2.1.2 contoh pendekatan scientific sejarah
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KONSEP PENDEKATAN
KONSEP PENDEKATAN
SCIENTIFIC
SCIENTIFIC
SEJARAH
SEJARAH
(2)
Esensi Pendekatan Ilmiah
Pembelajaran merupakan proses Ilmiah
Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian
emas perkembangan dan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik
Penalaran dalam Pendekatan ilmiah
o Penalaran Induktif
o Penalaran deduktif
2
(3)
Penalaran Induktif dan
Deduktif
Penalaran induktif memandang fenomena atau
situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan
Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti
spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas
Penalaran deduktif melihat fenomena umum
untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik
Metode ilmiah umumnya menempatkan
fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum
3
(4)
(Lanj)
(Lanj)
4
(5)
Metode Ilmiah
Teknik-teknik investigasi tas fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya
Kriteria Ilmiah
o Metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik
Metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas
pengoleksian data melalui observasi dan
ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis
5
(6)
Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih
efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional
o Pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen.
o Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi
informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual
sebesar 50-70 persen.
6
(7)
Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah
pendekatan ilmiah
Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu
nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah
Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih
mengutamakan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau
nilai-nilai nonilmiah
o Proses pembelajaran semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis
7
(8)
Kriteria
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan
interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
8
(9)
(Lanj)
(Lanj)
Kriteria
3. Mendorong dan menginspirasi peserta
didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan
tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran
9
(10)
(Lanj)
(Lanj)
Kriteria
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
substansi atau materi pembelajaran
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya
10
(11)
Langkah-Langkah Pembelajaran
dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
11
(12)
(Lanj)
(Lanj)
Langkah-Langkah Pembelajaran
dengan Pendekatan Ilmiah
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
Ranah keterampilan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
12
(13)
(Lanj)
(Lanj)
Langkah-Langkah Pembelajaran
dengan Pendekatan Ilmiah
Kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah (scientific appoach)
dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran
13
(14)
(Lanj)
(Lanj)
14
(15)
(Lanj)
(Lanj)
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran (meaningfull learning)
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya
Memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.
Peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan
antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru
15
(16)
(Lanj)
(Lanj)
1. Mengamati
Langkah-Langkah Mengamati
1.Menentukan objek apa yang akan diobservasi
2.Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
3.Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
4.Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
5.Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
6.Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat
(17)
(Lanj)
(Lanj)
1. Mengamati
Bentuk Keterlibatan Peserta Didik dalam Observasi
1.Observasi biasa (common observation)
o Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer)
o Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati
2.Observasi terkendali (controlled observation)
1. Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dan memiliki hubungan dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati 2. Pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang
atau situasi yang dikhususkan
3.Observasi partisipatif (participant observation).
o peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati
17
(18)
(Lanj)
(Lanj)
1. Mengamati
Cara Pelibatan Peserta Didik dalam Observasi 1.Observasi berstruktur
o Fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah
direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.
2.Observasi tidak berstruktur
o Apa yang harus diobservasi oleh peserta didik tidak ditentukan secara baku atau rijid.
o Peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.
18
(19)
(Lanj)
(Lanj)
Prinsip-Prinsip Observasi
Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada
objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran
Banyak atau sedikit serta homogenitas atau
hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi
o Guru dan peserta didik sebaiknya
menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan
Paham terhadap apa yang hendak dicatat,
direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
19
(20)
(Lanj)
(Lanj)
Dalam pembelajaran sejarah,
pengamatan dilakukan pada objek
sejarah yang berupa situs sejarah. Oleh
karena sejarah itu adalah sesuatu yang
sudah terjadi, dalam pembelajaran bisa
ditampilkan dalam bentuk media; media
video, gambar dan seterusnya. Dalam
tema akulturasi Hindu Budha, misalnya
dapat ditampilkan gambar candi
Borobudur, candi Prambanan
20
(21)
2. Menanya
Fungsi bertanya
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian
peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif
belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta
sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
21
(22)
(Lanj)
(Lanj)
2. Menanya
Fungsi bertanya
