PENGARUH KOMPETENSI, KECERDASAN EMOSIONAL, KEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP MUTU KINERJA KEPALA SEKOLAH PADA SMA DI KABUPATEN BOGOR.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Penghargaan dan Ucapan Terima Kasih ... v

Pernyataan ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRAC ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Signifikansi/Manfaat Penelitian ... 16

E. Sistimatika Penulisan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teori ... 20

1. Mutu Kinerja Kepala Sekolah ... 20

a. Konsep Mutu ... 20


(2)

d. Mutu Kinerja Kepala Sekolah ... 35

2. Kompetensi Kepala Sekolah ... 45

3. Kecerdasan Emosional dan Interaksi Sosial ... 54

4. Kemimpinan Entrepreneur Kepala Sekolah ... 64

5. Budaya Organisasi ... 98

B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 135

C. Kerangka Berpikir ... 145

1. Kerangka Pemikiran ... 145

2. Grand Theory ... 152

D. Hipotesis Penelitian ... 153

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 156

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 159

C. Definisi Operasional ………. ... 161

D. Teknik Pengumpulan Data /Instrumen ... 167

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 186

F. Teknik Analisis Data Statistik ... 194

G. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ... 200

H. Hasil Uji Normalitas dan Uji Linieritas Data ... 205

I. Hipotesis Statisitik ... 212

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 214

1. Hasil Analisis Data Deskriptif ... 214

2. Analisis Bivariat Dan Recursive Antara Variabel Independent Dan Variable Dependent ... 281

3. Korelasi Antar Variabel ... 322


(3)

B. Pembahasan ... 352

1. Interpretasi Hasil Perhitungan ... 352

2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 360

3. Kondisi Umum Kompetensi, Kecerdasan Emosional, Kepemimpinan Entrepreneur, Budaya Sekolah, dan Mutu Kinerja Kepala Sekolah di SMA Kabupaten Bogor ... 363

4. Rancang Bangun Model ... 377

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 410

B. Saran-Saran ... 414

DAFTAR PUSTAKA ... 417


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah membuat serangkaian kebijakan dengan mengembangkan kualitas manusia Indonesia sedini mungkin secara terarah, terpadu, menyeluruh, melalui berbagai upaya proaktif dan kreatif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan perlindungan sesuai dengan potensinya. Pendidikan diakui sebagai suatu investasi sumber daya manusia. Pendidikan berperan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat.

Pendidikan dipercaya telah memberikan sumbangan terhadap pembangunan sosial ekonomi melalui cara-cara meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan produktivitas. Bagi masyarakat secara umum, pendidikan bermanfaat untuk teknologi demi kemajuan di bidang sosial dan ekonomi, karena manfaatnya yang luas dan dapat meresap ke berbagai bidang, maka pembangunan pendidikan seyogyanya harus menjadi perhatian utama bagi semua kehidupan bangsa.


(5)

Pendidikan dapat diartikan secara luas, dan merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat dilakukan dimana saja. Pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non formal dan in formal. Pendidikan informal sudah dilakukan sejak manusia lahir. Pembelajaran sejak lahir juga merupakan pendidikan. Proses pembelajaran ini tidak berhenti sampai di sana. Apabila sudah waktunya, manusia akan menginjak pendidikan formal walaupun pendidikan non formal tetap dilakukan oleh sebagian orang untuk memperbesar kapasitas diri.

Masalah pokok pendidikan kita dewasa ini adalah peningkatan mutu pada setiap jenis, jenjang dan jalur pendidikan. Oleh sebab itu, pemerintah menetapkan delapan standar nasional pendidikan yakni: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan (PP. No. 19 tahun 2005). Standar nasional pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas, pada hakekatnya menjadi arah dan tujuan penyelenggaraan pendidikan.

Diperlukan upaya mencermati berbagai isu krusial pendidikan sebagai proses mengaca diri. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan agenda perbaikan masa depan yang mendesak. Problem dunia pendidikan, khususnya yang ada di sekolah semakin kompleks. Dalam kerangka itulah, penerapan budaya mutu di lingkungan sekolah ada beberapa prinsip yang perlu diterapkan antara lain: sistem perbaikan terus menerus (continues improvement) dan membangun tim kerja. Pada dasarnya, upaya perbaikan


(6)

modern, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui struktur organisasi manajemen yang ada. Lebih lanjut, proses perbaikan kualitas memerlukan komitmen untuk perbaikan yang secara seimbang melibatkan aspek manusia (motivasi) dan aspek teknologi.

Kompleksitas masalah pendidikan baik makro maupun mikro di sekolah menjadi tuntutan profesi untuk dipecahkan oleh pimpinan kepala sekolah serta guru-guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai kepribadian diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Oleh karena itu, sekolah menjadi satu lingkungan yang khas sebagai lingkungan pendidikan. Para guru dan siswa terlibat secara interaktif dalam proses pendidikan. Proses tersebut meliputi kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan. Kegiatan mendidik mengarah pada peningkatan dan pertumbuhan afektif (sikap) yang terdiri dari moral, etika, mental, spiritual dan perilaku positif. Sementara pembelajaran mengarah pada peningkatan dan pertumbuhan kemampuan kognitif (pengetahuan), yang terdiri dari menghapal, mengingat, analisis, sintesis, aplikasi dan evaluasi. Selanjutnya, latihan mengarah pada peningkatan dan pertumbuhan psykomotor (keterampilan) yang berkaitan dengan mengajarkan hal-hal praktis.

Dewasa ini sekolah harus dipahami sebagai lembaga yang memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat lewat penyediaan layanan kepada para siswa. Indikator kualitas layanan organisasi sekolah adalah kepuasan siswa dan orang tua siswa atas layanan sekolah. Kepuasan siswa dan orang tua ini merupakan suatu hal


(7)

yang menjadi perhatian dalam meningkatkan kualitas pelayanan organisasi sekolah. Hal ini dibutuhkan budaya sekolah yang kondusif sebagai salah satu faktor paling penting dan mendasar dalam meningkatkan kualitas layanan. Kepala sekolah sebagai pembuat keputusan yang berkaitan dengan organisasi sekolah, membutuhkan peningkatan kemampuan dan motivasi, sehingga sekolah sebagai lembaga penyedia jasa diarahkan untuk dikelola secara profesional dengan memperhatikan aspek kualitas pelayanan jasa seperti : tangibility (fisik sekolah), emphaty (daya tanggap sekolah), reliability (kemampuan sekolah untuk memberikan layanan yang prima),

assurance (jaminan dari sekolah untuk dapat memberikan layanan jasa yang

berkualitas dan memenuhi harapan internal serta eksternal customer), dengan demikian budaya sekolah yang mendukung terciptanya kualitas layanan pendidikan untuk memenuhi harapan semua warga sekolah, stakeholder dan orang tua menjadi suatu keharusan bagi satuan pendidikan.

Selain tenaga pendidik, peningkatan mutu pendidikan juga menuntut adanya tenaga kependidikan yang memadai. Tenaga kependidikan yang ada dan memerlukan pembinaan dan pengembangannya pada saat ini terdiri atas: (1) tenaga kepala sekolah, (2) tenaga pengawas, (3) tenaga laboran/teknisi, (4) tenaga perpustakaan dan (5) tenaga tata usaha. Tenaga kependidikan di atas terutama tenaga laboran, tenaga perpustakaan dan tata usaha kurang mendapat perhatian dalam hal pembinaan dan pengembangannya dibandingkan dengan tenaga pendidik. Sedangkan tenaga kepala sekolah dan tenaga pengawas sudah ada dan sudah berfungsi di setiap jenis dan


(8)

jenjang pendidikan, walaupun pembinaan dan pengembangan secara akademik masih belum terpola dan berkesinambungan.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Dalam pada itu kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (E. Mulyasa, 2004: 6).

Begitu pentingnya peran, fungsi dan keberadaan kepala sekolah dalam meningkat mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan namun apabila di lihat dari hasil survey II tahun 2010 pemetaan kompetensi kepala sekolah oleh LPPKS (Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah) terhadap 9.105 sampel kepala sekolah di 31 propinsi didapat: kompetensi kepala sekolah secara nasional kompetensi kepribadian skore 85, kompetensi sosial skore 63, kompetensi manajerial skore 74, kompetensi supervise skore 72 dan kompetensi entrepreneur skore 72. Semua kompetensi kepala sekolah tersebut masih jauh dari skore ideal yaitu 100. Diperlukan upaya nyata dan terus menerus untuk mengembangkan kompetensi kepala sekolah demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Berikut hasil survey II LPPKS :


(9)

Sumber : (Siswandari, 2011: LPPKS Handout)

Kinerja seseorang berkaitan dengan berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya, baik yang bersifat internal yang melekat dalam individu itu sendiri maupun yang bersifat eksternal dari lingkungan kerja (James M. Higgins, 1982:28). Faktor yang bersifat internal adalah lima karakteristik utama dari kompetensi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja individu, yaitu; motif (motives) merupakan ciri kepemimpinan seseorang, konsep diri (self concept) pembentuk kecerdasan emosional, sedangkan watak (traits), pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) adalah ciri dari lima kompentensi kepala sekolah.

Gambar 1.1


(10)

Adapun faktor bersifat eksternal dari lingkungan kerja (environment) berupa budaya sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah diperlukan untuk memulai dan memelihara proses perbaikan di sekolah. Menciptakan iklim kerja yang kondusif dan kompensasi yang memadai kepala sekolah diharapkan senantiasa menekankan prestasi mencanangkan visi dan mengadaptasi adanya perubahan. Sebagai pengelola pendidikan kepala sekolah bertanggung jawab atas keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah dan pemberdayakan semua civitas sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah perlu mengembangkan integritasnya secara terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu kinerjanya.

