PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR SISWA MELALUI IMPLEMENTASI METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 4 Kota Bandung.

(1)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Kuasi Eksperimen Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Lembang)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh Arifin NIM 1106549

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Kuasi Eksperimen Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Lembang)

Arifin NIM. 1106549

Sebuah skripsi yang digunakan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

© ARIFIN, 2015

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JUNI 2015

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang, difotokopi, atau dengan cara lainnya tanpa seizin penulis.


(3)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN


(4)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” (Kuasi Eksperimen Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Lembang) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, 2015 Yang membuat pernyataan,

Arifin NIM. 1106549


(5)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ARIFIN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Kuasi Eksperimen Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Lembang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING I,

Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M. Pd. NIP 19590714 198601 1 001

PEMBIMBING II,

Dr. Iim Siti Masyitoh, M. Si. NIP 19620102 198606 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP 19630820 198803 1 001


(6)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2015

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia Ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji :

Penguji I,

Prof. Dr. Suwarma Al Muchtar, S.H, M.Pd.

NIP. 19530211 197803 1 002

Penguji II,

Dr.Rahmat, M.Si.

NIP. 19580915 198603 1 003

Penguji III,


(7)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syaifullah, S.Pd., M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001


(8)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR

KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Kuasi Eksperimen Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Lembang) Arifin, NIM: 1106549

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan berpikir kritis siswa terhadap perkembangan sains dan teknologi yang berkembang di masyarakat. dimaksudkan agar siswa dapat melek terhadap perkembangan sains dan teknologi baik secara positif maupun secara negatif serta dapat mengkaji kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait permasalahan akibat dari perkembangan sains dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Berdasarkan latarbelakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran sains teknologi masyarakat dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain non equivalent pre test post test design. Subjek penelitiann ini terdiri dari kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan kelompok kontrol yang menggunakan metode diskusi.Pengumpulan data dalam bentuk tes, observasi, lembar tugas angket dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan pengolahan statistik, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis, menggunakan bantuan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal tersebut ditunjukan oleh nilai rata-rata dan gain, nilai tiap sub inikator berpikir kritis, dan uji hipotesis yang menunjukan kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Dengan demikian terdapat pengaruh model pembelajaran sains teknologi masyarakat dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. rekomendasi dalam penelitian ini yaitu agar guru dapat mencoba menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada mata pelajaran lain.

Kata kunci:

Model Sains Teknologi Masyarakat, Metode Diskusi, Berpikir Kritis, Metode Eksperimen, Proses Pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan


(9)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFFECT MODEL OF SCIENCE TECHNOLOGY AND SOCIETY IN IMPROVING CRITICAL THINKING SKILLS ON CITIZENSHIP

EDUCATION

(Quasi-Experimental Student Class XI IPS in SMA Negeri 1 Lembang) Arifin, NIM: 1106549

ABSTRACT

This research is motivated by the importance of critical thinking skills of students for the development of science and technology developed in the community. This is intended for students to can literacy to the development of science and technology, either positively or negatively, and can assess government policies related to the problems resulting from the development of science and technology society. Based on this background, the researchers tried to apply science technology and society in learning with the characteristic emphasis on critical thinking skills. The approach used in this study is a quantitative approach, using a quasi-experimental design with non-equivalent pretest posttest design. The subjects of the study consisted of the experimental group use the model of sains technology and society, and the control group using the method of discussion. The collection of data in the form of tests, observations, questionnaires and tasks sheets documentation. Analysis of data using statistical processing, the normality test, homogeneity test, and test hypotheses, using SPSS program. The results showed that there are differences in the increase in critical thinking skills among the experimental group and control group. It is shown by the average value and the gain, the value of each sub-indicator of critical thinking, and test the hypothesis that the experimental group showed better than the control group. Thus it can be concluded that there are influences from the model of science technology and society in improving students' critical thinking skills. recommendation in this research is that teachers can try to apply the model of science technology and society in other subjects.

Keywords:

Model Science Technology and Society, Discussion Methods, Critical Thinking, Experimental Methods, Process Learning, Citizenship Education


(10)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 11

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penulisan ... 13

F. Struktur Organisasi Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 16

1. Pengertian Belajar ... 16

2. Pengertian Pembelajaran ... 18

B. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 20

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 20

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

C. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ... 23

1. Pengertian Model pembelajaran ... 23


(11)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Karakteristik Model Sains Teknologi Masyarakat ... 29

4. Langkah – Langkah Model Sains Teknologi Masyarakat ... 30

5. Keunggulan Model Sains Teknologi Masyarakat ... 36

D. Berpikir Kritis dalam Pendidikan Kewarganegaraan ... 38

1. Hakekat dan Pengertian Berpikir Kritis ... 38

2. Tujuan Berpikir Kritis ... 41

3. Ciri-ciri Berpikir Kritis ... 42

4. Karakteristik Berpikir Kritis dalam Pendidikan Kewarganegaraan ... 44

5. Strategi Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 49

1. Lokasi Penelitian ... 49

2. Populasi ... 49

3. Sampel ... 49

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 49

C. Desain Penelitian ... 51

D. Variabel Penelitian ... 52

1. Model Sains Teknologi Masyarakat (Variabel X) ... 54

2. Berpikir Kritis (Variabel Y) ... 54

E. Prosedur Penelitian ... 55

1. Tahap Persiapan ... 55

2. Tahap Pelaksanaan ... 56

3. Tahap akhir ... 56

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57

1. Tes ... 57

2. Observas ... 57


(12)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Studi Dokumentasi ... 58

G. Teknik Analisis Data ... 58

1. Analisis Kualitas Instrumen penelitian ... 58

a. Uji Validitas ... 58

b. Uji Reliabilitas ... 61

c. Uji Daya pembeda ... 63

d. Tingkat Kesukaran soal ... 65

2. Analisis Data Hasil test ... 66

a. Uji Normaitas ... 66

b. Uji Homogenitas ... 67

c. Menghitung Gaint ... 67

H. Rancangan Uji Hipotesis (Uji-t) ... 68

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 70

1. Sejarah SMA Negeri 1 Lembang ... 70

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sekolah ... 70

a. Visi ... 70

b. Misi ... 71

c. Tujuan dan Sasaran ... 71

3. Sumber Daya ... 72

a. Sarana dan Prasarana ... 72

b. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan... 74

c. Data Kesiswaan ... 75

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 75

1. Pengujian Instrumen Penelitian ... 76

a. Uji Validasi ... 76

b. Uji Realibilitas ... 77

c. Uji Tingkat Daya Pembeda ... 78

d. Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 79


(13)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Data Hasil Test ... 80

1) Data Perbedaan Pre Test dan Post Test Kelompok Eksperimen ... 80

2) Data Perbedaan Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol ... 82

3) Data Perbedaan Post Test antara Kelompok Eksperimen dengan Kelompok kontrol ... 85

b. Data Keterampilan Berpikir Kritis ... 86

1) Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelompok Eksperimen ... 87

2) Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelompok Kontrol ... 92

3) Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Antara Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol ... 96

