TESIS S411302012 HARJANTO SUWARDONO

(1)

POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA PERHOTELAN DI KOTA SEMARANG

(KAJIAN DARI PERSPEKTIF SYARIAH)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Manajemen

Minat Utama:

Manajemen Keuangan Syariah

Disusun oleh:

HARJANTO SUWARDONO NIM: S 411302012

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2015 commit to user


(2)

ii

ABSTRAK

POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA PERHOTELAN DI KOTA SEMARANG

(Kajian dari Segi Perspektif Syariah)

HARJANTO SUWARDONO NIM: S 411302012

Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi pengembangan pariwisata perhotelan di Semarang dari segi perspektif syariah melalui permintaan dan penawaran di pasar. Kajian dari sisi aspek permintaan meliputi total kunjungan wisatawan domestik maupun asing ke semarang; total kunjungan objek wisata syariah; tingkat hunian kamar tidur; banyak malam kamar terjual; banyak tamu yang menginap; rata-rata lama menginap. Sedangkan kajian dari segi aspek penawaran meliputi informasi promosi, banyak kamar yang tersedia, banyak malam kamar tersedia, dan pelayanan. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin, sehingga diperoleh 100 responden untuk menjawab variabel yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan kurangnya peran dari pemerintah daerah kota Semarang bagi pengembangan pariwisata syariah yang ditunjukkan rendahnya pembangunan akomodasi penunjang, khususnya hotel syariah, sementara meski jumlah penawaran hotel konvensional lebih tinggi dari permintaannya, pemerintah daerah kota Semarang terus meningkatkan usaha tersebut dengan tetap membangun hotel-hotel konvensional yang baru sehingga tidak tercapainya titik equilibrium pasar.

Kata kunci: potensi pengembangan pariwisata perhotelan, kota Semarang, permintaan, penawaran, hotel syariah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(3)

iii

ABSTRACT

POTENTIAL DEVELOPMENT OF TOURISM HOSPITALITY IN SEMARANG

( Assessment of Aspects of Islamic Perspective )

HARJANTO SUWARDONO NIM: S 411302012

This study aims to look at the potential of hospitality tourism development in Semarang (sharia perspective) through demand and supply in the market. Assessment of the aspect of total demand such as domestic and foreign tourists visit to Semarang; Attraction total visits sharia; the occupancy rate of bedrooms; plenty of room nights sold; many guests staying; the average length of stay. While the study in terms of aspects of supply includes promotional information, lots of rooms available, a lot of room nights available, and service. The sampling technique using slovin formula, thus obtained 100 respondents to answer the variables studied. The results showed a lack of role of local government for the development of Semarang sharia tourism shown lower support property development, especially syariah hotel, while although the number of the conventional hotel deals is higher than demand, the local government of Semarang continue to improve the business by continuing to build new conventional hotels thus not achieving market equilibrium point.

Keywords: the potential for development of tourism hospitality, Semarang, demand, supply, hotel sharia.


(4)

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(5)

v


(6)

vi

PERNYATAAN

Nama : Harjanto Suwardono NIM : S 411302012

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul ”Potensi

Pengembangan Pariwisata Perhotelan di Kota Semarang (Kajian dari Perspektif Syariah)” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis, dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.

Surakarta, 24 Juni 2015 Yang Menyatakan,

Harjanto Suwardono NIM: S411302012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(7)

vii

MOTTO

SABAR itu ILMU TINGKAT TINGGI Belajarnya setiap hari,

Latihannya setia saat , Ujiannya sering mendadak,

Sekolahnya seumur hidup (Sayidina Ali)

Lebih Baik Kehilangan sesuatu karena Allah, daripada kehilangan Allah karena sesuatu. Sesungguhnya kamu tidak meninggalkan sesuatu karena takwamu kepada Allah, melainkan Allah PASTI akan memberimu ganti

yang lebih baik darinya.

(HR Ahmad, dan dishahihkan oleh Syaih al-Albani)


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tesis ini untuk:

Keluargaku tercinta,

Novi Andryana,

Bryan Burhamsyah

dan Oro Manohara Suwardhana,

dari Bapak,

Harjanto

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikumwarohmatullohiwabarokatuh

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan tesis ini dengan judul ”Potensi Pengembangan Pariwisata Perhotelan di Kota Semarang (Kajian dari Perspektif Syariah)” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen.

Tesis ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya memberikan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan setiap aktivitas.

2. Prof. Dr. H. Ravik Karsidi. M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Hunik Sri Runing Sawitri. M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Prof. Dr. Asri Laksmi Riani, M.S. selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen.

6. Prof. Drs. Djoko Suhardjanto M.Com.(Hons).,Ph.D.,Ak. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan perhatian dalam penyusunan tesis ini.

7. Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia, Dinas Pariwisata, dan dinas terkait di Kota Semarang yang telah membantu.

8. Segenap dosen Magister Manajemen yang telah membimbing selama menempuh program Magister Manajemen.


(10)

x

9. Keluarga Tercinta, Novi Andryana, Bryan Burhamsyah dan Oro Manohara Suwardhana, atas dukungan, cinta dan kesabarannya.

10. Keluarga baruku di Magister Manajemen kelas Keuangan Syariah angkatan 39, 40, & 41, Rahajeng Pintowati, Mbak Armida, Mas Arinengwang, Mas Yusuf Wibisono, Pak Shodiq, Pak Agus Ma’Arif, Pak Sugeng, Pak Ali, Mas Davit, Mbak Niken, Mbak Nani, Mbak Salisa, dan Mbak Choiriroh.

11. Mbak Yuli, Mbak Dewi, dan Rahajeng Pintowati yang telah banyak membantu peneliti dalam segala hal.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh peneliti.

13. Dan untuk semua pihak yang telah membantu peneliti baik moral maupun material, yang pada saat ini belum peneliti sebutkan, tetapi Insya Allah tidak akan hilang dari memori peneliti.

Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kelemahan-kelemahan. Peneliti sangat mengharapkan bahwa penelitian ini dilanjutkan oleh Peneliti lain di masa mendatang untuk menyempurnakan atau bahkan mengembangkan menjadi penelitian yang lebih berbobot dan lebih berguna.

Wassalamu’allaikumwarohmatullohiwabarokatuh

Surakarta, 24 Juni 2015 Peneliti,

Harjanto Suwardono

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(11)

xi

DAFTAR ISI

Daftar Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Orisinalitas Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Permintaan dan Penawaran Hotel Syariah ... 10 2. Pariwisata ... 14 commit to user


(12)

xii

3. Pariwisata Syariah ... 17

4. Karakteristik Pariwisata Syariah ... 18

5. Fenomena Industri Pariwisata di Indonesia ... 20

6. Hotel Sebagai Akomodasi Pariwisata ... 23

B. Kerangka Pemikiran ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 39

A. Desain Penelitian ... 39

B. Populasi dan Sampel ... 40

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 41

D. Cara Pengumpulan Data ... 42

E. Evaluasi ... 43

BAB IV. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Analisis Data ... 44

1. Sampel Penelitian ... 44

2. Gambaran Umum Kota Semarang ... 44

3. Potensi Wisata Syariah Kota Semarang ... 49

B. Gambaran Umum Komponen Permintaan Hotel Syariah di Kota Semarang ... 52

1. Total Kunjungan Wisatawan Domestik maupun Asing ke Semarang 52 2. Total Kunjungan Obyek Wisata Syariah ... 55

3. Tingkat Hunian Kamar Tidur ... 58

4. Banyak Malam Kamar Terjual ... 60

5. Banyak Tamu yang Menginap ... 62

6. Rata-rata Lama Menginap ... 63

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(13)

xiii

C. Gambaran Umum Komponen Penawaran Hotel Syariah di Kota

Semarang ... 64

1. Informasi Promosi ... 64

2. Banyak Kamar yang Tersedia ... 65

3. Banyak Malam Kamar Tersedia ... 66

4. Pelayanan ... 67

D. Permintaan dan Penawaran Potensi Pengembangan Pariwisata Perhotelan dari Segi Perspektif Syariah di Kota Semarang ... 67

BAB V. PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 72

C. Keterbatasan & Rekomendasi ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Potensi Wisata Semarang ... 49

2. Statistik Hotel Jawa Tengah ... 49

3. Banyaknya Kunjungan dan Pendapatan dari Obyek Wisata di Kota Semarang ... 53

4. Banyaknya Pengunjung Obyek Wisata di Kota Semarang Tahun 2011-2013 57 5. Tingkat Hunian Kamar Tidur ... 59

6. Banyak Malam Kamar Terjual ... 61

7. Banyak Tamu yang Menginap ... 62

8. Rata-rata Lama Menginap ... 63

9. Informasi Promosi ... 64

10.Banyak Kamar yang Tersedia ... 65

11.Banyak Malam Kamar Tersedia ... 66

12.Pelayanan ... 67

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kondisi Keseimbangan (Equilibrium) Supply-Demand ... 12

2. Proses Keseimbangan ... 13

3. Kerangka Pemikiran ... 38

4. Realisasi Pembangunan Hotel di Kota Semarang ... 51

5. Wisatawan Nusantara ... 54

6. Wisatawan Mancanegara ... 54

7. Jumlah Pendapatan Pemkot Semarang dari Sektor Pariwisata ... 54

8. Kunjungan Wisatawan Nusantara & Mancanegara ke Mesjid Agung Jawa Tengah ... 58

9. Tingkat Hunian Kamar ... 60

10.Banyak Malam Kamar Terjual ... 61

11.Banyak Tamu yang Menginap ... 63

12.Banyak Kamar Tersedia ... 65

13.Banyak Malam Kamar Tersedia ... 66

14.Jumlah Umum Kunjungan Obyek Wisata Kota Semarang ... 68

15.Jumlah Kunjungan Obyek Wisata Syariah Kota Semarang ... 68


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Kriteria Mutlak dan Tidak Mutlak Hotel Syariah

2. Data Semarang dalam Angka & Jawa Tengah dalam Angka tahun 2011 sampai dengan 2013

3. Kuesioner

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anshori (2010) memaparkan bahwa semua Negara di dunia termasuk Indonesia berusaha mendapatkan wisatawan sebanyak mungkin demi meningkatkan perekonomian. Hardiwinoto, Adwiani, dan Akhmad (2014) menambahkan, untungnya banyaknya turis mancanegara memilih Indonesia sebagai salah satu tempat pariwisata yang menarik yang ada di dunia ini, tak terkecuali wisata syariahnya menjadi penggerak sektor pariwisata dan berimbas dalam peningkatan pendapatan devisa negara.

