendidik mereka dalam perihidup itu, dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus. Gereja tidak pernah berhenti mencurahkan tenaganya untuk menunaikan tugas yang diperintahkan oleh Kristus (CT, Art. 1).

  Ada bermacam-macam pengertian tentang katekese dalam Gereja sehingga sulit untuk memberikan rumusan secara definitif. Hal ini dikarenakan oleh adanya berbagai macam pemikiran dari para ahli yang melatarbelakangi munculnya pengertian katekese tersebut. Dalam PKKI II yang diselenggarakan di wisma Samadi Klender tanggal 29 Juni sampai 5 Juli 1980 dirumuskanlah pengertian katekese umat. jemaat/kelompok. Dalam komunikasi iman inilah iman umat semakin diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Katekese umat mengandaikan perencanaan dan lebih menekankan penghayatan iman daripada pengetahuan. Meskipun demikian pengetahuan itu tidak dilupakan (Lalu, 2005:5).

  Komunikasi yang ditekankan bukan saja komunikasi antara pembimbing dengan peserta tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta sendiri karena arah katekese tersebut menuntut agar peserta semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan jemaat. Katekese umat juga dipahami sebagai usaha pembinaan umat secara teratur dan terencana (Huber, 1981: 18). Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat dan saling bersaksi tentang iman mereka. Dalam katekese, peserta berdialog dalam suasana yang terbuka yaitu adanya sikap saling menghargai dan saling mendengarkan (Huber, 1981: 22).

  Dalam katekese yang ditukarkan atau dikomunikasikan ialah penghayatan umat akan imannya dan bukan pengetahuan tentang rumusan iman. Sebagai komunikasi iman, katekese menekankan sifatnya yang praktis dan selalu ke arah yang memperkembangkan terutama dalam hal iman umat. Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese bukan hanya menjadi tanggung jawab para pemimpin Gereja, para imam, biarawan-biarawati, katekis dan para tokoh lainnya, melainkan peranan dan kehadiran umat dalam pelaksanaan dan berasal dari umat, oleh umat, dan untuk umat itu sendiri. Dalam katekese kita semua bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus.

  Dalam pelaksanaan katekese haruslah diperhatikan pula keadaan dan budaya umat, serta latar belakang umat. Setiap keuskupan, paroki, stasi, wilayah atau lingkungan memiliki perbedaannya masing-masing termasuk juga umatnya. Ada umat yang aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan menggereja begitu juga sebaliknya ada umat yang pasif. Katekese perlu memperhatikan keterlibatan umat dalam hidup menggereja dan kebiasaan atau kebudayaan yang terjadi pada umat, serta memperhatikan pula permasalahan yang sedang dialami umat. Umat mengalami berbagai macam permasalahan baik itu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan kerohanian pribadi, permasalahan sosial dalam masyarakat maupun permasalahan yang berkaitan dengan petugas pastoral. Hal ini perlu sungguh-sungguh diperhatikan dalam pelaksanaan katekese agar mampu menyesuaikan dengan keadaan tersebut dan di sinilah tuntutan dan tantangan katekis dalam kehidupannya yang benar-benar mengumat.

  Masyarakat kita adalah masyarakat yang majemuk dan permasalahan umat juga selalu berkembang. Dalam masa sekarang terlihat dan terasa adanya pembedaan- pembedaan yang cenderung untuk meminggirkan dan kelompok yang satu ingin menjatuhkan kelompok yang lainnya. Ada kesenjangan yang terlalu besar antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini bukan saja menjadi masalah sosial atau kemasyarakatan saja, tetapi merupakan masalah bagi penghayatan iman kita pula mempunyai tugas untuk membina dan membantu agar umat memiliki dan menghayati iman yang terlibat dalam masyarakat.

  Dalam berkatekese, umat harus mengusahakan suatu pembaharuan yang sesuai dengan keadaan umat dan keadaan zaman yang semakin maju dan berkembang. Pembaharuan katekese bukan hanya sekedar metode, sarana, isi dan strategi saja akan tetapi yang lebih pokok adalah hidup jemaat sendiri yang selalu memperbaharui hidup mereka dengan jalan mengusahakan pertobatan yang terus menerus. Dalam proses katekese seluruh pengalaman hidup umat menjadi bagian yang sangat penting. Bahan katekese tidak hanya berasal dari ajaran Gereja saja tetapi juga merupakan perpaduan antara Tradisi dalam Gereja dengan pengalaman konkrit umat di lingkungannya.

  Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya, Catechesi Tradendae mengartikan katekese sebagai ”pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa dalam iman yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT, Art.18). Katekese merupakan pembinaan iman yang dilaksanakan bagi seluruh umat tanpa terkecuali mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pembinaan iman yang dilaksanakan mencakup penyampaian ajaran Kristen. Cara penyampaiannya ialah secara organis dan sistematis dengan tujuan untuk mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen.

  Dalam tugas pastoral Gereja, katekese termasuk salah satu bentuk pelayanan firman yang dimaksudkan untuk mengusahakan agar iman umat menjadi lebih hidup.

  Katekese erat hubungannya dengan evangelisasi, yakni membawa Kabar Gembira ke dalam tata hidup manusia untuk mengubah dan membaharui tata hidup yang telah dijalani tersebut. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna (Hutabarat, 1983: 45).

2. Tujuan Katekese

  Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya, Catechesi Tradendae menyampaikan tiga tujuan katekese. Tujuan katekese yang pertama ialah “mengajak umat untuk mendalami Misteri Kristus dalam segala dimensinya: untuk menunjukkan kepada semua orang makna rencana yang terkandung dalam misteri...”(CT. Art.5).

Dokumen yang terkait

Katekese model SCP sebagai salah satu usaha peningkatan pelaksanaan pembinaan iman umat lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro.

1 7 158

Pengaruh doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Paroki Maria Assumpta Gamping Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 2 155

Upaya peningkatan pendampingan iman remaja putri di Asrama Dharmawati Sintang Kalimantan Barat dengan katekese model Shared Christian Praxis.

3 22 162

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

Penghayatan spiritulaitas perkawinan Katolik oleh keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St. Yohanes Paulus Paroki St. antonius Kotabaru Yogyakarta dalam mewujudkan keluarga Katolik yang beriman - USD Repository

0 1 102

Bimbingan orang tua terhadap perkembangan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 2 132

Upaya meningkatkan dialog antar umat beriman dalam masyarakat yang plural di Stasi St. Maria Cikampek Paroki Kristus Raja Karawang Jawa Barat melalui katekese - USD Repository

0 0 180

Pengaruh pendidikan iman dalam keluarga terhadap pestasi belajar pendidikan agama Katolik siswa kelas XI di SMU Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang Kalimantan Barat tahun ajaran 2009-2010 - USD Repository

0 0 129

Peranan kunjungan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan iman keluarga Katolik di Stasi St. Paulus Pringgolayan Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 0 157

Peranan pendampingan persiapan baptisan bayi/anak sebagai upaya membina kesadaran orang tua dalam pendidikan iman anak di Paroki St. Aloysius Gonzaga Mlati - USD Repository

0 0 122