C. Analisis Data Hasil Test ... 98

1. Uji Normalitas ... 99

a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 99

b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 100

2. Uji Homogenitas ... 101

3. Uji Hipotesis (Uji-t) ... 103

a. Uji Perbedaan Pre Test dan Post Test Kelompok Eksperimen ... 103

b. Uji Perbedaan Pre Test dan Post Test Kelomkpok Kontrol ... 104

c. Uji Perbedaan Post Test antara Kelompok Eksperimen dengan Kelompok kontrol ... 105

d. Uji Perbedaan Skor Keterampilan Berpikir Kritis Antara Kelmpok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol ... 107


(14)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Data Hasil Angket ... 108

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 121

1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa pada Pre Test dan Post Test Kelompok Eksperimen ... 121

2. Perbedaan Hasil Belajar siswa pada Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol ... 124

3. Perbedaan hasil Belajar Post Test antara Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol ... 126

4. Perbedaan Peningkatan Berpikir Kritis antara kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol ... 129

5. Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat ... 136

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 139

A. Simpulan ... 139

1. Simpulan Umum ... 139

2. Simpulan Khusus ... 139

3. Rekomendasi ... 141

1. Bagi Guru ... 141

2. Bagi Sekolah ... 141

3. Bagi Siswa ... 141

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 142

5. Bagi Departemen Pendidikan Kewarganegaraan ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 143

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 149 RIWAYAT HIDUP


(15)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 44

Tabel 3.1 Indikator Variabel X dan Variabel Y ... 53

Tabel 3.2. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 55

Tabel 3.3. Interprestasi Validitas ... 60

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Butiran soal ... 60

Tabel 3.5. Interprestasi Reabilitas ... 62

Tabel 3.6. Hasil Uji Realibilitas ... 63

Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda Butir soal ... 64

Tabel 3.8 Daya Pembeda Instrument Soal... 64

Tabel 3.9 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 65

Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Instrumen soal ... 66

Tabel 3.11 Kriteria indeks gain ... 68

Tabel 4.1. Data Sarana dan Prasarana ... 72

Tabel 4.2. Jumlah Tenaga pendidik ... 74

Tabel 4.3. Jumlah Kelas dan siswa ... 75

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Butir soal ... 76

Tabel 4.5 Hasil Uji Realibilitas ... 78

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Pembeda instrument soal ... 78

Tabel 4.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen soal ... 79

Tabel 4.8 Data Hasil Tes Kelompok Eksperimen ... 81

Tabel 4.9 Data Hasil Tes Kelompok Kontrol ... 83

Tabel 4.10 Peningkatan keterampilan berpikir kritis kelompok eksperimen ... 89

Tabel 4.11 Skor Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen ... 90

Tabel 4.12 Peningkatan keterampilan berpikir kritis kelompok Kontrol ... 94

Tabel 4.13 Skor Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol ... 95 Tabel 4.14 Perbedaan peningkatan nilai keterampilan berpikir kritis


(16)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

antara kelompok eksperimen dengan kelompok Kontrol ... 97 Tabel 4.15 Data Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Eksperimen ... 99 Tabel 4.16 Data Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 100 Tabel 4.17 Data Hasil Uji Homogenitas skor Pretest dan Postest

antara Kelompok Eksperimen dengan kelompok kontrol ... 101 Tabel 4.18 Data Hasil Uji Homogenitas keterampilan berpikir kritis

antara Kelompok Eksperimen dengan kelompok kontrol ... 102 Tabel 4.19 Data Hasil Uji Perbedaan Pre test dan Post test

Kelompok Eksperimen ... 103 Tabel 4.20 Data Hasil Uji Perbedaan Pre test dan Post test

Kelompok Kontrol ... 105 Tabel 4.21 Uji Perbedaan Post test Kedua kelompok ... 106 Tabel 4.22 data hasil perbedaan skor keterampilan berpikir kritis

Antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol ... 107 Tabel 4.23 Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat Dalam Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis “Indikator Memacu Motivasi Siswa” ... 109 Tabel 4.24 Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat Dalam Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis “Indikator Meningkatkan

Pemahaman Siswa” ... 110 Tabel 4.25 Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat Dalam Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis “Indikator Memicu Interaksi dan kerjasama

Antar siswa ” ... 114 Tabel 4.26 Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat Dalam Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis “meningkatkan kemampuan berpikir kritis” .. 115 Tabel 4.27 Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Sains


(17)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berpikir Kritis “Aplikasi dalam kehidupan” ... 119

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat . 31 Gambar 2.2 Tahapan Pelaksanaan Model STM Dalam Pembelajaran ... 32

Gambar 3.1 Rumus Kohesi Produt-momment ... 59

Gambar 3.2 Rumus sperman brown ... 62

Gambar 3.3 Rumus Uji Daya Pembeda ... 63

Gambar 3.4 Rumus Uji Tingkat Kesukaran ... 65

Gambar 3.5 Rumus Menghitung Gain ... 67

Gambar 3.6 Rumus simpangan Baku ... 69


(18)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbedaan posttest antara kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol ... 85 Grafik 4.2 Perbedaan Nilai gain antara Kedua Kelompok ... 86 Grafik 4.3 perbedaan niali gain keterampilan berpikir kritis


(19)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Grafik 4.1 Peningkatan Rata-Rata Dan Simpangan Baku

Kelas Eksperimen ... 122 Grafik 4.2 Peningkatan Rata-Rata Dan Simpangan Baku

Kelas Kontrol... 125 Grafik 4.3 Perbedaan Peningkatan Post Test antara Kedua Kelompok ... 127 Grafik 4.4 Perbandingan Rata-rata Gain Peningkatan

Berpikir Kritis siswa antara kedua kelompok ... 131 Grafik 4.5 Prosentase Rata-Rata Angket Respon Siswa Terhadap

Penerapan Model Pembelajaran


(20)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PERIZINAN PENELITIAN 1. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian 2. Surat Permohonan Pra Penelitian

3. Surat Permohonan Penelitian

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

2. Pedoman Tes

3. Pedoman Observasi Penilaian Guru Dan Siswa 4. Pedoman Angket Respon Siswa

LAMPIRAN 3 PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. Silabus Pembelajaran

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Power Point

LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI PENELITIAN 1. Hasil Skor Uji Coba Instrument

2. Uji Coba Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaraan Soal 3. Analisis Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