Tentunya banyaknya turis asing tersebut tidak lepas dari peranan pemerintah Indonesia sendiri. Seperti pernyataan Presiden yang menyatakan bahwa beliau mendorong dan memberikan dukungan terhadap pengembangan wisata di Indonesia terutama wisata syariah, menurutnya Indonesia berpotensi menjadi pusat ekonomi syariah yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam kondisi ketidakpastian ekonomi yang sedang melanda dunia. Pernyataan beliau tersebut berdasarkan dengan fakta, bahwa selama 9 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi syariah sangat signifikan, krisis ekonomi yang sedang melanda negara-negara besar dapat menjadi kesempatan bagi pengembangan ekonomi syariah, dimana mode ekonomi ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi dampak krisis keuangan serta meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Presiden juga menyebutkan, bahwa Indonesia mempunyai banyak alasan


(18)

untuk mengembangkan potensi wisata syariah, antara lain keberadaan ekonomi syariah penting untuk mengurangi kerentanan antara sistem keuangan dengan sektor rill, sehingga menghindari penggelembungan ekonomi; keberadaan ekonomi syariah dapat menghindarkan pembiayaan yang bersifat fluktuatif; dan keberadaan ekonomi syariah dapat memperkuat pengaman sosial (Puskompublik, 2013).

Dalam Ramadhan (2014) dikutip bahwa Ketua Jurnalis Ekonomi Syariah (JES), Krestopo menyatakan bahwa pengembangan pariwisata syariah berkontribusi langsung terhadap pengembangan ekonomi syariah nasional, hal ini dibuktikan di berbagai negara-negara lain yang telah melakukan seperti ini dan buktinya sektor keuangan syariah dan sektor riil syariah bisa berjalan beriringan. Krestopo juga menambahkan bahwa ekonomi syariah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ekonomi global yang ada selama ini. Hal ini tak lepas dari perannya sebagai ekonomi alternatif, ketika dunia mengalami resesi global dan nyaris menghancurkan peradaban. Berangkat dari nilai itulah, pegiat dan praktisi berupaya mendesain berbagai sektor riil yang mampu dikembangkan dalam ranah ekonomi syariah salah satunya adalah pariwisata syariah.

Pertiwi (2011) memaparkan bahwa, adapun salah satu langkah konkrit dalam usaha mengembangkan pariwisata syariah adalah dengan merancang produk dan daerah tujuan pariwisata syariah. Pariwisata syariah dapat berarti berwisata ke destinasi maupun atraksi pariwisata yang yang memiliki nilai-nilai Islami dan juga yang makanannya halal, hotelnya halal, sarana ibadah tersedia, dan lainnya. Saefudin (2015) pada dasarnya, wisata syariah adalah prinsip

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(19)

pelayanan wisatawan berbasis syariah, mulai penginapan, restoran atau rumah makan, hingga fasilitas ibadah. Biasanya paket-paket wisata yang ditawarkan mulai dari hotel syariah, makanan halal, objek wisata religi seperti makam para wali, pondok pesantren, hingga ke desa wisata dan pusat kuliner lokal.

Dikutip dari website resmi Wonderful Indonesia, http://indonesia.travel (2014) bahwa terdapat daerah di Indonesia yang potensial sebagai tujuan wisata syariah, salah satunya adalah kota Semarang. Pernyataan tersebut didukung oleh Pertiwi (2011) yang menyatakan bahwa pontensi wisata religi di kota Semarang sangat besar, berpuluh-puluh bus sering terlihat memadati jalur-jalur wisata religi, mereka membawa ratusan peziarah ke makam-makam Wali Songo yakni menuju Kabupaten Demak dan Kudus sampai ke masjid-masjid tua nan unik.

Dikutip dalam Saefudin (2015), destinasi wisata syariah di Semarang tentunya tidak hanya diminati wisatawan muslim tapi juga nonmuslim. Pertiwi (2011) hal tersebut terlihat dari data Badan Pusat Statistik Jateng yang menunjukkan jumlah wisman ke Jateng melalui bandara Adi Sumarmo (Solo) dan Ahmad Yani (Semarang) pada dua bulan pertama 2015 mencapai 2.856 kunjungan. Jumlah tersebut meningkat sekitar 45% dibandingkan periode yang sama pada 2014, yakni mencapai 1.577 kunjungan.

Kota Semarang cukup potensial menjadi destinasi wisata syariah, bahkan sangat mungkin dikembangkan dalam skala internasional. Terlebih penduduk Indonesia mayoritas muslim. Ditambah lagi, penduduk dunia yang beragama dengan penduduk Islam mencapai sekitar 1,6 miliar jiwa. Jumlah ini merupakan pasar potensial bagi pengembangan wisata syariah di Semarang. Dirjen


(20)

Pemasaran Kemenparekraf, Esti Reko Astuti dalam Borobudur Travel Mart and Expo (BTMX) 2014 di Semarang, pada 24-27 Oktober lalu mengatakan, sejumlah negara seperti Australia, Inggris dan Malaysia mulai melirik wisata syariah. Bahkan di Jepang sudah ada paket wisata syariah. Karena itu, ia mengingatkan jangan sampai peluang ini dijadikan target pasar negara lain. Dalam rangka mengembangkan wisata syariah terutama di Semarang, beberapa waktu lalu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menandatangani kesepakatan bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI). Komponen yang termasuk dalam wisata syariah meliputi sektor kuliner, fashion muslim, perhotelan, akomodasi, kosmetik, serta haji dan umrah. Menjadi kompetitor ketersediaan berbagai produk halal, termasuk jumlah perbankan syariah, turut menentukan pengembangan wisata syariah. Begitu pula produk makanan dan minuman. Indeks kesadaran produk halal mengalami peningkatan yang signifikan, yakni 70% (2009) menjadi 92% (2010). Tahun 2009-2010 jumlah produk bersertifikat di LPPOM-MUI menjadi lipat dua. Dari potensi itu, jika digarap secara serius, wisata syariah Indonesia khususnya di Semarang dapat menjadi kompetitor bagi Malaysia, Uni Emirat Arab, Jordania, dan Turki. Di wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah negara muslim yang paling serius menggarap wisata syariah dan jasa keuangan syariah. Di tingkat dunia, Turki merupakan pemain utama di bidang pariwisata syariah dan telah meraup income besar bagi negara itu. Tentunya tingginya potensi tersebut haruslah diimbangi dengan ketersediannya sarana penunjang, dalam hal ini sarana tersebut adalah Hotel Syariah (Saefudin, 2015).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(21)

Hotel berkonsep syariah sendiri memang masih barang langka di Indonesia apalagi di kota Semarang, padahal untuk kebutuhan para umat Muslim hotel syariah sangat diperlukan, selain menjawab kebutuhan masyarakat muslim yang berkunjung ke kota Semarang, rancangan ini pun tentunya akan membantu mensukseskan program pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat wisata syariah dunia (Puskompublik, 2013).

Dikutip dalam Ramadhan (2014) pendiri Hotel Sofyan, Riyanto Sofyan memaparkan wisata syariah atau jasa yang sesuai dengan syariah akan memiliki kenggulan komparatif dibandingkan usaha sejenis yang mengadopsi sistem konvensional. Hotel sofyan sendiri berdiri sejak 1970 dengan menjalankan konsep konvensional, akan tetapi seiring dengan perjalanannya pada tahun 1992 hotel ini mengadopsi system syariah. Sofyan mengaku malah bisa meraup keuntungan. Setelah night club di hotelnya ditiadakan, penjalan malah meningkat 19 persen pada 1999. Sementara di Hotel Sofyan Tebet, seteah disco dandutnya ditutup angka penjualan meningkat 13 persen.

Potensi pengembangan pariwisata hotel di kota Semarang belum terpetakan dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Oleh Karena itu memberi peluang penelitian pemetaan potensi pengembangan pariwisata hotel di kota Semarang, terutama untuk pengembangan perhotelan syariah. Perencanaan dan pengembangan kegiatan wisata pada suatu wilayah memang perlu mengusahakan keterpaduan antar dua komponen utama pengembangan yaitu sisi permintaan (demand side) dan sisi penawaran (supply side). Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan yang sangat mendasar, karena pada hakekatnya perencanaan dan


(22)

pengembangan suatu obyek dan daya tarik wisata tidak lain ditunjukkan untuk menarik kunjungan wisatawan ke suatu obyek. Pengembangan yang akan dilakukan harus memperhatikan dan mendasarkan pada kajian terhadap kesesuaian antara karakteristik sisi penawaran obyek wisata dengan karakteristik sisi permintaan pengunjung. Kesesuaian antara supply dan demand akan berdampak pada kepuasan wisatawan yang pada akhirnya mampu menciptakan nilai jual dan meningkatkan daya saing obyek wisata (Cravens, 1997).

