PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS : penelitian tindakan kelas di kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung.
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT
TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN)
PADA PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh :
WILLY DESTIANDI SUKMANA NIM. 1105471
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN
HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT
TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko atau sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 8 Agustus 2015 yang membuat pernyataan,
Willy Destiandi Sukmana 1105471
(3)
WILLY DESTIANDI SUKMANA
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG
(TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 16 Bandung kelas VII-2)
Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001
Pembimbing II
Drs. Eded Tarmedi, M.A
NIP. 19580105 198002 1 002
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan IPS
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001
(4)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL pendidikan, karena dengan pendidikan seseorang akan belajar untuk menjadi manusia yang cerdas dan bertanggung jawab. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 16 Bandung kelas VII-2, memperlihatkan bahwa sikap ecoliteracy siswa masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan. Kurangnya sikap ecoliteracy siswa ditunjukan dengan keadaan kelas yang kotor dan tanaman kelas yang layu, selain itu pada halaman sekolah SMP Negeri 16 Bandung kurang terawat dengan baik, padahal sebuah halaman sekolah yang baik dan terawat akan bisa menjadi sebuah wahana yang efektif dalam pembentukan sikap perilaku peduli lingkungan. Maka dari untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas VII-2, perlu adanya sebuah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk peduli terhadap lingkungan. Pembelajaran yang dapat menerapkan pembelajaran seperti itu salah satunya adalah pembelajaran IPS, karena pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang kaya akan pendidikan nilai dan moral. Melihat permasalahan kurangnya sikap ecoliteracy di kelas VII-2, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapakan model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus Lewin menurut Elliot dan instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, wawancara, catatan lapangan, dan angket. Untuk pengolahan data dan analisis data menggunakan
kualitatif dan kuantitatif. Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 3 siklus, dengan setiap siklusnya terdiri dari 4 tindakan yaitu pemberian pemahaman tentang ecoliteracy, pelaksanaan project TASARANG, perawatan tanaman sayur dan pertanggung jawaban tugas project TASARANG. Berdasarkan hasil penelitian, sikap ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah, dari hasil siklus kesatu menunjukan hasil yang rendah, dengan rata-rata penilaian kelompok 52% yang masih masuk ke dalam kategori “Cukup”, sedangkan pada siklus kedua mengalami peningkatan yang cukup signfikan, dengan mendapat rata-rata presentase kelompok sebesar 84,4% masuk ke dalam kategori “Baik”, dan pada siklus ketiga menunjukan hasil rata-rata presentase kelompok 86,6%. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran project TASARANG dapat meningkatkan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah.
(5)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS
ABSTRACT
Ecoliteracy attitude is a response to address various environmental problems. An understanding of ecoliteracy should be implemented since early stage in education, because with education someone will learn to be human intelligent and responsible. Based on initial observations conducted by researchers at SMP Negeri 16 Bandung class VII-2, shows that attitudes ecoliteracy student's still low, so it needs to be improved. Lack of student ecoliteracy attitude shown by the dirty of the class and the class of plants that wilt, moreover the school yard of SMPN 16 Bandung is less well maintained, whereas a good school yard and manicured can be an effective means in the formation of environmentally conscious behavior attitudes. So to overcome problems that occur in class VII-2, there needs to be a learning involving students actively to care for the environment. Learning to apply such learning one of them is learning IPS, because learning IPS a rich learning which is rich in values and moral education. Seeing the problems lack ecoliteracy attitude in class VII-2, researchers initiative to conduct classroom action research by applying model the learning project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) on learning IPS. The research design used in this study is a model of Lewin by Elliot and instrument used are teacher observation sheet, interviews, field notes, and questionnaires. For data processing and analysis of data using qualitative and quantitative. In the implementation of research performed a total of 3 cycles, with each cycle consisting of 4 acts, namely providing an understanding of ecoliteracy, implementation project TASARANG, Vegetable crop care and responsibility tasks project TASARANG. Based on the study results, attitudes ecoliteracy students in the school yard management, results of a cycle 1 show of low yields, dengan rata-rata penilaian kelompok 52% were still fit into the category of "Cukup", while in the second cycle experiencing a significant increase, with an average gain of 84.4% percentage of the group into the category of "Baik", And the third cycle showed an average yield percentage the group 86.6%. The conclusion of this research is the learning of IPS using the project learning model can improve TASARANG ecoliteracy students in the school yard management.
(6)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
DAFTAR ISI
PERYATAAN ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Ecoliteracy ... 10
1. Ekologi ... 10
2. Ecoliteracy ... 11
3. Ecoliteracy dalam Pengelolaan Halaman Sekolah ... 15
4. Pentingnya Ecoliteracy dalam Pembelajaran IPS ... 18
B. Model Pembelajaran Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) ... 21
(7)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Project
Based Learning ... 24
3. Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) ... 26
C. Penelitian Terdahulu ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian ... 33
1. Identifikasi Masalah ... 34
2. Memeriksa Lapangan ... 35
3. Perencanaan ... 35
4. Tindakan ... 36
5. Pengamatan ... 37
6. Refleksi ... 38
C. Metode Penelitian ... 38
D. Definisi Oprasional ... 39
1. Ecoliteracy ... 39
2. Project TARSANG (Tanam Sayur Pekarangan) ... 40
E. Instrument Penelitian ... 41
1. Lembar Observasi ... 41
2. Wawancara ... 64
3. Catatan Lapangan ... 64
4. Angket ... 64
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 73
1. Kualitatif ... 73
a. Pengumpulan, Kodifikasi, dan Kategorisasi Data ... 73
b. Validasi Data ... 74
c. Interpretasi ... 74
2. Kuantitatif ... 74
(8)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
b. Rumus Pengolahan data Lembar Observasi Ecoliteracy
Siswa dalam Pengelolaan Halaman Sekolah ... 75
c. Rumus Pengolahan Data Angket ... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 77
1. Deskripsi Profil Sekolah ... 77
2. Deskripsi Profil Guru Mitra ... 79
3. Deskripsi Kelas Penelitian ... 80
B. Paparan Data Awal Penelitian ... 80
C. Deskripsi Pembelajaran Siklus 1 ... 81
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus 1 ... 81
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ... 84
a. Tindakan ke-1 ... 84
b. Tindakan ke-2 ... 92
c. Tindakan ke-3 ... 97
d. Tindakan ke-4 ... 98
3. Observasi Siklus 1 ... 102
4. Deskripsi Hasil LKS Siklus 1 ... 114
5. Deskripsi Data Angket Siklus 1 ... 117
6. Analisis dan Refleksi Siklus 1 ... 123
7. Revisi Perencanaan ... 125
D. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus 2 ... 125
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus 2 ... 126
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 ... 128
a. Tindakan ke-1 ... 128
b. Tindakan ke-2 ... 133
c. Tindakan ke-3 ... 136
d. Tindakan ke -4 ... 140
(9)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI
4. Deskripsi Hasil LKS Siklus 2 ... 155
5. Deskripsi Data Angket Siklus 2 ... 157
6. Analisis dan Refleksi Siklus 2 ... 164
7. Revisi Perencanaan ... 166
E. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus 3 ... 167
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus 3 ... 167
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 3 ... 169
a. Tindakan ke-1 ... 169
b. Tindakan ke-2 ... 173
c. Tindakan ke-3 ... 178
d. Tindakan ke-4 ... 182
3. Observasi Siklus 3 ... 184
4. Deskripsi Hasil LKS Siklus 3 ... 197
5. Deskripsi Data Angket Siklus 3 ... 199
6. Analisis dan Refleksi Siklus 3 ... 206
F. Hasil Wawancara ... 207
1. Wawancara Guru ... 208
2. Wawancara Siswa ... 208,