4. Hasil Uji Normalits Tes Dan Berpikir Kritis 5. Hasil Uji Homogenitas

6. Hasil Uji Hipotesis

7. Hasil Angket Respon Siswa 8. Foto-Foto Penelitian

LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI BIMBINGAN


(21)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Surat Keputusan Dekan FPIPS Tentang Dosen Pembimbing 3. Biodata Mahasiswa Bimbingan

4. Lembar Bimbingan Skripsi


(22)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam kelangsungan hajat hidup manusia. Perkembangan tersebut banyak sekali mempengaruhi aspek kehidupan manusia, baik itu cara hidup, cara pandang pendekatan terhadap sebuah permasalahan, bahkan juga mempengaruhi ide dan cita-cita. IPTEK merupakan kebutuhan bagi semua kalangan, mulai dari kalangan orang awam sampai petinggi suatu negara. Dalam perkembangannya IPTEK merupakan cerminan kualitas sumber daya manusia yang menunjukan tingkat berpikir kritis, logis kreatif dan sistematis.

IPTEK dengan berbagai produk yang telah dihasilkannya sangat membantu dalam keberlangsungan hidup manusia dalam berbagai bidang. Akan tetapi IPTEK juga memiliki dampak positif maupun dampak negatif bagi keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan. Adapun dampak positif IPTEK dalam bidang politik yaitu timbulnya kelas menengah baru yang akan menjadi pelopor untuk menuntut kebebasan politik dan kebebasan berpendapat yang lebih besar. Dalam bidang ekonomi dan industri yaitu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi dan produktifitas dunia industri semakin meningkat. Dalam bidang pendidikan yaitu adanya proses pembelajaran yang semakin maju menggunakan media interaktif. Dalam bidang sosial dan budaya yaitu meningkatnya rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa. Sehingga IPTEK akan meningkatkan harga diri bangsa diantara bangsa-bangsa lain di dunia.

Dampak negatif IPTEK dalam bidang ekonomi dan industri yaitu terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam bidang pendidikan yaitu siswa


(23)

2

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi malas belajar karena cenderung lebih menghabiskan waktunya untuk bermain game online dan media sosial sebagai salah satu produk IPTEK daripada belajar. Dalam bidang sosial budaya yaitu adanya dekadensi moral dikalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar.

Modernisasi merupakan kemajuan yang berkembang sejalan dengan kebutuhan hidup manusia di tengah masyarakat. IPTEK telah mempermudah hidup masyarakat yang menyebabkan masyarakat lebih maju dan modern. Dalam penggunaan produk teknologi memerlukan kesiapan masyarakat penggunanya. Apabila kurang siap, kegunaan produk teknologi tersebut menjadi kurang optimal. Hal ini akan memberikan dampak perubahan sosial. Kesiapan yang harus dimiliki oleh pengguna produk adalah pengetahuan tentang produk tersebut dan mental untuk tidak menyalahgunakan produk teknologi sehingga berdampak merugikan orang atau masyarakat. Jika dikaitkan dengan kesiapan masyarakat, maka sains merupakan komponen yang dapat membantu meningkatkan kesiapan pengetahuan masyarakat tentang produk teknologi. Salah satu upaya dalam mengantisipasi dampak negatif dari IPTEK dengan cara memahami, menguasai dan melek IPTEK itu sendiri. Melek IPTEK artinya berpikir bagaimana caranya untuk memecahkan permasalahan yang dihasilkan oleh IPTEK. Yakni mengatasi sikap dan perilaku konsumtif yang melekat pada masyarakat. cara yang tepat untuk melek IPTEK yaitu melalui pendidikan.

Pendidkan diharapkan memiliki sumberdaya manusia berkualitas yang mampu menggunakan teknologi dengan baik guna mengelola alam dan lingkungan sosial secara bijak dan budi pekerti luhur. Hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mecerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,


(24)

3

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang studi yang membina karakter bangsa, yang secara tidak langsung membina wawasan untuk berkarakter melek IPTEK.

Langkah strategis yang perlu diambil oleh guru dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas adalah dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Pendekatan yang perlu digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah dengan pendekatan model sains teknologi masyarakat. Dengan diintegrasikan melalui model sains teknologi masyarakat maka siswa mampu menganalisis kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah. Dengan kata lain, bagaimana memanfaatkan IPTEK tanpa melanggar nilai-nilai kemanusiaan yang akan mengancam kesejahteraan dan hak-hak warga negara. Adapun tujuan dari sains teknologi masyarakat adalah “Membentuk individu yang memiliki yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya” (Poedjiadi, 2010, hlm. 123).

Pendidikan Kewarganegaraan membina siswa menjadi manusia baik yang tidak hanya melek politik, hukum, dan ekonomi tetapi juga diharapkan dapat melek sains. Dalam konteks Sains Teknologi Masyarakat, siswa sebagai warga negara dibiasakan untuk berpikir krits terhadap produk-produk yang dihasilkan teknologi yang ada di masyarakat. Warga negara yang kritis tidak hanya menjadi warga negara yang konsumeris (pemakai) produk saja. Tetapi juga menyadari pentingnya melek produk.

Guru memiliki peran yang sangat sentral dalam dunia pendidikan. Artinya ditangan guru tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya, sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa yang akan


(25)

4

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

datang. Guru memiliki peran yang sangat penting terhadap penentuan kualiatas pembelajaran yang dilaksanakannya. Hal ini sejalan bahwa ”guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa” (Isjoni, 2008, hlm. 47). Maka dari itu, seorang guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam peningkatan kemampuan belajar siswa serta memperbaiki kualitas mengajarnya. Proses pembelajaran yang baik menuntut perubahan-perubahan dalam perorganisasian kelas, strategi dalam proses pembelajaran, penggunaan metode yang variatif sehingga dapat membina sikap siswa yang berkarakter dalam pengelolaan proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Pendidikan Kewarganegraan memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membina siswa agar menjadi warga negara yang berkarakter dan berpikir kritis serta kompotitif di era global. Menurut Azymurdi Azra, ”pendidikan kewarganegaraan, (civics education) dikembangkan menjadi pendidikan kewargaan yang secara substansif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tetapi juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia, global society.

Menurut Muhammad Numan Somantri, (dalam wuryan dan syaifullah, 2009, hlm. 75) pendidikan kewarganegaraan ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

a. Civic education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah.

b. Civic education meliputi macam kegiatan mengajar yang dapat menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokrasi.

c. Dalam civic education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat-syarat objektif untuk hidup bernegara.

d. Bahan pelajaran civic eucation itu harus dapat menumbuhkan berpikir kritis, analitis, kreatif, agar para pelajar dapat melatih diri dalam


(26)

5

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpikir, bersikap, dan berbuat yang sesuia dengan perilaku demokratis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian “Pendidikan

Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar menjadi warga negara yang baik, sehingga mampu hidup bersama-sama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat”.

Pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006, hlm. 49) adalah “pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya serta berpikir kritis yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD RI 1945”. Adapun tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006, hlm. 49) adalah untuk memberiakn kompetensi sebagai berikut:

a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu-isu terutama isu Kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. c. Berkemabng secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa-bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa-nangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi, informasi dan komunikasi. “Pendidian Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentuakn diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945”, ( Kurikulum Berbasis Kopetensi, 2004). Dengan demikian, maka seorang guru harus mampu membentuk siswa yang tidak hanya pandai menghapal, tetapi juga harus dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dengan cara menanamkan pendidikan karakter berpikir kritis. Siswa harus mampu menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi atau untuk menjawab dari suatu pertanyaan tentang berbagai suatu


(27)

6

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

persoalan. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu komponen yang dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran.

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, merujuk, menganalisis, asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Yaitu kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis terhadap pendapat pribadi dan pendapat orang lain.

Untuk mencapai tahapan berpikir kritis tersebut, maka guru perlu menggunakan pembelajaran berpikir, sebab pembelajaran berpikir memandang bahwa mengajar adalah bukan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini sejalan bahwa “mengajar dalam berpikir adalah berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi” (Battencount dalam Abdulkarim, 2008, Hlm. 12).

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu komponen yang dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran. Berpikir dalam pembelajaran “umumnya anak dapat mencapai tingkat berpikir tinggi, berpikir dapat diajarkan, dapat dipelajari, sebagai dasar dalam proses pembelajaran dan merupakan suatu hal yang penting dalam menghadapi masalah sosial” (Winocour, dalam Sidharta, 2007, hlm. 28). Dalam setiap proses pembelajaran, siswa lebih banyak didorong untuk menguasai sejumlah materi pembelajaran. Sebagian pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher oriented) yang menganggap guru adalah satu-satunya sumber informasi, dan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Salah satu metode yang paling banyak digunakan oleh guru adalah metode


(28)

7

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ceramah sebab “metode ceramah adalah metode dasar yang sukar untuk ditinggalkan”. (Summaatmadja, 1997, hlm 73).

Guru cenderung memegang kendali proses pembelajaran secara aktif dalam metode ceramah, sementara siswa hanya menerima dan mengikuti apa yang disajikan”. (Nggandi, 1999, hlm. 1). Keberhasilan dalam belajar diukur dari sejumlah pengetahuan siswa yang dapat ditunjukan dari kemampuan mengungkapkan pengetahuan yang diinginkan oleh guru. Jika tidak sesuai maka siswa dianggap tidak belajar. Hal ini berakibat guru berusaha sangat aktif dalam menyampaikan informasi dan siswa hanya mendengar dan mencatat.

Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis itu tidak bisa dengan dijelaskan saja atau ceramah, tetapi harus banyak melatih dan mempraktekkan keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran harus banyak memberikan latihan-latihan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, misalnya latihan menganalisis kasus-kasus penyalahgunaan IPTEK yang berhubungan dengan materi yang disampaikan guru. Maka dari itu Beck dan Dole (dalam Rois, 2002, hlm. 7) mengemukakan bahwa :

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan penekanan pada proses mengamati, membandingkan, mengelompokkan, menghipotesiskan, mengumpulkan, menafsirkan, meringkas, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan-keputusan.

Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh siswa. Melalui keterampilan ini diharapkan siswa mempunyai cara terbaik dalam menyelesaikan masalah. Berpikir kritis mengharuskan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banyak informasi yang mengelilingi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, logika, asumsi, dan bahwa yang mendasari pernyataan orang lain. Menurut Wahab (dalam Sumiati, 2005, hlm. 3) bahwa ada empat mengapa siswa perlu dibiasakan mengembangkan keterampilan berpikir kritis yaitu sebagai berikut :


(29)

8

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. tuntutan zaman, kehidupan kita dewasa ini menuntut setiap warga negara dapat mencari, memilih, dan menggunakan informasi untuk kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara.

2. setiap warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan kreatif.

3. kemampuan memandang sesuatu hal dengan cara baru dalam memecahkan masalah.

4. merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara kreatif agar siswa di satu pihak bisa bersaing secara fair, dilain pihak bisa bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.

Suatu masalah pada umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir. Berpikir merupakan hasil dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam menghadapi permasalahan. Menurut Sanjaya (2010, hlm. 227) bahwa “pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir”. Hal tersebut berarti mengembangkan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari, diataranya dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga guru menerapkan kegiatan pembelajaran yang dihadapkan pada kondisi relevan permasalahan sosial dan kehidupan masarakat untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran dalam konteks masyarakat adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) (Poedjiadi, 2007, hlm. 11). Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berarti penggunaan sains dan teknologi sebagi penghubung (media) dalam proses pembelajaran. Artinya bagaimana guru mampu membawa konteks masyarakat dengan berbagai peningkatan IPTEK ke dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain sains teknologi masyarakat sebagai penghubung yang

tampak dan nyata bagi siswa. Artinya membawa “macro cosmos labolatory” ke

dalam “micro cosmos labolatory”.

Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat menurut Poedjiadi (2006, hlm. 123) bertujuan untuk “membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan


(30)

9

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lingkungan sekitarnya”. Terbentuknya kemampuan tersebut didukung oleh kemampuan berpikir kritis, adapun kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985, hlm. 25) adalah “memberi penjelasan dasar, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberi penjelasan lanjut, serta mengatur strategi dan taktik”.

Model pembelajaran sains tekonologi masyarakat mempunyai tujuan menghasilkan siswa yang mempunyai bekal cukup pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting dalam masyarakat. Hal ini diungkapkan Nurjanah (2010, hlm. 9) bahwa “tujuan utama sains teknologi masyarakat adalah untuk menghasilkan lulusan yang cukup untuk mempunyai bekal ilmu pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya”. Terbentuknya kemampuan tersebut didukung oleh keterampilan berpikir kritis, adapun keterampilan berpikir kiritis menurut Ennis dan Norris (1985) adalah “mengkalsifikasikan informasi tentang isu, mulai bernalar melalui sudut pandang, mengumpulkan informasi dan melakukan analisis lebih lanjut, dan membuat serta mengkomunikasikan keputusan”. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model sains teknologi masyarakat dapat mengembangkan kemampuan kognitif, apektif, dan psikomotor yang secara utuh dibentuk didalam diri siswa, dengan harapan agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Yager (dalam Fajar, 2004, hlm. 25), “salah satu karakteristik pendekatan STM adalah penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakan dalam pemecahan masalah”. Hal ini sejalan dengan Penn State (2006, hlm. 1) yang menyebutkan salah satu tujuan STM adalah “STS critically examines issues such as genetic engineering, the environment, emergent diseas, computers and the internet, applied ethics, nuclear waste, and


(31)

10

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kritis dalam mengkaji isu-isu seperti rekayasa genetika, lingkungan, komputer dan internet, etika terapan, limbah nuklir dan pertanian internasional. Berdasarkan pendapat para ahli tesebut, maka dengan melalui model Sains Teknologi Masyarakat diharapkan dapat membentuk siswa menjadi warga negara yang baik. Yakni warga negara yang melek sains, melek hukum dan melek politik, sehingga mampu berpikir kritis dalam pemecahan masalah-masalah yang timbul di masyarakat.