Berbagai literatur mengenai potensi parawisata diantaranya dilakukan oleh: Santi, Oktarina, dan Kustiari (2014) menganalisis faktor-faktor penentu investasi, permintaan dan penawaran dari sektor pariwisata Indonesia. Untuk menjawab masalah, penelitian tersebut menggunakan data seri dari 1990 - 2012 periode; dengan menggunakan model simultan (2SLS) model dianalisis dampak investasi, dan perdagangan internasional sektor pariwisata Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Cai dan Shi (2013) meneliti tiga perusahaan pelayaran internasional (Royal Caribbean, Costa dan Star) mulai dari produk wisata cruise yang ditawarkan, rute pantai tujuan, dan karakteristik produk. Penelitian tersebut didasarkan pada penawaran dan permintaan perspektif keseimbangan dan analisis strategi pengembangan pasar pariwisata kapal pesiar di Shanghai.

Samori dan Fadilah (2013) menggunakan contoh Negara Malaysia sebagai studi kasus, penelitian tersebut menggambarkan peluang yang timbul dalam membangun dan melabeli konsep Hotel Syariah. Selain itu, penelitian tersebut juga membahas hambatan dan tantangan yang mungkin dihadapi oleh industri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(23)

perhotelan dalam mengembangkan Syariah Compliant Hotel di Malaysia. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif di mana data dikumpulkan melalui studi pustaka dan sesi wawancara dengan otoritas terkait.

Chookaew, Oraphan, Jirapa, Pingpis, dan Nimpaya (2015) tujuan dari penelitian mereka adalah untuk mengembangkan potensi pariwisata halal di Teluk Andaman di Thailand untuk sekelompok wisatawan dari negara-negara Muslim. Tujuan penelitian tersebut terbagi kembali dalam lima subtujuan penelitian, diantaranya; mengusulkan metode pembuatan rencana pemasaran pariwisata halal untuk semua wisatawan dari negara-negara Muslim; untuk menawarkan baik pengusaha atau pengusaha pariwisata banyak pilihan dalam manajemen pariwisata halal bagi wisatawan dari negara-negara Muslim; untuk mempelajari tentang cara untuk mengembangkan potensi pengelolaan pariwisata halal dalam rangka mendukung para wisatawan dari negara-negara Muslim; menjadi model pengaturan standar administrasi, dan manajemen pariwisata halal bagi wisatawan dari negara-negara Muslim; dan untuk menawarkan wisatawan dari negara-negara Muslim alternatif pilihan mengkonsumsi produk dan jasa halal.

Berdasar informasi tersebut dan merujuk pada penelitian sebelumnya diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa potensi pengembangan pariwisata perhotelan di kota Semarang dengan mengkaji dari segi perspektif syariah.


(24)

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dapat diangkat dalam penelitian mengenai potensi pengembangan parawisata perhotelan di kota Semarang dengan mengkaji dari segi perspektif syariah ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana potensi pengembangan pariwisata hotel di kota Semarang dengan memperhatikan permintaan wisatawan syariah? Saat ini permintaan pasar wisata syariah mengenai penyediaan akomodasi hotel syariah di Kota Semarang belum diolah secara maksimal.

Dari rumusan masalah diatas maka dapat dikatakan yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu hotel Syariah yang seperti apakah yang paling sesuai untuk dikembangkan di Kota Semarang dengan potensi dan peluang yang dimiliki tanpa mengabaikan kendala dan ancaman yang dapat menghambat usaha pengembangan Wisata Syariah tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun pemetaan potensi pengembangan pariwisata perhotelan syariah di Kota Semarang guna menjawab kebutuhan potensi permintaan dan penawaran pasar. Penelitian ini mengacu pada penelitian Santi, dkk (2014), Cai dan Shi (2013), Samori dan Fadilah (2013) Chookaew, dkk (2015).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(25)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk praktisi maupun akademik dalam penelitian serupa selanjutnya. Manfaat yang dimaksud antara lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bentuk hasil penelitian sebagai acuan penelitian selanjutnya, khususnya dapat memberikan informasi mengenai potensi pengembangan pariwisata perhotelan dari segi perspektif syariah di Kota Semarang. Kemudian selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi manajemen pengembang hotel sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

E. Orisinalitas Penelitian

Penelitian mengenai potensi pariwisata telah beberapa kali dilakukan, antara lain oleh: Santi, dkk (2014), Cai dan Shi (2013), Samori dan Fadilah (2013) Chookaew, dkk (2015), namun secara substansi penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu, sejauh ini penelitian ini merupakan penelitian pertama mengambil tema potensi pengembangan pariwisata perhotelan di Kota Semarang yang dikaji dari segi persfektif syariah.


(26)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Permintaan dan Penawaran Hotel Syariah

Kotler (2002), Wisatawan yang berkunjung dan tinggal di objek dan daya tarik wisata di suatu destinasi mereka akan memanjakan diri dengan memenuhi segala keinginannya sesuai kemampuan mereka. Termasuk salah satunya adalah dengan mencari hotel untuk beristirahat. Kebutuhan semacam ini disebut dengan permintaan (demand). Adanya permintaan dari para wisatawan mancanegara itu secara otomatis akan adanya respon dari para pelaku wisata di daerah tujuan untuk memenuhi segala kebutuhan akomodasi yang diminta tersebut dan muncullah para penyedia akomodasi hotel (supplier).

Wahab (2003), Semarang yang notabene merupakan Ibu Kota Jawa Tengah dan terkenal sebagai objek wisata, menyebabkan destinasi ini harus bertindak sebagai penyedia fasilitas pariwisata yang dibutuhkan wisatawan mancanegara yang berkunjung. Fasilitas tersebut termasuk hotel syariah yang mampu menarik minat wisatawan baik wisatawan syariah maupun bukan untuk mencoba pelayanan yang berstandar internasional. ICRA Indonesia (2012) menjelaskan bahwa permintaan hotel syariah dapat dilakukan dengan mengestimasi permintaan pasar pada saat ini dan yang akan datang yang dilakukan dengan menganalisis berbagai faktor seperti pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, dinamika spesifik pasar seperti kemampuan untuk menarik investasi baru (yang melibatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(27)

perjalanan bisnis) atau popularitasnya sebagai tujuan wisata (dalam hal ini jumlah wisatawan syariah). Selain dari pasokan kamar hotel yang ada di pasar tersebut, ICRA Indonesia juga mempertimbangkan proyek hotel yang sedang berlangsung atau dalam rencana untuk menentukan pasokan kamar relatif terhadap permintaan, dan dampak yang dihasilkan pada tingkat hunian, rata-rata harga kamar dan pendapatan per kamar. Maka disimpulkan permintaan hotel syariah mencakup:

a. Total kunjungan wisatawan domestik maupun asing ke semarang; b. Total kunjungan objek wisata syariah;

c. Tingkat hunian kamar tidur; d. Banyak malam kamar terjual; e. Banyak tamu yang menginap;

f. Rata-rata lama menginap.

Penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh hotel syariah kepada wisatawan yang nyata maupun potensial. Penawaran pariwisata ditandai oleh tiga ciri khas utama yaitu merupakan penawaran jasa-jasa yang ditawarkan bersikap kaku dalam arti sulit mengubah sasaran penggunaan di luar pariwisata dan karena pariwisata belum merupakan kebutuhan pokok manusia maka penawaran pariwisata harus bersaing ketat dengan penawaran barang dan jasa lainnya. Oleh karena permintaan pariwisata terdiri atas beragam jenis, maka perlu ditekankan pentingnya suatu penilaian objektif mengenai sumber-sumber wisata seperti hotel di negara penerima dengan maksud untuk menentukan suatu pendekatan yang paling cocok dengan negara pasar dan kemudian memusatkan upaya dalam bidang pemasaran. Kemudian Nasution (2004) menyampaikan bahwa permulaan dari


(28)

perencanaan pariwisata berawal dari fungsi sistem pariwisata dan dilihat dari sisi penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran terdapat 4 komponen, yaitu informasi promosi, banyak kamar yang tersedia, banyak malam kamar tersedia, dan pelayanan. Pada komponen transportasi digambarkan adanya volume dan kualitas dari seluruh sarana transportasi. Komponen atraksi menyoroti perlunya pengembangan sumber daya untuk memenuhi kepuasan wisatawan berkualitas. Komponen pelayanan menjelaskan perlunya variasi dan kualitas dari produk wisata yang ditawarkan.

Terkait dengan sistem pariwisata, Wahab (2003) dan Yoety (2000), menyatakan bahwa dalam sistem pariwisata terdapat pasar barang dan jasa, termasuk akomodasi, pelayananan makanan, pelayanan lainnya, termasuk didalamnya terdapat orientasi produk dan diferensiasi pasar. Lebih lanjut Wahab (2003) menyatakan sistem pariwisata dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan (supply and demand).

ITB (LPM-ITB, 1997) meneliti bahwa kondisi dan struktur pasar tertentu dapat digambarkan melalui sebuah model yang memuat fungsi penawaran dan permintaan, sesuai Gambar 1 berikut ini:

Sumber : LPM-ITB Gambar 1

Kondisi Keseimbangan (Equilibrium) Supply-Demand

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(29)

Pada harga tertentu, misalnya P1 (Gambar 1), sejumlah Q1 tersedia dengan besarnya permintaan adalah Q2, terdapat permintaan lebih (Q1 – Q2). Fungsi permintaan menunjukkan bahwa hanya sebagian konsumen yang bersedia membayar lebih tinggi. Jika harga naik maka permintaan berkurang hingga penawaran bertambah. Proses ini berlaku terus hingga dicapai suatu keseimbangan (equiblirium) pada harga P3 dan Q3 merupakan jumlah yang diminta dan besarnya sama dengan yang ditawarkan. Equiblirium dicapai pada saat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah permintaan (demand) dan faktor yang menentukan jumlah dari penawaran (supply) menghasilkan jumlah yang sama secara statis atau berkonvergensi terhadap kesamaan secara dinamis. Gambar 2 memberikan ilustrasi mengenai perubahan keseimbangan ke arah konvergensi.

