STRATEGI PENGEMBANGAN DESA CILEMBU SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA DALAM UPAYA MENGANGKAT POTENSI MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN DESA CILEMBU SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA DALAM UPAYA MENGANGKAT POTENSI MASYARAKAT

PEDESAAN DI KABUPATEN SUMEDANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata Non Pendidikan Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Oleh:

LANI NURHAYATI

NIM: 0707491

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN DESA CILEMBU SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA DALAM UPAYA MENGANGKAT POTENSI MASYARAKAT

PEDESAAN DI KABUPATEN SUMEDANG

Oleh

LANI NURHAYATI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial

© LANI NURHAYATI 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN DESA CILEMBU SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA DALAM UPAYA MENGANGKAT POTENSI MASYARAKAT

PEDESAAN DI KABUPATEN SUMEDANG

Oleh

Lani Nurhayati

0707491

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih tertinggalnya Indonesia sebagai salah satu pilihan destinasi bagi wisatawan luar untuk datang ke Indonesia dan dengan berkembangnya trend kepariwisataan dengan tema Green Tourismpada abad ini merupakan kesempatan bagi Desa Cilembu agar dapat menggali potensi pertanian dan alam nya agar dapat mengembangkan tujuan wisata berbasis alam. Setelah meninjau ke lapangan, lahan pertanian penduduk masih terdapat beberapa yang tidak teroptimalisasi fungsinya dan menemukan beberapa potensi yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Oleh karena itu, untuk mengetahui potensi-potensi yang dapat dikembangkan di DesaCilembu dan cocok atau tidaknya Desa Cilembu dijadikan sebagai kawasan agrowisata, penulis menggunakan metode penelitian SWOT. Metode penelitian SWOT ini terdiri di dalamnya yaitu, kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) yang tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman apa sajakah yang dimiliki Desa Cilembu agar dapat mengambil strategi dalam pengembangan agrowisata. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Desa Cilembu memiliki potensi-potensi yang

cukupkuatuntukdikembangkanmenjadikawasanagrowisata. Kata Kunci : Desa Cilembu, Agrowisata


(5)

ABSTRACT

RURAL DEVELOPMENT STRATEGY AT CILEMBU VILLAGE AS AN AGROWISATA AREA IN THE EFFORT TO LIFT THE RURAL

COMMUNITIES IN SUMEDANG REGENCY

By

LANI NURHAYATI 0707491

This research is being motivated due to Indonesia is left behind from other country as one of destination of tourism. The growing trend of tourism to the theme of Green Tourism in this century has become one of opportunity for the Cilembu Village to develop the potential of its agriculture and nature in order to develop nature-based tourism destination while increasing income of the people in the Cilembu Village. After observe the Village, the agricultural population function over there still haven’t optimized properly and found that actually some of potential could be developed as an agrotourism region to increase the local income. Therefore, to find out the potential that can be developed as a suitable income and whether or not the Cilembu Village used as agro-tourism area, the writer is using SWOT method. SWOT research method are consists of, Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats. The purpose of this study is to identify the strengths, weaknesses, opportunities and threats of Cilembu Village, so we can take the lead in developing strategy based on agrotourism rural. The results showed that the village Cilembu has a potential market opportunities and potential that needs to be optimized again. It requires the right strategy in order to minimize flaws and still be able to highlight the potential.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... I LEMBAR PERNYATAAN... II ABSTRAK... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... VI DAFTAR TABEL... IX DAFTAR GAMBAR... X

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Definisi Operasional... 7

1. Pengertian Pengembangan... 7

2. Pengertian Agrowisata... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Wisata... 9

B. Definisi Pariwisata... 11

C. Definisi Desa Wisata... 13

D. Definisi Pengertian Agrowisata... 14

E. Pengertian Pertanian... 20

F. Pengertian Perkebunan... 21

G. Pengertian Pengembangan... 21


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian... 23

1. Lokasi ... 23

B. Desain Penelitian... 24

1. Metode Penelitian... 24

C. Alat dan Pengumpulan Data... 25

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 25

1. Populasi... ... 25 2. Sampel... 26

3. Teknik Pengambilan Sampel... 27

4. Teknik Pengambilan Data... 27

5. Teknik Analisis Data... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 35

1. Kondisi Fisik... 35

a. Letak Geografis dan Administratif... 35

b. Topografi... 37

c. Hidrologi dan Klimatologi... 37

d. Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan... 37

e. Kondisi Umum Sarana dan Prasarana... 38

f. Kelembagaan dan Organisasi... 40

2. Kondisi, Sosial dan Ekonomi... 41

a. Jumlah Penduduk... 41

b. Kualitas Sumber Daya Manusia... 43

c. Kesenian... 46

d. Produksi Pertanian... 47

a). Pemasaran... 52

e. Produksi Peternakan... 53

f. Trend Kepariwisataan... 54


(8)

h. Sarana Akomodasi... 55

i. Sarana Konsumsi... 56

j. Kebijakan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian... 56

B. Pembahasan Temuan Penelitian... 60

1. Analisis SWOT Faktor Pedukung dan Penghambat Pengembangan Agrowisata Desa Cilembu untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat... 60

a. Kekuatan (Streghts)... 61

b. Kelemahan (Weaknesses)... 63

c. Peluang (Opportunities)... 64

d. Ancaman (Threats)... 66

e. Matriks SWOT/TOWS... 69

f. Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI)... 72

g. Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal (KAFE)... 73

i. Positioning Kuadran... 74

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 77

B. Rekomendasi... 78

DAFTAR PUSTAKA... 79


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Contoh Matriks IFE & EFE... 31