Sebagai pemimpin formal, kepala bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya proses menggerakkan bawahan kearah pencapaian visi sekolah yang telah direncanakan. Usaha untuk memberdayakan pada personal dapat dilakukan melalui berbagai cara, strategi, koordinasi dan pendekatan. Diperlukan upaya kepala sekolah untuk mempengaruhi, mengarahkan membimbing, memotivasi, dan mengendalikan perilaku bawahan ke arah pencapaian visi dan tujuan sekolah. Disinilah letaknya fungsi kepemimpinan dengan baik, kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi dan disyaratkan.

Untuk mencapai visi dan misi kepala sekolah bersama-sama warga sekolah menyusun program kerja untuk melaksanakan dan mengembangkan sekolah. Dalam penyusunan program ini kepala sekolah harus aspiratif dan mempertimbangkan faktor-faktor iklim sekolah yang kondusif dan kepuasan kerja guru dan karyawan.


(11)

Hal ini sejalan dengan pendekatan manajemen mutu terpadu (TQM) bahwa guru, karyawan, siswa dan orang tua adalah pelanggan yang harus dilayani dengan baik.

Peran antar pribadi mencakup peran sebagai pemimpin, dan sebagai penghubung. Sebagai kepala ia adalah simbol keberhasilan sekolah. Reputasi sekolah dalam pandangan siswa guru, orang tua, dan masyarakat terwakili oleh diri kepala sekolah, juga berperan sebagai pemimpin yang berkewajiban memotivasi memberdayakan, melatih bawahan. Penetapan fungsi kepemimpinan ini amat penting sebab disamping berperan sebagai penggerak juga berperan untuk melakukan kontrol segala aktivitas guru, karyawan dan siswa dan sekaligus untuk meneliti persoalan-persoalan yang timbul di lingkungan sekolah. Sebagai penghubung ia harus mempertahankan hambatan dengan pihak-pihak yang ada di luar organisasi sekolah dan secara internal fungsi liasion kepala sekolah menjadi alat perantara wakil-wakil guru, karyawan, siswa dan orang tua dalam menyelesaikan kepentingan mereka. Tujuan liasion adalah untuk memperoleh informasi timbal balik dari berbagai pihak untuk keberhasilan sekolah.

Peran informasional adalah peran yang menempatkan kepala sekolah sebagai pengawas (pemantau), pemutus, dan juru bicara. Sebagai pemantau ia mencari dan menerima berbagai jenis informasi terutama yang terkini untuk keperluan pengembangan sekolah dan lingkungan serta informasi-informasi lain yang terkait dengan perubahan. Sebagai pemutus ia menstransformasikan informasi yang diterima dari orang luar atau dari bawahan kepada seluruh warga sekolah sebagian meliputi


(12)

informasi mengenai sekolah kepada orang luar membangun citra sekolah diantara stackholder dan masyarakat luas.

Peran kepala sekolah sebagai pengambil keputusan meliputi peran sebagai wirausaha, penyelesaian gangguan, pengalokasian sumber, dan negosiator. Sebagai wirausaha kepala sekolah mencari peluang dari berbagai sumber yang memungkinkan sekolah terus berkembang, hal ini sesuai dengan manajemen berbasis sekolah (MBS). Sebagai penyelesaian gangguan kepala sekolah bertanggung jawab melakukan tindakan koreksi jika sekolah menghadapi gangguan tiba-tiba, sebagai pengalokasi sumber, ia bertanggung jawab terhadap alokasi semua sumber yang berhubungan dengan keputusan dan kebijakan manajemen sekolah. Sebagai negosiator kepala sekolah bertindak mewakili sekolah.

Bagian dari kompetensi yang diasumsikan mempengaruhi kinerja kepala sekolah adalah kecerdasan emosional kepala sekolah yang dimiliki oleh kepala sekolah. Kemampuan atau keterampilan dalam mengendalikan diri, memiliki semangat dan ketekunan yang tinggi, mampu memotivasi dirinya sendiri dalam mengerjakan sesuatu, dan mampu berinteraksi dengan baik dengan orang lain (Taufik Bahaudin, 1999: 179). Tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki seorang kepala sekolah dapat memandunya untuk bereaksi terhadap berbagai hal yang berkait dengan kegiatan manajerial yang dilakukannya.

Di samping itu, faktor budaya sekolah juga dapat mempengaruhi kinerja kepala sekolah. Budaya sekolah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar yang berkenaan dengan kepercayaan, nilai-nilai, dan tingkah laku yang diciptakan dan


(13)

dikembangkan oleh suatu sekolah sebagai dasar dalam menentukan tujuan, konsensus, keunggulan, prestasi (kinerja), inovasi, kesatuan, keakraban dan integritas organisasi, yang dijadikan sebagai norma atau pedoman bagi para anggota organisasi untuk berperilaku sama dalam memecahkan masalah organisasi baik di luar maupun di dalam untuk menduung pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Budaya sekolah yang baik menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen dapat tercapai. Dalam kerangka manajemen pendidikan, budaya sekolah yang baik dapat membantu kepala sekolah untuk meningkatkan efektivitas dari perencanaan, pengorganisasian, kegiatan kepemimpinan, dan pengendalian yang dilakukan, serta mengambil tindakan perbaikan saat diperlukan.

Budaya sekolah merupakan pengikat bagi keseluruhan warga sekolah. Dengan keterikat ini kepala sekolah pada suatu sekolah, diharapkan adanya keinginan untuk tetap tinggal dan berprestasi di dalam sekolah tersebut. Budaya sekolah juga memupuk loyalitas, komitmen dan dedikasi kepala sekolah pada sekolah. Dengan budaya sekolah yang kuat diharapkan akan memberikan citra positif dan kemapanan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Citra kemapanan sekolah sangat penting, selain akan menunjukkan perbedaanya dengan sekolah lain, kemapanan juga akan menarik perhatian kepala sekolah yang berbobot masuk dalam jajaran sekolah. Pada gilirannya, kepala sekolah tersebut diharapkan dapat berkembangkan menjadi seorang kepala sekolah yang profesional. Manfaat terhadap pengembangan sekolah berarti dengan adanya budaya sekolah yang kondusif, maka diharapkan baik secara


(14)

hanya sekedar semakin besarnya organisasi sekolah dalam arti kuantitatif, tetapi sangat diharapkan pengembangan segi kualitatifnya. Ini berarti indikator keberhasilannya bukan besarnya struktur atau banyaknya jumlah guru, tetapi semakin tingginya kapabilitas sekolah dalam mengantisipasi situasi dan kondisi lingkungan serta peka terhadap perubahan dan tuntutan.

Untuk mencapai visi misi dan peningkatan mutu di setiap satuan pendidikan menuntut peran aktif dan mutu kinerja profesional kepala sekolah. Mutu kinerja kepala sekolah didasarkan pada kompetensi, kecerdasan emosional, kepemimpinan entrepreneurnya dan budaya sekolah. Begitu pentingnya seorang pemimpin dalam organisasi maka keberhasilan dari sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi, yaitu kemampuan mempengaruhi bawahannya agar bekerja sesuai yang ditentukan organisasi.

Dengan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan entrepreneur, kecerdasan emosional, kompetensi kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang, dapat diidentifikasikan beberapa masalah terkait, antara lain: 1) kinerja merupakan hal yang kompleks dan terpadu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama kemampuan


(15)

(ability) dan motivasi (motivation). Faktor kemampuan dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, latihan, dan minat. Keterampilan dipengaruhi oleh pembawaan (bakat) dan kepribadian. Motivasi dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor dari : (1) lingkungan fisik pekerjaan, (2) lingkungan sosial pekerjaan yang terdiri dari (a) kepemimpinan, (b) organisasi formal atau lingkungan organisasi yang mencakup struktur organisasi, iklim kepemimpinan, efisiensi organisasi, kebijakan manajemen (Sutermeister 1976:45). Jadi mutu kinerja kepala sekolah dipengaruhi kemampuan dan keterampilan kepala sekolah serta motivasi seperti budaya sekolah. 2) Setiap kepala sekolah mempunyai cara dan kemampuan kompetensi yang beda-beda dalam menjalankan kepemimpinannya. Perbedaan tersebut tergantung pada tingkat pendidikan, pemahaman terhadap bawahan, dan situasi serta kondisi yang dihadapinya. 3) Mutu kinerja kepala SMA di Kabupaten Bogor berdasarkan catatan penilai kinerja kepala sekolah oleh pengawas pembina pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor tahun 2008 masih menunjukkan keadaan kurang sampai dengan baik. Rata-rata perolehan nilai dilihat dalam score teoritik 0 sampai 100 menunjukan score angka otentik 58,93 yang berarti masih kurang dari kriteria sedang (Pengawas Disdik Kabupaten Bogor, 2008) Mutu kinerja kepala sekolah tidak dilakukan perbaikan secara terus menerus (continues improvement), pada umumnya kepala sekolah menyiapkan penilaian kinerjanya ketika saat penilaian; 4) Kompetensi kepala sekolah yang disyaratkan oleh permendiknas no 13 tahun 2007 yang meliputi


(16)

supervisi dan kompetensi enterpreneur berlum dikuasai secara optimal baik dalam teori maupun praktek; 5) Kompetensi kepala sekolah yang disyaratkan oleh permendiknas no 13 tahun 2007 yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi dan kompetensi enterpreneur berlum dikuasai secara optimal baik dalam teori maupun praktek. Berdasarkan hasil uji kompetensi 250 ribu kepala sekolah di Indonesia, 70% tidak kompeten dan hapir semua lemah pada kompetensi manajerial dan supervisi (Depdiknas, 2001: 6) Di pelbagai sekolah menengah atas (SMA) budaya sekolah belum kondusif, hal ini terlihat guru masuk pembelajaran sering tidak tepat waktu, pembuatan perangkat pembelajaran tidak maksimal, kepala sekolah tidak tercantum dalam jam mengajar dan tidak menjalankan kewajiban pokok untuk mengajar. Kondisi lingkungan eksternal sekolah belum diupayakan dalam mendukung kondisi internal.