Sumber: LPM-ITB Gambar 2 Proses Keseimbangan

Kondisi keseimbangan akan selalu mengalami perubahan-perubahan tertentu. Perubahan supply-demand akibat perubahan harga terjadi pada masing-masing kurva. Timbulnya teknologi baru yang mengubah struktur harga, atau


(30)

kenaikan pendapatan akan membawa perubahan posisi dari kurva supply-demand, karena berbagai jumlah barang/jasa yang ditawarkan atau diminta konsumen pada harga-harga yang sama. Misalnya semula posisi keseimbangan E1 dengan harga P1 da permintaan Q1. Akibat teknologi baru maka pengusaha bersedia menawarkan lebih banyak barang/jasa pada harga yang sama dan terjadilah kelebihan supply atas demand, sehingga harga turun dan menyebabkan tercapainya equilibrium baru menjadi E2, pada harga yang lebih rendah (Pt) dengan jumlah barang/jasa yang diminta (Qt) lebih besar dari Q1. Proses menuju equilibrium terjadi karena kondisi supply-demand dapat convergen, yang secara teoritis dapat juga terjadi perubahan keseimbangan yang menjadi divergen.

2. Pariwisata

Dikutip dalam Santi dkk (2014) pariwisata adalah salah satu kontributor paling signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2012, pangsa pariwisata nasional terhadap PDB adalah 13,9 persen dan tentu saja kontribusi sektor untuk membantu bagi pertumbuhan ekonomi nasional, melalui penerimaan devisa sebagai pendapatan dari konsumsi turis. Selain itu, telah memberikan multiplier effect untuk sektor lain yang terkait dengan sektor. Oleh karena itu, peningkatan investasi dan perdagangan pariwisata akan menjadi fokus dalam program pengembangan pariwisata untuk meningkatkan kontribusi.

Sementara itu, Badan Koordinasi Indonesia (BKPM) menyatakan investasi rata-rata nasional untuk sektor pariwisata adalah Rp. 2,73 miliar atau 6 persen dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(31)

jumlah investasi selama 2006-2012, dengan kata lain investasi di sektor pariwisata belum mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi perkembangan perekonomian nasional mengingat potensinya (Santi, dkk 2014). Definisi pariwisata sendiri telah banyak dikemukakan oleh para ahli di bidang pariwisata, namun dalam definisi tersebut masih terdapat beberapa perbedaan dalam pendefinisian. Beberapa pengertian atau definisi pariwisata yang pernah dikemukakan oleh para ahli dalam bidang pariwisata, antara lain menurut Hunzieker dan Kraf dalam Muljadi (2009), pariwisata adalah keseluruhan fenomena dan hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk menetap di tempat yang disinggahinya dan tidak berkaitan dengan pekerjaan yang menghasilkan upah. Perjalanan yang dilakukan biasanya didorong oleh rasa ingin tahu untuk keperluan yang bersifat rekreatif dan edukatif.

McIntosh dan Gupta dalam Yoety (2000), mendefinisikan pariwisata sebagai gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya.

Wahab (2003), menyatakan bahwa pariwisata merupakan suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang di dalam negara itu dan daerah lain (daerah tertentu) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya di tempat ia memperoleh pekerjaan tetap. UU No.9/1990 tentang kepariwisataan, mendefinisikan pariwisata adalah segala


(32)

sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Dari beberapa pengertian pariwisata di atas terdapat satu kesamaan dalam pengertian tentang pariwisata yaitu bahwa kegiatan ini merupakan fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia yaitu kegiatan perjalanan/travelling. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, kegiatan manusia yang dilakukan dalam rangka rekreasi atau untuk mencari menikmati suasana yang berbeda membutuhkan suatu obyek atau tempat untuk singgah. Pemandangan alam, dalam hal ini adalah pemandangan rawa berperan sebagai suatu obyek atau atraksi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam melakukan kegiatan wisata.

Seiring dengan berkembangnya ekonomi syariah, baru-baru ini Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama MUI telah meluncurkan wisata syariah di Indonesia. Ada empat produk dalam wisata syariah yang diprioritaskan, yaitu hotel, restoran, travel agent dan usaha spa. Kemenparekraf menetapkan sembilan destinasi wisata syariah di Indonesia, diantaranya Sumatera Barat, Riau, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Semarang, Lombok, dan Makassar (Tempo.com, 2014). Potensi wisata syariah sangat besar, sebuah terobosan studi baru, ‘Global Muslim Lifestyle Travel Market: Landscape & Consumer Needs,’ menunjukkan bahwa belanja wisatawan Muslim secara global senilai 126.1 juta dolar AS (sekitar 1.53 triliun rupiah) pada 2011 dan diperkirakan terus meningkat 4,8 persen hingga 2020 (Saefudin, 2015).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(33)

3. Pariwisata Syariah

Pariwisata Syariah merupakan tujuan wisata baru di dunia saat ini. Utilizing the World Tourism Organization (UNWTO) menunjukkan bahwa wisatawan muslim mancanegara berkontribusi 126 miliar dolar AS pada 2011. Jumlah itu mengalahkan wisatawan dari Jerman, Amerika Serikat dan Cina. Menurut data Global Muslim Traveler, wisatawan muslim Indonesia masuk dalam 10 besar negara yang paling banyak berwisata. Namun, Indonesia tidak termasuk dalam 10 tempat destinasi kunjungan muslim (Saefudin, 2015). Ironis, Indonesia tidak dapat dan bermayoritas muslim ini hanya menjadi konsumen saja.

Kemenparekraf RI sejauh ini telah mengembangkan dan mempromosikan usaha jasa di bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan wisata dan spa di 12 destinasi wisata syariah. Pengembangan tersebut dilakukan di sejumlah kota yakni Aceh, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Semarang, Jawa Timur, NTB serta Sulawesi Selatan (Alamsyah, 2014). Provinsi Jawa Tengah dan Semarang merupakan salah satu destinasi wisata syariah yang mempunyai banyak obyek obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Didukung dengan transportasi yang memadai, obyek-obyek wisata tersebut sangat mudah untuk dikunjungi.

Negara-negara Muslim cenderung menafsirkan pariwisata berdasarkan apa yang Al-Qur'an katakan. Berikut bentuk pariwisata berdarkan Al-Qur’an (Munirah, 2012) :


(34)

a. Hijja (ة ح) melibatkan perjalanan dan ziarah ke Mekah. Perjalanan ini merupakan persyaratan untuk setiap Muslim dewasa yang sehat. Setidaknya sekali dalam seumur hidup untuk mengambil haji.

b. Zejara (ي ةرا ) mengacu pada kunjungan ke tempat-tempat suci lainnya. c. Rihla (ة ل ر) adalah perjalanan untuk alasan lain, seperti pendidikan dan perdagangan.

Penekanannya adalah pada gerakan terarah, sebagai komponen dari perjalanan spiritual dalam pelayanan Tuhan. Shari'ah (ةع لا ي ش) hukum menentukan apa yang dapat diterima - halal (لا ح), dan apa yang tidak diterima - haram (ما ح) dalam kehidupan sehari-hari dan selama perjalanan.

4. Karakteristik Pariwisata Syariah

Menurut Chookaew (2015), terdapat delapan faktor standar pengukuran pariwisata syariah dari segi administrasi dan pengelolaannya untuk semua wisatawan yang hal tersebut dapat menjadi suatu karakteristik tersendiri, yaitu :

a. Pelayanan kepada wisatawan harus cocok dengan prinsip muslim secara keseluruhan;

b. Pemandu dan staf harus memiliki disiplin dan menghormati prinsip-prinsip Islam;

c. Mengatur semua kegiatan agar tidak bertentangan dengan prinsip Islam; d. Bangunan harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam;

e. Restoran harus mengikuti standar internasional pelayanan halal; f. Layanan transportasi harus memiliki keamanan sistem proteksi;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(35)

g. Ada tempat-tempat yang disediakan untuk semua wisatawan muslim melakukan kegiatan keagamaan; dan

h. Bepergian ke tempat-tempat yang tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Dari karakteristik pariwisata syariah yang dijabarkan Chookaew (2015), terdapat empat aspek penting yang harus diperhatikan untuk menunjang suatu pariwisata syariah.

a. Lokasi

Penerapan sistem Islami di area pariwisata. Lokasi pariwisata yang dipilih merupakan yang diperbolehkan kaidah Islam dan dapat meningkatkan nilai-nilai spiritual wisatawan.

b. Transportasi

Penerapan sistem, seperti pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram sehingga tetap berjalannya syariat Islam dan terjaganya kenyamanan wisatawan.

c. Konsumsi

Islam sangat memperhatikan segi kehalalan konsumsi, hal tersebut tertuang dalam Q.S Al-Maidah ayat 3. Segi kehalalan disini baik dari dari sifatnya, perolehannya maupun pengolahannya. Selain itu, suatu penelitian menunjukkan bahwa minat wisatawan dalam makanan memainkan peran sentral dalam memilih tujuan wisata (Moira, 2012).

d. Hotel

Seluruh proses kerja dan fasilitas yang disediakan berjalan sesuai dengan prinsip syariah (Samori dan Fadilah, 2013). Menurut Rosenberg (dalam


(36)

Sahida, 2009), pelayanan disini tidak sebatas dalam lingkup makanan maupun minuman, tetapi juga dalam fasilitas yang diberikan seperti spa, gym, kolam renang, ruang tamu dan fungsional untuk laki-laki dan perempuan sebaiknya terpisah.

5. Fenomena Industri Pariwisata di Indonesia

Santi dkk (2014), industri pariwisata memiliki karakteristik saling tergantung satu sama lain (interdependence), yang terbagi dalam tiga jenis yaitu:

a. HospitalityIndustry (Food and Baverage, dan Akomodasi); b. Travel (Retail danWholeseller; Operator);

c. Visitor Services (Attraction; Event; dan TourismAgencies).