Pada kenyataannya bahwa sains dan teknologi masih dianggap sebagai mata pelajaran yang hanya diterapkan dalam kajian ilmu pengetahuan alam (IPA), namun dengan diterapkannya bidang lintas minat kini pembelajaran sains mulai diterapkan dalam kajian ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sehingga siswa dalam kajian IPS bukan hanya dapat menikmati hasil dari IPTEK tetapi juga melek sains terhadap IPTEK. Artinya menjadikan sains teknologi masyarakat sebagai sarana untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang diakibatkan oleh pengaruh IPTEK itu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi lapangan yaitu pada kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 1 Lembang diperoleh gambaran belum maksimal dan cenderung tidak menunjukan kemampuan berpikir kritis, hal ini dibuktikan dari sikap konsumtif siswa terhadap produk-produk IPTEK tanpa mempertimbangkan dampaknya. Selain itu siswa jarang bertanya kepada guru dan hanya sesekali menjawab pertanyaan dari guru ketika proses pembelajaran. Hal ini menunjukan kurang aktifnya siswa untuk mencari dan menggapai informasi, sehingga dapat dikatakan siswa kurang membiasakan diri untuk berpikir kritis. sebab “berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan refleksi dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan” Hassoubah (2007, hlm. 87).

Masalah ini akan dipecahkan dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis


(32)

11

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Menurut Poedjiadi (2010, hlm. 126), “model pembelajaran ini memiliki lima tahapan yakni dimulai dari eksplorasi, pembentukan konsep, penyelasaian masalah, pemantapan konsep dan evaluasi”. Sedangkan kemampuan berpikir kritis yang diamati meliputi kegiatan diskusi, merumuskan hipotesis, keterampilan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, keterampilan siswa membuat kesimpulan serta menerapkan konsep.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut serta untuk mengetahui keefektifan dari model sains teknologi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn, maka dilakuan penelitian tentang

“PENGARUH MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ”

B. Indetifikasi Masalah Penelitian

1. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia menuntut guru Pendidikan Kewarganegaraan lebih variatif dalam menyampaikan pembelajaran di kelas guna tercapainya keberhasilan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan keterlibatan siswa.

2. Kualitas proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang lemah berdampak pada kurangnya kemampuan guru dalam menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari, sehingga kurangnya pengamalan dan aplikasi materi Pendidikan Kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka menjadi warga negara yang baik.

3. Berdasarkan kondisi yang ada di lapangan khususnya pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang, menunjukkan guru kurang optimal dalam memanfaatkan maupun memberdayakan sumber pembelajaran.


(33)

12

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga dengan kemajuan IPTEK di Indonesia saat ini, menuntut guru agar memasukan kasus-kasus yang variatif kedalam proses pembelajaran.

4. Keberhasilan belajar di kelas yang berpusat atau ditentukan oleh guru bukan berdasarkan kebutuhan siswa menjadikan siswa kurang dilibatkan dengan kasus-kasus yang sesuai dengan kasus-kasus produk sains yang ada di masyarakat, sehingga dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dewasa ini masih dianggap kurang menarik dan siswa kurang melek sains.

5. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan guru masih kurang memiliki kreativitas terhadap penggunaan model sebagai penunjang pembelajaran yang berakibat pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan dan kurang terasahnya pengetahuan yang dimiliki siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dan diteliti, yaitu sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil pre test dengan post tes pada kelompok eksperimen yang menggunakan model sains teknologi masyarakat pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang ?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil pre test dengan post tes pada kelompok kontrol yang menggunakan model diskusi pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang?

3. Apakah terdapan perbedaan hasil post test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang?

4. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara yang menggunakan model sains teknologi masyarkat dengan metode diskusi pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang?


(34)

13

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam penerapan model sains teknologi masyarakat terhadap pembentukan karakter berpikir kritis siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang ?

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis perbedaan hasil pre test dengan post tes pada kelompok eksperimen yang menggunakan model sains teknologi masyarakat pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang.

2. Untuk menganalisis perbedaan hasil pre test dengan post tes pada kelompok kontrol yang menggunakan model diskusi pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang.

3. Untuk menganalisis perbedaan hasil post test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang

4. Untuk meganalisis perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara yang menggunakan model sains teknologi masyarkat dengan metode diskusi pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang.

5. Untuk mengindentifikasi kendala yang dihadapi dalam penerapan model sains teknologi masyarakat terhadap pembentukan karakter berpikir kritis siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N 1 Lembang.

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini jika dilihat dari segi teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan mengenai penerapan model sains teknologi masyarakat sebagai salah satu model yang digunakan dalam


(35)

14

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rangka memaksimalkan kualitas proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa.

2. Secara Kebijakan

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini jika dilihat dari segi kebijakan adalah mengawal proses pembuatan kebijakan berkenaan dengan dukungan terhadap penerapan model sains teknologi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam upaya memaksimalkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegraan. Baik itu dilakukan melalui perundingan guru mata pelajaran dengan pihak sekolah, maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Kewarganegaraan dengan pihak Dinas Pendidikan dalam rangka memperkaya khazanah model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

3. Secara Praktis

Adapun beberapa manfaat dari segi praktis yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Guru dan Pihak Sekolah

Setelah diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi serta masukan bagi guru dan sekolah yang menjadi objek dan subjek dalam penelitian ini, serta sekolah-sekolah lain pada penerapan model sains teknologi masyarakat terhadap pembentukan karakter berpikir kritis pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Selain itu, dengan model sains teknologi masyarakat ini penyampaian materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi lebih menyenangkan, sistematis, terarah, dan mudah.

b. Siswa

Penggunaan model sains teknologi masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung untuk memotivasi semangat belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam berkomunikasi serta menjadi lebih berani berpendapat.