G. Paparan Hasil Lembar Observasi Peningkatan Ecoliteracy Siswa dalam Pengelolaan Halaman Sekolah Melalui Model Pembelajaran Project TASARANG (tanam sayur pekarangan) Pada Pembelajaran IPS dari Siklus 1, 2, dan 3 ... 209
H. Paparan Data Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) dari Siklus 1, 2, dan 3 ... 214
I. Paparan Hasil Data Angket dari Siklus 1, 2, dan 3 ... 216
1. Hasil Data Angket Mengembangkan Empati Terhadap Segala Bentuk Kehidupan ... 217
2. Hasil Data Angket Merangkul Ketahanan Sebagai Kebiasaan Masyarakat ... 218
3. Hasil Data Angket Membuat yang Tidak Terlihat Menjadi Terlihat ... 220
(10)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
4. Hasil Data Angket Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak di
Harapkan ... 221 5. Hasil Data Angket Memahami Bagaimana Alam Menopang
Kehidupan ... 223 J. Analisis Hasil Penelitian ... 225
1. Perencanaan Pembelajaran untuk Peningkatkan Ecoliteracy Siswa dalam Pengelolaan Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
pada Pembelajaran IPS ... 225 2. Menerapkan Pembelajaran untuk Peningkatkan Ecoliteracy
Siswa dalam Pengelolaan Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
pada Pembelajaran IPS ... 229 3. Merefleksi Kendala-Kendala dalam Peningkatkan Ecoliteracy
Siswa dalam Pengelolaan Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
pada Pembelajaran IPS ... 231 4. Peningkatkan Ecoliteracy Siswa dalam Pengelolaan Halaman
Sekolah Setelah Diterapkanya Model Pembelajaran Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada Pembelajaran IPS
... 233 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 238 B. Saran ... 241 DAFTAR PUSTAKA ... xviii LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 42
Tabel 3.2 Rubrik Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran... 44
Tabel 3.3 Lembar Observasi Peningkatan Ecoliteracy dalam Pengelolaan Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) ... 55
Tabel 3.4 Rubrik Lembar Observasi Peningkatan Ecoliteracy dalam Pengelolaan Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) ... 59
Tabel 3.5 Angket Prilaku Ecoliteracy Siswa ... 65
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrument ... 68
Tabel 3.7 Skala Presentase Perencanaan Pembelajaran ... 75
Tabel 3.8 Skala Presentase Peningkatan Ecoliteracy Siswa dalam Pengelolaan Halaman Sekolah ... 76
Tabel 4.1 Daftar Kelompok (Siklus 1) ... 90
(12)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
Tabel 4.3 Lembar Observasi Peningkatan Ecoliteracy dalam Pengelolaan Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran Project
TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) (Siklus 1) ... 108 Tabel 4.4 Hasil LKS Siklus 1 ... 115
Tabel 4.5 Tabel Data Angket Siswa “Menggembangkan Empati Terhadap
Segala Bentuk Kehidupan” (Siklus 1) ... 117
Tabel 4.6 Tabel Data Angket Siswa “Merangkul Ketahanan Sebagai
Kebiasaan Masyarakat” (Siklus 1) ... 118
Tabel 4.7 Tabel Data Angket Siswa “ Membuat yang Tidak Tampak
Menjadi Terlihat” (Siklus 1) ... 119
Tabel 4.8 Data Angket Siswa “Mengatisipasi konsekuensi yang Tidak
Diharapkan” (Siklus 1) ... 120
Tabel 4.9 Data Angket Siswa “Memahami Bagaimana Alam Menopan
Kehidupan” (Siklus 1) ... 122 Tabel 4.10 Daftar Kelompok (Siklus 2) ... 131 Tabel 4.11 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus 2) ... 143 Tabel 4.12 Lembar Observasi Peningkatan Ecoliteracy dalam Pengelolaan
Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran Project
TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) (Siklus 2) ... 149 Tabel 4.13 Hasil LKS Siklus 2 ... 156
Tabel 4.14 Tabel Data Angket Siswa “Menggembangkan Empati Terhadap
Segala Bentuk Kehidupan” (Siklus 2) ... 158 Tabel 4.15 Tabel Data Angket Siswa “Merangkul Ketahanan Sebagai
(13)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI Tabel 4.16 Tabel Data Angket Siswa “ Membuat yang Tidak Tampak
Menjadi Terlihat” (Siklus 2) ... 160
Tabel 4.17 Data Angket Siswa “Mengatisipasi konsekuensi yang Tidak
Diharapkan” (Siklus 2) ... 161
Tabel 4.18 Data Angket Siswa “Memahami Bagaimana Alam Menopan
Kehidupan” (Siklus 2) ... 163 Tabel 4.19 Daftar Kelompok (Siklus 3) ... 172 Tabel 4.20 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus 3) ... 184 Tabel 4.21 Lembar Observasi Peningkatan Ecoliteracy dalam Pengelolaan
Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran Project
TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) (Siklus 3) ... 189 Tabel 4.22 Hasil LKS Siklus 3 ... 197 Tabel 4.23 Tabel Data Angket Siswa “Menggembangkan Empati Terhadap
Segala Bentuk Kehidupan” (Siklus 3) ... 199 Tabel 4.24 Tabel Data Angket Siswa “Merangkul Ketahanan Sebagai
Kebiasaan Masyarakat” (Siklus 3) ... 201
Tabel 4.25 Tabel Data Angket Siswa “ Membuat yang Tidak Tampak
Menjadi Terlihat” (Siklus 3) ... 202
Tabel 4.26 Data Angket Siswa “Mengatisipasi konsekuensi yang Tidak
Diharapkan” (Siklus 3) ... 203
Tabel 4.27 Data Angket Siswa “Memahami Bagaimana Alam Menopan
(14)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Langkah Langkah-Langkah Model Siklus Lewin Menurut
Elliot ... 34
Gambar 4.1 Foto Peneliti dan Guru Mitra ... 79
Gambar 4.2 Kelas VII-2 ... 80
Gambar 4.3 Proses Pembelajaran dalam Pemberian Pemahaman Ecoliteracy dalam Pengelolaan Halaman Sekolah (Siklus 1) ... 86
Gambar 4.4 Proses Pembuatan Pot Tanaman Sayur (Siklus 1) ... 95
Gambar 4.5 Proses Penanaman Tanaman Sayur (Siklus 1) ... 96
Gambar 4.6 Proses Perawatan Tanaman Sayur (Siklus 1) ... 97
Gambar 4.7 Pelaksanaan Presentasi Project TASARANG (Siklus 1) ... 99
Gambar 4.8 Proses Pembelajaran dalam Pemberian Pemahaman Ecoliteracy dalam Pengelolaan Halaman Sekolah (Siklus 2) ... 129
(15)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI
Gambar 4.10 Proses Penanaman Tanaman Sayur (Siklus 2) ... 135
Gambar 4.11 Proses Perawatan Tanaman Sayur ... 137
Gambar 4.12 Kegiatan Memanen Sayur ... 138
Gambar 4.13 Pelaksanaan Presentasi Project TASARANG (Siklus 2) ... 141
Gambar 4.14 Proses Pembelajaran dalam Pemberian Pemahaman Ecoliteracy dalam Pengelolaan Halaman Sekolah (Siklus 3) ... 170
Gambar 4.15 Proses Penanaman Tanaman Sayur (Siklus 3) ... 174
Gambar 4.16 Pemasangan Talang Air pada Dinding Sekolah (Siklus 3) ... 176
Gambar 4.17 Pembagian Bibit Tanaman Sayur (Siklus 3) ... 177
Gambar 4.18 Proses Perawatan Tanaman Sayur (Siklus 3) ... 179
Gambar 4.19 Pelaksanaan Presentasi Project TASARANG (Siklus 3) ... 183
Gambar 4.20 Grafik Hasil Lembar Observasi Siswa ... 210
Gambar 4.21 Grafik Hasil Lembar Observasi Siswa ... 212
Gambar 4.22 Grafik Nilai Rata-Rata LKS ... 215
Gambar 4.23 Grafik Hasil Angket Mengembangkan Empati Terhadap Segala Bentuk Kehidupan ... 217
Gambar 4.24 Grafik Hasil Angket Merangkul Ketahanan Sebagai Kebiasaan Masyarakat ... 219
Gambar 4.25 Grafik Hasil Angket Membuat yang Tidak Terlihat Menjadi Terlihat ... 220
Gambar 4.26 Grafik Hasil Angket Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak di Harapkan ... 222
(16)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
Gambar 4.27 Grafik Hasil Angket Mengantisipasi Konsekuensi yang
Tidak di Harapkan ... 223 Gambar 4.28 Grafik Hasil Angket Memahami Bagaimana Alam
Menopang Kehidupan ... 224 Gambar 4.29 Grafik Hasil Lembar Observasi Perencanaan Pembelajaran ... 227 Gambar 4.30 Grafik Hasil Lembar Observasi Siswa ... 230 Gambar 3.31 Grafik Hasil Lembar Observasi Ecoliteracy Dalam
Pengelolaan Halaman Sekolah ... 235
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 2 Penilaian Lembar Observasi
Lampiran 3 Hasil LKS (Lembar Kerja Siswa) dan Angket Lampiran 4 Catatan Lapangan
Lampiran 5 Hasil Wawancara
Lampiran 6 Buku Kegiatan Bimbingan Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
(17)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
A.Latar Belakang
Lingkungan sekolah adalah lingkungan kehidupan sehari-hari siswa. Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas, contohnya seperti di halaman sekolah. Halaman sekolah selain ditata keindahannya, juga perlu memerhatikan persyaratan kesehatan. Halaman sekolah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit ataupun bebauan yang menimbulkan rasa tidak nyaman bagi semua warga sekolah. Jika lingkungan sekolah dapat ditata dan dikelola dengan baik, maka akan menjadi wahana efektif sebagai pembentukan sikap perilaku peduli lingkungan. Hal ini merupakan salah satu aspek tentang pemahaman ecological literacy atau ecoliteracy.
Menurut Capra (2012) dalam bukunya yang berjudul Jaring-Jaring Kehidupan menyatakan bahwa
Pada akhir abad ke-20, masyarakat dunia dihadapkan pada serangkaian masalah global yang membahayakan masa depan planet bumi. Ancaman ini sangat mengejutkan karena terjadi dalam waktu yang singkat serta tidak dapat dikembalikan pada wujud semula (irreversible). Isu utama dan dominan adalah masalah lingkungan hidup. Kekhawatiran itu mesti ditanggapi dengan kerja keras dan pemikiran yang komprehensif, sistematik dan berdimensi futuristik. Dari sebab itu, tidak hanya menyangkut hajat hidup manusia sekarang, tetapi juga berkenaan dengan generasi mendatang (hlm. 11-12).
