Upaya meningkatkan dialog antar umat beriman dalam masyarakat yang plural di Stasi St. Maria Cikampek Paroki Kristus Raja Karawang Jawa Barat melalui katekese - USD Repository

UPAYA MENINGKATKAN DIALOG ANTAR UMAT BERIMAN DALAM

  

MASYARAKAT YANG PLURAL DI STASI ST. MARIA CIKAMPEK

PAROKI KRISTUS RAJA KARAWANG JAWA BARAT MELALUI KATEKESE S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Henrika Jamlean NIM: 051124041

  PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada orang tuaku yang mengajari aku akan makna hidup, sumber inspirasiku: Selestinus Jamlean dan Lambertina Fangohoy, Nenek: Walburga Fangohoy,

  Adik-adik: Welhelmus Jamlean & Viktorianus Jamlean, umat di stasi St. Maria Cikampek, Paroki Kristus Raja Karawang.

  

MOTTO

Kerjakanlah hal-hal kecil dengan cinta yang besar (Ibu Teresa).

  Tanda kemurahan hati Illahi adalah damai dalam wajah kita, dalam mata kita; damai dalam kegembiraan kita, dalam sapaan hangat kita (Ibu Teresa). Buah keheningan adalah doa. Buah doa adalah iman

  Buah iman adalah kasih. Buah kasih adalah pelayanan, Buah pelayanan adalah kedamaian (Ibu Teresa).

  

ABSTRAK

  Judul skripsi UPAYA MENINGKATKAN DIALOG ANTAR UMAT

BERIMAN DALAM MASYARAKAT YANG PLURAL DI STASI ST.

  

MARIA CIKAMPEK PAROKI KRISTUS RAJA KARAWANG JAWA

BARAT MELALUI KATEKESE dipilih berdasarkan pada keprihatinan penulis

  akan situasi masyarakat saat ini di mana sangat rentan terjadi konflik karena adanya pluralitas, terutama pemahaman dan keterlibatan umat stasi St. Maria Cikampek dalam dialog antar umat beriman. Kenyataan menunjukkan bahwa keanekaragaman suku, agama, dan budaya di Cikampek sering menimbulkan ketegangan dan silang pendapat. Adanya pemahaman umat yang keliru tentang hakikat dialog antar umat beriman membuat mereka tidak ingin bergaul dengan orang lain yang berbeda suku, agama, dan budayanya. Umat masih memahami dialog antar umat beriman sebagai debat teologis sehingga menurut mereka yang berhak untuk ikut ambil bagian dalam dialog adalah orang-orang yang berkompeten soal agama seperti para pemuka agama. Bertitik tolak pada kenyataan ini, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan pemahaman dan keterlibatan umat stasi St. Maria Cikampek, Paroki Kristus Raja Karawang dalam dialog antar umat beriman melalui katekese.

  Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui pemahaman dan keterlibatan umat dalam dialog antar umat beriman di stasi St. Maria Cikampek dan katekese macam apa yang dapat membantu umat dalam memahami dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam dialog antar umat beriman. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu wawancara terhadap umat di stasi St. Maria Cikampek, Paroki Kristus Raja Karawang telah dilakukan. Di samping itu, studi pustaka juga diperlukan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran untuk direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi umat.

  Hasil akhir menunjukkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan oleh umat stasi St. Maria Cikampek, Paroki Kristus Raja Karawang untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka dalam dialog antar umat beriman adalah dengan katekese model Shared Christian Praxis. Dialog antar umat beriman yang dimaksud adalah suatu gerakan atau aksi bersama untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup bersama. Katekese model

  

Shared Christian Praxis merupakan suatu model katekese yang bersifat dialogis

  partisipatif yang berdasar pada pengalaman hidup umat sebagai peserta sehingga melibatkan umat secara aktif dalam proses katekese. Oleh karena itu, umat perlu mengikuti katekese dengan model ini. Untuk keperluan itu penulis menawarkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis, sekaligus dengan penjabarannya.

  

ABSTRACT

  The title of this thesis is EFFORTS TO INCREASE THE INTERFAITH DIALOGUE IN PLURAL SOCIETY IN THE ST. MARY STATION OF CIKAMPEK IN THE CHRIST THE KING PARISH OF KARAWANG IN WEST JAVA THROUGH CATECHESIS. It is chosen based on the author’s concern on the recent situation, which is vulnerable for conflict caused by plurality especially the understanding and the involvement of people of St. Mary Station of Cikampek in interfaith dialogue among the faithful. The fact indicates that the diversity of tribes, religion, and culture in Cikampek often creates tension and discord. The existence of a false understanding of people about the nature of dialogue between the faithful makes them not want to associate with others of different ethnicity, religion, and culture. The people still understand the dialogue between the faithful as a theological debate, so they who are entitled to take part in the dialogue are people who are competent about religion such as religious leaders. Starting from this fact, the thesis is intended to help people of St. Mary station of Cikampek of Christ the King Parish of Karawang increasing their understanding and involvement in interfaith dialogue through the catechesis.

  The key issue of this thesis is to know the understanding and the involvement of people in the interfaith dialogue in the St. Mary Station of Cikampek and what kind of catechesis can assist people in understanding and increasing their involvement in the interfaith dialogue. To study this problem requires accurate data. Therefore, interviews with people in the St. Maria Station of Cikampek of Christ the King Parish of Karawang should be done. In addition, the literature study is also required to obtain ideas for reflection as a contribution for the people.

