BAB II LANDASAN TEORI - Pengaruh Mind Mapping terhadap Pemahaman Materi Ajar Psikologi Umum I pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan teori yang menjelaskan tentang pemahaman

  materi, mind mapping dan hubungan diantara mind mapping dengan pemahaman materi.

A. PEMAHAMAN MATERI

1. Definisi Pemahaman Materi

  Pemahaman merupakan kemampuan membuat makna sendiri dari materi pelajaran seperti bahan bacaan dan penjelasan guru/dosen (Anderson & Krathwohl, 2001). Menurut deKleer dan Broen serta Gentner dan Gentner (Mayer, 1989), memahami materi berarti membangun suatu model mental dari sistem yang dideskripsikan di dalam teks/materi. Bloom (1956) menyebutkan pemahaman adalah mengerti akan makna, menguraikan konsep dengan kata sendiri.

  Paham akan suatu materi berarti individu mampu menghasilkan kesimpulan, menafsirkan, menguraikan dengan kata sendiri (parafrase), menerjemahkan, menjelaskan serta meringkas informasi (Bloom dalam Otero, dkk, 2002). Perbaikan (revisi) taksonomi Bloom yang dilakukan oleh Anderson pada tahun 1994 menyebabakan perubahan pemakaian kata pemahaman yakni kata comprehension menjadi kata understanding. Proses memahami (understanding) dinyatakan sebagai kemampuan individu untuk

  13 mengartikan dan memaknai bahan pendidikan, seperti bahan bacaan dan penjelasan guru/dosen. Proses ini mencakup mengartikan dan memaknai sendiri, mencontohkan, membuat klasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman materi merupakan kemampuan individu untuk mengerti akan makna dan konsep dalam suatu materi serta mampu membuat kesimpulan dengan kata- kata sendiri (memparafrasekan materi).

2. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Materi

  Reed (2004) menyebutkan ada dua komponen penting yang mempengaruhi pemahaman materi, yaitu individu dan materi.

  a.

  Individu (prior knowledge of the reader) Pengetahuan yang dimiliki individu sebelumnya dan tujuan individu mempengaruhi bagaimana ia menentukan apa yang relevan, membuat dugaan, dan mengambil fakta yang tidak secara langsung ada dalam materi. Perspektif yang dimiliki individu juga sangat mempengaruhi jenis informasi yang akan diingat kembali oleh individu. Bransford dan Johnson menyatakan bahwa jika individu memahami sebuah materi dan kemudian berusaha untuk memikirkan ide dari materi tersebut dengan perspektif yang baru, individu tersebut akan dapat mengingat kembali ide yang tidak dapat mereka ingat kembali dengan perspektif yang lama.

  Snow (2002) menambahkan kapasitas, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman individu juga mempengaruhi pemahamannya akan materi. Kapasitas kognitif (seperti atensi, memori, kemampuan analisa kritis, visualiasasi), motivasi (ketertarikan akan materi dan self-efficacy), dan beragam pengetahuan individu (pengetahuan akan topik materi, pengetahuan linguistik dan pengetahuan akan strategi untuk memahami) juga merupakan karakteristik dalam diri individu yang turut mempengaruhi proses pemahaman materi.

  b.

  Organisasi dari teks/materi Fitur teks atau wacana memiliki dampak yang besar terhadap pemahaman. Pemahaman tidak terjadi hanya dengan penggalian makna secara sederhana dari materi teks. Teks atau wacana bisa sulit atau mudah, tergantung pada faktor-faktor yang melekat dalam teks, pada hubungan antara teks dan pengetahuan dan kemampuan individu, dan pada kegiatan saat memahami materi teks. Kosakata dalam materi teks dan struktur linguistik di dalamnya, serta gaya wacana juga berinteraksi dengan pengetahuan individu. Ketika banyak faktor dari materi teks tidak cocok dengan pengetahuan dan pengalaman individu, maka materi teks akan menjadi sulit untuk dipahami.

  Materi teks dapat dimengerti dengan model proposisi. Proposisi merupakan ide-ide penting atau bermakna dari suatu materi teks yang disusun ke dalam suatu bentuk jaringan (network) yang sama dengan jaringan semantik (semantic network). Jaringan semantik ini terdiri dari konsep-konsep yang tergabung dengan konsep lainnya oleh jaringan (link) yang secara khusus menghubungkan keseluruhan konsep tersebut. Jaringan semantik ditunjukkan melalui diagram yang berisi konsep-konsep yang disebut lingkaran (nodes) dan garis yang menghubungkan kedua konsep disebut jaring (link). Jaringan semantik digunakan sebagai salah satu cara untuk mengorganisasikan informasi ke dalam bentuk hierarki.

