PENGARUH TERAPI PIJAT SWEDIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI BALAI SOSIAL LANJUT USIA “MANDALIKA” NTB

  ISSN : 2477

  • – 0604

  Vol. 3 No. 1 Maret - Juni 2017 | 40-50

PENGARUH TERAPI PIJAT SWEDIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN

DARAH PADA PASIEN LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI BALAI SOSIAL

  

LANJUT USIA “MANDALIKA” NTB

1) 2) 3)

  Robiatul Adawiyah , Dina Fithriana , Nuri Febriani

  1,2,3)

  Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram, Jl. Swakarsa III No. 10 Kekalik-Mataram, Nusa Tenggara Barat

  Email

  

ABSTRAK

  Usia yang semakin bertambah dapat menyebabkan kemunduran beberapa fungsi fisik maupun psikologis yang dialami akibat proses menua, termasuk dapat menyebabkan masalah kesehatan pada lansia, salah satunya penyakit degeneratif yang sering dialami lansia yaitu hipertensi yang merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh hilangnya elastisitas dinding pembuluh darah akibat adanya proses penuaan. Terapi pijat swedia merupakan salah satu terapi komplementer yang dipercaya mampu memberikan respon relaksasi dan juga mampu menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi pijat swedia terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pre-post test design dengan jumlah sampel 20 orang lansia dengan hipertensi. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji paired t-test dengan taraf signifikan 0,05 (5%).Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t-hitung sebesar 8,048 dan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada d.b =19 diperoleh t-tabel sebesar 2,093 sehingga (t-hitung > t-tabel yang artinya ada pengaruh terapi pijat swedia terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi.Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian terapi pijat swedia terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi, sehingga pijat swedia dapat dijadikan sebagai pengobatan alternatif untuk membantu menurunkan tekanan darah seseorang khususnya pada lansia dengan hipertensi.

  Kata Kunci : Lansia; Hipertensi; Pijat Swedia.

  

THE EFFECT OF SWEDISH MASSAGE THERAPY TO THE CHANGES OF

BLOOD PRESSURE IN ELDERLY PATIENT WITH HYPERTENSION IN

THE SOCIAL INSTITUTION OF E LDERLY PEOPLE “MANDALIKA”

  

WEST NUSA TENGGARA

ABSTRACT

The older the age is, it can cause the degrading of some physical or psychological

functions experienced by people as the effect of aging process. It also includes triggering

health problems in the elderly people. One of the degenerative disease that is mostly

experienced by the elders is hypertension which is a chronic disease caused by the lacking

of blood vessel’s wall elasticity as the effect of aging process. The Swedish massage

therapy is one of complementary therapy which is believed to be effective in giving the

relaxation responses and also to reduce the blood pressure. Then, it brought to a reseearch

where it was aimed to examine the effect of Swedish massage therapy to the changes of

ROBIATUL ADAWIYAH

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI

pre-post test design with 20 elderly people with hypertension as samples which were

selected by purposive sampling method. Data analyzing used was paired t-test with 0,05

(5%) signifance level. Based on the statistical test, t-count is 8,048 and was compared with

t-table on d.b =19, it had result on t-table 2,093.Thus, t-count > t-tablemeant that there

was an effect of Swedish massage therapy to the change of blood pressure in elderly

patients with hypertension. Based on this reseach,itcould be concluded that there was an

effect of Swedish massage therapy to the changes of blood pressure in elderly patients with

hypertension. Therefore, the Swedish massage could be used as an alternative care to help

in reducing blood pressure especially to the elderly people with hypertension. Keywords: Elderly people;Hypertension; Swedish massage PENDAHULUAN

  Setiap individu yang memiliki umur panjang akan menjadi tua. Menjadi tua atau menua (aging process) adalah proses normal yang terjadi secara alamiah sepanjang masa kehidupan yang ditandai dengan adanya perubahan fisik dan tingkah laku sesuai tahap perkembangan kronologis tertentu. Proses menua dipengaruhi oleh fenomena yang kompleks dan multidimensial dimana tingkat kecepatannya berbeda pada setiap individu. Menurut World Health

  Organization (WHO), seseorang

  dikatakan lansia apabila sudah berumur 60 tahun atau lebih dan hal yang sama juga disebutkan dalam UU No. 13 Tahun 1998 (Nugroho, 2014; Stanley & Beare, 2012; Kemenkes RI, 2013).