  The final result shows that a way that can be done by people of St. Mary Station of Cikampek of Christ the King Parish of Karawang to enhance their understanding and involvement in interfaith dialogue is by doing some catechetical program with Shared Christian Praxis model. The dialogue among believers is a movement or communal action to realize the values of the Kingdom of God in the daily life. Shared Christian Praxis is a dialogical participatory model of catechesis based on life experience of people as participants so that people actively engage in the process of the catechesis. Therefore, people need to follow this model catechesis. For this purpose, the author offers a catechetical programs of Shared Christian Praxis model.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas rahmat cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN DIALOG ANTAR UMAT BERIMAN

DALAM MASYARAKAT YANG PLURAL DI STASI ST. MARIA CIKAMPEK PAROKI KRISTUS RAJA KARAWANG JAWA BARAT MELALUI KATEKESE.

  Skripsi ini diilhami oleh hasil refleksi penulis saat pelaksanaan Karya Bakti Paroki di stasi St. Maria Cikampek, terutama atas pemahaman dan keterlibatan umat stasi St. Maria Cikampek dalam dialog antar umat beriman.

  Pemahaman umat stasi St. Maria Cikampek akan dialog antar umat beriman dari refleksi penulis menunjukkan masih hanya sebatas dialog pengetahuan atau seminar tentang agama saja. Dalam kehidupan bersama baik dalam masyarakat maupun dalam hidup dengan umat yang seiman, kadang pluralitas menjadi sumber ketegangan dan silang pendapat. Adanya pandangan yang keliru ini menyebabkan mereka memandang bahwa yang dapat terlibat di dalam dialog antar umat beriman hanyalah para pemuka agama karena mereka dipandang lebih tahu tentang ajaran- ajaran agama. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan pemahaman dan keterlibatan umat stasi St. Maria Cikampek dalam dialog antar umat beriman. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.

  Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis diteguhkan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji II yang telah memberikan motivasi pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  3. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum. selaku dosen penguji III yang telah bersedia membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi penulis dalam mempertanggung-jawabkan skripsi ini.

  4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

  5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  6. Pastor Agustinus Made, OSC selaku Pastor Paroki Kristus Raja Karawang yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di stasi St.

  Maria Cikampek.

  7. Bapak Teddy Haryono selaku ketua stasi, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di stasi St. Maria Cikampek.

  8. Bapak Hariyadi sekeluarga yang telah bersedia memberikan seluruh waktu dan perhatiannya bagi penulis selama penelitian. Terima kasih atas kerjasama, dukungan, saran dan cintanya yang begitu luar biasa bagi penulis selama melaksanakan penelitian di stasi St. Maria Cikampek.

  9. Para ketua lingkungan di stasi St. Maria Cikampek yang telah menerima penulis di lingkungan dan mendukung pelaksanaan penelitian. Terima kasih atas kerjasama dan bantuannya selama ini.

  10. Bapak Yohanes sekeluarga, keluarga Bapak F.X. Songo Triyanto, dan keluarga Bapak Mulyadi yang telah memberikan semangat dan dukungan, masukan dan informasi kepada penulis demi kelengkapan skripsi ini. Terima kasih atas cinta yang begitu luar biasa yang meneguhkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

  11. Veronica Dwi Lestari dan Mas Agus Murjoko yang telah mengorbankan waktu dan tenaga membantu penulis dalam pengumpulan data skripsi ini.

  12. Umat di stasi Cikampek yang telah menerima penulis dengan penuh cinta.

  Terima kasih atas segalanya, kebersamaan dengan umat di stasi ini sungguh sangat memperkembangkan saya.

  13. Bapak, mama, nenek, adik-adik, dan semua keluarga yang memberikan semangat dan dukungan moral, material, dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

  14. Lisnawati br Pinem, Sr. Katarina Da Duka, FSE, Sr. Natalia Situmorang, KYM, Lie Ce Hong, Maria Anastasia Rao, Odete Soares Maia, Magdalena Mada Hede, Fr. Donatus Naikofi, CMM, Agustina Eri Susanti, Christina Desi Priandari, Almatia Nuri Kristanti, Cyriaka Putik Nandra, dan Kristina yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis selama belajar hingga penyelesaian skripsi ini.

  15. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2005/2006 yang turut berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis untuk menjadi seorang pewarta di tengah zaman yang penuh tantangan ini.

  16. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis membawa berkah dan rahmat.

  Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai dan memberi apresiasi bagi siapapun yang memberi masukan demi perbaikan skripsi ini dan pengembangan diri penulis selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Yogyakarta, 11 September 2009 Penulis

  Henrika Jamlean

   

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................ vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................

  1 A. Latar Belakang ..................................................................................

  1 B. Rumusan Permasalahan .....................................................................

  7 C. Tujuan Penulisan ...............................................................................

  7 D. Manfaat Penulisan .............................................................................

  8 E. Metode Penulisan ...............................................................................

  8 F. Sistematika Penulisan ........................................................................

  8 BAB II. DIALOG UMAT BERIMAN DALAM GEREJA KATOLIK .........

  10 A. Hakikat Dialog dalam Tugas Perutusan Gereja ................................ 10

  1. Dialog sebagai Wujud Kesaksian dan Tugas Perutusan Gereja ........................................................................................... 11