Bisnis pariwisata memiliki karakteristik yang sangat peka terhadap lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal, dalam konteks hubungan dalam lingkungan organisasi maka industri pariwisata memiliki sifat saling bergantung (interdependency) yang sangat kuat (Jago dan Ardle 1999). Garcia-Falcon, dkk (1999) menegaskan hubungan kerjasama tersebut bersifat permanen.

Semua pihak yang terlibat langsung dalam bisnis pariwisata harus memiliki kontribusi dalam mencapai arah strategi pariwisata yang lebih besar (Cooper, 1997). Misal, Indonesia mencanangkan industri pariwisata sebagai sektor industri yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung perekonomian, maka konsekuensinya adalah seluruh pihak, baik institusi maupun masyarakat harus mengarah pada suatu grand strategy yang telah dibuat oleh pengambil kebijakan/pemerintah. Oleh karena wilayah Indonesia sangat luas dan beragam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(37)

potensi, maka pengembangannya perlu didasarkan pada potensi dan kapasitas daerah masing-masing, dengan mengacu pada Grand Staretgy nasional. Stear, dkk (1989) menjelaskan bahwa ”the tourism industry is the collection of all collaborating firms and organisations which perform spesific activities directed at satisfying the particular needs of tourist”.

Dari definisi Stear, dkk (1989) ini, dapat dimaknai bahwa industri pariwisata tersebut memiliki karakteristik saling berhubungan dengan berbagai spesifikasi sumber daya dan aktivitas yang dimiliki, yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan, keinginan dan kepentingan para wisatawan. Dengan demikian, para pebisnis dalam industri pariwisata tidak dapat bermain sendirian dalam melayani konsumennya, karena keterbatasan sumber daya dan kemampuan dari masing-masing organisasi, sehingga bisnis ini “mutlak” membutuhkan kerjasama dengan pihak lain. Sementara, pada umumnya perusahaan pariwisata di Indonesia belum terintegrasi untuk mencapai grand strategy dari bisnis tersebut dan secara nasionalpun tidak terjadi keajegan branding dan belum memiliki grand strategy yang mapan dan ajeg.

Kondisi tersebut dapat dilihat dari konsistensi arah strategis yang ingin dicapai oleh pemerintah pusat contohnya, dikutip dalam website resmi KEMENPAREKRAF, www.parekraf.go.id terlihat pada tahun 2000, branding yang dibangun secara nasional adalah ““My Indonesia, Just a Smile Away” yang membuahkan 5,153 juta wisman dan tahun 2002 sebesar 5 juta. Namun, karena keterbatasan biaya promosi dan kurangnya sosialisasi pada forum internasional, maka branding ini belum dapat sepopuler “Malaysia Truly Asia”. Tragisnya,


(38)

belum lagi popular branding ini telah diganti dengan branding yang bersifat product oriented: ”Indonesia, Ultimate in Diversity”. Alasan penggantian branding ini untuk membangun citra (image) bahwa Indonesia memiliki keragaman. Padahal, visi yang ingin dicapai tahun 2000 belum tersosialisasi secara luas dan diimplementasikan di seluruh wilayah Indonesia, apalagi dijadikan sebagai landasan pijak untuk penyusunan strategi pada tingkat perusahaan/pelaku-pelaku bisnis pariwisata di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan ketertinggalan pada tataran skala usaha, kemampuan manajerial, jejaring (networking) dan kebijakan strategis dari pemerintah yang belum memiliki keajegan strategi maupun program sehingga menyulitkan untuk menjadikannya sebagai patokan bagi kalangan bisnis. Kecuali, untuk beberapadaerah tertentu yang telah memiliki pengalaman dalam mengelola industri pariwisata seperti: DKI-Jakarta, Yogyakarta, Denpasar (Bali), Bandung (Jawa Barat), Surabaya-Malang (Jawa Timur), dan Magelang (khusus untuk pengelolaan destinasi wisata Borobudur) dalam Warta Ekonomi (Volume 26, Desember 2005). Pada fenomena pengelolaan pariwisata di wilayah yang telah cukup mapan tersebut tercermin dari: terintegrasinya antara tourism destination management, hospitality management, transportation management, tour and travel management, tour agency management, tour operator management serta kebijakan pemerintah sektor pariwisata yang berkaitan dengan peraturan maupun penyediaan sarana dan prasarana untuk kenyamanan dan keamanan para wisatawan. Pada akhirnya, jumlah kunjungan wisata domestik maupun mancanegara menjadi tinggi untuk wilayah-wilayah tersebut. Contoh: Provinsi Bali dan Yogyakarta yang memiliki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(39)

tourism destination management yang profesional dengan mengemas berbagai paket wisata yang memiliki spesifikasi (kekhasan) dengan memadukan destinasi alam (nature), destinasi buatan manusia (produk budaya) dengan berbagai atraksi seni, olah raga maupun pusat kerajinan/pusat belanja. Selanjutnya, tersedia tranportasi lokal dengan berbagai pilihan (persewaan motor/mobil, taksi) serta becak dan “andong”/dokar sebagai transportasi tradisional. Jasa transportasi ini bekerjasama dengan industri perhotelan, restoran, industri rumahan (home industry) dan biro perjalanan wisata di beberapa kota yang telah memiliki integrasi pengelolaan pariwisata. Langkah-langkah strategis ini juga mulai diikuti oleh beberapa daerah lain yang mulai memfokuskan dan menumbuh-kembangkan industri pariwisata, seperti: Sumatera Utara (Medan), Sulawesi Utara (Manado), Jawa Tengah (Solo, Semarang, Magelang), Sumatera Barat (Padang), Sumatera Selatan (Palembang), Sulawesi Selatan (Ujung Pandang), Batam (Riau) dan beberapa wilayah lain.

6. Hotel Sebagai Akomodasi Pariwisata

Kata hotel sendiri sendiri merupakan perkembangan dari bahasa Perancis yaitu hostel, yang diambil dari bahasa Latin hospes, dan mulai diperkenalkan kepada masyarakat umum pada tahun 1797. Sebelum istilah hotel digunakan di Inggris rumah-rumah penginapan bagi orang yang berpergian jauh disebut Inn (Arif, 2005). Pengertian hotel menurut Hotel Proprietors Act, 1956 dalam Sulastiyono (2008) hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan,minuman dan fasilitas kamar untuk


(40)

tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus.

Berdasarkan SK Menteri Perhubungan No: PM.10/pw.301Phb-77 pada tanggal 22 Desember 1977, hotel adalah: sebuah perusahaan akomodasi, korporasi, atau institude, mempersiapkan fasilitas-fasilitas seperti penginapan, makanan dan minuman, dan jasa-jasa lainnya, fasilitas dan jasa untuk orang-orang pada umumnya termasuk turis dan traveler, terutama untuk orang-orang yang tinggal untuk sementara waktu, akomodasi ini untuk komersial. Beberapa unsur pokok yang terkandung dalam pengertian hotel sebagai suatu akomodasi komersial, yaitu: Hotel adalah suatu bangunan, lembaga, perusahaan, atau badan usaha akomodasi; Menyediakan fasilitas pelayanan (jasa) penginapan, makanan dan minuman serta jasa-jasa lainnya; Fasilitas dan pelayanan tersebut diperuntukan bagi masyarakat umum (termasuk di dalamnya tourist dan traveller); Yang tingggal di tempat itu hanya untuk sementara waktu; Akomodasi tersebut dikelolah secara komersial.

a. Klasifikasi dalam hotel

Pengelompokan hotel menurut Dimyati (1989), hotel dapat dikelompokkan menurut beberapa kriteria, antara lain :

1) Pengelompokkan menurut standar hotel: a) Hotel Internasional;

b) Hotel Semi Internasional; c) Hotel Nasional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(41)

Penentuan standar hotel tersebut didasarkan pada Manajemen (Pengelola), Room Capasity (Kapasitas Kamar), Facilities (fasilitas), Employement (penempatan tenaga kerja) dan Administration (administrasi).

2) Penentuan standar hotel menurut ukuran (size) hotel:

a) Hotel besar (big size hotel), adalah: hotel yang memiliki 300 kamar tamu atau lebih;

b) Hotel menengah atau sedang (medium size hotel), adalah hotel yang memiliki 100 – 299 kamar tamu;

c) Hotel kecil (small size hotel), adalah : hotel yang memiliki 25-99 kamar tamu.

3) Penentuan hotel menurut operasinya

a) Around the year operation hotel, adalah hotel yang beroperasi sepanjang tahun.

b) Seasonal hotel, adalah hotel yang beroperasi pada musim-musim tertentu (musim panas, musim dingin, atau musim semi saja).

4) Penentuan hotel menurut lokasinya :

a) City Hotel adalah hotel yang berlokasi di daerah perkotaan. Karena hotel-hotel ini biasanya diperuntukan bagi tamu-tamu beristirahat sementara dalam jangka waktu pendek, maka sering disebut juga sebagai Transit Hotel atau Transient Hotel. City Hotel biasanya dihuni oleh para usahawan. Oleh karena itu hotel semacam ini sering juga disebut dengan Comercial Hotel, yang tentunya dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan bagi commercialman.


(42)

b) Residential Hotel adalah hotel yang berlokasi di pinggiran yang cukup jauh dari keramaian, dan polusi udara, tetapi mudah menjangkau tempat kegiatan usaha. Hotel semacam ini berlokasi di daerah tempat kegiatan usaha. Hotel semacam ini berlokasi di daerah yang tenang karena terutama diperuntukan bagi mereka yang ingin tinggal dalam waktu lama. Dengan sendirinya hotel ini dilengkapi dengan tempat tinggal yang lengkap untuk keluarga.

c) Resort Hotel adalah hotel yang berlokasi di daerah pegunungan atau mountain hotel dan di tepi pantai atau beach hotel. Hotel semacam ini terutama diperuntukan bagi keluarga yang ingin beristirahat pada hari libur.

d) Motel adalah hotel yang berlokasi dipinggir atau di pinggir atau di sepanjang jalan raya yang menghubungkan satu kota besar dengan kota besar lainnya, atau di pinggir jalan raya dekat pintu gerbang / batas kota besar. Hotel semacam ini diperuntukan bagi para traveller yang menggunakan kendaraan mobil sendiri. Oleh karena itu dalam motel harus ada tempat parkir mobil yang terpisah.

