Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Inkuiri terhadap Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

  Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran motivasi sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada kelas eksperimen dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri, dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran tanpa perlakuan pada kelas kontrol. Pendekatan inkuiri menekankan kepada siswa untuk dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan dalam pembelajaran melalui proses berpikir ilmiah. Melalui proses berpikir ilmiah tersebut, siswa akan lebih mudah dalam menerima materi pelajaran karena siswa melakukan sendiri seluruh proses penemuan jawaban dari masalah yang dipertanyakan. Selain itu siswa juga mendapat tantangan baru dalam belajar sehingga menimbulkan semangat dan gairah dalam belajar. Dalam pembelajaran inkuiri guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mendampingi siswa dalam belajar agar seluruh proses pembelajaran terlaksana dengan baik.

  Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini melalui tahap atau langkah-langkah sebagai berikut: menerima masalah tentang perkembangan teknologi produksi beras, merumuskan masalah tentang perkembangan teknologi produksi beras, mengajukan hipotesis tentang perkembangan teknologi produksi beras, mengumpulkan data tentang perkembangan teknologi produksi beras, menguji hipotesis tentang perkembangan teknologi produksi beras, merumuskan kesimpulan tentang perkembangan teknologi produksi beras, dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran

  .

  perkembangan teknologi produksi beras Sedangkan langkah-langkah pembelajaran langsung yang digunakan pada kelas kontrol adalah: guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, guru mendemonstrasikan pengetahuan tentang perkembangan teknologi produksi beras, siswa mengerjakan latihan terbimbing tentang perkembangan teknologi produksi beras, guru menganalisis pemahaman dan umpan balik, dan guru memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran perkembangan teknologi produksi beras kepada siswa.

  Pemberian perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan inkuiri sedangkan pada kelas kontrol tidak diberi perlakuan tetapi diberikan pembelajaran langsung yang merupakan pembelajaran yang biasa diberikan kepada siswa setiap hari, setelah diberikan pembelajaran yang berbeda maka selanjutnya diadakan pengukuran motivasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengukuran motivasi pada penelitian ini menggunakan tiga indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi yang masing-masing indikator terdiri dari tujuh pernyataan. Indikator motivasi tersebut yaitu: motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, dan motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan.

  Langkah yang diambil untuk memperoleh perbandingan hasil pengukuran motivasi antara pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri dengan pembelajaran langsung, yang pertama adalah melakukan pengukuran motivasi awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal ini dilakukan untuk mengetahui motivasi awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya setelah diperoleh hasil pengukuran motivasi awal kemudian dilakukan pemberian perlakuan pada kelas 4A sebagai kelas eksperimen dengan memberikan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dan kelas 4B sebagai kelas kontrol tidak diberi perlakuan tetapi diberikan pembelajaran langsung yang biasa diberikan setiap hari pada materi perkembangan teknologi produksi beras. Setelah dilaksanakan pembelajaran kedua kelas kemudian dilakukan pengukuran motivasi akhir untuk mengetahui pengaruh pengaruh pendekatan inkuiri yang diberikan pada kelas eksperimen.

  Pembelajaran inkuiri yang dilaksanakan pada kelas eksperimen baru pertama kali dilakukan, dengan demikian maka dilakukan observasi untuk mengetahui apakah guru dan siswa benar-benar melaksanakan seluruh sintaks dilakukan pengukuran motivasi akhir dengan membagikan angket motivasi kepada setiap siswa. Pada kelas kontrol tidak perlu adanya sintaks dan tidak perlu dilakukan observasi pada saat pembelajaran karena pembelajaran langsung sudah biasa dilakukan pada kelas tersebut, sehingga hanya dilakukan pengukuran motivasi setelah dilaksanakan pembelajaran. Berdasarkan prosedur penelitian

  

quasi experimental nonequivalent control group design data yang diperoleh dari

  kedua kelas selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor motivasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

