Upaya peningkatan pendampingan iman remaja putri di Asrama Dharmawati Sintang Kalimantan Barat dengan katekese model Shared Christian Praxis.

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi adalah UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT DENGAN KATEKESE MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS. Adapun latar belakang pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis akan pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati, yang secara khusus penulis rasakan sewaktu membantu menjadi pendamping di asrama Dharmawati. Kegiatan pendampingan iman di asrama Dharmawati seperti ekaristi, ziarah, rekoleksi/ret-ret, rosario, ibadat sabda sudah terprogram dengan baik. Namun kaum remaja mengikuti kegiatan pendampingan iman kelihatannya karena aturan asrama yang wajib diikuti oleh setiap anggota asrama. Selain itu juga model dan metode yang digunakan kurang menarik dan kurang relevan dengan kehidupan remaja di asrama Dharmawati. Situasi tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati dan mengupayakan suatu kegiatan yang dapat menarik dan melibatkan kaum remaja dalam pendampingan tersebut.

Tujuan dari penulisan skripsi adalah memperoleh data mengenai pendampingan iman yang ideal, memperoleh gambaran pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati untuk membantu remaja berkembang menjadi remaja yang dewasa, bertanggungjawab dan beriman serta memberikan satu model kegiatan yang cocok untuk menarik perhatian kaum remaja semakin terlibat aktif dalam proses pelaksanaan pendampingan iman.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis memperoleh data-data mengenai pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati dengan melakukan penelitian yang didukung oleh studi pustaka. Penelitian dilakukan dalam bentuk kuesioner dan wawancara kepada para responden. Hasil dari penelitian terungkap bahwa pendampingan iman yang dilakukan selama ini terasa monoton, membosankan dan kurang bervariasi.

Untuk itulah penulis mengusulkan salah satu model kegiatan sebagai upaya untuk meningkatkan pendampingan iman remaja. Kegiatan tersebut adalah katekese model SCP. Penulis mengusulkan katekese model SCP karena model ini sungguh melibatkan peserta, bersifat dialogis paritisipatif. Model SCP juga mempunyai lima langkah yang semakin membawa peserta berdialog dengan pengalaman hidup dan mengkonfrontasikannya dengan visi dan Tradisi Kristiani untuk semakin membangun kerajaan Allah di dunia.


(2)

ABSTRACT

The title of my thesis THE WAY IMPROVING FAITH FOR FEMALE TEENAGERS AT DHARMAWATI DORMITORY SINTANG

WEST KALIMANTAN USING SHARED CHRISTIAN PRAXIS

CATECHESIS MODEL. The background of this title selection starts from the author concern with the in which implementation in mentoring teenagers faith in Dharmawati dormitory. In particular, the author feels when she helping works as an dormitory chaperone. Faith mentoring activities such as Eucharist, pilgrimages, recollection/retreat, rosary prayers and worship prayer has been programmed regularly. But young people who participated in this actkvities apparently join in because of rules that reguire them. In addition the models and methods that are used are not attractive and nor relevant to the lives of young people in the Dharmawati dormitory. Seeing this situation, author of fait mentoring investigate in Dharmawati dormitory and creating an activity which can certainly attract and involve young people in this faith mentoring.

The aim of this thesis was to obtain data on how to improve faith mentoring, to obtain an overview in implementing faith mentoring of female teenagers in Dharmawati dormitory to help them developing maturenity, responsibility and more faithful also to provide suitable model of activities to attract the attention of young people to get involve actively in faith mentoring process.

Based on the purpose of writing, the authors obtained data on the implementation of faith mentoring in Dharmawati dormitory faith by doing research from literature riview. The research was conducted in the form of questionnaires and interviews torespondents. The results of the study revealed that the faith mentoring which made during this ctivities faith where monotonous, boring and less varied.

For this reason the author proposes a model of activity to improve the implementation of faith mentoring for teenagers, by SCP catechesis model. The author proposes a single SCP because this model really involve the participants with paritisipative dialogue. SCP model also has five steps that are increasingly bringing participants to create dialogue with life experience and confront itwith the vision of Christian Tradition and for the greatest kingdom of God in the world.


(3)

i

UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT

DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Domisia Viviati NIM: 091124023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada seluruh anggota kongregasi Suster Misi Fransiskan Santo Antonius (SMFA)


(7)

v MOTTO

“Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang

sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna” (1Kor 13:2)


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Maret 2015 Penulis,


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertada tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama: Domisia Viviati

NIM : 091124023

Menyatakan bahwa demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memeberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS beserta perangkat yang diperlukan (jika ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 17 Maret 2015

Yang menyatakan

(Domisia Viviati)


(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi adalah UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT DENGAN KATEKESE MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS. Adapun latar belakang pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis akan pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati, yang secara khusus penulis rasakan sewaktu membantu menjadi pendamping di asrama Dharmawati. Kegiatan pendampingan iman di asrama Dharmawati seperti ekaristi, ziarah, rekoleksi/ret-ret, rosario, ibadat sabda sudah terprogram dengan baik. Namun kaum remaja mengikuti kegiatan pendampingan iman kelihatannya karena aturan asrama yang wajib diikuti oleh setiap anggota asrama. Selain itu juga model dan metode yang digunakan kurang menarik dan kurang relevan dengan kehidupan remaja di asrama Dharmawati. Situasi tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati dan mengupayakan suatu kegiatan yang dapat menarik dan melibatkan kaum remaja dalam pendampingan tersebut.

Tujuan dari penulisan skripsi adalah memperoleh data mengenai pendampingan iman yang ideal, memperoleh gambaran pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati untuk membantu remaja berkembang menjadi remaja yang dewasa, bertanggungjawab dan beriman serta memberikan satu model kegiatan yang cocok untuk menarik perhatian kaum remaja semakin terlibat aktif dalam proses pelaksanaan pendampingan iman.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis memperoleh data-data mengenai pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati dengan melakukan penelitian yang didukung oleh studi pustaka. Penelitian dilakukan dalam bentuk kuesioner dan wawancara kepada para responden. Hasil dari penelitian terungkap bahwa pendampingan iman yang dilakukan selama ini terasa monoton, membosankan dan kurang bervariasi.

Untuk itulah penulis mengusulkan salah satu model kegiatan sebagai upaya untuk meningkatkan pendampingan iman remaja. Kegiatan tersebut adalah katekese model SCP. Penulis mengusulkan katekese model SCP karena model ini sungguh melibatkan peserta, bersifat dialogis paritisipatif. Model SCP juga mempunyai lima langkah yang semakin membawa peserta berdialog dengan pengalaman hidup dan mengkonfrontasikannya dengan visi dan Tradisi Kristiani untuk semakin membangun kerajaan Allah di dunia.


(11)

ix ABSTRACT

The title of my thesis THE WAY IMPROVING FAITH FOR FEMALE TEENAGERS AT DHARMAWATI DORMITORY SINTANG WEST KALIMANTAN USING SHARED CHRISTIAN PRAXIS CATECHESIS MODEL. The background of this title selection starts from the author concern with the in which implementation in mentoring teenagers faith in Dharmawati dormitory. In particular, the author feels when she helping works as an dormitory chaperone. Faith mentoring activities such as Eucharist, pilgrimages, recollection/retreat, rosary prayers and worship prayer has been programmed regularly. But young people who participated in this actkvities apparently join in because of rules that reguire them. In addition the models and methods that are used are not attractive and nor relevant to the lives of young people in the Dharmawati dormitory. Seeing this situation, author of fait mentoring investigate in Dharmawati dormitory and creating an activity which can certainly attract and involve young people in this faith mentoring.

The aim of this thesis was to obtain data on how to improve faith mentoring, to obtain an overview in implementing faith mentoring of female teenagers in Dharmawati dormitory to help them developing maturenity, responsibility and more faithful also to provide suitable model of activities to attract the attention of young people to get involve actively in faith mentoring process.

Based on the purpose of writing, the authors obtained data on the implementation of faith mentoring in Dharmawati dormitory faith by doing research from literature riview. The research was conducted in the form of questionnaires and interviews torespondents. The results of the study revealed that the faith mentoring which made during this ctivities faith where monotonous, boring and less varied.

For this reason the author proposes a model of activity to improve the implementation of faith mentoring for teenagers, by SCP catechesis model. The author proposes a single SCP because this model really involve the participants with paritisipative dialogue. SCP model also has five steps that are increasingly bringing participants to create dialogue with life experience and confront itwith the vision of Christian Tradition and for the greatest kingdom of God in the world.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA

DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT DENGAN

KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS .

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas sanata Dharma Yogyakarta. Melalui skripsi ini penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan pendampingan iman kaum remaja putri di asrama Dharmawati Sintang dengan katekese.

Terususunya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung SJ, M.Ed selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen pembimbing dosen akademik yang telah meluangkan waktu memimbing penulis dengan penuh kesabaran, perhatian, masukan dan kritikan sehingga penulis termotivasi untuk mengerjakan dan menyelsaikan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y, M.Hum selaku dosen peguji kedua yang memberikan dukungan dan mengingatkan penulis untuk selalu semangat menulis dan menyelsaikan skripsi dengan cepat.


