Deskripsi tingkat konsep diri siswa SMP Xaverius Tugumulyo Palembang kelas VIII tahun ajaran 2010/2011 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi - USD Repository

  

DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI SISWA SMP XAVERIUS TUGUMULYO

PALEMBANG KELAS VIII TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Bimbingan dan Konseling

  

Disusun oleh :

Rosalina Fridyasari

061114017

  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI SISWA SMP XAVERIUS TUGUMULYO

PALEMBANG KELAS VIII TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Bimbingan dan Konseling

  

Disusun oleh :

Rosalina Fridyasari

061114017

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana. (Yesaya, 14:24) Bisa karena biasa, mampu karena mau.

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

¾ Tuhan Yesusku ¾ Orang tuaku terkasih ¾ Sahabat dan teman-teman BK angkatan 06

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 10 Februari 2011 Penulis

  (Rosalina Fridyasari)

  ABSTRAK DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI SISWA SMP XAVERIUS

TUGULMULYO PALEMBANG KELAS VIII TAHUN AJARAN 2010/2011

  PRIBADI Rosalina Fridyasari

  Universitas Sanata Dharma 2011 Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

  Rumusan masalahnya adalah sejauh mana tingkat konsep diri siswa kelas VIII SMP Xaverius Tugumulyo Palembang tahun ajaran 2010/2011 dan topik-topik bimbingan apa yang bertautan dengan kebutuhan dalam pengembangan konsep diri para siswa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana tingkat konsep diri siswa kelas VIII SMP Xaverius Tuhumulyo Palembang tahun ajaran 2010/2011 dan mengidentifikasi butir-butir konsep diri siswa yang pencapaiannya belum terpenuhi secara baik untuk mendapatkan perbaikan dengan pemberian topik-topik bimbingan pribadi.

  Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Xaverius Tugumulyo kelas VIII tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 79 siswa. Instrumen yang digunakan adalah berupa kuesioner konsep diri yang disusun oleh penulis. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item kuesioner dan skor rata-rata subjek maupun rata-rata butir dan mengkategorikannya menurut mean teoritis.

  Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebanyak 61 siswa (77%) berada dalam kategori tingkat konsep diri yang tinggi, dan sisanya sebanyak 18 siswa (23%) masuk ke dalam tingkat kategori konsep diri yang sedang. Jumlah siswa seluruhnya adalah 79. Tak ada siswa yang terindikasi masuk ke dalam tingkat konsep diri yang rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat konsep diri siswa SMP Xaverius Tugumulyo kelas VIII tahun ajaran 2010/2011 adalah baik. Kesimpulan tersebut didasarkan pada pencapaian tingkat konsep diri siswa yang sebagian besar masuk ke dalam tingkat pencapaian kategori tinggi dan tidak satupun siswa yang masuk ke dalam tingkat kategori yang rendah. Namun demikian, masih ada beberapa siswa yang masuk ke dalam tingkat kategori sedang. Ini berarti bahwa tingkat konsep diri siswanya belum dapat dikatakan maksimal. Aspek-aspek konsep diri yang kurang dimiliki oleh para siswanya adalah aspek diri pribadi, diri sosial, diri keluarga, dan diri akademik. Dari 48 butir item, terdapat 12 (25%) butir item yang teridentifikasi memiliki tingkat capaian sedang, dan sisanya sebanyak 36 siswa (75%) masuk ke dalam kategori tinggi. tidak satupun butir item yang masuk ke dalam kategori capaian rendah. Berdasarkan beberapa aspek yang kurang dimiliki oleh siswa tersebut maka diusulkan beberapa topik bimbingan yang sesuai. Topik bimbingan bersifat karena beberapa aspek yang kurang dimiliki siswa tersebut masuk

  developmental

  

ABSTRACT

DESCRIPTION OF THE LEVEL VIII GRADE STUDENT

PERSONAL CONCEPT IN XAVERIUS JUNIOR HIGH SCHOOL

TUGUMULYO PALEMBANG 2010/2011 AND THE

  

IMPLICATION TOWARD THE SUGGESTION PERSONAL

COUNSELING TOPICS

  Rosalina Fridyasari Sanata Dharma University

  2011 This observation includes descriptive observation with the survey method.

  The formulation problem is how far does the concept level of the students in Xaverius Junior High School Tugumulyo Palembang. Also to identify the values of the student concept which results are not yet compiling and good in order to reach the best make up grade with giving personal consul topics.

  The subject of this observation is 79 students in the eighth grade in Xaverius Tugumulyo Junior High School on 2010/2011. The insrument used is the personal concept questionnaire aranged by the writer, the data analysis tecnic is by data tabulation, which is Counted from the total score of each questioner and categorize based on mean theoretical.