Dari masalah yang dikemukakan diatas nampak bahwa mutu kinerja kepala sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Mengingat keterbatasan dan kemampuan peneliti dalam mengontrol faktor-faktor yang mungkin ikut mempengaruhi faktor utama dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi kepada (1) mutu kinerja kepala sekolah, (2) kompetensi kepala sekolah, (3) kecerdasan emosional kepala sekolah, (4) kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah dan (5) budaya sekolah.

Permasalahan yang berkaitan dengan pengaruh kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah dan budaya sekolah yang akan menganalisis perbedaan jenis kelamin, masa kerja dan


(17)

tingkat pendidikan terhadap mutu kinerja kepala sekolah, setelah diidentifikasi dalam konstelasi berikut ini:

Gambar 1.2

Konstelasi Hubungan Variabel Penelitian

Dari gambar di atas, pokok permasalahan yang ingin diteliti adalah mengenai keterkaitan antara mutu kinerja kepala sekolah dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dan masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh kompetensi kepala sekolah terhadap budaya sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

2. Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional kepala sekolah terhadap budaya sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

3. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah terhadap budaya sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

Kompetensi kepala sekolah

(X1)

Budaya sekolah (Y) Kompetensi

kepala sekolah (X1)

Kecerdasan emosional kepala

sekolah (X2)

Kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah

(X3)

Mutu kinerja kepala sekolah

(Z)


(18)

4. Seberapa besar pengaruh kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, dan kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah terhadap budaya sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

5. Seberapa besar pengaruh kompetensi kepala sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

6. Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional kepala sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

7. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

8. Seberapa besar pengaruh kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, dan kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

9. Seberapa besar pengaruh budaya sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

10.Seberapa besar pengaruh kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang mutu kinerja kepala SMA di Kabupaten Bogor. Secara khusus tujuan


(19)

penelitian ini adalah: menemukan data dan informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu kinerja kepala SMA di Kabupaten Bogor, menganalisis dan sintetis data empirik untuk membuktikan hipotesis tentang faktor-faktor strategi pengembangan budaya sekolah terhadap peningkatan mutu kinerja kepala SMA di Kabupaten Bogor, menemukan model alternatif strategi pengembangan mutu kinerja kepala sekolah berdasarkan hasil analisis empirik, mengkaji hasil temuan tentang mutu kinerja kepala SMA di Kabupaten Bogor, dan memverikasi hasil temuan untuk membuat rekomendasi ilmiah tentang mutu kinerja kepala SMA.

D.Signifikansi dan Manfaat Penelitian

1. Signifikansi Penelitian; penelitian tentang mutu kinerja kepala sekolah (Pengaruh kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor) sangat signifikan untuk saat ini dan di masa datang, karena usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam menghasilkan output dan outcome yang berkualitas belum pernah dilakukan analisis pada mutu kinerja kepala sekolah dengan menekankan variabel kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah.


(20)

2. Setiap studi yang dilakukan baik oleh individu ataupun lembaga/organisasi tentunya diharapkan adanya manfaat untuk masa depan dilihat dari manfaat keilmuan secara teoritis, dan manfaat praktis sehingga hasilnya dapat mendorong untuk perubahan yang mengarah kepada perbaikan mutu kinerja kepala sekolah.

1. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah memberikan pemahaman kepada kita semua tentang mutu kinerja kepala sekolah. Mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional, kepemimpinan entrepreneur, dan budaya sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah yang dapat diterapkan dalam model strategi peningkatan mutu kinerja kepala sekolah.

2. Secara praktis studi pengaruh kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah pada SMA di Kabupaten Bogor dapat menjadi masukan bagi :

a. Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pengaruh kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap mutu kinerja kepala sekolah di Kabupaten Bogor, sehingga dapat menjadi bahan masukan dalam pengambilan keputusan kebijakan dalam bidang pendidikan dan peningkatan mutu guru.


(21)

b. Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin dalam mengembangkan integritasnya, mengembangkan mutu kinerjanya dan meningkatkan program sekolah serta meningkatkan mutu pendidikan. c. Guru

Hasil penetitian ini diharapkan dapat menumbuh kembangkan motivasi, pengenalan diri, pengembangan mutu pembelajaran menuju peningkatan kualitas kinerja guru.

E. Sistimatika Penulisan BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Signifikansi / Manfaat Penelitian E. Sistimatika Penulisan

BAB II Kajian Pustaka A. Kerangka Teori

1. Mutu Kinerja Kepala Sekolah a. Kosep Mutu


(22)

c. Konsep Manajemen Kerja d. Mutu Kinerja Kepala Sekolah 2. Kompetensi Kepala Sekolah

3. Kecerdasan Emosional dan Interaksi Sosial 4. Kemimpinan Entrepreneur Kepala Sekolah 5. Budaya Sekolah

B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan C. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Metode Penilitian

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel C. Definisi Operasional

D. Pengumpulan Data /Instrumen E. Pengembangan Instrumen Penelitian F. Teknik dan Analisis Data Statistik

G. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen H. Hasil Uji Normalitas dan Uji Linieritas Data I. Hipotesis Statisitik

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Hasil Penelitian


(23)

2. Analisis Bivariat Dan Recursive Antar Variabel 3. Korelasi Antar Variabel

4. Pengujian Hipotesis B. Pembahasan

1. Interprestasi Hasil Perhitungan 2. Hasil Pengujian Hipotesis

3. Kondisi Umum Kompetensi Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah, Kepemimpinan Entrepreneur Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, dan Mutu Kinerja Kepala Sekolah di SMA Kabupaten Bogor

4. Rancang Bangun Model

BAB V Kesimpulan Dan Rekomendasi A. Kesimpulan

B. Rekomendasi Daftar Pustaka


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan penelitian survei melalui pendekatan kuantitatif. Penelitian survei adalah penelitian dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data pokok. Penelitian jenis ini dapat digunakan untuk tujuan (1) Penjajagan (eksploratif), (2) Deskriptif eksplanatory atau

confirmatory, yaitu menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, (3)

Evaluasi, (4) Prediksi, (5) Penelitian operasional dan (6) Pengembangan indikator-indikator sosial.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian survei meliputi: 1) Merumuskan masalah: masalah penelitian dan menentukan tujuan survei; 2) Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan; 3) Menentukan sampel; 4) Membuat kuesioner; (5) Melakukan pekerjaan lapangan; (6) Mengolah data; (6) Analisa dan pelaporan.

Jenis penelitian ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung suatu variabel


(25)

penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab akibat itu adalah kompetensi kepala sekolah (X1), kecerdasan emosional dalam berinteraksi sosial (X2),

kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah (X3) terhadap budaya sekolah (Y) dan

mutu kinerja kepala sekolah (Z).

Penelitian ini menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya. Sehingga diperlukan kejelasan sumber data yaitu populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume, dan sebarannya. Karena data hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya agar dapat ditentukan pendekatan statistik yang digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas). Dengan demikian, akan mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan yang cukup akurat. Penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigm positivism berdasarkan pada asumsi mengenai objek empiris, asumsi tersebut meliputi : (1) objek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut jenis, sifat, bentuk, struktur, warna, dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian ini dapat memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian dan (2) determinisme (hubungan sebab akibat) (Sugiyono, 2004: 12-13). Asumsi ini juga menyatakan bahwa setiap segala ada penyebabnya.

Berdasarkan asumsi di atas, maka penelitian ini memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya. Suatu gejala tidak akan


(26)

mengalami perubahan dalam waktu tertentu, apabila gejala yang diteliti itu berubah terus, maka makin sulit untuk dipelajari.

Desain penelitian yang digunakan adalah analisis jalur atau path analysis. Untuk melihat pengaruh variabel dependen dan independen dirancang konstalasi variabel sebagai berikut:

Gambar 3.1 Konstalasi Variabel Path Analysis Keterangan :

X1 : Kompetensi kepala sekolah

X2 : Kecerdasan emosional dalam berinteraksi sosial

X3 : Kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah

Y : Budaya sekolah

Z : Mutu kinerja kepala sekolah

 : Pengaruh antar variable

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Kompetensi

kepala sekolah (X1)

Kecerdasan emosional kepala

sekolah (X2)

Kepemimpinan entrepreneur kepalasekolah

(X3)

Mutu kinerja kepala sekolah

(Z) Budaya sekolah

(Y)

ρzx1 ρzx2

ρzx3 ρyx1 rx1x3 rx1x2 rx2x3 ρyx3 ρyx2 ρzyx1x2x3

ρyx1x2x3


(27)

1. Populasi Penelitian

Populasi dan sampel menurut Sugiyono (2007:297) mengemukakan bahwa

“populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi”.

Menurut Lexy Moleong (2007:224) mengatakan bahwa “pengambilan

sampel tidak dilakukan secara acak, namun dilakukan dengan sampel bertujuan atau purposive sample”. Selanjutnya menurut Nawawi (1985:141), Populasi

adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap. Jadi populasi merupakan objek dan subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini mencakup semua SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor yang berjumlah 143 sekolah. Terdiri dari 32 SMA Negeri dan 111 SMA Swasta yang dikelola oleh masyarakat dengan mayoritas berbasis agama Islam. Daftar nama sekolah pada lampiran.


(28)

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan cara acak (proportionate stratified random sampling). Tehnik ini digunakan karena pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, karena anggota populasinya tidak heterogen (tidak sejenis). Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1998:82) yaitu :

n = �

��2+ 1

Keterangan

n = Jumlah Populasi N = Jumlah Populasi = 143

d² = Presisi (ditetapkan 7,5% dengan tingkat kepercayaan 92,5%) Berdasarkan rumus tersebut diatas diperoleh jumlah sampel :

n = �

��2+1 =

143

143 .0.0752+1 = 143

1.8044 = 79,2519

Ditetapkan 80 responden.