(13)

xi

3. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji ketiga yang memberi semangat dan perhatian serta mengingatkan penulis untuk tekun menulis skripsi.

3. Segenap staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi dan mendidik penulis selama belajar dan menyusun skripsi ini.

4. Segenap staf Sekertariat dan perpustakaan Prodi IPPAK dan seluruh karyawan yang telah mendukung penulis selama penulis belajar dan menyusun skripsi ini.

5. Pemimpin Komunitas, suster pendamping asrama serta seluruh para suster di komunitas Dharmawati serta seluruh warga asrama khususnya siswi kelas XI, XII SMA/SMK selaku subyek peneliti.

6. Para suster anggota kongregasi SMFA khususnya para suster di komunitas Yogyakarta yang telah memberi perhatian, dukungan dan motivasi lewat doa, kerjasama yang baik sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.

7. Dewan pimpinan kongregasi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba pengetahuan di Universitas Sanata Dharma.

8. Bapak ibu serta adik-adikku yang telah memberi dukungan dan semangat dalam menyelsaikan studi dan skripsi ini.

9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2009/2010 yang turut mendukung proses belajar dan skripsi ini serta semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang turut ambil bagaian mendukung dan membantu penulis hingga penyelsaian skripsi ini.


(14)

xii

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 17 Maret 2015 Penulis,


(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... MOTTO ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN………

ABSTRAK ...

ABSTRACT………

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR SINGKATAN ... BAB I: PENDAHULUAN...

A.Latar Belakang...……….…... B. Rumusan Masalah………... C.Tujuan Penulisan…………... D.Manfaat Penulisan.………... E. Metode Penulisan... F. Sistematika Penulisan... BAB II: POKOK-POKOK PENDAMPINGAN IMAN REMAJA ………... A.PENDAMPINGAN IMAN ... 1. Pengertian Umum Pendampingan... 2. Pengertian Iman………... a. Iman Dalam Kitab Suci... b. Iman Menurut Dokumen Gereja... c. Iman Menurut Para Ahli... 3. Pendampingan Iman ... 4. Tujuan Pendampingan Iman...

i ii iii iv v vi vii viii ix x xiii xix 1 1 6 6 7 7 8 10 10 10 11 11 13 14 15 16


(16)

xiv

B. GAMBARAN UMUM KAUM REMAJA... 1. Pengertian Remaja... 2. Ciri-ciri Masa Remaja ………... a. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting……… b. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan………... c. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan………... d. Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah……… e. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas. ……… f. Masa Remaja Sebagai Masa Yang Menimbulkan Ketakutan…… g. Masa Remaja Adalah Masa Yang Tidak Realistik………. h. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa………. 3. Minat-minat Remaja...

a. Minat Rekreasi... b. Minat Sosial………... c. Minat Pribadi……….... d. Minat Terhadap Pendidikan………. e. Minat Terhadap Pekerjaan……… f. Minat Pada Agama………... g. Minat Dalam Simbol Status………. 4. Perkembangan Remaja………...

a. Perkembangan Fisik Remaja... b. Perkembangan Mental Remaja... c. Perkembangan Sosial Remaja... d. Perkembangan Emosi... e. Perkembangan Moral... f. Perkembangan Iman Remaja Menurut Fowler…………... 5. Lingkungan Hidup Remaja...

a. Lingkungan Keluarga... b. Lingkungan Sekolah... c. Lingkungan Masyarakat... 6. Problem Remaja...

17 17 18 18 18 18 19 19 19 20 20 21 21 21 22 22 22 22 23 23 23 24 24 25 26 27 30 30 31 32 33


(17)

xv

a. problem Dalam Keluarga………... b. Problem Dalam Masyarakat……….... c. Problema Dalam Gereja……….. d. Roblem dalam diri sendiri... C. PENDAMPINGAN IMAN REMAJA...

1. Pengertian Pendampingan Iman Remaja... 2. Ciri Pendampingan Iman Kaum Remaja... 3. Tujuan Pendampingan Iman Remaja... 4. Kualifikasi Pribadi Pendampingan Iman……… a. Sebagai Pribadi………... b. Hubungan Dengan Peserta………... c. Sebagai Pemimpin……….... BAB III: PENDAMPINGAN IMAN REMAJA DI ASRAMA

DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT... A. Gambaran Umum Asrama Dharmawati………... 1. Profil Asrama Dharmawati... a. Sekilas Asrama Dharmawati………. b. Tujuan Asrama Dharmawati………. 2. Program Pendampingan…………... a. Aktifitas Harian………. b. Kegiatan Rohani……… (1) Perayaan Ekaristi……….

(2) Rekoleksi……….

(3) Retret………..

(4) Ziarah Ke Gua Maria……….. (5) Devosi Kepada Bunda Maria……….. (6) Doa Bersama………... c. Kegiatan Hari Libur……….. B. Penelitian Terhadap Pendampingan Iman Remaja Di Asrama

Dharmawati... 1. Desain Penelitian………...

33 34 34 34 35 35 36 37 38 39 40 40 42 43 43 43 45 46 47 47 48 48 50 50 50 50 53 53 53


(18)

xvi

a. Latar Belakang Penelitian……… b. Tujuan Penelitian………. c. Jenis Penelitian………. d. Instrumen Pengumpulan Data………..

e. Responden………

f. Waktu Dan Tempat Penelitian………. g. Variabel Penelitian………... C. Laporan Hasil Penelitian pendampingan iman di Asrama

Dharmawati... 1. Identitas Responden………. 2. Pendampingan Iman Di Asrama………. 3. Faktor- faktor Pendukung Pendampingan Iman……….. 4. Faktor- faktor Penghambat Pendampingan iman………. D. Hasil Wawancara Dengan Staf Inti Asrama... E. Pembahasan Hasil Penelitian Pendampingan Iman Remaja

Di Asrama Dharmawati Sintang………... 1. Identitas Responden………... 2. Pendampingan Iman Yang Dilaksankan Di Asrama……….. 3. Faktor- faktor Pendukung Pendampingan iman………. 4. Faktor- faktor Penghambat Pendampingan iman………... F. Kesimpulan Hasil Penelitian Pendampingan Iman Remaja

Di Asrama Dharmawati Sintang……… BAB IV: PENINGKATAN PELAKSANAAN PENDAMPINGAN IMAN

REMAJA DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)... A. Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)... 1. Pengertian SCP... a. Shared………...

b. Christian………...

c. Praxis………... 2. Langkah- langkah Katekese Model Shared Christian Praxis……….

53 54 54 55 56 57 57 58 58 59 63 65 66 68 68 69 73 73 74 76 76 77 78 79 80 81


(19)

xvii

a. Langkah I (pertama) : Pengungkapan Pengalaman Praksis Faktual……….. b. Langkah II (kedua) : Refleksi Kritis Pengalaman Faktual ……. c. Langkah III (ketiga) : Mengusahakan Supaya Tradisi Dan Visi

Kristiani Lebih Terjangkau………... d. Langkah IV (keempat) : Interprestasi Dialektik Antara Praksis

Dan Visi Peserta Dengan Tradisi Dan Visi Kristiani…………... e. Langkah V (Kelima): Keterlibatan Baru Demi Makin

Terwujudnya Kerajaan Allah………... 3. Alasan menggunakan model Shared Christian Praxis…………... B. Usaha Peningkatan Pendampingan Iman Remaja... 1. Pengertian Peningkatan... 2. Tujuan Peningkatan... 3. Arah Peningkatan... C. Usulan Program Pendampingan... 1. Latar Belakang Usulan Program...

2. Pemilihan Tema ………... 3. Waktu Pelaksanaan... 4. Matriks Program Pendampingan... 3. Contoh Persiapan Katekese... BAB V: PENUTUP...

A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN:

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ... Lampiran 2: Surat Bukti Penelitian... Lampiran 3: Lembar Kuesioner... Lampiran 4: Panduan Wawancara Dengan Staf Inti asrama...

81 82 83 84 85 86 87 87 87 88 89 89 90 96 98 105 118 118 119 121 (1) (2) (3) (6)


(20)

xviii

Lampiran 5: Hasil Wawancara Dengan Staf Inti Asarama……… Lampiran 6 : Daftar Nama Responden... Lampiran 7: Acara Harian Asrama... Lampiran 8 : Bacaan Kitab Suci... Lampiran 9: Lagu-lagu untuk Katekese SCP...

(7) (11) (13) (14) (16)


(21)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. 2002.

B. Singkatan Dokumen Gereja

AA: Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang KerasulanAwam (18 November 1965)

PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam

GE : Gravissimum Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II Tentang Pendidikan Kristen,

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965

EN : Evangeli Nutiandi, Paus Paulus VI, diterjemahkan oleh R Hardawiryana,SJ

DOKPEN-KWI, Jakarta, 1995.