  The result of the research is 61 students (77%) categorized into high personal concept, and the rest 18 students (23%) are categorized into who are middle personal concept. There are no students who are indicated into low personal concept. Thus we can conclude that the personal concept grade of the student in Xaverius Tugumulyo Junior High School is that grade on VIII 2010/2011 is good. The conclusion based on personal concept achievement is that students are classified into high personal concept achievement and none of the students are categorized into low concept achievement, additionally students are also some categorized into middle personal concept achievement. It means that the personal concept of the students are not maximum yet. The personal concept that the student are lacking of are self-personal aspect, social personal, family personal, and academic personal. From 48 items, there are 12 (25%) values which is identified having middle indication, and the rest 36 students (75%) are categorized into high category. And none of the items are classified as the low category, due to some developmental counseling topics are categorized as the midlle category, therefore, the students only need some counseling topics that are arranged in the syllabus.

   

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma NAMA : Rosalina Fridyasari NIM : 061114017

  Demi mengembangkan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma skripsi saya yang berjudul “DESKRIPSI TINGKAT

KONSEP DIRI SISWA SMP XAVERIUS TUGUMULYO PALEMBANG

  TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI,” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau kepada media lain untuk kepentingan akademis selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 10 Februari 2011 Yang menyatakan : (Rosalina Fridyasari)

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, perlindungan dan penyertaanNya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

  Peneliti sadar bahwa tanpa bantuan, semangat, dan bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi kekuatan dan teladan utama untuk terus dan terus berkarya untuk menyelesaikan skripsi ini.

  2. Bapak Dr. Gendon Barus, M. Si, sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, sumbangan ide, pengajaran dan segala kesabarannya selama memberikan bimbingan kepada peneliti.

  3. Dr. M. M Sri Hastuti, M. Si, sebagai kepala program studi bimbingan dan konseling yang telah memberikan persetujuan kepada penulis mengenai topik skripsi yang diambil.

  4. Kepala SMP Xaverius Tugumulyo Palembang tahun ajaran 2010/2011 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian kepada siswanya.

  5. Para siswa kelas VIII SMP Xaverius Tugumulyo Palembang tahun ajaran 2010/2011 atas kesediaan waktu dan tenaga untuk peneliti dalam menjalankan peneltian.

  6. Bapak, ibu, adik yang telah memberikan seluruh kasih sayang, tenaga, perhatian, materi, semangat, doa dan penyertaannya selama menempuh pendidikan hingga sekarang ini.

  7. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 yang menjadi penyemangat dalam proses belajar dan kuliah selama ini.

  8. Sahabat-sahabatku Lina, Ella, Modes, Ryas, Dita, Tina, Riya yang menjadi teman seperjuangan dalam pergulatan menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana.

  9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh peneliti satu persatu, terimakasih atas peran sertanya.

  Dalam penyusunan skrispsi ini peneliti telah berusaha maksimal untuk hasil yang terbaik, namun peneliti sadar bahwa penelitian ini belum sempurna.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Akhirmya penulis mengharapkan skripsi ini dapat berguna bagi diri sendiri dan semua pihak secara umum.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... v ABSTRAK ......................................................................................................... vi ABSTRACT ....................................................................................................... vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5 E. Definisi Operasional .............................................................................. 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep Diri .......................................................................... 7 B. Penggolongan Konsep Diri .................................................................... 8 C. Aspek-aspek Konsep Diri ...................................................................... 11 D. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Pembentukan Konsep Diri ............................................................................................ 15 E. Peranan Konsep Diri dalam Pola Kepribadian Remaja ......................... 16 F. Peranan Tenaga Bimbingan dalam Pembentukan Konsep Diri ............. 18

  A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 21

  B. Subjek Penelitian .................................................................................... 21

  C. Instrumen Penelitian .............................................................................. 22

  1. Kuesioner Konsep Diri ............................................................... 23

  2. Aspek-aspek Konsep Diri .......................................................... 24

  3. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .......................................... 24

  D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ................................................ 32

  1. Persiapan dan Pelaksanaan ......................................................... 32

  2. Teknik Analisis Data .................................................................. 34

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 37 B. Pembahasan ............................................................................................ 41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 55 B. Saran ....................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I Kuesioner Konsep Diri ................................................................ 23 Tabel 2 Kriteria Guilford ......................................................................... 27 Tabel 3 Hasil Revisi Kuesioner Berdasarkan Telaah

  Ahli (Expert Judgement) ............................................................. 30 Tabel 4 Kategori Tingkat Konsep Diri Siswa ........................................... 36 Tabel 5 Skor Rata-rata Konsep Diri Para Siswa ....................................... 37 Tabel 6 Butir-butir Konsep Diri yang Sedang .......................................... 39 Tabel 7 Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi ....................................... 56 Tebel 8 Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Berdasarkan Butir-butir