Berdasarkan kriteria keempat unsur tersebut dengan SK Mentri Perhubungan No. PM. 10/PW.301/Pdb-77 tentang usaha dan klasifikasi hotel ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi kelas dalam hotel di golongkan ke dalam 5 kelas hotel yaitu: hotel dengan kelas bintang satu sampai dengan bintang lima. Hotel dengan kelas tertinggi dinyatakan dengan tanda bintang 5 dan hotel dengan golonganan kelas terendah dinyatakan dengan tanda bintang satu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(43)

Hotel yang tidak memenuhi standar kelima kelas tersebut atau yang berada di bawah standar minimum di sebut Hotel Non Bintang. Tujuan dari penggolongan kelas hotel tersebut adalah:

1) Untuk menjadi pedoman teknis bagi calon investor di bidang usaha perhotelan;

2) Agar calon penghuni hotel dapat mengetahui fasilitas dan pelayanan yang akan diperoleh di suatu hotel sesuai dengan golongan kelasnya;

3) Agar tercipta persaingan yang sehat di antara para pengusahaan hotel; 4) Agar tercipta keseimbangann antara permintaan dan penawaran usaha

akomodasi hotel. b. Hotel Syariah

Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah, memaparkan bahwa usaha Hotel adalah penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan Syariah adalah prinsip-prinsip hukum Islam sebagaimana yang diatur fatwa dan/atau telah disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Usaha Hotel Syariah adalah usaha hotel yang penyelenggaraannya harus memenuhi kriteria Usaha Hotel Syariah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini. Kriteria Usaha Hotel Syariah adalah rumusan kualifikasi dan/atau klasifikasi yang mencakup aspek


(44)

produk, pelayanan, dan pengelolaan. Usaha Hotel Syariah digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Hotel Syariah Hilal-1

Hotel Syariah Hilal-1 adalah penggolongan untuk usaha hotel syariah yang dinilai memenuhi seluruh kriteria Usaha Hotel Syariah yang diperlukan untuk melayani kebutuhan minimal wisatawan muslim.

2) Hotel Syariah Hilal-2

Hotel Syariah Hilal-2 adalah penggolongan untuk Usaha Hotel Syariah yang dinilai memenuhi seluruh Kriteria Usaha Hotel Syariah yang diperlukan untuk melayani kebutuhan moderat wisatawan muslim.

Lebih lanjut dalam PERMEN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah terdapat Kriteria Mutlak dan Kriteria Tidak Mutlak Usaha Hotel Syariah, Kriteria Mutlak adalah ketentuan dan persyaratan minimal tentang produk, pelayanan, dan pengelolaan yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh Pengusaha Hotel sehingga dapat diakui sebagai Usaha Hotel Syariah dan memperoleh Sertifikat Usaha Hotel Syariah.Kriteria Tidak Mutlak adalah ketentuan dan persyaratan tentang produk, pelayanan, dan pengelolaan yang dapat dilaksanakan oleh Pengusaha Hotel Syariah, guna memenuhi kebutuhan tertentu wisatawan muslim. pemaparannya dapat dilihat dalam Lampiran 1.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(45)

c. Karakteristik industri perhotelan

Industri hotel merupakan bagian kecil industri jasa (service industri) yang secara lusa mencakup industri hospitality, bank, pusat kesehatan (health care), asuransi, amusement, bengkel perbakikan mesin, pendidikan, lembaga hukum dan lain sebagainya (Keiser, 1989). Sedangkan Industri Hospitality terdiri atas enam kategori umum, yaitu:

1) Lodging (Penginapan). 2) Food Services (Jasa Boga). 3) Transportation (Transportasi). 4) Leisure Activity

5) Hospitals and nursing homes (Rumah sakit dan Rumah perawatan). 6) Educational Support (Asrama dan pendukung pendidikan lainnya). Karakteristik industri hospitality adalah:

1) Orientasi pada pelayanan (service oriented).

Pelayanan berbeda dari produk bersifat abstrak dan tidak terlihat (intangible) (Keiser, 1989). Misalnya seseorang pergi ke hotel untuk menginap, pelayanan yang diterima meliputi keadaan fisik hotel (kebersihan, design), keramahan staff hotel, kamar yang tertata rapi dan bersih. Pelayanan ini tidak dapat disimpan di suatu tempat seperti gudang. Jika sebuah kamar hotel tidak terjual pada suatu malam, penghasilan dari kamar tersebut tidak dapat diganti atau sudah hilang selamanya.

2) Melibatkan perhatian khusus pada orang (Intensive concern with people). 3) Memerlukan tenaga kerja khusus (special kind of labor force).


(46)

4) Lingkup operasi relatif kecil (smaller operations). 5) Productivitas rendah (low Productivity).

Untuk mengulas sifat hotel (Nebel, 1991), keunggulan hotel harus dapat membedakan dirinya dengan pesaing malalui pelayanan (service) yang diberikan. Jika hanya membedakan diri melalui tampilan atau fisik hotel, keunikan suatu hotel tidak akan bertahan lama, karena pesaing akan dengan mudah menirunya. Permasalahannya adalah pelayanan berbentuk abstrak, tidak terlihat dan personal, sehingga sulit untuk dapat membuatnya konsisten. Hal-hal yang mendorong terjadinya inkonsistensi pelayanan dalam industri hotel antara lain adalah pelayanan atau jasa yang diberikan lebih banyak dilakukan oleh manusia, bukan mesin yang bisa diatur untuk menghasilkan suatu kualitas tertentu yang selalu sama. Hotel adalah bisnis yang bersifat siklis, ada waktu penuh yang disebut high season atau sebaliknya low seasons, sehinga sulit untuk dapat memelihara sebuah sistem yang beragam dalam keadaan yang tidak menentu. Tingkat keluar masuk karyawan yang tinggi, menyebabkan sistem yang seragam sulit untuk diterapkan. Menurut Lewis dan Chambers (1989), hotel dapat dioperasikan dengan cara:

1) Dimiliki sendiri dan dioperasikan sendiri, yang tentusaja menuntut kenutuhan dana yang tidak sedikit untuk investasi, ditambah pula keharusan untuk memiliki pengetahuan tentang manajemen pengelolahan hotel.

2) Dimiliki sendiri dan dioperasikan oleh orang atau perusahaan lain melalui kontrak manajemen, yang tidak mengharuskan pemilik hotel untuk memiliki pengetahuan dan pengalaman manajemen pengelolaan hotel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(47)

3) Dimiliki sendiri dan dioperasikan sendiri di bawah sistem waralaba (Franchising), dengan membeli brand name dari pemilik nama hotel yang sudah terkenal. Sisitem ini mempermudah pemilik fisik hotel karena dari pemilik akan memperoleh pengetahuan teknis, pengetahuan manajerial pengelolaan, dukungan pemasaran, dukungan keuangan (karena nama besar pemilik nama, maka kreditur akan mudah memberikan bantuan), keamanan (berkaitan dengan hukum, peraturan keselamatan, asuransi), audit berkala untuk menjamin standarisasi pelayanan, dan jaringan reservasi yang luas melalui banyak jaringan waralaba.

4) Konsorsium, merupakan gabungan dari beberapa hotel yang masing-masing berdiri dan beroperasi di bawah kepemilikan sendiri, dengan tujuan utama untuk mendapatkan pemasaran di bawah kelompok ini.

5) Jaringan reservasi (hampir seperti konsorsium, tetapi lebih mudah untuk menjadi anggotanya), afiliasi (dengan hotel lain di daerah lain, agar pelanggan tetap merasa menemukan hotel yang sama) dan perwakilan serta agen perjalanan yang bertindak sebagai agen pemasaran.

B. Kerangka Pemikiran

Telah dibahas dalam bab sebelumnya beberapa penelitian yang telah dilakukan yang membahas mengenai potensi pengembangan pariwisata. Dalam subbab ini akan dibahas kembali secara detail mengenai penelitian tersebut dan penelitian lain diluar jurnal utama, pembahasannya adalah sebagai berikut:

Santi, dkk (2014) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dan pariwisata mencakup: perdagangan barang dan jasa (perdagangan, hotel dan


(48)

restoran); aliran investasi dan barang dan jasa pariwisata internasional ke Indonesia; permintaan pariwisata internasional dan pasokan mempengaruhi barang dan jasa investasi dan pariwisata nasional; faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pariwisata di Indonesia; apakah investasi dan perdagangan barang dan jasa mempengaruhi permintaan dan penawaran pariwisata Indonesia negara ASEAN, Jepang, Amerika Serikat, Eropa, Australia, dan negara lainnya (Seluruh dunia); dan merumuskan implikasi kebijakan pengembangan sektor pariwisata untuk meningkatkan ekonomi pertumbuhan. Penelitian tersebut menggunakan data seri dari 1990-2012 periode; dengan menggunakan model simultan (2SLS) model dianalisis dampak investasi, dan perdagangan internasional sektor pariwisata Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Penelitian tersebut menggunakan model investasi dan perdagangan arus (ekspor dan impor) barang dan jasa yang dibuat oleh panel pariwisata menggunakan gravitasi, dengan bantuan program Eviews 7.1 untuk melakukan pengolahan data. Hasil penelitian tersebut mrnunjukkan dampak dari peningkatan jumlah wisatawan asing yang berkunjung pada dasarnya tidak langsung berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan perubahan nilai tukar (baik apresiasi dan depresiasi mata uang) yang akan mempengaruhi pendapatan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang diukur dengan kemampuan beli. Sebaliknya, peningkatan daya beli mata uang domestik akan diikuti oleh apresiasi proporsional mata uangnya, dengan demikian, perubahan nilai tukar mata uang suatu negara atau karena terjadinya dan penyebab inflasi di negara tersebut, sehingga perubahan nilai tukar antara negara pengirim dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(49)

penerima wisatawan mempengaruhi penerimaan pariwisata yang memicu inflasi karena peningkatan daya beli karena peningkatan pendapatan. Kondisi di mana suatu negara krisis ekonomi biasanya ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang lambat di mana peningkatan inflasi dan nilai tukar mata uang terdepresiasi, suatu kondisi di mana mata uang domestik terdepresiasi maka harga barang di dalam negeri akan jauh lebih murah dan dalam kondisi ini juga merupakan daya saing negara akan mengalami pada harga yang lebih baik dengan harga di negara-negara lain dan tentu saja akan mempengaruhi permintaan. Dalam kasus dampak permintaan pariwisata Indonesia dari ASEAN dan Jepang untuk menunjukkan dummy krisis ekonomi dengan krisis ekonomi akan meningkatkan investasi pariwisata ASEAN di Indonesia, fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun krisis ekonomi, tetapi tidak mempengaruhi iklim investasi di Indonesia, sebagai Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi yang sangat besar dan luas di antara negara Asean, itu adalah daya tarik utama bagi negara-negara lain termasuk negara-negara-negara-negara ASEAN (Singapura dan Malaysia sebagai yang terbesar Asean investor di Indonesia). Sementara pada saat krisis ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang negatif, salah satu upaya untuk menghidupkan kembali perekonomian dengan meningkatkan konsumsi pemerintah di mana peningkatan konsumsi diperkirakan akan menciptakan faktor pertumbuhan produksi di negara yang dapat meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan. Berbeda dengan hasil estimasi di beberapa negara (Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan ROW) yang menunjukkan bahwa suku bunga kredit di negara berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga investasi. Semakin tinggi


(50)

tingkat bunga, semakin rendah tingkat investasi, dan sebaliknya karena tingkat bunga adalah biaya modal yang harus dikeluarkan. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat bunga yang dibebankan yang harus dikeluarkan (Biaya Modal) yang dikeluarkan juga lebih. Kondisi di mana semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara, semakin tinggi permintaan barang - barang impor. Hal ini karena di negara yang mengalami peningkatan pendapatan cenderung memperkuat nilai tukar, di mana perubahan kurs terhadap pertumbuhan output terlihat dampak yang besar terhadap perekonomian terbuka. Jika nilai tukar cenderung menguat negara itu bisa menyebabkan peningkatan impor karena harga barang impor akan lebih murah daripada harga masuk di dalam negeri, dengan demikian, menurunkan nilai tukar mata uang sendiri cenderung meningkatkan ekspor neto, dan dan sebaliknya. Dampak variabel pada tingkat indeks harga konsumen di konsumsi pariwisata Indonesia_Jepang model permintaan pariwisata menunjukkan bahwa dalam kondisi kenaikan harga pada item tertentu akan mempengaruhi harga barang lainnya termasuk pariwisata akan menyebabkan inflasi serta meningkatnya biaya transportasi akibat kenaikan harga bahan bakar yang pada gilirannya akan menaikkan harga barang dan jasa lainnya, termasuk harga komoditas yang digunakan dalam kegiatan pariwisata. Dengan kata lain, kondisi pertumbuhan di mana total permintaan akan memicu perubahan tingkat harga (inflasi demand pull), hal ini terjadi karena meningkatnya volume alat tukar atau likuiditas.

Samori dan Fadilah (2013) meneliti konsep halal dari industri hotel. Ia mencoba untuk menganalisis fitur dan karakteristik dari Syariah hotel sesuai menurut perspektif syariah dan kemudian mengidentifikasi fitur dan karakteristik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(51)

yang akan diterima secara universal oleh sebagian besar pelaku bisnis perhotelan terhadap konsep hotel. Selain itu, tulisan tersebut juga menyoroti prospek potensial dari ' Halal Hospitality' untuk ekonomi dan industri hotel. Penelitian tersebut menggunakan contoh negara Malaysia sebagai studi kasus, yang menggambarkan peluang yang timbul dalam memberikan konsep seperti apa yang disebut sebuah merek hotel Islam. Selain itu, hambatan dan tantangan yang mungkin dihadapi oleh industri perhotelan dalam mengembangkan Syariah Compliant Hotel di Malaysia. Penelitian tersebut menggunakan penelitian kualitatif di mana data dikumpulkan melalui studi pustaka dan sesi wawancara dengan otoritas terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penting bagi pelaku bisnis perhotelan memiliki pengetahuan dan sepenuhnya siap dengan peluang dan tantangan yang mereka mungkin akan menghadapi sebelum berkembang menjadi Syariah Compliant Hotel di Malaysia.

Chookaew, dkk (2015) meneliti pengembangan potensi pariwisata syariah di Teluk Andaman, Thailand. Penelitian tersebut mencakup; mengusulkan metode pembuatan rencana pemasaran pariwisata syariah untuk semua wisatawan dari negara-negara Muslim; untuk menawarkan baik pengusaha atau pengusaha pariwisata banyak pilihan dalam manajemen pariwisata syariah bagi wisatawan dari negara-negara Muslim; untuk mempelajari tentang cara untuk mengembangkan potensi pengelolaan pariwisata syariah dalam rangka mendukung para wisatawan dari negara-negara Muslim; menjadi model pengaturan standar administrasi, dan manajemen pariwisata syariah bagi wisatawan dari negara-negara Muslim; dan untuk menawarkan wisatawan dari


(52)

negara-negara Muslim alternatif pilihan mengkonsumsi produk dan jasa halal. Metodologi terapan digunakan dalam penelitian tersebut untuk mencari solusi untuk masalah yang timbul dalam situasi manajemen tertentu. Sepuluh sampel diambil dalam penelitian ini, yang terdiri dari wisatawan Muslim dari Yordania, Malaysia, Libea, dan Oman, kemudian dari pemandu wisata, petugas dari kantor provinsi Dewan Islam di pantai Laut Andaman, dan petugas dari Dewan Thailand Islam Tengah. Penelitian tersebut juga menggunakan diskusi kuesioner, observasi dan diskusi group yang terfokus. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penting bagi Thailand untuk mengembangkan konsep bisnis Pariwisata Syariah guna memenuhi tingginya permintaan akan kebutuhan tersebut.

Cai dan Shi (2013) meneliti tiga perusahaan pelayaran internasional (Royal Caribbean, Costa dan Star) yang diluncurkan di Shanghai. Mereka meneliti mulai dari produk wisata cruise dan dari kapal itu sendiri, rute pantai tujuan, dan menyimpulkan karakteristik produk. Mereka menggunakan data wawancara yang mencakup faktor yang menarik dari pelayaran tersebut, persepsi rute, perjalanan bersama-sama, waktu, biaya, berharap tujuan dan formalitas titik kompleksitas permintaan karakteristik produk. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah pada situasi saat ini, potensi pengembangan pariwisata kapal pesiar di China sangat besar.

Bunsit, Bussagone, dan Chanticha (2014) meneliti mengenai penggunaan rumah tinggal warga untuk dijadikan “home stay” di daerah desa pariwisata yang terpencil di Thailand. Banyaknya perumahan warga yang dijadikan home stay menunjukkan dampak yang signifikan terhadap ekonomi lokal dan ekonomi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(53)

Thailand pada umumnya. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji bagaimana pariwisata rumah tinggal yang diselenggarakan oleh masyarakat lokal dalam mengembangkan tujuan wisata mempengaruhi kesejahteraan dalam individu, rumah tangga dan tingkat masyarakat. Menggunakan data kualitatif dan kuantitatif, penelitian tersebut menunjukkan sudut yang berbeda dari dampak rumah tinggal pariwisata di pedesaan Thailand pada kesejahteraan objektif dan subjektif dari peserta di daerah penelitian. Dalam rangka untuk menilai dampak, berbagai metode kuantitatif seperti estimator pencocokan, skor kecenderungan yang cocok dengan regresi nonparametrik dilakukan. Penelitian tersebut menemukan bahwa rumah tangga dan masyarakat diuntungkan dari peningkatan jumlah rumah yang berpartisipasi dalam program rumah tinggal. Hal tersebut menciptakan dampak yang signifikan terhadap pendapatan rumah tangga dan mengangkat konsumsi rumah tangga dan tingkat investasi. Dalam hal kesejahteraan psikologis, jelas bahwa kesejahteraan peserta program lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga non-peserta. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat dampak dalam mengorganisir pariwisata rumah tinggal pada konservasi lingkungan lokal dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk melindungi lingkungan sekitarnya yang dapat dilihat dari peningkatan kawasan mangrove, perlindungan daerah suaka dan pengurangan sampah plastik dari rumah tangga.

Berikut ini adalah kerangka pemikiran yang menjelaskan alur penelitian yang dirangkum berdasar pada kerangka teoritis dan penelitian terdahulu di atas.


(54)

Identifikasi Masalah:

Pemetaan potensi pengembangan pariwisata perhotelan di Kota Semarang belum di akomodir oleh akomodasi hotel syariah yang memadai.

Tujuan Penelitian:

Menyusun pemetaan potensi pengembangan pariwisata perhotelan syariah di Kota Semarang.