Dari 143 populasi terdapat tiga jenis sekolah yaitu Rintisan Sekolah Berstandar Nasional (RSBI), Sekolah Katagori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN), dan sekolah standar yang mengacu pada standar pelayanan minimal. Perhitungan secara proporsional dari 3 tiga tingkatan sekolah sebagai berikut:


(29)

Proporsional Tingkatan Sekolah

No Jenis Sekolah Jumlah Sampel

1 RSBI 1

2 SKM/SSN 14

3 Standar (SPM) 65

Jumlah 80

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan dikaji terdiri dari lima variabel yaitu kompetensi kepala sekolah (X1), kecerdasan emosional dalam

berinteraksi sosial (X2), kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah (X3), budaya

sekolah (Y), mutu kinerja kepala sekolah (Z). Variabel-variabel tersebut dikelompokkan ke dalam dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent

variable) dan variabel terikat (dependent variable), atau ke dalam jenis variabel

eksogen dan variabel endogen.

Variabel mutu kinerja kepala sekolah (Z) merupakan variabel terikat, variabel kompetensi kepala sekolah (X1) merupakan variabel bebas untuk variabel mutu

kinerja kepala sekolah (Z) dan variabel bebas untuk variabel kecerdasan emosional dalam berinteraksi sosial (X2), kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah (X3), dan

budaya sekolah (Y), variabel kecerdasan emosional dalam berinteraksi sosial (X2)

adalah variabel bebas untuk variabel mutu kinerja kepala sekolah (Z), kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah (X3), dan budaya sekolah (Y), kepemimpinan

entrepreneur kepala sekolah (X3) adalah variabel bebas untuk mutu kinerja kepala


(30)

bebas untuk variabel mutu kinerja kepala sekolah (Z). Dalam konteks analisis jalur variabel mutu kinerja kepala sekolah (Z) merupakan variabel endogen, sedang variabel kompetensi kepala sekolah (X1) merupakan variabel bebas untuk variabel

kecerdasan emosional dalam berinteraksi sosial (X2), kepemimpinan entrepreneur

kepala sekolah (X3), dan budaya sekolah (Y) merupakan variabel eksogen.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penelitian, maka variabel-variabel tersebut perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional untuk melakukan pengukuran bagi kepentingan analisis, berikut ini akan dikemukakan definisi operasional dari variabel tersebut serta penjabarannya ke dalam indikator-indikator sebagai acuan dalam penyusunan instrumen penelitian.

1. Kompetensi Kepala Sekolah (X1)

Kompetensi kepala sekolah adalah karakteristik dasar seseorang yang menggunakan bagian kepribadiannya yang paling dalam dan dapat mempengaruhi perilakunya ketika menghadapi pekerjaan yang akhirnya berpengaruh pada kemampuan untuk menghasilkan prestasi kerjanya. Kompetensi Kepala Sekolah mencakup kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Selanjutnya landasan teori yang menjadi acuan berdasarkan pada teori Spenser (1993).


(31)

Kecerdasan emosional kepala sekolah adalah kecakapan untuk mengenali dan memahami emosi, dan selanjutnya menerapkan secara efektif kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber kekuatan, informasi dan pengaruh yang diwujudkan dalam bentuk perilaku pembina hubungan dengan orang lain yang mencakup: empati yang meliputi: (a) memberdayakan orang lain dan (b) orientasi melayani; keterampilan sosial yang meliputi : (a) komunikasi, (b) mengelola konflik, dan (c) membina individu dan kelompok; serta koordinasi sosial yang mencakup: (a) membangun ikatan (b) kolaborasi dan kooperasi, dan (c) mengelola tim. Landasan teori yang menjadi acuan adalah berdasarkan pada teori Goleman (1996).

3. Kepemimpinan Entrepreneur (X3)

Kepemimpinan entrepreneur merupakan kepemimpinan yang menerapkan prinsip-prinsip entrepreneurship di dalam menjalankan peran kepemimpinannya. Kepemimpinan entrepreneur adalah kepemimpinan yang ditandai dengan sikap antisipatif, penentu visi, fleksibel, berpikir strategis, dan berinisiatif untuk melakukan perubahan dalam menghadapi masa depan (Kuratko & Hodgetts, 2004:570).

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah : percaya diri (Self

Confidence), antisipatif (Antisipative), visioner (Visionary), kreatif (Creative),

berpikir strategis (Strategic Thinking), berorientasi pada perubahan (Change


(32)

(Continous improvement), dan berkomunikasi secara efektif (Effective

communication).

4. Budaya Sekolah (Y)

Budaya sekolah adalah suatu pola asumsi-asumsi dasar yang berhubungan dengan kepercayaan, nilai-nilai, dan tingkah laku yang diciptakan dan dikembangkan oleh suatu sekolah sebagai dasar dalam menentukan tujuan, konsensus, keunggulan, prestasi (kinerja), inovasi, kesatuan, keakraban dan integritas organisasi, yang dijadikan sebagai norma atau pedoman bagi para anggota organisasi untuk berperilaku sama dalam memecahkan masalah organisasi baik di luar maupun di dalam untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Adapun dimensi dari budaya sekolah adalah pola nilai dan iklim kerja.

a. Dimensi Sistem Nilai

Sistem nilai budaya sekolah adalah nilai konsensus bersama sebagai perwujudan dari adanya upaya penterjemahan dari visi organisasi ke dalam nilai-nilai yang dijadikan pedoman bertingkah laku dan bertindak bagi seluruh anggota organisasi. Adapun indikator yang akan diukur dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Hofstede (1980) yang menggunakan empat nilai yakni : (1) jarak kekuasaan, (2) individualisme vs kolektivisme, (3) maskulin vs feminin, dan (4) orientasi jangka panjang vs jangka pendek.


(33)

Iklim kerja merupakan ciri permanen lingkungan organisasi sekolah yang dialami oleh anggota organisasi, mempengaruhi perilaku mereka, dan didasarkan pada persepsi kolektif mengenai perilaku. Adapun konsep dasar iklim organisasi yang digunakan berdasarkan pada konsep Hoy and Miskel (2001), yaitu menggunakan konsep iklim terbuka yang ditandai dengan adanya kerjasama dan respek terhadap kemampuan profesionalisme dari para pegawainya. Adapun indikator yang dijadikan ukuran adalah: (1) Supportive (keterdukungan) menggambarkan bahwa orang-orang di dalam bekerja saling mendengarkan dan terbuka terhadap saran-saran. Penghargaan dicerminkan dalam sikap respek dan kritik ditangani secara konstruktif; (2) Collegial (pertemanan) yang

menggambarkan keakraban, pertemanan, antusias bekerja dalam kepentingan peningkatan kompetensi profesional; (3) Intimate

(keintiman) menggambarkan suasana yang kuat dalam solidaritas, saling menghargai, saling menghormati, terdapat sense of belongingness.

5. Manajemen Mutu Kinerja Kepala Sekolah (Z)

Mutu kinerja kepala sekolah adalah suatu proses yang dapat mendorong pada pengembangan kinerja kepala sekolah kearah yang lebih baik dan berkualitas, melalui komunikasi yang berkesinambungan dengan rangkaian aktivitas kepala sekolah dalam menghadapi pekerjaan sesuai dengan syarat jabatan yang ditetapkan dan dipengaruhi oleh kapasitasnya


(34)

pencipta iklim kerja dan penyelia. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus memiliki : memiliki kepribadian yang kuat; memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa; memiliki dan memahami visi dan misi sekolah; mampu mengambil keputusan; mampu berkomunikasi. Sebagai seorang manajerial kepala sekolah harus mampu menyusun program; mampu menyusun organisasi kepegawaian; mampu memberikan arahan; mampu mengoptimalkan sumberdaya sekolah; dan sebagai pendidik, administrator, kewirausahaan, pencipta iklim kerja dan penyelia kepala sekolah harus melaksanakan dan menyusun program pembelajaran dan BK; mampu membimbing guru; mampu membimbing karyawan; mampu membimbing siswa; mampu mengembangkan staf; mampu mengikuti perkembangan iptek; mampu memberi contoh mengajar/membimbing; mampu mengelola administrasi PBM dan BK; mampu mengelola administrasi kesiswaan; mampu mengelola administrasi ketenagaan; mampu mengelola administrasi keuangan; mampu mengelola administrasi sarana dan prasarana; mampu mengelola administrasi persuratan; mampu mencari/menemukan gagasan baru; mampu melaksanakan pembaharuan; mampu mengatur lingkungan kerja (fisik); mengatur suasana kerja (non fisik); mampu menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman; mampu menyusun program supervisi pendidikan; mampu melaksanakan program supervisi pendidikan.


(35)

Aktivitas tersebut dapat ditunjukkan secara nyata dalam lingkup organisasi. Penampilan ini sebagai modal dasar peningkatan produktivitas dan berpengaruh dalam upaya mewujudkan tujuan organisasi.

D. Teknik Pengumpulan Data/Instrumen

Nasir (2003:328) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka penelitian ini menggunakan teknik utama pengumpulan data, yaitu teknik angket dan studi dokumentasi, observasi serta wawancara sebagai pendukung.