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi, diterjemahkan oleh

R Hardawiryana, SJ . DOKPEN- KWI, Jakarta, 1990. Naskah asli tanggal 18 November 1965.


(22)

xx

EG : Evangelii Gaudium, Paus Fransiskus,Seruan Apostolik, 24 November 2013. DOKPEN- KWI, Jakarta, Juli 2014.

C.Singkatan Lain Art : Artikel

SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menegah Kejuruan HP : Hand Phone

FB : Facebook

LCD : Liquid Crystal Display

SMFA : Suster Misi Fransiskan Antonius SCP : Shared Christian Praxis

Luk : Lukas Mrk : Markus Mat : Matius Ef : Efesus Kor : Korintus Kej : Kejadian Ibr : Ibrani


(23)

(24)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini, penulis menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan judul skripsi, diantaranya adalah tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan periode dari masa anak menuju masa dewasa, di mana anak mengalami pertumbuhan yang cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak baik berdasarkan pada bentuk, cara berpikirnya dan sikap, akan tetapi mereka belum dewasa dan matang (Bambang Soetawan, 1974: 19). Pada masa ini remaja masih harus menerima banyak dari orang lain, tetapi dari dirinya sendiri juga ingin memberi. Untuk itulah mereka harus mengembangkan dirinya agar maju dan menjadi dewasa. Menjadi dewasa adalah suatu proses perkembangan yaitu remaja harus menerima dirinya sendiri dan kemudian dapat menilai kemampuan-kemampuannya dalam bidang jasmani, pikiran, perasaan dan dalam bidang rohani.

Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri. Mereka masih sangat labil, tidak jarang mereka menjadi bingung sendiri menghadapi gejala-gejala pertumbuhan dalam dirinya (Tangdilintin, 1984: 10). Kebingungan tersebut menjadi semakin rawan oleh transisi nilai sosio-budaya yang melanda masyarakat. Laju perkembangan dan modernisasi serta lancarnya arus komunikasi massa, kemudahan-kemudahan teknologi kaum remaja, menjadi suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri


(25)

mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi.

Arus perubahan kehidupan yang berjalan amat cepat cenderung membuat individu merasa hanya seperti sebuah robot dari pada seorang makhluk utuh yang memiliki di dalam dirinya suatu keyakinan akan identitas diri sebagai seorang pribadi. Perubahan dan pembaharuan pola kehidupan yang sedang berlangsung di sekitar dirinya secara terus menerus tentu saja akan membawa dampak tertentu. Maka pendampingan secara rohani adalah suatu cara dalam rangka membangun manusia yang beriman. Oleh karenanya pendampingan iman bagi remaja yang paling tepat untuk saat ini adalah dengan cara mempelajari dan memahami proses perubahan dan situasi remaja dan selanjutnya mengusahakan pendekatan-pendekatan yang tepat.

Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan dan kebahagiaan juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Remaja sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan


(26)

bimbingan dan pembinaan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungan sosialnya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Bimbingan dan pendampingan dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Perhatian terhadap remaja adalah menjadi penting. Konsili Vatikan II dalam Dekrit Tentang Kerasulan Awam dikatakan bahwa berbagai bidang

kerasulan bagi kaum muda “Kaum muda merupakan kekuatan yang amat penting

dalam masyarakat sekarang. Selanjutnya hendaknya kaum dewasa dalam suasana persahabatan berusaha menjalin dialog dengan kaum muda, sehingga keduanya saling mengenal, saling bertukar kekayaan masing-masing” (AA, art, 12). Peranan ini merupakan kelaziman bagi remaja, karena yang berusia muda pada umumnya sedang menempuh proses perkembangan, menempuh dunia pendidikan, dan secara psikologis sering dikatakan sedang masa peralihan, baik dari sudut biologis maupun dari sudut sosiologis.

Anjuran Apostolik, Paus Yohanes Paulus II dikatakan menyusul masa pancaroba, remaja menemukan diri serta dunia batinnya sendiri, masa munculnya rencana- rencana yang mencerminkan idealisme, masa bangkitnya perasaan mencintai, masa menginginkan kebersamaan. Pada masa ini juga muncul kecemasan disertai frustrasi, kecurigaan tertentu terhadap sesama (CT, art. 38). Persoalan yang terjadi pada remaja berkaitan dengan usia mereka dan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan di mana mereka hidup. Oleh karenanya suatu faktor penting yang memegang peranan yang menentukan dalam kehidupan remaja adalah orang tua, Gereja dan masyarakat. Remaja putri di asrama


(27)

Dharmawati Sintang merupakan bagian dari Gereja dan masyarakat. Mereka adalah siswa SMU Panca Setya dan SMK Budi Luhur milik Yayasan Sukma Sintang. Mereka datang dari daerah yang berbeda, bahasa, latar belakang yang berbeda, meskipun masih lingkup daerah Kalimantan Barat. Antara satu dengan yang lain berbeda dalam berbagai hal seperti minat, bakat dan sifat-sifat kepribadian serta kebiasaan hidup dalam keluarga masing-masing yang mereka bawa ke asrama.

Keragaman ini tentu memperkaya satu sama lain, tetapi juga menjadi suatu perjuangan untuk dapat memahami dan menerima apa yang menjadi perbedaan dari setiap pribadi. Dalam rangka membantu mereka untuk menemukan identitas dan jati dirinya, serta membantu penghuni asrama mampu memahami dirinya dan lingkungannya, maka di asrama ada berbagai kegiatan yang mendukung perkembangan kepribadian mereka. Adapun kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya kegiatan fisik tetapi juga kegiatan rohani, sehingga menjadi pribadi yang beriman dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidupnya.

Usaha pendampingan merupakan usaha dua arah dari pendamping kepada yang didampingi dan sebaliknya, dan bertitik tolak dari keyakinan bahwa yang didampingi mempunyai potensi yang dapat tumbuh menjadi kenyataan (A. M. Mangunhardjana, 1986: 21). Oleh sebab itu dalam usaha pendampingan peserta mempunyai peranan penting yang menentukan berhasil tidaknya usaha pendampingan. Artinya peserta bukan sebagai objek pendampingan yang menerima apa saja yang diberikan pendamping, peserta adalah subjek yang berperan aktif dalam keseluruhan proses pendampingan. Dalam proses


(28)

pendampingan, para pendamping bertindak sebagai fasilitator yang membantu peserta untuk dapat mengungkapkan diri secara lebih leluasa.

Hubungan antara pendamping dan yang didampingi adalah sebagai sahabat dan teman dialog yang saling membantu, saling meneguhkan satu sama lain. Diharapkan di dalam proses pendampingan keduanya mampu berdialog secara terbuka, saling mendengarkan, sehingga satu sama lain merasa dikuatkan atau diteguhkan (Tangdinlintin, 1981: 76). Agar pelaksanaan pendampingan iman menyentuh aspek kehidupan individu penghuni asrama, maka pendamping di asrama memiliki sikap proaktif, serta mengetahui, mengenal dan memahami kaum remaja, ciri, problem, situasi perkembangan serta minat remaja. Dengan demikian pendampingan iman sesuai dengan keadaan atau situasi kaum remaja serta bagaimana pendampingan dapat membantu dan menanggapi kebutuhan mereka, sehingga mereka merasa tertarik dalam kegiatan tersebut dan buah-buahnya dapat diwujudkan dalam tindakan nyata.

Pendampingan yang dilakukan selama ini adalah, rekoleksi, retret, rosario, ambil bagian tugas doa di lingkungan, ekaristi harian dan hari Minggu. Jenis kegiatan rohani seperti retret, rekoleksi, doa rosario, ekaristi, berjalan dengan baik. Maka muncul inspirasi bagi penulis untuk memberi sumbangan untuk pendampingan iman remaja yang ada di asrama Dharmawati tersebut dengan katekese model Shared Christian Praxis.

Alasan penulis menggunakan katekese Shared Christian Praxis adalah karena langkah-langkahnya dapat membantu remaja untuk mensharingkan pengalaman hidupnya sebagai remaja yang sekolah dan sebagai remaja tinggal di


(29)

asrama yang serba teratur di tengah situasi dan perkembangan zaman yang begitu modern. Ini dilaksanakan sesuai dengan situasi dan keadaan mereka, sehingga dapat membantu mereka untuk bertumbuh dan berkembang ke arah yang baik, terutama bertumbuh dalam iman akan Yesus Kristus.

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis merumuskan judul: ”Upaya Peningkatan Pendampingan Iman Remaja Putri di Asrama Dharmawati Sintang dengan Katekese Model Shared Christian Praxsis

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendampingan iman remaja yang ideal?

2. Sejauh mana pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati sesuai dengan situasi konkrit remaja?

3. Bagaimana katekese model Shared Christian Praxis dapat digunakan untuk pelaksanaan pendampingan iman remaja?

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan dan mengetahui apa itu pendampingan iman bagi remaja putri yang ideal.

2. Untuk memberi gambaran tentang pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati Sintang.

3. Memberikan sumbangan bagi para pendamping di asrama Dharmawati Sintang bahwa katekese model Shared Christian Praxis dapat digunakan untuk pendampingan iman remaja.