3.2 Contoh KAFI & KAFE... 32

3.3 Contoh Struktur Diagram Analisis SWOT... 32

4.1 Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaanya... 38

4.2 Kelembagaan dan Organisasi di Desa Cilembu... 42

4.3 Jumlah Penduduk Per Tahun di Desa Cilembu... 42

4.4 Tingkat Pendapatan Responden... 42

4.5 Kelompok Umur Penduduk Desa Cilembu... 43

4.6 Daerah Asal Responden... 43

4.7 Tingkat Pendidikan Responden... 45

4.8 Jenis Profesi Responden... 46

4.9 Pengetahuan Responden Mengenai Kesenian Khas di Desa Cilembu... 46

4.10 Keterampilan Khusus Yang Dimiliki Responden... 47

4.11 Kondisi Palawija (Ubi Jalar) Kab. Sumedang... 48

4.12 Pencapaian Luas Tanam, Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi... 49

4.13 Perkembangaan Luas Tanam Sayuran Tahun 2011 Dibanding Tahun 2010... 50

4.14 Perkembangan Luas Panen Sayuran Tahun 2011 Dibanding Tahun 2010 dan Target Tahun 2011... 51

4.15 Responden Yang Memiliki Hewan Ternak Di Desa Cilembu... 53

4.16 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)... 67

4.17 Matriks Eksternal Factor Evaluation... 68

4.18 Matriks TOWS/SWOT... 69

4.19 Matriks Kesimpulan Analisis Factor Internal (KAFI)... 72


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Gambar Denah Lokasi (Tanpa Skala)... 23

4.2 Gambar Peta Desa Cilembu... 36

4.3 Gambar Diagram Analisis SWOT... 75

4.4 Gambar Salah Satu Masyarakat Desa Cilembu yang Berprofesi Sebagai Petani... 82

4.5 Gambar Ibu Desy Merupakan Salah Satu Pengelola Objek Wisata Pangjugjugan... 82

4.6 Gambar Penulis Bersama Ibu Desy Dalam Sesi Wawancara... 83

4.7 Gambar Lambang Objek Wisata Alam Pangjugjugan... 83

4.8 Gambar Salah Satu Penginapan yang Ada di Objek Wisata Pangjugjugan... 84

4.9 Gambar Peternakan Sapi yang Ada di Desa Cilembu... 84

4.10 Gambar Salah Satu Responden Dalam Pengisian Kuesioner... 85

4.11 Gambar Kantor Kepala Desa Cilembu... 85

4.12 Gambar Salah Satu Toko yang Menjual Ubi Cilembu... 86

4.13 Gambar Ubi Cilembu yang Dijemur Setelah di Cuci... 86

4.14 Gambar Ubi Jepang yang di Ekspor ke Jepang... 87

4.15 Gambar Kemasan Ubi Jepang yang di Ekspor ke Jepang... 87

4.16 Gambar Salah Satu Pertanian Milik Warga... 88


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pengembangan pariwisata, bukan hanya sekadar peningkatan perolehan devisa bagi negara, akan tetapi lebih jauh diharapkan pariwisata dapat berperan sebagai katalisator pembangunan (agent of development). Dilihat dari sudut ekonomi, sedikitnya ada delapan keuntungan pengembangan pariwisata di Indonesia: Pertama, peningkatan kesempatan berusaha. Kedua, kesempatan kerja. Ketiga, peningkatan penerimaan pajak. Keempat, peningkatan pendapatan nasional. Kelima, percepatan proses pemerataan pendapatan. Keenam, meningkatkan nilai tambah produk hasil kebudayaan. Ketujuh, memperluas pasar produk dalam negeri. Dan kedelapan, memberikan dampak multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat pengeluaran wisatawan, para investor, maupun perdangangan luar negeri (Yoeti. A, 2008:XIX).

Begitu banyak keuntungan yang bakal dapat diraih, maka pengembangan pariwisata sebagai suatu industri tidak dapat dilakukan sebagai pekerjaan sambilan, akan tetapi hendaknya diperlakukan sebagai suatu bisnis yang harus dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi, hukum permintaan dan penawaran, serta strategi perdagangan yang harus dikelola secara professional (Yoeti. A, 2008:XIX).

Khusus pada negara-negara berkembang, pengaruh pariwisata sebagai suatu industri jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari selama dua dekade terakhir, seperti misalnya:

a) Tumbuh dan berkembangnya usaha makanan dan minuman yang bersifat lokal yang banyak diminati wisatawan.

b) Tumbuh dan berkembangnya industri kecil yang menghasilkan produk cenderamata khas daerah yang juga sekaligus telah meningkatkan pangsa pasar ekspor Indonesia.

c) Tumbuh dan berkembangnya restoran, kafe, dan bar yang bersifat lokal, tetapi diminati wisatawan.


(12)

2

d) Munculnya grup yang memberikan pelayanan untuk guides and interpreters yang sekaligus telah menyuburkan tumbuhnya kursus-kursus bahasa asing di Indonesia. e) Tumbuh dan berkembangnya usaha agen perjalanan dan BPW (Biro Perjalanan Wisata) lokal untuk melayani wisatawan pada hampir semua DTW (Daerah Tujuan Wisata) di Indonesia.

f) Banyaknya perusahaan lokal yang menyelenggakan “cultural events” untuk konsumsi wisatawan maupun masyarakat lokal pada masing-masing DTW.

g) Tumbuh dan berkembangnya restoran cepat saji (fast foods) pada hampir setiap kota-bahkan desa-desa di Indonesia.

h) Tumbuh dan berkembangnya lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata, mulai dari SMIP (Sekolah Menengah Industri Pariwisata, 124), akademi dan sekolah tinggi (83) dan kursus-kursus yang tidak tercatat serta balai latihan.

i) Tumbuh dan berkembangnya took-toko yang biasa disebut istilah “Shop for Tourist Needs”, yang menual: film, tissue, majalah, koran, drugstore, baju renang, perangko dan kartu pos.

j) Banyaknya usaha-usaha penginapan (specialized local housing) yang penuh sesak oleh wisatawan seperti di Yogyakarta dan Kuta berupa homestay, pension, losmen, bungalow maupun small inns.

k) Tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha yang disebut sebagai decorative materials for hotel and resorts dengan memunculkan berbagai benda-benda seni tradisional etnis lokal.