  Item Konsep Diri yang Memiliki Tingkat Sedang ....................... 73

DAFTAR GRAFIK

  Halaman Grafik 1 Grafik Skor Rata-rata Konsep Diri Siswa .................................. 38 Grafik 2 Profil Skor Rata-rata Tiap Item Konsep Diri .............................. 41

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 Hasil Perhitungan Konsistensi Internal Butir-butir Uji Coba ..... 62 Lampiran 2 Hasil Koefisien Realibilitas Kuesioner Uji Coba ....................... 70 Lampiran 3 Tabulasi Skor Hasil Penelitian ................................................... 71 Lampiran 4 Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Berdasarkan

  Butir-butir Item Konsep Diri yang Memiliki Tingkat Sedang ......................................................................................... 73

  Lampiran 5 Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) ............................................ 79 Lampiran 6 Kuesioner Konsep Diri ................................................................. 96 Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 100

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan. Banyak sekali perubahan yang

  dialami individu dalam masa ini. Perubahan tersebut menyangkut aspek fisik, emosi, sosial, dan moral. Dari berbagai perubahan yang terjadi dalam diri remaja tersebut, remaja harus menemukan dirinya sesuai dengan keinginan dirinya sendiri dan juga tuntutan dari lingkungan sekitarnya. Dalam proses menemukan jati diri tersebut, tak jarang remaja mengalami krisis kepercayaan diri, perasaan, dan pikiran.

  Menurut Mapiarre (Ali dan Asrori, 2004) remaja adalah mereka yang berada dalam rentang umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja sebetulnya mempunyai tempat yang tidak jelas, mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai” (Asrori, 2004:9). Dari banyaknya masalah perkembangan untuk dapat berkembang secara optimal. Dengan adanya masalah yang mereka hadapi serta tuntutan tugas perkembangan yang tetap harus mereka penuhi, remaja perlu memiliki suatu pegangan yang kuat. Hal ini bertujuan agar masalah-masalah yang dihadapi tidak mempengaruhi tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Dalam hal ini konsep diri memiliki peranan penting. Konsep diri sangat memberikan pengaruh dalam pembentukan pemikiran, perasaan dan emosi diri remaja.

  Surahkmad (1980:40) mengatakan konsep diri sebagai gambaran mental yang dimiliki seseorang mengenani pribadi dirinya. Konsep diri yang baik akan membuat remaja berpikiran positif tentang diri mereka, mampu menerima keadaan diri dan merasa nyaman dengan diri mereka. Dalam keadaan konsep diri yang baik, remaja juga akan memenuhi tugas perkembangannya dengan baik juga. Sementara remaja yang memiliki konsep diri yang buruk tentu akan membuat remaja berpikiran negatif tentang diri mereka, kurang menerima diri, dan tidak akan merasa nyaman dengan keadaan diri mereka. Remaja dengan keadaan konsep diri yang buruk dapat menjadi terhambat dalam proses pemenuhuhan kebutuhan masa remajanya.

  Untuk dapat membangun konsep diri yang positif, remaja perlu mendapat bantuan dan bimbingan. Bantuan dan bimbingan dapat remaja peroleh dari orang tua, keluarga dan guru. Menurut Hamalik (2009:33) bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan masyarakat. Bimbingan diberikan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan sekolah, keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan berarti.

  Dalam beberapa pihak dan wilayah, belum disadari benar akan manfaat pembentukan konsep diri anak ini. Bahkan di lembaga-lembaga pendidikan, dalam hal ini adalah sekolah, yang belum dijamah oleh tenaga bimbingan dan konseling dan belum memiliki program bimbingan yang terstruktur. Untuk daerah-daerah yang telah maju dan berkembang seperti di kota-kota besar mungkin bimbingan dan konseling bukan hal yang asing lagi karena biasanya sekolah telah memiliki guru bimbingan dan konseling serta telah memiliki program yang terstruktur, namun untuk daerah-daerah yang belum begitu pesat kemajuannya terutama sekolah-sekolah yang berada di luar pulau Jawa, tenaga bimbingan dan konseling profesional belum tersedia dan belum memiliki program yang jelas dan terstruktur.

  SMP Xaverius Tugumulyo Palembang adalah salah satu contoh sekolah yang belum memiliki tenaga bimbingan dan konseling profesional.

  Pelajaran BK hanya diberikan secara klasikal dan itupun diberikan oleh guru mata pelajaran yang diangkat untuk merangkap sebagai guru BK. Guru BK tidak memiliki kemampuan yang profesional sesuai dengan bidangnya, karena tidak memiliki latar belakang pendidikan Bimbingan dan Konseling.

  Pelayanan BK hanya berisi tentang pelajaran-pelajaran moral, oleh karenanya tema mengenai pembentukan konsep diri tidak terjamah.