(30)

D. Manfaat Penulisan

1. Tersedianya bentuk kegiatan yang sesuai dengan situasi remaja untuk meningkatkan pendampingan iman di asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat.

2. Memperoleh bentuk gambaran dari usaha untuk meningkatkan pendampingan iman yang telah dilaksanakan di asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat

3. Penulis mendapatkan data-data mengenai pendampingan iman di asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat. Dengan mengetahui data-data tersebut, maka penulis memberi usulan program yang sekiranya cocok dengan situasi remaja.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi, penulis menggunakan metode deskriptif analitis berdasarkan studi pustaka dan penelitian yang mendukung penulisan ini serta pengalaman penulis selama menjadi pendamping asrama di asrama Dharmawati Sintang- Kalimantan Barat. Penulis memberikan sumbangan pemikiran untuk pendampingan iman remaja dengan katekese model Shared Christian Praxis.


(31)

F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : PENDAMPINGAN IMAN DAN KAUM REMAJA

Bab ini menguraikan pengertian pendampingan pada umumnya dan kaum remaja pada umumnya. Pendampingan, meliputi: pengertian pendampingan, pengertian iman, tujuan pendampingan, ciri pendampingan serta kualifikasi pribadi pendamping. Sedangkan kaum remaja meliputi: pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja, minat remaja, perkembangan remaja, lingkungan hidup remaja, dan problem remaja.

BAB III: GAMBARAN UMUM PENDAMPINGAN IMAN REMAJA DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT.

Bab ini menguraikan gambaran pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati Sintang, yaitu profil asrama Dharmawati yang meliputi sekilas asrama Dharmawati, tujuan asrama, jenis kegiatan pendampingan yang dilaksanakan di asrama, kegiatan di hari libur. Pada bab III ini juga berisi penelitian terhadap pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati Sintang, Kalimantan Barat dan hasil penelitian.

BAB. IV: USULAN PROGRAM SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS


(32)

Bab ini menguraikan tiga hal pokok yaitu pokok pertama; katekese model Shared Christian Praxis yang meliputi pengertian SCP, langkah-langkah

SCP, alasan menggunakan katekese SCP. Pokok kedua; usaha peningkatan pendampingan iman remaja yang meliputi pengertian peningkatan, tujuan peningkatan, arah peningkatan. Pokok ketiga; usulan program pendampingan yang meliputi latar belakang usulan program, pemilihan tema, penjabaran tema, waktu pelaksanaan dan usulan program katekese serta salah satu contoh SCP

sebagai bahan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat.

BAB.V: PENUTUP

Penulis akan memberikan kesimpulan dan saran berkaitan dengan pendampingan iman remaja di Asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat.


(33)

BAB II

POKOK-POKOK PENDAMPINGAN IMAN REMAJA

Bab ini memaparkan tiga uraian pokok. Pokok pertama menguraikan pendampingan iman pada umumnya. Pada pokok ini, penulis mengemukakan tentang pendampingan iman pada umumnya yaitu pengertian pendampingan, iman, pendampingan iman, tujuan pendampingan. Pokok yang kedua dalam penulisan ini menguraikan gambaran kaum remaja pada umumnya seperti pengertian remaja, ciri-ciri remaja, minat- minat remaja, perkembangan remaja dan problema remaja. Sedangkan pokok yang ketiga menguraikan pendampingan iman remaja yang terdiri dari tujuan pendampingan iman, ciri pendampingan iman, kualifikasi pribadi pendamping iman.

A. Pendampingan Iman

1. Pengertian Umum Pendampingan

Istilah pendampingan berasal dari kata kerja mendampingi yaitu suatu kegiatan menolong yang karena sesuatu sebab butuh didampingi. Sebelum itu istilah yang banyak dipakai adalahpembinaan (Mangunhardjana, 1986: 21). Pendampingan dapat diartikan sebagai usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna dan berhasil, demi memperoleh hasil yang lebih baik. Maka dengan demikian pemahaman akan nilai-nilai baru yang sedang dipelajari menjadi kecakapan dan pengetahuan yang dapat membantu hidup seseorang (Mangunhardjana, 1986: 32).


(34)

Atas dasar pengertian tersebut, pendampingan bukan pertama-tama mencetak orang untuk mampu menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang langsung jadi, melainkan dalam proses berkesinambungan. Pendampingan merupakan usaha untuk membantu seseorang dalam mengembangkan pengetahuan dan kecakapannya ke arah yang lebih baik. Dalam pendampingan, orang dilatih untuk mengenal kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkannya serta memanfaatkan secara penuh dalam hidupnya sehari-hari.

2. Pengertian Iman a. Iman dalam Kitab Suci

Iman dipahami sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Abraham adalah salah satu tokoh alkitabiah yang dijuluki bapak kaum beriman. Abraham mendapatkan janji dari Tuhan bahwa dia akan mempunyai keturunan yang banyak dan mendapatkan tanah yaitu Kanaan (Kej 12: 1-3). Abraham percaya kepada janji Allah itu. Dia meninggalkan tanah leluhurnya di Urkasdim dan menuju tanah Kanaan. Iman Abraham terbukti dari tindakan dan ketekunannya. Abraham bertindak dengan meninggalkan tanah leluhurnya dan menuju tanah yang dijanjikan Allah. Keteguhan iman Abraham terhadap perintah Allah sangat terihat jelas ketika ia mendirikan mezbah, menyiapkan kayu bakar, mengikat Ishak lalu meletakkannya di atas mezbah dan tumpukan kayu bakar itu, akhirnya Abraham mengulurkan tangannya, mengambil pisau untuk menyembelih anaknya (Kej 22: 9-10). Bagi Abraham beriman merupakan ketaatan penuh


(35)

penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah yang menyelenggarakan hidupnya dan masa depannya.

Bunda Maria adalah teladan dalam beriman (Luk 1: 26-45). Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah “tidak ada yang mustahil” (Luk 13:37), maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah

padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Elisabeth memberi salam

kepadanya: “Berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan dari Tuhan akan terlaksana” (Luk 1:45). Demi iman ini segala bangsa akan menyatakannya bahagia.

Dalam peristiwa penyembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum Yesus menyatakan : "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel" ( Luk 7:9). Juga dalam peristiwa penyembuhan seorang yang sakit pendarahan, Yesus menegaskan: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu" (Mrk 5:34). Peristiwa penyembuhan mata dua orang buta disertai pertanyaan Yesus: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya." Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu." (Mat 9:27-31). Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah


(36)

dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” ( Ibr 11:1-3).

b. Iman menurut Dokumen Gereja

Salah satu dokumen Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi, dikatakan:

Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran”. Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-kurnia-Nya (DV, art. 5).

Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa iman merupakan rahmat Allah yang dipercayakan kepada manusia. Dari pihak manusia menanggapi rahmat yang dipercayakan tersebut dengan bebas. Manusia mampu beriman karena rahmat Allah. Manusia sangat tergantung pada kasih dan kebaikan Allah. Manusia beriman dengan segenap hati dan menjalin relasi pribadi yang mendalam dengan Allah. Rahmat Allah itu mendahului iman. Rahmat yang mendahului iman itu tak lain adalah Roh Kudus yang berperan untuk membawa manusia menyadari karya Allah dalam hatinya. Roh Kuduslah yang membuka mata budi dan menimbulkan iman pada setiap orang. Dari DV artikel 5 dapat dikatakan bahwa: iman merupakan rahmat Allah, iman juga merupakan jawaban bebas dari manusia terhadap Allah, iman mengandung unsur pengertian manusia (akal budi). Dengan


(37)

kata lain, dalam peristiwa iman ada 3 unsur yaitu : rahmat, akal budi dan kehendak bebas manusia.

Katekismus Gereja Katolik (KGK no. 153, no. 179, no. 234) merumuskan iman adalah karunia, rahmat Allah. Karena iman adalah karunia Tuhan untuk membantu kita menuju keselamatan, maka sudah seharusnya kita memelihara dan menjaga iman kita dengan bijaksana setiap saat. Agar kita dapat hidup, bertumbuh dan setia pada iman kita sampai akhir, maka kita perlu: (a) disegarkan dengan Firman Allah dan doa; (b) minta kepada Tuhan untuk menambah iman kita; (c) terus bertumbuh dalam perbuatan kasih yang berdasarkan iman. Pertumbuhan dan kemantapan iman perlu didukung dengan pengertian yang benar tentang iman, sehingga diperlukan sikap iman yang mencari pengertian.

c. Iman menurut Para Ahli

Iman merupakan hubungan manusia dengan Allah. Dalam hubungan itu manusia terlibat penuh penyerahan kepada Allah yang telah mewahyukan kehendak dan rencana-Nya (Banawiratma dan Suharyo, 1990: 60). Menurut Fowler (1995: 48) iman adalah

perbuatan percaya yang intens, fundamental dan sangat pribadi di mana saya sendiri secara kreatif percaya akan nilai-nilai yang paling akhir dan akan hal transenden yang ultim, dengan penuh cinta dan kesetiaan. Iman adalah oreintasi seluruh pribadi dan merupakan cara fundamental untuk percaya dan menanggapi hidup.