Mewujudkan pariwisata yang berkesinambungan merupakan sebuah usaha yang tidak hanya dilakukan oleh satu unsur, melainkan gabungan dari semua unsur-unsur yang terkait, baik dari pemerintah, masyarakat hingga instansi-instansi pendukung pariwisata. Menurut World Economic Forum, pada tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke 74 untuk tujuan pariwisata dari 133 tujuan pariwisata di seluruh negara di dunia dan menempati urutan ke 13 dalam urutan Asia Pasifik. Tujuan utama yang dituju pertama oleh para wisatawan asing maupun lokal di Indonesia adalah Bali, urutan ke dua ditempati kota-kota di Jawa Barat sedangkan sisanya adalah kota-kota lainnya di luar Pulau Jawa.


(13)

3

Walaupun Indonesia pada tahun 2011 menempati urutan ke 74 dari 133 tujuan pariwisata di seluruh negara di dunia, terlihat jelas dari data tersebut bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara lainnya. Oleh karena itu, Indonesia dapat meningkatkan terus posisinya dengan membenahi banyak hal baik berupa SDM manusia, keamanan, kenyamanan, kebersihan, sarana dan prasarana yang menunjang untuk pariwisata.

Secara traditional, pertanian dan pedesaan dalam pembangunan ekonomi dipandang memiliki peranan sebagai pendukung pembangunan. Pembangunan dalam hal ini dilihat sebagai suatu proses perubahan struktural dari perekonomian yang pada awalnya fokus pada aktivitas-aktivitas di pertanian menuju pada masyarakat industrial dan jasa yang modern. Pemerintahan juga mengambil alih kekuasaan desa dalam tata kehidupannya sendiri. Proses dimulai oleh Undang-undang (UU) No.5 Tahun 1979 yang mengubah arah kebijakan pengelolaan desa agar tetap dapat menjalankan pemerintahannya sendiri (self governing community) menjadi penyeragaman dan sentralisasi pengelolaan desa. Sistem pemerintahan yang sentralis dan pendekatan local state government yang menempatkan desa hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah telah mengabaikan keragaman yang dimiliki desa-desa. Berdasarkan data, 69.957 desa di Indonesia mengenal keragaman keragaman dan 59,5% memiliki komposisi penduduk lebih dari dua etnis (Podes, 2006). Dari seluruh desa yang memiliki keragaman, 45,2% diantaranya termasuk desa miskin. Ini menunjukkan pendekatan yang keliru dalam menangani desa yang memiliki keragaman. Di sisi lain, peran serta pemerintah dapat menimbulkan ketergantungan pada bantuan pemerintah. Pemerintah telah banyak meluncurkan program pembangunan desa, namun angka kemiskinan di desa tetap tinggi. Seringkali program pembangunan bertumpuk dan tidak dirancang untuk berkelanjutan. Masyarakat desa menjadi tergantung pada program dan tidak berusaha membangun desanya sendiri. Pengembangan desa dari segi pemanfaatan alam adalah bagian yang harus dilakukan untuk menjamin keadilan dan keberpihakan negara kepada rakyat miskin yang banyak tinggal di desa dan upaya revitalisasi pertanian dan pedesaan dan mendorong ekonomi berbasis kekuatan lokal yang dapat mewujudkan kemakmuran masyarakat desa. Oleh karena itu, agrowisata dapat menyediakan alternatif perbaikan


(14)

4

ekonomi kreatif ke aktivitas pengelolaan sumber daya, dan untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat lokal (U.S. Konggres OTA, 1992).

Faktor pendorong wisatawan mengunjungi daya tarik wisata bertipe Agrowisata adalah dominan dipengaruhi oleh faktor relaxation, escape, strenghthing family bond dan play.

Kunjunganya untuk memenuhi tujuan penyegaran tubuh, menghilangkan kejenuhan, ajakan teman atau keluarga, dan mencari hiburan atau bermain (Utama, 2005).

Pengembangan agrowisata sudah banyak dilakukan dikawasan pertanian dan perkebunan sebagai contoh yang ada di kawasan Bandung utara dan sudah banyak berkembang sebagai lahan pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya. Menilik dari pembangunan pariwisata yang berbasis alam, Kabupaten Sumedang memiliki banyak potensi alam yang masih harus dikembangkan. Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44’-70º83’ Lintang Selatan dan 107º21’-108º21’ Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan. Luas lahan yang tidak diusahakan relatif sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan yang sudah diusahakan. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Sumedang memiliki sumber daya alam memadai yang siap diolah. Luas lahan yang berupa sawah sebanyak 21,95%, luas lahan berupa Hutan Negara sebanyak 29,78%, luas lahan berupa tegal / kebun sebanyak 23,04% dan hutan rakyat sebesar 8,96%. Hal ini memperlihatkan bahwa luas wilayah Kabupaten Sumedang untuk kehutanan dan pertanian ternyata lebih dari 50% dari luas wilayah Kabupaten Sumedang. Dengan luas wilayah kehutanan dan pertanian yang mencakup 50% dari luas Kabupaten Sumedang tersebut, penulis tertarik lebih dalam untuk meneliti lebih jauh mengenai pengembangan agrowisata di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang dengan judul “Strategi Pengembangan Desa Cilembu Sebagai Kawasan Agrowisata Dalam Upaya Mengangkat Potensi Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Sumedang”.