  2. Dialog sebagai Misi Penginjilan Gereja ....................................... 11

  3. Dialog sebagai Usaha Mewujudkan kerajaan Allah ..................... 12

  B. Pengertian Dialog Antar Umat Beriman ........................................... 12

  C. Tujuan Dialog Antar Umat Beriman ................................................. 16

  D. Subyek Dialog Antar Umat Beriman ................................................ 18

  E. Hambatan-hambatan dalam Dialog Antar Umat Beriman ................. 20

  F. Syarat-syarat Dialog Antar Umat Beriman ........................................ 22

  1. Adanya Rasa Cinta ........................................................................ 22

  2. Kerendahan Hati ............................................................................ 23

  3. Kepercayaan .................................................................................. 24

  4. Harapan .......................................................................................... 25

  5. Melibatkan Pemikiran Kritis ......................................................... 25

  G. Elemen-elemen yang Harus Ada dalam Dialog Antar Umat Beriman ......................................................................... 26

  1. Perbedaan ...................................................................................... 26

  2. Keyakinan ..................................................................................... 27

  3. Kesaksian pada Partner Dialog tentang Keyakinan dan Pengalaman Religius Kita ............................................................ 28

  4. Keterbukaan Hati untuk Mendengarkan dan Belajar dari Pengalaman dan Keyakinan Partner Dialog ................................. 29

  H. Bentuk-bentuk Dialog ....................................................................... 30

  1. Dialog Kehidupan .......................................................................... 30

  2. Dialog Karya .................................................................................. 31

  3. Dialog Pandangan Teologis ........................................................... 32

  4. Dialog Pengalaman Keagamaan/Spiritual ..................................... 32

  I. Perkembangan Dialog Antar Umat Beriman dalam Gereja Katolik Sampai Saat Ini ................................................................................. 33

  BAB III. PEMAHAMAN UMAT AKAN DIALOG ANTAR UMAT BERIMAN DAN PELAKSANAANNYA DI STASI ST. MARIA CIKAMPEK PAROKI KRISTUS RAJA KARAWANG ................ 38 A. Gambaran Stasi St. Maria Cikampek ................................................ 38

  1. Latar Belakang Berdirinya Stasi St. Maria Cikampek .................. 38

  2. Jumlah dan Perkembangan Umat Stasi St. Maria Cikampek ........ 40

  a. Lingkungan A. Yani ................................................................... 41

  b. Lingkungan Pegadungan ............................................................ 42

  c. Lingkungan Pondok Melati ........................................................ 42

  d. Lingkungan Permata Regency .................................................... 43

  e. Lingkungan Eka Mas .................................................................. 43

  f. Lingkungan Rawa Mas ................................................................ 43

  B. Penelitian tentang Pemahaman dan Keterlibatan Umat Stasi St. Maria Cikampek dalam Dialog Antar Umat Beriman ................. 44

  1. Latar Belakang ............................................................................... 44

  2. Rumusan Permasalahan ................................................................. 47

  3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 47

  4. Metodologi Penelitian .................................................................... 47

  a. Jenis Penelitian ......................................................................... 48

  b. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 49

  c. Responden Penelitian ............................................................... 49

  d. Variabel yang Diteliti ............................................................... 50

  e. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 50

  f. Teknik Analisis Data ................................................................ 52

  5. Laporan dan Pembahasan Hasil ..................................................... 53

  a. Responden ................................................................................. 53

  b. Pemahaman Umat akan Dialog Antar Umat Beriman dalam Masyarakat Plural ..................................................................... 55

  c. Keterlibatan Umat Stasi St. Maria Cikampek dalam Dialog Antar Umat Beriman ..................................................... 60

  d. Katekese sebagai Upaya Meningkatkan Dialog Antar Umat Beriman .................................................................................... 66

  6. Kesimpulan Hasil Penelitian ......................................................... 71

  7. Hal-hal yang Mendukung dan Menghambat Penelitian ................ 73

  BAB IV. KATEKESE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DIALOG ANTAR UMAT BERIMAN ............................................................. 75 A. Katekese dan Evangelisasi ................................................................

  76 B. Hakikat dan Tujuan Katekese yang Dialogis .................................... 77

  1. Hakikat Katekese yang Dialogis .................................................... 77

  2. Tujuan Katekese ............................................................................ 81

  C. Katekese Umat sebagai Upaya Meningkatkan Dialog Umat Beriman dalam Masyarakat Plural .......................................... 84

  1. Perkembangan Katekese Umat ...................................................... 84

  2. Keunggulan Katekese Umat .......................................................... 88

  3. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese yang Dialogis .................................................................................. 89 D. Usulan Program Katekese untuk Meningkatkan Dialog Antar

  Umat Beriman ................................................................................... 92

  1. Pemikiran Dasar ............................................................................ 92

  2. Matriks Usulan Program Katekese ................................................ 97

  3. Contoh Persiapan Program Katekese bagi Umat dengan Model Shared Christian Praxis ................................................................

  104

  BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 117 A. Kesimpulan ....................................................................................... 117 B. Saran .................................................................................................. 120 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 122 LAMPIRAN .................................................................................................... 126 Lampiran 1: Peta Stasi St. Maria Cikampek .......................................... (1) Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian ............... (2) Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Stasi ........................................................................... (4) Lampiran 4: Pedoman Pertanyaan Wawancara ..................................... (5) Lampiran 5: Hasil Wawancara .............................................................. (6)

DAFTAR SINGKATAN

  A. Daftar Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat . (Dipersembahkan

  kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  AA: Apostolicam Actuositatem , Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

  AG: Ad Gentes , Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.

  CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979. DCG: Directorium Catechisticum Generale , Direktorium Kateketik

  Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11 April 1971.

  DP: Dialogue Proclamation, Dokumen Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa dan Sekretariat untuk Dialog Antar Umat Beriman, 19 Mei 1991.

  EN: Evangelii Nuntiandi , Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975.

  GDC: General Directory for Catechesis , Pedoman Umum untuk Katekese, dikeluarkan oleh Kongregasi Suci Para Klerus, 1997.

  NA: Nostra Aetate , Deklarasi Konsili Vatikan II tentang Hubungan Gereja dengan Agama-Agama Bukan Kristen, 28 Oktober 1965.

  RM: Redemptoris Missio , Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang Amanat Misioner Gereja, 7 Desember 1990.

C. Singkatan Lain

  Art: Artikel APP: Aksi Puasa Pembangunan FABC: Federation of Asian Bishop’s Conferences HAK: Hubungan Antaragama dan Kepercayaan

  IPPAK: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KBG: Komunitas Basis Gerejani KBP: Karya Bakti Paroki KK: Kepala Keluarga KU: Katekese Umat KWI: Konferensi Waligereja Indonesia MAWI: Majelis Agung Waligereja Muspar: Musyawarah Pastoral NTT: Nusa Tenggara Timur

  OSC: Ordo Sanctae Crucis , Ordo Salib Suci PKKI: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia Prodi: Program Studi PUSKAT: Pusat Kateketik PUSPAS: Pusat Pastoral SARA: Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan SAV: Studio Audio Visual SJ: Societas Jesus , Serikat Yesus

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, penulis membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat, metode, dan sistematika penulisan skripsi. A. Latar Belakang Indonesia terdiri dari beribu pulau dengan beribu budaya. Pluralitas budaya

  ini rentan terhadap konflik. Hal ini telah menjadi kenyataan di beberapa tempat di Indonesia seperti di Sampit, Ambon, Poso, dan Timika. Padahal sejak awal kita sekolah telah diperkenalkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang berarti meskipun berbeda tetapi tetap satu. Sejak dini telah diajari bahwa kita senantiasa hidup bersama dengan orang-orang yang memiliki budaya dan agama yang berbeda.

  Pepatah “tak kenal maka tak sayang” mengarahkan kita untuk saling mengenal, agar rasa sayang tumbuh. Meskipun sudah diusahakan sejak dini, mengapa persoalan pluralitas masih saja muncul?

  Gereja Indonesia juga ditantang untuk menyikapi pluralitas walaupun dalam kenyataan umat Katolik di Indonesia merupakan minoritas. Selain pluralitas agama dalam hidup bersama umat beriman lain, umat Katolik di Indonesia seperti yang kita ketahui datang dari berbagai macam suku, budaya, dan bahasa. Adanya perbedaan latar belakang ini tentu saja mempengaruhi umat dalam menghayati hidup berimannya. Contohnya cara menghayati iman Katolik umat yang berbudaya Jawa tentu berbeda dengan orang Flores . Demikian juga penghayatan iman orang Flores khususnya pada 10 tahun terakhir ini berusaha semakin menyadari tugas perutusannya di tengah masyarakat Indonesia yang plural. Dari Sidang Agung KWI

  • – Umat 1995, yang diadakan dalam rangka merayakan pesta emas Kemerdekaan Indonesia, keluar tekad ini: Gereja Katolik Indonesia ingin menjadi Gereja yang sungguh memasyarakat dengan semboyan “100% Katolik, 100% Indonesia”.

  Stasi St. Maria Cikampek sebagai bagian dari Paroki Kristus Raja Karawang juga menghadapi permasalahan yang sama. Umat di stasi ini kebanyakan merupakan pendatang dari berbagai daerah di Indonesia seperti Flores, Jawa, Sumatera, Ambon, dan daerah-daerah lainnya. Umat yang datang dari berbagai latar belakang suku dan budaya tentu saja memiliki penghayatan hidup beriman yang berbeda satu sama lainnya. Selain itu, dalam hidup bermasyarakat umat Katolik merupakan minoritas yang hidup bersama penduduk setempat; orang Sunda yang beragama Islam. Situasi hidup yang plural ini merupakan kekayaan tetapi sekaligus menjadi tantangan dalam penghayatan hidup umat beriman.

  Dari pengalaman hidup bersama umat di stasi St. Maria Cikampek, Paroki Kristus Raja Karawang, Jawa Barat selama pelaksanaan Karya Bakti Paroki (KBP), penulis mengalami dan merasakan sendiri bagaimana pluralitas tersebut berpengaruh dalam hidup beriman di mana kadang membawa ketegangan dalam tubuh umat sendiri. Ada perkumpulan umat berdasarkan suku yang bersifat eksklusif sehingga kadang menimbulkan ketegangan dan silang pendapat. Selain itu, umat Katolik mengalami permasalahan dengan hidup doa dalam kebersamaan dengan umat beriman lain antara lain: umat belum dapat melaksanakan kegiatan doa dan latihan koor karena dilarang oleh masyarakat setempat serta ijin pendirian Gereja yang

  Situasi hidup jemaat sekarang sangat dipengaruhi oleh eksistensi agama, budaya, maupun sosial ekonomi yang plural. Untuk menyikapi adanya pluralitas dalam hidup bersama agar tidak menyebabkan konflik maka sikap yang sangat tepat untuk menyikapinya adalah dengan dialog. Namun, dialog seperti apakah yang dapat kita laksanakan? Dialog yang dimaksud dalam hal ini bukan semata-mata dalam arti komunikasi atau percakapan dalam hidup sehari-hari tetapi merupakan dialog yang mampu mendukung dan memperkembangkan iman tiap pribadi manusia. Suatu dialog yang menjadi cara hidup dalam membangun hidup bersama dalam komunitas, di mana para pelaku atau subyek dari dialog harus mampu menjadi bagian dari orang lain.