  SMP Xaverius Tugumulyo Palembang adalah sekolah yang didirikan oleh yayasan Keuskupan Agung Palembang, beralamat di jalan Raya Mataram Tugumulyo Musi Rawas Sumatera Selatan. Sekolah ini adalah sekolah dengan akreditasi yang sangat baik, sedang mengalami perkembangan yang pesat dari segi infrastruktur bangunan dan kualitas sekolah. Untuk mendukung perkembangan dan kualitas sekolah, maka guru juga harus memberikan perhatian terhadap perkembangan siswanya. Hal ini dapat diawali dengan mengetahui tingkat konsep diri dari siswa dan siswinya kemudian memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

B. Perumusan masalah

  Dalam penelitian ini masalah yang ingin diketahui adalah sebagai berikut :

1. Sejauh mana tingkat konsep diri siswa kelas VIII di SMP Xaverius

  Tugumulyo Palembang tahun ajaran 2010/2011?

  2. Butir-butir konsep diri manakah yang perlu diusulkan sebagai pengembangan konsep diri siswa kelas VIII di SMP Xaverius Tugumulyo Palembang yang teridentifikasi belum terpenuhi dengan baik?

C. Tujuan Penelitian

  1. Mendeskripsikan sejauh mana tingkat konsep diri siswa kelas VIII SMP Xaverius Tugumulyo Palembang tahun ajaran 2010/2011.

  2. Mengidentifikasi butir-butir konsep diri siswa kelas VIII SMP Xaverius Tugumulyo Palembang tahun ajaran 2010/2011 yang belum terpenuhi dengan baik untuk mendapatkan perbaikan dengan pemberian topik-topik bimbingan pribadi.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak :

  1. Bagi siswa untuk membantu mereka berkembang lebih optimal dalam pembentukan konsep dirinya.

  2. Bagi guru pembimbing untuk menuyusun topik-topik bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan konsep diri siswanya.

  3. Bagi sekolah sebagai pengalaman pertama dilakukannya survei kebutuhan.

E. Definisi Operasional

  1. Konsep diri adalah seluruh gambaran, pandangan, keyakinan, dan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri baik secara fisik maupun psikis (Sinurat, 2003:1) Konsep diri yang positif ditandai dengan mampunya seseorang untuk dapat menerima, menghargai dan menilai kedaan diri apa adanya secara positif.

  2. Bimbingan pribadi adalah seperangkat usaha bantuan yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi yang dialaminya. Bimbingan pribadi dalam khasanah konsep diri memiliki pengertian bantuan yang diberikan kepada siswa yang memiliki masalah dengan perkembangan dan pembentukan konsep dirinya sehingga siswa mampu mengembangkan dan membentuk konsep dirinya dengan positif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan menjelaskan pengertian konsep diri, penggolongan

  konsep diri, aspek-aspek konsep diri, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri, peranan konsep diri dalam pola kepribadian remaja, dan peranan tenaga bimbingan dalam pembentukan konsep diri.

A. Pengertian Konsep Diri

  Konsep diri (self concept) adalah keseluruhan gambaran/ pandangan/ keyakinan dan penghargaan/perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (Sinurat, 2003:16). Konsep diri juga dapat diartikan sebagai sikap terhadap dirinya sendiri (self attitude). Brooks (Rakhmat, 2008:99) menyatakan bahwa konsep diri adalah suatu pandangan/persepsi dan perasaan seseorang tentang dirinya, ini dapat bersifat psikis maupun sosial. Sejalan dengan pendapat tersebut dikemukakan oleh Cawangas (Pudjijogyanti, 1985) bahwa konsep diri merupakan seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik kepribadiannya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya dan kegagalannya. Konsep diri seseorang akan diupayakan mencapai keinginan yang optimal serta untuk merealisasikan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa konsep diri juga merupakan kerangka kerja untuk mengorganisasikan pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang.

  Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri, meliputu kakakteristik fisik, psikologi, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi (Hurlock, 1989:58). Menurut Centi (1993:9), konsep diri tidak lain dan tidak bukan merupakan adalah gagasan tentang diri sendiri yang terdiri dari seseorang melihat diri sendiri (self image), memberi penilaian tentang diri sendiri (self evaluation), dan menginginkan dirinya sendiri mejadi pribadi yang diharapkan (self ideal).

  Dari beberapa pernyataan tentang konsep diri di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Konsep diri merupakan suatu bentuk pandangan, perasaan, dan pikiran seseorang tentang diri sendiri yang dilihat dari berbagai aspek. Beberapa aspek tersebut yaitu aspek penampilan, aspek akademik, dan aspek sosial. Konsep diri berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan diri seseorang.