(15)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Potensi apa saja yang dapat dikembangkan di Desa Cilembu ? 2. Hambatan yang timbul dalam pengembangan Desa Cilembu?

3. Bagaimanakah strategi pengembangan agrowisata yang melibatkan masyarakat Desa Cilembu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis potensi yang dapat dikembangkan di Desa Cilembu

2. Bagaimana hambatan yang timbul dalam pengembangan agrowisata di Desa Cilembu. 3. Bagaimana strategi pengembangan yang cocok untuk masyarakat Desa Cilembu.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Kegunaan akademis, mengetahui secara langsung potensi yang dapat di kembangkan di Desa Cilembu sebagai kawasan alternatif agrowisata sehingga dapat memberi manfaat pengetahuan yang lebih luas mengenai pariwisata.

2. Kegunaan praktis yaitu sebagai berikut:

A. Bagi peneliti, sebagai bahan pustaka bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian kepariwisataan yang berbasis alam di kabupaten Sumedang dan menambah melatih penulis untuk bisa menjadi pengembang di suatu kawasan yang mempunyai potensi pariwisata.

B. Bagi pemerintah daerah setempat, terutama bagi daerah Kabupaten Sumedang dalam mengembangkan dan mengelola kawasan agrowisata Kabupaten Sumedang.


(16)

6

C. Bagi masyarakat, yaitu sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan kawasan agrowisata yang ada sehingga meningkatkan kesadaran dan dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar.

E. Definisi Operasional 1. Pengertian Pengembangan

Pengembangan adalah suatu pedoman perubahan dalam keadaan yang berbeda dari kedaan sebelumnya dengan adanya acuan-acuan yang pasti untuk mencapai tujuan tertentu.(Sumarwoto, 1999).

Berkembangnya suatu kawasan wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan melalui kerjasama para stakeholder kepariwisataan, masyarakat dan pemerintah.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi dan dievaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensian dan untuk menentukan pengembanga yang tepat dan sesuai. (Marpaung.2000: 79).

Tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai suatu industri. Ketiga faktor tersebut diantaranya: tersedianya objek dan atraksi wisata, adanya aksesibilitas, dan adanya amenitas. (A. Yoeti.1990: 285).

Atraksi adalah segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi, dilihat dan tersedianya fasilitas-fasilitas yang menunjang seperti tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian ditempat-tempat tersebut serta alat komunikasi. Tujuan wisata merupakan akhir perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat aksesibilitas, artinya tujuan wisata harus mudah tercapai.


(17)

7

2. Pengertian Agrowisata

Agrowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan

lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Agrowisata mencakup program-program wisata yang meminimalkan aspek-aspek negatif dari pariwisata konvensional terhadap lingkungan dan meningkatkan integritas budaya masyarakat setempat. Agrowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan Agrowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal.(Khan.2003).

Daya dukung agrowisata dipengaruhi faktor motivasi wisatawan dan faktor lingkungan hayati lokasi agrowisata.

Pengembangan agrowisata di Desa Cilembu merupakan upaya agar lahan pertanian dan perhutanan yang masih ada dapat dikelola dengan baik sebagai alternatif kawasan wisata. Upaya yang dilakukan dalam menjadikan Desa Cilembu sebagai agrowisata adalah dengan meningkatkan potensi dan mengemas produk yang dimiliki oleh Desa Cilembu dengan salah satu contoh yaitu, mengembangkan jenis-jenis tanaman yang dapat di unggulkan dan dapat dibudidayakan oleh masyarakat sekitar, seperti Ubi Cilembu. Selain itu, meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pariwisata agar wisatawan yang berkunjung dapat dengan mudah mengakses dan merasa nyaman.


(18)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian 1. Lokasi

Daerah pengembangan yang akan di teliti oleh penulis adalah Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Memiliki luas wilayah 352,2 Hektar dan dengan ketinggial wilayah pada 600 meter diatas permukaan laut dan memiliki kontur tanah perbukitan.

Gambar 3.1 Denah Lokasi (tanpa skala)


(19)

21

B. Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam hal ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif kadang-kadang disebut juga sebagai feasibility study yang bermaksud untuk memperoleh data awal (Soerjono.S, 1974 : 29). Penelitian deskriptif dilakukan apabila pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih kurang sekali atau bahkan tidak ada. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best,1982:119). Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Selanjutnya menurut Wardiyanta (2006 : 5), penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat deskriptif atas suatu fenomena social/alam secara sistematis, faktual dan akurat. Secara harfiah penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata, tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentes hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat juga mencakup metode-metode deskriptif.

Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Furchan (2004:113), bahwa:

1. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat.

2. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan 3. Tidak adanya uji hipotesis.

C.Bahan dan Alat Pengumpulan Data

Bahan dan alat penelitian adalah perlengkapan dan media yang akan digunakan selama penelitian. Karena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, maka alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


(20)

22

1. Kamera

2. Perekam Suara 3. Form Quitionaire 4. Flash Disk

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Administrasi (2004:90), bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Nana Syaodih Sukmadinata (2008:250) menyebutkan bahwa orang-orang, lembaga, organisasi, benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Menurut Sumaatmadja (1988) menyatakan populasi adalah semua kasus, individu dan gejala yang ada di daerah penelitian.