  Keprihatinan Gereja Katolik akan dialog menemukan inspirasi dasarnya dari Konsili Vatikan II. Keprihatinan akan dialog untuk tingkat Asia kemudian dikembangkan dalam sidang 180 uskup se-Asia di Manila pada bulan November 1970. Kesadaran para uskup untuk berdialog dikembangkan dalam dokumen- dokumen FABC. Menurut dokumen tersebut, ada tiga bidang dialog yang harus digeluti Gereja Asia dalam tugas perutusannya yakni dialog dengan agama-agama Asia, dialog dengan kebudayaan-kebudayaan Asia, dan dialog dengan masalah- masalah kemiskinan orang Asia.

  Dialog sendiri memiliki berbagai macam arti. Dalam Dialogue Proclamation, art. 9 membedakan dialog dalam tiga macam arti. Pertama, dalam hidup sehari-hari sebagai komunikasi timbal balik. Tujuan komunikasi ini dapat berupa sekedar saling tukar informasi atau untuk meraih kesepakatan atau menjalin persatuan. Kedua lebih berkaitan dengan tugas evangelisasi yang harus dijalankan dengan semangat dialogis. dan suka mendengarkan orang lain. Pengertian dialog yang ketiga dipahami sebagai dialog hubungan antaragama yang positif dan konstruktif. Hubungan ini dilangsungkan dalam hubungan dengan pribadi-pribadi dan umat dari agama lain, yang diarahkan untuk saling memahami dan saling memperkaya, dalam ketaatan kepada kebenaran dan hormat kepada kebebasan. Dialog yang sebenarnya dijalankan dalam lingkup kebenaran dan kebebasan. Dialog sejati tidak hanya memperjuangkan kerjasama dan sikap terbuka, melainkan juga memurnikan dan mendorong untuk menggapai kebenaran dan kehidupan, kesucian, keadilan, kasih, perdamaian, serta aneka dimensi Kerajaan Allah.

  Pada kurun waktu sesudah Konsili Vatikan II sampai tahun 1970-an, perhatian Gereja Indonesia tercurah pada usaha-usaha membangun dialog, baik dengan gereja Kristen maupun dengan agama-agama bukan Kristen. Tahun 1970- 1975 keterlibatan Gereja Katolik dalam dialog agama-agama mulai menemukan bentuknya yang makin konkret, terutama dalam kebijakan-kebijakan pastoral dan aneka pertemuan teologis. Pada tahun 1970 MAWI mengeluarkan Pedoman Kerja Umat Katolik Indonesia yang pada bab II secara khusus berbicara mengenai masalah kerjasama antaragama.

  Sampai saat ini Gereja Katolik Indonesia terus mencari jalan terbaik untuk menjalin dialog dengan kaum beriman lain (Ligoy, 1997: 131). Usaha ini dilakukan dengan senantiasa menghubungkan dialog dengan tugas perutusan Gereja untuk mewartakan kabar gembira dalam kehidupan bermasyarakat. Evangelisasi merupakan esensi panggilan dan pengutusan Gereja yang mempunyai maksud untuk melanjutkan, memperkembangkan, dan memajukan seluruh misi Gereja di tengah berkembang. Maksud dari evangelisasi disini bukan berarti mengkristenkan orang tetapi membantu umat untuk menghayati dan mewujudkan imannya secara baru.

  Arah evangelisasi baru adalah untuk meningkatkan kualitas hidup jemaat. Oleh karena itu, evangelisasi sebagai tugas perutusan Gereja perlu dilakukan dengan semangat dialogis melalui sikap hormat, penuh persahabatan, ramah, dan mau mendengarkan orang lain yang berbeda dengan kita. Tema umum APP tahun 2009 yang berlaku secara nasional “Pemberdayaan Hubungan Antar Umat Beriman” merupakan salah satu contoh keterlibatan Gereja Indonesia untuk membantu meningkatkan pemahaman dan keterlibatan umat Katolik dalam dialog dengan umat beriman lain.

  Mewartakan kabar gembira dalam kehidupan bermasyarakat merupakan panggilan bagi semua orang beriman kristiani, termasuk umat di stasi St. Maria Cikampek ini. Dalam hidup bersama yang begitu plural, umat Katolik di stasi ini dipanggil untuk dapat melaksanakan tugas pewartaannya dalam hidup bersama tersebut. Tugas ini dapat dilaksanakan melalui dialog antar umat beriman.

  Dalam pembahasan skripsi ini, penulis memilih istilah dialog antar umat beriman bukan dialog antar umat beragama. Penulis sengaja tidak menggunakan istilah dialog antar umat beragama karena dalam hidup sehari-hari teristimewa di Cikampek, istilah ini sering diartikan sebagai dialog pengetahuan, seminar, atau debat tentang permasalahan keagamaan. Hal ini tidak sesuai dengan amanat konferensi para uskup se-Asia yang menekankan bahwa dialog perlu dikembangkan dalam tiga matra, yakni dialog antar-agama, dialog antar-budaya, dan dialog dengan orang miskin dan menderita. Oleh karena itu, dialog antar umat beriman lebih dari bersama untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia. Inilah bentuk dialog yang dimaksudkan penulis dan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

  Katekese sebagai bagian utuh pastoral Gereja memiliki hubungan erat dengan evangelisasi baru. Menurut Catechesi Tradendae, art. 18, katekese merupakan salah satu momen penting dari evangelisasi. Arah utama seluruh kegiatan pastoral Gereja adalah pembangunan jemaat. Sebagai bagian pastoral Gereja, salah satu tujuan utama katekese adalah pengembangan hidup jemaat agar secara bersama-sama ikut berjuang mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia.