  Hubungan hierarki dalam suatu jaringan semantik terdiri dari dua jenis, yaitu bagian (part) dan tipe. Part digambarkan dengan konsep kecil yang menjadi bagian dari konsep utama, sedangkan tipe digambarkan dengan konsep-konsep kecil dari part. Oleh sebab itu hierarki digambarkan dari konsep umum ke dalam suatu konsep khusus.

  Snow (2002) menambahkan komponen lain yang berpengaruh dalam pemahaman, yaitu aktivitas individu. Aktivitas dalam pemahaman mengacu pada dimensi dari proses membaca. Sebelum membaca dan mendapatkan pemahaman akan materi teks, individu memiliki tujuan yang berasal dari dalam diri maupun di luar diri. Tujuan ini dipengaruhi oleh variabel motivasi yang meliputi minat dan pengetahuan individu sebelumnya (prior knowledge). Pengetahuan individu dan proses aplikasi digambarkan sebagai konsekuensi langsung dari aktivitas memahami materi teks.

3. Indikator Pemahaman Materi

  Bloom (1956) menyebutkan ada tiga jenis perilaku yang menunjukkan pemahaman. Yang pertama adalah translation yang berarti bahwa seseorang mampu menempatkan komunikasi ke dalam bahasa lain, atau ke dalam bentuk komunikasi lain. Perilaku yang kedua adalah interpretation yang melibatkan komunikasi sebagai suatu konfigurasi ide yang memerlukan pemahaman kembali menjadi ide baru dalam pikiran individu. Dalam interpretasi ini melibatkan pemikiran tentang ide-ide penting, hubungan antar ide dan relevansinya dengan komunikasi tersirat maupun komunikasi aslinya.

  Perilaku yang ketiga dalam pemahaman adalah extrapolation. Dalam ekstrapolasi meliputi pembuatan estimasi atau perkiraan yang didasarkan pada pemahaman tentang tren, tendensi, atau kondisi yang dijelaskan dalam komunikasi.

  Revisi yang dilakukan Anderson & Krathwohl (2001) menyebutkan bahwa individu dikatakan memahami materi ketika individu tersebut mampu membuat makna dari pesan instruksional termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan grafis, serta materi yang disajikan saat kuliah, buku, atau melalui komputer. Individu memahami materi ketika ia mampu membentuk hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya yang dimiliki. Hal ini mengacu pada mendapatkan pengetahuan yang diintegrasikan dengan skema dan kerangka kognisi individu. Proses kognisi yang terjadi dalam proses pemahaman ini meliputi menginterpretasi (interpretating), mencontohkan (exemplifying), mengklasifikasi (classifying), meringkas (summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). 1)

  Interpretasi (yang disebut juga dengan mengklarifikasi, memparafrase, merepresentasi atau mentranslasi) terjadi ketika individu mampu mengubah satu informasi ke dalam bentuk representasi lainnya.

  2) Membuat contoh (yang disebut juga dengan mengilustrasikan) terjadi ketika individu mampu menemukan contoh yang spesifik atau konsep umum dari materi. Cara menilai kemampuan ini dengan menanyakan pada individu untuk menemukan contoh baru (dengan makna baru yang tidak terdapat dalam buku atau tidak digunakan di kelas).

  3) Klasifikasi atau disebut juga dengan pengkategorisasian atau penggolongan terjadi ketika individu mampu menentukan sesuatu termasuk ke dalam kategori tertentu.

  4) Meringkas atau membuat abstrak dan mengeneralisasi termasuk dalam proses kognisi yang keempat yang terjadi ketika individu mampu menghasilkan pernyataan singkat yang menggambarkan informasi secara umum.

  5) Menyimpulkan, meliputi mampu menggambarkan kesimpulan yang logis dari informasi yang disampaikan.

  6) Membandingkan (membuat kontras, memetakan atau mencocokkan) terjadi ketika individu mampu mendeteksi kesamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, kejadian, ide, masalah atau situasi. Dalam penelitian sosial misalnya individu mampu memahami kejadian bersejarah yang dibandingkan dengan situasi familiar.

  7) Proses kognisi yang terakhir untuk mengetahui apakah seseorang memahami materi yaitu individu mampu menjelaskan atau membuat penjelasan, yang terjadi ketika individu secara mental mampu membuat konstruk dan menggunakan model sebab akibat dari suatu sistem atau rangkaian informasi yang ada.

