USULAN PENELITIAN UPAYA PENINGKATAN KUAL

USULAN PENELITIAN
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERTUMBUHAN BIBIT
SAGU PADA BEBERAPA TARAF PENGGUNAAN PUPUK DAUN
GROWMORE (32-10-10) DAN ZAT PENGATUR TUMBUH
TANAMAN (ROOTONE-F) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

M.RIZKI MULYANTO
A24110062

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

USULAN PENELITIAN
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERTUMBUHAN BIBIT
SAGU PADA BEBERAPA TARAF PENGGUNAAN PUPUK DAUN
GROWMORE (32-10-10) DAN ZAT PENGATUR TUMBUH
TANAMAN (ROOTONE-F) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

M.RIZKI MULYANTO


Usulan Penelitian
sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Judul
Nama
NIM

: Upaya Peningkatan Kualitas Pertumbuhan Bibit Sagu Pada Beberapa
Taraf Penggunaan Pupuk Daun GrowMore (32-10-10) Dan Zat Pengatur
Tumbuh (Rootone-F) Dengan Sistem Hidroponik
: M.Rizki Mulyanto

: A24110062

Disetujui

Prof. Dr. HMH Bintoro Djoefrie, MAgr
Pembimbing

Diketahui

Dr Ir Heni Purnamawati, MSc
Ketua Program Studi

Tanggal disetujui:

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga usulan penelitian dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat
melaksanakan penelitian. Usulan penelitian ini dilaksanakan untuk menemukan
perlakuan yang paling kondusif dalam mendapatkan makan sagu secara massal dengan
beberapa perlakuan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. HMH Bintoro
Djoefrie, MAgr yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan
penelitian. Kepada kedua orang tua, keluarga dan teman-teman yang senantiasa
memberikan dukungan sepenuh hati serta doa yang tak pernah putus.
Semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam pelaksanan
penelitian.

Bogor, Desember 2014

M. Rizki Mulyanto

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang

1
1

Tujuan


1

Hipotesis

1

TINJAUAN PUSTAKA
Pembibitan

2
2

Pemupukan

3

GrowMore

4


Rootone-F

5

METODE
Waktu dan Tempat

6
6

Bahan dan Alat

6

Metode Percobaan

6

Pelaksanaan


6

Pengamatan

7

Analisis Data

7

DAFTAR PUSTAKA
RENCANA KEGIATAN DAN RENCANA BIAYA PENELITIAN
Rencana kegiatan penelitian
Usulan Anggaran Biaya Penelitian

8
9
9
10


1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan bahan pangan pokok meningkat sesuai dengan deret ukur, namun
peningkatan produksi bahan pangan bergerak sesuai dengan deret hitung. Hal ini
menyebabkan kebutuhan pangan dunia belum bisa dipenuhi secara keseluruhan. Oleh
karena didorong untuk pemenuhan kebutuhan pangan pokok, manusia dituntut untuk
kreatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara yang ditawarkan oleh
para ahli pangan dengan cara diversifikasi pangan. Apabila dihubungkan dengan
kebutuhan pangan pokok di Indonesia yang hanya bergantung pada beras, maka
diversifikasi pangan harus segera direalisasikan secepat mungkin, jika tidak maka
pemerintah dan seluruh masyarakat akan mendapatkan ancaman kekurangan
ketersediaan bahan pangan pokok. Tentu perlu difikirkan bahan pangan apa yang cocok
untuk menggantikan beras.
Indonesia yang memiliki beragam jenis bahan pangan pokok. Setiap daerahnya
memiliki potensi yang bisa dijadikan solusi dan pemecahan permasalahan bahan pangan
pokok nasional. Salah satunya Sagu (Metroxylon ssp.) yang sangat tumbuh subur di
wilayah Indonesia bagian timur dan beberapa di Kalimantan dan Sumatera, dengan
produksi 20 – 40 ton/ha/tahun (Bintoro, 2011). Pati (tepung) sagu mentah yang siap