  Usia yang semakin bertambah dapat menyebabkan kemunduran beberapa fungsi fisik maupun psikologis yang dialami lansia akibat proses menua (aging process ) termasuk dapat menyebabkan masalah kesehatan pada lansia, salah satunya penyakit degeneratif yang sering dialami lansia yaitu hipertensi yang merupakan penyakit kronik akibat gangguan sistem sirkulasi darah yang kini menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat. Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001).

  Berdasarkan data dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 Desember 2016, data jumlah lansia pada bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2016 sebanyak 76 orang, dan yang mempunyai hipertensi sebanyak 13 orang, kemudian dari data terbaru yang didapatkan oleh peneliti selama penelitian, data jumlah Lansia pada bulan Juni 2017 sebanyak 68 orang lansia, dan yang mempunyai hipertensi sebanyak 24 orang. Hipertensi merupakan 3 dari 10 penyakit dengan pravelensi tertinggi di Balai Sosial Lanjut Usia ”Mandalika” NTB, dimana berdasarkan wawancara dengan petugas Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB, untuk penatalaksanaan dari Hipertensi sendiri yaitu dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi pada setiap lansia yang terdiagnosa hipertensi, seperti Captopril yang diberikan setiap hari dengan dosis 1x sehari, dan amnodipin jika tekanan darah lansia > 200 mmHg, namun pemberian obat-obatan anti hipertensi pada lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB belum efektif dikarenakan pola makan dari lansia yang tidak terkontrol akibat perilaku lansia yang terkadang memakan makanan yang dapat mempengaruhi tekanan darahnya secara sembunyi-sembunyi dari pihak Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB, selain dari terapi farmakologi (obat-obatan) Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB juga sudah melakukan

ROBIATUL ADAWIYAH

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI

  hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terapi pijat Swedia dapat menurunkan tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Nadi,

  Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen:

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi pijat Swedia terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB.

  Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dilakukan, manfaat terapi pijat Swedia memiliki efek positif terhadap sistem kardiovaskuler, namun belum ada penelitian sebelumnya mengenai tindakan tersebut khususnya di NTB, sehingga calon peneliti tertarik untuk menguji pengaruh pemberian terapi pijat Swedia terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia”Mandalika” NTB.

  ) yang terkait dengan kecemasan pada perempuan yang sehat. Dan selain itu secara teori manfaat pijat Swedia dapat memberikan efek terhadap lancarnya peredaran darah, dapat memulihkan tubuh akibat kelelahan dan dapat meningkatkan aliran oksigen dan relaksasi. (Rachmi Primidiati, 2002)

  Respirasi Rate

  Massage Techniques On The Vital Sign And Anxiety Of Healthy Women”, dimana

  kolaborasi dengan ahli gizi terkait dengan diit untuk lansia dengan hipertensi, salah satunya dengan memberikan terapi herbal jus mentimun (non-farmakologi) untuk pengendalian tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, namun terapi herbal tersebut tidak secara kontinu dilakukan oleh pihak Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB dikarenakan tidak adanya koordinasi (delegasi) dari petugas sebelumnya terkait pengaruh dari pemberian terapi tersebut, sehingga terapi tersebut tidak dilanjutkan kembali.

  bahwa terapi pijat secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah, dan denyut jantung pada perempuan dengan hipertensi. Hal tersebut juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mina Jouzi (2016), dengan judul “Comparing The Effect Of Two Swedish

  Massage Therapy on Blood Pressure, Heart Rate, and Inflammatory Markers in Hypertensive Women”, menunjukkan

  Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Izreen Supa’at (2013) dengan judul “Effects of Swedish

  (gerakan perkusi) dan vibration (getaran).