  4. Model Situasi dalam Pemahaman

  Memahami materi membutuhkan perkembangan representasi mental yang koheren. Representasi mental ini biasa disebut model situasi atau

  

situation model (Van Dijk & Kintsch, 1983), atau mental model (Johnson-

  Laird, 1983) yang merupakan hasil interaksi antara pengetahuan awal individu dan informasi/organisasi materi (dalam Tapeiro, 2007).

  Model situasi didefinisikan sebagai representasi kognitif dari peristiwa, perilaku, individu, dan situasi umum yang muncul dalam suatu teks/materi.

  Definisi ini tidak hanya menyiratkan sifat individu atau faktor linguistik yang dimiliki individu, tetapi juga memahami hubungan antara fakta yang dideskripsikan dalam suatu teks/materi. Model situasi dibentuk dengan mengkombinasikan prior knowledge individu dengan informasi dalam materi untuk menghasilkan pemahaman yang lebih elaboratif terhadap materi.

  5. Strategi untuk Meningkatkan Pemahaman

  Adler (2003) mengungkapkan ada beberapa langkah yang dapat digunakan individu untuk membantu proses pemahaman terhadap materi.

  Langkah-langkah ini disebut juga sebagai strategi pemahaman yang dibuat secara sadar oleh individu dan direncanakan agar dapat membantu pemahaman.

  Berikut beberapa strategi untuk meningkatkan pemahaman materi: 1.

  Memonitor pemahaman Individu harus mampu memantau materi yang telah mereka pahami dan tidak. Individu bisa menggunakan strategi fix-up untuk memantau pemahaman mereka. Fix-up merupakan strategi untuk menyelesaikan masalah terhadap pemahaman, dengan cara: a.

  Membuat hubungan antara materi teks dengan kehidupan dan pengetahuan individu serta materi teks lain yang telah dipelajari b.

  Membuat prediksi c. Berhenti memikirkan apa yang telah dibaca d. Menuliskan kembali apa yang telah dibaca e. Membuat pertanyaan dan menjawab sendiri pertanyaan tersebut f. Membaca ulang materi 2. Metakognisi

  Metakognisi didefinisikan sebagai proses memikirkan apa yang sedang dipikirkan. Strategi metakognisi digunakan untuk memikirkan dan mengontrol materi yang ingin dipahami. Guna mengontrol pemahaman, individu harus mengetahui tujuan dari membaca dan membahas ulang materi, menyesuaikan kecepatan membaca dan melakukan fix up. Cara yang dapat digunakan dalam metakognisi antara lain: a.

  Mengidentifikasi bagian materi yang sulit b. Mengidentifikasi apa kesulitannya c. Mengganti kalimat atau bagian yang sulit dengan kata-kata sendiri d.

  Melihat kembali pada materi sebelumnya e. Mencari informasi-informasi dalam materi yang bisa memecahkan hal yang sulit

  3. Menggunakan graphic organizers dan semantic organizers

  

Graphic organizers menggambarkan konsep dan hubungan diantara

  konsep-konsep dalam teks, menggunakan diagram atau perangkat bergambar lainnya. Graphic organizers ini dikenal dengan nama lain seperti perta, jaring, grafik, chart, frames, atau pengelompokan (cluster).

  

Sedangkan semantic organizers (yang disebut juga sebagai jaringan

semantik) adalah graphic organizers yang terlihat seperti jaring laba-laba.

  Dalam jaringan semantik, garis menghubungkan konsep utama ke ide dan konsep lainnya.

  

Graphic organizers dapat membantu individu untuk fokus terhadap

  struktur materi, membantu menganalisa hubungan diantara konsep materi dan membantu individu untuk mengorganisasikan ringkasan atau catatan materi dengan baik. Bentuk dari graphic organizers antara lain story map, concept map dan mind map.

  4. Membuat dan menjawab pertanyaan Pembuatan pertanyaan dan menjawabnya dapat membantu individu untuk memahami hubungan antara pertanyaan dan jawaban. Individu harus mampu menjawab pertanyaan yang langsung terdapat dalam materi maupun tersirat dalam materi.

  5. Mengeluarkan pertanyaan Dengan mengeluarkan pertanyaan, individu belajar menemukan ide pokok yang menjadi informasi penting dalam materi.