Dari pemaparan Capra ini di atas dapat disimpulkan bahwa dimasa mendatang dunia akan dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang mengancam kehidupan di bumi. Permasalahan lingkungan diakibatkan oleh kurangnya pemahaman dan kesadaran akan lingkungan yang harus selalu kita jaga dengan baik untuk keberlangsung umat manusia dan generasi yang akan datang.
Penelitian ini berawal dari observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, tepatnya di SMPN 16 Bandung. SMPN 16 Bandung secara geografis terletak di Jalan P.H.H Mustofa No 53 Kota Bandung. SMPN 16 Bandung ini merupakan salah satu sekolah yang menjalankan program “Adiwiyata” yaitu suatu program
(18)
yang mewujudkan sekolah berwawasan lilngkungan dan peduli lingkungan. Program adiwiyata adalah tempat yang baik dan ideal bagi warga sekolah untuk memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta perilaku yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan dalam kehidupan untuk menuju kepada pembangunan berkelanjutan. Namun program adiwiyata di SMPN 16 ini belum sepenuhnya dapat direalisasikan oleh pihak sekolah. Hal ini terlihat dari masih kurangnya tempat sampah disetiap kelas, serta kurangnya kesadaran dari para siswa untuk mempisahkan antara sampah organik dan non-organik.
Selain itu di SMPN 16 juga tidak mempunyai halaman sekolah yang memadai sesuai dengan program adiwiyata yang ideal. Meskipun ada upaya dari pihak sekolah untuk memperbanyak pot tanaman untuk mengatasi permasalahan halaman yang sempit, tetapi upaya dari pihak sekolah tersebut tidak didukung oleh para siswa. Hal ini terlihat dari banyaknya sampah, dedaunan yang layu dan tanaman yang mati karena tidak dirawat dengan baik. Padahal di sekitar pot-pot
itu terdapat slogan yang bertuliskan “Rawatlah kami” atau “Jangan rusak kami”
serta gambar-gambar tentang lingkungan yang bersih.
Para siswa beranggapan merawat dan menjaga tanaman adalah tanggung jawab sekolah. Hal ini terlihat di ruangan kelas VII-2, yang ruang kelasnya cukup bersih dan cukup kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran, akan tetapi kondisi pot bunga yang ada di kelas terlihat mengkhawatirkan. Tanaman yang terdapat dalam pot tersebut sudah layu dan terlihat jarang sekali dirawat serta terdapat sampah di dalam pot tanaman tersebut. Hal ini sama seperti keadaan pada pot tanaman yang ada di luar kelas. Selain itu siswa kelas VII-2 pun tidak peduli untuk memilah sampah yang mereka buang apakah organik atau anorganik, padahal tempat sampah untuk kedua jenis sampah tersebut sudah disediakan pihak sekolah. Kemudian isi tempat sampahpun kebanyakan berisi kertas-kertas yang disobek, plastik, dan botol-botol minuman.
Dari masalah-masalah tentang lingkungan yang ada di kelas VII-2 dan lingkungan sekolah SMPN 16 ini sebenarnya bisa tergambarkan bahwa perilaku
(19)
dari siswa itu masih kurang peduli dan kurang bertanggung jawab dalam menjaga lingkunganya dan terlebih lagi kurang rasa cinta terhadap lingkunganya. hal ini merupakan salah satu indikator dari ecoliteracy. Permasalahan yang terjadi dikelas VII-2 SMPN 16 Bandung menandakan masih kurang di tanamankanya pemahaman terhadap ecological literacy atau ecoliteracy dalam diri siswa khususnya dalam pengelolaan halaman sekolah.
Ecoliteracy merupakan sebuah pradigma baru yang dipopulerkan oleh Fritjof Capra dalam dunia pendidikan. Ecoliteracy bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ekologis masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan. Ecoliteracy berupaya memperkenalkan dan memperbaharui pemahaman masyarakat akan pentingnya kesadaran ekologis global, guna menciptakan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kesanggupan bumi untuk menopangnya. Ecoliteracy menekankan kepada pemberian pemahaman dalam bidang pendidikan, terutama untuk siswa terhadap pemahaman kognitif yang memadai tentang hakikat dan prinsip-prinsip ekologi agar lebih bertanggung jawab terhadap alam untuk pembangunan berkelanjutan. Dalam pembelajarn IPS siswa dituntut untuk lebih kritis terhadap lingkunganya. Menurut Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 tujuan mata pelajaran IPS di SMP adalah
1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup pembelajaran IPS di SMP (Pusat Kurikulum Kemendiknas, 2010) meliputi aspek sebagai berikut
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
(20)
3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan (hlm 96).
Dari pemaparan tujuan pembelajaran IPS dan ruang lingkupnya bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa, pada dasarnya pembelajaran IPS itu sebagai awal proses menuju kedewasaan, keberhasilan dalam kehidupan di bermasyarakat dan peka terhadap masalah-masalah yang ada disekitarnya baik itu lingkungan sosial ataupun lingkungan alam. Hal ini dijelaskan juga dalam karakteristik pembelajaran IPS menurut Mulyana (dalam Rudy, 2011)
Ilmu Pengetahuan social (IPS) merupakan bidang kajian yang pontesial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya akan nilai. Karakteristik ilmu yang erat kaitanya dengan kehidupan manusia dan banyak membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan harmonis dengan sesama, lingkungan dan tuhan, membuat dua bidang kajian ini sangat kaya denga sikap, nilai, moral, etika dan perilaku (hlm. 23).
Dari penjelasan di atas, bahwasanya pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang kaya akan nilai-nilai kehidupan manusia tentang cara manusia berinteraksi dengan sesama, Tuhan, dan lingkungan secara harmonis. Interaksi antara manusia dan lingkungan haruslah berjalan harmonis, seperti apa yang dipaparkan oleh Soejiran (dalam Arianto, 1988, hlm. 15) menjelaskan bahwa
“Manusia berinteraksi dengan lingkunganya. Manusia mempengaruhi lingkungan
hidupnya, manusia berusaha memanfaatkan sumber-sumber alam yang ada
dengan serta pengelolaan yang baik”.
Pembelajaran IPS sangatlah kaya akan nilai-nilai etika dan moral yang dapat dijadikan dasar dan landasan bagi seseorang dalam cara berpikir, bersikap, dan berperilaku.
Dalam pendidikan nilai menurut Kevin Ryan dan Thomas Lickona (dalam Fitriani, hlm.16) membuat tulisan yang berjudul Character Devlopment: The Challenge And The Model mengemukakan bahwa “pendidikan nilai menggunakan tiga tahap interaksi, yaitu moral knowing, moral feeling dan moral action”.
Berdasarkan kasus SMPN 16 Bandung khususnya di kelas VII-2 dari kurangnya pemahaman ecoliteracy siswa terhadap halaman sekolah, maka peneliti
(21)
ingin meningkatkan pemahaman ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah, menggunakan pendekatan pendidikan nilai yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action, sehingga digunakan model pembelajaran berbasis project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS sebagai pembelajaran yang mencakup ketiga aspek tersebut.
Model pembelajaran Project based learning merupakan model pembelajaran yang berbasis proyek. Siswa akan diberi tugas untuk menghasilkan produk atau proyek yang nyata. Menurut Bern Ericson (dalam Komalasari, 2010) mengaskan bahwa
Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran dan pada akhirnya mengahasilkan karya nyata (hlm. 70).
Sedangkan TASARANG merupakan sebuah gagasan yang peneliti buat. TASARANG ini adalah sebuah konsep tentang bagaimana cara memanfaatkan sebuah lahan yang kecil atau sempit, agar dikelola dengan baik dan dapat bermanfaat yaitu dengan ditanami sayur-sayuran. Sehingga nantinya dalam project ini siswa akan menanam sayuran di lingkungan sekolah mereka.
Project TASARANG mencangkup ketiga aspek dalam pendidikan nilai. Pada tahap moral knowing, siswa akan dibekali dengan pemahaman tentang ecoliteracy yang nantinya siswa dapat berpikir secara kritis dalam menangapi permasalahan lingkungan sekolahnya, terlebih lagi dalam permasalahan pengelolaan halaman sekolah. Lalu dalam moral feeling siswa akan diajari bagaimana cara merawat tanaman dengan baik, lalu rasanya memilki sebuah lingkungan yang hijau yang dapat bermanfaat bagi pihak sekolah. Dari pemberian moral feeling ini siswa dapat memilki perilaku yang sesuai dengan ecoliteracy. Kemudian yang terkahir adalah pelaksanaan project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) yaitu menanam sayuran serta merawatnya agar tumbuh dengan baik yang merupakan pendidikan moral action.