diolah dan diberdayakan bukan hanya sebagai bahan pangan pokok tetepi juga berbagai
macam olahan seperti bio–fuel, bio–degradable plastic, dan pestisida alami (Yamamoto,
2011)]
Sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang paling produktif. Produksi
sagu yang dikelola dengan baik dapat mencapai 20–40 ton pati kering/ha/tahun.
Sehingga tanaman sagu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan
alternatif dan bahan baku industri dalam rangka ketahanan pangan nasional (Bintoro,
1999).
Sagu dalam pengembangannya sangat bergantung pada banyak hal. Salah satunya
ketersediaan bibit atau anakan sagu yang berkualitas untuk menjamin tumbuh kembang
dan produktivitas tanaman sagu. Oleh karena itu penyediaan bibit atau anakan sagu
dengan kualitas yang baik dan dengan jumlah yang banyak sangatlah dibutuhkan.
Tujuan
Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui taraf pupuk daun Growmore
(20-20-20) dan ZPT Rootone-F yang cocok dalam meningkatkan kualitas pertumbuhan
bibit sagu.

2

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya taraf atau dosis pupuk daun
Growmore (20-20-20) dan ZPT Rootone-F yang dapat meningkatkan kualitas
pertumbuhan pada bibit sagu.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Pembibitan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penyiapan bahan tanam merupakan kegiatan pengadaan bahan tanam yang
diperlukan dalam pembibitan. Bahan tanam yang berkualitas baik penting dalam
pembibitan. oleh karena itu untuk mendapatkan bahan tanam yang berkualitas baik

dilakukan seleksi terhadap bibit, perlakuan terhadap bibit dan persemaian.
Bahan tanam dapat diperoleh dari anakan (abut) yang tumbuh disekitar tanaman
induk. Namun tidak semua abut dapat dijadikan bibit, hanya abut yang memenuhi
kriteria yang dapat menjadi bibit berkualitas. Kriteria abut yang dapat dijadikan bibit
adalah pohon induk yang telah dewasa atau telah dipanen, tidak menempel pada induk
sagu, kondisi abut sehat, tidak terkena hama dan penyakit, jumlah akar banyak, dan
tempat penyimpanan bahan makanan (banir) berwarna merah muda dan keras (Bintoro,
2010).
Bentuk banir yang baik untuk dijadikan anakan adalah berbentuk “L” karena
memiliki jumlah cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan bentuk
yang lain (Bintoro, 2010). Bobot anakan yang ideal 2.0–4.05 kg (Maulana 2011).
Anakan sagu dengan bobot 2.0-4.0 kg memiliki daya tumbuh yang lebih baik
dibandingka anakan dengan bobot 4.0-8.0 kg (Ahyuni,2011)
Cara yang tepat dalam pengambilan anak sagu berpengaruh terhadap kualitas
bibit. Menurut Bintoro (2010), urutan langkah pengambilan bibit sagu adalah sebagai
berikut.
Rumpun tanaman sagu dibersihkan dari gulma dan sampah, Lalu dipilih anakan sagu
yang masih kecil dan tumbuh baik.
Pelepah daun dipangkas, disisakan sepanjang 30 sampai 40 cm.
Tanah disekitar anakan digali untuk memudahkan dalam pemotongan banir.

Bagian banir yang sudah keras dipotong dengan menggunakan dodos secara hati-hati,
jangan sampai melukai tanaman induk. Apabila tanaman induk teruka dapat
menyebabkan tanaman terserang hama dan penyakit.
Banir dibersihkan dari tanah yang masih menempel.
Akar pada banir dipangkas dan disisakan 10 cm.
Banir siap untuk disemaikan.
Anakan sagu disemai dengan tujuan memberikan kondisi yang sesuai bagi anakan
sebelum ditanam. Persemaian dilakukan dengan sistem rakit. Rakit yang digunakan
berbentuk persegi panjang yang dibagi menjadi tiga bagian. Ukuran rakit yang
digunakan memiliki lebar 1 m dan panjang 2.5 m. Menurut Bintoro (2010) persemaian
dilakukan diatas rakit yang dibuat diatas kanal hingga anakan memiliki rata-rata jumlah
daun 2-3 helai atau setelah tiga bulan persemaian. Menurut Ahyuni (2011) juga,
persemaian dengan sistem rakit selama 12 minggu adalah yang terbaik.
Persemaian dengan rakit ini memberikan keuntungan dengan ketersedian air yang
selalu tercukupi. Hal ini dapat menghindarkan anakan sagu dari stres air sehingga
pertumbuhannya menjadi maksimal (Pinem, 2008). Persemaian sistem rakit dengan