  6. Mengenali struktur cerita Struktur cerita merujuk pada cara isi dan peristiwa cerita diatur dalam plot.

  Individu yang mampu mengenali struktur cerita akan memiliki pemahaman dan ingatan yang kuat akan cerita.

  7. Membuat ringkasan Ringkasan merupakan sintesis dari ide-ide penting dalam materi teks.

  Pembuatan ringkasan mengharuskan individu untuk menentukan apa yang penting dalam materi dan untuk menyingkatnya individu harus menggunakan kata-kata mereka sendiri.

B. MIND MAPPING

1. Definisi Mind Mapping

  Mind map adalah sebuah grafik, metode penyimpanan, pengaturan

  informasi berbentuk networked (jaringan) yang menggunakan kata kunci dan gambar, dan akan menyimpan ingatan secara spesifik serta mendorong pemikiran dan ide baru. Setiap kata kunci dalam sebuah mind map merupakan fakta, ide dan informasi yang juga dapat membuka dan melepaskan potensi yang sebenarnya dari pikiran seseorang. Mind mapping juga merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran- pikiran individu (Buzan, 2007).

  Mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke

  dalam otak dengan menempatkan informasi dalam ruang yang mudah digunakan saat perlu dan mengambil informasi ke luar otak. Mind map dapat dianalogikan dengan peta kota. Pusat mind map mirip dengan pusat kota, yang mewakili ide terpenting. Jalan-jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran. Jalan-jalan sekunder mewakili pikiran-pikiran sekunder, dan seterusnya. Sementara itu, gambar- gambar atau bentuk-bentuk khusus dapat mewakili area atau ide menarik tertentu. Mind mapping dapat dibuat dengan menggunakan tulisan tangan dengan mengkombinasikan warna, gambar juga cabang-cabang melengkung sesuai yang diinginkan, sehingga membuat mind map menjadi tidak bosan untuk dilihat secara visual.

  Mind mapping dirancang berdasarkan bagaimana otak memproses

  informasi. Otak mengambil informasi dari berbagai tanda, baik itu gambar, bunyi, aroma, pikiran, maupun perasaan. Saat mengingat informasi, otak biasanya melakukannya dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, perasaan dan lain-lain. Mind map menirukan cara kerja otak tersebut. Mind

  map merekam seluruh informasi melalui simbol, gambar, garis, kata, dan

  warna. Catatan yang dihasilkan menggambarkan pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama di tengah dan subtopik dengan rinciannya diletakkan pada cabang-cabangnya. Oleh karena itu, catatan dalam bentuk

  mind map memungkinkan otak memahami ulang gagasan dalam wacana

  secara utuh dan menyeluruh. Lebih lanjut mengenai studi tentang otak, otak kita seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar-gambar, simbol- simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Karena mind mapping melibatkan kedua belah otak, maka penggunanya dapat mengingat informasi lebih mudah. Inilah pendekatan keseluruhan otak yang dapat membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan pendekatan citra visual dan perangkat grafis lainnya, mind map akan memberikan kesan yang lebih mendalam.

2. Fungsi Mind Mapping

  Buzan (2007) menyatakan bahwa mind mapping dapat membantu individu dalam banyak hal. Fungsi mind mapping antara lain merencanakan, berkomunikasi, menjadikan individu lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran, mengingat dengan lebih baik, serta belajar menjadi lebih cepat dan efisien.

  Selanjutnya menurut Michael Michalko dalam buku Cracking

  Creativity (dalam Buzan, 2007), mind mapping berguna dalam hal: a.

  Mengaktifkan seluruh otak b. Membereskan pikiran dari kekusutan mental c. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan d. Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah e.

  Memberi gambaran yang jelas secara keseluruhan dan terperinci f.

  Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, serta membantu kita membandingkannya g.

  Membantu kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang

3. Perbedaan Mind Mapping sebagai Pencatatan Non-linear dan Pencatatan Linear

  Pencatatan biasa (linear) merupakan tehnik mencatat yang paling sering digunakan dibandingkan dengan pencatatan nonlinear. Pencatatan linear ini adalah tehnik mencatat dengan menuliskan kembali informasi baris demi baris sama seperti yang disampaikan oleh dosen atau yang tertulis di buku.

  Sementara itu pencatatan non linear tidak hanya menuliskan informasi baris demi baris akan tetapi membuat informasi ke dalam grafik dan menggunakan kata-kata kunci, gambar, angka, simbol dan warna. Mind mapping sebagai sebuah metode mencatat dapat dikategorikan ke dalam bentuk pencatatan non linear.