  Relaksasi merupakan tindakan yang harus dilakukan pada setiap terapi anti-hipertensi. Apabila tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh darah yang relaks akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan menyebabkan tekanan darah turun dan kembali normal. Untuk membuat tubuh menjadi rileks dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti terapi musik klasik, yoga, tekhnik nafas dalam, dan terapi masase (terapi pijat), (Muttaqin, 2009). Salah satu terapi pijat yang dapat dilakukan adalah terapi pijat Swedia. Terapi pijat Swedia merupakan salah satu terapi komplementer yang dipercaya mampu memberikan respon relaksasi, selain itu juga mampu menurunkan tekanan darah yang diakibatkan oleh stres.Tekhnik pijat Swedia diantaranya; effleurage (menyentuh dengan lembut), petrissage (meremas otot), friction (gerakan menggosok melingkar), tapotement

  Guna mencegah dampak yang lebih buruk dari hipertensi maka harus dilakukan tindakan pencegahan dan pengobatan agar dapat mengendalikan tekanan darah. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan tekanan darah menurut Kowalski (2010) dapat dilakukan dengan terapi farmakologi yang biasanya diberikan dengan obat- obatan dan terapi non farmakologi yaitu terapi herbal, perubahan gaya hidup, kepatuhan dalam pengobatan, pengendalian stres dan terapi relaksasi.

BAHAN DAN METODE

ROBIATUL ADAWIYAH

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI

Time Series Design (Hidayat, 2007), digunakan sebagai acuan dalam

  dengan pendekatan one group pre-post memberikan pijat Swedia pada lansia test design dengan jumlah sampel 20 yang menderita hipertensi. orang lansia dengan hipertensi. Teknik

HASIL DAN PEMBAHASAN

  sampel yang digunakan adalah teknik 1.

  purposive sampling

  yaitu tekhnik Data Umum Hasil observasi data umum penentuan sampel dengan pertimbangan tentang karakteristik responden yang tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti dapatkan pada penelitian ini peneliti (Sugiyono, 2014). Hasil uji berdasarkan jenis kelamin dan usia, normalitas data dilihat dari Shapiro-Wilk

  Test (

  sebagai berikut: sampel ≤ 50) didapatkan p value > a. Responden

  0,05 artinya data berdistribusi normal, Karakteristik

  Berdasarkan Jenis Kelamin sehingga uji yang digunakan adalah uji Tabel

  1.1 Hasil observasi

  paired t-test dengan taraf signifikan 0,05

  karakteristik responden (5%). berdasarkan jenis kelamin

  Berdasarkan kedua desain tersebut, pada penelitian ini setiap

  No Jenis Frekuensi Presentase

  responden mendapat perlakuan terapi

  Kelamin (%)

  pijat Swedia sebanyak tiga (3) kali dan

  1. Laki-Laki 5 25 %

  2. Perempuan 15 75 %

  pengukuran tekanan darah untuk setiap

  Total 20 100 %

  responden dilakukan sebelum dan setelah

  Sumber: Data Primer pelaksanaan tekhnik terapi pijat Swedia.

  Berdasarkan tabel 1 diatas Dan pelaksanaan tekhnik terapi pijat dapat dilihat bahwa sebagian

  • – Swedia dilakukan pada pukul 08.00 besar responden pada penelitian

  10.00 pagi atau 15.00-17.00 sore diwaktu ini adalah berjenis kelamin yang sama, dimana pelaksanaan terapi perempuan yaitu sejumlah 15 pijat Swedia tersebut telah dilakukan oleh orang responden (75%), peneliti yang dibantu oleh enumerator sedangkan laki-laki sejumlah 5 atau asisten peneliti yang berjumlah 3 orang (25%). orang, dan yang merupakan mahasiswa

  b. Responden Karakteristik tingkat tiga STIKES Mataram yang telah

  Berdasarkan Usia menempuh mata kuliah keperawatan Tabel

  1.2 Hasil observasi gerontik dan yang telah diberikan karakteristik responden pelatihan dan pengarahan dalam berdasarkan usia pemijatan dan pengukuran tekanan darah.

  Dalam penelitian ini instrumen

  Presentase No. Usia Frekuensi (%)

  yang digunakan antara lain lembar

  1. 60-74

  11

  55

  observasi, study dokumentasi, pedoman

  2. 75-90

  9

  45

  pelaksanaan tekhnik pijat Swedia dan

  Total 20 100

  tensimter digital. Lembar dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

  Sumber: Data Primer

  demografi responden yang meliputi: usia, Berdasarkan table

  1.2 jenis kelamin, pendidikan, dan diagnosa diatas dapat dilihat bahwa medik. Lembar observasi digunakan sebagian besar usia responden untuk mencatat hasil pengukuran tekanan dalam penelitian ini adalah 60-74 darah yang dilakukan secara langsung tahun sejumlah 11 orang (55%). pada responden dengan menggunakan 2.