B. Penggolongan Konsep Diri

  Ada beberapa penggolongan tentang konsep diri. Bagaimana seseorang melihat diri mereka. Menurut Burns (1993) penggolongam konsep diri secara umum adalah :

1. Konsep Diri Positif/tinggi

  Konsep diri positif dapat disamakan dengan evaluasi diri positif, penghargaan diri positif, perasaan harga diri positif, dan seseorang mampu menerima, menghargai, dan menilai keadaan diri apa adanya secara positif. Memiliki konsep diri yang positif berarti juga bahwa orang lain mampu menerima, menilai, dan memandang dirinya secara positif (Burns, 1993:234).

  Gunawan (2005) menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan menjadi invidu yang mampu memandang dirinya secara positif, berani mencoba dan mengambil resiko, selalu optimis, percaya diri, dan antusias menetapkan arah dan tujuan hidup. Konsep diri yang positif dapat diperoleh dari penerimaan, penghargaan dan cinta dari tokoh-tokoh yang signifikan dalam hidupnya seperti orang tua, guru dan teman sebaya dan orang lain yang berpengaruh terhadap hidupnya. Misalnya, seorang anak yang dinilai oleh gurunya sebagai seorang anak yang pintar dan penurut maka dia akan memiliki pandangan yang baik tentang dirinya bahwa dia adalah anak yang pintar dan penurut sesuai dengan penilaian ayang diberikan oleh gurunya tersebut.

2. Konsep Diri Negatif/rendah

  Konsep diri negatif/rendah sering juga disebut oleh orang awam sebagai inferiority complex, minder, rendah diri (Sinurat, 2003: 17). Menurut Burns (1993:72), konsep diri negatif dapat disamakan dengan evaluasi diri negatif, membenci diri, perasaan rendah diri dan tidak adanya perasaan yang menghargai pribadi dan penerimaan diri. jika dia meyakini dan memandang bahwa dfirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.

  Tokoh-tokoh signifikan dalam hidup yaitu orang tua, guru, teman sebaya dan orang-orang lain yang berpengaruh terhadap hidup seseorang akan memberikan pengaruh yang buruk terhadap konsep diri jika orang-orang tersebut merendahkan, meremehkan, mempermalukan, dan menolak. Konsep diri seseorang yang diperlakukan secara demikian akan menjadi negatif. Sebagaimana orang lain menilai dirinya, demikianlah juga seseorang akan menilia dirinya. Selain itu, beberapa pengaruh lain juga dapat terjadi. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Centi (1993:26-32) :

  a) Konsep diri negatif membuat kita cenderung memusatkan perhatian pada hal yang negatif-negatif dalam diri kita.

  b) Konsep diri negatif mendorong kita untuk membuat perbandingan negatif dengan orang lain.

  c) Konsep diri negatif menciptakan ingatan yang pilih-pilih, selektif, yang meneguhkan perasaan diri tak berharga.

  d) Konsep diri negatif menciptakan sikap memihak dalam pandangan kita mengenai apa yang terjadi dalam dirikita.

  e) Konsep diri negatif cenderung membawa kita ke kegelapan.

  Gunawan (2005) menyebutkan, orang dengan konsep diri mencoba yang baru, tidak berani mencoba hal-hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasadiri bodoh, merasa diri rendah, merasa tidak berharga, tidak layak untuk sukses, pesimis dan masih banyak perilaku inferior lainnya.

C. Aspek-aspek Konsep Diri

  Fitts (Agustiani, 2006:139-141) membagi aspek-aspek konsep diri individu menjadi enam bagian:

1. Konsep diri fisik

  Konsep diri fisik yaitu cara seseorang dalam memandang dirinya dari sudut pandang fisik, kesehatan, penampilan keluar, dan gerak motoriknya. Keadaan tubuh atau fisik seseorang menjadi hal penting dalam pembentukan konsep dirinya. Penilaian orang lain tentang keadaan fisik seperti gemuk, kurus, dan penampilan tidak menarik akan turut membuat seseorang tersebut menilai dirinya sama dengan penilaian orang lain sehingga merasa dirinya tidak menarik dan hal tersebut memunculkan adanya konsep tentang dirinya yang negatif. Bentuk tubuh yang menyimpang dari keadaan normal misalnya terlalu gemuk, terlalu kurus, terlalu tinggi, terlalu pendek dipandang sebagai hal “buruk” yang merupakan faktor tidak menguntungkan bagi pembentukan konsep diri remaja. Konsep diri seseorang dianggap positif apabila ia memiliki pandangan yang positif terhadap kondisi fisiknya, penampilannya, kondisi ideal. Dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang rendah atau memandang sebelah mata kondisi yang melekat pada fisiknya, penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya, tampan atau cantiknya, serta ukuran tubuh yang ideal. Pudjijogyanti (1985) mengatakan bahwa penilaian yang positif tentang keadaan fisik dengan memiliki kesadaran dan penerimaan bagian fisik yang menarik akan membantu perkembangan konsep diri ke arah yang positif. Hal ini disebabkan kesadaran dan penerimaan bagian fisik yang menarik akan menumbuhkan rasa puas terhadap keadaan diri.