anakan sagu yang tidak berduri lebih baik daripada tanpa sistem rakit dan anakan sagu
yang berduri Wibisono (2011).
Selanjutnya sebelum dilakukan persemaian, anakan direndam dahulu ke dalam
larutan fungisida dengan konsentrasi 2 g/l selama satu hingga dua menit, setelah itu
dikeringanginkan. Untuk menekan laju evaporasi dan mempercepat pemunculan tunas,
perlu dilakukan pemangkasan daun. Menurut Listio (2007), dengan pemangkasan 30 cm
diatas banir dan pemberian Rootone-F dengan taraf 1500 ppm dapat meningkatkan
jumlah daun, panjang akar anakan, dan rataan pertumbuhan tunas bibit sagu.
Lama waktu perendaman ZPT yang dilakukan juga mempengaruhi jumlah dan
panjang akar yang dihasilkan pada persemaian. Seperti yang diungkapkan oleh Asmara
(2005) bahwa dengan perendaman ZPT (Rootone-F) dengan taraf 500 ppm selama
empat jam dapat meningkatkan jumlah akar dan panjang akar anakan sagu pada empat
minggu setelah semai.
Pemupukan
Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada media tanam atau langsung
kepada tanaman. Tujuan dari pemupukan adalah untuk meningkatkan kualitas dan
produksi akibat perbaikan nutrisi tanaman. Pupuk diklasifikasikan berdasarkan dasar
asalnya, dasar sumber, dasar sifat kerja, dasar kelarutan, dasar tipe senyawa, dasar
jumlah unsur hara, jumlah kebutuhan tanaman, dan lain sebagainya.
Pupuk dapat diberikan melalui daun karena daun merupakan salah satu organ
tanaman yang dapat menyerap unsur hara. Pemupukan lewat daun dapat dilakukan
pada beberapa jenis pupuk yang larut dalam air. Lingga (1994) menyatakan, wujud
pupuk daun ada dua macam; yaitu larutan atau cairan dan kristal halus sampai berupa
tepung. Pupuk daun ada yang diramu dari zat kimia (bahan anorganik), ada pula yang
bahannya diambil dari bahan organik. Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan,
keuntungan pupuk daun adalah menyuburkan tanaman dalam keadaan kurang air,
menaikkan jumlah dan mutu hasil panen. Selain itu pupuk daun ini dapat diaplikasikan
bersama-sama dengan pestisida. Pemberian pupuk daun yang tepat adalah antara jam 79 pagi atau 3-5 sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk
daun diaplikasikan (Lingga dan Marsono, 2004). Pemberian pupuk daun tidak
dianjurkan saat terik matahari, karena cahaya matahari pada siang hari merangsang
fotosintesis yang berakibat menurunkan kandungan CO2 kira-kira 0.03 - 0.02%,
tekanan turgor dari sel -sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih akibat
proses transpirasi (Harjadi, 1996).
Pupuk daun adalah pupuk buatan yang cara pemberiannya kepada tanaman
dilakukan melalui penyemprotan ke daun. Pada umumnya pupuk daun mengandung
unsur-unsur hara makro N, P, K, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro sebagai tambahan
seperti Fe, Cu, Mo, Mn, dan Zn. Pemberian pupuk melalui penyemprotan lewat daun
dapat mengatasi kekurangan hara karena pengaruhnya yang cepat dan langsung pada
tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk daun dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan serapan hara.