  Hasil Pengukuran Motivasi Awal

  Pengukuran motivasi awal dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan materi yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pelaksanaan pengukuran motivasi awal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari kelas yang memiliki motivasi awal yang sama. Pengukuran motivasi awal dilaksanakan sesuai dengan desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi experimental nonequivalent control group design yang menyaratkan adanya pengukuran motivasi awal. Teknik pengumpulan data motivasi awal pada masing-masing kelas yaitu dengan melakukan pengukuran motivasi dengan menggunakan angket motivasi belajar. Hasil pengukuran awal motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan ditunjukkan pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar IPS

  Pada Pengukuran Awal

  Skor Kriteria Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Motivasi

  Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase % %

   Rendah

  2 10,5 1 5,5

  9 10-15 Sedang 12 63,2 14 77,8

   Tinggi

  5 26,3 3 16,7

  16 Jumlah 18 100 19 100 Kriteria motivasi belajar dibagi menjadi 3 yakni rendah yakni skor (  9), sedang

  

  yakni skor (10-15), dan tinggi yakni skor ( 16). Skor motivasi diperoleh dari 21 pertanyaan pada angket yang terdiri dari 3 aspek yaitu motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, dan motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Dari tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa hasil pengukuran pada kelas eksperimen terdiri dari tiga kriteria yaitu rendah sebanyak 10,5 %, sedang sebanyak 63,2 %, dan tinggi sebanyak 26,3 %. Pada kelas kontrol hasil pengukuran terdiri dari dua kriteria yaitu rendah sebanyak 5,5 %, sedang sebanyak 77,8 % dan tinggi sebanyak 16,7 %. Hasil pengukuran motivasi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen cenderung rendah, hal ini sesuai dengan hasil observasi pada awal penelitian bahwa pembelajaran yang dilaksanakan guru di dalam kelas berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung hanya mengikuti alur pembelajaran yang dilakukan guru serta kurang tertantang dalam belajar.

  Pelaksanaan Penelitian pada Kelas Eksperimen

  Pengamatan kegiatan pembelajaran tentang perkembangan teknologi produksi beras dilaksanakan pada kelas eksperimen, hal ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan RPP yang observasi yang telah disediakan, hasil pengamatan pada lembar observasi akan menunjukkan kesesuaian implementasi pembelajaran guru dengan RPP pada kelas eksperimen terkait dengan penggunaan pendekatan inkuiri dan pengukuran motivasi.

  Pembelajaran dibagi menjadi dalam tiga pokok yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan terdiri dari lima langkah kegiatan yaitu guru mengajak semua siswa berdoa dan memberi salam, guru melakukan kegiatan ini dengan baik. Guru mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa untuk belajar, kegiatan ini dilakukan dengan baik. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa tentang berbagai proses produksi yang ada di lingkungan tempat tinggal siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan selanjutnya menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, seluruh kegiatan ini dilakukan guru dengan baik.