  Data Khusus alat tensimeter. Dan pedoman Data khusus menyajikan hasil pelaksanaan tekhnik pijat Swedia observasi dan hasil uji analisa

ROBIATUL ADAWIYAH

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI

  pengaruh terapi pijat Swedia terhadap hipertensi ringan sejumlah 10 perubahan tekanan darah pada pasien orang (50%), dan dapat dilihat lansia dengan hipertensi di Balai juga bahwa klasifikasi tekanan darah normal tinggi mengalami Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB.

  a. peningkatan setelah dilakukan

  Tekanan darah sebelum dilakukan terapi pijat Swedia pemijatan, yakni sejumlah 6 orang Tabel

  1.3 Hasil observasi (30%), hipertensi sedang karakteristik responden sejumlah 2 orang (10%), serta berdasarkan tekanan darah terdapat pula klasifikasi tekanan sebelum dilakukan terapi pijat darah normal sejumlah 2 orang Swedia (10%).

  Persentase c. Klasifikasi Frekuensi Tabel 1.5 Hasil Analisa Pengaruh (%)

  Terapi Pijat Swedia Terhadap

  Hipotensi

  Perubahan Tekanan Darah Pada

  Normal

  2

  10 Pasien Lansia Dengan Hipertensi N. Tinggi

  6

30 Di Balai Sosial Lanjut Usia

  H. Ringan

  10

  50 “Mandalika” NTB.

  H. Sedang

  2

10 Paired Samples Test

H. Berat

  Paired Differences Total 20 100 Confidence 95% t df Sig. (2-

  Berdasarkan tabel

  4.3 Std. Error Std. Interval of the Difference tailed) diatas dapat dilihat bahwa Mean Deviation Mean Lower Upper sebagian besar klasfikasi tekanan Pair 1 Tekanan darah yang dimiliki oleh Darah responden sebelum dilakukan Sebelum Perlakuan 5.215 2.898 .648 3.859 6.571 8.048 19 .000 pemijatan dalam penelitian ini

  • - Tekanan adalah hipertensi ringan sejumlah Darah Sesudah 13 orang (65%). Perlakuan b.

  Tekanan darah setelah dilakukan terapi pijat Swedia Sumber: Data Primer

  Tabel

  1.4 Hasil observasi karakteristik responden Berdasarkan hasil perhitungan berdasarkan tekanan darah setelah diatas diperoleh hasil t-hitung dilakukan terapi pijat Swedia sebesar 8,048 yang dibandingkan

  Persentase Klasifikasi Frekuensi

  dengan t-tabel dengan taraf

  (%)

  signifikan 0,05 pada df=19

  Hipotensi

  didapatkan hasil t-tabel yaitu

  Normal

  sebesar 2,093 sehingga dapat

  3

  15 N. Tinggi

  diartikan bahwa t-hitung lebih besar

  13

  65 H. Ringan

  dari t-tabel (8,048>2,093) sehingga

  4

  20 H. Sedang

  H0 ditolak dan Ha diterima, artinya

H. Berat

  ada pengaruh pemberian terapi pijat

  Total 20 100

  Swedia terhadap perubahan tekanan Berdasarkan tabel 4.4 diatas darah pada pasien lansia dengan dapat dilihat bahwa sebagian hipertensi di Balai Sosial Lanjut besar klasfikasi tekanan darah

  Usia “Mandalika” NTB. Selain yang dimiliki oleh responden berdasarkan hasil dari t-hitung dan sesudah dilakukan pemijatan t-tabel, hasil tersebut juga dapat dalam penelitian ini adalah

ROBIATUL ADAWIYAH

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI tailed ) yang diperoleh yakni p-value

  (0,000) < α (0,05), yang artinya ada pengaruh pijat Swedia terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB.

  PEMBAHASAN a.