Peran instrumen pengumpul data adalah sangat penting. Kesalahan instrumen dapat berakibat salahnya informasi yang diperoleh, sehingga penelitian menjadi salah. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti sangat hati-hati dalam menentukan instrumen penelitian. Adapun instrumen pengumpul data yang digunakan di dalam penelitian ini dikembangkan melalui enam cara, yaitu:

a. Mengkaji instrumen dengan tujuan penelitian

b. Menentukan aspek, komponen, dan indikator yang dapat digunakan c. Mengkompilasi instrumen sementara

d. Menguji keterbacaan instrumen oleh kepakaran (mereview) e. Mengkompilasi instrumen jadi

f. Menyusun instrumen baru, penyusunan instumen baru tersebut melalui langkah-langkah yaitu :


(36)

3) Menyusun butir-butir pertanyaan/angket/amatan

4) Menguji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya 5) Merevisi berdasarkan uji empiris

6) Kompilasi instrumen

Instrumen akan disusun sendiri oleh peneliti secara konstruktif berdasarkan kisi-kisi pada definisi operasional. Instrumen penelitian terdiri dari 5 variabel yaitu kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, budaya sekolah dan mutu kinerja kepala sekolah. Instrumen masing-masing variabel akan dirinci sebagai dasar definisi konseptual dan definisi operasional. Gambar di bawah ini menjelaskan langkah-langkah untuk membuat tabel spesifikasi:

Gambar 3.2

Urutan Pembuatan Tabel Spesifikasi

Kisi-kisi pengembangan intrumen untuk kelima variable sebagai berikut :

Definisi Definisi

Operasional Dimensi

Elemen Item


(37)

P a g e

1

8

4

DIMENSI INDIKATOR ITEM PERNYATAAN

1.Kompetensi Supervisi

1.1. Merencanakan program supervisi 1. Merencanakan supervisi sesuai kebutuhan guru

2. Membuat program supervisi sesuai dengan keadaan sekolah

1.2. Melaksanakan program supervisi 1. Melakukan supervisi bagi guru dengan menggunakan teknik-teknik supervisi yang tepat

2. Melibatkan guru senior dalam pelaksanaan supervisi internal

1.3. Menindaklanjuti program supervisi 1. Menyusun laporan sesuai dengan standar pelaporan monitoring dan evaluasi

2. Menindaklanjuti hasil supervisi kepada guru dan mendiskusikan dengan pihak terkait

2. Kompetensi Manajeria2.1. Menyusun perencanaan sekolah 1. Menyusun program tindak lanjut supervise internal

2. Menyusun program perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang.

3. Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) setiap tahun berdasarkan perencanaan jangka panjang dan/atau

menengah.

4. Menyusun program memberikan prioritas pada kegiatan yang terkait langsung dengan peningkatan mutu

2.2. Mengelola program pembelajaran 1. Melaksanakan pertemuan rutin dan/atau berkala untuk mengevaluasi kemajuan pelaksanaan program pada setiap rumpun mata pelajaran 2. Menguasai seluk beluk tujuan nasional, tujuan pembangunan nasional,

dan tujuan pendidikan nasional

3. Mengelola kegiatan pengembangan sumber dan alat pembelajaran di sekolah dalam mendukung pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

4. Menguasai teknik-teknik penilaian hasil belajar dan menerapkannya dalam pembelajaran

5. Menyusun program pendidikan per tahun dan per semester

2.3. Mengelola kesiswaan 1. Mengelola penerimaan siswa baru terutama dalam hal perencanaan dan pelaksanaan penerimaan siswa baru sesuai dengan kebutuhan sekolah 2. Menyiapkan layanan yang dapat mengembangkan potensi siswa sesuai

dengan kebutuhan, minat, bakat, kreativitas dan kemampuan


(38)

2. Mengelola pemeliharaan fasilitas baik perawatan preventif maupun perawatan terhadap kerusakan fasilitas sekolah

3. Mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana sekolah sesuai sistem pembukuan yang berlaku.

2.5. Mengelola personal sekolah 1. Sekolah memiliki peraturan untuk memberikan sanksi kepada warga sekolah yang melanggar tata tertib

2. Sekolah memiliki buku administrasi ketenagaan

3. Melaksanakan rekrutmen dan seleksi guru dan staf sesuai tingkat kewenangan yang dimiliki oleh sekolah

4. Mengelola kegiatan pembinaan dan pengembangan profesional guru dan staf

2.6. Mengelola keuangan sekolah 1. Menyediakan biaya untuk kegiatan kreativitas siswa

2. Menyediakan anggaran untuk program peningkatan profesionalisme guru

3. Menyusun perencanaan program kegiatan berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan dan RAPBS

2.7. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat

1. Sekolah mengadakan pertemuan rutin dan/atau berkala dengan orang tua

2. Merencanakan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat

2.8. Mengelola administrasi sekolah 1. Sekolah melibatkan warga sekolah dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan pengembangan lembaga.

2. Mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf.

2.9. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal:

1. Membangun kerjasama tim (team work) antar-guru, antar- staf, dan antara guru dengan staf dalam memajukan sekolah

2. Memimpin rapat dengan guru-guru, staf, orangtua siswa dan komite sekolah.

2.10 Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan

1. Melakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan strategi yang tepat

2. Menempatkan personalia yang sesuai dengan kebutuhan 3.Kompetensi

Kewirausahaan

1.1 Mengelola sistem informasi sekolah

1. Mengembangan standar operasional prosedur pelaksanaan tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses


(39)

pengorganisasian yang baik

2. Bertindak kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pekerjaan melalui cara berpikir dan cara bertindak

1.2 Mengevaluasi program sekolah 1. Melakukan pengawasan preventif dan korektif terhadap pelaksanaan kegiatan sekolah

2. Mengupayakan sumber-sumber keuangan terutama yang bersumber dari luar sekolah dan dari unit usaha sekolah.

1.3 Memimpin sekolah 1. Mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan sistem informasi 2. Memimpin sekolah dengan demokratis

1.4 Mengembangkan usaha sekolah 1. Menumbuhkan budaya kerja yang efisien, kreatif, inovatif, dan berorientasi pelayanan prima

2. Mengelola koperasi sekolah baik sebagai unit usaha maupun sebagai sumber belajar siswa

1.5 Membudayakan perilaku wirausaha

1. Merencanakan kegiatan produksi/jasa sesuai dengan potensi sekolah 2. Mengembangkan kegiatan produksi/jasa dan pemasarannya

4. Kompetensi Kepribadian

1.1 Jujur dalam melaksanakan tugas 1. Memiliki minat jabatan untuk menjadi kepala sekolah yang efektif 2. Memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah 1.2 Terbuka dalam melaksanakan

tugas

1. Memiliki etos kerja sebagai kepala sekolah

2. Keaktifan membimbing guru dan peserta didik dalam kegiatan akademik dan nonakademik

1.3 Bertanggung jawab dalam bertugas 1. Disiplinan dalam melaksanakan tugas

2. Terbuka atas saran dan kritik yang disampikan oleh atasan, teman sejawat, bawahan, dan pihak lain atas pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

1.4 Memiliki integritas sebagai pemimpin

1. Keteladanan dalam sikap dan perilaku

2. Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi

3. Teliti, cermat, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi

5. Kompetensi Sosial

1.1 Menjalin hubungan dgn pihak lain 1. Bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan orang tua siswa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah

2. Bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah terkait dalam rangka pengembangan sekolah


(40)

DEMENSI INDIKATOR ITEM PERNYATAAN

1. Empati 1.1 Memberdayakan Orang Lain

1.2 Orientasi Pelayanan

1. Memberikan tugas-tugas yang menantang bawahan untuk mengerahkan keterampilan yang dimilikinya.

2. Mendorong bawahan agar berprestasi setinggi mungkin.

3. Menyesuaikan cara bekerja dengan kebutuhan orang yang menajdi mitra kerja .

4. Berusaha mencari berbagai cara agar mitra kerja merasa puas dengan pelayanan yang sya berikan.

5. Dengan senang hati menawarkan bantuan pada orang yang membutuhkan.

6. Baru memperhatikan orang jika mereka sudah menyampaikan keluhan. 7. Pemalu dan lebih suka melakukan susuatu sendirian.

8. Mencari hubunga-hubungan dengan orang lain yang saling menguntungkan. 9. Membangun hubungan atas dasar saling percaya dan memelihara keutuhan

anggota tim kerja .

10. Tidak memperdulikan masalah kehidupan para guru, di luar urusan pekerjaan.

2.Ketrampilan Sosial

2.1 Komunikasi 1. Isi pembicaraan selalu didukung fakta dan data. 2. Mengelak kontak mata saat bicara.

3. Gugup bila berkomunikasi dengan orang yang lebih tinggi jabatan dan status sosialnya.

sosial kemasyarakatan 2. Melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah 1.3 Memiliki kepekaan sosial terhadap

orang atau kelompok lain:

1. Menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai problem finder)

2. Bersikap obyektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik internal sekolah

3. Bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain


(41)

2.2 Mengelola Konflik

2.3 Membimbing Individu/kelompok

5. Bersedia berbagai informasi secra utuh dengan orang lain.

6. Menciptakan suasana yang terbuka dalam komunikasi.

7. Bersedia menerima kabar buruk sebagaimana menerima kabar baik. 8. Mengakui danmenghargai kekuatan dan keberhasilan orang lain.

9. Menawarkan umpan balik yang bermanfaat untuk perbaikan kerja bawahan . 10. Menjadi mentor bagi bawahan .

11. Mendorong orang lain untuk bertanggung jawab atas perannya dalam suatu konflik

12. Memaksakan pandangan sendiri dalam pemecahan konflik 13. Menganjurkan debat dan diskusi yang terbuka

14. Membiarkan perbedaan yang ada di antara orang yang terlibat kerja dengan 15. Berusaha mencari pemecahan dalam konflik yang menghasilkan kemenangan

(win-win solution) pada semua pihak yang terlibat konflik 3. Koordinasi Sosial 3.1 Membangun Ikatan

3.2 Kolaborasi

3.3 Mengelola Tim

1. Lebih berfokus pada pekerjaan daripada hal lain

2. Membangun semangat kebersamaan dalam pelaksanaan tugas 3. Menyusun sendiri rencana sekolah

4. Melakukan pengawasan secara ketat pada guru atau pegawai yang pernah gagal melaksanakan tugas

5. Menumbuhkan semangat berprestasi pada kelompok

6. Tidak perduli terhadap tim kerja dalam menyelesaikan pekerjaan 7. Bersikap tegas pada bawahan yang hasil kerjanya rendah atau buruk 8. Bersikap luwes dalam pelaksanaan tugas bersama

9. Berusaha agar tim kerja dapat menerima misi, sasaran dan agenda untuk kepentingan bersama

10. Membangkitkan semangat untuk meraih visi dan misi bersama

11. Memandu kinerja bawahan namun tetap memberikan tanggung jawab kepada mereka


(42)

14. Berusaha menjadi pelopor perubahan dan mengajak orang lain ke arah perubahan itu

15. Mendeteksi sedini mungkin masalah-masalah yang dapat menimbulkan konflik

DEMENSI INDIKATOR ITEM PERNYATAAN

1. Sikap antisipatif, 1.1. Tingkat kepercayaan diri pimpinan

1.2. Kemampuan pimpinan mengantisipasi perubahan

1. Menjelaskan tentang visi, misi dan strategi untuk mewujudkannya kepada guru dan tata usaha.

2. Memberikan brifing sebelum dan sesudah melaksanakan tugas. 3. Menyusunan rencana program sekolah jangka pendek, jangka

menengah dan jangka panjang

4. Mengatasi/memecahkan masalah perselisihan antar guru.

5. Selalu melakukan instruksi dan memberikan keterangan yang factual.

6. Menempuh prosedur dengan benar dalam melakukan teguran kepada bawahan.

7. Merumuskan faktor eksternal dan internal yang menghambat dan mendorong kemampuan manajerial.

8. Memberikan tugas dan wewenang kepada guru sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki.

9. Memberi bekal pada guru agar selalu berpikir untuk menyelesaikan tugas berbagai dimensi pekerjaan.

10. Merumuskan rencana evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan. 11. Kurang memahami dan mendalami keadaan bawahan.

12. Dalam setiap kesempatan selalu menyampaikan langkah kerja dalam mewujudkan tujuan organisasi.

2. Penentu visi, 2.1 Membangun visi 1. Menciptakan suasana harmonis dalam setiap kesempatan seperti Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Variabel Kepemimpinan Entrepreneur Kepala Sekolah (X3)


(43)

2.2 Kreativitas dalam mengelola sekolah

rapat.

2. Melihat adanya konflik yang terjadi dan berusaha untuk mengatasinya.

3. Selalu memperhatikan kepentingan-kepentingan organisasi sekolah. 4. Membina kerja sama yang efektif pada semua pihal

5. Gaya pengambilan keputusan demokratis, keputusan didasarkan pada kesepakatan bersama.

6. Bertindak otoriter didalam memberikan perintah kepada bawahan.

7. Menganjurkan tentang kedisiplinan dalam kehadiran di sekolah. 8. Mengatur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk

mencapai tujuan.

9. Proses pengambilan keputusan oleh kepala sekolah diawali dengan aktivitas penetapan tujuan.

10. memberikan pengertian yang jelas, bagaimana tugas dan wewenang dalam menjalankan tugas.

11. Mengembangkan kurikulum (deversifikasi kurikulum) untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat.

12. Mempunyai gagasan-gagasan baru untuk mewujudkan visi dan misi sekolah.

3. Fleksibel, 3.1 Melakukan komunikasi secara efektif

3.2 Keberanian dalam pengambilan resiko

1. Mempunyai gagasan-gagasan yang inovatif dan kreatif dalam memajukan sekolah.

2. Penampilan sebagai kepala sekolah kurang dapat dijadikan panutan dalam penampilan, kerajinan dan prilaku.

3. Selalu datang lebih awal di sekolah

4. Melakukan proses pembelajaran sesuai dengan jam wajib dan bidang studi yang dimikinya.

5. Memberi contoh dengan keteladanan kepada bawahan.

6. Memberikan kesempatan pada guru untuk menyiapkan administrasi pembelajar tanpa paksaan.

7. Mengajak para guru dan tata usaha untuk selalu simpati kepada siswa dan masyarakat (orang tua siswa).


(44)

pihak-pihak yang berkepentingan.

9. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, didikusikan dengan guru yang bersangkutan untuk memperbaiki kelemahan dalam pembelajaran di kelas.

10. Suka membaca buku untuk menambah pengetahuan.

11. Senang mengikuti penataran untuk menambah wawasan integritasnya.

12. Dapat mempergunakan internet dan sering menggunakannya. 4. Berfikir strategis 4.1 Kemampuan berfikir strategis

4.2 Kemampuan menciptakan ide-ide baru

1. Mengkoordinir kegiatan secara efektif dan efisien.

2. Memberikan perintah dengan penuh kesabaran sehingga para guru/tata usaha memahaminya.

3. Dalam menggali informasi, banyak menerima masukan dari semua pihak tanpa terkecuali.

4. Berkomunikasi secara efektif.

5. memimpin rapat dan menyerap setiap informasi dari guru dan karyawan.

6. Kurang menyadari atas pekerjaan sebagai seorang pendidik untuk melayani masyarakat yang membutuhkannya.

7. Memberikan informasi yang jelas dalam memberikan tugas pada guru dan tata usaha.

8. Memperhatikan serius kepada bawahannya apabila sakit atau tertimpa musibah.

9. Dalam pembuatan panitia kerja, bersifat terbuka dan menempatan guru didalamnya tidak merata.

10. Mendiskusikan masalah dalam pekerjaan untuk menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab.

11. Selalu memberikan keterangan dan penjelasan kepada bawahan tentang pelaksanaan tugas/pekerjaan untuk mewujudkan tujuan organisasi.

12. Tidak membedakan-bedakan latar belakang suku, agama dalam membentuk susunan pembantu dan kepanitiaan,


(45)

melakukan perubahan dalam menghadapi masa depan

5.2 Upaya melakukan perbaikan terus menerus

siswa melaksankan KBM dengan baik.

2. Memberikan pemahaman akan tanggung jawab tugas yang diberikannya sesuai dengan peraturan.

3. Memberikan kesempatan untuk melajutkan studi, kursus, penataran, workshop, seminar untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan tugas.

4. Selalu tertantang untuk mewujudkan kemajuan sekolah.

5. Menerima semua kritikan dari semua pihak dengan senang hati demi tujuan organisasi.

6. Berani mengambil resiko dalam mengambil keputusan untuk pencapaian visi dan misi sekolah

7. Menetapkan alat dan metode untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai tujuan.

8. Tegas dalam mengambil kebijakan untuk kemajuan sekolah. 9. Dalam merumuskan kebikan sekolah, selalu berpegang pada

peraturan yang berlaku.

10. Melibatkan semua pihak dalam menyusun kebijakan.

11. Mengambil keputusan kelompok untuk diterapkan dalam memecahkan masalah organisasi.

12. Memilih alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah. 13. mengambil keputusan yang tepat.

14. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi untuk mengambil kebijakan.


(46)

DEMENSI INDIKATOR ITEM PERNYATAAN 1.Sistem Nilai 1.1. Inovasi (Innovation),

1.2. Stabilitas (Stability),

1.3. Perhatian pada rincian (Attention to detail),

1.4. Orientasi pada hasil (Outcome orientation),

1.5. Keagresifan

(Aggressiveness), dan toleransi pada resiko.

1. Lingkungan kerja kurang kondusif sehingga suasana menjadi tidak nyaman

2. Hubungan antarpribadi antara kepala sekolah dan guru terasa kaku sehingga situasi di jurusan menjadi tidak nyaman

3. Maju mundurnya pengelolaan manajemen sekolah sangat tergantung pada keterbukaan antara ketua dan para anggotanya

4. Kegiatan di sekolah biasanya diselesaikan hanya oleh orang-orang tertentu saja 5. Kami jarang mengerjakan pekerjaan yang sifatnya kolektif

6. Guru kebanyakan hanya menjalankan kewajiban tugas mengajar saja

7. Dalam rapat-rapat guru banyak memberikan ide-idenya tetapi dalam pelaksanaan tetap pola pikir lama

8. Lebih suka dipimpin oleh kepala sekolah yang berwibawa dan demoktais

9. Lebih suka mengerjakan pekerjaan yang sedang dihadapi saja, daripada memikirkan yang akan datang

10. Lebih baik mengajar hanya di sekolah saja, sebagai bukti komitmen pada lembaga

11. Memberi tugas kepada guru sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru. 12. Mengingatkan bawahan untuk mentaati semua peraturan yang berlaku di sekolah 13. Memberikan perhatian khusus pada bawahan yang mendapat musibah

14. Mendistribusikan pekerjaan kepada bawahan secara adil dan merata 15. Promosi yang diterima bawahan berdasarkan prestasi kerja yang dicapainya

16. Memberikan arahan pada guru untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya 17. Meminta pada guru melaporkan hasil pekerjaan yang sudah diselesaikannya 18. Memberi contoh pada guru cara menjaga hubungan baik antar personil di sekolah 19. Memberikan penghargaan kepada guru sesuai dengan prestasi yang dicapai 20. Membagi tugas kepada guru sesuai dengan fungsi jabatannya

21. Menggunakan standar baku dalam menilai prestasi kerja bawahan 22. Mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh bawahan

23. Memberi petunjuk cara melaksanakan pekerjaan kepada bawahan yang baru menerima


(47)

24. Memberikan hukuman pada bawahan yang indisipliner

25. Mengajak bawahan untuk mensukseskan pelaksanaan program kerukunan diantara bawahan

26. Memupuk rasa kebersamaan melalui kerja kelompok

2.Iklim Organisasi

2.1 Supportive (keterdukungan) menggambarkan bahwa orang-orang dalam bekerja saling mendengarkan dan terbuka terhadap saran-saran. Penghargaan dicerminkan dalam sikap respek dan kritik ditangani secara konstruktif