(22)
Selain itu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tentang kurangnya pemahaman ecoliteracy siswa terhadap halaman sekolah, peneliti juga akan melakukan project TASARANG dengan cara menerapkan konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle). Konsep 3R ini merupakan konsep tentang pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah 3R ini akan menjadi wadah siswa dalam pembuatan project TASARANG, yaitu dengan menggunakan barang-barang yang sudah tidak terpakai sebagai media dalam menanam sayuran.
Konsep 3R ini terlahir dari masalah sosial akibat kegelisahan masyarakat akan rusaknya lingkungan alam atau tempat tinggal dari manusia itu sendiri, akibat dari aktivitas manusia. Kerusakan alam atau lingkungan ini merupakan sebuah realita atau gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat, bahwa masyarakat atau individu masih memiliki kekurangn akan kesadaraan atau rasa kepedulian terhadap lingkunganya. Contoh dari pada kurangnya pemaham konsep 3R ini bisa dilihat dari rusaknya hutan akibat exploitasi, untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat akibat dari perilaku konsumtif dan menumpuknya sampah-sampah yang sulit terurai akibat dari kurangnya pemikiran kreatif untuk memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai. Pada UU No. 18 tahun 2008 yang berisi tentang
Pengelolaan Sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya melalui penerapan sistem Reuse, Reduce, dan Recycle (3R). Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Dalam penerapan konsep 3R ini siswa akan diberikan sebuah pemahaman untuk menumbuhkan sikap kepedulian terhadap lingkungan, menumbuhkan kepekaan terhadap apa yang terjadi sekelilingnya, sikap hidup berhemat, merubah pola hidup konsumtif, berpikir kreatif, dan berpikir kritis. Pola pemikiran dari konsep 3R inilah yang harus ditanamkan dan sudah dipahami sejak dini dalam diri individu, dan hal ini merupakan salah satu indikator dari ecolitearcy.
(23)
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan
judul “Peingkatan Ecoliteracy dalam Pengelolaan Halaman Sekolah Melalui Model Pembelajaran Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada Pembelajaran IPS di VII-2 SMPN 16 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan kepada latar belakang diatas yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut
1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran untuk peningkatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah melalui model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS?
2. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran untuk peningkatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah melalui model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS?
3. Bagaimana guru merefleksi pembelajaran untuk peningkatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah melalui model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS? 4. Bagaimana peningkatan ecoliteracy siswa setelah menggunakan model
pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS?
C.Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui rumusan masalah, maka peneliti merumuskan tujuan umum dalam penelitian ini, yaitu untuk peningkatkan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah dengan menggunakan model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS. Untuk lebih memperjelas tujuan umum dalam penelitian ini, maka peneliti membuat tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
(24)
1. Untuk mengetahui rancangan dalam pembelajaran untuk peningkatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah melalui model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran untuk peningkatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah melalui model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru serta cara mengatasi kendala tersebut dalam pembelajaran untuk peningkatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah melalui model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS
4. Untuk mengetahui peningkatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah setelah diterapkanya model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat salah satunya yakni perbaikan dalam peningkatkan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah pada pembelajaran IPS di jenjang SMP, disamping itu manfaat lainya diperuntukan sebagai berikut:
1. Bagi Siswa, diharapakan bisa bermanfaat dalam peningkatan pemahaman siswa terhadap ecoliteracy. Sehingga siswa mempunyai pemahaman dalam menjaga dan memanfaatkan lingkunganya dengan baik untuk pembangunan yang berkelanjutan.
2. Bagi Guru, diharapakan bisa bermanfaat dalam masukan untuk peningkatan ecoliteracy siswa, yang dapat membantu guru dalam memecahkan masalah mengenai kurangnya pemahaman siswa tentang ecoliteracy. Serta untuk meningkatkan kualitas guru agar menjadi guru yang profesional dengan menambah wawasan guru IPS dalam menangulangi masalah belajar.
(25)
3. Bagi Sekolah, diharapkan penelitian ini bisa bermanfaat sebagai masukan dalam menyusun program peningkatan kualitas sekolah khusunya dalam lingkungan sekolah.
4. Bagi Peniliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai salah satu bahan refrensi, acuan atau pedoman dan menambah wawasan untuk melakukan penelitian dengan masalah yang serupa di masa yang akan datang. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman dan pelajaran yang bermanfaat sebagai calon guru IPS.
E.Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab I merupakan bahasan mengenai pendahuluan, bagian awal dari penulisan skripsi. Dalam bagian pendahuluan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan dalam skripsi.
Bab II memaparkan mengenai kajian pustaka yang berhubungan dengan permasalahan yang diambil dan rumusan masalah yang dibahas. Kajian pustaka yang penulis kaji yaitu mengenai ecoliteracy beserta ruang lingkupnya, model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada mata pelajaran IPS. Adapun teori-teori yang digunakan berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dari para ahli serta peneliti yang telah melakukan penelitian lebih dulu mengenai masalah yang sama.
Bab III membahas mengenai metode penelitian yang berisi mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, tahapan penelitian, instrument penelitian, teknik pengolahan data dan teknik analisis data yang akan dilakukan peneliti.
Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan analisis data dari hasil pelaksanaan yang dilakukan peneliti dari fakta-fakta yang ditemukan dilapangan selama penelitian di SMPN 16 Bandung.
(26)
Bab V membahas mengenai penutup yang dilakukan sekaligus menjawab rumusan masalah secara singkat dan saran utuk pihak-pihak terkait untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
(27)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
Dalam bab ini penulis akan menjabarkan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti, yang berisi mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, tahapan penelitian, instrument penelitian, teknik pengolahan data dan teknik analisis data yang akan dilakukan peneliti
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 16 Bandung. SMP Negeri 16 Bandung beralamat di JL.P.H.H Mustofa No. 53 Bandung. Penelitian memilih SMP ini karena SMP ini merupakan sekolah tempat peneliti melaksanakan PPL. Selain itu SMP Negeri 16 Bandung merupakan sekolah yang menjalankan program adiwiyata, namun program tersebut belum berjalan dengan optimal, sehingga ada keinginan dari peneliti untuk membantu pihak sekolah dalam menjalakan program adiwiyata.
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-2 ini berjumlah 36 siswa, yang terdiri atas 18 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. B.Desain Penelitian
Desain penelitian tindakan kelas ini menggunakan model siklus Lewin menurut Elliot, karena sesuai dengan tema dan tujuan dari penelitian ini.
(28)
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Model Siklus Lewin Menurut Elliot (Sumber: Wiraatmadja, 2005, hlm. 64)
Dalam model siklus Lewin menurut Elliot, memilki langkah-langkah dalam melakukan penelitian tindakan kelas yaitu dengan melakukan, identifikasi masalah, memerikasa lapangan (reconnaissance), perencanaan, tindakan (act), observasi, dan refleksi. Menurut Wiriaatmadja (2005, hlm. 66) “Bentuk dari model digambarkan dalam alur-alur tahap penelitian, namun demikian tetap berada dalam pembagian siklus yang bergerak dalam spiral.
Adapun langkah-langkah penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut
(29)
Dalam penelitian ini, peneliti ingin meningkatkan pemahaman siswa tentang ecoliteracy dalam pembelajaran IPS dan hal ini menjadi suatu tindakan pemecahan masalah yang ada di kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung.
Permasalahan yang ditemukan yaitu bahwa siswa kurang memliki pemahaman tentang ecoliteracy, dari kurangnya kepedulian siswa dalam merawat halaman sekolah. Maka dari itu peneliti ingin meningkatkan ecoliteracy siswa melalui tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) dalam pembelajaran IPS. Penelitian dilakukan agar siswa memiliki kemampuan dalam menjaga dan merawat lingkunganya dengan baik untuk pembangunan berkelanjutan.
2. Memeriksa di Lapangan (Reconnaisance)
Reconnaisance merupakan pemahaman mengenai situasi yang yang terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Langkah Reconnaisance diperlukan untuk mengetahui informasi mengenai kondisi lapangan (kelas), sehingga peneliti dapat menentukan cara yang tepat untuk mengubah maupun memperbaiki permasalahan yang ada dikelas.
Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan reconnaisance dalam pra observasi di kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung. Permasalahan yang menjadi fokus adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang ecoliteracy di dalam pembelajaran IPS. Melalui model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) yang dipilih untuk mengatasi permasalahan tentang kurangnya pemahaman siswa terhadap ecoliteracy dalam pengelolaan halaman sekolah.
3. Perencanaan
Rencana merupakan salah satu dari serangkaian tindakan terencana di dalam penelitian ini, yang ditunjukan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam kelas.