  Identifikasi Tekanan Darah Sebelum Diberikan Terapi Pijat Swedia

  Berdasarkan hasil analisa data pada tabel 1.3 terlihat bahwa sebelum diberikan terapi pijat Swedia dari 20 responden, sebanyak 13 orang (65%) mengalami hipertensi ringan, hipertensi sedang sebanyak 4 orang (20%) dan terdapat normal tiggi sebanyak 3 orang (15%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden mengalami hipertensi pada klasikasi hipertensi ringan atau memiliki tekanan darah antara 140- 159 mmHg, dimana dari data penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi tersebut sebagian besar ditemukan pada rentang usia 60-74 tahun.

  Berbedanya status tekanan darah responden pra intervensi, menunjukkan berbedanya paparan faktor yang terjadi pada setiap responden. Selaras dengan pendapat Hadi (2007) yang menyatakan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap patogenesis hipertensi pada usia lanjut diantaranya: peningkatan sensitifitas terhadap asupan natrium, penurunan elastisitas pembuluh darah perifer dan perubahan ateromatous.

  Beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi tekanan darah setiap individu, seperti faktor usia dan jenis kelamin (Perry & Potter, 2005). Terkait dengan faktor usia, hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden telah memasuki lanjut usia (60 tahun keatas), dimana sebanyak 11 orang (55%) berada pada rentang usia 60-74 tahun, dan sebanyak 9 orang (45%) berada pada rentang usia 75-90 tahun. Menurut Nugroho (2014) saat terjadinya aging proses, maka setiap individu akan mengalami perubahan dalam berbagai aspek, seperti perubahan fisik, mental dan psikososial. Perubahan fisik pada sistem kardiovaskuker ditandai dengan menurunnya elastisitas pembuluh arteri yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan pada pembuluh arteri tersebut. Hal tersebut yang mengakibatkan lansia cendrung mengalami hipertensi.

  Terkait dengan faktor jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (75%) adalah berjenis kelamin perempuan, sedangkan (25%) responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih rentan menderita hipertensi, hal serupa ditemukan pula dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto (2013) terkait kejadian hipertensi pada sejumlah lansia yang berusia 55 tahun di Kelurahan Jagalan, wilayah kerja Puskesmas Pucangsawit, yang menyatakan bahwa perempuan cenderung menderita hipertensi daripada laki-laki. Pada penelitian tersebut sebanyak 27,5% perempuan mengalami hipertensi, sedangkan untuk laki-laki hanya sebesar 5,8%, hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa setelah menopause, wanita cendrung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pria pada usia tersebut (Perry & Potter 2005). Menurut Bustan (2007) angka kejadian hipertensi lebih tinggi pada wanita dibanding pada pria, penyebabnya karena adanya pengaruh kehamilan

ROBIATUL ADAWIYAH

  Selain itu penelitian ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Izreen Supa’at dan Zakaria (2013) yang berjudul “Effect Of Swedish Massage Therapy

  Namun dari data yang peneliti dapatkan dapat dilihat pada master tabel menampilkan ada beberapa nilai tekanan darah responden yang menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan terhadap tekanan darah setelah diberikan perlakuan pijat Swedia, hal ini bisa dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya kondisi fisiologis dan psikoligis yang dimiliki oleh responden pada saat perlakuan. Secara teori menurut Hayens, (2003) dan Bustan (2007) menyebutkan bahwa mekanisme fisilogis dan kondisi psikologis (stress) yang abnormal atau mengalami gangguan akan mempengaruhi tekanan darah sesorang. Menurut Bustan (2007) paparan stress pada sesorang dapat

  Rate ) yang terkait dengan kecemasan pada perempuan yang sehat.

  hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terapi pijat Swedia dapat menurunkan tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Nadi, Respirasi

  The Effect Of Two Swedish Massage Techniques On The Vital Sign And Anxiety Of Healthy Women”, dimana

  yang menyebutkan bahwa dengan melakukan swedish massage satu jam per minggu dapat menurunkan tekanan darah, denyut jantung, dan mengurangi gejala hipertensi pada wanita. Penelitin serupa juga dilakukan oleh Dr. Mina Jouzi (2016), dengan judul “Comparing

  On Blood Pressure, Heart Rate and Inflammatory Markers In Hypertension Women”