  Kegiatan inti diawali dengan siswa mengamati gambar berbagai teknologi produksi konvensional dan modern kemudian siswa bertanya jawab dengan guru tentang gambar tersebut, siswa mendefinisikan pengertian teknologi dengan bantuan guru, setelah selesai siswa di dalam kelas dibagi ke dalam 4 kelompok, guru melakukan kegiatan ini dengan baik. Selanjutnya masuk ke dalam pembelajaran inkuiri, pada langkah pertama siswa menerima masalah melalui cerita dari guru tentang perkembangan teknologi produksi beras, cerita yang disampaikan guru berkaitan dengan kegiatan bercocok tanam padi di sekitar tempat tinggal siswa, pada kegiatan ini siswa terlihat antusias menyimak cerita dari guru. Langkah kedua yaitu siswa secara berkelompok merumuskan masalah tentang perkembangan teknologi produksi beras, pada saat merumuskan masalah ini terdapat satu kelompok yang kesulitan tetapi berkat bimbingan guru seluruh kelompok dapat merumuskan masalah dengan baik. Langkah ketiga yaitu siswa mengajukan hipotesis perkembangan teknologi produksi beras, pada langkah ini guru memfasilitasi seluruh kelompok untuk dapat membuat hipotesis dengan baik. teknologi produksi beras, pada tahap ini siswa mengumpulkan data berdasarkan modul pembelajaran yang dibagikan kepada setiap kelompok, siswa saling bekerja sama dengan antusias, selain itu siswa juga dapat mengembangkan pengetahuan yang terdapat dalam modul karena sebagian besar orang tua siswa adalah petani, guru juga memfasilitasi jalannya diskusi kelompok dengan baik. Langkah ke lima yaitu siswa menguji hipotesis yang telah diajukan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya, pada saat menguji hipotesis ini guru memfasilitasi kelompok yang kesulitan, siswa di dalam kelompok terlihat sangat memperhatikan penjelasan guru sehingga dapat menguji hipotesis dengan benar. Langkah ke enam siswa merumuskan kesimpulan tentang perkembangan teknologi produksi beras, pada saat merumuskan kesimpulan seluruh kelompok dapat menyelesaikan dengan baik, siswa terlihat sangat senang karena telah berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. setelah selesai siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas. Langkah terakhir yaitu siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri, setiap kelompok menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran inkuiri yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan inti guru menunjukkan penguasaan materi dengan baik, memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan setiap langkah pembelajaran dengan sangat baik, menumbuhkan semangat belajar siswa dengan baik, serta menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa dengan baik. Siswa juga terlihat antusias dan terpacu semangatnya dalam mengikuti pembelajaran.

  Pembelajaran akhir atau penutup, guru mengajak seluruh siswa untuk menarik kesimpulan serta melakukan refleksi terhadap keseluruhan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan baik, selanjutnya guru memberikan pesan kepada siswa yang diambil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu setelah mengetahui proses produksi beras yang tidak mudah, maka siswa harus menghargai jasa petani dengan cara kalau makan nasi harus habis dan mengambil secukupnya. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan memberi salam,

  Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Kontrol

  Pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen. Pada kelas kontrol ini pembelajaran dilaksanakan seperti biasa tanpa adanya perlakuan seperti yang dilaksanakan pada kelas eksperimen. Pembelajaran langsung yang dilaksanakan pada kelas kontrol bukan merupakan perlakuan, tetapi memang setiap hari pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran langsung. Pembelajaran dibagi ke dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan ini, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali dengan berdoa dan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa tentang berbagai proses kegiatan produksi yang ada di sekitar rumah siswa, guru melakukan kegiatan ini dengan baik.

  Kegiatan inti diawali dengan pembagian kelompok, siswa di dalam kelas dibagi ke dalam 4 kelompok untuk kemudian dibagikan gambar berbagai teknologi produksi modern dan konvensional. Guru menjelaskan kepada siswa tentang isi gambar tersebut lalu berdasarkan contoh pada gambar, guru mendemonstrasikan tentang pengertian teknologi, seluruh siswa dalam kelompok terlihat antusias menyimak penjelasan guru. Setiap kelompok dibagikan modul tentang teknologi produksi untuk dibaca bersama-sama, kemudian siswa menyimak penjelasan guru tentang pengertian proses produksi. Guru menjelaskan secara detail tentang proses perkembangan teknologi produksi beras secara konvensional dan secara modern, lalu setiap kelompok mendapatkan tugas dan lembar kerja untuk menjelaskan tentang langkah proses produksi beras secara konvensional dan secara modern. Dalam diskusi kelompok, guru selalu aktif untuk membimbing siswa yang kesulitan, guru mengamati seluruh kegiatan diskusi kelompok dan keliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain untuk memantau kemajuan belajar siswanya. Setelah siswa selesai berdiskusi kelompok, setiap perwakilan kelompok maju untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya, guru aktif membimbing siswa untuk menyampaikan hasil presentasikan setiap kelompok, dalam hal ini guru memberikan apresiasi terhadap seluruh kelompok bahwa seluruh kelompok telah mempresentasikan tugas kelompok dengan baik. Pada seluruh kegiatan inti, guru menyampaikan materi dengan jelas dan guru juga menunjukkan penguasaan materi dengan baik, guru selalu memfasilitasi dan memantau kemajuan siswa dalam belajar serta menumbuhkan semangat belajar siswa dengan baik.