Berlandaskan uraian di atas, populasi dalam penelitian ini yaitu, seluruh masyarakat Desa Cilembu

2. Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya (Irawan, 2005 : 57). Sampel menurut Sugiyono (2002:73) merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah sebagian wisatawan yang sedang berkunjung, beberapa masyarakat yang ada di Desa Cilembu. Untuk menentukan


(21)

23

berapa jumlah sampel sebagai wakil populasi, peneliti menggunakan pedoman Rumus Slovin (dalam Cunsuelo G. Savella, 1993). Rumus Slovin menentukan ukuran sampel adalah:

n = 2

1 Ne N

Dimana : n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidakpastian dengan tingkat kesalahan 10%

Jumlah populasi yaitu sebanyak 5049 penduduk, dengan tingkat kelonggaran sebesar 10% (0,1) atau dapat disebutkan tingkat keakuratan sebesar 90% (0,9) sehingga sampel yang diambil untuk mewakili populasi tersebut sebesar:

n =

 

2

1 , 0 5049 1

5049 

n = 98

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan probability sampling dengan cara pengambilan sampling Simple Probability Sampling untuk masyarakat dan wisatawan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan probability sampling yaitu, teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Simple Probability Sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel probability yang paling sederhana, dimana satuan pengamatan mempunyai peluang yang sama untuk


(22)

24

dipilih ke dalam sampel. Teknik ini digunakan apabila variable yang akan diteliti keadaannya homogen dan tersebar merata di seluruh populasi (http://elearning.gunadarma.ac.id).

4. Teknik Pengambilan Data a. Observasi Lapangan

Teknik ini dimaksudkan untuk peneliti mencatat informasi, mendapatkan data primer dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung di lapangan. Observasi ini adalah mencari data tertulis maupun dokumentasi secara langsung. Proses pengamatan terdiri dari persiapan, memasuki lingkungan penelitian, memulai interaksi, pengamatan dan pencatatan serta menyelesaikan penelitian di lapangan.

b. Wawancara dan Kuesioner Tertutup

Teknik wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi langsung dari responden tentang kegiatan wisata yang dilakukan baik oleh wisatawan yang berkunjung maupun masyarakat sekitar.

Menurut Margono (1997:166) mengemukakan syarat-syarat penting dalam melakukan wawancara:

1. menghindari kata-kata yang bermakna ganda 2. menghindari pertanyaan panjang

3. mengajukan pertanyaan sekonkret mungkin

4. mengajukan pertanyaan dalam pengalaman konkret interviewee 5. menyebutkan semua alternative jawaban

6. menghindari kata-kata canggung yang membuat rasa malu interviewee 7. menetralkan gaya bahasa bertanya

8. memproyeksikan gaya pertanyaan yang menyangkut interviewee 9. menanyakan hal-hal positif dan negative dalam menilai orang ketiga

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui survey. Penulis disini menggunakan Kuesioner tertutup


(23)

25

c. Studi Dokumentasi

Dilakukan untuk melengkapi data dalam menganalisis masalah yang sedang diteliti dengan jalan mencari informasi dari dokumen yang diperlukan dalam mendukung penelitian ini baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Data tersebut bisa berupa foto atau dokumen lainnya.Pada penelitian ini, peneliti menggunakan digital camera dan flashdisk sebagai alat dokumentasi.

d. Studi Literatur

Studi literatur yaitu teknik pengambilan data, informasi, teori dan hukum dari buku, hasil penelitian, laporan, artikel, dan internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik pengumpulan data disusun agar data yang diperlukan diperoleh secara sistematis dan untuk membedakan sumber data yang diperlukan. Data yang diperlukan dalam melengkapi penelitian ini dari berbagai sumber.

5. Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaaan data yang terkumpul

Melakukan pemeriksaan ulang terhadap instrumen dan kelengkapan pengisian sehingga memudahkan dalam pengolahan data.

b. Pengelompokan data

Mengelompokan data kembali dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi atau belum dengan pertanyaan penelitian.

c. Penyajian data tersusun

Setelah data yang diperoleh di lapangan terkumpul sesuai dengan jumlah yang diinginkan, maka proses selanjutnya adalah menganalisis data.


(24)

26

Analisis pengolahan data dilakukan dengan metode analisis SWOT. SWOT merupakan akronim untuk kata Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). (P. Siagian,S.1998:172).

Analisa SWOT menurut Philip Kotler diartikan sebagai evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Kotler, 2000:8). Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut dibagi kedalam dua lingkungan analisa, yaitu lingkungan internal organisasi dan lingkungan eksternal organisasi (Kotler, 2000:8). Pendapat lain mengenai analisa SWOT juga diungkapkan oleh Freddy Rangkuti, dimana analisa SWOT menurutnya diartikan sebagai:

“analisa yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)” (Rangkuti, 2003:19).

Dari pengertian SWOT tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strength), yaitu kekuatan apa yang dimiliki oleh objek yang diteliti. Kekuatan ini bisa dikembangkan lebih jauh agar dapat bersaing dipasaran dan mampu bertahan untuk pengembangan selanjutnya.

2. Kelemahan (Weaknesses), yaitu faktor kelemahan apa yang dimiliki oleh objek yang diteliti. Baik yang merugikan atau tidak menguntungkan.

3. Kesempatan (Opportunity), yaitu semua kesempatan yang ada sebagai kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap memberi peluang bagi pariwisata untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan dating.

4. Ancaman (Threats), yaitu hal-hal yang dapat mengancam keberlangsungan produk yang dihasilkan dari pariwisata. Birokrasi pemerintah yang sulit, kerusakan lingkungan, sosial dan ekonomi.