2.2 Collegial (pertemanan) menggambarkan keakraban, pertemanan, antusias bekerja dalam kepentingan

peningkatan kompetensi professional

1. Situasi di sekolah kami sangat terbuka

2. Suasana lingkungan sekolah sangat menyenangkan dan dinamis 3. Akan mengajak teman dekat untuk melakukan PTK

4. Dengan adanya KTSP tugas guru jadi semakin berat, tapi kami dapat menyelesaikannya dengan saling membantu diantara teman

5. Merasa bahagia dapat bekerja sebagai guru karena suasana kekeluargaannya yang menyenangkan

6. Hubungan kekeluargaan baik antara guru maupun dengan para karyawan lainnya sangat akrab

7. Merasa nyaman berada di sekolah sehingga kantor bagaikan rumah kedua bagi 8. Memperlakukan sama pada semua bawahan dalam menjatuhkan hukuman 9. Datang di kantor sebelum jam kantor dimulai

10. Memberi sanksi pada bawahan yang lalai melaksanakan tugas

11. Mengajak bawahan menciptakan suasana kerja yang harmonis 12. Tunjangan jabatan yang terima meningkatkan semangat kerja 13. Dalam memberikan hukuman, masa kerja bawahan diperhitungkan

14. Kepala mengikutsertakan guru dan karyawan dalam menyusun program kerja 15. Mengikutsertakan guru dalam setiap pengambilan keputusan

16. Teman kerja memberi bantuan pada teman yang mengalami kesulitan dalam bekerja 17. Kenaikan tunjangan jabatan didasarkan pada masa kerja

18. Memberikan kesempatan pada guru untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

19. Sistem pengendalian organisasi dilakukan berdasarkan petunjuk pelaksanaan yang berlaku 20. Guru melaksanakan tugasnya sesuai dengan pedoman kerja


(48)

menggambarkan suasana yang kuat dalam solidaritas, saling menghargai, saling menghormati, terdapat sense of

belongingness

22. Memberi kesempatan pada semua bawahan melanjutkan pendidikan 23. Memeberikan penghargaan bagi guru dan karyawan yang berprestasi

24. Melaksanakan keputusan hasil rapat kerja dalam melaksanaan kegiatan sekolah. 25. Senang terhadap penghargaan yang diberikan kepada guru yang berprestasi.

26. Sekolah melaksanakan program kebersihan ruang kelas dengan prosedur dan jadwal yang ditetapkan.

27. Sekolah melaksanakan program kebersihan lingkungan sekolah dengan prosedur dan jadwal yang ditetapkan

28. Sekolah melaksanakan program keamanan dengan prosedur dan jadwal yang ditetapkan.

DEMENSI INDIKATOR ITEM PERNYATAAN

1. Kepemimpinan 1.1. Memiliki Kepribadian yang kuat 1. Jujur 2. Percaya diri 3. Bertanggung jawab

4. Berani mengambil keputusan 5. Berjiwa besar

6. Mengendalikan emosi 7. Menjadi anutan/teladan 1.2. Memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa . 1. Memahami kondisi guru

2. Memahami kondisi karyawan 3. Memahami kondisi siswa

4. Mempunyai program untuk menyejahterakan guru dan karyawan 5. Memanfatkan upacara untuk memahami kondisi warga sekolah 6. Mau mendengar, menerima usul, kritik, dan saran dari warga sekolah 1.3. Memiliki dan memahami visi dan misi sekolah 1. Memiliki dan memahami visi sekolah

2. Memiliki dan memahami misi yang diemban sekolah 3. Melaksanakan program


(49)

2. Mengambil keputusan interen 3. Mengambil keputusan eksteren

1.5. Mampu berkomunikasi 1. Berkomunikasi secara lisan dengan guru dan karyawan 2. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan

3. Berkomunikasi secara lisan dengan siswa 4. Berkomunikasi secara lisan dengan masyarakat 2. Manajerial 2.1 Mampu menyusun program 1. Memiliki program kerja 4 tahun

2. Memilki program kerja 1 tahun

3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program 4 tahun 4. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program 1 tahun 2.2 Mampu menyusun organisasi kepegawaian 1. Memiliki susunan kepegawaian

2. Memiliki susunan kepegawaian pendukung 3. Memiliki susunan panitia kegiatan temporer 2.3 Mampu memberikan arahan 1. Mengoordinasikan staf yang sedang bertugas

2. Memberikan penghargaan dan hukuman 2.4 mengoptimalkan sumberdaya sekolah 1. Memanfaatkan sumber daya manusia

2. Memanfaatkan sarana dan prasarana 3. Merawat sarana dan prasarana

4. Mempunyai catatan kinerja sumber daya manusia

5. Mempunyai program peningkatan mutu sumber daya manusia 3. Pendidik 3.1 menyusun dan melaksanakan program

pembelajaran dan BK

1. Menyusun program pembelajaran/layanan BK 2. Melaksanakan program pembelajaran/layanan BK 3. Melaksanakan evaluasi/penilaian

4. Melaksanakan analisis hasil belajar/layanan BK

5. Melaksanakan program tindak lanjut hasil belajar/layanan BK 3.2 Mampu membimbing Guru 1. Membimbing penyusunan program pembelajaran dan layanan BK

2. Membimbing pelaksanaan program pembelajaran dan layanan BK 3. Membimbing evaluasi hasil belajar dan layanan BK

4. Membimbing analisis hasil belajar dan layanan BK

5. Membimbing pelaksanaan program tindak lanjut hasil belajar dan layanan BK 3.3 Mampu membimbing karyawan 1. Membimbing penyusunan program kerja


(50)

3.4 Mampu membimbing siswa 1. Membimbing kegiatan ekstra kurikuler

2. Membimbing siswa mengikuti lomba di luar sekolah 3.5 Mampu mengembangkan Staf 1. Mendidik dan melatih karyawan

2. Menyelengarakan pertemuan MGMP, MGP, PKG, KKG 3. Mengikutkan guru/karyawan dalam diskusi/ seminar/ lokakarya 4. Meningkatkan minat baca

5. Memperhatikan kenaikan pangkat 3.6 mengikuti perkembangan IPTEK 1. Mengikuti pendidikan/pelatihan

2. Mengikuti pertemuan MKS, KKKS 3. Mengikuti diskusi / seminar / lokakarya 4. Meningkatkan minat baca

5. Memanfatkan media elektronik

3.7 Mampu memberi contoh mengajar / membimbing 1. Memiliki jadwal mengajar/membimbing

2. Memiliki administrasi pembelajaran/pembimbingan 3. Menggunakan berbagai media pembelajaran 4. Administrator 4.1 Mampu mengelola administrasi PBM dan BK 1. Memiliki administrasi PBM dan BK

2. Memiliki administrasi praktikum

3. Memiliki administrasi pemanfaatan perpustakaan 4.2 Mampu mengelola administrasi kesiswaan 1. Memiliki administrasi kesiswaan

2. Memiliki administrasi kegiatan ekstra kurikuler

3. Memiliki administrasi hubungan sekolah dengan orang tua siswa 4.3 Mampu mengelola administrasi ketenagaan 1. Memiliki administrasi guru

2. Memiliki administrasi karyawan

4.4 Mampu mengelola administrasi keuangan 1. Memiliki administrasi keuangan yang bersumber dari pemerintah 2. Memiliki administrasi keuangan yang bersumber dari masyarakat 4.5 Mampu mengelola administrasi sarana dan

prasarana

1. Memiliki administrasi gedung 2. Memiliki administrasi mebel 3. Memiliki administrasi perpustakaan 4. Memiliki administrasi laboratorium 5. Memiliki administrasi mesin kantor 5.1 Mampu mengelola administrasi persuratan 1. Memiliki administrasi surat masuk


(51)

3. Memiliki administrasi surat keputusan/edaran 5. Wirausa-hawan 5.1 Mampu mencari/ menemukan gagasan baru 1. Mencari/menemukan gagasan baru (proaktif)

2. Memilih gagasan baru yang relevan 3. Mengimplementasikan gagasan baru

5.2 Mampu melaksanakan pembaharuan 1. Melaksanakan pembaruan bidang pembelajaran/bimbingan 2. Melaksanakan pembaruan bidang keuangan

3. Berprestasi dalam lomba ekstra kurikuler, mata pelajaran, kreativitas 6. Pencipta iklim

kerja

6.1 Mampu mengatur lingkungan kerja ( fisik ) 2. Mengatur ruang kerja 3. Mengatur ruang kelas

4. Mengatur ruang perpustakaan, lab., praktik 5. Mengatur halaman / lingkungan sekolah

6.2 Mengatur suasana kerja ( non fisik ) 1. Menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru 2. Menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama karyawan

3. Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara guru dengan karyawan 4. Menciptakan rasa aman

6.3 Mampu menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman

1. Menerapkan prinsip penghargaan 2. Menerapkan prinsip hukuman

3. Menerapkan dan mengembangkan motivasi internal dan eksternal 7. Penyelia 7.1 Mampu menyusun program supervisi pendidikan 2. Memiliki program supervisi KBM dan BK

3. Memiliki program supervisi ekstrakurikuler 4. Memiliki program supervisi lab., perpustakaan, T U 7.2 Mampu melaksanakan program supervisi

pendidikan

2. Melaksanakan supervisi KBM dan BK 3. Melaksanakan supervisi ekstrakurikuler

4. Melaksanakan supervisi lab., perpustakaan , TU

5. Memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru dan karyawan 6. Memanfaatkan hasil supervisi untuk pengembangan sekolah


(52)

P

a

g

e

1

8

4

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menyusun daftar pertanyaan sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Instrumen penelitian berupa suatu alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dalam penyusunannya mempertimbangkan faktor-faktor yang merupakan spesifikasi alat ukur, meliputi:

1. Identifikasi Tujuan Pengukuran

Tujuan pengukuran sebagai hal penting dalam penyusunan alat ukur biasanya diperoleh dari pengembangan ide awal penelitian, yaitu apa yang hendak diukur dan hasil yang akan diperoleh melalui penelitian tersebut. Melalui tujuan pengukuran ini akan diperoleh pertimbangan-pertimbangan pengambilan/penentuan item dari masing-masing bagian yang akan diukur, penempatan dan penyebaran item, serta kesesuaian dengan karakteristik responden yang diinginkan.