  Katekese sebagai pendidikan iman merupakan salah satu bentuk pewartaan Gereja yang bertujuan membantu orang beriman agar makin terlibat dalam dinamika hidup menggereja dan memasyarakat baik secara pribadi maupun kelompok (Adisusanto, 2000: 1). Katekese yang sungguh-sungguh berfungsi sebagai pewartaan dan pendidikan iman juga akan mampu melaksanakan peranannya dalam menumbuhkan kepekaan sosial. Dengan kata lain, katekese yang dilaksanakan perlu membina orang beriman, terutama kaum awam agar aktif melibatkan diri dalam persoalan-persoalan sosial, politis, ekonomi, demi perkembangan masyarakat terutama mereka yang sangat membutuhkan bantuan.

  Melihat pentingnya mewujudkan dialog antar umat beriman dalam masyarakat yang plural seperti sekarang ini, maka katekese sebagai bagian dari tugas pastoral Gereja hendaknya dapat membantu menciptakan dialog sejati yang tidak hanya memperjuangkan kerjasama dan sikap terbuka, tetapi juga memurnikan dan mendorong umat untuk menggapai kebenaran, kesucian, keadilan, kasih, perdamaian, serta aneka dimensi Kerajaan Allah. Oleh karena itu, pelaksanaan pemahaman dan keterlibatan umat dalam dialog antar umat beriman. Maka, sehubungan dengan itu penulis mengambil judul UPAYA MENINGKATKAN

DIALOG ANTAR UMAT BERIMAN DALAM MASYARAKAT YANG PLURAL DI STASI ST. MARIA CIKAMPEK PAROKI KRISTUS RAJA KARAWANG JAWA BARAT MELALUI KATEKESE.

B. Rumusan Permasalahan

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan yang diangkat dalam skripsi sebagai berikut:

1. Apa hakikat dan tujuan dialog antar umat beriman yang dilaksanakan oleh

  Gereja? 2. Bagaimana pemahaman umat stasi St. Maria Cikampek akan hakikat dialog antar umat beriman dan sejauhmana keterlibatannya?

  3. Katekese macam apa yang dapat meningkatkan dialog antar umat beriman di tengah masyarakat yang plural?

C. Tujuan Penulisan 1.

  Menjelaskan hakikat dan tujuan dialog antar umat beriman yang dilaksanakan oleh Gereja

2. Untuk menggali dan mengetahui pemahaman dan keterlibatan umat stasi St.

  Maria Cikampek dalam dialog antar umat beriman 3. Memaparkan gambaran katekese yang dapat meningkatkan dialog umat beriman dalam masyarakat plural

4. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi

  IPPAK-USD

D. Manfaat Penulisan 1.

  Menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi penulis dan pembaca mengenai dialog antar umat beriman dan katekese.

2. Untuk membantu umat di stasi St. Maria Cikampek Paroki Kristus Raja

  Karawang dalam meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka dalam dialog antar umat beriman di tengah masyarakat yang plural.

  3. Memberikan inspirasi bagi para katekis dan guru agama dalam mengembangkan program katekese yang membangun dialog sehingga umat dapat semakin termotivasi untuk terlibat dalam dialog antar umat beriman.

F. Metode Penulisan

  Pada bab I dan II skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif yang analitis melalui studi pustaka. Yang dimaksudkan dengan metode analitis deskriptif adalah suatu cara penulisan yang dilakukan dengan landasan pengalaman dan kajian teori yang disertai dengan analisis permasalahan yang akan dibahas. Untuk bab III penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dan studi pustaka. Bab IV dan V menggunakan metode deskriptif analitis, reflektif, dan interpretasi melalui studi pustaka.

G. Sistematika Penulisan

  Tulisan ini mengambil judul “Upaya Meningkatkan Dialog Antar Umat Beriman Dalam Masyarakat Yang Plural Di Stasi St. Maria Cikampek Paroki Kristus Raja Karawang Jawa Barat Melalui Katekese” dan dikembangkan menjadi lima bab.

  Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode, dan sistematika penulisan.

  Dalam bab II penulis memaparkan mengenai pengertian, hakikat dialog dalam tugas perutusan Gereja, pengertian dialog menurut para ahli, tujuan, syarat, bentuk-bentuk, hambatan-hambatan dalam dialog, dan perkembangan dialog antar umat beriman dalam Gereja Indonesia sampai saat ini.

  Pada bab III, penulis melakukan penelitian tentang pemahaman dan keterlibatan umat stasi St. Maria Cikampek dalam dialog antar umat beriman. Bab ini dibagi menjadi dua bagian besar yakni gambaran stasi St. Maria Cikampek dan penelitian tentang pemahaman dan keterlibatan umat stasi St. Maria Cikampek dalam dialog antar umat beriman.