Dalam tahap ini peneliti menyusun serangkaian rencana kegiatan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap ecoliteracy. Pada perancanaan ini peneliti akan menyusun perancanaan bersama guru mitra, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik berdasarkan permasalahan yang
(30)
ditemukan di kelas. Pada penelitian ini rencana yang disusun adalah sebagai berikut
a. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian
b. Melakukan observasi pra penelitian terhadap kelas yang akan diguanakan untuk penelitian
c. Meminta kesedian guru mitra dalam mendukung pelaksanaan penelitian d. Menyusun jadwal berikut waktu penelitian bersama guru mitra
e. Menentukan SK/KD sesuai dengan tujuan Pembelajaran yang ingin di capai (ecoliteracy)
f. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) g. Menyiapkan materi pembelajaran
h. Menyusun langkah-langkah dalam model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
i. Menyiapkan media pembelajaran dalam model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
j. Menyusun Instrument yang digunakan dalam penelitian
k. Mempersiapkan instrument penilaian berupa lembar penilaian kelompok dalam penilaian ketercapaian ecoliteracy melalui tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
l. Melakukan diskusi yang akan dilakukan oleh peneliti dengan guru mitra m. Membuat rencana perbaikan sebagai tindak lanjut yang akan dilakukan
peneliti dan guru mitra
n. Pengolahan data dari hasil yang telah diperoleh dari penelitian. 4. Tindakan (act)
Langkah selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah tindakan atau pelaksanaan. Jika perumusan masalah telah dirumuskan sebelumnya merupakan perecanaan yang cukup matang maka proses tindakan tidak semata-mata merupakan pelaksanaan, dengan kata lain tindakan dalam penelitian tindakan ini merupakan praktis yang terencana. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut
a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama antara peneliti dengan guru mitra
(31)
b. Melaksanakan penelitian sesuai dengan RPP yang telah disusun
c. Memberikan siswa pemahaman tentang ecoliteracy dalam proses pembelajaran
d. Menerapkan tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan), yang terdiri dari pelaksnaan penanaman, perawatan / panen dan pertanggung jawaban project dengan presentasi sebagai upaya peningakatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah e. Melakukan penilaian tugas project TASARANG (Tanam Sayur
Pekarangan) dalam pembelajaran IPS secara teliti
f. Melakukan diskusi balikan dengan mitra peneliti atas kekurangan dalam menerapkan tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) dalam pembelajaran IPS
g. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut siklus selanjutnya h. Melakukan pengolahan data.
5. Pengamatan (observe)
Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan dilaksanakanya tindakan. Dalam pengamatan ini, peneliti melakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan instrument yang telah disiapkan, juga mencatat gagasan-gagasan dan kesan-kesan serta kendala-kendala siswa dalam proses pembelajaran pada setiap tindakan. Untuk mendapatkan data yang lebih rinci dan obyektif, pada pengamatan ini peneliti melakukan
a. Pengamatan pembelajaran dan keadaan kelas VII-2 yang sedang di teliti
b. Mengamati interaksi selama proses penelitian berlangsung c. Mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran
d. Pengamatan terhadap project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) e. Pengamatan terhadap perkembangan ecoliteracy siswa dengan
mengamati project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
f. Pengamatan terhadap efektivitas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) untuk peningkatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah.
(32)
6. Refleksi
Pada tahap refleksi ini peneliti beserta guru mitra mendiskusikan kendala-kendala dan kekurangan dalam setiap tindakan serta pengaruhnya. Langkah ini merupakan analisis penelitian dari tindakan yang sudah diterapkan atau dilakukan sehingga perbaikan lebih diarahkan pada kekurangan-kekurangan setiap tindakan. Pada kegiatan ini peneliti melakukan
a. Kegiatan diskusi balikan dengan guru mitra dan siswa setelah tindakan dilakukan
b. Melakukan refleksi dari hasil diskusi balikan untuk siklus selanjutnya c. Mendiskusikan hasil observasi kepada dosen pembimbing.
C.Metode penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wiriaatmadja (2005)
Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi peraktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam peraktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (hlm. 13).
Sedangkan menurut Suharsimi dalam Daryanto (2011) bahwa
Penelitian tindakan kelas merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati objek, menggunakan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidan. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaanya berbentuk berbagai periode / siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research (CAR)… (hlm. 3).
Dapat disimpulkan bahwa PTK atau Penelitian Tindakan Kelas pada dasarnya merupakan penelitian yang dilakukan di kelas oleh guru untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran, yang secara ringkas dimulai dari di
(33)
ketemukanya suatu masalah, lalu dilakukan tahap perencanaan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
D.Definisi Oprasional
1. Ecoliteracy
Dalam pengembangan ecoliteracy ini, guru dalam menerapkan pembelajaran IPS harus dapat mengajar sebuah kepedulian terhadap lingkungan dan prinsip-prinsip ekologi untuk pembangunan yang berkelanjutan, dengan memberikan sebuah contoh nyata yang di alami oleh siswa sebagai contohnya halaman sekolah.
Halaman sekolah siswa bisa menggambarkan sebuah perilaku siswanya, apabila lingkungan siswa itu bersih dan terawat maka dapat dipastikan bahwa siswa tersebut memeliki pemahaman yang baik tentang ecoliteracy apabila sebaliknya jika lingkungan sekolah siswa kotor dan tidak terawat maka dapat dipastikan perilaku siswanya kurang memahami apa itu ecoliteracy. Siswa harus memahami bagaimana dia menjaga dan merawat lingkungan sekolahnya khususnya halaman sekolah. Manusia pasti memerlukan mahluk lainya untuk hidup dan alam sebagai tempat tinggal manusia. Maka dari itu guru harus bisa memupuk kesadaran siswa untuk lebih bisa menjaga dan merawat lingkungannya yang ada dibumi beserta mahluk lainya.
Penerapan peningkatan ecoliteracy dalam pengelolaan halaman sekolah merupakan bagian dari perencanaan dalam penelitian ini. Setelah guru menerapkan pemahaman tentang ecoliteracy di kelas yang disisipkan dalam materi pembelajaran IPS, selanjutnya siswa diberi sebuah tugas yang berkaitan dengan aplikasikan pemahaman ecoliteracy, dalam sebuah project, yaitu project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) sebagai sarana dalam mengukur sejauh mana peningkatan pemahaman ecoliteracy siswa. Pemahaman ecoliteracy siswa akan diukur melalui beberapa indikator ecoliteracy seperti dibawah ini, yaitu
a. Mengembangkan empati terhadap segala bentuk kehidupan 1) Siswa selalu menyiram tanaman
(34)
2) Siswa peduli dengan tanaman
3) Siswa sering membersihkan tanaman 4) Siswa bertanggung jawab terhadap tanaman 5) Siswa tidak membuang sampah pada pot tanaman 6) Siswa tidak merusak tanaman
b. Merangkul keberlanjutan sebagai kebiasaan masyarakat
1) Kemampuan siswa dalam merancang tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
2) Siswa bekerjasama dengan baik dalam pembuatan tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
3) Siswa Saling bekerjasama dalam merawat tanaman
4) Siswa mampu mempertanggung jawabkan hasil dari tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
5) Saling mengingatkan ketika ada teman yang tidak merawat tanaman c. Memahami bagaimana alam menopang kehidupan
1) Siswa menggunakan barang bekas dalam pembuatan pot tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
2) Kreatif dalam merangcang pembuatan tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
3) Lebih bisa memanfaatkan tanaman sayur dengan baik 4) Memiliki keterampilan dalam menata tanaman
2. Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan tindakan untuk mengasah atau meningkatkan pemahaman siswa terhadap ecoliteracy dengan memberikan sebuah tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan), dalam tugas project ini siswa akan belajar cara menanam sayuran di pekarangan mereka dan memanfaatkan lahan secara baik.
Dengan pemberian tugas project TASARANG siswa akan lebih memahami konsep tentang penghijauan sebuah halaman yang baik namun mempunyai manfaat ekonomis.
Dalam project ini juga peneliti mengajak siswa untuk bisa lebih merawat tanaman sebaik mungkin, sehingga akan memunculkan pemikiran tentang
(35)
makna dari sebuah lingkungan. Selain itu project TASARANG memberikan sebuah pemahaman kepada siswa, pada dasaranya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas, seperti di halaman.
Halaman sekolah harus di tata keindahannya, karena halaman sekolah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi semua warga sekolah. Selain itu peneliti juga mengiginkan halaman sekolah yang bersih dan mempunyai manfaat bagi siswanya yang akan menjadi sebuah wahana yang efektif dalam pembentukan perilaku peduli lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan. Selain mengajarkan kepada siswa tentang cara menanam sayuran dan memanfaatkan lahan dengan baik, dalam project TASARANG siswa akan diajarkan tentang cara mendaur ulang sampah atau barang-barang yang sudah tidak terpakai, menjadi sebuah barang yang bermanfaat dan bernilai guna, karena dalam tugas project ini siswa akan menfaatkan botol bekas sebagai media menanam sayuran dan barang bekas lainya sebagai hiasan dari botol agar terlihat lebih menarik dan bagus. Dari pemanfaatan barang bekas maka siswa akan terlatih untuk sadar akan arti sebuah kebersihan lingkungan dan bagaimana cara memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang mempunyai nilai guna. Dengan kata lain dari tugas project TASARANG siswa akan diberi bekal atau pemahaman tentang pengelolaan sampah dengan cara 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle.