  Kegiatan penutup diawali dengan membuat kesimpulan tentang proses produksi beras, kemudian dilanjutkan dengan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran. Guru memberikan pesan kepada siswa yang diambil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu setelah mengetahui proses produksi beras yang tidak mudah, maka siswa harus menghargai jasa petani dengan cara kalau makan nasi harus habis dan mengambil secukupnya. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan memberi salam, seluruh kegiatan penutup dilakukan guru dengan baik.

  Hasil Pengukuran Motivasi Akhir

  Pengukuran motivasi akhir menggunakan angket motivasi belajar untuk memperoleh data motivasi siswa dalam belajar. Pada kegiatan pembelajaran kelas eksperimen menggunakan pendekatan inkuiri, sedangkan untuk kelas kontrol pada pembelajaran langsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan skor motivasi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dengan pembelajaran tidak menggunakan pendekatan inkuiri. Setelah dilaksanakan pembelajaran pada masing-masing kelas secara efektif maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran motivasi akhir untuk mengetahui perbedaan tingkat motivasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengukuran motivasi akhir menggunakan tiga indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi yang masing-masing indikator terdiri dari tujuh pernyataan. Indikator motivasi tersebut yaitu: motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, dan motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. pemberian perlakuan pada kelas eksperimen, kemudian dilakukan pengukuran motivasi akhir dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar IPS

  Pada Pengukuran Akhir

  Skor Kriteria Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Motivasi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

  (%) (%) 10-15 Sedang 6 31,6 12 66,7

  Tinggi 13 68,4 6 33,3

  

  16 Jumlah 19 100 18 100 Dari tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa hasil pengukuran pada kelas eksperimen hasil pengukuran terdiri dari dua kriteria yaitu sedang sebanyak 31,6 % dan tinggi sebanyak 68,4 %. Pada kelas kontrol terdiri dari dua kriteria yaitu sedang sebanyak 66,7 %, dan tinggi sebanyak 33,3 %. Kelas eksperimen memiliki skor motivasi yang lebih tinggi daripada kelas kontrol, hal ini ditunjukkan oleh persentase kriteria motivasi tinggi pada kelas eksperimen lebih tinggi sebanyak 35,1 % dibandingkan kelas kontrol, sedangkan persentase kriteria sedang pada kelas eksperimen lebih rendah sebanyak 35,1 % daripada kelas kontrol yang artinya kelas eksperimen memiliki motivasi yang lebih tinggi daripada kelas kontrol perbedaan hasil pengukuran ini terjadi karena adanya perlakuan menggunakan pendekatan inkuiri pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol tidak diberi perlakuan.

  Hasil pengukuran skor motivasi sesudah pemberian perlakuan pada kelas eksperimen dan tidak diberikannya perlakuan pada kelas kontrol, maka selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui perbedaan rata-rata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji t skor motivasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji t Skor Motivasi

  

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Independent Samples Test

  Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95%

  Confidence Std. Interval of the Sig. Mean Error

  Difference (2- Differe Differe F Sig. t df tailed) nce nce Lower Upper skor Equal ,738 ,396 2,56

  35 ,015 2,018 ,786 ,421 3,614 motiva variances 5 si assumed

  Equal 2,58 34,1 ,014 2,018 ,782 ,429 3,606 variances not

  1

  39 assumed

  Dari hasil uji t pada tabel 4.3 tersebut nampak bahwa F hitung Levene's Test sebesar 0,738 dengan signifikan 0,396 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel merupakan dua kelas yang memiliki variansi sama atau dengan kata lain kedua kelas tersebut merupakan kelas yang homogen. Hasil analisis uji beda

  

t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Pada tabel di atas hasil

  uji t adalah 2,565 dengan signifikansi 0,015 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan inkuiri terhadap motivasi belajar IPS.