Sedangkan menurut Hardjana (1989: 57-58) iman adalah anugerah Tuhan yang diimani jauh mengatasi manusia yang mengimani-Nya. Tuhan adalah mahatinggi dan tak terjangkau oleh manusia. Oleh karena itu manusia mampu beriman,


(38)

mengenal dan berhubungan dengan Tuhan terjadi karena kebaikan Tuhan semata-mata.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa iman merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia. Iman juga merupakan jawaban manusia atas sapaan Allah dan penyerahan diri manusia kepada Allah dan percaya akan kebenaran-Nya. Manusia mampu beriman, mengenal Tuhan, menjawab sapaanNya, merasakan kehadiranNya bukan karena kehebatan manusia, melainkan karena kebaikan Tuhan.

3. Pendampingan Iman

Pendampingan iman merupakan suatu usaha untuk membantu orang semakin bertumbuh dan berkembang dalam menghidupi imannya sehingga semakin serupa dengan Kristus (2Kor 3: 18). Pendampingan merupakan usaha menolong orang lain untuk menumbuhkan dan mengaktualisasikan dirinya secara penuh dan merupakan suatu proses perkembangan seseorang dengan sesamanya. Pendampingan ini terjadi dalam tahapan-tahapan perkembangan seperti proses terjadinya suatu persahabatan. Persahabatan dapat terjalin dengan baik jika antara satu dengan yang lain ada saling percaya dan terbuka sehingga persahabatan itu mendalam dan bermutu, begitu juga dengan pendampingan (Tangdilintin, 1984: 16). Iman merupakan suatu tanggapan manusia atas sapaan Tuhan, hendaknya selalu dipupuk dan diperjuangkan dari waktu ke waktu. Dalam menanggapi sapaan Tuhan manusia perlu terbuka dan bebas menjawab sapaan tersebut (DV, art. 4).


(39)

Manusia mengaktualisasikan imannya dalam kehidupan sehari-hari dengan sikap dan perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi pendampingan iman yang dimaksud adalah usaha untuk menolong kaum remaja agar bertumbuh dan berkembang dalam menghidupi imannya dan menanggapi sapaan Tuhan dengan bebas. Dengan demikian remaja dapat mewujudkan imannya lewat sikap dan perbuatan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tujuan Pendampingan Kaum Remaja

Tujuan pendampingan membantu kaum muda mendapatkan ilmu, pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, perilaku hidup yang memadai dalam segi-segi pokok yang berhubungan dengan hidup pribadi, kebersamaan dengan orang lain, peran dalam masyarakat, bangsa dan dunia (Mangunhardjana, 1986: 25-28). Tujuan pendampingan juga tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu dan informasi tetapi jugas kecakapan untuk memperkembangkan ilmu pengetahuan, mendapatkan informasi baru dan kemampuan untuk mencari dan mengolah lebih lanjut apa yang sudah didapat

Berdasarkan tujuan tersebut dapat diutarakan bahwa pendampingan mencakup segala daya upaya dan segi kehidupan kaum remaja: budi, hati, kehendak, sikap, kecakapan, perbuatan, perilaku hidup. Pribadi yang mampu mengaktualkan dan mempraktekkan ilmu yang mereka dapat dalam kehidupannya sehari-hari sebagai orang muda sesuai dengan situasi yang mereka hadapi. Pendampingan juga mampu mengantar kaum remaja ambil bagian dalam kehidupan sosial, di mana pun mereka berada.


(40)

B.Gambaran Umum Kaum Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescere yang berarti "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa". Dalam perkembangan yang lebih lanjut, istilah adolescence sebenarnya memiliki arti yang cukup luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1990:206). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1990:206), yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah di tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Menurut Santrock (2007: 20-21) masa remaja (adolescence) sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Sarlito Wirawan Sarwono (2012: 12), mengutip World Health Organization

(WHO) mendefinisikan remaja adalah suatu masa di mana:

a) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli di atas, maka dapat dikatakan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada


(41)

pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Pada dasarnya setiap usia mempunyai ciri-ciri baik usia anak-anak, remaja, dewasa, dan usia tua. Adapun ciri-ciri masa remaja menurut ahli psikologi remaja Hurlock (1980), antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perubahan-perubahan yang dialami remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya (Hurlock 1980:207)

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada periode ini perkembangan masa tidak kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya (Hurlock 1980: 207)

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan remaja akan tetap merasa


(42)

ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, berubahnya nilai-nilai, apa yang di masa anak-anak dianggap penting sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Keempat, sebagaian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka menginginkan perubahan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya (Hurlock 1980: 207).

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru (Hurlock 1980: 208).

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk mobil, pakaian, pemilihan barang-barang yang mudah terlihat. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri agar dipandang sebagai individu. Pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya (Hurlock 1980: 208).

f. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Seperti disampaikan oleh Majeres yang dikutip oleh Hurlock dalam psikologi perkembangan (1990: 208), disebutkan bahwa "banyak anggapan


(43)

populer tentang remaja mempunyai arti yang bernilai dan sayangnya, banyak yang bersikap negatif". Ini gambaran bahwa usia remaja merupakan usia yang membawa kekhawatiran dan ketakutan para orang tua. Stereotip ini mempengaruhi konsep diri dan memberikan dampak pada pendalaman pribadi dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.

g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja (Hurlock 1980: 209).

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Makin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stroetip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu dengan minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock 1980: 209).

Adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal


(44)

ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik dan penuh tanggung jawab.

3. Minat-minat Remaja

Pada masa remaja terdapat minat-minat pada bidang kegiatan tertentu yang sangat beragam. Hal ini tergantung pada jenis kelamin, kecerdasan, lingkungan tempat tinggal mereka, kesempatan yang dimiliki untuk mengembangkan minat. Minat remaja dipengaruhi oleh minat teman sebayanya, status dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarganya dan beberapa faktor lainnya. Menurut Hurlock (1980: 217-222), minat-minat remaja dapat dikategorikan menjadi :

a. Minat rekreasi

Pada masa ini sudah muncul minat rekreasi seperti halnya orang dewasa. Banyaknya kegiatan dan tuntutan baik di sekolah maupun di rumah dirasakan penting memiliki sarana rekreasi bagi remaja, Misalnya: permainan dan olah raga, santai, bepergian, hobi, menari, membaca, film, radio, televisi dan melamun. b. Minat sosial

Perkembangan minat sosial tergantung pada kesempatan yang dimiliki remaja untuk mengembangkan minat ini dan sebagian tergantung seberapa populer dia di dalam kelompok sebayanya. Seorang remaja yang status sosioekonomis keluarganya rendah, misalnya mempunyai sedikit kesempatan untuk mengembangkan minat pada pesta dibandingkan dengan remaja dengan latar belakang keluarga yang lebih baik.


(45)

c. Minat pribadi

Minat pada dirinya sendiri merupakan minat terkuat pada masa remaja. Hal ini disebabkan karena mereka menyadari bahwa dukungan sosial sangat besar dipengaruhi oleh penampilan umum mereka, misalnya : penampilan, pakaian, prestasi, kemandirian, dan uang yang merupakan simbol status.

d. Minat terhadap pendidikan

Pada umumnya remaja memberikan kritik atas sekolah secara umum dan mengenai larangan, pekerjaan rumah, kursus-kursus wajib, makanan di kantin dan cara pengelolaan sekolah. Mereka bersikap kritis terhadap guru dan cara mereka mengajar. Pada remaja akhir sikap terhadap pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh minat pekerjaannya.

e. Minat terhadap pekerjaan

Pada masa ini baik remaja laki-laki maupun perempuan mulai memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh. Anak laki-laki lebih perhatian terhadap pekerjaan di masa depan dibanding anak perempuan. Anak laki-laki lebih menginginkan pekerjaan yang mewah, menarik dan menggairahkan memiliki gengsi yang tinggi. Anak perempuan pada umumnya lebih memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang tidak banyak menuntut waktu. Dalam memilih pekerjaan, anak perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti mengajar dan merawat.

f. Minat pada agama

Menurut Wagner sebagaimana dikutip Hurlock (1980: 222), remaja meminati untuk mendalami agama karena kebutuhan emosional dan intelektual.