E.Instrument Penelitian 1. Lebaran Observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari, lembar observasi guru selama perencanaan dan pelaksanaan serta lembar observasi ecoliteracy. Lembar observasi guru digunakan untuk mengetahui sejauh mana, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dalam peningkatkan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah dengan menggunakan model pembelajaran project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada pembelajaran IPS. Sedangkan lembar observasi ecoliteracy untuk mengetahui
(36)
peningkatan ecoliteracy siswa selama proses project TASARANG. Berikut lembar observasi guru dan siswa
Tabel 3.1 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (GURU)
No. Aspek yang diamati Kriteria
Baik Cukup Kurang A. Perencanaan Sebelum Pembelajaran
1 Penenuan SK/KD sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (ecoliteracy)
2 Penyusunan RPP sesuai dengan tujaun pembelajaran (ecoliteracy) dan silabus
3 Meyiapkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran (ecoliteracy)
4 Merancang langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran berbasis project 5 Menyiapkan media pembelajaran
dalam model pembelajaran berbasis project
6 Menyiapkan format penilaian dalam model pembelajaran berbasis project
A. Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
1 Kemampuan membuka pelajaran Pembukaan:
a. Berdoa sebelum mulai pembelajaran
(37)
b. Memeriksa kebersihan dan kerapian kelas dan siswa c. Mengecek kehadiran siswa
Apersepsi:
d. Mengemukakan tujuan
pembelajaran mengenai materi yang berkaitan dengan
ecoliteracy
e. Memberikan motivasi mengenai ecoliteracy
Kegiatan Inti 2 Proses pembelajaran
Eksplorasi:
a. Guru mampu menarik minat siswa melalui materi yang berkenaan dengan ecoliteracy b. Guru mengfasilitasi peserta didik
untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang berkenaan dengan ecoliteracy
c. Guru mengarahkan pengetahuan dengan realita yang sedang terjadi di halaman sekolah d. Guru mampu mengarahakan
pemahaman siswa ke
pembentukan sikap dan karakter ecoliteracy
Elaborasi:
Implementasi langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis proyek (project Based Learning)
(38)
b. Membuat desain rencana proyek c. Membuat jadwal
d. Memantau siswa dalam kemajuan proyek
e. Menilai siswa Konfirmasi: f. Refleksi
Kegiatan Penutup 3 Kemampuan menutup pembelajaran:
a. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman dan kesimpulan pembelajaran b. Guru melakukan refleksi atas
kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan
c. Menyampiakan informasi mengenai materi selanjutnya d. Penutupan pembelajaran dengan
mengucapakan salam Persentase (%)
Tabel 3.2 Rubrik Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (GURU)
No .
Aspek yang diamati
Kriteria
Baik Cukup Kurang
Perencanaan Sebelum Pembelajaran
1
Penenuan SK/KD sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
Dalam penentuan SK/KD sangat sesuai dengan pembelajaran yang berbasis
Dalam penentuan SK/KD cukup sesuai dengan pembelajaran yang berbasis
Dalam penentuan SK/KD kurang sesuai dengan pembelajaran yang berbasis
(39)
(ecoliteracy) ecoliteracy ecoliteracy akan tetapi terlalu dipaksakan ecoliteracy, sehingga kaitanya kurang antara SK/KD dan ecoliteracy 2 Penyusunan RPP
sesuai dengan tujuan pembelajaran (ecoliteracy) dan silabus Guru membuat RPP sesuai dengan silabus dan sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam penelitian yaitu ecoliteracy dalam pengelolaan halaman sekolah Guru membuat RPP sesuai dengan silabus namun dalam penyusunan RPP kurang memaparkan tentang tujuan pembelajaran yaitu ecoliteracy dalam pengelolaan halaman sekolah Guru membuat RPP kurang sesuai dengan silabus dan kurang menunjukan tentan tujuan pembelajaran yaitu ecoliteracy dalam pengelolaan halaman sekolah
3 Meyiapkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran (ecoliteracy) Guru menyiapkan materi tentang ecoliteracy yang akan dijelaskan ketika melaksanakan pembelajaran dan dalakm penyusnan RPP sesuai dengan tujuan Guru menyiapkan materi yang akan dijelaskan namun kurang menggambarka tentang ecoliteracy sebagai tujuan dari pembelajaran Guru kurang menyiapkan materi tentang ecoliteracy dan dalam penyesunanya tidak sesuai dengan tujuan pembeljaran yaitu ecoliteracy dalam pengelolaan
(40)
pembelajaran (ecoliteracy.
halaman sekolah
4 Menyiapkan media pembelajaran dalam model pembelajaran berbasis project Guru menyiapkan media pembelajaran sebagai contoh dalam pelaksanaan model pembelajaran project Guru menyiapkan media pembelajaran sebagai contoh dalam pelaksanaan model pembelajaran project namun kurang dapat di mengerti oleh siswa Guru kurang menyiapkan media pembelajaran sebagai contoh dalam pelaksanaan model pembelajaran project sehingga siswa kebingungan
5 Merancang langkah-langkah dalam merancang model pembelajaran berbasis project Guru merencanakan langkah-langkah dalam merancang model pembelajaran project dengan detail dan baik
Guru merencanakan langkah-langkah dalam merancang model pembelajaran project dengan kurang jelas Guru sama sekali tidak Merancang langkah-langkah dalam merancang model pembelajaran project 6 Menyiapkan
format penilaian dalam model pembelajaran berbasis project Guru menyiapkan format penilaian sebelum pelaksanaan pembelajaran dan Guru kurang menyiapkan format penilaian sebelum pelaksanaan pembelajaran dan Guru tidak menyiapkan format penilaian sebelum pelaksanaan pembelajaran project
(41)
penyusunanya sangat sesuai dengan kegiatan pembelajaran project penyusunanya kurang sesuai dengan kegiatan pembelajaran project Kegiatan Pendahuluan 1 Kemampuan membuka pelajaran
Pembukaan a. Berdoa sebelum mulai pembelajaran Guru bersama-sama siswa berdoa sebelum pembelajaran di mulai. Guru berdoa sebelum pembelajaran tanpa menyuruh siswa.
Guru dan siswa tidak berdoa sebelum memulai pembelajaran. b. Memeriksa kebersihan dan kerapian kelas dan siswa Guru memeriksa kebersihan kelas dan kerapian berpakaian siswa sebelum memulai pembelajaran. Guru sesekali mengecek kebersihan kelas. Guru sama kurang memeriksa kebersihan dan kerapian kelas dan langsung memulai pembelajaran. c. Mengecek kehadiran siswa Guru megecek kehadiran siswa sebelum memulai pembelajaran. Guru sesekali mengecek kehadiran siswa. Guru sama sekali tidak mengecek kehadiran siswa. Apersepsi:
(42)
d. Mengemukaka n tujuan pembelajaran mengenai materi yang berkaitan dengan ecoliteracy Guru mengemukakan tujuan pembelajaran mengenai materi yang berkaitan dengan ecoliteracy yang akan dibahas kepada siswa Guru mengemukakan tujuan pembelajaran mengenai materi namun kurang berkaitan dengan ecoliteracy dalam pengelolaan halaman sekolah
Guru tidak sama sekali mengemukakan tujuan pembelelajaran e. Memberikan motivasi mengenai ecoliteracy Guru memberikan motivasi mengenai pentingnya pemahaman tentang ecoliteracy dengan memberikan contoh nyata serta memberi pertanyaan terhadap siswa seputar keadaan lingkungan yang siswa lihat sehingga mampu menarik minat siswa Guru memebrikan motivasi tentang pemahaman ecoliteracy namun dalam penyampaianya masih kurang menarik minat siswa. Guru memberikan motivasi tetapi kurang berkaitan dengan pemahaman ecoliteracy dan kurang mampu menarik minat siswa
(43)
Kegiatan Inti 2 Proses pembelajaran
Eksplorasi: a. Guru menyajikan materi yang berkenaan dengan ecoliteracy Guru menyajikan dan menjelaskan materi secara jelas berkenaan dengan ecoliteracy Guru menyajikan dan menjelaskan materi kurang jelas berkenaan dengan ecoliteracy Guru tidak menyajikan meteri berkenaan dengan ecoliteracy
b. Guru mampu menarik minat siswa melalui materi yang berkenaan dengan ecoliteracy Siswa aktif dalam menjawab-jawab pertanyaan dan aktif berpendapat mengenai materi ecoliteracy serta sangat antusias dalam pembelajaran Siswa aktif dalam menjawab-jawab pertanyaan dan aktif berpendapat mengenai materi ecoliteracy tetapi kurang berkenaan Guru tidak mampu untuk menarik minat siswa sehingga siswa kurang aktif dalam menjawab dan berpendapat c. Guru mengfasilitasi peserta didik untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang berkenaan dengan Guru selalu memberikan atau mengfasilitasi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan ataupun Guru kurang memberikan kesempatan atau mengfasilitasi kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan ataupun pendapat terkait Guru sama sekali tidak memberikan kesempatan atau mengfasilitasi kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan ataupun
(44)
ecoliteracy pendapat terkait dengan materi ecoliteracy dengan materi ecoliteracy pendapat terkait dengan materi ecoliteracy d. Guru mengarahkan pengetahuan dengan realita yang sedang terjadi di halaman sekolah Guru mengarahkan materi yang berkenaan tentang pemahaman ecoliteracy dengan menghubungkan realita perilaku siswa terhadap lingkungan halaman sekolahnya. Guru mengarahkan materi yang berkenaan tentang pemahaman ecoliteracy tanpa menghubungkan nya dengan realita perilaku siswa terhadap lingkungan halaman sekolahnya. Guru sama sekali tidak mengarahkan materi berkenaan tentang pemahaman ecoliteracy yang sudah dijelaskan dengan realita di lingkungan
e. Guru mampu mengarahakan pemahaman siswa ke pembentukan sikap dan karakter ecoliteracy Siswa mulai dapat memhamin apa itu ecoliteracy dan pentingnya mengelola lingkungan dengan baik serta perilaku siswa menunjukan pemahaman tentang Siswa mulai dapat memhamin apa itu ecoliteracy dan pentingnya mengelola lingkungan dengan baik serta akan tetapi perilaku siswa belum menunjukan pemahaman Siswa sama sekali tidak dapat memahmi apa itu ecoliteracy dan perilaku siswapun belum menunjukan pemahaman tentang ecoliteracy
(45)
ecoliteracy tentang ecoliteracy Elaborasi:
Implementasi langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis proyek (project Based Learning)
a. Guru memulai dengan pertanyaan esensial Guru mengfasilitasi siswa untuk bertanya dan meberikan masukan mengenai project TASARANG Guru hanya menjelaskan tentang project TASARANG Guru kurang menjelaskan secara terperinci tentang project TASARANG b. Membuat desain rencana proyek Guru menjelaskan rencana project TASARANG dan membimbing siswa untuk merencanakan project TASARANG Guru menjelaskan rencana project TASARANG akan tetapi guru tidak membimbing siswa dalam merencankan project TASARANG Guru kurang menjelaskan rencana project TASARANG secara terperinci dan guru tidak membimbing siswa dalam merencankan project TASARANG c. Membuat jadwal Guru mengfasilitas siswa untuk memberi usulan jadwal penyelesaian tugas project
Guru kurang mengfasilitas siswa untuk memberi usulan jadwal penyelesaian tugas project Guru sama sekali tidak mengfasilitas siswa untuk memberi usulan jadwal penyelesaian
(46)
TASARANG TASARANG tugas project TASARANG d. Memantau siswa dalam kemajuan proyek Guru memantau siswa selama pengerjaan tugas project TASARANG dan membimbing siswa dalam pengerjaanya Guru memantau siswa selama pengerjaan tugas project TASARANG akan tetapi kurang membimbing siswa dalam pengerjaanya Guru tidak memantau siswa selama pengerjaan tugas project TASARANG dan tidak membimbing siswa pula.