  Pencatatan linear memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan pencatatan non linear. Berikut kelemahan dari metode pencatatan linear tersebut, antara lain:

  a. Hanya menggunakan kata-kata yang disusun dengan urutan logis, tanpa warna, tanpa gambar, dan tidak memanfaatkan kreativitas b. Terlalu banyak pemakaian kata-kata sehingga sulit dihafal dan membutuhkan waktu yang panjang untuk menemukan kata kunci c. Membosankan karena hanya berbentu kata-kata yang panjang Berbeda dengan pencatatan linear yang kurang sistematis, maka berikut beberapa kelebihan mind mapping dibandingkan dengan pencatatan biasa (linear) antara lain: 1) Ide utama menjadi lebih jelas 2) Setiap ide penting menjadi jelas teridentifikasi 3) Ide penting dalam mind map mudah dikenali 4) Hubungan diantara setiap konsep kunci mudah diidentifikasi yang dapat mendorong hubungan ide dan konsep dalam mind map serta meningkatkan ingatan

  5) Ringkasan informasi menjadi lebih efektif dan cepat 6) Struktur mind map memungkinkan untuk menambah konsep lain dengan mudah 7) Pembuatan mind map membuat penggunanya kreatif karena setiap

  

mind map memiliki kreasi unik yang akan meningkatkan ingatan

  Oleh karena itu, mind mapping juga dapat ditambah dan diperkaya dengan penggunaan warna, gambar, kode dan dimensi yang menarik, indah dan tergantung pada masing-masing individu. Dengan menggunakan warna, gambar dan kode membuat pengguna mind map menjadi lebih kreatif, serta meningkatkan memori dan terutama dalam mengingat kembali informasi penting.

4. Metode Pencatatan Mind Map sebagai sebuah Perangkat Memori dan Strategi Kognitif Multi Dimensional

  Teknik mnemonic menggunakan imaginasi dan asosiasi untuk menghasilkan image baru dan mudah diingat. Mnemonic merupakan strategi mental yang didesain untuk meningkatkan ingatan (Hunter dalam Matlin, 2009). Penggunaan teknik mnemonic menekankan imaginasi yang merepresentasikan objek yang tidak tampak secara fisik atau yang sebenarnya tidak terjadi.

  Dalam mnemonic digunakan visual imagery yang merupakan suatu strategi yang dapat meningkatkan ingatan (Matlin, 2009). Dalam mempelajari materi, individu cenderung lebih mudah mengingat ketika diberikan bentuk pencitraan visual (Reed, 2004). Pencitraan visual (visual imagery) menciptakan suatu kode memori yang efektif seperti gambar dimana individu biasanya lebih mudah mengingat gambar daripada mengingat kata atau kalimat. Seperti halnya imaginasi dan asosiasi dalam teknik mnemonic, metode pencatatan mind map mengkombinasikan seluruh kemampuan kortikal otak untuk menciptakan perangkat memori multi dimensional yang hebat. Multi dimensional berarti tidak hanya menggunakan satu atau dua dimensi saja, tetapi mind mapping memungkinkan penggunanya untuk menciptakan internal, radian, dan tiga dimensi yang menggunakan asosiasi, warna dan waktu. Mind mapping tidak hanya menggunakan satu bentuk dari teknik mnemonic seperti imagery atau visual, akan tetapi juga menggunakan teknik mnemonic lainnya yaitu teknik hierarchy untuk mengorganisasikan materi. Hierarki ini merupakan sebuah sistem dimana aitem-aitem diatur dalam sebuah kelas, yang dimulai dari hal paling umum menjadi hal yang spesifik (Matlin, 2009).

C. PENGARUH MIND MAPPING TERHADAP PEMAHAMAN MATERI MAHASISWA

  Pemahaman terhadap materi merupakan proses simultan dalam menggali dan membangun makna melalui interaksi dan keterlibatan dengan bahasa tulisan (Snow, 2002). Memahami materi di perkuliahan sangat penting dalam menunjang keberhasilan mahasiswa sehingga mahasiswa harus memiliki strategi yang baik dalam mencapai pemahaman yang dibutuhkan.