GrowMore
Pupuk growmore merupakan pupuk anorganik dengan bentuk fisik seperti kristal
yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman perkebunan. Kandungan unsur hara
yang terdapat pada pupuk ini adalah N 32%, P2O5 10%, K2O 10%, Cu 0,05%, Mg
0,10%, S 0,20%, B 0,02%, Fe 0,10%, Mn 0,05% Mo 0,0005% dan Zn 0,05% (Lingga
dan Marsono, 2004). Formula ini terutama untuk tanaman muda agar tanman segera
menjadi kuat dan cepat pertumbuhannya. Juga diperlukan bagi tanaman yang saat-saat
akhir kurang memerlukan unsur Phosphate dan kalium yang tinggi.
Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara yang diperlukan terutama untuk pertumbuhan
vegetatif. Tanaman menyerap N pada umumnya dalam bentuk amonium (NH4+) dan
nitrat (NO3-) (Soepardi, 1983). Pemberian N yang berlebihan akan mengakibatkan
pertumbuhan vegetatif yang sangat pesat, warna daun menjadi hijau tua dan tanaman
menjadi lebih sukulen. Kekurangan N menyebabkan tanaman kerdil, perakaran terbatas,
daun kuning dan senescense. Pada awalnya gejala kekurangan unsur N terlihat pada
daun yang lebih tua, hal ini karena unsur N merupakan unsur yang mobil sehingga akan
ditranspor dari daun tua ke daun muda (Novizan, 2001). Nitrogen berpengaruh lebih
mencolok dan cepat terhadap pertumbuhan tanaman jika dibandingkan dengan unsur
hara lainnya. Kebutuhan N tanaman dapat dipenuhi melalui pemupukan, baik berasal
dari pupuk buatan seperti urea dan ZA (Amonium Sulfat) maupun dari pupuk organik
seperti kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk guano. Selain itu dapat juga diperoleh
dari mineralisasi N dan bahan organik serta fiksasi N dari udara (Leiwakabessy;
Sutandi, 1998).
Fosfor
Ketersediaan P bagi tanaman sangat bergantung pada konsentrasi orthofosfat
primer (H2PO4-) dan orthofosfat sekunder (HPO42-). Absorbsi kedua ion ini
dipengaruhi oleh pH. Pada pH yang rendah absorbsi ion orthofosfat primer lebih
dominan dibandingkan dengan ion orthofosfat sekunder (Soepardi, 1983;Leiwakabessy,
1998). Fosfor berperan dalam pembentukan lemak dan albumin, penyusun asam
nukleat, fosfolipid, koenzim NAD dan NADP, penyusun ATP, melawan pengaruh buruk
nitrogen, perkembangan akar halus dan akar rambut, serta meningkatkan kualitas
tanaman dan ketahanan terhadap penyakit. Kekurangan P menyebabkan pertumbuhan
terhambat, daun berwarna keunguan, perakaran dangkal dan batang menjadi lemah.
Fosfor merupakan unsur yang mobil dalam tanaman, sehingga gejala kekurangan akan
terlihat pada daun yang tua (Leiwakabessy, 1998).
Kalium
Kalium diabsorbsi oleh tanaman dalam bentuk K+. Penambahan K ke dalam
tanah dilakukan dalam bentuk pupuk yang larut dalam air yaitu KCl, K2SO4, KNO3