e. Menilai siswa Guru menilai siswa secara baik dan sesuai dengan tujuan tugas project TASARANG yang berkenaan dengan pemahaman ecoliteracy Guru menilai siswa sesuai dengan tujuan tugas project TASARANG namun penilaian kurang berkenaan dengan pemahaman ecoliteracy Guru menilai kurang sesuai dengan tujuan tugas project TASARANG yang berkaitan dengan pemahaman ecoliteracy Konfirmasi:
(47)
f. Refleksi Guru memberikan refleksi dan mengfasilitasis siswa untuk berpendapat mulai dari kesulitan hingga manfaat dari tugas project TASARANG Guru memberikan refleksi selama pengerjaan project TASARANG namun kurang mengfasilitasi siswa untuk berpendapat Guru memberikan penjelasan mengenai manfaat, kesulitan dan hal yang harus diperbaiki selama project TASARANG akan tetapi tidak memberikan siswa kesempatan untuk berpendapat Kegiatan Penutup
3 Kemampuan menutup pembelajaran a. Guru dan
siswa bersama-sama membuat rangkuman dan kesimpulan pembelajaran Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan keseluruhan dari materi yang telah dibahas. Guru menyimpulkan sebagian dari materi yang telah dibahas .
Guru sama sekali tidak menyimpulkan materi yang telah dibahas. b. Guru melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang sudah Guru bersama-sama dengan siswa melakukan refleksi bersama dengan Guru hanya sesekali melakukan refleksi kegiatan pembelajaran. Guru sama sekali tidak melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
(48)
dilakukan memotivasi siswa supaya lebih memiliki pemahaman lebih terhadap ecoliteracy yang telah dilakukan. c. Menyampiaka n informasi mengenai materi selanjutnya Menyampaikan informasi mengenai pembeljaran selanjutnya yang akan dibahas dan mengingatkan kepada siswa untuk lebih bisa mengaplikasikan perilaku kesaharianya terhadap pemahaman ecoliteracy Hanya menyampaikan informasi mengenai pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya Sama sekali tidak menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan yang akan datang d. Penutupan pembelajaran dengan mengucapakan salam
Guru dan siswa mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam saja Guru sama sekali tidak mengucapkan salam dalam mengakhiri pembelajaran
(49)
Tabel 3.3 Lembar Observasi Peningkatan Ecoliteracy Siswa dalam Pengeolaan Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran
Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan) pada Pembelajaran IPS
No Aspek yang di Observasi Kriteria Penilaian
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
B C K B C K B C K B C K B C K
1 Mengembangkan
empati terhadap segala bentuk kehidupan
Siswa selalu menyiram tanaman
Siswa peduli dengan tanaman
Siswa sering
membersihkan tanaman Siswa bertanggung jawab terhadap tanaman sayur yang mereka rawat
Siswa tidak membuang sampah pada pot tanaman
(50)
Siswa tidak merusak tanaman
2 Merangkul
keberlanjutan sebagai kebiasaan masyarakat
Kemampuan siswa dalam merancang tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
Siswa bekerjasama dengan baik dalam pembuatan tugas project TASARANG (Tanam Sayur
Pekarangan)
Siswa Saling bekerjasama dalam merawat tanaman Saling mengingatkan ketika ada teman yang tidak merawat tanaman Siswa mampu
(51)
mempertanggung
jawabkan hasil dari tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
3 Memahami
bagaimana alam menopang kehidupan
Siswa menggunakan barang bekas dalam pembuatan pot tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
Kreatif dalam merangcang pembuatan tugas project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan
(52)
Siswa lebih bisa memanfaatkan tanaman sayur dengan baik
Memiliki keterampilan dalam menata tanaman Jumlah
Persentase (%)
Keterangan: Baik (skor 3)
Cukup (skor 2) Presentase ecoliteracy = Skor yang didapat x 100
(53)
Tabel 3.4 Rubrik Lembar Observasi Peningkatan Ecoliteracy Siswa dalam Pengeolaan Halaman Sekolah melalui Model Pembelajaran Project TASARANG (Tanam Sayur Pekarangan)
pada Pembelajaran IPS
No Aspek yang di Observasi Kriteria Penilaian
B C K
1 Mengembang
kan empati terhadap segala bentuk kehidupan
Siswa selalu menyiram tanaman Semua anggota kelompok selalu menyiram tanaman Hanya beberapa siswa yang selalu menyiram tanaman Hanya sebagian kecil siswa yang selalu menyiram tanaman Siswa peduli
dengan tanaman Siswa peduli terhadap tanaman yang layu atau rusak, dengan cara menyiram, memberi pupuk kembali dan memperbaiki nya Hanya beberapa siswa yang peduli terhadap tanaman yang layu atau rusak dan siswa hanya bicara saja tanpa melakukan sebuah tindakan. Siswa acuh terhadap tanaman yang layu atau rusak
Siswa sering membersihkan Siswa selalu membersihka Hanya beberapa Siswa tidak pernah
(54)
tanaman n tanaman sayur dari rumput liar dan sampah. siwa atau yang berinisiatif untuk membersihka n tanaman sayur dari rumput liar atau sampah membersihkan tanaman sayur dari rumput liar ataupun sampah Siswa bertanggung jawab terhadap tanaman sayur yang mereka rawat Siswa selalu menjaga dan merawat tanaman sayurnya dengan baik Siswa kurang menjaga dan merawat tanaman sayuran dengan baik, siswa hanya sesekali merawat tanaman sayur Siswa tidak bertanggung jawab terhadap tanaman sayur yang mereka rawat
Siswa tidak membuang sampah pada pot tanaman Siswa tidak membuang sampah pada pot tanaman dan siswa membuang sampah pada tempatnya Ada beberapa siswa yang sesekali membuang sampah pada pot tanaman Siswa sering membuang sampah pada pot tanaman
Siswa tidak merusak tanaman siswa merawat dengan baik tanaman Siswa terkadang merusak tanaman Siswa sering merusak tanaman dengan cara
(55)
sayur yang mereka rawat dan tidak merusaknya dengan sesekali mencabuti daun mencabutinya atau membuang sampah pada pot tanaman 2 Merangkul
ketahanan sebagai kebiasaan masyarakat
Kemampuan siswa dalam merancang tugas project TASARANG Siswa mampu merancang dan menyusun tugas project dengan baik, mandiri dan kreatif secara berkelompok Siswa kuarng mampu dalam merancang dan menyusun tugas project TASARANG dengan baik, siswa kurang mandiri dan kurang kreatif. Kemampuan siswa dalam merancang tugas project TASARANG sangat kurang baik, siswa tidak mandiri dan tidak kreatif. Siswa bekerjasama dengan baik dalam pembuatan tugas project TASARANG Siswa sangat kompak dan bisa saling bekerja sama dengan baik dalam pembuatan tugas project TASARANG siswa kurang kompak dalam pembuatan tugas project TASARANG hanya beberapa siswa yang bekerja Siswa bekerja sendiri dalam tugas project TASARANG
Siswa Saling bekerjasama dalam merawat tanaman siswa bekerjasam dengan baik dengan Siswa kurang bekerja sama dalam merawat Siswa tidak kompak dalam merawat tanaman sayur,
(56)
anggota kelompoknya dalam perawatan tanaman sayur tanaman, hanya beberapa siswa dalam kelompok yang selalu merawat tanaman sayur siswa cenderung merawat tanaman sendiri-sendiri. Saling mengingatkan ketika ada teman
yang tidak
merawat tanaman siswa selalu menasehati atau mengingatka n kepada anggota kelompoknya yang tidak merawat atau menyiram tanaman sayur siswa sesekali mengingatka n dan mengajak kepada anggota kelompoknya untuk merawat atau menyiram tanaman sayur siswa tidak sama sekali mengingatkan kepada anggota kelompoknya yang tidak merawat dan menyiram
Siswa mampu mempertanggun g jawabkan hasil
dari tugas
project TASARANG siswa melaporkan dan mempresenta sikan hasil dari tugas project TASARANG dengan jujur tanpa ada Siswa kurang jujur dalam melaporkan dan mempresenta sikan hasil dari tugas project TASARANG siswa memanipulasi tugas project TASARANG dalam laporan dan presentasi
(1)
244
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perilaku yang ditunjukan siswa sudah menunjukan hasil yang optimal. Dari hal ini dapat diketahui bahwa model pembelajaran berbasis project TASARANG dapat meningkatkan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah.