  Dalam bab IV penulis menjelaskan arti dan tujuan katekese secara umum, menemukan model katekese yang dialogis, dan usulan program katekese sebagai solusi dari penulis untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan umat stasi St. Maria Cikampek dalam dialog antar umat beriman. Bagian ini ditutup dengan satu contoh persiapan program katekese dengan model Shared Christian Praxis.

  Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil studi penulis melalui penulisan skripsi ini. Bab ini ditutup dengan saran dari penulis demi peningkatan pemahaman dan keterlibatan umat stasi St. Maria Cikampek dalam dialog antar umat beriman.

BAB II DIALOG UMAT BERIMAN DALAM GEREJA KATOLIK Di Indonesia dewasa ini semakin disadari bahwa sesungguhnya masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas berbagai suku bangsa,

  bahasa, budaya, agama, dan lain-lain. Pluralitas yang kita alami sebagai kenyataan sering menjadi pemicu konflik dan ketegangan dalam hidup bermasyarakat dan hidup bersama. Sebagai contoh adanya berbagai konflik di Indonesia yang disebabkan isu SARA seperti konflik antara masyarakat Kalimantan dengan suku Madura, kerusuhan atas nama agama yang terjadi di Ambon, pembakaran gereja- gereja di Situbondo, dll. Oleh karena itu, untuk menjembatani berbagai perbedaan tersebut di atas maka dialog perlu diadakan sebagai suatu cara hidup dalam berkomunitas, dalam hidup bersama.

  Untuk lebih memahami dialog antar umat beriman maka pada bab II ini penulis membahas hakikat dialog dalam tugas perutusan Gereja, pengertian dialog, elemen-elemen yang harus ada dalam dialog, tujuan dialog, subyek dialog, syarat- syarat dialog, bentuk-bentuk dialog, hambatan-hambatan dalam dialog, dan akhirnya ditutup dengan perkembangan dialog umat beriman dalam Gereja Indonesia sampai saat ini.

A. Hakikat Dialog dalam Tugas Perutusan Gereja

  Hakikat dialog dalam tugas perutusan Gereja dipandang sebagai wujud kesaksian perutusan Gereja, sebagai bagian misi penginjilan Gereja, dan sebagai

  12 1.

   Dialog sebagai Wujud Kesaksian dan Perutusan Gereja

  Dokumen Gereja seperti Ad Gentes dan Redemptoris Missio tidak memandang dialog sebagai sarana misi, melainkan menggaris-bawahi bahwa hidup bersama dalam kerjasama dan dialog dapat menjadi wujud kesaksian sebagai orang Kristen. Dalam hal ini Konsili Vatikan II menarik konsekuensi berupa kewajiban konkret yang diungkapkan dalam pernyataan-pernyataan sebagai berikut:

  Agar mereka mampu memberi kesaksian tentang Kristus secara berhasil, kaum Kristiani harus bergabung dengan orang zamannya dengan hormat dan kasih, dan mengakui diri sendiri sebagai anggota-anggota kelompok orang- orang, di antara siapa mereka hidup. Mereka harus berbagi dalam kehidupan kultural dan sosial dengan pelbagai hubungan dan urusan kehidupan insan. Karena itu mereka harus mengenal tradisi religius dan kultural orang lain, bahagia menemukan dan siap sedia menghormati benih-benih sabda yang tersembunyi dalam diri mereka … Seperti Kristus sendiri … demikian pula para murid-Nya harus mengenal orang-orang di antara siapa mereka hidup. Mereka harus menjalin hubungan dengan orang-orang itu, belajar dengan dialog yang tulus dan sabar, tentang kekayaan apa yang dilimpahkan Allah kepada bangsa-bangsa di bumi ini. Sekalipun mereka harus mencoba menerangi kekayaan ini dengan cahaya Injil, membebaskannya dan membawanya ke dalam Kerajaan Allah Sang Penyelamat (AG, art. 11, 41; bdk. AA, art. 14, 29).

  Dialog tidak dipandang sebagai strategi kristenisasi, tetapi sebagai wujud konkret meneladan hidup Yesus Kristus (AG, art. 11-12, bdk. RM, art. 42-43). Lewat dialog, Gereja ingin agar Kristus makin dicintai dan mengajak manusia mencintai sesama. Dalam kesaksiannya lewat dialog Gereja membantu umat manusia untuk bertobat dengan mengusahakan keadilan dan perdamaian.

2. Dialog sebagai Misi Penginjilan Gereja

  Redemptoris Missio , art. 55 menegaskan bahwa dialog antaragama

  merupakan bagian dari misi penginjilan Gereja serta menjadi salah satu

  13

  pengungkapan penginjilan Gereja. Penginjilan bertujuan mempertobatkan dalam arti penerimaan bebas kabar baik Allah dan menjadi anggota Gereja. Dialog sebaliknya, mengandaikan pertobatan dalam arti kembali kepada hati Allah dalam kasih dan ketaatan pada kehendak-Nya. Dengan demikian, dialog tidak bertentangan dengan perutusan Gereja bila dipahami sebagai sarana dan metode untuk saling memperkaya dan saling mengenal.