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI

  dan penggunaan pil kontrasepsi.Perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopouse dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

  massage dapat bermanfat dalam

  Berdasarkan hasil analisa data pada tabel 1.4 terlihat bahwa sesudah diberikan terapi pijat Swedia dari 20 responden, sebanyak 10 orang (50%) mengalami hipertensi ringan, dan dapat dilihat juga bahwa klasifikasi tekanan darah normal tinggi mengalami peningkatan setelah dilakukan pemijatan, yakni sejumlah 6 orang (30%), hipertensi sedang sejumlah 2 orang (10%), serta terdapat pula klasifikasi tekanan darah normal sejumlah 2 orang (10%). Data tersebut menunjukkan bahwa adanya perubahan status tekanan darah responden setelah diberikan terapi pijat Swedia. Dimana rata-rata perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi sesudah diberikan terapi pijat Swedia yakni sebesar 5 mmHg. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terapi pijat Swediaberpengaruh terhadap perubahan tekanan darah. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Rachmi (2002), prinsip utama pijat Swedia (swedish massage) adalah melakukan pemijatan pada jaringan lunak tubuh. Sehingga Swedish

  Identifikasi Tekanan Darah Sesudah Pemberian Terapi Pijat Swedia.

  b.

  HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi (Anggraini dkk, 2009).

  Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol

  memperlancar peredaran darah, pemulilhan tubuh akibat kelelahan, serta dapat meningkatkan aliran oksigen dan relaksasi.

ROBIATUL ADAWIYAH

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI

  menaikkan tekanan darah sepintas dan hipertensi dini cenderung reaktif, sehingga susunan saraf simpatik akan mempengaruhihaemodinamic, yang menimbulkan hipertensi menetap.

  c.

  Analisa Pengaruh Terapi Pijat Swedia Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi Berdasarkan Uji Paired t- test .

  Hasil analisa uji statistik t-test tentang pengaruh terapi pijat Swedia terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB, didapatkan nilai t- hitung sebesar 8,048 dengan nilai t- tabel untuk penggunaan sampel yang berjumlah 20 sampel adalah sebesar 2,093. Hasil tersebut menunjukkan bahwa t-hitung (8,048) > t-tabel (2,093). Perbedaan nilai tersebut berpengaruh terhadap penolakan hipotesis H0 dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi pijat Swedia terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB. Selain berdasarkan hasil dari t-hitung dan t- tabel, hasil tersebut juga dapat dilihat dari hasil analisa taraf sig (2-tailed) yang diperoleh yakni p-value (0,000) < α (0,05), yang artinya ada pengaruh pijat Swedia terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB.

  Hasil uji t-test tersebut juga didukung dengan data hasil penelitian yang terdapat pada tabel 1.3 dan 1.4, data pada tabel tersebut menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada tekanan darah responden sebelum dan sesudah pemberian terapi pijat Swedia. Sebelum perlakuan (pre-test) tekanan darah responden berada dalam kategori hipertensi sedang, hipertensi ringan, dan normal tinggi. Dan setelah perlakuan (post-test) tekanan darah responden berada dalam ketegori hipertensi sedang, hipertensi ringan, tekanan darah normal tinggi dan tekanan darah normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smaltzer (2011) bahwa pendekatan non-farmakologis, yang termasuk didalamnya adalah relaksasi merupakan intevensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi hipertensi. Relaksasi merupakan tindakan yang harus dilakukan pada setiap terapi anti- hipertensi. Apabila tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh darah yang rileks akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan menyebabkan tekanan darah turun dan kembali normal. Menurut Muttaqin (2009) untuk membuat tubuh menjadi rileks dapat dilakukan dengan beberapa cara dan salah satunya adalah terapi masase (terapi pijat). Hal ini sejalan dengan pendapat Perry dan Potter (2005) yang menyatakan bahwa terapi pijat dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk menurunkan tekanan darah sistemik. Sehingga pemberian terapi pijat Swedia dapat digunakan kedalam salah satu penalataksanaan non-farmakologis pada penderita hipertensi, karena dapat memberikan efek relakasasi sehingga tekanan darah kembali turun dan normal.