(46)

Remaja menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri. Menurut Hurlock (1980: 222), perkembangan minat remaja pada agama adalah sebagai berikut: Tahap kesadaran religius; remaja membandingkan keyakinannya dengan keyakinan teman-teman, atau menganalisis keyakinannya secara kritis sesuai dengan meningkatnya pengetahuan mereka. Tahap keraguan religius; pada saat yang sama, remaja mengalami keragu-raguan akan kebenaran-kebenaran agama karena sifat-sifat kritis dan karena pesatnya perkembangan intelektualitas mereka. Tahap rekonstruksi agama; jika dibina dan diarahkan secara baik, remaja akan bisa membangun imannya.

g. Minat dalam simbol status

Simbol status merupakan simbol prestise yang menunjukan bahwa orang memilkinya lebih tinggi atau lebih mempunyai status yang lebih tinggi dalam kelompok. Pada masa remaja simbol status memiliki empat fungsi penting yaitu : mengatakan pada orang lain bahwa mereka memiliki status sosio ekonomi yang lebih tinggi dari yang lain, remaja yang superior dinilai memiliki prestasi oleh kelompoknya, remaja diterima oleh kelompoknya karena kesamaan tampilan dan tindakan, dan remaja memiliki status yang mendekati dewasa di dalam masyarakat.

4. Perkembangan Remaja a. Perkembangan Fisik Remaja

Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada


(47)

sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Di antara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2012: 62). b Perkembangan Mental Remaja

Perkembangan mental nampak pada gejala-gejala perubahan intelektual dalam cara berpikir. Dengan meninggalkan masa kanak-kanak kaum remaja meninggalkan cara berpikir sebagai kanak-kanak dan mulai berpikir sebagai orang dewasa. Remaja tidak lagi melulu berpikir konsep-konsep konkret, tetapi dengan konsep-konsep lebih abstrak (Mangunhardjana, 1986: 13).

Hal demikian kelihatan pada kata-kata yang mereka ucapkan dan mereka pergunakan, mereka mulai berpikir secara kritis. Dengan kecakapan berpikir kritis dan abstrak itu, kaum remaja menggali pengertian tentang diri mereka sendiri, membentuk gambaran diri, peran yang diharapkan dari mereka, panggilan dan hidup masa depan mereka.

c. Perkembangan Sosial Remaja

Santrock (2003: 24), mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam


(48)

emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Santrock (2003: 125) mengutip pendapat John Flavell menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka. Perkembangan sosial telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja.

Hubungan sosial pertama-tama masih sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis. Remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara melalui interaksi dengan teman sebaya. Menurut Santrock, teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Sedangkan hubungan dengan orang tua, Santrock (2003: 42) mengutip pendapat Collins mengemukakan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua.

d. Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi remaja nampak pada semangat yang meletup-letup, perpindahan gejolak hati yang cepat, munculnya sikap masa bodoh, keras kepala dan tidak jarang tingkah laku yang hingar-bingar (Mangunhardjana, 1986: 13). Menurut Rosenblum & Lewis sebagaimana yang dikutip Santrock (2007: 201), remaja memiliki suasana hati yang berubah-ubah. Remaja dapat merasakan perasaan senang sedih, marah, dan takut dalam waktu yang cepat. Pengaruh


(49)

perubahan hormon dan lingkungan di sekitar mempengaruhi kondisi emosional pada remaja. Sedangkan menurut Hurlock (1990: 212) “secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar”. Senada dengan pendapat Hall yang dikutip Santrock (2007: 201), sudah sejak lama masa remaja dinyatakan sebagai masa badai emosional.

Berdasarkan pemaparan para ahli, dapat dikatakan masa perkembangan remaja ialah masa di mana individu sedang mengalami perkembangan emosi yang memuncak. Artinya sangat mudah untuk berubah-ubah, mudah meledak. Keadaan ini berlangsung lebih sering sebagai akibat dari perubahan dan pertumbuhan fisik. e. Perkembangan Moral

Menurut Gibss, Walker dan Pitts sebagaimana yang dikutip Santrock, (2007: 301), mengemukakan perkembangan moral (moral development) melibatkan pemikiran, perilaku dan perasaan dalam mempertimbangkan mengenai benar salah. Patokan mana yang dipegang orang untuk menentukan mana yang baik dan benar serta mana yang tidak baik dan tidak benar berbeda-beda (Mangunhardjana, 1986: 15).

Berdasarkan rumusan di atas dapat dikatakan bahwa perkembangan moral merupakan suatu yang berkaitan dengan aturan mengenai apa yang harus dilakukan manusia dalam berinteraksi dengan orang lain. Pengalaman berinteraksi dengan orang lain menjadi pemicu dalam memahami prilaku mana yang baik dikerjakan dan yang tidak baik dikerjakan.


(50)

f. Perkembangan Iman Remaja menurut James Fowler.

Fowler mengatakan: iman menyangkut upaya mental untuk ”menciptakan, memelihara, dan mentransformasikan arti”. Iman yang menolong seseorang untuk mengambil posisi dan menentukan sikap dalam menghadapi suatu permasalahan. Manusia adalah mahkluk yang terbatas. Kesadaran akan kondisi-kondisi yang terbatas tersebut pun dapat dilihat melalui kacamata iman. James Fowler (Santrock, 2007: 330) mengatakan bahwa perkembangan religius berfokus pada motivasi untuk menemukan makna hidup, baik di dalam maupun di luar konteks agama. Fowler (Santrock, 2007: 330-331) mengajukan enam tahap perkembangan religius yang berkaitan dengan teori perkembangan Erikson, Piaget dan Kohlber : 1. Tahap 1. Iman Intuitif-proyektif atau intuitive-projective faith (masa kanak-

kanak awal).

Setelah bayi belajar mempercayai pengasuhnya (perumusan Erikson) mereka menemukan gambaran intuitifnya sendiri mengenai apa yang baik dan jahat. Ketika anak-anak mulai memasuki tahap praoperasional seperti dalam teori Piaget, dunia kognitif mereka mulai terbuka terhadap berbagai kemungkinan baru. Benar dan salah dilihat menurut konsekuensi bagi dirinya sendiri. Anak-anak mulai percaya akan adanya malaikat dan hal-hal gaib. Tahap ini pada usia 3-7 tahun.

2. Tahap 2. Iman mistis-literal atau mythical-literal (masa kanak-kanak pertengahan dan akhir)

Ketika anak-anak mulai memasuki tahap operasional konkret menurut Piaget, mereka mulai bernalar secara lebih logis,konkret namun tidak abstrak.


(51)

Mereka memandang dunia secara lebih teratur. Anak-anak usia sekolah mengintepretasikan kisah-kisah religius secara literalis, dan pandangan mereka mengenai orang tua yang memberikan hadiah untuk kebaikan yang dilakukan dan memberikan hukuman untuk keburukan yang dilakukan. Tahap ini pada usia 7-12 tahun.

3. Tahap 3. Iman sintesis-konvensional atau synthetic-conventional faith (transisi antara masa kanak-kanak dan remaja, remaja awal).

Pada tahap ini remaja mulai mengembangkan pemikiran operasional formal dan mulai mengintegrasikan hal-hal yang pernah dipelajari mengenai agama ke dalam suatu sistem keyakinan yang koheren. Fowler mengatakan meskipun iman sintesis konvensional lebih abstrak dibandingkan dua tahap sebelumnya, remaja muda masih cenderung patuh terhadap keyakinan religius orang lain sebagaimana dinyatakan dalam tahap moralitas konvensional menurut Kohlber dan belum mampu menganalisis ideologi alternatif secara memadai. Benar salahnya perilaku seseorang ditinjau menurut apakah perilaku itu membahayakan relasi atau mengenai apa yang akan dikatakan orang lain. Iman remaja seringkali membentuk sebuah relasi pribadi dengan Tuhan. Tuhan dipandang sebagai sosok yang hadir untukku. Tahap ini pada usia 12-20 tahun. 4. Tahap 4. Iman individuatif-reflektif atau individuative-reflective faith (transisi

masa remaja dan masa dewasa, dewasa awal).

Fowler mengatakan bahwa ditahap ini untuk pertama kalinya individu mampu sepenuhnya bertanggung jawab terhadap kondisi religiusnya. Tahap ini seringkali didahului oleh pengalaman di mana orang muda mulai bertanggung


(52)

jawab akan kehidupannya sendiri dan mereka harus memperluas usahanya untuk mengikuti rangkaian kehidupan tertentu. Pemikiran dan intelektual operasional formal yang menantang nilai-nilai dan ideologi religius individu yang sering kali muncul di lingkungan sekolah atau kampus merupakan hal yang penting untuk mengembangkan iman individuatif-reflektif. Pada tahap ini usia 20-35 tahun. 5. Tahap 5. Iman konjungtif atau conjunctive faith (masa dewasa pertengahan).

Menurut Fowler, jumlah orang dewasa yang memasuki tahap ini hanya sedikit. Tahap ini lebih terbuka terhadap paradoks dan mengandung berbagai sudut pandang yang saling bertolak belakang. Keterbukaan ini beranjak dari kesadaran seseorang mengenai keterbatasan mereka. Pada tahap ini usia 35- 45 tahun.

6. Tahap 6. Iman universal atau universal faith (masa dewasa pertengahan atau dewasa akhir).

Fowler mengatakan, tahap tertinggi dari perkembangan religious yang melibatkan transendensi dari system keyakinan tertentu untuk mencapai penghayatan kesatuan dengan semua keberadaan dan komitmen untuk mengatasi berbagai rintangan yang memecah belah kesatuan dengan orang lain. Fowler menganggap hanya sangat sedikit orang yang bisa mencapai tahap perkembangan religius yang tertinggi ini. Tiga orang yang menurut Fowler bisa mencapai tahap ini adalah Mahatma Gandhi, Bunda Theresa dan Martin Luther King.