3. Dialog sebagai Usaha Mewujudkan Kerajaan Allah

  Dialog merupakan salah satu wujud konkret partisipasi Gereja dalam membangun Kerajaan Allah. RM, art. 12 menjelaskan Kerajaan Allah sebagai wujud keselamatan yang sudah dipersiapkan oleh Allah dalam Perjanjian Lama, dilaksanakan oleh Kristus, dan di dalam Kristus, serta diberikan kepada semua orang oleh Gereja yang berkarya dan berdoa demi perwujudannya secara sempurna dan pasti. Kerajaan Allah bukanlah suatu kenyataan eksklusif bagi orang-orang tertentu saja tetapi diperuntukkan bagi semua umat manusia. Hal ini telah ditunjukkan oleh Kristus sendiri selama Ia berkarya di dunia. Dengan demikian, Kerajaan Allah harus menjadi wawasan misioner Gereja. Eksistensi Gereja pertama-tama untuk mengabdi Kerajaan Allah dan melayani manusia. Atas dasar inilah Gereja senantiasa memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, keadilan, kasih, perdamaian, dan seterusnya (Gal 5:22-23). Dalam dialog, tema-tema Kerajaan Allah tentang kasih, keadilan, dan perdamaian telah membangkitkan pemikiran yang baru bahwa arti keselamatan tidak lagi disempitkan pada peranan Gereja dengan segala kebijakan pastoralnya, tetapi pada partisipasi seluruh umat manusia.

  14 B.

   Pengertian Dialog Antar Umat Beriman

  Muhammad Wahyuni Nafis (1998: 96) dengan menekankan kembali pemikiran Swidler mengartikan dialog sebagai perbincangan dua orang atau lebih yang masing-masing memiliki pandangan yang berbeda, yang tujuan utamanya adalah saling belajar antar peserta dialog sehingga masing-masing peserta bisa saja mengubah pandangannya dan meningkat pengalaman religiusnya. Kemampuan untuk belajar sesuatu yang baru merupakan kunci dialog. Dialog yang menjembatani jurang di antara kita tidak tergantung kepada persetujuan berdasarkan pemikiran yang umum, melainkan kesadaran bahwa perbedaan-perbedaan adalah hal yang dapat dipelajari. Gadamer menekankan bahwa dialog bukan sesuatu yang kita ciptakan tetapi kita terlibat di dalamnya, dan merupakan percakapan di mana tidak ada yang memimpin atau dipimpin (Mega Hidayati, 2008: 54). Pemimpin di sini berarti mereka yang mengontrol percakapan, sehingga memungkinkan percakapan direkayasa dan hasilnya dapat diketahui sebelum percakapan berlangsung.

  Freire (1985: 73) mendefinisikan dialog sebagai suatu bentuk perjumpaan sesama manusia, dengan perantaraan dunia, dalam rangka menamai dunia. Jika dalam mengucapkan kata-katanya sendiri manusia dapat mengubah dunia dengan menamainya, maka dialog menegaskan dirinya sebagai sarana seseorang memperoleh maknanya sebagai manusia. Mengucapkan kata sejati bagi Freire berarti mencipta dunia secara baru. Dengan kata lain, Freire mendefinisikan dialog sebagai upaya transformasi membangun dunia yang baru. Dominasi yang tersirat dalam dialog haruslah dominasi terhadap dunia mereka yang mengikuti dialog, yakni penguasaan atas dunia bagi pembebasan manusia. Oleh karena itu, menurut Freire

  15

  dialog yang baik adalah dialog yang memperjuangkan keadilan bagi kaum lemah, miskin, dan tertindas.

  Pandangan para ahli tentang dialog tersebut sejalan dengan pandangan Gereja. Dokumen sekretariat pasca Konsili Vatikan II, DP, art. 9 membedakan dialog dalam tiga macam arti. Arti pertama dalam tingkat manusiawi sehari-hari, sebagai komunikasi timbal balik. Tujuan komunikasi ini dapat berupa sekedar tukar menukar informasi, atau untuk meraih kesepakatan, atau menjalin persatuan. Arti kedua lebih berkaitan dengan tugas evangelisasi yang harus dijalankan dalam semangat dialogis. Dialog dalam arti ini dipahami sebagai sikap hormat, penuh persahabatan, ramah, terbuka, suka mendengarkan orang lain. Arti ketiga dialog dipandang sebagai hubungan antaragama yang positif dan konstruktif. Hubungan ini dilangsungkan dalam hubungan dengan pribadi-pribadi dan umat dari agama-agama lain, yang diarahkan untuk saling memahami dan saling memperkaya.

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas, Sokaraja, Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur, Jawa Tengah melalui katekese umat model shared christian praxis.

29 354 137

Deskripsi pendidikan iman anak dalam keluarga bagi perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, Paroki Kristus Raja Cigugur, Keuskupan Bandung.

1 20 153

Sumbangan katekese umat sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan.

2 16 158

Sumbangan katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman umat Lingkungan Santo Yusuf, Berut, Wilayah Santa Marta, Sumber, Paroki Santa Maria Lourdes, Sumber, Magelang, Jawa Tengah melalui Shared Christian Praxis.

8 70 209

Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

7 80 382

Upaya meningkatkan pendampingan iman kaum muda di Paroki Santa Maria Mater Dolorosa, Soe, Keuskupan Agung Kupang melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 138

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

Penghayatan spiritulaitas perkawinan Katolik oleh keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St. Yohanes Paulus Paroki St. antonius Kotabaru Yogyakarta dalam mewujudkan keluarga Katolik yang beriman - USD Repository

0 1 102

Rekoleksi untuk melengkapi pembinaan katekumen di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta - USD Repository

0 6 251

Upaya menumbuhkan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani umat lingkungan Santa Maria stasi Majenang paroki Santo Stefanus Cilacap melalui katekese umat - USD Repository

0 0 137