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam
berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar
Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi
dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya
kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan
membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
22
(23)
(Lanj)
(Lanj)
Singkat dan jelas
Menginspirasi jawaban Memiliki fokus
Bersifat probing atau divergen Bersifat validatif atau penguatan
Memberi kesempatan peserta didik untuk
berpikir ulang
Merangsang peningkatan tuntutan
kemampuan kognitif
Merangsang proses interaksi
23
(24)
24
(25)
(Lanj)
(Lanj)
25
(26)
(Lanj)
(Lanj)
26
(27)
3. Menalar
Esensi Menalar
Guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif Penalaran (Penalaran Ilmiah) merupakan proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan
Menalar (Kurikulum 2013) merupakan padanan dari
associating bukan terjemahan reasoning
27
(28)
(Lanj)
(Lanj)
3. Menalar
Esensi Menalar
Menurut teori asosiasi (Thorndike)
o Proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik, melalui stimulus dan respons (S-R)
o proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau
inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba
o Hukum Proses pembelajaran •Hukum efek (The Law of Effect)
•Hukum latihan (The Law of Exercise)
•Hukum kesiapan (The Law of Readiness)
28
(29)
(Lanj)
(Lanj)
3. Menalar
Esensi Menalar
Menurut teori belajar sosial (social learning) Bandura
o Belajar terjadi karena proses peniruan (imitation) o Konsep dasar teori belajar sosial (social learning
theory) dari Bandura
•Pemodelan (modelling)
•Fase belajar
•Belajar vicarious
•Pengaturan-diri (self-regulation)
29
(30)
(Lanj)
(Lanj)
3. Menalar
Esensi Menalar
Aplikasio Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
o Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
o Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis
o Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
o Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
o Perlu dilakukan pengulangan dan latihan
o Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik
o Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk perbaikan
30
(31)
(Lanj)
(Lanj)
3. Menalar
Cara Menalar
Penalaran induktif
o Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum
o Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik
Penalaran deduktif
o menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus
o Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme
31
(32)
(Lanj)
(Lanj)
3. Menalar
Cara Menalar
Penalaran induktif
o Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum
o Berbeda dengan pendekatan sejarah yang memiliki keunikan sendiri, yang belum tentu dimiliki oleh disiplin ilmu lain
o Penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum o Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau pengalaman empirik
Penalaran deduktif
o menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus
o Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme
32
(33)
(Lanj)
(Lanj)
3. Menalar
Analogi dalam Pembelajaran
Berpikir analogis sangat penting dalam
pembelajaran, karena dapat mempertajam daya nalar peserta didik
Jenis-jenis analogi
o Analogi induktif
•Kesimpulan disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala
o Analogi deduktif
•“metode menalar” untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal
33
(34)
(Lanj)
(Lanj)
Deduktif: bangsa Indonesia tidak mau
dijajah bangsa asing, buktinya ada
perlawanan/perang Diponegoro,
Hasannudin, Pattimura
Induktif: diberbagai daerah ada
perlawanan/perang Diponegoro,
Hasannudin, Pattimura, pertanda bahwa
bangsa Indonesia tidak mau dijajah.
34
(35)
(Lanj)
(Lanj)
Unik: perlawanan/perang Diponegoro,
Hasannudin, Pattimura itu tidak sama satu
sama lain, karena pada peristiwa itu memiliki latar belakang dan setting yang berbeda. Jadi ketiga perlawanan/perang itu tidak sama satu dengan yang lain.
Kontekstual: peristiwa Tanjung Priok yang
menggambarkan akan dibongkarnya makam ulama, menemui protes besar dari
masyarakat, mestinya tidak perlu terjadi. Karena meletusnya perlawanan/perang
Diponegoro karena Belanda membuat jalan, dimana jalan yang dibuat itu melewati
(36)
(Lanj)
(Lanj)
3. Menalar
Hubungan Antarfenonena
Guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai
hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat diambil dengan
menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah
penalaran induktif, yaitu penalaran induktif sebab-akibat
o Hubungan sebab–akibat
o Hubungan akibat–sebab
o Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2
36
(37)
(Lanj)
(Lanj)
Hakekat Pergerakan Nasional bagi
peserta didik adalah jiwa nasionalisme
dan ketekunan dalam belajar. Peserta
didik adalah generasi muda yang harus
memiliki jiwa nasionalisme dan harus
giat belajar.
37
(38)
(Lanj)
(Lanj)
Proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia dapat dilaksanakan karena
adanya sinergitas, saling menghargai,
sikap pantang menyerah antara
golongan muda dan golongan tua.
Begitu pula tercapainya suatu prestasi
disekolah tidak terlepas dari sinergitas,
saling menghargai, sikap pantang
menyerah dari dewan guru, peserta
didik, dan seluruh stake holder sekolah.
38
(39)
(Lanj)
(Lanj)
Sehubungan adanya pembuatan jalan
oleh Belanda yang melewati makam
leluhur Diponegoro, maka pecahlah
perang Diponegoro melawan Belanda
1825 – 1830.
39
(40)
(Lanj)
(Lanj)
Perang Diponegoro 1825 – 1830
melawan Belanda, sampai-sampai
Belanda mengalami kerugian besar, dan
nyaris dikalahkan, disebabkan Belanda
membuat jalan yang melewati makam
leluhur Diponegoro.
40
(41)
(Lanj)
(Lanj)
Perjuang bangsa Indonesia melalui
Pergerakan Nasional, mengakibatkan
diproklasikan kemerdekaan. Akibat
proklamasi kemerdekaan datanglah
Sekutu yaitu Inggris dan Belanda
datang ke Indonesia . Kedatangan
Sekutu yang berkeinginan menjaga
status quo, tentu tidak diharapkan oleh
pemuda Indonesia, terjadilah perang.