  Interaksi antara individu dengan lingkungannya sangat mempengaruhi pemahaman, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan (Burrel & Morgan dalam D’Antoni, 2009). Oleh sebab itu, memahami suatu materi tidak terlepas dari kegiatan individu saat memahami materi teks (Reed, 2004)., Berbagai kegiatan serta metode digunakan individu untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi perkuliahan, dan salah satunya adalah dengan membuat catatan (Krathwol, 2002). Sebagai salah satu bentuk strategi kognitif, membuat catatan atau ringkasan dari pelajaran maupun teks akan membantu pembelajaran (Kiewra dalam Santrock, 2004). Catatan berupa ringkasan materi yang ditulis mahasiswa dapat berguna dalam meningkatkan pemahaman dan ingatan mereka akan materi yang dipelajari. Robinson dkk (2006) menambahkan pula bahwa mahasiswa yang membuat catatan memiliki pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak membuat catatan, karena saat mencatat mahasiswa akan memberikan perhatian mereka untuk mengumpulkan informasi dan menghabiskan tambahan waktu untuk memaknai pesan dalam suatu materi.

  Pembuatan catatan memungkinkan individu untuk mengembangkan pemahaman yang lebih terhadap topik perkuliahan sebab individu akan menangkap poin kunci topik perkuliahan ke dalam kata-kata sendiri (Hannah, 2011). Ringkasan atau catatan ini juga menjadi alat yang baik untuk menjawab pertanyaan serta mengingat kembali informasi setelah beberapa waktu mempelajari suatu materi. Pembuatan catatan dapat membantu mahasiswa untuk membandingkan informasi penting dari materi dengan pengalaman atau pengetahuan personal mereka (Klingner dkk dalam O’Connor & Vadasy, 2011). Oyzon & Olmos (2009) menambahkan pembuatan catatan merupakan kemampuan yang fundamental dan dapat mempengaruhi skor tes di sekolah, sehingga siswa harus mencari metode pencatatan yang tepat agar lebih efektif dan efisien.

  Catatan yang efektif adalah catatan yang dapat menghemat waktu, dapat membantu menyimpan informasi dan mengingatnya kembali jika diperlukan.

  Catatan efektif juga akan membantu individu dalam proses pembelajaran. Hannah (2011) menambahkan bahwa catatan yang baik melibatkan proses menganalisis dan mengorganisasikan informasi untuk membangun pemahaman yang lebih baik dari subjek, sehingga dapat membantu proses belajar dan mengingat kembali informasi di masa mendatang. Sehubungan dengan pentingnya membuat catatan yang efektif, maka pembuatan catatan berbentuk grafik maupun peta seperti mind mapping dapat menjadi metode pencatatan yang baik dan efektif, khususnya berguna dalam meringkas sejumlah informasi (Wickramasinghe dkk, 2012). Mind mapping sebagai salah satu bentuk pencatatan berbentuk grafik merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi kinerja otak (Buzan, 2007).

  Penelitian untuk menguji penggunaan mind mapping terhadap proses pembelajaran ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Zulaiha (2010).

  Penelitian ini dilakukan dalam bentuk tindakan kelas dengan dua siklus pembelajaran. Penelitian ini melibatkan siswa kelas XI IPA I MAN Yogyakarta untuk tahun ajaran 2009/2010. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji penggunaan metode mind mapping terhadap peningkatan motivasi dan prestasi belajar biologi siswa pada materi sistem peredaran darah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mind map dapat meningkatkan motivasi siswa dan meningkatkan nilai prestasi belajar biologi siswa. Manfaat lainnya dari penggunaan mind mapping adalah mind map dengan cepat, jelas, dan akurat menunjukkan hubungan antara ide-ide atau informasi. Mind mapping membantu untuk berpikir dari umum ke khusus. Penggunaan kata-kata kunci membuat individu dapat menyingkat subjek besar menjadi daerah kecil di

  mind map , sehingga individu dapat meninjau lebih cepat dengan melihat kata- kata kunci pada mind map dibandingkan dengan membaca catatan yang ditulis kata demi kata (Toft dan Mancina, 2011).

  Efektifnya penggunaan mind mapping dalam proses pembelajaran juga terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Imaduddin (2012). Penelitian ini melibatkan 34 orang siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta dan bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode mind mapping untuk meningkatkan prestasi belajar fisika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode mind mapping berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap prestasi belajar fisika. Farrand dkk (2002) menambahkan pula bahwa mind

  mapping dapat memfasilitasi tercapainya pemahaman konseptual dari

  sejumlah informasi yang ada serta dapat mengintegrasikan konsep-konsep tersebut secara bersama-sama.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh mind mapping terhadap pemahaman materi ajar Psikologi Umum I pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara”