MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS SATU : Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Panghegar Kota Bandung.

(1)

PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS SATU

(Penelitian Tindakan Kolaboratif di Sekolah Dasar Negeri Panghegar Kota Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh

Farah Pangestu Khoeruman 1009563

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A.. NIP. 19620208 198601 1002

Pembimbing II

Dr. Ilfiandra, M.Pd. NIP. 19721124 199903 1003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd NIP . 19651001 199802 2 001


(3)

“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul

MENINGKATKANKETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA

MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS SATU (Penelitian Tindakan Kolaboratif di Sekolah Dasar Negeri Panghegar)” ini beserta seluruh isinya adalah benar -benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, Februari 2013 Yang membuat pernyataan,


(4)

Segala puji syukur atas rahmat dan hidayah-Nya penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Terdorong oleh rasa tanggung jawab, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun Tesis ini dengan judul: Meningkatkan

Keterampilan Berbahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu yang diajukan untuk

menempuh ujian sidang magister pada program studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dengan harapan dapat mencapai hasil yang lebih sempurna dari tesis ini dan untuk pengembangan diri penulis selanjutnya. Terlepas dari segala kekurangan yang ada dalam tesis ini karena keterbatasan penulis, diharapkan tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Dengan tulus ikhlas penulis ingin berterimakasih kepada berbagai pihak atas bimbingan, dorongan semangat serta pemberian kesempatan dan fasilitas yang penulis butuhkan selama penyusunan tesis ini. Untuk itu dengan penuh hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Dasar SPS UPI.

2. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., MA., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing Akademik


(5)

5. Semua pihak yang turut membantu baik langsung ataupun tidak langsung. Akhir kata, penulis hanya dapat memanjatkan do’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal pada semua pihak atas kebaikan dan bantuannya. Harapan penulis semoga apa yang telah dikemukakan dalam tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bandung, Februari 2013


(6)

Farah Pangestu Khoeruman. 2013. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu (Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Panghegar Kota Bandung). Pembimbing, I Dr. M. Solehuddin. M.A., M.Pd. Pembimbing II, Dr. Ilfiandra, M.Pd.

ABSTRAK

Hilangnya peran pembimbing dalam pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia di kelas satu Sekolah Dasar (SD) merupakan faktor penyebab sulitnya siswa berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah keterampilan berbahasa Indonesia melalui pembelajaran berbasis bimbingan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran berbasisi bimbingan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia siswa sekolah dasar kelas satu?. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kolaboratif (collaborative action research) yang terbagi atas empat siklus dengan partisipan penelitiannya adalah siswa kelas I B SDN Panghegar dengan jumlah 34 siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar kerja siswa, lembar observasi, dan wawancara spontan Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran berbasis bimbingan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari meningkatnya keterampilan berbahasa dalam lebar kerja siswa, dan perubahan perilaku. Oleh karenannya, pembelajaran berbasis bimbingan dapat dijadikan alternatif sebagai upaya meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia siswa kelas satu sekolah dasar.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis... 11

BAB II : KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA MELALU PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN PADA ANAK USIA DINI DI KELAS RENDAH ... 12

A. Karakteristik Siswa SD Kelas Rendah ... 12

B. Cara Belajar Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar dalam Berbahasa ... 17

C. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia Kelas Rendah Melalui Pendekatan Tematik ... 32 D. Pembelajaran Berbasis Bimbingan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia ... 42 BAB III: METODE PENELITIAN ... 59

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 59

B. Prosedur Penelitian ... 59

C. Metode Penelitian... 81

D. Penjelasn Istilah ... 82

E. Instrumen Penelitian... 83

F. Teknik Pengumpulan Data ... 89


(8)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 94

A. Hasil Penelitian ... 94

B. Pembahasan ... 156

C. Keterbatasan Penelitian ... 168

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 169

A. Kesimpulan ... 169

B. Saran... 170

DAFTAR PUSTAKA ... ix


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas I .... 22

Tabel 3.1 Aspek-aspek dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Bimbingan ... 83

Tabel 3.2 Instrumen Perilaku Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah ... 76

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berbahasa Indonesia ... 77

Tabel 3.4 Penilaian Keterampilan Berbahasa Indonesia ... 80

Tabel 3.5 Penilaian Perubahan Perilaku ... 81

Tabel 3.6 Catatan Lapangan ... 82

Tabel 4.1 Aspek dan Keterampilan Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Siklus I ... 92

Tabel 4.2 Peningkatan Keterampilan Berbahasa siklus I ... 94

Tabel 4.3 Perubahan Perilaku Siklus I ... 95

Tabel 4.4 Aspek dan Keterampilan Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Siklus II ... 101

Tabel 4.5 Peningkatan Keterampilan Berbahasa siklus II ... 102

Tabel 4.6 Perubahan Perilaku Siklus II ... 103

Tabel 4.7 Aspek dan Keterampilan Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Siklus III ... 107

Tabel 4.8 Peningkatan Keterampilan Berbahasa siklus III ... 109

Tabel 4.9 Perubahan Perilaku Siklus III ... 110

Tabel 4.10 Aspek dan Keterampilan Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Siklus IV ... 114

Tabel 4.11 Peningkatan Keterampilan Berbahasa siklus IV ... 116

Tabel 4.12 Perubahan Perilaku Siklus IV ... 118

Tabel 4.13 Proses Pembelajaran Berbasis Bimbingan yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa kelas rendah ... 119 Tabel 4.14 Nilai Hasil Lembar Kerja Kelompok Siswa ... 129


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Antar Keterampilan Berbahasa ... 34 Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 60


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi pemersatu bangsa. Dengan demikian, keberadaannya perlu dipelihara secara turun-temurun sebagai bentuk kebanggaan terhadap khasanah bangsa. Oleh karenannya, bahasa Indonesia merupakan materi penting yang harus dipelajari oleh peserta didik di semua jenjang pendidikan dengan berbagai metode dan cara yang berbeda. Hal ini disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan peserta didik.

Pembelajaran bahasa memiliki fungsi yang sangat menentukan perkembangan anak terutama siswa sekolah dasar (SD) kelas satu, seperti fungsi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, yang akan menentukan mereka untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan berbahasa serta akan memudahkan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Begitu pula fungsi bahasa sebagai pengantar pendidikan, pemahaman anak dan pengenalan anak serta keterampilan anak dalam berbahasa Indonesia akan dapat bermanfaat dalam proses pendidikan secara optimal. Dilihat dari fungsi bahasa tersebut, maka pemahaman berbahasa dan keterampilan berbahasa Indonesia di kelas satu sangat penting karena akan menentukan masa depan siswa dan perkembangan mereka, serta menentukan keberhasilan pendidikan secara umum.


(12)

Keterampilan berbahasa Indonesia berhubungan langsung dengan keberhasilan belajar siswa hampir di semua mata pelajaran, maka “pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain; mengemukakan gagasan dan perasaan; berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut; dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya” (BSNP, 2006 : 117). Oleh karena itu, guru sebagai pelaksananya harus berusaha secara optimal dalam mengupayakan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia tersebut. Sekali guru salah bertindak yang berdampak pada kegagalan siswa, akan sangat berpengaruh bagi kemajuan siswa selanjutnya. Itu sebabnya usaha guru harus optimal.

Di samping itu, tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Akhadiah et al. (1991:1) adalah agar siswa “... memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”. Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa pengajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa, terutama sebagai alat komunikasi.

Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesaia di SD, mengenal adanya pembelajaran untuk kelas tinggi dan pembelajaran untuk kelas rendah. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga; sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Anak yang berada di


(13)

kelas rendah adalah anak yang berada pada rentangan usia dini akhir antara 6-8 tahun.

Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek namun masa ini juga merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seorang anak. Oleh karenanya, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Di samping itu, kegiatan belajar mengajar sebaiknya mengarah pada suatu sistem pendidikan yang menempatkan siswa pada posisi diberdayakan secara maksimal yaitu mendidik mereka berdasarkan potensi dan keterampilan yang dimilikinya. Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk pengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.

Berdasar pandangan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran di kelas satu memang bukanlah sekadar proses menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswanya, tetapi lebih dari itu siswa dilatih untuk menggunakan pengetahuan dan kemampuan serta keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi baru yang berguna bagi dirinya sehingga siswa memiliki keterampilan. Proses pembelajaran yang diperoleh siswa seharusnya tidak melalui pemberian informasi melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu diperoleh.

Di samping itu, sesuai dengan capain keberhasilan pembelajaran, maka pembelajaran di kelas satu kali ini berbentuk tematik. Pembelajaran tematik lebih


(14)

menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di kelas rendah akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya, dimana siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan.

Meskipun para pendidik kelas satu pun tahu bahwa siswanya masih ada dalam rentang usia dini yang memerlukan bimbingan untuk dapat mengembangan potensinya dengan cara memberinya peluang agar dapat memperoleh pengalamannya secara langsung, namun pada kenyataannya terkadang para pendidik yang sulit mengaplikasikannya. Kesulitan pengaplikasian tersebut dikarenakan sistem pembelajaran yang masih berpusat pada guru yang menjadi salah satu faktor sulitnya mengembangankan potensi siswa.

Di samping itu, proses pembelajaran di kelas satu kali ini masih terlalu bersifat akademis yang terlihat dari pembelajaran yang diberikan terkadang masih berbentuk mata pelajaran bukan pertema, dimana siswa dituntut untuk dapat membaca dan menulis dengan baik, meskipun pada kenyataannya, masih ada siswa yang masih belum dapat membaca dan menulis dikarenakan tidak mengikuti pendidikan sebelumnya, pendidikan Taman Kanak-Kanak, dan dikarenakan siswa lemah dalam menangkap materi pembelajaran.


(15)

Tuntutan yang bersikap akademis pun dapat dilihat dari buku pelajaran yang digunakan. Meskipun dalam setandar kompetensi SD kelas satu baru diajarkan mengenai:

1. Mendengarkan :Memahami bunyi bahasa, perintah dan dongeng yang dilisankan

2. Berbicara :Mengungkapkan fikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan perkenalan dan tegur sapa, pengenalan, benda dan fungsi anggota tubuh, dan deklamasi.

3. Membaca :Memahami teks pendek dengan membaca nyaring.

4. Menulis :Menulis permulaan dengan menjiplak menebalkan, mencontoh, melengkapi,dan menyalin.

Sumber : Standar Isi (SK/KD Sekolah Dasar) BSNP 2006

Namun siswa sudah langsung diajak untuk membaca dan memahami bacaan. Sehingga, ada aspek perkembangan kebahasaan siswa yang belum mendapat perhatian secara optimal, seperti dalam aspek berbicara siswa belum terampil dalam mengemukakan pendapat, ide dan pikiran baik melalui pertanyaan maupun dalam bentuk pernyataan sehingga membuat mereka belum berani berbicara di depan umum; dan dalam aspek menyimak siswa yang selalu menanyakan ulang perintah yang diberikan guru, juga dalam aspek membaca dan menulis siswa kurang faham maksud bacaan dan tulisan yang mereka temukan.

Kesulitan yang disebabkan oleh tuntutan akademis tersebut membuat aspek pengembangan kepribadian siswa terabaikan. Hasilnya adalah adanya siswa yang merasa stres karena beban pembelajaran yang diberikan, serta tidak meratanya pemerolehan pengalaman pembelajaran yang didapat siswa, dan adanya perilaku-perilaku siswa yang tidak terkontrol.

Untuk mengatasi kesulitan dalam mengasah keterampilan berbahasa, maka diperlukan sebuah bimbingan untuk dapat memudahkan siswa dalam


(16)

mengembangkan potensi akan keterampilan berbahasa yang dimilikinya. Merujuk pada penelitian yang telah diungkap sebelumnya yang dilakukan oleh R.Dida Aryadinata (2004), hasil penelitiannya menjelaskan bahwa bimbingan guru dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-Kanak memberikan kontribusi cukup besar dan bermakna bagi perkembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa dan kemampuan sosial-emosional. Serta penelitian yang dilakukan oleh Iriana Gumilang (2003), yang membuktikan bahwa kinerja guru atau bimbingan guru memberikan kontribusi yang cukup kuat terhadap prestasi anak.

Pada dasarnya, bimbingan sendiri adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan yang bijaksana dan dalam penyesuaian diri, serta dalam memecahkan masalah kehidupan mereka. Di samping itu, bimbingan merupakan suatu bentuk intervensi agar individu mengalami perubahan sesuai dengan yang diharapkan (Blocher, 1974). Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada siswa dalam memahami lingkungan dan dirinya agar siswa mampu mencapai perkembangan yang optimal. Di samping itu, bimbingan di Sekolah Dasar menurut PP No. 28 tahun 1990 Bab X Pasal 25 ayat 1 merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.

Dari kedua penelitian mengenai bimbingan yang diungkap sebelumnya, Solehuddin (2009) dalam disertasinya menjelaskan secara lebih jelas bahwa pembelajaran berbasis bimbingan telah memberikan dampak positif bagi pembelajaran anak karena pembelajaran berbasis bimbingan pun telah terbukti


(17)

dapat memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Oleh karenannya, Solehuddin pun merekomendasikan untuk dapat mengadopsi pendekatan pembelajaran tersebut. Menurutnya, pendekatan pembelajaran berbasis bimbingan ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang workable dan dapat menggunakan variasi berbagai teknik dan langkah dalam upaya yang dirancang dan diimplementasikan untuk pembelajaran.

Sedangkan, pembelajaran berbasis bimbingan lebih pada optimalisasi potensi sehingga mereka mampu untuk menemukan dan mengembangkan aspek perkembangan kepribadian, sosial, sistem nilai, dan kematangan dengan baik. Pembelajaran berbasis bimbingan dipandang sebagai upaya guru dalam menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang menstimulasi dan memfasilitasi terjadinya perubahan perilaku yang diharapkan pada anak berdasarkan prinsip-prinsip bimbingan (Solehuddin, 2006;28). Pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah program pembelajaran yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya, maka pelaksanaannya terintegrasi dan menjadi bagian yang terpadu dalam program kegiatan belajar secara holistik serta berdasarkan pada konsep pembelajaran berbasis bimbingan yang sesuai untuk anak usia dini terutama siswa SD kelas satu. Di samping itu, pembelajaran yang lebih sesuai dengan pembelajaran berbasis bimbingan yaitu yang berfokus pada pengembangan sosioemosional, sehingga menunjukan hasil belajar yang positif pagi pengembangan perilaku anak yang lebih luas dan tidak hanya berfokus pada pengembangan intelektual dan DAP saja.


(18)

Salah satu faktor keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh seorang guru. Dalam kaitan ini guru harus cermat dalam memilih pendekatan dan metode mana yang cocok digunakan untuk lingkungannya. Di samping itu, dikarenakan kajian terhadap permasalahan ini merupakan suatu proses telaah yang kompleks, pihak yang ikut terlibat di antaranya adalah guru dan siswa serta kajian terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karenanya, penelitian ini dilakukan melalui penelitian tidakan kolaboratif di mana peneliti yang bertidak sebagai akademisi atau observer melakukan penelitian bersama dengan guru kelas sebagai praktisi.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan dan permasalahan-permasalahan yang diutarakan dalam latar belakang, maka peneliti mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Kurang efektifnya komunikasi yang terjalin antara guru dan siswanya, baik komunikasi secara lisan atau pun tulisan. Sebagaimana diketahui, bahwa bahasa menduduki peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi.

2. Dengan beragamnya latar belakang siswa baik dari segi pendidikan sebelumnya atau dari segi keluarga dan ekonomi, sehingga mempengaruhi keterampilan berbahasa siswa.

3. Materi bahan ajar menganai pembelajaran berbahasa yang kurang sesuai dengan taraf perkembangan siswa, menyebabkan siswa kesulitan


(19)

memahami pelajaran yang ada. Hal ini di perparah dengan cara penyampaian materi yang kurang menarik minat siswa.

4. Selama ini pembelajaran di kelas satu masih bertumpu pada teacher center dengan metode ceramah, padahal untuk membentuk siswa yang terampil berbahasa Indonesia diperlukan suasana pembelajaran yang kondusif dimana siswa dapat mengekplorasi kemampuannya.

5. Kurang nampaknya peran pembimbing dalam pendidikan di kelas satu membuat potensi-potensi berbahasa yang dimiliki siswa pun belum berkembang secara optimal.

Sedangkan rumusan masalah utama dalam penelitian ini difokuskan pada

pembahasan “Apakah pembelajaran berbasis bimbingan dapat meningkatkan

keterampilan berbahasa Indonesia siswa sekolah dasar kelas satu?”

Agar lebih terperinci, permasalahan tersebut diuraikan ke dalam bentuk rincian pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi keterampilan berbahasa Indonesia siswa kelas satu saat ini?

2. Bagaimana proses penerapan keterampilan berbahasa Indonesia dalam pembelajaran berbasis bimbingan pada siswa kelas satu?

3. Perbaikan dalam komponen pembelajaran berbasis bimbingan apa saja yang berhasil ditunjukkan siswa dalam keterampilan berbahasa Indonesia setelah diterapkannya pembelajaran berbasis bimbingan?

4. Bagaimana peningkatan keterampilan berbahasa dan perubahan perilaku yang terjadi setelah diterapkannya pembelajaran berbasis bimbingan?


(20)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukaan sebelumnya, maka tujuan pokok penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa pembelajaran berbasis bimbingan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia siswa kelas satu. Adapun tujuan penelitiah yang lebih terperincinya, adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi keterampilan berbahasa Indonesia siswa kelas satu saat ini

2. Mengetahui proses penerapan keterampilan berbahasa Indonesia dalam pembelajaran berbasis bimbingan pada siswa kelas satu

3. Mengetahui perbaikan-perbaikan dalam komponen pembelajaran berbasis bimbingan yang berhasil ditunjukkan siswa dalam keterampilan berbahasa Indonesia setelah diterapkannya pembelajaran berbasis bimbingan

4. Mengetahui peningkatan keterampilan berbahasa dan perubahan perilaku yang terjadi setelah diterapkannya pembelajaran berbasis bimbingan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran di kelas rendah terutama kelas satu sangat penting untuk dilakukan. Oleh karenannya, penelitian ini memiliki manfaat praktis dan manfaat teoretis. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi guru dalam melakukan pendekatan atau pembelajaran berbasis bimbingan kepada siswa kelas rendah, sehingga para guru yang mengajar di kelas satu tahu apa yang sebaiknya dilakukan guna menunjang perkembangan seluruh potensi siswa secara optimal.


(21)

Sedangkan secara teoritis penelitian ini semoga dapat mendukung kekurangan yang terjadi dalam penelitain-penelitian sebelumnya dan dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya

E. Struktur Organisasi Tesis

Adapun struktur organisasi dalam penulisan tesis yaitu bab pertama tentang pendahuluan yang memaparkan mengenai: latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Sedangkan, bab kedua memaparkan pengkajian tentang teori yang digunakan, adapun teori yang akan dipaparkan adalah teori mengenai karakterisitik siswa kelas rendah SD, keterampilan berbahasa Indonesia dan pembelajaran berbasis bimbingan. Bab ketiga berisi tentang penjelasan yang terperinci mengenai metode penelitian, dengan rincian penjelasan mengenai: lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab kempat memaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini dipaparkan tentang hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan. Terakhir, bab kelima memaparkan tentang kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan, maka bab ini menjelaskan tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Panghegar Kota Bandung. Sekolah tersebut berada di dalam lingkungan komplek dan di belakang pasar induk yang mayoritas orang tuanya bekerja sebagai pegawai kantoran dan pedagang di pasar. Adapun alasan pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa : lokasi tersebut secara geografis terjangkau oleh peneliti dan kesediannya guru untuk bekerjasama atau kolaborasi dalam penelitian.

Subjek penelitian adalah guru dan para siswa kelas IB SDN Panghegar dengan jumlah 34 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 14 siswi perempuan dengan 9 siswa berusia 6 tahun, 22 siswa berusia 7 tahun dan 3 siswa berusia 8 tahun.

B. Prosedur Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan diadaptasi dari desain penelitian tindakan kelas (PTK) yang di kemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart pada tahun 1998 yang menyatakan bahwa terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:


(23)

1. Perencanaan

Sebagai langkah awal penelitian, peneliti membuat proposal penelitian dengan sebelumnya melakukan beberapa tahapan penelitain, mengingat penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang berdasar pada permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kelas.

Gambar 3.1

Desain Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS IV


(24)

Pada tahapan pertama, peneliti menentuan sekolah dan tempat penelitian, kemudian peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah SDN Panghegar untuk melakukan observasi penelitian dan sekaligus meminta bantuan kepada guru sebagai pengajar dalam kegiatan penelitian.

Ketika izin penelitian telah diberikan oleh Kepala Sekolah dan guru kelas pun bersedia membantu, maka langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan observasi dan wawancara yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi siswa kelas satu di SDN Panghegar yang dijadikan sumber penelitian.

Adapun hasil observasi awal yang dilakukan peneliti adalah kurang efektifnya komunikasi yang terjalin antara guru dan siswanya, baik komunikasi secara lisan atau pun tulisan, sehingga proses penerimaan informasi baru kurang berjalan lancar, terlihat dari siswa yang kurang bersemangat dan terlihat acuh dengan tetap bermain dan asik mengobrol ketika mendapat tugas dari guru. Selain itu, dengan beragamnya latar belakang siswa baik dari segi pendidikan sebelumnya atau dari segi keluarga dan ekonomi dikarenakan lokasi sekolah berada di lingkungan komplek perumahan dan di belakan pasar induk, sehingga mempengaruhi keterampilan berbahasa siswa, terlihat dari adanya siswa yang berkata dan berprilaku kurang pantas.

Juga, materi bahan ajar mengenai pembelajaran berbahasa yang kurang sesuai dengan taraf perkembangan siswa, menyebabkan siswa kesulitan memahami pelajaran yang ada, terlihat dari tuntutan guru ketika menyuruh


(25)

siswanya mengerjakan tugas dalam bentuk kalimat yang cukup panjang. Hal ini di perparah dengan cara penyampaian materi yang kurang menarik minat siswa.

Selain itu, selama ini pembelajaran di kelas rendah masih bertumpu pada teacher center dengan metode ceramah dimana guru menjadi sumber utama, padahal untuk membentuk siswa yang terampil berbahasa Indonesia diperlukan suasana pembelajaran yang kondusif dimana siswa dapat mengekplorasi kemampuannya. Di samping itu, kurang nampaknya peran pembimbing dalam pendidikan di kelas rendah membuat potensi-potensi berbahasa yang dimiliki siswa pun belum berkembang secara optimal. Hal tersebut terlihat dari perilaku guru yang terkadang munggunakan pukulan penggaris dan intonasi tinggi untuk mengkontol perilaku siswa.

Setelah menemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran mengenai keterampilan berbahasa di kelas rendah, selanjutnya, penulis berdiskusi dengan guru untuk mengambil solusi dalam pembelajaran berikutnya, diantaranya: pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa, dimana pembelajaran yang berdasar pada lingkungan keseharian siswa dibuat agar memudahkan mereka mencerna materi pembelajaran dengan mudah dan agar mereka dapat dengan mudah membahasakan apa yang dilihatnya karena berhubungan dengan lingkungan keseharian mereka; pembelaran yang berpusat pada anak dijadikan solusi dalam hal ini, dimana kegiatan pembelajaran dibuat secara berkelompok; serta, guru yang merupakan model berbahasa para siswa dapat berbicara dengan jelas, serta mengoreksi kesalahan anak dengan tepat dan penuh kasih sayang.


(26)

Dari kesemua solusi pembelajaran yang diungkapkan di atas, pembelajaran berbasis bimbingan merupakan inti dari solusi-solusi tersebut, dimana didalamnya terdapat sembilan aspek-aspek pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu: tujuan pembelajara, materi kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, hubungan dan cara interaksi guru dengan anak, perhatian dan perlakuan khusus terhadap anak yang memerlukan, penilaian pembelajaran, penyediaan dan penggunaan media dan alat perlengkapan pembelajaran, penataan dan pengelolaan kelas, serta hubungan dan kerjasama dengan orang tua.

Setelah melakukan observasi aktifitas pembelajaran yang berlangsung, peneliti mulai mengidentifikasi permasalahan dengan melakukan pengkajian pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik SD kelas satu dan standar kompetensi dan kompetensi dasar SD kelas satu, menelaah buku-buku yang dipergunakan selama pembelajaran dan materi pembelajaran yang dituangkan dalam RPP, dan menentukan metode pembelejaran.

Izin dan permasalahan penelitian ditemukan dan ditentukan, peneliti pun mulai mengajukan proposal penelitian kepada dosen pembimbing agar dapat diajukan untuk dapat mengikuti seminar proposal. Setelah proposal penelitian disetujui maka peneliti mulai menyusun dan menetapkan teknik dan instrumen pengumpuan data yang berupa lembar observasi dan lembar kerja siswa (LKS). Selanjutnya, peneliti memberikan arahan kepada guru selaku pengajar mengenai instumen-instrumen apa saja yang diteliti dalam upaya meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia siswa melalui pembelajaran berbasis bimbingan.


(27)

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan implementasi dari serangkaian kegiatan yang telah di rencanakan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan, berdasarkan semua rencana pengembangan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Dalam hal ini pembelajaran berbasis bimbingan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa.

Adapun bentuk tahapan pelaksanaan ini meliputi: a. Siklus I

1) Perencanaan

Berdasarkan hasil temuan awal, peneliti dan guru secara bekerjasama (kolaboratif) merancang rencana tindakan peneliti bersama mulai dari menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan, merancang RPP, membuat LKS, dan lembar observasi. Tema yang akan diajarkan adalah tentang lingkungan yang diuraikan lagi menjadi sub tema yaitu ruangan kelas dan pembelajaran dilaksanakan secara terpadu antara mata pelajaran bahasa Indonesia tentang melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana, mendeskipsikan benda-benda di sekitar dengan kalimat sederhana, membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, dan mencontoh huruf, kata atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar, dengan mata pelajaran sains tentang identifikasi benda dan matematika tentang mengenal panjang suatu benda melalui kalimat sehari-hari dan membandingkannya.


(28)

2) Pelaksanaan

Untuk mendukung pembelajaran di siklus ini, guru menyediakan bentuk-bentuk bangunan beserta contohnya dalam bentuk barang – barang yang ada di dalam kelas yang dijadikan sebagai media pembelajaran. Di samping itu, pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat sesuai dengan permasalahan yang ditemukan. Diawali dengan kegiatan pendahuluan dimana guru membimbing siswa untuk berdo’a sebelum belajar, kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran, diamana siswa belajar tentang kesantunan ketika mampu berperilaku baik dan disiplin ketika berperilaku tertib dan patuh pada peraturan kelas yang telah diterapkan pada saat guru berbicara di depan kelas. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan: “anak-anak sekarang kalian sedang duduk, tempat duduknya di sebut apa?” kemudian siswa dengan bimbingan guru menjelaskan ciri-ciri kursi yang mereka duduki, mulai dari warna, bentuk, ukuran, dan panjang. Setelah pendahuluan, dilanjutkan dengan kegiatan inti, dimana setelah menjelaskan tentang kursi, kemudian guru bertanya tentang ciri-ciri benda yang ada di sekitar siswa benda yang berada di ruangan kelas, seperti meja, papan tulis, penghapus papan tulis, kapur tulis dan penggaris. Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok, hal ini dilakukan agar siswa dapat lebih bebas berkomunikasi dan belajar


(29)

untuk disiplin dengan mematuhi perintah guru dan kerjasama ketika mereka bergabung dengan siswa lainnya.

Lalu, setiap kelompok mengambil satu macam benda yang berbeda yang telah dipersiapkan guru sebelumnya. Masing-masing kelompok diberi kertas, pensil, penghapus, dan penggaris, dalam hal ini siswa diajarkan untuk belajar bertanggung jawab atas barang yang diberikan guru dan belajar kerjasama dalam pembagian tugas kelompok.

Kemudian siswa diajak untuk mengamati setiap benda yang ada di kelompok masing-masing. Setelah dirasa cukup, guru menjelaskan bahwa setiap kelompok diberi tugas untuk menjelaskan atau mendeskripsikan benda-benda yang ada di kelompoknya masing-masing, dalam ha ini, siswa diajarkan untuk belajar bertanggung jawab atas barang yang diberikan guru, belajar kerjasama dalam pembagian tugas kelompok, kerja keras dalam berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan sebaik mungkin dan kesantunan ketika siswa harus bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti.

Selanjutnya, setiap angggota kelompok mulai mendeskripsikan benda mulai dari nama, warna, bentuk, ukuran, panjang dan kegunannya dari benda tersebut, siswa pun diajarkan untuk belajar bertanggung jawab atas barang yang diberikan guru, belajar kerjasama dalam pembagian tugas kelompok, kerjakeras dalam berusaha menyelesaikan tugas, dan kesantunan ketika siswa harus bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti.


(30)

Setelah semua kelompok selesai mendeskripsikan setiap benda di kelompoknya, guru dan seluruh siswa kembali mengulang mendeskripsikan benda-benda tersebut, siswa pun belajar tentang kerja keras ketika mereka berusaha menyelesaikan tugas dan kesantunan ketika mereka menjawab pertanyaan yang diajukan. Setelah itu, Guru mendeskripsikan nama-nama benda yang telah dideskripsikan di papan tulis, siswa menyalinnya di buku mereka. Kemudian membacanya berulang-ulang secara klasikal, siswa pun belajar tentang kerja keras ketika mereka menyalin tulisan dan membacanya.

Untuk lebih meningkatkan kemampuan belajar siswa, guru menanyakan benda atau mainan kesukaan mereka di rumah, kemudian meminta siswa untuk mendeskripsikan benda atau mainan kesukaannya dengan kaliamat sendiri, bentuk pendeskripsian dapat berupa tebakan. Di akhir kegiatan ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dalam hal ini, siswa belajar kesantunan ketika siswa bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti.

Ketika kegiatan inti telah dilasanakan, maka tibalah pada kegiatan penutup. Dalam kegiatan ini, sebagai umpan baliknya dari kegiatan sebelumnya, guru bertannya tentang materi yang baru saja dipelajari, siswa pun belajar untuk belajar kesantunan ketika siswa berperilaku baik dan bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti.


(31)

Selanjutnya, guru bertanya tentang aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan, siswa dibimbing untuk mengetahui perilaku-perilaku seperti apa saja yang muncul dan apa manfaatnya. Di akhir, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3) Pengamatan

Dalam penelitian, peneliti bertindak langsung sebagai pengamat. Pengamatan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dijadikan sebagai masukkan pada siklus II.

4) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I, berupa LKS dan lembar observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus I sebagai masukan pelaksanaan tindakan pada siklus II.

Adapun, refleksi pada siklus ini adalah guru harus terus memotivasi siswa untuk meningkatkan bagaimana cara untuk membangun kerja sama dalam kelompok; guru harus lebih banyak mengeksplor pengetahuan siswa sehingga siswa termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran; guru menghilangkan penggunaan bahasa daerah dalam pembelajaran; pemerataan aktivitas kelompok dapat diatasi guru dengan memonitoring lebih intensif dan merata kepada setiap


(32)

kelompok; dan guru sebaiknya memberikan pujian dan tidak menyalahkan pendapat siswa saat diskusi maupun saat bertanya.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Setelah kegiatan penelitian siklus I selesai, dilanjutkan dengan penelitian siklus II yang dilaksanakan pada hari Kamis 6 Desember 2012. Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti dibantu oleh guru

merancang RPP sesuai refleksi siklus I, membuat LKS, dan lembar observasi, serta menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Tema yang akan diajarkan adalah tentang lingkungan yang diuraikan lagi menjadi subtema halaman sekolah.

Pembelajaran dilaksanakan secara terpadu antara Bahasa Indonesia tentang melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana, mendeskipsikan benda-benda di sekitar dengan kalimat sederhana, membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, dan mencontoh huruf, kata atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar, dengan mata pelajaran sains tentang identifikasi benda dan matematika tentang mengenal panjang suatu benda melalui kalimat sehari-hari dan membandingkannya.

Pada siklus II kali ini guru tidak memerlukan media dan alat pembelajaran secara langsung, namun pada kesempatan ini siswa akan diajak untuk mengamati benda-benda yang ada di lingkungan sekolah


(33)

secara menyeluruh. Dengan metode seperti ini siswa diajak untuk berimajinasi, mengasah kreativitas dan mengasah kepekaannya akan lingkungan sekitar.

2) Pelaksanaan

Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat. Kegiatan diawali dengan pendahuluan, dimana guru membimbing siswa untuk berbaris dan berdo’a, selanjutnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Di akhir kegian ini, guru memberikan apersepsi dengan mengulas pertemuan sebelumnya tentang pendeskripsian panjang dan ukuran benda.

Memasuki kegiatan inti, guru guru bertanya tentang ciri-ciri benda yang bisa siswa lihat di sekitar lingkungan sekolah, siswa pun belajar kesantunan ketika siswa bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti. Kemudian, guru membagi siswa kedalam 6 kelompok. masing-masing kelompok diberi kertas, pensil, penghapus, dan penggaris, siswa pun diajarkan untuk belajar bertanggung jawab atas barang yang diberikan guru.

Setelah itu, guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar di luar kelas, semua kelompok dipimpin oleh ketua kelompok ditugaskan untuk mencari beberapa macam benda, bendanya boleh tiang bendera, batu, tempat sampah alat kebersihan, pagar sekolah, dan bangunan sekolah. Kemudian mereka harus bisa menjelaskan ciri-ciri benda yang diamati, siswa pun belajar bertanggung jawab atas barang yang diberikan guru


(34)

dan belajar berkerjasama dalam pembagian tugas kelompok. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila belum paham tentang apa yang harus dikerjakannya.

Setelah semua mengerti apa yang harus dikerjakan, siswa diajak keluar dan guru mengawasi kegiatan siswa di luar dan memberi bimbingan apabila siswa memerlukannya.

Sesampainya di luar kelas, setiap kelompok mulai mengamati beberapa benda yang berbeda, siswa pun belajar untuk bertanggung jawab atas barang yang diberikan guru, belajar kerjasama dalam pembagian tugas kelompok, kerjakeras dalam berusaha menyelesaikan tugas, dan kesantunan ketika siswa harus bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti.

Setiap angggota kelompok mulai mendeskripsikan benda mulai dari nama, warna, bentuk, ukuran dan panjang permukaan ketika dipegang dan apa kegunaan dari benda tersebut. Setelah selesai siswa diajak masuk, kemudian setiap kelompok menjelaskan atau mendeskripsikan benda hasil temuannya.

Setelah semua kelompok selesai mendeskripsikan setiap benda hasil pengamatan kelompoknya, seluruh siswa pun kembali mengulang pendeskripsian benda-benda tersebut, dalam hal ini siswa diajarkan untuk belajar kerjasama merumuskan pendeskripsian benda, kerjakeras dalam berusaha menyelesaikan tugas, dan kesantunan ketika siswa harus bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti


(35)

Selanjutnya, guru mendeskripsikan nama-nama benda yang telah dideskripsikan di papan tulis, siswa menyalinnya di buku mereka. Kemudian membacanya berulang-ulang secara klasikal, dalam hal ini siswa belajar berkerjakeras dalam berusaha menyelesaikan tugas, dan kesantunan ketika siswa harus bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti. Lalu, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Di akhir kegiatan, guru bertannya tentang materi yang baru saja dipelajari. Guru bertanya tentang aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian siswa dibimbing untuk mengetahui perilaku-perilaku seperti apa saja yang muncul dan apa manfaatnya.selanjutnya, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3) Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dijadikan sebagai masukkan pada siklus III.

4) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II, berupa LKS dan lembar observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh


(36)

mana peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus II sebagai masukan pelaksanaan tindakan pada siklus III.

Adapun, refleksi pada siklus ini, sebagai berikut: guru harus lebih banyak mengeksplor pengetahuan siswa sehingga siswa termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran; pemerataan aktivitas kelompok dapat diatasi guru dengan memonitoring lebih intensif dan merata kepada setiap kelompok; dan guru sebaiknya memberikan pujian dan tidak menyalahkan pendapat siswa saat berkelompok maupun saat bertanya.

c. Siklus III 1) Perencanaan

Setelah kegiatan penelitian siklus II selesai, dilanjutkan dengan penelitian siklus III yang dilaksanakan pada hari Kamis 13 Desember 2012. Penelitian siklus III ini dimulai dengan tahap perencanaan peneliti bersama guru merancang RPP sesuai refleksi siklus II, membuat LKS, dan lembar observasi, serta menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. RPP Siklus III masih bertemakan lingkungan dengan subtema lingkungan sekolah.

Pembelajaran dilaksanakan secara terpadu antara Bahasa Indonesia tentang melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana, mendeskipsikan benda-benda di sekitar dengan kalimat sederhana, membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, dan mencontoh huruf, kata atau kalimat sederhana dari buku atau


(37)

papan tulis dengan benar, dengan mata pelajaran sains tentang identifikasi benda dan matematika tentang mengenal panjang suatu benda melalui kalimat sehari-hari dan membandingkannya.

Di samping itu, pada siklus III kali ini guru menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Siswa akan diajak untuk mengamati dan mendeskripsikan benda-benda yang sering digunakan sehari-hari yang ada di dalam box yang telah di sediakan sebelumnya. Setiap box terdiri dari lima benda. Setiap kelompok mengutus dua orang anggota kelompoknya untuk maju ke depan kelas dan mulai mendeskripsikan salah satu benda yang tersembunyi di dalam box dan siswa laninnya dianjurkan untuk menebak benda yang dideskripsikan oleh teman mereka.

2) Pelaksanaan

Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat. Kegiatan diawali dengan pendahuluan, yang berisi guru membimbing siswa untuk berbaris dan berdo’a, selanjutnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Di akhir kegian ini, guru memberikan apersepsi dengan mengulas pertemuan sebelumnya tentang pendeskripsian benda.

Selanjutnya kegiatan inti dimana guru mengajak siswa bermain tebak-tebakan untuk menjawab nama-nama benda yang disebutkan ciri-cirinya oleh guru. Setelah itu, guru membagi siswa kedalam 6 kelompok. Setiap kelompok diberi sekotak dus yang didalamnya


(38)

terdapat satu benda yang hanya diketahui oleh anggota kelompoknya masing-masing. Siswa dilarang membuka kotak itu sebelum ada perintah dari guru, siswa pun diajarkan untuk belajar bertanggung jawab atas barang yang diberikan guru. lalu, guru menjelaskan kegiatan belajar yang akan dilaksanakan yaitu setiap kelompok menjelaskan ciri-ciri benda yang ada di kelompoknya tanpa menyebutkan bendanya.

Untuk memudahkan dalam menebak, guru memberi petunjuk bahwa benda tersebut sering mereka temui sehari-hari. Setiap kelompok mengutus dua rekannya untuk dapat mendeskripsikan sebuah benda. Semua kelompok diminta untuk memperhatikan keterangan dari kelompok yang sedang menyebutkan ciri-ciri benda, dimulai dari utusan kelompok satu, dua dan seterusnya.

Setelah benda tersebut dapat terjawab, baru kelompok yang memberi tebakan memperlihatkan bendanya, hasilnya kelompok yang dapat menjawab dengan benar mendapatkan sekor.

Diakhir kegiatan kelompok yang paling banyak menjawab dengan benar dianggap sebagai juara, siswa pun belajar bekerjasama dalam pembagian tugas kelompok, berkerja keras dalam berusaha menebak benda.

Selanjutnya, guru mendeskripsikan nama-nama benda yang telah dideskripsikan di papan tulis, siswa menyalinnya di buku mereka.


(39)

Kemudian membacanya berulang-ulang secara klasikal. Lalu, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Di akhir kegiatan, guru bertannya tentang materi yang baru saja dipelajari. Guru pun bertanya tentang aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan, siswa dibimbing untuk mengetahui perilaku-perilaku seperti apa saja yang muncul dan apa manfaatnya. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3) Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III dijadikan sebagai masukkan pada siklus IV.

4) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus III, berupa LKS dan lembar observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus III sebagai masukan pelaksanaan tindakan pada siklus IV.

Adapun refleksi pada siklus ini sebagai berikut: guru harus terus memotivasi siswa untuk meningkatkan bagaimana cara untuk membangun perilaku-perilaku positif siswa dalam berkelompok; selanjutnya, guru harus membimbing siswa dalam berdiskusi baik secara berkelompok maupun individu; guru perlu mendatangi tiap


(40)

kelompok dan menanyakan apakah kelompok ada kesulitan atau tidak; dan perlunya mengoptimalkan lagi media pembelajaran yang digunakan guru dalam memaksimalkan proses pembelajaran; dan setiap siswa harus selalu siap jika di minta mendeskripsikan tentang pengamatan yang mereka lakukan.

d. Suklus IV 1) Perencanaan

Setelah kegiatan penelitian siklus III selesai, dilanjutkan dengan penelitian siklus IV yang dilaksanakan pada hari Kamis 20 Desember 2012. Penelitian siklus IV ini dimulai dengan tahap perencanaan dimana peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan rekomendasi dari hasil refleksi siklus III, LKS, dan lembar observasi, serta menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siklus IV ini masih tetap bertemakan lingkungan dengan sub tema lingkungan sekolah

Pembelajaran dilaksanakan secara terpadu antara Bahasa Indonesia tentang melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana, mendeskipsikan benda-benda di sekitar dengan kalimat sederhana, membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, dan mencontoh huruf, kata atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar, dengan mata pelajaran sains tentang identifikasi benda dan matematika tentang mengenal panjang suatu benda melalui kalimat sehari-hari dan membandingkannya.


(41)

Sesuai perencanaan pembelajaran dalam RPP, pada siklus IV kali ini, awalnya guru memberikan lembar kerja untuk dikerjakan secara berkelompok kemudian guru menggunakan beragam gambar benda yang telah diketahui siswa yang diantaranya memiliki bentuk, ukuran, dan kegunaan yang sama. Kemudian nantinya setiap kelompok siswa diajak untuk mengkategorikan benda-benda tersebut sesuai perintah yang diberikan oleh guru yang tentunya sesuai dengan pendeskripsian yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Pelaksanaan

Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat. Diawali dengan kegiatan pendahuluan dimana guru membimbing siswa untuk berdo’a sebelum belajar, kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang bentuk tebak benda. Setelah pendahuluan, dilanjutkan dengan kegiatan inti, dimana guru bertanya tentang ciri-ciri benda yang ada di sekitar siswa abik yang ada di sekolah maupun yang beada di rumah.

Selanjutnya, guru membagi siswa kedalam 6 kelompok. Kemudian guru membagikan lembar kerja yang diisi secara berkelompok. Setiap kelompok diminta untuk mengisi lembar kerja sesuai dengan pendeskripsian mengenai benda yang ada di dalamnya. Setelah lembar kerja selesai diisi dan dikumpulkan, kemudian guru membagikan


(42)

gambar-gambar benda ke setiap kelompok dengan gambar dan jumlah gambar yang sama.

Setiap anggota kelompok diminta untuk mengumpulkan gambar-gambar benda sesuai ciri-ciri benda yang diutarakan oleh guru. kelompok yang dapat mengumpulkan gambar benda terbanyak yang tentunya sesuai dengan pengkategorian, merekalah mpemenangnya. Setelah semua kelompok selesai mengkategorika gambar sesuai pendeskripsian, guru dan seluruh siswa kembali mengulang mendeskripsikan benda-benda tersebut.

Di akhir kegiatan ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dalam hal ini, siswa belajar kesantunan ketika siswa bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti.

Ketika kegiatan inti telah dilasanakan, maka tibalah pada kegiatan penutup. Dalam kegiatan ini, sebagai umpan baliknya dari kegiatan sebelumnya, guru bertannya tentang materi yang baru saja dipelajari, siswa pun belajar untuk belajar kesantunan ketika siswa berperilaku baik dan bertanya kepada guru akan hal yang kurang mereka mengerti. Selanjutnya, guru bertanya tentang aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan, siswa dibimbing untuk mengetahui perilaku-perilaku seperti apa saja yang muncul dan apa manfaatnya. Di akhir, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.


(43)

3) Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus IV dijadikan sebagai masukkan pada siklus V.

4) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus IV, berupa LKS dan lembar observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus IV.

3. Pengamatan

Selama tindakan berlangsung peneliti melakukan pengamatan yang sekaligus melakukan penilaian mengenai kesesuaian atau kecocokan tindakan-tindakan yang dilakukan dengan permasalahan yang ada. Pada tahap ini pula, peneliti mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh atau tidak. 4. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama guru menganalisis hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan dengan bedasarkan pada berbagai kriteria yang telah dibuat. Di samping itu, peneliti bersama guru mencatat kekurangan dan kendala dalam setiap pelaksanaan pembelajaran. Apabila masih ada kekurangan-kekurangan dan kendala maka peneliti mencari solusi agar kekurangan-kekurangan dan kendala yang ada tidak berulang kembali sehingga pembelajaran lebih efektif.


(44)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian tindakan kolaboratif (Collaborative Action Research). Penggunaan metode penelitian tindakan kolaboratif dalam penelitian didasarkan atas pertimbangan penelitian yang diarahkan kepada pebelajaran berbasis bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan berbahasa siswa kelas rendah memerlukan sosok yang sudah tidak asing lagi bagi para siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan sealami mungkin. Sedangkan sosok tersebut adalah guru wali kelas para siswa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan pendekatan kuantitaif merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data dan pengolahan hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka-angka, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan karena diperlukan data hasil penelitian mengenai pembelajaran berbasis bimbingan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, sedangkan penggunaan pendekatan kualitatif yaitu untuk memperoleh data kualitatif dari hasil wawancara dan observasi.

Sebelum peneliti melakukan penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi tidakan kelas yang hasilnya dituangkan dalam rancangan penelitian. Hal ini sesuai dengan karaktersistik penelitian tindakan kelas yaitu “Masalah penelitian yang harus dipecahkan berasal dari persoalan praktek pembelajaran di kelas.” (Suyanto, 1997:5).


(45)

D. Penjelasan Istilah

Adapun yang perlu mendapatkan penjelasan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Berbasis Bimbingan

Pembelajaran Berbasis Bimbingan merupakan upaya peyediaan perlakuan dan lingkungan belajar yang terarah ke stimulasi dan fasilitasi belajar anak secara menyeluruh, optimal, dan proposional sesuai dengan prinsip bimbingan. Adapun aspek-aspek pembelajaran bimbingan meliputi : tujuan pembelajara, materi kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, hubungan dan cara interaksi guru dengan anak, perhatian dan perlakuan khusus terhadap anak yang memerlukan, penilaian pembelajaran, penyediaan dan penggunaan media dan alat perlengkapan pembelajaran, penataan dan pengelolaan kelas, serta hubungan dan kerjasama dengan orang tua (Solehuddin, 2009: 23). 2. Keterampilan Berbahasa Indonesia

Keterampilan berbahasa Indonesia adalah kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Adapun ruang lingkup materi bahasa Indonesia di sekolah dasar mencakup komponen-komponen keterampilan berbahasa diantaranya; menyimak, berbicara, membaca, menulis.


(46)

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian adalah instrumen yang berupa lembar observasi, lembar kerja siswa (LKS), dan wawancara.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan peneliti untuk mengobservasi guru dan siswa dalam penelitian, berfungsi sebagai bahan untuk menemukan masalah yang terdapat dalam penelitian yang berhubungan dengan proses pembelajaran berbasis bimbingan, kondisi atau interaksi belajar mengajar, tingkah laku siswa, dan keterampilan berbahasa Indonesia siswa.

Berikut ini merupakan instrumen pedoman observasi pembelajaran berbasis bimbingan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 yang mengutip dari Solehuddin (2009).

Tabel 3.1

Aspek-aspek dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Bimbingan

No. Aspek dan Karakteristik

Pembelajaran Indikator

A. Arah Sasaran dan Isi Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran a.Terarah ke pengembangan segenap aspek

perkembangan dan belajar anak secara optimal dan seimbang.

b.Selaras dengan taraf perkembangan dan

karakteristik individual anak serta nilai-nilai dan norma-norma yang dianut.

c.Terarah baik ke pencapaian hasil belajar maupun ke pengembangan proses (sikap, keterampilan, dan motivasi) belajar yang positif.

2. Materi Kegiatan Pembelajaran a.Komprehensif dan terpadu. b.Kaya dan bervariasi

c.Relevan dengan kapasitas, minat, dan kebutuhan belajar anak

d.Emergent dengan mengakomodasi pengalaman-pengalaman anak secara kontekstual sehingga bermakna bagi anak.


(47)

No. Aspek dan Karakteristik

Pembelajaran Indikator

B. Perlakuan terhadap Anak

3. .

Metode Pembelajaran a.Persiapan pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan latar belakang dan kemajuan belajar anak.

b.Pembelajaran diimplementasikan secara terpadu melalui berbagai tema, proyek, atau aktivitas. c.Guru dan anak sama-sama aktif dalam

pembelajaran; guru aktif memfasilitasi kegiatan belajar anak dan anak aktif melakukan berbagai aktivitas belajar secara langsung baik secara fisik dan mental.

d.Menyediakan sejumlah alternatif kegiatan belajar yang dapat dipilih oleh anak.

e.Menyediakan kesempatan dan mendorong anak untuk berinteraksi baik dengan guru dan teman. f. Menggunakan bermain sebagai sarana penting

dalam pembelajaran 4. Hubungan dan Cara Interaksi

Guru dengan Anak

a. Menghargai setiap pribadi anak tanpa kecuali b.Berhubungan secara hangat dengan anak c. Bersikap terbuka terhadap anak

d.Memperlakukan anak secara wajar dan tidak berlebihan

e. Memberi keleluasaan kepada anak untuk berinisiatif, terlibat aktif, dan berkreasi dalam proses pembelajaran

f. Memberi dukungan positif terhadap upaya belajar anak.

g.Menanggapi perilaku anak secara logis sesuai dengan taraf berpikir anak.

h.Memperhatikan dan menghargai pendapat dan prakarsa anak

i. Berupaya memahami cara berpikir dan sudut pandang anak.

j. Responsif terhadap pengalaman-pengalaman emosional anak.

5. Perhatian dan Perlakuan Khusus terhadap Anak yang Memerlukan

a. Memperhatikan kekhasan pribadi dan perilaku anak.

b.Berupaya memahami faktor penyebab terjadinya masalah atau prilaku anak yang tidak tepat. c. Berupaya menyesuaikan kegiatan pembelajaran

dengan anak yang cenderung belajar lebih lambat dan/atau lebih cepat.


(48)

d.Memberikan perhatian dan perlakuan tertentu (yang mendukung perkembangan dan belajar anak) terhadap anak yang memerlukan.

6. Penilaian Pembelajaran a.Dimaksudkan baik untuk mengetahui kemajuan maupun untuk meningkatkan kualitas

perkembangan dan belajar anak.

b.Bersifat menyeluruh sesuai dengan area perkembangan dan belajar anak.

c.Menggunakan teknik yang bervariasi dengan penekanan pada penggunaan teknik observasi. d.Menggambarkan perilaku anak secara objektif. e.Melibatkan anak sebagai subjek pelaku penilaian. f. Melibatkan orang tua sebagai sumber informasi

dalam penilaian.

C. Pengelolaan Ruang dan Alat-perlengkapan Belajar

7. Penyediaan dan Penggunaan Media dan Alat-perlengkapan Pembelajaran

Menggunakan alat dan perlengkapan pembelajaran yang selaras dengan tingkat perkembangan, kapasitas belajar, dan konteks sosio-kultural anak.

Menggunakan alat dan perlengkapan pembelajaran yang bervariasi dan membeiikan peluang kepada anak untuk memilih.

Menggunakan alat dan perlengkapan pembelajaran yang menarik bagi anak.

Menggunakan alat dan perlengkapan pembelajaran yang tidak membahayakan fisik dan kesehatan. Mengatur cara pemakaian peralatan pembelajaran dengan memperhatikan pendapat anak.

Memperkenalkan peralatan baru kepada anak. 8. Penataan dan Pengelolaan

Kelas

Penataan kelas memungkinkan anak untuk belajar secara individual, berkelompok, dan klasikal. Menyusun jadwal kegiatan harian secara logis dan seimbang berdasarkan kepentingan pembelajaran. Meminimalkan waktu menunggu bagi anak. Melibatkan anak dalam merumuskan tata tertib. Menetapkan batasan-batasan perilaku anak secara sederhana dan diberlakukan secara konsisten.

D. Pelibatan Orang Tua dalam Pembelajaran

9. Hubungan dan Kerjasama dengan Orang tua

Memperlakukan orang tua sebagai mitra yang sejajar dalam mendidik anak

Memperhatikan harapan-harapan dan preferensi-preferensi orang tua tentang anaknya.

Berupaya memperoleh dan menerima masukan-masukan dari orang tua tentang kemajuan


(49)

perkembangan dan belajar anak.

Bertukar pikiran dengan orang tua tentang cara memfasilitasi aktivitas belajar.

Memberi peluang dan mengajak orang tua untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar.

Hasil dari pembelajaran berbasisi bimbingan mengarah pada perubahan perilaku siswa. Untuk mengetahui perubahan perilaku siswa sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian kali ini, maka dibutlah instrumen penelitian perilaku seperti yang tergambar pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Instrumen Perilaku Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah

Variabel Sub Variabel Indikator

Perilaku 1. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

2. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan

sebaikbaiknya.

3. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

4. Kesantunan Sikap yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

5. Kerjasama Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya mampu menjalin hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan dan pekerjaan Sumber : Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (2010)

Dalam keterampilan berbahasa Indonesia terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dapat dikuasai siswa, diantaranya; menyimak, berbicara, membaca dan


(50)

menulis. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia tersebut, maka dibuatlah instrumen keterampilan bahasa Indonesia seperti yang tergambar pada Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berbahasa Indonesia

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator Materi pokok Hasil Belajar Mendengarkan 1.Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan a. Melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana  memperhatikan perkataan guru dan temannya  menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan temannya

 memberikan tanggapan atau pernyataan sesuai tema pembicaraan  Melakukan sesuatu dengan benar sesuai dengan perintah, permintaan, dan petunjuk  Tanggapan terhadap perintah atau petunjuk yang didengarkan Berbicara 2. Mengungkap kan pikiran, perasaan, dan informasi, secara lisan dengan perkenalan dan tegur sapa, pengenalan benda dan fungsi anggota tubuh, dan deklamasi

a. Menyapa orang lain dengan menggunakan kalimat sapaan yang tepat dan bahasa yang santun b. Mendeskipsik an benda-benda di sekitar dan fungsi anggota tubuh dengan kalimat sederhana  berkomunikasi dengan intonasi yang sesuai dengan pembicaraan  milih kata dalam

pendeskripsian  berkomunikasi dengan ekspesif  Kalimat sapaan  Deskripsi benda-benda di sekitar; kalimat berita (kalimat deklaratif)  Menyapa teman sebaya, orang yang lebih tua, guru dan orang tua menggunakan kalimat sapaan yang benar dan memperhatika n santun berbahasa  Mendeskripsik an benda-benda di sekitar berdasarkan ciri-ciri fisiknya, menggunakan kalimat


(51)

sederhana dan kosakata yang sudah dikuasai Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Indikator Materi pokok Hasil Belajar Membaca 3. Memahami teks pendek dengan membaca nyaring a. Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat b. Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat

 membaca dengan lafal yang tepat dalam setiap suku kata

 membaca dengan lancar

 Suku kata  Kata  Kalimat  Membaca nyaring (besuara ) kata dan suku kata  Membaca nyaring kalimat sederhana Menulis 4. Menulis permulaan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin a. Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar b. Melengkapi kalimat yang belum selesai berdasarkan gambar

 menulis dengan rapih sehingga tulisannya dapat dibaca.

 Menulis kata dengan ejahan yang benar

 Penulisan huruf dan kata dengan huruf lepas

 Gambar sederhana

 Menyalin huruf dan kata

 Membuat kalimat

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS yang digunakan dalam penelitian berupa tugas yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok, merupakan laporan kegiatan pengamatan yang berisi jawaban setelah melakukan pengamatan.


(52)

Dalam hal ini, wawancara dilakukan secara spontan dan apabila diperlukan. Jadi tidak ada patokan khusus dalam melakukan wawancara.

F. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat beberapa langkah-langkah yang di tempuh dalam pelaksanaan pengumpulan data ini diantaranya adalah :

a. Teknik pengumpulan data sekunder yang diambil dari study pustaka yang berhubungan dengan permasalahan penelitian dan digunakan sebagai penyusunan landasan teoritis dalam rangka pembahasan masalah.

b. Teknik pengumpulan data primer, dimana peneliti langsung mengambil data dari lapangan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dengan cara : 1) Observasi

Untuk memperoleh data mengenai keterampilan berbahasa siswa kelas rendah dalam proses pembelajaran berbasis bimbingan, peneliti melaksanakan observasi. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang kesulitan atau masalah yang dialami oleh siswa kelas rendah dalam berbahasa Indonesia. Dalam penelitian, observasi dilakukan dengan cara deskriptif mengingat pendekatan penelitiannya berbentuk kualitatif. Melalui observasi dapat diketahui; proses kegiatan pembelajaran, termasuk proses interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran, sikap atau perilaku siswa, masalah-masalah yang dialami dalam pembelajaran, proses perubahan yang terjadi dalam pembelajaran, dan perilaku yang ditampilkan anak setelah adanya proses bimbingan.


(53)

Di sapming itu, untuk memudahkan pengobservasian maka penulis melakukan observasi secara individual. Maksudnya observasi dilaksanakan hanya dengan mengobservasi dua orang siswa dalam setiap kelompok. Hal ini dilakukan karena mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti jika harus mengobservasi semua siswa salam setiap kelompok yang ada. Sehingga tujuan penelitian dapat tercapai, dan peneliti pun dapat lebih fokus dan intensif dalam melaksanakan pembelajaran dibandingkan harus mengobservasi seluruh kelompok. Sedangkan untuk penentuan subjek observasi dan kelompoknya sendiri yang terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kelebihan, merupakan usulan yang diberikan oleh guru kepada peneliti, mengingat guru adalah orang yang paling mengetahui karakteristik siswa di kelas.

2) Wawancara

Penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk menggali berbagai informasi yang berkenaan dengan masalah penelitian. Wawancara bersifat luwes, terbuka dan tidak berstruktur sehingga peneliti pun dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan secara mendalam dengan rumusan kata-kata yang disusun sendiri sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Wawancara ditujukan kepada guru kelas

3) Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian dijadikan sebagai sumber data. Dokumentasi ini dilakukan pada semua pengumpulan data yang


(54)

dibutuhkan meliputi, foto, hasil wawancara, RPP, dan hasil pekerjaan siswa.

4) Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan alat pengumpul data yang digunakan peneliti untuk membuat deskripsi atas hal-hal yang sesungguhnya terjadi selama penelitian, dekan kata lain, catatan lapangan ini berisi tentang interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, perilaku siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan sekaligus membuat interpretasi. Adapun format catatan lapangan yang digunakan penulis berbentuk sebagai berikut:

Tabel 3.6 Catatan Lapangan

Waktu Aspek

perkembangan

Deskripsi Interpretasi

1 – 10menit 10 – 20 menit

20 – 30 menit 30 – 40 menit 40 – 50 menit 50 – 60 menit 60 – 70 menit 70 – 80 menit 80 – 90 menit 90 – 100 menit 100 – 110 menit 110 – 120 menit 120 – 130 menit 130 – 140 menit 140 – 150 menit


(55)

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian dilakukan terhadap data-data yang terkumpul melalui hasil lembar kerja siswa, lembar observasi dan wawancara tidak terstruktur. Untuk dapat memperoleh hasil yang sesuai sehingga data-data tersebut dapat dianalisis, berdasar pada teknik-teknik pengumpulan data yang ada, awalnya peneliti memilah dan memilih data-data mana saja yang sesuai dengan bahan penelitian, kemudian membuang data yang dirasa kurang cocok untuk dijadikan data penelitian, selanjutnya menggolongkan dan memaknai data untuk dapat dianalisis. Setelah data dianalisis, dilanjutkan dengan pengolahan data.

1. Analisis Data Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif kali ini, data diperoleh dari hasil analisis mengenai aspek-aspek pembelajaran berbasis bimbingan, catatan lapangan, dan lembar kegiatan siswa.

Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan penulis yang mengutip model Miles & Hubberman (1992: 20) yang meliputi : reduksi data, dengan awalnya penulis memilah data-data penting, relevan, dan bermakna dari suber data di atas; sajian deskriptif, dimana penulis menarasikan, data-data tersebut dengan alur sajian yang sistematis dan logis; penyimpulan dari hasil yang disajikan. Model analisis ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(56)

Gambar 3.2

Model penelitian kualitatif 2. Analisis Data Kuantitatif

Selain menggunakan analisis data kualitatif, juga diperlukan pendekatan kuantitaif. Mengenai pendekatan kuantitaif, Sugiyono ( 2009: 7 ) menyatakan bahwa: “data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan statistik”. Dalam penelitian, angka-angka tersebut diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan berbahasa indonesia dan perubahan perilaku yang terjadi di dalamnya dengan cara penskoran. Kemudian, data kuantitatif dianalisis dengan melibatkan penggunaan ststistik sederhana yang dianalisis dengan menggunakan teknik persentase dan rata-rata untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam pembelajaran berbasis bimbingan untuk meningkatkan keterampilan bahasa siswa dari siklus satu ke siklus berikutnya.

Dalam menganalisis data kuantitatif, peneliti melakukan langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: Pertama, peneliti menghitung chek list terdahadap hasil penilaian pada keterampilan berbahasa dan perilakku siswa. Kemudian, peneliti menjumlahkan jawaban chek list yang ada untuk setiap jawaban. Setelah itu, peneliti menghitung rata-rata dan persentase dari jumlah data yang ada. Selanjutnya, semua data yang masuk berdasarkan data penelitian yang telah diperiksa dilakukan kategorisasi. Hasilnya disajikan dalam bentuk table atau garfik.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru melalaui beberapa siklus dan berdasarkan analisis terhadap hasil, maka dapat disimpulkan sebagai berikut;

1. Pembelajaran keterampilan bahasa Indonesia di kelas satu, menjadi sangat efektif, bermakna, dan berhasil mencapai tujuan ketika guru mempertimbangkan berbagai faktor yang ada pada siswanya seperti karakteristik, motivasi, media belajar, dan lingkungan belajar yang disenangi siswa, sehingga pesan dan informasi yang diberikan guru sampai kepada siswanya. Secara keseluruhan, pengajaran mengenai keterampilan berbahasa Indonesia yang selama ini dilakukan di kelas satu masih belum sepenuhnya mengarahkan anak untuk berkomunikasi efektif, sebagaimana tujuan pembelajaran bahasa

2. Dengan penggunaan bahasa yang positif didukung oleh tindakan yang positif pula, komunikasi antara guru dengan siswa menjadi lancar dan materi pembelajaran dari guru cepat dipahami siswa. Jadi selama proses pembelajaran guru menyesuaikan dengan lingkungan hidup siswa, sehingga hasilnya sesuai dengan peristiwa dan keadaan yang dihadapi siswa sehari-hari. Dalam aktivitas seperti itu lah terjadi perubahan tingkah laku. Dengan demikian aspek keterampilan berbahasa sebelum dan pada


(1)

Farah Pangestu Khoeruman, 2013

Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu (Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Panghegar Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru melalaui beberapa siklus dan berdasarkan analisis terhadap hasil, maka dapat disimpulkan sebagai berikut;

1. Pembelajaran keterampilan bahasa Indonesia di kelas satu, menjadi sangat efektif, bermakna, dan berhasil mencapai tujuan ketika guru mempertimbangkan berbagai faktor yang ada pada siswanya seperti karakteristik, motivasi, media belajar, dan lingkungan belajar yang disenangi siswa, sehingga pesan dan informasi yang diberikan guru sampai kepada siswanya. Secara keseluruhan, pengajaran mengenai keterampilan berbahasa Indonesia yang selama ini dilakukan di kelas satu masih belum sepenuhnya mengarahkan anak untuk berkomunikasi efektif, sebagaimana tujuan pembelajaran bahasa

2. Dengan penggunaan bahasa yang positif didukung oleh tindakan yang positif pula, komunikasi antara guru dengan siswa menjadi lancar dan materi pembelajaran dari guru cepat dipahami siswa. Jadi selama proses pembelajaran guru menyesuaikan dengan lingkungan hidup siswa, sehingga hasilnya sesuai dengan peristiwa dan keadaan yang dihadapi siswa sehari-hari. Dalam aktivitas seperti itu lah terjadi perubahan tingkah laku. Dengan demikian aspek keterampilan berbahasa sebelum dan pada


(2)

170

Farah Pangestu Khoeruman, 2013

Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu (Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Panghegar Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

saat pembelajaran guru menjadi model, sebab kesalahan berbahasa siswa dapat disebabkan oleh kekeliruan guru sebagai model berbahasa.

3. Pembelajaran berbasis bimbingan dapat membuka pandangan guru secara nyata tentang siswanya dan menempatkan mereka sebagai seseorang yang memiliki kemampuan, dan dapat melakukan kesalahan. Selanjutnya guru memberikan bimbingan sehingga siswa menemukan kesalahannya dan membetulkannya sendiri. Hal ini lah yang membuat keterampilan berbahasa meningkat dan mebentuk sebuah perubahan perilaku dalam pembelajaran berbasis bimbingan.

4. Pembelajaran berbasis bimbingan yang diteliti melalui penetilian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif telah berhasil meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia dan merubah perilaku siswa SD kelas satu sehingga menjadi lebih baik.

B. Saran

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan sebelumnya serta data dan bukti nyata yang didapat setelah penerapan pembelajaran berbasis bimbingan dilakukan ternyata mampu meningkatkan keterampilan berbahasa siswa SD kelas satu. Peneliti pun menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru menerapkan pendekatan ini dengan menggabungkan layanan bimbingan dengan pembelajaran-pembelajaran yang ada di kelas satu. Di samping itu, guru sebaiknya mencoba menerapkan pembelajaran


(3)

171

Farah Pangestu Khoeruman, 2013

Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu (Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Panghegar Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

berbasisi bimbingan ini dengan menggunakan metode pembelajaran yang lain yang lebih variatif.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti pada permasalahan yang sama disarankan untuk dapat mengkaji lebih lanjut mengenani pembelajaran berbasis bimbingan tidak hanya di kelas satu namun dapat pula dilakukan di kelas–kelas selanjutnya. Di samping itu, dalam penelitian selanjutnya, peneliti pun dapat dapat lebih mengeksplorasi setiap perkembangan yang terjadi pada siswa. Karena sebetulnya penelitian ini dapat pula digunakan untuk mendukung perkembangan potensi yang dimiliki siswa.


(4)

Farah Pangestu Khoeruman, 2013

Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu (Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Panghegar Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Beaty, Janice J. (1994). Observing Development of the Young Children. NewYork : Mac Millan Publishing Company

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta; BSNP

Bredekamp, S. and Carol, C. (1997). Developmentally appropriate practice, in early childhood programs. Washington D.C: National Association for the Education of Young Children.

Briggs, F. Dan Potter, G. (1990) Teaching Children in The Firs Three Years of School. Australia: Longman Cheshire

Cahyani, I. dan Hodijah (2007) Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UP Perss

Calhoum, J.W. (2011). Models of Teaching (Eighth Edition). United State: Pearson Chaer, A (1994). Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta

Creswell, J.W. (2012). Educational Research (Fourth Edition). United State: Pearson Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Jakarta:

Depdiknas.

Furqon. (2005). Konsep dan Aplikasi Bombingan Konseling untuk Sekolah Dasar. Bandung: Bani Quraisy.

Haryadi dan Zamzani, (1996) Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Hartati, T., et al. (2009). Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas rendah. Bandung:Upi pres.

Joyce, B., et al. (2011). Models of Teaching (Eight Edition). Singapore: Pearson

Kostelink, M.J. (1991). Teaching Young Children Using Themes. Uited State: Good Year Books


(5)

Farah Pangestu Khoeruman, 2013

Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu (Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Panghegar Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Lynch, B.K. (2003). Language Assessment and Programme Evaluation. Edinburgh: Edinburgh University Press

Moleong, L.J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhibbib, S., (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Mulyani, Y., et al. (2008). Keterampilan Bahasa Indonesia SD. Jakarta :UT

Millei, Z. (2011). “Thinking Differently about Guidance: Power, Children’s Autonomy and Democratic Environments”. Journal of Early Childhood Research, 10(1) 88-99

Neuman, S. et al. (2000) Learning to Read and Write (Developmentally Appropriate Practices for Young Children). U.S.: NAEYC

Rahmat, J. (1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya

Resmini, Novi, (2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press

Santrock, J.W., (2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenada

Santrock, J. W.; Alih Bahasa; Mila Rachmawati. (2007) Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Schleppegrall, M.J. (2012) .“Academic Language in Teaching and Learning”. Joernal of The Elementary School. Volume 112, Number 3. 0013-5984/2012/11203-0001

Solehuddin, M. (2009) Pemberdayaan Taman kanak-Kanak Kurang Beruntung Melalui Pendidikan Berbasis Bimbingan. Disertasi UPI Bandung; Tidak Diterbitkaan

Solehan, T.W, et al. 2001. Hakikat pendekatan, prosedur dan strategi pembelajaran bahasa Indonesia- system pembelajaran bahasa Indonesia (modul UT). Jakarta;Pusat penerbitan UT.

Supriadi, et al. 1995. Materi Pokok pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Bagian proyek peningkatan mutu guru SD, Setara D-II 1995.

Sugiono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung.

Syaodih, E. (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/perk_anak__6-8_th_.pdf)

Tarigan, Guntur, H. (1981). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : PT. Angkasa


(6)

Farah Pangestu Khoeruman, 2013

Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu (Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Panghegar Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Wortham, S. C. (2005). Assessment in Early Childhood Education (4th Edition). United State: Pearson

Yusuf, Syamsu LN. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosdakarya


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI BIMBINGAN INDIVIDUAL PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 03 JATIROYO JATIPURO.

0 2 8

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV di SDN Gegerkalong Girang Kota Bandung.

0 1 38

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMUKUL DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI MELALUI MODIFIKASI ALAT : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V B SDN Gegerkalong KPAD Bandung.

0 2 32

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SD DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA: Penelitian Tindakan Kelas di SDN Cipete 1 Kecamatan Curug Kota Serang.

0 1 36

PEMBELAJARAN BERBANTUKAN KOMPUTER MODEL PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA DI KELAS V SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN CIMENYAN KABUPATEN BANDUNG.

0 0 41

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG.

0 0 28

MENGEMBANGKAN PENGUASAAN KONSEP SAINS DAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN : Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif Di SDN kelas 1 Kebon Gedang Kota, Bandung Tahun Ajaran 2012.

0 1 57

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS SATU MELALUI PENDEKATAN BIMBINGAN : Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Cirangrang 1 Kota Bandung.

0 1 47

Model Bimbingan dan Konseling Kolaboratif untuk Meningkatkan Keterampilan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas.

1 4 32

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR : PENELITIAN TINDAKAN KELAS | Wardhani | BASASTRA 9992 21300 1 SM

0 0 17