  2. Konsep diri pribadi Konsep diri pribadi yaitu cara seseorang dalam menilai kemampuan yang ada pada dirinya dan menggambarkan identitas dirinya.

  Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila ia memandang dirinya sebagai pribadi yang penuh kebahagiaan, memiliki optimisme dalam menjalani hidup, mampu mengontrol diri sendiri, dan sarat akan potensi. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang dirinya sebagai individu yang tidak pernah (jarang) merasakan kebahagiaan, pesimis dalam menjalani kehidupan, kurang memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri, dan potensi diri yang tidak ditumbuhkembangkan secara optimal.

  3. Konsep diri sosial Konsep diri sosial yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi berkaitan dengan kapasitasnya dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosialnya.

  Menurut Berzonsky (1981) konsep diri sosial meliputi bagaimana peranan sosial yang dimainkan individu dan sejauh mana penilaian individu terhadap baik/buruknya perbuatan mereka. Setiap peranan yang dimainkan individu akan memunculkan adanya suatu penghargaan sosial bagi orang lain tentang bagaimana menilai suatu perbuatan dan tingkah lakunya. Konsep diri dapat dianggap positif apabila ia merasa sebagai pribadi yang hangat, penuh keramahan, memiliki minat terhadap orang lain, memiliki sikap empati, supel, merasa diperhatikan, memiliki sikap tenggang rasa, peduli akan nasib orang lain, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial di lingkungannya. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia merasa tidak berminat dengan keberadaan orang lain, acuh tak acuh, tidak memiliki empati pada orang lain, tidak (kurang) ramah, kurang peduli terhadap perasaan dan nasib orang lain, dan jarang atau bahkan tidak pernah melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas sosial.

4. Konsep diri moral etik

  Konsep diri moral etik berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, serta penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya terkait dengan relasi personalnya dengan Tuhan, dan segala hal yang bersifat normatif, baik nilai maupun prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila menjadi pribadi yang percaya dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral etik, baik yang dikandung oleh agama yang dianutnya, maupun oleh tatanan atau norma sosial tempat di mana dia tinggal. Sebaliknya, konsep diri individu dapat dikategorikan sebagai konsep diri yang negatif bila ia menyimpang dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral etika yang berlaku (baik nilai-nilai agama maupun tatanan sosial) yang seharusnya dia patuhi.

  5. Konsep diri keluarga, Konsep diri keluarga berkaitan dengan perspesi, perasaan, pikiran, dan penilaian seseorang terhadap keluarganya sendiri, dan keberadaan dirinya sendiri sebagai bagian integral dari sebuah keluarga. Seseorang dianggap memiliki konsep diri yang positif apabila ia mencintai sekaligus dicintai oleh keluarganya, merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, merasa bangga dengan keluarga yang dimilikinya, dan mendapat banyak bantuan serta dukungan dari keluarganya. Dianggap negatif apabila ia merasa tidak mencintai sekaligus tidak dicintai oleh keluarganya, tidak merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, tidak memiliki kebanggaan pada keluarganya, serta tidak banyak memperoleh bantuan dari keluarganya.

  6. Konsep diri akademik Konsep diri akademik berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan penilaian seseorang terhadap kemampuan akademiknya. Konsep diri positif apabila ia menganggap bahwa dirinya mampu berprestasi secara lingkungan tempat belajarnya, menghargai orang yang memberi ilmu kepadanya, tekun dalam mempelajari segala hal, dan bangga akan prestasi yang diraihnya. Dapat dianggap sebagai konsep diri akademik yang negatif apabila ia memandang dirinya tidak cukup mampu berprestasi, merasa tidak disukai oleh teman-teman di lingkungan tempatnya belajar, tidak menghargai orang yang memberi ilmu kepadanya, serta tidak merasa bangga dengan prestasi yang diraihnya.

D. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Pembentukan Konsep Diri

  Konsep diri bukanlah bawaan lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan dibentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi ini, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya. Jadi, konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu lain (Pudjijogyanti, 1985:8). Hurlock (1989) mengemukakan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri yaitu : bentuk tubuh, cacat tubuh, pakakian, nama dan nama julukan, intelegensi, taraf aspirasi, emosi, jenis/prestise sekolah, status sosial, ekonomi keluarga, teman bergaul, dan tokoh-tokoh “signifikan”dalam hidup.