Berdasarkan keterangan di atas, posisi remaja pada tahap sintesis – konvensional (Usia 12-20 tahun). Pada tahap ini muncullah berbagai macam


(53)

kemampuan kognitif yang mendorong remaja untuk kembali meninjau pandangannya. Gaya kognitif memungkinkan terjadinya suatu cara interaksi baru. Akibatnya, ego harus berhadapan dengan aneka ragam bayangan diri yang kadang-kadang sangat bertentangan satu sama lain. Hal ini yang membingungkan remaja dan menimbulkan pertanyaan dalam hati individu tentang siapakah dirinya. Pertanyaan mengenai jati diri mulai menghantui pikiran sehingga perlu mengintegrasikan berbagai macam bayangan diri serta menjadikannya satu kesatuan indentitas diri yang dapat berfungsi dengan baik.

5. Lingkungan Hidup Remaja

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2012: 138-159), ada tiga lingkungan yang sangat bepengaruh dalam hidup remaja dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan primer setiap individu, sejak dia lahir sampai datang masanya ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. Karena itu sebelum ia mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan kepribadiannya. Jika orang tua menanamkan


(54)

nilai-nilai dan norma-norma yang positif, maka anaknya berkembang secara positif, sebaliknya jika orang tua menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang negatif, maka anak juga menyerap hal-hal yang negatif.

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah adalah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah lingkungan sekolahnya. Sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dalam keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat di samping mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya. Teman serta guru menjadi orang yang sangat penting baginya, karena di situlah individu menemukan nilai-nilai dan norma baru.

Bagi remaja sekolah lebih berpengaruh dari pada keluarga, sebab sekolah mempunyai lebih banyak cara pendekatan, dan lebih obyektif dalam menilai remaja. Guru adalah orang yang penting baginya, karenadi situlah individu bertemu dengan pemikiran-pemikiran dan nili-nilai baru yang dengan sengaja dihadapkan kepadanya. Kehidupan di sekolah memungkinkan timbulnya persabatan-pesahabatan. Salah satu segi dari perkembangan ialah perkembangan minat. Minat sebagai suatu hasil pengalaman yang tumbuh dalam individu dan dianggapnya bernilai merupakan kekuatan yang mendorong idividu untuk berbuat sesuatu. Dengan bertambahnya pengetahuan mereka dapat timbul minat-minat yang baru pula.


(55)

c. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat sebagai lingkungan tertier (ketiga) adalah lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Terutama dengan maju pesatnya teknologi komunikasi massa maka hampir-hampir tidak ada batas-batas geografis, etnis, politis, maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Istilah, gaya hidup, nilai dan perilaku yang dimasyarakatkan melalui media massa ini, pada gilirannya remaja akan dihadapkan kepada berbagai pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan batin di dalam remaja itu sendiri. Pertentangan batin itu bisa berupa ”konflik” (menurut istilah Kurt Lewin) yang ada beberapa macam jenisnya (Sarlito Wirawan Sarwono, 1986: 144), yaitu :

Konflik mendekat-mendekat: dimana ada dua hal yang sama kuat nilai positifnya, tapi saling bertentangan. Misalnya seorang remaja sudah berjanji kepada kawan-kawannya untuk ikut berkemah (hal positif pertama), tetapi ia tidak mau membantah orangtuanya yang masih disegani (hal positif kedua).

Konflik menjauh-menjauh: dimana ada dua hal yang harus dihindari akan tetapi tidak mungkin keduanya dihindari sekaligus. Misalnya seorang remaja tahu bahwa teman-temanya banyak yang nakal bahkan menjurus pada kejahatan (hal negatif pertama). Ia ingin menyingkir dari kelompok itu, tetapi ia tidak berpaling kepada orang tuanya karena ia sudah jenuh, bosan, dan marah kepada orang tuanya (hal negatif kedua).


(56)

Konflik mendekat-menjauh: yaitu jika suatu hal tertentu sekaligus mengandung nilai posistif dan negatif. Misalnya seorang remaja diajak untuk menonton film cabul di rumah seorang kawannya. Ia sangat ingin menonton film itu karena keingintahuannya (nilai positif), tetapi ia pun tahu bahwa film itu tidak boleh dilihatnya (hal negatif).

6. Problem Remaja

Sesuatu disebut problematik apabila menyimpang dari yang seharusnya. Problem dapat disebabkan oleh tidak terpenuhnya dambaan dalam remaja, juga disebabkan oleh perbenturan dengan otoritas di luar dirinya yang cendrung mengaturnya seperti: keluarga, sekolah, masyarakat (Tangdilintin, 1984: 24). Adapun problematik kaum muda/remaja menurut Tangdilintin (1984: 24- 42), sebagai berikut:

a. Problem dalam Keluarga

Dalam hubungan keluarga remaja sering mengalami perbedaan pandangan dan pengertian dengan orang tua mengenai paham akan nilai dan moral. Para remaja mengganggap orang tua berpedomaan pada nilai tempo dulu, sementara remaja cenderung mengikuti perkembangan zaman kini dan melihat ke depan (future oriented). Orang tua di anggap kurang memberikan perhatian dan pengertian yang dibutuhkan oleh remaja. Orang tua yang broken home membuat kewibawaan menurun, posisi anak dalam keluarga (bungsu, sulung). Semua itu membuat remaja merasa kurang damai, kurang aman, tidak krasan tinggal di rumah sehingga mereka tidak berkembang secara penuh.


(57)

b. Problem dalam Masyarakat

Pada masyarakat transisi, remaja mengalami permasalahan dengan tuntutan aturan main yang terlalu ketat, keseragaman perilaku yang distandarkan

pengaruh budaya hidup materialisme, hedonisme dan konsumerisme. Permas alahan tersebut membawa dampak bagi remaja seperti; frustasi, apatis dan merasa

tidak aman dalam masyarakat transisi. c. Problem dalam Gereja

Gereja yang sedang mencari identitas baru, dalam masa transisi dari gereja skaramen kepada Gereja umat Allah. Kadar kesadaran akan kewargaan dalam pola Gereja umat Allah masih rendah untuk Gereja berdikari; belum jelasnya konsep inkulturasi iman sikap tak mau berubah dari umat, kemerosotan kesadaran akan perbuatan dosa dan upaya untuk bertobat dalam hubungan dengan nilai-nilai moral. Situasi gereja yang demikian membuat remaja belum mendapat perhatian atau kurang diperhitungkan sehingga mereka merasa terasing, merasa tidak diterima dan kurang dihargai. Maka remaja menggaggap gereja adalah urusan orang tua karena mereka kurang kerasan.

d. Problem dalam Diri Sendiri

Dinamika hidup kaum remaja sulit diduga. Di satu saat remaja kelihatan begitu ceria saat lain begitu sedih, loyo. Satu saat menampikan diri beda dari temannya, saat lain justru meniru-niru orang yang dianggap „nyentrik‟. Mereka sibuk mencari tokoh idola, biasanya di kalangan bintang film, pemusik/penyanyi tenar, olahragawan/olahragawati. Permasalahan dalam diri remaja umumnya berpangkal dari dirinya sendiri yang masih serba labil dan terbuka terhadap pengaruh luar mengenai seksualitas, aktualisasi diri, ingin bebas dari kekangan


(58)

orang tua, kurang menyadari potensi diri, rendah diri. Akibatnya para remaja menjadi kurang percaya diri, bingung dan mengalami ketidakpastian dan kesuraman masa depan.

C. Pendampingan Iman Remaja

1. Pengertian Pendampingan Iman Remaja

Pendampingan iman remaja merupakan suatu pelayanan yang berkaitan dengan kehidupan iman remaja. Pelayanan tersebut sebagai suatu usaha untuk membantu kaum remaja supaya bertumbuh dan berkembang dalam menghidupi imannya (Tangdilintin, 1984: 13). Iman berarti mengandalkan diri pada Tuhan, merasa teguh, kuat kokoh tak tergoncangkan pada Tuhan sebagai andalan hidup (Hardjana, 1993: 57). Supaya orang dapat beriman, manusia memerlukan rahmat Allah untuk semakin yakin akan imannya dan menjawab ”ya” atas wahyu Allah dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah (DV, art. 5). Pendampingan iman remaja merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu remaja memperkembangkan dirinya ke arah yang lebih yang baik. Paus Fransiskus dalam seruan Apostolik, Evangeli Gaudium, mengatakan bahwa pendampingan rohani hendaknya membimbing orang lain semakin lebih dekat kepada Allah yang di dalam-Nya kita mencapai kebebasan sejati (EG, art. 17).