Survei Pendahuluan

Pengumpulan Data

Kesimpulan dan Saran Analisa Studi Pustaka

Sumber: Dimodifikasi dari Santi, dkk (2014), Cai dan Shi (2013), Samori dan Fadilah (2013) Chookaew, dkk (2015)

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

DATA PRIMER

-Data series jumlah wisatawan -Kuisioner kepada wisatawan -Data Tarif/biaya hotel;

-Data rata-rata lama menginap;

DATA SEKUNDER

-Jumlah hotel syariah yang beroperasi

-Kuisioner kepada perusahan pengembang hotel

-Ratio pertumbuhan wisatawan

Pertumbuhan/pergeraka

n hotel syariah Proyeksi Tren

Akurasi Peramalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(55)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi berasal dari kata metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan logos yang artinya ilmu atau pengetahuan (Indrintoro, 2002). Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam penelitian. Metoda dalam penelitian ini terdiri dari metoda pengumpulan data dan metoda analisis. Metoda pengumpulan data dibagi kedalam dua metoda, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer bertujuan untuk mendapatkan data-data secara langsung dari pengamatan lapangan sehingga peneliti dapat mengetahui kondisi objek penelitian. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data sekunder yang dibutuhkan untuk kelengkapan analisis dalam penelitian.

A. Desain Penelitian

Sepaham dengan Johannes, Ruslin, dan Eddi (2012), penelitian ini secara umum merupakan penelitian lapangan dengan studi kasus yang menggunakan desain deskriptif atau didesain dengan menguraikan data, mengidentifikasi keadaan, gejala atau fenomena dari permasalahan yang ada pada sistem akomodasi pariwisata syariah di Kota Semarang yang dikhususkan membahas potensi pembanguan hotel syariah di kota tersebut.


(56)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dari karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Kumpulan objek penelitian bisa berupa kumpulan orang (individu, kelompok, komunitas, masyarakat, dan lain-lain); benda (jumlah gedung/bangunan, tempat, dan lain-lain). Populasi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau objek tersebut (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan syariah baik mancanegara maupun domestik yang melakukan kunjungan wisata ke Semarang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yaitu suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi (Nazir, 2005). Menurut Guilford dalam Sugiyono (2003) sampel penelitian meliputi sejumlah elemen (responden) yang lebih besar dari persyaratan minimal sebanyak 30 elemen/responden dan semakin besar sampel (semakin besar nilai n=banyaknya elemen sampel) akan memberikan nilai yang lebih akurat. Dengan teknik ini, tidka semua unsur atau anggota populasi diberi peluang yang sama untuk menjadi sampel ( Non-probability Sampling). Pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling, pemilihan pengambilan sampel ini dikarenakan besarnya populasi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(57)

diteliti. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian diambil dari populasi menggunakan rumus Slovin, yaitu:

n= �

+��2 ... (1)

Keterangan:

n = jumlah sampel yang diambil dalam penelitian N = jumlah populasi

e = nilai kritis batas ketelitian yang digunakan dalam penelitian, dalam hal ini peneliti menggunakan batas ketelitian 10%

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, seperti data jumlah kunjungan objek wisata, data jumlah pendapatan berupa retribusi masuk ke kawasan wisata.

2. Data kualitatif adalah data yang digunakan untuk melengkapi, menjelaskan dan memperkuat data kuantitatif dalam menganalisis data yang diteliti.

Sumber data dapat dibedakan dan diperoleh menjadi dua bagian:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli atau responden melalui wawancara dengan menggunkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelum dilakukan penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dan pengisian kueisoner oleh responden untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ditemui sedang berwisata di Kota Semarang.


(58)

2. Data sekunder merupakan data yang sudah dipublikasikan, namun tidak khusus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan yang sedang ditangani (Mulyono, 2000). Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari pihak lain seperti pengelola objek wisata syariah di Kota Semarang, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Jepara, internet, serta literatur-literatur berupa buku maupun jurnal yang dapat mendukung penelitian.

D. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data:

1. Studi kepustakaan, yaitu salah satu cara untuk memperoleh data dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 2. Metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengambil data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dari hasil publikasi lembaga-lembaga atau instansi pemerintah seperti Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, Badan Pusat Statisktik, pihak pengelola dan lainnya.

3. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data yang penting dan banyak dilakukan dalam pengembangan informasi dengan mewawancarai langsung responden yang akan dijadikan sampel untuk memperoleh data yang di butuhkan dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah di persiapkan sebelumnya.

4. Observasi, penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung disebut pengamatan atau observasi. Teknik atau cara ini banyak digunakan baik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(59)

dalam penelitian sejarah, deskriptif ataupun eksperimental, karena dengan pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat. 5. Kuesioner, sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui, Arikunto (1998), disajikan dalam Lampiran 3.

E. Evaluasi

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Cai dan Shi (2013), Samori dan Fadilah (2013) Chookaew, dkk (2015), maka dalam penelitian ini untuk mengetahui potensi pengembangan pariwisata perhotelan di kota Semarang yang mengkaji dari segi perspektif syariah sesuai permintaan yang meliputi: total kunjungan wisatawan domestik maupun asing ke semarang; total kunjungan objek wisata syariah; tingkat hunian kamar tidur; banyak malam kamar terjual; banyak tamu yang menginap; rata-rata lama menginap, sedangkan penawarannya mencakup: informasi promosi, banyak kamar yang tersedia, dan pelayanan, keseluruhannya dapat dievalusi berdasarkan uji statistik yang memadai.


(60)

44

BAB IV

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data 1. Sampel Penelitian

Untuk melakukan penelitian mengenai potensi perkembangan pariwisata perhotelan di kota Semarang yang dikaji dari segi presfektif syariah, maka peneliti mengumpulkan data sekunder dengan jalan mengunduh data yang diperlukan melalui situs resmi pemerintah dan penyebaran kuisioner, teknik pengambilan sampel untuk kuisioner diambil berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang jumlah pengunjung objek wisata di Semarang tahun 2013 adalah 58.638. Jumlah tersebut dihitung dengan rumus Slovin diatas sehingga diperoleh perhitungan seperti dibawah ini :

� = + .46 . 8.46 . 8 , =

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa sampel yang akan diambil adalah 100 orang.

2. Gambaran Umum Kota Semarang

Dikutip dalam Peraturan Walikota Semarang No. 18/2014 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang tahun 2015, gambaran umum kondisi daerah Kota Semarang terbagi menjadi:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(61)

a. Luas dan batas wilayah administrasi

Kota Semarang memiliki luas wilayah sebesar 373,70 km2 dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi Jawa Tengah dengan batas wilayah sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer, secara administrasi Kota Semarang terbagi atas 16 Kecamatan.

b. Letak dan kondisi geografis

Kota Semarang merupakan kota strategis yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6050’ – 7010’ Lintang Selatan dan garis 109035’ – 110050’ Bujur Timur. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.

c. Topografi


(1)

(2)

LAMPIRAN 3

Kuesioner


(3)

Daftar Pertanyaan Kuesioner

DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) Keterangan

1. Daftar pertanyaan (angket) ini disusun untuk digunakan sebagai alat mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Tesis Magister Manajemen Konsentrasi Keuangan Syariah Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Judul Tesis yang di tulis adalah : Potensi Pembangunan Pariwisata Perhotelan di Kota Semarang (Kajian dari segi Perspektif Syariah)

3. Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dimohon utuk dapat memberikan tanggapan terhadap pernyataan (angket) ini, dengan cara memilih dan menberikan tada silang (X) pada salah satu alternatif tanggapan yang telah disediakan (a, b, c, dan seterusnya sesuai dengan pilihan yang tersedia) yang dianggap paling tepat.

4. Atas partisipasi dan bantuannya Penulis ucapkan terima kasih.


(4)

Disampaikan Kepada : Responden.

Identitas Responden 1. Nama :

2. Alamat :

3. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan 4. Umur :

5. Pendapatan : 6. Pendidikan :

a. Tidak Tamat SD

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Diploma

f. Sarjana

7. Pekerjaan :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. TNI/POLRI c. Petani d. Nelayan e. Pedagang f. Buruh g. Karyawan h. Lainnya


(5)

1. Informasi Promosi

Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, atas pertanyaan dibawah ini dimohon utuk dapat memberikan tanggapan terhadap pernyataan (angket) ini, dengan cara memilih dan menberikan tada silang (X) pada salah satu alternatif tanggapan yang telah disediakan (a, b, c, d, e, f) yang dianggap paling tepat.

Dari manakah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri mendapat pengetahuan tentang obyek wisata dan akomodasi penunjangnya?

a. Lewat promosi baik yang dilakukan di media cetak & media lainnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah & pusat?

b. Lewat promosi baik yang dilakukan di media cetak & media lainnya yang dilakukan oleh hotel yang dalam hal ini sebagai salah satu sarana penunjang untuk kebutuhan akomodasi wisata?

c. Lewat promosi baik yang dilakukan di media cetak & media lainnya yang dilakukan oleh biro perjalanan/ travel wisata yang dalam hal ini sebagai salah satu sarana penunjang untuk kebutuhan akomodasi wisata?

d. Lewat promosi baik yang dilakukan di media cetak & media lainnya yang dilakukan oleh obyek wisata selain yang dimiliki oleh pemerintah daerah & pusat (dalam hal ini milik swasta)?

e. Lewat promosi dan informasi dari teman/ saudara/ tetangga? f. Hanya sekedar pilihan acak?


(6)

2. Pelayanan

Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, atas pertanyaan dibawah ini dimohon utuk dapat memberikan tanggapan terhadap pernyataan (angket) ini, dengan cara menentukan

satu diantara dua pilihan yakni “kecewa” atau “puas” kah anda atas pertanyaan

dibawah ini, dengan mencoret jawaban yang tidak sesuai dengan jawaban anda: a. Ketersediaan makanan halal di hotel tempat anda menginap?

Kecewa/Puas

b. Ketersediaan informasi wisata syariah? Kecewa/Puas

c. Ketersediaan arena bermain anak? Kecewa/Puas

d. Ketersediaan sarana beribadah? Kecewa/Puas

e. Ketersediaan fasilitas memadai? Kecewa/Puas