  Orang yang paling berpengaruh terhadap kita adalah orang-orang yang terdekat dengan kita. George Herbet Mead (Rahmat, 2008:101)

  other dan affective others. Significant others adalah orang lain yang sangat

  penting ketika seseorang masih kecil yaitu orang tua, saudara-saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan orang tersebut. Affective other adalah orang lain yang memiliki ikatan emosional dengan seseorang. Dari merekalah konsep diri perlahan-lahan dibentuk. Senyuman pujian, penghargaan, pelukan yang diberikan oleh affective other tersebut menyebabkan penilain positif terhadap individu tersebut dan sebaliknya ejekan, cemoohan, hardikan menyebabkan penilain negatif.

  Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional. Orang-orang ini boleh jadi masih hidup atau sudah mati.

  Ketika dewasa, kita mencoba menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Pandangan diri tentang seluruh pandangan orang lain tersebut generalized others.

  Harry Stack Suvillan (Rahmat, 2008: 101) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima keadaan diri kita, sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan dan menolak kita, kita cenderung akan tidak menyenangi diri kita.

E. Peranan Konsep Diri dalam Pola Kepribadian Remaja

  Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan” (Ali dan Asrori, 2004:9). Dalam perkembangannya, istilah adolence memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini di dukung oleh Piaget (Ali dan Asrori, 2004) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat sosial. Remaja mulai masuk ke dalam kehidupan sosial yang lebih luas terutama dengan teman sebaya.

  Pada masa awal remaja, remaja sudah menyadari sifat baik dan buruk dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka.

  Remaja sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka (Hurlock, 1980:233). Peranan konsep diri sangat berpengaruh terhadap remaja yang sedang mengalami perubahan dalam hubungan sosialnya. Hurlock (1980) mengatakan bahwa konsep diri bisanya bertambah stabil dalam masa remaja tetapi terdapat perbaikan seiring dengan perkembangannya. Pengertian konsep diri stabil ini memberikan perasaan kesinambungan dan kemungkinan remaja memandang diri sendiri dalam cara yang konsisten, tidak memandang hari ini berbeda dengan hari yang lain. Adanya konsep diri yang positif akan menyebabkan remaja memiliki penilaian positif terhadap dirinya. Merasa puas dengan apa yang dia capai dan bersedia memperbaiki hal-hal yang menurutnya kurang sesuai.

  Pujdijogyanti (1985) mengatakan sebagai masa peralihan yang juga disebut sebagai masa transisi, masa remaja telah menimbulkan perubahan yang sangat menegangkan. Perubahan-perubahan yang diawali dengan perubahan fisik telah menimbulkan perasaan aneh, ganjil dan berbeda dari orang lain ini menimbulkan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri. Perasaan tidak puas terhadap fisiknya menunjukkan bahwa remaja menolak tubuhnya sendiri. Situasi ini sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri remaja.

  Dalam masa-masa transisi tersebut, remaja tetap harus memenuhi tugas perkembangan yang harus dilaluinya pada masa itu. Menurut Havighurts (Pujdijogyanti, 1985:25) tugas-tugas perkembangan yang ada dalam masa masa remaja adalah penyesuaian terhadap segala aspek. Kegagalan atau keberhasilan dalam penyesuaian tersebut merupakan situasi yang mempengaruhi seluruh aspek kepribadian termasuk dalam pembentukan konsep dirinya. Apabila pada masa remaja individu tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan konsep diri yang baik maka individu tersebut juga tidak akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri dan menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkemabangannya.

F. Peranan Tenaga Bimbingan dalam Pembentukan Konsep Diri Siswa

  Menurut Hamalik (2009:33) bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi agar siswa mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal mengembangkan diri lebih lanjut, bimbingan dalam menemukan lingkungan dimaksudkan agar siswa mengenal secara obyektif terhadap lingkungan baik lingkungan sosial dan lingkungan fisik serta menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula, sedangkan bimbingan dalam merencanakan masa depan agar siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, bidang budaya maupun masyarakat.

  Para siswa yang tergolong remaja perlu mendapatkan pendampingan dalam menemukan dan mengembangkan jati dirinya. Para siswa yang tidak memiliki kesempatan mengembangkan diri dan menyesuaikan diri dengan tugas perkembangannya akan kehilangan kesempatan untuk dapat mengembangkan konsep diri. Pujidjogyanti (1985:45-49) mengatakan hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing untuk mengembangkan konsep diri siswa adalah :

  1. Guru pembimbing perlu memberikan dukungan bagi para siswa atas segala hal positif yang dilakukannya. Dukungan tersebut ditujukan untuk melatih para siswa bertanggung jawab atas usaha maupun hasil dari apa

  2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya berarti guru pembimbing telah memberi tanggung jawab kepada siswa. Tanggung jawab akan mengarahkan sikap yang positif siswa terhadap hidupnya.