(36)

15

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah penelitian ini dilakukan, diharapkan dapat memberikan sumbangan dan kontribusi keilmuan bagi departemen Pendidikan Kewarganegaraan terkait penerapan model sains teknologi masyarakat terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

d. Penulis

Diadakannya penelitian ini, penulis memperoleh pengalaman berpikir dan memecahkan masalah serta memperluas wawasan penulis tentang penerapan model sains teknologi mavyarakat terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Secara Isu atau Aksi Sosial

Dalam penelitian ini diharapkan adanya suatu motivasi dalam mengembangkan model dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, dalam penelitian ini diupayakan menjadikan model sains teknologi masyarakat dapat mempelopori inovasi-inovasi model pembelajaran lainnya yang bisa diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sehingga siswa termotivasi untuk lebih tertarik dan menyukai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memperjelas dalam mengetahui garis besar penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah struktur organisasi skripsi. Struktur oganisai skripsi berisikan rincian-rincian mengenai urutan penulisan dari setiap bab dalam penelitain ini. Dimana pada bab I ini berisikan ketentuan-ketentuan pokok dalam penyusunan skirpsi, yaitu diantaranya terdapat : 1. Latar belakang, 2. Rumusan masalah, 3. Identifikasi masalah penelitian, 4. Tujuan penelitian, 5. Manfaat penelitian, 6. Strukutur organisasi.


(37)

16

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya pada bab II ini akan dibahas teori-teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Bab ini sebagai landasan teoritis dalam penyusunan skripsi untuk menyusun kerangka pemikiran dalam suatu penelitian, serta hipotesis penelitian. Teori yang dikaji pada bab ini adalah pengertian pendidikan kewarganegaraan, model pembelajaran, model pembelajaran sains teknologi masyarakat, dan metode diskusi, serta strategi kemampuan berfikir kritis.

Dalam bab III berisikan penjabaran mengenai metode yang digunakan pada penelitian ini. Beberapa komponen yang ada dianataranya adalah lokasi dan subjek penelitian, populasi dan sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi oprasional, instrument penelitian, dan teknik analisis data.

Dalam bab IV ini merupakan bab yang paling utama dalam sebuah penelitian. Pada bab ini berisikan hasil penelitian dan pembahasan. Di dalamnya membahas hasil dari penelitian yang dilakukan, beserta analisis hasil penelitian. Analisis dilakukan agar terciptanya jawaban atas rumsan masalah penelitian.

Pada bab V ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis dan temuan peneliti. Disini diuraikan garis besar atau simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan. Kemudian dari simpulan yang diambil, dibuatlah saran-saran atas simpulan yang diuraikan.


(38)

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lembang di Jalan Maribaya 68 Kecamatan Lembang.

2. Populasi

Sugiyono (2008, hlm. 80) memberikan pengertian bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas atau karakter tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMAN 1 Lembang. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Lembang.

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008, hlm. 81). Dalam sebuah penelitian yang memiliki populasi besar, tidak mungkin peneliti mempelajari keseluruhan subjek/objek yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Akan tetapi sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 yang berjumlah 30 orang siswa sebagai kelas ekperimen, dan kelas XI IPS 2 yang berjumlah 30 orang sebagai kelas kontrol.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitaitif, dimana pendekatan kuantitatif ini merupakan suatu metode penelitian yang datanya


(39)

2

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berupa angka-angka. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2003) bahwa ”penelitian kuantitatif meruapan penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitaitif yang diangkakan”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode ini merupakan bagian dari metode kuantitatif yang dimana memiliki kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai pembanding. Metode ini dapat diartikan bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni sehingga disebut eksperimen semu. Sesuai pendapat Arikunto (2010, hlm. 3) “eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan”. Adapun menurut Sukmadinata (2012, hlm. 207) bahwa, “kuasi eksperimen bisa digunakan minimal kalau dapat menegenal satu variabel meskipun beberapa karakteristik, kalau bisa random lebih baik”. Pemilihan metode ini disesusaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Tujuan dari penelitian kuasi eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen dan menyediakan kelompok kontrol untuk perbandingan (Nazir, 1998, hlm. 75).

Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek penelitian menjadi dua kelompok yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat sebagai model pada mata pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode diskusi. Dengan membandingkan hasil penelitian antara post test dengan pre test akan diketahui seberapa besar perubahan hasil belajar siswa. Tes yang digunakan berupa tugas untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok eksperimen dan kelopok kontrol.


(40)

3

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Desain Penelitian

Menurut Sugiyono (2007, hlm. 79) mengatakan bahwa “desain penelitian adalah sesuatu yang berkaitan dengan metode dan alas an mengapa metode tersebut digubnakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan langkah-langkah (model desain) sebagai berikut:

1. Penelitian ini memakai desain Nonquivalen Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan pre test – post test control group design, hanya saja pada desain ini kelompok eksperimen dan kelomok kontrol tidak dipilih secara acak (random).

2. Pada desain ini menggunakan dua kelas sampel. Sampel pertama menggunaka sebagai kelas eksperimen dimana akan diterapkan pengajaran desain menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Sedangkan pada sampel kedua akan dijadikan sebagai kelas kontrol, dimana akan diterapkan pengajaran menggunakan metode diskusi. Adapun Pola eksperimen yang digunakan adalah Matching Pretest-Postest Control Group Design dengan pola sebagai berikut :

(Sukmadinata, 2012, hlm. 207) Keterangan :

E = Kelompok Eksperimen

E O1 X1 O2


(41)

4

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

K = Kelompok Kontrol

X1 = Perlakuan menggunakan model STM X2 = Perlakuan menggunakan metode Diskusi

O1 = Tes yang dilakukan sebelum (pre test) perlakuan (treatment) O2 = Tes yang dilakukan setelah (post test) perlakuan (treatment)

D. Variabel Penelitian

Dalam suatu penelitian kuantitatif diperlukan adanya variabel. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 60) “variable penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di terapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yakni 1) variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan pada pariabel tersebut. 2) variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas. Adapun yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah:

ʳ

1. Variabel X (Variabel independen) : Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.

2. Variabel Y (Variabel Dependen) : Pembentukan karakter berfikir kritis siswa.


(42)

5

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hubungan antar kedua variabel bahwa variable X mempengaruhi variabel Y, sedangkan indikator dari kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Indikator variabel X dan variabel Y

VARIABEL INDIKATOR

Variabel X : Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

a. Konsep, fakta dan generalisasi merupakan kekhasan masing-masing bidang ilmu

b. Peka terhadap masalah atau situasi yang ada di lingkungan c. Kreatif dalam menunjukan

banyak ide untuk

menyelesaikan masalah-masalah iptek

d. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan

e. Memperluas wawasan dan pengalaman terhadap isu-isu permasalahan yang timbul Variabel Y : Pembentukan

karakter berfikir kritis siswa

a. Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah


(43)

6

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasar

c. Membuat referensi

d. Melakukan karifikasi lanjut

e. Membuat dan

mengkomunikasikan kesimpulan yang terbaik

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penegrtian judul, maka penulis memberikan penjelasan definisi oprasionalisasi variabel adalah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (Variabel X)

Pendekatan STM merupakan salah satu pendekatan yang berbasis kontekstual agar pembelajaran lebih bermakna dengan cara mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan kehidupan nyata. Diharapakan siswa memilik perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pendekatan ini berusaha untuk menjembatani materi di dalam kelas dengan situasi dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi sosial kemasyarakatan. Pendekatan ini menuntut agar siswa diikutsertakan dalam penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan informasi, dan evaluasi pembelajaran.