  Penelitian ini telah menunjukkan bahwa pijat Swedia telah mampu memberikan perubahan pada tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi, dimana terdapat penurunan dengan rata-rata 5 mmHg pada setiap responden setelah diberikan pijat Swedia, namun tidak terdapat perubahan tekanan darah yang signifikan pada lima responden setelah diberikan pijat Swedia, hal tersebut dapat dikarenakan oleh

ROBIATUL ADAWIYAH

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI

  pengaruh beberapa faktor yakni, mekanisme fisiologis dan kondisi psikologis yang mengalami gangguan serta kondisi alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah pada saat penelitian, selain itu beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah selain dari pijat Swedia yakni faktor medikasi dan life style namun kedua faktor tersebut tidak dikontrol oleh peneliti, sehingga faktor-faktor tersebut menjadi faktor pembatas (keterbatasan) yang tidak dapat dikendalikan dalam penelitian.

  KESIMPULAN 1.

  Sebelum pemberian terapi pijat swedia pada responden, tekanan darah responden berada pada kategori hipertensi ringan sebanyak 13 orang (65%).

  2. Setelah pemberian terapi pijat Swedia pada responden, tekanan darah responden berada pada kategori hipertensi ringan sebanyak 10 orang (50%) dengan rata-rata penurunan sebesar 5 mmHg.

  3. Berdasarkan analisa uji paired t-test didapatkan nilai t-hitung sebesar 8,048 dan nilai t-tabel sebesar 2,093, dan didapatkan pula nilai p value (0,000) < α (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terapi pijat Swedia berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah padapasien lansia dengan hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB.

  SARAN 1.

  Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melengkapi keilmuan dan sebagai bahan informasi menambah khasanah pustaka bagi institusi pendidikan.

  “Mandalika” NTB Hasil penelitian ini agar dilaksanakan secara kontinyu oleh pihak terkait untuk meningkatkan pelayanan dan perawatan pada klien hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB.

  3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu ada penelitian lebih lanjut terkait perubahan tekanan darah pada lansia yang ada di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” NTB atau balai sosial lainnya atau yang tinggal di rumah bersama keluarga, yang dapat digunakan sebagai pembanding penelitian yang sudah dilakukan demi tercapai derajat kesehatan dan kesejahteraan yang setinggi-tingginya. Selain itu untuk peneliti selanjutnya perlu meneliti juga terkait faktor- faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada lansia dengan hipertensi seperti penggunaan obat anti hipertensi, aktivitas serta diit responden jika melakukan penelitian terkait terapi pijat Swedia terhadap perubahan tekanan darah dikemudian hari.

2. Bagi Balai Sosial Lanjut Usia

ROBIATUL ADAWIYAH

  . Diambil tanggal 06 Januari 2017 dari

  Pustaka & Intimedia Hermawan Soni. (2015). Perbandingan

  Pengaruh Sport Massage dan Swedish Massage Terhadap Perubahan Denyut Nadi dan Frekuensi Pernafasan.Skripsi.

  Yogyakartta: FIK UNY InfoDATIN Lansia. (2016). Situasi

  Lanjut Usia (LANSIA) di Indonesia . Jakarta

  Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan

  Indonesia . Jakarta: Kemenkes

  Kemenkes RI. (2013). Buletin Jendela

  Data dan Informasi Kesehatan- Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Kemenkes

  Khoiriyah. (2011). Penduduk Lanjut

  Usia: Tinjauan Teori, Konsep Lansia

   Kowalski, R. (2010). Terapi Hipertensi.

  (2003). Buku Pintar Menaklukkan

  Diterjemahkan oleh Rani S Ekawati. Bandung: Qanita. Kota Mataram. (2013). Satu Langka

  Menuju Impian Lanjut Usia Kota Ramah Lanjut Usia 2030 .

  Yogyakarta: ServeyMETER. Leuckenotte, A.G. (2000). Gerontologic

  Nursing. (2 nd

  ed). Missouri: Mosby. Mubarak, Wahit Iqbal, (2006). Buku Ajar

  Keperawatan Komunitas 2.

  Jakarta: CV Sagung Seto Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi

  Penelitian Kesehatan . Edisi

  Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku .

  Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho. 2014. Keperawatan Gerontik

  dan Geriatrik . Jakarta: EGC

  Hipertensi . Jakarta: Ladang

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI DAFTAR PUSTAKA

  Alimul, A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik, Penulisan Ilmiah .

  massage in preparation for and recovery from exercise: an overview . Sports Med.

  Jakarta: Salemba Medika Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

  Jakarta: Rineka Cipta Armojo, R. Boedhi dan H. Hadi Martono. (2007). Buku Ajar Geriatri (Ilmu

  Kesehatan Usia Lanjut .Ed. 3.

  Jakarta: FKUI. Beevers, D.G. (2008). Seri Kesehatan:

  Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat

  BPS. (2013). Kependudukan dan Angka Harapan Hidup Penduduk .

  Indonesia: BPS Statistik Indonesia Brunner & Suddarth. (2002). Perawatan

  Medikal Bedah Vol: 1. Jakarta :

  EGC Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan

  Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC. Bustan MN. (2007). Epidemiologi

  Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cafarelli E & Flint F. (1992). The role of

  Dahlan, M.S. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.

  Two Swedish Massage Techniques on The Vital Signs and Anxiety of Healthy Women : Iranian Journal

  ( ed.5). Jakarta: Salemba Medika.

  Depkes RI. (2014). Pelayanan dan

  Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut . Jakarta: Depkes

  Dikes. (2013). Profil Dinas Kesehatan

  Kota Mataram . Mataram: Dikes

  Downing, George. (1990). Masase Gaya

  Swedia . Alih bahasa Lanny L.

  Bina Pustaka Dubrovsky, V.I. (1990). The effect of

  massage on athlet´s cadiorespiratory systems (clinico- physiolgical research).

  Farzaneh GM, Mina Z, Bahrom S.

  (2016). Comparing The Effects of

  of Nursing and Midwifery Research Vol.21 Hayens R. B, Frans H. H. L., & Eddy S.

ROBIATUL ADAWIYAH

  Tapan MHA, Erik. (2004). Penyakit

  Sugiyono. (2014). Metode Penelitian

  Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

  Bandung: Alfabeta Supa’at I, Zakaria Z, Maskon O,

  Aminuddin A, Nordin NA. (2013). Effects of Swedish

  Massage Therapy on Blood Pressure, Heart Rate, and Inflammatory Markers in Hypertensive Women . Evidence Based Complement Alternat Med 2013;2013:171852.

  Sustrani, Lanny, dkk. (2004). Hipertensi.

  Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

  Ginjal dan Hipertensi . Jakarta: PT

  STIKES Mataram. (2016). Buku Panduan Penulisan Skripsi .

  Eek Media Komputindo Tjokronegoro.A dan H. Utama. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

  II. In: E. Susalit, E.J. Kapojos, dan H.R. Lubis ed. Hipertensi Primer. Jakarta: Gaya Baru

  Wahyuni, Eksanoto, D. (2013).

  Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Jagalan di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sawit Surakarta . Jurnal Ilmu

  Keperawatan Indonesia Wiryowidagdo, S. (2002). Tanaman Obat

  untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Cetakan

  ketiga. Jakarta: Penerbit PT. Agromedia Pustaka

  Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram. Mataram: STIKES Mataram

  DINA FITHRIANA NURI FEBRIANI

  Nursalam. (2011). Konsep & Penerapan

  Lanjut Usia: Tinjauan Teori, Konsep Lansia . Diambil tanggal

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan

  . Jakarta: Salemba Medika

  Palmer & Williams. (2007). Tekanan

  Darah Tinggi . Jakarta: Erlangga

  Perry &Potter. (2005). Fundamental of nursing. Jakarta: EGC. Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar

  Fundamental Keperawatan: konsep, proses,dan praktik, Edisi

  4. Jakarta: EGC Prayitno, Suhargo. (2000). Penduduk

  06 Januari 2017 dari

  Smeltzer, Suzanne C. (2001).

  

  Priyonoadi, Bambang. (2008). Sport

  Masase (Masase Olahraga) .

  Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Santoso, H. dan Ismail, A. (2009).

  Memahami Krisis Lanjut Usia.

  Jakarta: Gunung Mulia Setiabudhi, T dan Hardywinoto. (2005).

  Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek: Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia.

  Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

  Keperawatan Medikal-Bedah. Ed.8 Vol.3 . Jakarta: EGC