  3. Penilaian guru terhadap prestasi siswa akan mempengaruhi konsep dirinya. Para siswa mampu mengembangkan konsep dirinya secara optimal apabila guru pembimbing selalu berpandangan bahwa pada dasaranya siswa memiliki kemampuan dan mengajak siswa untuk mewujudkan kemampuan tersebut.

  4. Untuk membantu membentu konsep diri, guru pembimbing harus membantu siswa untuk menetapkan tujuan yang hendak dicapai secara realistik artinya sesuai dengan kemampuan siswa. Tujuan dan realistik diterapakan dengan melihat keberhasilan siswa pada masa lampau.

  Dengan demikian pencapaian prestasi sudah dapat dipastikan sehingga membantu siswa untuk bersikap terhadap dirinya.

5. Pada saat siswa mengalami suatu kegagalan, terkadang siswa menilai kegagalannya secara negatif. Hal tersebut perlu dihindari oleh para siswa.

  Guru pembimbing dapat membantu menilai prestasi secara realistik yang membantu rasa percaya pada kemampuan mereka sendiri.

  6. Guru pembimbing dapat mendorong para siswa agar selalu bangga dengan dirinya yang realistik. Rasa bangga akan keberhasilan yang dicapai merupakan salah satu kunci untuk menjadi positif dalam

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Furchan (2004:415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode

  survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasi apa yang ada, yaitu tentang kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang telah berkembang. Penelitian ini bersifat deskriptif karena peneliti ingin mendapat gambaran mengenai Konsep Diri para Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Tugumulyo Palembang tahun ajaran 2010/2011.

B. Subjek Penelitian

  Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Xaverius Tugumulyo Palembang tahun ajaran 2010/2011. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa pada tingkat kelas VIII. Jumlah populasi siswa adalah 84.

  Peneliti memilih siswa kelas VIII karena pada masa tersebut siswa mulai memasuki masa pubertas. Dalam masa pubertas siswa tentu akan banyak mencari tahu tentang diri mereka, mulai melihat diri mereka baik dan melihat diri mereka maka pembentukan konsep diri sangat dominan di masa ini.

  Dalam masa pubertas juga, siswa mulai masuk ke dalam kehidupan sosial yang baru. Mereka akan mencari dan membutuhkan banyak teman dalam kehidupannya. Peran dan kehadiran mereka dalam kelompok mereka juga akan sangat mempengaruhi konsep diri. Jika mereka merasa memiliki peran yang penting dan merasa diterima dan disukai dalam kelompok itu maka mereka akan merasa senang.

  Masa pubertas adalah masa potensial bagi pembentukan konsep diri. Oleh karena itu siswa pada rentan usia puber perlu mendapat bimbingan untuk memahami dan memiliki konsep tentang dirinya yang positif karena hal itu merupakan bekal utama bagi remaja dalam masa pubertas untuk menjalani pergaulan dalam hidupnya.

C. Instrumen Penelitian

  Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang disusun berdasarkan aspek-aspek konsep diri menurut Fitts   (Agustiani, 2006:139-141). Kuesioner tentang konsep diri terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama berisi tentang kata pengantar petunjuk pengisian kuesioner, bagian yang kedua berisi tentang pernyataan yang mengungkapkan gambaran konsep diri. Kisi-kisi jumlah aspek diri dapat dilihat dalam tabel I.

  Tabel 1. Kuisioner Konsep Diri Uji Coba

1. Diri Fisik

1.3 Menghargai penampilan diri

  5.2 Menyadari peran dan fungsi individu di dalam keluarga 49, 50, 51,

  38

  7

  3

  4. Diri moral etik

  4.1 Keadaan individu dalam hubungannya dengan Tuhan (Agama)

  39, 40 43, 44, 45,

  46 41, 42 47, 48

  4

  6

  5. Diri keluarga 5.1 Menilai keadaan keluarga

  53

  52 54, 55, 56

  33, 34,

  5

  3

  6. Diri Akademik

  Memiliki kemampuan untuk menilai kemampuan dan prestasi dalam bidang akademik.

  57, 58, 59

  60

  4 Jumlah

  38

  22

  60

  35

  32 36, 37

  No Aspek-aspek Konsep Diri

  2

  Indicator Item Favorable

  Item Unfavo

  Jumlah

Dokumen yang terkait

Deskripsi tingkat kepercayan diri siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbngan klasikal.

1 1 99

Deskripsi tingkat kemampuan mengelola emosi siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 1 83

Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 0 93

Konsep diri siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 0 115

Deskripsi tingkat penerimaan diri siswa kelas X SMA Budya Wacana Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 1 155

Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Gunung Kidul Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 0 136

Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan klasikal

0 0 91

Deskripsi tingkat konsep diri remaja kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 0 107

Deskripsi tingkat kecerdasan interpersonal para siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 0 175

Perbedaan motivasi berprestasi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan - USD Repository

0 0 138