Model pembelajaran sains, teknologi, dan masyarakat terdiri atas lima tahap, yaitu pendahuluan, pembentukan/ pengembangan konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep dan penilaian.

2. Berpikir Kritis (Variabel Y)

Somantri (2001: 165) menyatakan bahwa keterampilan berpikir adalah : seperangkat jenis-jenis keteramilan dan dimesi berpikir serta keteramilan sosial dan berkomunikasi yang terdiri atas lima tingkat, yaitu: menafsirkan,


(44)

7

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menerapkan, mrnganalisis, dan mengevaluasi. Keteramilan dalam dimensi ini termasuk keteramilan mengajuakn pertanyaan, dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menafsirkan, dan menganalisis, mengoreksi dan menguji, hipotesis, merumuskan generalisasi, mengkomunikasikan kesimpulan.

Tabel 3.2

Indikator dan Sub Indikator Berpikir Kritis Indikator Berfikir Kritis Sub indkator Berpikir Kritis Melakukan klarifikasi dasar

terhadap masalah

 Memahami isu-isu dengan cermat

 Bertanya dan menjawab

pertanyaan yang

mengkarifikasikan dan menantang

Mengumpulkan informasi dasar  Mengumpulkan data dan menilai informasi

Membuat referensi  Memikirkan alternatif

 Memcahkan masalah  Menarik kesimpulan

Melakukan karifikasi lanjut  Mendefinisikan istilah dan menentukan definisi jika diperlakukan

Membuat dan mengkomunikasikan kesimpulan yang terbaik

 Memutuskan suatu tindakan  Mengkomunikasikan keputusan


(45)

8

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang di tempuh dalam penelitian ini antara lain : 1. Tahap Persiapan

a. Studi pendahuluan (pra penelitian), dilaksanakan melalui observasi dan wawancara terhadap guru mata pelajaran PKn SMAN 1 Lembang. Hal ini diakukan untuk mengetahui kondisi sekolah, meliputi: kondisi dan guru mata pelajaran PKn, data dan kondisi siswa, kondisi sistem pembajaran dan pelaksanaan pembelajaran PKn, di sekoalh tersebut.

b. Studi literature, dilakukan untuk memperoleh teori-teori yang relevan mengenai permasalahan yang dikaji.

c. Telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang akan dijadikan sebagai materi pembelajaran dalam penelitian, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

d. Membuat pemetaan KI dan KD, selanjutnya menyususn silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan penyususnan sekenario pembelajaran pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian.

e. Membuat dan menyusun instrument penelitian, untuk selanjutnya di konsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran PKn di sekolah.

f. Menguji coba instrument penelitian yang sudah di judgement oleh dosen pembimbing.

g. Menganalisis hasil uji coba instrument dan menentukan subjek penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pre-test (tes awal) berupa angket sekala motivasi terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(46)

9

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Memberikan treatment (perlakuan) berupa pengajaran mata pelajaran PKn dengan menggunakan model STM pada kelompok eksperimen dan pengajaran dengan mentode diskusi pada kelompok kontrol.

3. Tahap Akhir

a. Melakuakn analisis data penelitian b. Membahasa hasil temuan penelitian c. Memberikan kesimpulan dan saran

F. Teknik Pengumpulan Data

Arikunto (2010, hlm. 203) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan “cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Untuk mengumpulkan data, dibutuhkan instrument penelitian. Menurut Arikunto (2010, hlm. 203) bahwa pengertian instrument penelitian adalah “ alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lenih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah”.

Sesuai dengan Metode yang digunakan, maka penulis menggunakan Teknik Pengumpulan data sebagai berikut :

1. Tes

Tes yaitu “serentetan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegrasi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. (Arikunto, 2010, hlm. 193). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pre test (tes awal) dan post test (tes akhir) mengenai pemahaman siswa terhadap konsep dalam materi Pembelajaran PKn. Adapun bentuk instrument testnya adalah soal-soal tes objektif sebanyak 25 soal. Tes ini digunakan untuk memperoleh data mengenai pemahaman siswa dalam


(47)

10

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mata pelajaran PKn sebelum dan sesudah mendapatkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat.

2. Observasi

Metode observasi adalaha penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah, (Nazir, 1998, hlm. 65). Adapun menurut Sutrisnmo hadi (1986) (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 145) bahwa “observasi mwerupana suatu yang proses yang kompleks, suatu poroses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua dianatara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

3. Angket

Angket/kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 142) bahwa “kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisisenbila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

4. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dan sebagainya. Endang Danial (2009, hlm. 79).

G. Teknik Analisis Data


(48)

11

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Arifin (2009, hlm. 246) bahwa “analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut. Dalam penelitian ini, tes dapat menggambarkan nilai objektif secara akurat sehingga dapat terlihat dari seberapa besar hasil belajar siswa melalui tes tesebut. Untuk mengetahui apakah tes benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, maka kita harus melihat derajat validitas dn realibilitasnya.

a. Uji Validitas instrumen

Untuk melihat apakah tes yang digunakan valid (sahih) makan terlebih dahulu hendaknya mengukur derajat validasi tes tersebut. Dalam mengukur derajat validasi tes, maka penulis membandingkan skor siswa yang didapat dalam tes dengan skor yang dianggap sebagai nilai baku. Dalam penelitian ini jenis validasi yang digunakan adalah validasi empiris (empirical validity). Mengenai validitas empiris Arfin (2010, hlm. 229) mengemukakan bahwa “validasi empirik basanya menggunkan teknik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan yang merupakan suatu tolak ukur di luar tes yang bersangkutan”. Untuk menguji validitas empiris maka peneliti menggunakan rumus kohesi prodcut-moment dengan angka kasar sebagai berikut:

Gambar 3.1

Rumus Kohesi Prodcut-Moment

=

− � �

N

Σ

X

2

Σ

x

2

{N

Σ

Y

(

Σ

Y)²}

(Arifin, 2010: 299)


(49)

12

arifin, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

r = koefisien korelasi N = jumlah sampel Y = skor total item X = skor tiap item

ΣXY = jumlah produk X dan Y

Untuk menginterpretasikan nilai validitas tes yang diperoleh dari perhitungan diatas, digunakan kriteria validitas sebagai berikut:

Table 3.3 Interprestasi Validitas

Besarnya Nilai r Interprestasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sangat Rendah

Sumber : Arikunto (2010, hlm. 319) Sebuah instrument tes dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang ingin diukur. Penentuan suatu tes dikatakan valid atau tidak dapat menggunakan ketentuan sebagai apabila r hitung > dari r table (0,361) dapat diinterpretasikan valid dan sebaliknya bila r hitung < r table (0,361) maka dapat dikatakan tidak valid (Widoyoko, 2009, hlm. 143). Valid atau tidaknya suatu butir soal diperoleh


(1)

Hamalik, O. (2003). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hassoubah, Z.I. (2003). Developing Creative&Critical Thinking Skills (Cara Berfikir dan Kritis). Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Hassoubah, Z. I. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi dan Latihan. Terjemahan Bambang Suryadi. Developing Creative & Critical Thinking Skills: A Handbook for Students. 2002. Bandung: Nuansa.

Hassoubah, Z.I. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa. Indrawati. (1999). Model-model Pembelajaran. Bandung: PPPG IPA.

Indrawati. (2010). Sains Teknologi Masyarakat Untuk Guru SD. Bandung: PPPG IPA.

Isjoni (2008). Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Joyce & Calhoun. (2009). Model – model Pengajaran: Edisi Ke Delapan. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran konstekstual: konsep dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Nasution, Metode Research. Jakarta. Bumi Aksara. Nazir, M. (1998). Metode penelitian. Jakarta Ghalia.

Nggandi, K. (1999). Belajar Sebagai Kegiatan Aktif Setiap Individu Dalam Mengkonstruksi Pengetahuan. Makalah Disajikan Dalam Veminar P3G IPA. Bandung


(2)

Nurjanah, S. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran dan Pendekatan STS. Jakarta. Pustekkom Depdiknas

Nurmalina, K. dan Syaifullah. (2008). Memahami pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek.

Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Rosdakarya Riduwan, (2005). Rumus dan Data Analisis Statistika. Bandung Alfabeta

Rusman. (2010). Model – Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press

Roestiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rosdakarya Sagala, S. (2010) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sidharta, A. (2007). Keterampilan Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Bandung: P4TK IPA

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: kencana Prenada Group.

Slameto, (2010). Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Somantri, Nu’man. (2001), Menggagas Pembaharuan pendidikan Interaktif. Bandung: Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI.


(3)

Sugandi, A., dkk (2000). Belajar dan pembelajaran. Semarang: IKIP Press.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. (2004) Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya. S

Sukmadinata, Nana syaodih. (2006). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Roedakarya.

Summaatmadja. N (2004). Kurikulum dan Pembelajaran kompetensi. Bandung: Kusuma Karya

Sumiati. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wancana Prima

Surya, H.M. (2004). Psikologi pembelajaran dan pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy Divisi Buku Umum.

Suparno (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suprijono, A. (2009). Cooperative learning teori dan aplikasi pakem. Surabaya:

Pustaka Belajar.

Widoyoko, E. (2009). Evalusi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wijaya, C. & Rusyan, T. (1999). Kemampuan dasar guru dalam proses belajar

mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(4)

Wurian, Sri. Dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (civic). Bandung. Labolatorium Pendididkan Kewarganegaraan

Zaini, H. (2007). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : CTSD.

2. Jurnal dan Skripsi

Abdulkarim, Aim. (2008). Model Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran IPS.Bandung : Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FPIPS UPI

Ennis (1996). Critical Thinking: Their Nature And Acssessbility. Jurnal Informasi Logic Vol. 13 No. 2 Dan 3 : 165-182. California Univervity Of Illinois.

Indrawati. (2007). Model Pembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi. Bandung: P4TK IPA

Maftuh, Bunyamin dan Sapriya. (2005). Jurnal Civicus : “Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Melalui Pemetaan Konsep”. Implementasi KBK Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Berbagai Konteks. 1, (5), 321.

Mediawati, E. (2011). Pembelajaran akuntansi keuangan melalui media komik untuk meningkatkan prestasi mahasiswa. Jurnal UPI. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12 (1), hlm. 68

Nurjanah, S. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran dan Pendekatan STS. Jakarta: Pustekkom Depdiknas

Rois, M. (2002). Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis & kreatif dan pembelajaran PIPS melalui isu-isu kemasyarakatan. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(5)

Rusmansyah. (2006). Implementasi Pendekatan Sainv Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Kimia Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Vol7 No.29. Jakarta: Department Pendidikan Nasional

Soemardi. (2007). Jurnal civicus: “Konsepsi Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan: sebuah refleksi”. Nasionalisme dan Upaya Demokrasi. Jurnal civicus. 1, (8), 559-600.

Yager (1992). STS Approach Parallels Constructivist Practices. Science Education International. Vol3 No.2

3. Internet

Akhmad, S. (2012). Model KKG/GMP depdikans 2009. Tersedia di

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/.

Anwar, M. (2009). Penerapan pendekatan STS Pada Pembelajaran Fisika. Tersedia di http://bdksurabaya.kemeneg.go.id/file/documen/pendekatansets.pdf.

Azimurdi, Azra. Pendidikan Kewarganegaraan . tersedia di (http://www.academia. edu/8385772/Perkembangan_Pendidikan_kewarganegaraan_di_Indonesia). Penn State. (2006). About STS. Tersedia http://www.engr.psu.edu/sts/about.htm Santyasa, W. (2007). Model - model Pembelajaran Inovatif. Tersedia di


(6)

Dokumen yang terkait

METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pel

0 3 10

PENINGKATAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASAINDONESIA MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA Peningkatan Komunikasi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Role Playing.

0 3 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Strategi Role Playing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebonharjo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Strategi Role Playing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebonharjo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 12

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-I SMP Negeri 45 Bandung.

0 2 52

Penerapan Metode Role Playing Sebagai Wahana Ekspresi Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS. Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII B SMP Negeri 14 Bandung.

0 4 399

PENERAPAN METODE CURAH PENDAPAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-D SMP Negeri 40 Bandung.

0 0 26

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI.

0 2 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN WONOSARI 4 GUNUNGKIDUL.

0 3 168

PENINGKATAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL MELALUI PERMAINAN PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA.

0 0 161