Berdasarkan seruan tersebut, pendampingan iman remaja dapat diartikan usaha untuk membantu dan mendampingi remaja agar semakin bertumbuh dan berkembang menjadi dewasa dan beriman serta semakin mendekatkan diri kepada Allah sang sumber kebebasan sejati. Melalui pendampingan iman para remaja


(59)

menjalani proses belajar mengenal hal-hal yang baru, dapat memperkembangkan imannya lebih mendalam. Maka dengan demikian remaja dapat mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kemampuan, cara dan situasi yang mereka hadapi.

2 . Ciri Pendampingan Iman Kaum Remaja

Charles M. Shelton (1988: 46-80), mengemukakan empat ciri pembinaan kaum muda. Keempat ciri tersebut yaitu: berpusat pada Allah, lingkup pergaulan, fungsional dalam pendekatan dan orientasi ke masa depan.

Pertama, berpusat pada Allah. Ciri ini mengajak dan membangun kesadaran kaum remaja akan kehadiran Allah dalam hidupnya. Allahlah yang setia membimbing, mendampingi dan memimpin mereka dalam seluruh langkah perjalanan dan perjuangan hidup mereka sehari-hari. Sehingga dengan demikian hidup mereka berpusat pada kasih dan kebaikkan Allah.

Kedua, lingkup pergaulan. Pendampingan iman harus mampu membawa kaum remaja sampai pada proses pembentukan hubungan pribadi dengan Allah. Pendampingan iman mengarah pada kesadaran kaum remaja akan relasinya dengan Allah. Relasi tersebut mempengaruhi hubungannya dengan keluarga, teman, sahabat serta orang- orang di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari seperti: saling mencintai, menghormati, menghargai dengan penuh ketulusan hati. Ketiga, fungsional dalam pendekatan. Ciri ini lebih menekankan kemampuan kaum muda menyesuaikan diri dalam memasuki dunia orang dewasa. Pada masa remaja merekadisibukkan dengan pertumbuhan fisik, setelah masa itu


(60)

berakhir mereka mulai mencari makna hidup. Pada masa ini pendampingan sangat dibutuhkan guna membantu kaum remaja merefleksikan pengalaman, tujuan, peran untuk menghadapi dan memecahkan persoalan dengan menyadari kehadiran Tuhan dalam hidupnya sehari- hari.

Keempat orientasi ke masa depan. Kaum muda atau kaum remaja dirangsang untuk memikirkan tempat dan perannya di masa depan. Maka kaum remaja merefleksikan panggilan hidupnya dengan memperhatikan berbagaimacam pilihan di masa mendatang. Keempat ciri pembinaan tersebutsungguh membantu kaum remaja untuk bertumbuh dan berkembang menjadi manusia yang utuh, dewasa dan beriman.

3. Tujuan Pendampingan Iman Remaja

Pendampingan iman merupakan usaha pendampingan dan pendalaman untuk meningkatkan mutu hidup beriman kaum remaja. Tujuan pendampingan iman membantu kaum remaja untuk menemukan diri, mengembangkan kemampuan mereka sehingga dapat menempatkan diri sebagai manusia beriman yang dijiwai oleh semangat Kristus (Tangdilintin, 1984: 49). Tujuan dapat tercapai apabila pendampingan iman remaja di asrama sesuai dengan situasi remaja. Dengan demikian, suasana hidup beriman membantu dan mendukung tumbuh kembangnya iman kaum remaja.

Proses tumbuh kembangnya hidup beriman ini menyiratkan bagaimana remaja berkembang secara utuh, baik secara kognitif, afektif, maupun perilaku dan kehendaknya dalam menghayati apa yang diimaninya. Proses pendampingan ini dapat terlaksana dengan baik apabila mempunyai kesadaran untuk saling


(1)

(12)

26 Agnes Pragata XII SMU

27 Maria Rosa Ika XII SMU

28 Yohana Dwi Hartati XI SMU

29 Priska Pradita Yunanda XI SMK

30 Emiliana Yulida XII SMU

31 Monalisa Wulandari XII SMK

32 Silvi Okta Triana XII SMU

33 Maria Yuliana XII SMU

34 Valeria Gisda Dwata XII SMU

35 Carolina Partika Sarai XII SMU

36 Ema Triandika XI SMU

37 Mega Elvi Sutami XII SMU

38 Eudoksia Fatmawati XI SMU

39 Patrisia Agustini XI SMU

40 Epi Pania XI SMU

41 Marselina Vallysiani XII SMU

42 Ratu Marthalata Lingan XII SMU

43 Valentina Minarti Agata XI SMU

44 Margaretha Yuni Anggaini XI SMU

45 Repita Iin XI SMU

46 Fransiska Febriana XI SMU

47 Emerinsiana Somi XII SMU

48 Merry Ahwati XI SMU

49 Teresia Aquila XI SMU


(2)

(13)

Lampiran 7: Jadwal Harian Asrama Dharmawati, Sintang Kalimantan Barat

Aktivitas Harian Asrama Dharmawati

04.30 – 05.00 Bangun, mandi, merapikan, tempat tidur. 05.30 – 06.00 Perayaan Ekaristi di Gereja Katedral Sintang 06.00 – 06.45 Sarapan, cuci piring, membersihkan meja makan. 07. 00- 13.30 Sekolah

13.35 Makan Siang 14.00-15.00 Istirahat siang 15.00-16.30 Belajar

16.30 – 17.30 Piket sore (membersihkan ruang tidur, ruang studi, buang sampah)

17.30– 18.45 Mandi, makan, cuci piring, membersihkan meja makan 19.00 – 21.00 Belajar

21.15 Doa Malam 22.00 Tidur Malam

Jadwal hari Minggu sedikit berbeda dengan hari lainnya 05.00 Bangun

06.00 -07.30 Perayaan Ekaristi 08.00-09-30 Perayaan Ekaristi 11.00- 16.00 Nonton TV


(3)

(14)

Lampiran 7: Bacaan dari Kitab Suci

Injil Matius 25: 14-30 (Perumpaan Tentang Talenta)

25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.

25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.

25:17 Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.

25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.

25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.

25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.

25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.


(4)

(15)

25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!

25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?

25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.

25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."


(5)

(16)

Lampiran 8: Teks Lagu Jangan Menyerah

Tak ada manusia

Yang terlahir sempurna Jangan kau sesali

Segala yang telah terjadi Kita pasti pernah

Dapatkan cobaan yang berat Seakan hidup ini

Tak ada artinya lagi Reff :

Syukuri apa yang ada Hidup adalah anugerah Tetap jalani hidup ini Melakukan yang terbaik Tak ada manusia

Yang terlahir sempurna Jangan kau sesali

Segala yang telah terjadi Syukuri apa yang ada Hidup adalah anugerah Tetap jalani hidup ini Melakukan yang terbaik

Tuhan pasti kan menunjukkan Kebesaran dan kuasanya Bagi hambanya yang sabar

Dan tak kenal putus asa Jangan menyerah(6x) Syukuri apa yang ada Hidup adalah anugerah

Tetap jalani hidup ini Melakukan yang terbaik Tuhan pasti kan menunjukkan

Kebesaran dan kuasanya Bagi hambanya yang sabar Dan tak kenal putus asa(3x)


(6)

(17)

“Bapa Engkau Baik”

Bapa Engkau sungguh baik Kasih Mu melimpah di hidup ku

Bapa ku berterima kasih

Berkat Mu hari ini yang Kau sediakan bagi ku Ku naikkan syukur ku buat hari yang Kau b’ri

Tak habis-habisnya kasih dan rahmat Mu Selalu baru dan tak pernah terlambat pertolongan Mu


Dokumen yang terkait

Usaha meningkatkan pelaksananaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP).

0 1 119

Belajar dari Kitab Ayub: menemukan makna dibalik penderitaan manusia dan aplikasinya melalui katekese pembebasan model Shared Christian Praxis (SCP).

0 4 185

Belajar dari Kitab Ayub menemukan makna dibalik penderitaan manusia dan aplikasinya melalui katekese pembebasan model Shared Christian Praxis (SCP)

0 29 183

Upaya meningkatkan pendampingan iman kaum muda di Paroki Santa Maria Mater Dolorosa, Soe, Keuskupan Agung Kupang melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 138

SKRIPSI BELAJAR DARI MAZMUR 13: MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS)

0 1 125

PENINGKATAN KESADARAN ORANG TUA AKAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA MARIA KALASAN BARAT PAROKI MARGANINGSIH KALASAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu S

0 0 146

Pendampingan iman keluarga kawin campur beda agama dalam menghayati hidup perkawinan kristiani di Paroki Santo Paulus, Palu, Sulawesi Tengah, melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 144

Katekese model SCP (Shared Christian Praxis) dalam pembinaan iman remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang Kalimantan Barat - USD Repository

0 2 161

Pembinaan iman mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral , Institut Pastoral Indonesia Malang Kelas Jauh di Nyarumkop Kalimantan Barat, melalui katekese umat model Shared Christian Praxis - USD Repository

0 0 152

PENGARUH KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI PENYELENGGARAAN ILAHI LUBUKLINGGAU, SUMATERA SELATAN SKRIPSI

1 1 168