Berdasarkan konsep Fred R. David bahwa Analisis SWOT berarti analisis berdasarkan pada Strengths – Weaknesses – Opportunities – Threats yakni Kekuatan

– Kelemahan – Kesempatan – Kendala. Melalui analisis SWOT menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation


(25)

27

(EFE), dimana IFE yang meliputi kekuatan dan kelemahan, sedangkan EFE meliputi peluang dan tantangan, dengan memberikan bobot rating, dan nilai akhir pada masing-masing faktor. Untuk bobot tertinggi 0.15 dan terendah 0.05 dengan jumlah total bobot 1.00. Sedangkan, rating berada pada angka 1 s.d 4, rating tertinggi 4 (EFE : sangat bagus; IFE : sangat kuat), rating 3 (EFE : di atas rata-rata; IFE : cukup kuat), rating 2 (EFE : rata – rata; IFE : tidak begitu lemah) dan rating terendah 1 (EFE : di bawah rata – rata; IFE : sangat lemah), bobot dikalikan rating menghasilkan skor.

Tabel 3.1

Contoh Matriks IFE & EFE

No IFE : Kekuatan (Strengths) &

Kelemahan (Weaknesses) Bobot Rating Skor

1 Faktor – Faktor 0,05 1

No EFE : Ancaman (Threats) &

Kesempatan (Opportunities) - -

1 Faktor – Faktor 0,15 4.

Total 1,00 4,00

Total skor untuk EFE berjumlah 4,0 mengindikasikan merespon secara luar biasa akan peluang – peluang yang ada dan menghindari ancaman – ancaman. Totalkan skor untuk IFE, dengan nilai rata – rata adalah 2,5. Jika nilai rata – rata di bawah 2,5 menandakan secara internal lemah, jika di atas 2,5 menunjukkan posisi internal kuat.

Sedangkan matriks TOWS (Threat, Opportunity, Weakness, Strength) adalah untuk memasukkan strategi SO, WO, ST, WT, yang akan menghasilkan Asumsi Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI) dan Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFE). Bobot bernilai 1 – 15 dengan jumlah total bobot 100. Rating berada pada angka 1 – 5, yang menghasilkan skor jika telah dikalikan dengan bobot.


(26)

28

Tabel 3.2

Contoh KAFI & KAFE

No

Faktor Internal Strategik : Kekuatan

(Strengths) & Kelemahan (Weakness)

Bobot Rating Skor Proritas Faktor Eksternal

Strategik: Ancaman (Threats) & Kesempatan

(Opportunities)

1 Faktor – Faktor 1 – 15 1 - 5 1 - V

Dari hasil skor maka bisa ditentukan mana prioritas I – V. Hasil analisis dimasukan ke dalam asumsi kuadran. Ditutup oleh Positioning Kuadran.

Gambar 3.3 Struktur Diagram Analisis SWOT Peluang Lingkungan

Kuadran II Kuadran I

Kekuatan Internal Yang Kritis

Kuadran III Kuadran IV

Hambatan Utama Lingkungan

Kuadran = Seperempat dari lingkaran, besarnya 90° Sumber: Maman Ukas (2008)


(27)

29

Kuadran II : Merupakan hasil dari kemampuan mengantisipasi peluang eksternal karena kelemahan internal.

Kuadran III : Terjadi saat adanya hambatan eksternal yang tidak bisa diantisipasi karena kelemahan internal.

Kuadran IV : Menunjukan situasi di mana hambatan eksternal dapat menghancurkan kekuatan organisasi.

Dari analisis ini akan ditarik beberapa kesimpulan berupa strategi peningkatan pendapatan masyarakat Desa Cilembu. Semua rumusan masalah yang dihadapi saat penelitian akan diaplikasikan melalui pendekatan teori, baik dari studi literature maupun tinjauan pustaka. Akan tetapi tidak semuanya masalah bisa diaplikasikan kedalam teori karena semua masalah bersifat relatif.

Metode paired comparison merupakan bentuk lain dari rangkin method, dalam metode paired comparison ini dilakukan pembobotan secara sederhana untuk setiap pekerjaan dengan membandingkannya terhadap keseluruhan pekerjaan yang ada di suatu organisasi. Jadi pada metode ini setiap jabatan dibandingkan dengan seluruh jabatan


(28)

30

lainnya yang ada dalam organisasi tersebut, kemudian diberi nilai atau bobot dengan ketentuan, nilai 0 jika jabatan tersebut lebih rendah bobotnya daripada jabatan yan diperbandingkan, nilai 1 jika jabatan tersebut sama bobotnya dengan jabatan yang diperbandingkan, dan nilai 2 jika jabatan tersebut lebih tinggi bobotnya dari jabatan yang diperbandingkan.

Seluruh nilai bobot yang diperoleh suatu jabatan di jumlahkan untuk mendapatkan nilai bobot akhirnya. Setelah seluruh jabatan mendapatkan nilai bobot akhir, maka di buat peringkat jabatan dari jabatan yang nilainya tertinggi sampai yang terendah (http://massofa.wordpress.com).

Metode penentuan bobot dilakukan dengan cara wawancara untuk melakukan mengetahui potensi manakah yang lebih penting.


(29)

67

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan dalam bab-bab sebelumnya mengenai upaya mengangkat potensi masyarkat pedesaan di Desa Cilembu, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini:

1. Desa Cilembu memiliki potensi pasar yang cukup banyak seperti, lahan pertanian, objek wisata Pangjugjugan dan Togapuri yang dapat dijadikan kekuatan dalam pengembangan Desa Cilembu sebagai kawasan agrowisata.