  Pembelajaran mengunakan pendekatan inkuiri yang dilakukan pada kelas eksperimen dilaksanakan oleh guru kelas, untuk mengetahui apakah seluruh langkah-langkah pembelajaran inkuiri pada kelas eksperimen dilaksanakan atau pembelajaran juga dilakukan pada siswa untuk mengetahui apakah siswa benar- benar melakukan seluruh sintaks pembelajaran inkuiri yang digunakan sebagai perlakuan pada kelas eksperimen. Aktivitas tindakan perlakuan menggunakan pendekatan inkuiri yang dilakukan oleh guru, nampak bahwa kekurangan guru adalah pada aspek mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain yang relevan, sehingga siswa tidak mengetahui apabila materi proses produksi beras yang dipelajari juga berkaitan dengan pengetahuan lain. Kelebihan guru adalah pada pelaksanaan pembelajaran guru telah mengimplementasikan langkah- langkah pembelajaran yang tercantum pada RPP dengan maksimal.

  Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran inkuiri pada kelas eksperimen yaitu pada kegiatan awal 1 aktivitas tidakan yang harus dilalui siswa terlaksana dengan baik, pada kegiatan inti terdapat 8 kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan siswa dengan baik, dan pada kegiatan penutup terdapat 1 aktivitas kegiatan yang dilaksanakan siswa dengan baik. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa siswa nampak antusias dan memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran inkuiri yang dilaksanakan pada kelas eksperimen, hal ini dapat dilihat dari seluruh aktivitas kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri telah dikuti dan dilaksanakan oleh siswa dengan baik. Hal ini menjadi indikasi bahwa melalui pembelajaran inkuiri, motivasi siswa dalam belajar akan meningkat.

  Persentase hasil pengukuran motivasi awal dan motivasi akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Deskripsi Persentase Hasil Pengukuran Motivasi Awal dan Pengukuran Motivasi Akhir

  Kelas Eksperimen Kelas kontrol Deskripsi

  SM Awal % SM Akhir % SM Awal % SM Akhir % Rendah 10,5 5,5

  Sedang 63,2 31,6 77,8 66,7 Tinggi 26,3 68,4 16,7 33,3

  Jumlah 100 100 100 100

   Keterangan: SM = Skor Motivasi

  Dari tabel 4.4 tersebut nampak bahwa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol apabila dibandingkan hasil pengukuran motivasi awal dan akhir menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase siswa yang memiliki motivasi rendah pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah tidak ada lagi siswa yang memiliki motivasi rendah. Pada kelas eksperimen yang semula terdapat siswa bermotivasi sedang sebanyak 63,2 % menjadi 31,6 % hal ini berarti menunjukkan terjadinya penurunan sebanyak 31,6 % yang berarti motivasi pada kelas eksperimen meningkat karena terdapat peningkatan pada kriteria tinggi, yaitu yang semula sebanyak 26,3 % menjadi 68,4 %, hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan yaitu sebanyak 42,1 % . Pada kelas kontrol yang semula terdapat siswa bermotivasi sedang sebanyak 77,8 % menjadi sebanyak 66,7 %, hal ini berarti menunjukkan adanya penurunan sebanyak 11,1 %, sedangkan pada pada kriteria tinggi yang semula sebanyak 16,7 % meningkat menjadi 33,3 % hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 16,6 %. Peningkatan persentase pada kriteria motivasi tinggi sama-sama terjadi pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, tetapi peningkatan secara signifikan terjadi pada kelas eksperimen yaitu sebesar 42,1 %, hal ini berarti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri berpengaruh pada peningkatan motivasi belajar siswa.