Di dalam penyusunan alat ukur, pembatasan dari isi yang akan disajikan dalam bentuk item tersebut merupakan hal yang sangat penting. Pembatasan pengukuran ini bertujuan agar alat ukur yang disusun tidak keluar dari lingkup yang relevan, dan untuk mengarahkan penentuan item-item pertanyaan yang relevan dan memastikan bahwa tidak ada bagian penting yang terlewat atau terwakili oleh item alat ukur, serta pembatasan cakupan isi alat ukur adalah hal yang sangat penting, sehingga diharapkan validitas isi alat ukur (content validity) dalam penelitian ini dapat dipercaya.


(1)

Hautala, Tina M..(2005). Personality and Transformational Leadership: Perspectives of Subordinates and Leaders. Acta Wasaensia No. 145, Business Administration 61 Management and Organization. Universitas Wasaensis. www.lifas.wwasa.ti. ( 6 September 2009).

Ingraham, Patricia W & Heather G Taylor. (2004). New Paradigm For Government Issue for the Changing Public Service. San Francisco : Jossey Bass Publisher. Invancevich, John. M. (1997). Management Quality and Competitiveness. Chicago :

Richard D.Irwin.

Ishikawa, K. (1992). Pengendalian Mutu Terpadu. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Istianto. (2008). Riset Sumber Daya Manusia Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-Dimensi Kerja Karyawan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jalaludin Rakhmat. (1998). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Jennifer, James. (1998). Thinking in the Future Tense, terj. Frans Kowa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

John Jacob Gardiner. (2006). Transactional, Transformational, And Transcendent Leadership: Metaphors Mapping The Evolution Of The Theory And Practice Of Governance, Leadership Review. Vol 6 2006. www.leadershippreview.org. (6 September 2009).

John R. Kirby. (1984). Teaching and Learning in The Elementary School. London : Macmillan

John L. Pierce dan John W. Newstorm. (2006). Leaders and The Leadership Process. New York : McGraw-Hill.

Jujun S. Suriasumantri.(1995). Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar Harapan.

Juran, J.M. (1989). Juran on Quality By Design. New York : Free Press.

Jonathan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Ghraha Ilmu.


(2)

Kaplan, Robert M & Dennis P. Saccuzo. (1993). Psycological Testing Principes Application and Lissues. California Brooks : Cole Publishing Company, Pasific Group.

Koentjaraningrat. (1995). Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia.

Kuratko and Hodgetts. (2004). Entrepreneurship (Theory, Process Practice). USA : Thomson Learning.

Kurt Hanks. (1986). Up Your Productivity. Los Altos, California : Wiliam Kaufman Inc.

Loughran, John. (2007). ”Researching Teacher Education Practices: Responding to the Challenges, Demands, And Expectations of Self Study”. Journal of Teacher Education January. Vol 58; pp. 12-20. Monas University.

Marwan Asri , Awig Sulistyo. (2004). Pengelolaan Karyawan. (Edisi Kedua). Yogyakarta : Penerbit BPFE Yogyakarta.

Maslowski, Ralf. (2001). School Culture and School Performance. Ph.D. Thesis, Netherland, University of Twente Press, www.tup.utwente.nl (2 Oktober 2009) Companies Inc.

McCall. Jack. (1994). The Principal’s Edge. Princeton Junction-New Jersey : Eye on Education Inc.

McNamara, Carter. (2007). Organizational Culture. The Management Assistance Program for Nonprofits. http : //www.org/library/orgthy/culture/culture htm. ( 9 Nopember 2009).

Mintzberg. (1998). Strategi Safari : A Guided Tour Through The Wilds of Strategic Management. New York : The Free Press.

Moleong, Lexy, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mondy Nore and Premeaux. (1999). Human Resources Management. (Second ed.). USA : The Ryden Press.

Mucdharsyah Sinuang. (1995). Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.


(3)

Meirawan, D. (2010) Kepemimpinan & Manajemen Pendidikan Masa Depan. Bogor : IPB Press.

Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Murphy, Joseph & Karen Seashore Louis. (1999). Educational Administration. San Francisco : Jossey – Bass.

Nasir, Mohammad. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. (1985). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

_____________. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ndraha, Taliziduhu. (1999). Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta.

Pandji, Anoraga. (1982). Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Paul D. Sweeney, McFarlin, Dean B., (2002). Organization Behaviour, Solution For Management . New York : McGraw-Hill.

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Kent, D Peterson. (2002). Organizational Behavior, Human Behaviour at Work. New York : McGraw-Hills.

Pettigrew, A.M.(1979). On Studying Organizational Culture. Journal Administrative Science Quarterly.Vol. 24 p. 570-581.

Popenoe, David. (1989). Sociology. New Jersey : Prentice-Hall Inc.

Poster, Cyril. (2000). Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul. Cet. I. Jakarta : Lembaga Indonesia Aditya.

Quible, Zane K. (2005). Administrative Office Management. (Seventh ed.). New Jersey : Pearson Prentice Hall.


(4)

Riduwan. (2005).Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta

________.( 2006). Perilaku Organisasi. Edisi Lengkap .Jakarta : PT. Indeks Gramedia.

________.( 2007). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Muda. Bandung : Alfabeta

________.( 2007). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta

Robbins dan Judge. (2007). Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba. Robbin, Stephen P. (1990) Organization Theory, Structure Design and Application.

New Jersey : Prantice-Hall, Inc.

Robbins, Stepen P. (2005). Organizational Behavior. Eleventh Edition. International Edition. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Robert D, Gatewood, Robert R. Taylor, O.C.Ferrel. (1995).Management Comprehension, Analysis and Aplication. Chicago : Richard D. Irwin.

Roland, S. Barth, (1990). Improving School From Within. San Francisco : Jossey-Bass.

Sallis, Edward B. (2002). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Limited.

Satori, Djam’an. dan Fattah, Nanang. (2001). Modul Manajemen Berbasis Sekolah.

Bandung : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

Satori, Djam’an. (1980). Administrasi Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Adsup.

Schermerhorn, (2005). Management. Eight Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Schuler, Randal S. & Susan E. Jackson. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, terj. Nurdin Sobari. Jakarta : Erlangga.

Sedarmayanti. (1994). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. (Cetakan Pertama). Bandung : Ilham Jaya.


(5)

Siagian, Sondang P. (1997). Organisasi, Kepemimpinan, Konsep, Dimensi dan Strateginya. Jakarta : Gunung Agung.

Siswandari. (2011). Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia (Handout). Surakarta : LPPKS

Slamet. (2006). Manajemen Mutu Terpadu di Perguruan Tinggi. Jakarta : HEDS Project.

Smith, A.W. Maynard. (1982). Evaluation and Theory of Games. London : Cambridge University Press.

Spencer, Lyle M. Jr. and Spenser. (1993). Competence at Work, Models For Supperior Performance, New York : John Willey & Soons, Inc.

Spiro, Meford E.(1972). Culture and Personality. dalam David L Sills (ed), International Encyclopedia of The Social Sciences, Volume 3 dan 4. New York : The Macmillan Company & The Free Press.

Soebagio, Atmodiwirio. (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya.

Steven L. McShane Mary Ann Von Gilnow.(2005). Organizational Behaviour, New York : McGraw-Hill.

Stoner, Freeman dan Gillbert. (1995). Organization Behavior, New York : Prentice Hall, Inc.

Sudjana, Nana. (2003). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : PT. Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2004) . Statistika Penelitian dan Aplikasinya Dengan SPSS 12.0 For Windows. Bandung : CV. Alfabeta.

________. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dilengkapi dengan Metode R & D). Bandung : CV. Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. (1992). Metodologi Penelitian, Jakarta : CV. Rajawali.

Sutermeister, Robert A. (1976). People and Productivity. New York : McGraw-Hill Book Co.


(6)

Taher A. Razik Austin D. Swanson. (1995). Fundamental Concepts of Educational Leadership and Management. New Jersey : Prentice Hall.

Tampubolon. D.P., (2001). Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke 21. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tenner, Arthur R. & Irving J. De Toro. (1992). Total Quality Management, Three Steps to Continuous Improvement. New York : Addison Wesley Publishing Company.

Thomson, George F. (1992). A Text Book of Human Resource Management. London : Institute of Personal Management.

Timpe, A Dale. (1999). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia (Kinerja/ Performance, Cet. 4). Jakarta : PT. Elek Media Koputindo.

U.S. Department of Education. (2004). Innovative Pathways to School Leadership.www.ed.gov. ( 6 Nopember 2009).

Vadim, Kotelnikov. (2005). Entrepreneurial Leadership, New Managerial Task in the Era of Rampant Change. www.1000ventures.com. (11 September 2009). Wiggins, James A. Baverly A. Wiggins, dan James Vander Zanden. (1994). Social

Psychology, New York : McGraw-Hill Inc.

Wirawan. (2001). Teori Kepemimpinan, Pengantar Untuk Praktek dan Penelitian. Kapita Selekta, Jakarta : UHAMKA Press.

Witt, Ulrich & Zellner, C. (2005). Knowledge-based Entreprenueurship : The Organizational Side of Technology Commercialization. Journal of Economic Literature. L23, M13, 031, 032. (18 Nopember 2009).

Whittaker, Kenneth. (1993). The Basics of Library-Based User Services. London : Library Association Publishing Ltd.

Woolfolk, Anita E. (1993). Mengembangkan Kepribadian dan Kecerdasan. Jakarta : Insani Press.

Young, Cheri A. (1999), Emotional Intellegence. Jakarta : PT. Gramedia.