2. Strategi yang cocok untuk mengembangkan potensi tersebut yaitu;

a. Bekerja sama dengan pemerintah dalam menanggulangi masalah kekurangn air.

b. Mengajukan pelebaran jalan kepada pemerintah setempat.

c. Bekerjasama dengan pemerintah setempat meningkatkan SDM.

d. Bekerja sama dengan biro-biro perjalanan wisata dalam mengembangkan pemasaran di Desa Cilembu.

e. Memberikan kesempatan bagi masyarakat dan instansi swasta untuk membuka usaha berupa akomodasi dan restoran.

B. Rekomendasi

1. Intensif mengadakan pelatihan mengenai pemberdayaan produk pertanian agar tercipta kreatifitas masyarakat dan dapat meningkatkan daya jual produk pertanian.


(30)

68

2. Mengaktifkan kembali organisasi kesenian masyarakat sekitar agar dapat menarik perhatian wisatawan.

3. Mengadakan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan produk makanan dari bahan dasar ubi atau sayuran dan buah-buahan lainnya.

4. Melibatkan masyarakat dalam setiap pengembangan Desa Cilembu menuju kawasan agrowisata

5. Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup.


(31)

79

Daftar Pustaka

Rangkuti, Freddy. (2011). SWOT Balanced Scorecard. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy. (2010). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dosen-Dosen IPB. (2011). Menuju Desa 2030. Yogyakarta: Percetakan Pohon Cahaya.

Heddy, M.s., Ir Suwasono. (2010). Agroekosistem Permasalahan Lingkungan Pertanian Bagian Pertama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sastrayuda, Gumelar. (2006). Standarisasi Fasilitas/Sarana Objek Wisata Alam dan Budaya. Hand Out pada Mata Kuliah Konsep Resort Manajemen Resort & Leisure FPIPS UPI. Bandung.

Undang-undang No 18 Tahun 2005 mengenai Perkebunan serta Buku Konsep dan Definisi Baku Statistik Pertanian.

Marpaung, Happy. Dan Bahar, Herman. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta.

Pendit, Nyoman S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi

Damanik, J. Dan Weber F.H. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.Yogyakarta:Penerbit Andi.

Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang (2010-2011). Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang.


(32)

80

Fandeli, C., (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta: Bulaksumur.

Fandeli. C., (2000). Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Bekerjasama dengan Unit Konservasi Sumberdaya Alam.

Gouyon, Anne. (2005). Langkah Menuju Ekowisata di bali.Bali: Bali Fokus & The Natural Guide.

Sumber Internet:

http://liburan.info/content/view/857/46/lang,indonesian/ Diunduh tgl 4 April 2011 jam 10.23

http://caretourism.wordpress.com/2011/01/23/wonderful-indonesia-branding-baru-pariwisata-indonesia/ Diunduh Tgl 4 April 2011 jam 10.31

http://caretourism.wordpress.com/2009/04/02/dayasaing-pariwisata-indonesia-2009/ Diunduh tgl 4 April 2011 Jam 10.33

http://www.weforum.org/events/world-economic-forum-annual-meeting-2011 Diunduh tgl 4 April 2011 Jam 11.23

http://id.wikipedia.org/wiki/Agribisnis Diunduh tgl 14 April 2012 Jam 11.30

http://kafein4u.wordpress.com/2010/03/14/agrowisata/http://kafein4u.wordpress.com /2010/03/14/agrowisata/ Diunduh tgl 14 April Jam 11.30

http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=3 Diunduh tgl 14 April 2011 http://sumedangonline.com/edisicetak/index/berita/profile-sumedang,17/apr/11 Diunduh tgl 17 April 2011

http://carapedia.com/pengertian_definisi_wisata_info2178.html Diunduh tgl 16 May Jam 05.22

http://massofa.wordpress.com/2008/11/13/evaluasi-jabatan/ Diunduh tgl 14 Januari 2013 Jam 12.58


(1)

Lany Nurhayati, 2013

Strategi pengembangan desa cilembu sebagai kawasan agrowisata dalam upaya mengangkat potensi masyarakat pedesaan di kabupaten sumedang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kuadran II : Merupakan hasil dari kemampuan mengantisipasi peluang eksternal karena kelemahan internal.

Kuadran III : Terjadi saat adanya hambatan eksternal yang tidak bisa diantisipasi karena kelemahan internal.

Kuadran IV : Menunjukan situasi di mana hambatan eksternal dapat menghancurkan kekuatan organisasi.

Dari analisis ini akan ditarik beberapa kesimpulan berupa strategi peningkatan pendapatan masyarakat Desa Cilembu. Semua rumusan masalah yang dihadapi saat penelitian akan diaplikasikan melalui pendekatan teori, baik dari studi literature maupun tinjauan pustaka. Akan tetapi tidak semuanya masalah bisa diaplikasikan kedalam teori karena semua masalah bersifat relatif.

Metode paired comparison merupakan bentuk lain dari rangkin method, dalam metode paired comparison ini dilakukan pembobotan secara sederhana untuk setiap pekerjaan dengan membandingkannya terhadap keseluruhan pekerjaan yang ada di suatu organisasi. Jadi pada metode ini setiap jabatan dibandingkan dengan seluruh jabatan


(2)

Lany Nurhayati, 2013

Strategi pengembangan desa cilembu sebagai kawasan agrowisata dalam upaya mengangkat potensi masyarakat pedesaan di kabupaten sumedang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lainnya yang ada dalam organisasi tersebut, kemudian diberi nilai atau bobot dengan ketentuan, nilai 0 jika jabatan tersebut lebih rendah bobotnya daripada jabatan yan diperbandingkan, nilai 1 jika jabatan tersebut sama bobotnya dengan jabatan yang diperbandingkan, dan nilai 2 jika jabatan tersebut lebih tinggi bobotnya dari jabatan yang diperbandingkan.