  Deskripsi perbandingan hasil pengukuran skor motivasi rata-rata awal dan skor motivasi rata-rata akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol akan ditunjukkan secara rinci pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Deskripsi Perbandingan Hasil Pengukuran Skor Motivasi Rata-Rata

  

Awal dan Skor Motivasi Rata-Rata Akhir

  Deskripsi SM Rata-Rata Pengukuran Awal Pengukuran Akhir

  Kelas Eksperimen 13,67 16,68 Kelas Kontrol 13,22 14,67 Selisih Skor 0,45 2,01 Keterangan : SM = Skor Motivasi Dari tabel 4.5 di atas, nampak bahwa skor motivasi rata-rata kelas eksperimen pada pengukuran awal adalah 13,67, sedangkan skor motivasi rata-rata pada pengukuran akhir adalah 16,68, hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Skor motivasi rata-rata kelas kontrol pada pengukuran awal adalah 13,22, sedangkan skor motivasi rata-rata kelas kontrol pada pengukuran akhir adalah 14,67, hal ini menunjukkan adanya peningkatan tetapi tidak berarti. Selisih skor motivasi rata-rata pada pengukuran awal antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah 0,45, sedangkan selisih skor motivasi rata-rata pada pengukuran akhir antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah 2,01, dengan skor pada kelas eksperimen lebih tinggi, hal ini menunjukkan adanya peningkatan selisih skor motivasi rata-rata secara signifikan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran pendekatan inkuiri memiliki skor motivasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran langsung.

  Grafik perbandingan skor rata-rata motivasi pada pengukuran awal dan skor rata-rata motivasi pada pengukuran akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 sebagai berikut:

  Gambar 4.1

Grafik Garis Skor Rata-Rata Motivasi pada Pengukuran Awal dan Skor

Rata-Rata Motivasi pada Pengukuran Akhir Kelas Eksperimen

  Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa hasil pengukuran skor motivasi rata-rata pada pengukuran awal kelas eksperimen adalah 13,67 dan hasil pengukuran skor motivasi rata-rata pada pengukuran akhir adalah 16,68. Selisih antara skor motivasi rata-rata pada pengukuran awal dan skor motivasi rata-rata pada pengukuran akhir adalah sebesar 3,01. Dengan demikian maka selisih sebesar 3,01 tersebut signifikan, perbedaan skor ini dipengaruhi oleh adanya perlakuan menggunakan pendekatan inkuiri pada kelas eksperimen. Selanjutnya pada

gambar 4.2 di bawah ini akan disajikan grafik skor rata-rata motivasi pada pengukuran awal dan skor rata-rata motivasi pada pengukuran akhir kelas kontrol

  sebagai berikut:

  2

  4

  6

  8

  10

  12

  14

  16

  18 pengukuran awal pengukuran akhir sk or r a ta -r a ta m ot iv a si

kelas eksperimen

kelas eksperimen

  Gambar 4.2

Grafik Garis Skor Rata-Rata Motivasi pada Pengukuran Awal dan Skor

Rata-Rata Motivasi pada Pengukuran Akhir Kelas Kontrol

  Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa hasil pengukuran skor motivasi rata-rata kelas kontrol pada pengukuran awal adalah 13,22 dan hasil pengukuran skor motivasi rata-rata pada pengukuran akhir adalah 14,67. Dari hasil tersebut tidak terjadi peningkatan yang signifikan antara skor motivasi rata-rata antara pengukuran awal dan pengukuran akhir, berbeda dengan kelas eksperimen yang terjadi peningkatan secara signifikan yaitu sebesar 3,01.