41
(42)
4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik
Untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan
belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Peserta didik diharapkan mampu menggunakan
metode ilmiah dan bersikap ilmiah
42
(43)
Pada mata pelajaran sejarah, misalnya,
peserta didik harus memahami kaitan
fakta-fakta sejarah yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari
43
(44)
historia vitae magistra
, belajar sejarah agar
bijaksana. Hal ini dimaksudkan bahwa
belajar sejarah, seseorang yang mempelajari
sejarah, termasuk peserta didik, diharapkan
dapat mengambil pelajaran, dapat
mengambil hikmah untuk dipakai dalam
kehidupan sehari-hari dari peristiwa sejarah.
Semua peristiwa sejarah tentu memiliki nilai
yang dapat memberi inspirasi untuk
mengembangkan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan peserta didik.
44
(45)
Sebut saja dari peristiwa perkelaian antar pelajar
yang akhir-akhir ini sering terjadi. Perkelaian itu sebenarnya sudah tidak baik, karena tidak hanya melanggar aturan, tetapi bahkan melanggar
norma kehidupan. Melanggar aturan, melanggar norma kehidupan adalah sesuatu yang harus
dihindari, harus dicegah, jangan sampai peserta didik sekarang terkena virus negative tersebut. Jadilah peserta didik yang taat aturan, memiliki martabat yang menjunjung tinggi kemanusiaan, dapat merefleksikan kehidupan yang positif
dalam kehihudupan sehari-hari dan memiliki daya piker yang cerdas
45
(46)
(Lanj)
(Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi
dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan
memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk
memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama
Kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif
atau manajer belajar
Peserta didiklah yang harus lebih aktif
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam
pembelajaran atau kelas kolaboratif
o internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah
o referensi yang murah dan mudah
46
(47)
(Lanj)
(Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Sifat Pembelajaran Kolaboratif
1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi
2. Guru dan peserta didik berbagi tugas dan kewenangan
3. Guru sebagai mediator
4. Kelompok peserta didik yang heterogen
5. Kekurangan kemampuan guru ada pada
kelebihan kemampuan peserta didik, karena akses internet kapan saja dan dimana saja
47
(48)
(Lanj)
(Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Metode Pembelajaran Kolaboratif
JP = Jigsaw Proscedure
STAD = Student Team Achievement Divisions CI = Complex Instruction
TAI = Team Accelerated Instruction
CLS = Cooperative Learning Stuctures LT = Learning Together
TGT = Teams-Games-Tournament GI = Group Investigation
AC = Academic-Constructive Controversy
CIRC = Cooperative Integrated Reading and
Composition
48
(49)
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
49
(1)
historia vitae magistra
, belajar sejarah agar
bijaksana. Hal ini dimaksudkan bahwa
belajar sejarah, seseorang yang mempelajari
sejarah, termasuk peserta didik, diharapkan
dapat mengambil pelajaran, dapat
mengambil hikmah untuk dipakai dalam
kehidupan sehari-hari dari peristiwa sejarah.
Semua peristiwa sejarah tentu memiliki nilai
yang dapat memberi inspirasi untuk
mengembangkan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan peserta didik.
44
(2)
Sebut saja dari peristiwa perkelaian antar pelajar
yang akhir-akhir ini sering terjadi. Perkelaian itu sebenarnya sudah tidak baik, karena tidak hanya melanggar aturan, tetapi bahkan melanggar
norma kehidupan. Melanggar aturan, melanggar norma kehidupan adalah sesuatu yang harus
dihindari, harus dicegah, jangan sampai peserta didik sekarang terkena virus negative tersebut. Jadilah peserta didik yang taat aturan, memiliki martabat yang menjunjung tinggi kemanusiaan, dapat merefleksikan kehidupan yang positif
dalam kehihudupan sehari-hari dan memiliki daya piker yang cerdas
45
(3)
(Lanj)
(Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan
memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk
memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama
Kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar
Peserta didiklah yang harus lebih aktif
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif
o internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah
o referensi yang murah dan mudah
46
(4)
(Lanj)
(Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Sifat Pembelajaran Kolaboratif
1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi
2. Guru dan peserta didik berbagi tugas dan kewenangan
3. Guru sebagai mediator
4. Kelompok peserta didik yang heterogen
5. Kekurangan kemampuan guru ada pada
kelebihan kemampuan peserta didik, karena akses internet kapan saja dan dimana saja
47
(5)
(Lanj)
(Lanj)
5. Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Metode Pembelajaran Kolaboratif JP = Jigsaw Proscedure
STAD = Student Team Achievement Divisions CI = Complex Instruction
TAI = Team Accelerated Instruction
CLS = Cooperative Learning Stuctures LT = Learning Together
TGT = Teams-Games-Tournament GI = Group Investigation
AC = Academic-Constructive Controversy
CIRC = Cooperative Integrated Reading and
Composition
48
(6)
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
49