Seluruh nilai bobot yang diperoleh suatu jabatan di jumlahkan untuk mendapatkan nilai bobot akhirnya. Setelah seluruh jabatan mendapatkan nilai bobot akhir, maka di buat peringkat jabatan dari jabatan yang nilainya tertinggi sampai yang terendah (http://massofa.wordpress.com).

Metode penentuan bobot dilakukan dengan cara wawancara untuk melakukan mengetahui potensi manakah yang lebih penting.


(3)

Lany Nurhayati, 2013

Strategi pengembangan desa cilembu sebagai kawasan agrowisata dalam upaya mengangkat potensi masyarakat pedesaan di kabupaten sumedang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan dalam bab-bab sebelumnya mengenai upaya mengangkat potensi masyarkat pedesaan di Desa Cilembu, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini:

1. Desa Cilembu memiliki potensi pasar yang cukup banyak seperti, lahan pertanian, objek wisata Pangjugjugan dan Togapuri yang dapat dijadikan kekuatan dalam pengembangan Desa Cilembu sebagai kawasan agrowisata. 2. Strategi yang cocok untuk mengembangkan potensi tersebut yaitu;

a. Bekerja sama dengan pemerintah dalam menanggulangi masalah kekurangn air.

b. Mengajukan pelebaran jalan kepada pemerintah setempat. c. Bekerjasama dengan pemerintah setempat meningkatkan SDM.

d. Bekerja sama dengan biro-biro perjalanan wisata dalam mengembangkan pemasaran di Desa Cilembu.

e. Memberikan kesempatan bagi masyarakat dan instansi swasta untuk membuka usaha berupa akomodasi dan restoran.

B. Rekomendasi

1. Intensif mengadakan pelatihan mengenai pemberdayaan produk pertanian agar tercipta kreatifitas masyarakat dan dapat meningkatkan daya jual produk pertanian.


(4)

Lany Nurhayati, 2013

Strategi pengembangan desa cilembu sebagai kawasan agrowisata dalam upaya mengangkat potensi masyarakat pedesaan di kabupaten sumedang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Mengaktifkan kembali organisasi kesenian masyarakat sekitar agar dapat menarik perhatian wisatawan.

3. Mengadakan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan produk makanan dari bahan dasar ubi atau sayuran dan buah-buahan lainnya.

4. Melibatkan masyarakat dalam setiap pengembangan Desa Cilembu menuju kawasan agrowisata

5. Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup.


(5)

Lany Nurhayati, 2013

Strategi pengembangan desa cilembu sebagai kawasan agrowisata dalam upaya mengangkat potensi masyarakat pedesaan di kabupaten sumedang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Daftar Pustaka

Rangkuti, Freddy. (2011). SWOT Balanced Scorecard. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy. (2010). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dosen-Dosen IPB. (2011). Menuju Desa 2030. Yogyakarta: Percetakan Pohon Cahaya.

Heddy, M.s., Ir Suwasono. (2010). Agroekosistem Permasalahan Lingkungan Pertanian Bagian Pertama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sastrayuda, Gumelar. (2006). Standarisasi Fasilitas/Sarana Objek Wisata Alam dan Budaya. Hand Out pada Mata Kuliah Konsep Resort Manajemen Resort & Leisure FPIPS UPI. Bandung.

Undang-undang No 18 Tahun 2005 mengenai Perkebunan serta Buku Konsep dan Definisi Baku Statistik Pertanian.

Marpaung, Happy. Dan Bahar, Herman. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta.

Pendit, Nyoman S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi

Damanik, J. Dan Weber F.H. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.Yogyakarta:Penerbit Andi.

Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang (2010-2011). Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang.


(6)

Lany Nurhayati, 2013

Strategi pengembangan desa cilembu sebagai kawasan agrowisata dalam upaya mengangkat potensi masyarakat pedesaan di kabupaten sumedang.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Fandeli, C., (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta: Bulaksumur.

Fandeli. C., (2000). Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Bekerjasama dengan Unit Konservasi Sumberdaya Alam.

Gouyon, Anne. (2005). Langkah Menuju Ekowisata di bali.Bali: Bali Fokus & The Natural Guide.

Sumber Internet:

http://liburan.info/content/view/857/46/lang,indonesian/ Diunduh tgl 4 April 2011 jam 10.23

http://caretourism.wordpress.com/2011/01/23/wonderful-indonesia-branding-baru-pariwisata-indonesia/ Diunduh Tgl 4 April 2011 jam 10.31

http://caretourism.wordpress.com/2009/04/02/dayasaing-pariwisata-indonesia-2009/ Diunduh tgl 4 April 2011 Jam 10.33

http://www.weforum.org/events/world-economic-forum-annual-meeting-2011 Diunduh tgl 4 April 2011 Jam 11.23

http://id.wikipedia.org/wiki/Agribisnis Diunduh tgl 14 April 2012 Jam 11.30

http://kafein4u.wordpress.com/2010/03/14/agrowisata/http://kafein4u.wordpress.com /2010/03/14/agrowisata/ Diunduh tgl 14 April Jam 11.30

http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=3 Diunduh tgl 14 April 2011 http://sumedangonline.com/edisicetak/index/berita/profile-sumedang,17/apr/11 Diunduh tgl 17 April 2011

http://carapedia.com/pengertian_definisi_wisata_info2178.html Diunduh tgl 16 May Jam 05.22

http://massofa.wordpress.com/2008/11/13/evaluasi-jabatan/ Diunduh tgl 14 Januari 2013 Jam 12.58