  Dari hasil uji beda pada tabel 4.3 nampak bahwa F hitung Levene's Test sebesar 0,738 dengan signifikan 0,396 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel merupakan dua kelas yang memiliki variansi sama atau dengan kata lain kedua kelas tersebut merupakan kelas yang homogen. Hasil analisis uji t menggunakan asumsi equal variance assumed menunjukkan bahwa t hitung > t tabel yaitu sebesar 2,565 > 2,042 dengan signifikansi 0,015 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan, hal ini dipengaruhi adanya perlakuan pada kelas

  2

  4

  6

  8

  10

  12

  14

  16 pengukuran awal pengukuran akhir sk or r a ta -r a ta m ot iv a si

kelas kontrol

kelas kontrol

  Hasil analisis data uji t selanjutnya digunakan untuk melakukan analisis hipotesis yang diajukan yaitu terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan inkuiri terhadap peningkatan motivasi belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Pumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun pelajaran 2014/2015 terbukti. Hal tersebut ditunjukkan oleh perhitungan sebagai berikut, hipotesis ditolak apabila memiliki nilai signifikansi > 0,05 (H > 0,05) dan hipotesis diterima apabila memiliki nilai signifikansi < 0,05 (H < 0,05). Dari uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,015 < 0,05 dengan demikian hipotesis diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena dalam pendekatan inkuiri siswa melakukan proses penemuan sehingga dapat menemukan jawaban sendiri atas permasalahan yang dipertanyakan dalam materi pembelajaran, melalui proses tersebut siswa akan merasa tertantang untuk menemukan jawaban sendiri sehingga motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran akan cenderung meningkat. Setelah dilakukan pembelajaran perkembangan teknologi produksi beras nampak bahwa skor motivasi siswa kelas eksperimen (kelas 4A) menggunakan pendekatan inkuiri lebih tinggi daripada skor motivasi kelas kontrol (kelas 4B) yang menggunakan pembelajaran langsung.

  Perbedaan motivasi belajar IPS antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol terjadi akibat adanya perlakuan menggunakan pendekatan inkuiri pada kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamruni (2012: 89) bahwa pendekatan inkuiri dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian maka proses perkembangan mental siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terpacu dalam pembelajaran yang aktif, siswa mencari sendiri jawaban dari masalah yang dalam sintaks pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Hidayati, dkk (2010: 6-6) bahwa dalam pendekatan inkuiri siswa aktif menggunakan cara belajar mereka sendiri, dengan demikian diharapkan siswa mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan, merespon masalah, dan berpikir untuk memecahkan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan. Maka dengan demikian dalam pembelajaran inkuiri siswa terpacu semangatnya untuk bertanya, merespon masalah, dan menyelesaikan masalah, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri dapat memacu gairah belajar siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar.

  Persentase siswa pada kelas eksperimen yang memperoleh skor motivasi kriteria sangat tinggi naik secara signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol, serta hasil perbandingan skor motivasi pada kelas eksperimen menunjukkan signifikasnsi 0,015 < 0,05 yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap motivasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh I Ketut M. (2011), yang berjudul Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPA di Kelas VI SD Santo Yoseph I Denpasar menunjukkan hasil bahwa pendekatan inkuiri yang diterapkan pada pembelajaran

  IPA di kelas VI SD Santo Yoseph I Denpasar berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung. Selain itu juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Lisa Marsudiatmi pada tahun 2013 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

  

(Guided Inquiry) terhadap Pemahaman Konsep IPA Materi Cahaya Ditinjau dari

  Motivasi Belajar, menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan secara signifikan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran langsung.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 20

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 20

0 1 64

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri Karanggondang 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 12

3.2. Variabel Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri Karanggondang 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semes

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri Karanggondang 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 47

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri Karanggondang 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri Karanggondang 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 2 78

BAB 1 PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Inkuiri terhadap Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Inkuiri terhadap Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 25

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Inkuiri terhadap Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/20

0 1 13