B.Saran
Berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan penelitian dalam peningkatan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah melalui model pembelajaran project TASARANG (tanam sayur pekarangan) pada pembelajaran IPS di kelas VII-2 SMPN 16 Bandung, ada beberapa saran bagi beberapa pihak yang terkait dengan penelitian, diantaranya sebagai berikut
Bagi pihak sekolah, peneliti berharap agar sikap ecoliteracy harus selalu diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah, karena sikap kepedulian sangatlah penting dimilki oleh masing-masing individu terlebih lagi sekolah yang merupakan sarana dalam pemberian pembelajaran kepada siswa. Selain itu dengan menerapkan sikap ecoliteracy kepada siswa dapat menggembangkan program adiwiyata yang berjalan disekolah.
Bagi pihak guru, melalui penelitian ini peneliti berharap bahwa pembelajaran IPS bukanlah sebuah pembelajaran yang selalu identik dengan hafalan dan sejarah, tetapi pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang kaya akan nilai-nilai dalam kehidupan, karena pada dasarnya kajian dalam pembelajaran IPS adalah kehidupan manusia itu sendiri, sehingga sangat penting apabila dalam pelajaran IPS memberikan pembelajaran tentang kepedulian lingkungan seperti ecoliteracy karena pada akhir-akhir ini kerusakan lingkungan terus terjadi akibat ulah dari perilaku manusia. Dari pembelajaran IPS yang seperti ini maka tujuan dari pembelajaran IPS dapat tercapai yaitu membuat manusia yang dewasa yang mencapai keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Bagi pihak siswa, dengan adanya penelitian ini siswa dapat lebih peduli kepada lingkungan dan berperilaku sesuai dengan ecoliteracy. Selain itu dari penelitian ini peneliti berharap siswa dapat menjadi panutan orang lain dalam berprilaku peduli terhadap lingkungan serta dapat memecahkan berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi dimasayarakat.
(2)
245
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagi penelitian selanjutnya, peneliti berharap akan ada penelitian yang melakukan penelitian untuk meningkatkan ecoliteracy siswa, karena permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang semakin hari semakin parah karena banyak orang mulai tidak memperdulikan lingkunganya. Selain itu saran lain yang ingin diberikan peneliti adalah pada saat melakukan pembelajaran untuk peningkatan ecoliteracy memang perlu perencanaan yang matang dan dalam pemberian pembelajaranya harus dilakukan secara perlahan, karena merubah sikap itu merupakan hal yang sangat sulit sehingga perlu waktu yang lama dan perlahan.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat peneliti sampaikan selama kegiatan penelitian dalam meningkatkan ecoliteracy siswa dalam pengelolaan halaman sekolah melalui model pembelajaran project TASARANG (tanam sayur pekarangan) pada pembelajaran IPS di kelas VII-2 SMPN 16 Bandung. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi pembelajaran yang bagus dalam peningkatankualitas pendidikan di Indonesia.
(3)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Anwar, N. (2008). Apa yang akan Kau Lakukan Terhadap Sampah?. Bandung: PT Elisa Surya Dwitama
Arianto, S. dkk. (1998). Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup untuk IKIP dan FIKIP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayan
Arikunto, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arikunto. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Bahri, S dan Aswan , Z. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Capra, Fritjof. (2005). Ecological Literacy. San Francisco: Sierra Club Books Capra, Fijritof. (2001). Jaring-Jaring Kehidupan. Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru
Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Sekolah dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media
Departemen Pekerjaan Umum, (2007). Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah Indonesia. Jakarta: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman.
Depdiknas RI. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajkaran IPS Terpadu. Jakarta: Depdiknas.
Fitrani, Sri. (2014). Pengembangan Green Behaviour Peserta Didik pada Pembelajaran IPS melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMPN 16 Bandung Kelas VII-1). Skripsi. Tidak Diterbitkan
(4)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gunawan, Rudy. (2011). Pendidikan IPS (Filosofi, Konsep, dan Aplikasi). Bandung: Aflabeta
Goleman (2010). Di Balik Produk-Produk yang Kita Beli. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hadiwiyoto, S. (1983).Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: PT Inti Idayu Press
Frick, Heinz dan Suskiyatno, Bambang. (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius
Hopkins, D. (2007). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kementrian Lingkungan Hidup, (2011). Pedoman CSR Bidang Lingkungan. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup
Kementrian Lingkungan Hidup, (2012). Pedoman CSR Bidang Lingkungan. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama
Kunandar. (2009). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Kusumah, Fajar. (2014). Peningkatan Ecoliteracy melalui Pembelajaran Bertanam pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Sindangsuka V Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. TESIS. Pasca Sarjana. Tidak Diterbitkan
Susan, Megasari. (2014). Pembelajaran Keterampilan Bercocok Tanam Sayuran Seledri pada Peserta Didik Cerebral Palsy Spastik di SLB YPLAB Lembang. Skripsi. FIP. Tidak Diterbitkan
Migristine, R. (2009). Pengolahan Sampah Plastik. Bandung : Titian Ilmu Bandung
Mulyono. (1980). Pengertian dan Karakterisitik Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Debdikbud
(5)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nazarudin. (1994). Penghijauan Perkotaan. Jakarta: Penebar Swadaya Rosa, N. 2014. Pengembangan Ecoliteracy melalui Tugas
Pembelajaran Puzzle Berbahan dasar Barang Bekas dalam
Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-8)
Sunu, Pramudya. (2001). Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Pratama, A. (2013). Meningkatkan Kreativitas Siswa melalui Tugas (Task) Pembuatan Media Pembelajaran Berbahan Dasar Limbah Sampah Dalam Pembeljaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPS SMPN 5 Kota Bandung). Skripsi. FPIPS. Tidak Diterbitkan.
Rohani, A. (1997). Media Intruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta Ryadi, S. (1981).Ecology Ilmu Lingkungan. Surabaya: Usaha Nasional
Sapriya, et al. (2008).Konsep Dasar IPS. Bandung : Lab Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pkn FPIS UPI
Sastradihardja, Singgih. (2006). Bertanam Tanaman Buah dalam Pot. Bandung: Titian Ilmu Bandung
Sudjana, N. (2007). Media Pengajaran.Bandung : Sinar Baru Algensido Offeset Bandung
Suparman. (2008). Model-Model Berkebun Sayuran. Bekasi: Exact Ganeca Supriatna, Nana. (2013). Green History: “Belajar dari Pengalaman Historis
Hubungan Manusia dengan Alam”. Makalah pada Seminar Nasional Menyongsong Kurikulum Sejarah 2013 di Universitas Negeri Jakarta (Jakarta, 18 Maret 2013).
Sutirman. (2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
(6)
WILLY DESTIANDI SUKMANA, 2015
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tim Redaksi Agromedia. (2001). Menanam Sayur di Pekarangan Rumah. Jakarta: Agromedia Pustaka
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Wahab, A. (2009). Metode dan Model-Model Mengajar: Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: CV Alfabeta
Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Konterporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara
Wiraatmadja. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Internet
Global School Net, (2000). Introduction to Networked Project Based Learning. Online: http://www.gsn.org/web/pbl/whatis.htm