dan K-Mg-Sulfat (Leiwakabessy, 1998). Peranan K dalam tanaman adalah sebagai
aktivator berbagai enzim, mentranslokasikan hasil asimilasi dan berperan dalam
pembentukan protein serta tepung (karbohidrat). Ketersediaan dan penyerapan K yang
cukup, menyebabkan tanaman lebih tahan terhadap serangan penyakit, merangsang
pertumbuhan akar, sehingga akar tanaman dapat berpijak dengan kuat ke tanah,
meningkatkan penyerapan hara, air dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman
(Soepardi, 1983). Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1998) tanaman yang menderita
kekurangan K akan menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan penyakit,
pertumbuhan terhambat dan senescens. Unsur K termasuk unsur yang mobil di tanaman
sehingga gejala awal kekurangan unsur ini akan terlihat pada daun yang lebih tua
dahulu. Selain itu kekurangan unsur K dapat menyebabkan tanaman tidak dapat
memanfaatkan hara dan air secara efisien, baik yang berasal dari tanah maupun pupuk
dan kurang toleran terhadap stres lingkungan seperti kekeringan,kebanyakan air, suhu
rendah, dan suhu tinggi.
Rootone-F
Pada umumnya campuran dari beberapa zat pengatur tumbuh lebih efektif
dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh tunggal, seperti pada zat pengatur tumbuh
rootone-f adalah formulasi dari beberapa zat; Napthalene Acetic Acid (NAA), Indole
Acetic Acid (IAA), dan (Indole Acetic Acid) IBA yang berbentuk tepung berwarna putih
kotor dan sukar larut dalam air. Komposisi bahan aktif rootone-f adalah Napthalene
Acetamida (NAA) 0,067 %; 2-metil-1-Napthalene Acetatamida (MNAD) 0,013 %; 2metil-1-naftalenasetat 0.33%; 3-Indol butyric Acid (IBA) 0,057 % dan Thyram
(Tetramithiuram disulfat) 4,00 %. NAD, NAA, DAN IBA merupakan senyawa organik
yang dapat mempercepat dan memperbanyak perakaran stum.
Thyram merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai fungisida
(Astuti,2006). Pada zat pengatur tumbuh Rootone-f Indodole Acetic Acid (IAA)
berperan di dalam mempercepat pemanjangan sel-sel pada jaringan meristem akar
tanaman. Indole Butyric Acid (IBA) dan Napthalene Acetamida (NAA) pada zat
pengatur tumbuh Rootone-f mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan
akar lanjutan dari akar-akar lateral yaitu pada pembentukan rambut rambut akar
(Salisbury dan Ross, 1995).
Penggunaan Rootone-f pada stum tanaman karet digunakan untuk membantu
mempercepat pertumbuhan sistem perakaran pada stump. Zat pengatur tumbuh yang
dikandung oleh Rootone-f yaitu IAA, IBA dan NAA bekerja pada jaringan meristem
Kaar sehingga membentuk sistem perakaran baru pada stum karet. (Pusat Penelitian
Karet, 2005).
Rootone-f merupakan bahan paduan hormon tumbuh akar, fungisida, bubuk kalk
(kapur). Rootone-f tampak berperan baik sebagai penghambat pertumbuhan jamur
patogen pada tunas, sehingga menahan serangan patogen selama pertumbuhan tunas.
Pada stum ditanam secara berdiri, dehidrasi terjadi lebih cepat pada batang stum di
bagian atas permukaan tanah, sehingga tunas di bagian atas permukaan tanah
mengalami penguapan berlebih, sementara akar sebagai alat pengambil air dari tanah

belum tersedia. Ketidakseimbangan ini menyebabkan tunas tumbuh sebentar lalu layu
(Chromaini, 2004).

METODE
Waktu dan Tempat
Percobaan akan dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Februari sampai
Mei 2015. Kegiatan percobaan akan dilaksanakan di PT. Sampoerna Agro, Kecamatan
Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan pada percobaan adalah tanaman sagu. Alat-alat yang
akan digunakan adalah alat tulis, sarana produksi pertanian, meteran, label, papan jalan,
terpal, bak dan timbangan.
Prosedur Pelaksanaan
Tahap awal yang dilakukan pemilihan anakan untuk persemaian
Metode yang digunakan adalah pengamatan secara langsung di lapang dengan
mengukur beberapa tanama contoh. Pengamatan yang dilakukan adalah jumlah akar,
panjang akar, panjang batang, panjang petiol, lebar daun, jumlah pelepah, jumlah anak
daun, panjang anak daun, dan lebar anak daun.Jumlah akar diukur dari anakan yang
dipersemaian. Panjang akar diukur dari ujung akar hingga pangkal banir. Panjang
batang diukur melalui tanaman sagu yang ada dipersemaian. Panjang petiol dan lebar
daun dihitung berdasarkan pengukuran langsung terhadap daun tanaman sagu. Jumlah
pelepah dihitung berdasarkan penglihatan langsung di lahan. Jumlah anak daun, panjang
dan lebar anak daun dihitung berdasarkan pengukuran langsung terhadap anak daun
tanaman sagu.
Pelaksanaan
Tahap awal yang dilakukan pemilihan anakan untuk persemaian, perlakuan dan
ulangan. Jumlah perlakuan empat perlakuan dengan dosis pupuk daun kontrol, 1 g/l, 2
g/l, dan 3 g/l. Dosis Rootone-F yang akan dilakukan adalah kontrol, 500 ppm dan 1000
ppm.Setelah penentuan tanaman contoh, kegiatan berikutnya adalah pengamatan. Faktor
dosis pupuk daun dan taraf ZPT adalah sebagai berikut.
- Faktor dosis pupuk daun;
Po
: Kontrol
P1
: Pemupukan dengan Growmore (32-10-10) 1 g/l
P2
: Pemupukan dengan Growmore (32-10-10) 2 g/l
P3
: Pemupukan dengan Growmore (32-10-10) 3 g/l

- Faktor taraf ZPT;
A0
: Kontrol
A1
: 500 ppm
A2
: 1000 ppm
Kombinasi dari kedua faktor menghasilkan 12 macam perlakuan. Setiap
perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Sehingga menghasilkan 36 satuan percobaan. Setiap
satu satuan percobaan terdiri dari 5 tanaman. Analisis statistika yang digunakan adalah
rancang kelompok lengkap teracak 2 faktor dengan model linear aditif sebagai berikut :
γijk =μ+Ui+ Aj+ Pk + ( AK ) jk+ εijk
Keterangan :
γijk = nilai pengamatan (respon) dari ulangan ke-i, konsentrasi ke-j, dan dosis
pupuk ke-k
μ
= rataan umum
Ui
= pengaruh ulangan ke-i, i = 1, 2, 3
Aj = pengaruh konsentrasi ZPT ke-j, j = 1, 2, 3
Pk = pengaruh dosis pupuk Growmore ke-k, k = 1, 2, 3, 4
( AK ) jk = pengaruh interaksi antara perlakuan pemberian konsentrasi ZPT ke-j dan
dosis pupuk Growmore ke-k
εijk = pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i, konsentrasi ke-j, dan dosis pupuk
Growmore ke-k
Pengamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengamatan dilakukan setiap hari minggu selama tiga bulan selama dipersemaian.
Adapun peubah yang diamati adalah:
Jumlah akar, pada banir anakan sagu pada tanaman contoh.
Panjang akar, diukur pangkal akar yang menempel di banir hingga ujung akar tanaman
contoh.
Panjang batang, diukur setelah anakan sagu dipindahkan dari persemaian.
Panjang petiol, dihitung dari titik tumbuh pelepah daun sampai batas anak daun yang
pertama.
Lebar anak daun, diukur dari anak daun yang berada di tengah-tengah pada pelepah
yang pertama.
Jumlah anak daun, dihitung berdasarkan jumlah anak daun pada pelepah yang pertama.
Panjang anak daun, diukur pada anak daun yang berada di tengah mulai dari titik
tumbuh sampai ujung anak daun.

Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam uji F. Apabila perlakuan
berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut dengan uji wilayah berganda Duncan (DMRT)
pada taraf 5 %.

10

8. DAFTAR PUSTAKA

9.

Bintoro HMH, Yanuar JP, Shandra A. 2010. Sagu di Lahan Gambut. IPB Press.
Bogor (ID). 169 hal.

10.

Bintoro HMH. 2008. Bercocok Tanam Sagu. IPB Press. Bogor (ID). 71 hal.

11.

Bintoto HMH. 1999. Pemeberdayaan tanaman sagu sebagai penghasil bahan
pangan alternatif dan bahan baku agroindustri yang potensial dalam rangka
ketahanan pangan nasional. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanaman
Perkebunan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hal.

12.

Haryanto B, Pangloli P. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta
(ID): Kanisius.

13.

Tisdale, S. And W. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. New York
(USA): Mc Millan Publs.Co, Inc.

14.

Lingga P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

15.

Lingga P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.

16.

Harjadi S. S. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama.

17.RENCANA KEGIATAN DAN RENCANA BIAYA PENELITIAN
18. Rencana kegiatan penelitian

21.
F
22.
2

19.

20. Kegiatan

35.
M

23. M
a
r
e
t
24. 2
0
1
5
36. M
i
n
g
g
u
k
e

25. A
p
r
i
l
26. 2
0
1
5
37. M
i
n
g
g
u
k
e

27. M
ei
28. 2
0
1
4

29. J
u
n
i
30. 2
0
1
5

31. Jul
i
32. 20
15

38. M
i
n
g
g
u
k
e

39. M
i
n
g
g
u
k
e

40. Mi
ng
gu
ke

58.
67.

68. Penentuan
tanaman
contoh

69.

62.

66.

93.
119.
145.
171.
197.
223.

94. Pengamatan
dan
pengukuran
120. Rekapitulasi
dan pengolahan
data
146. Penyusunan
skripsi
172. Seminar
198. Ujian skripsi
224. Publikasi
jurnal

13

249. Usulan Anggaran Biaya Penelitian
Penelitian ini membutuhkan biaya untuk pelaksanaannya. Biaya yang dibutuhkan
dalam penelitian ini sebesar Rp 4 226 000, dengan rincian sebagai berikut:
Kebutuhan
a.Penelitian
Tali
Label
Penggaris
Timbangan analitik
Sepatu boot
Sarung tangan
Papan jalan
Pupuk Daun Growmore
Rootone-F
Subtotal
b.
Biaya Perjalanan dan Akomodasi
Angkot (Kampus –Trans Pakuan)
Bis (Trans Pakuan – Baranangsiang)
Bis Damri (Bogor – Soekarno Hatta)
Airport Tax
Tiket pesawat Jakarta – Batam
Transportasi Batam - Selatpanjang
Transportasi Selatpanjang – Kebun (PP)
Subtotal
c.Dokumentasi
Memory card
Subtotal
d.
Biaya pelaporan
Biaya cetak dan perbanyakan proposal
penelitian
Biaya cetak dan perbanyakan makalah
kolokium
Biaya cetak dan perbanyakan makalah
seminar
Biaya cetak skripsi
Biaya penjilidan
Subtotal
Total Biaya

Juml
ah

Satuan

Harga
satuan (Rp)

50
25
4
1
1
4
2
10
5

Meter
Label
Buah
Buah
Pasang
Pasang
Buah
Botol
Botol

2 000
4 000
2 500
150 000
150 000
10 000
10 000
20 000
25 000

100 000
100 000
10 000
150 000
150 000
40 000
20 000
200 000
125 000
895 000

2
2
2
2
2
2
4

Kali
Kali
Kali
Kali
Kali
Kali
Kali

3 000
5 000
50 000
50 000
1 000 000
200 000
100 000

6 000
10 000
100 000
100 000
2 000 000
400 000
400 000
3 016 000

1

4 GB

50 000

50 000
50 000

300

Lembar

200

60 000

300

Lembar

200

60 000

300

Lembar

200

60 000

350
5

Lembar
Jilid

200
5 000

70 000
15 000
265 000
4 226 000

Jumlah (Rp)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

PENGARUH TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMATANGAN SOSIAL REMAJA AWAL DI FULL DAY SCHOOL

0 50 2

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 DENGAN AMOBILISASI MENGGUNAKAN BENTONIT

3 96 80