DAKWAH GUS AZAM DI MAJELIS DZIKIR TANWIRUL AFKAR KRIAN SIDOARJO : ANALISIS SEMIOTIK.

(1)

DAKWAH GUS AZAM DI MAJELIS DZIKIR TANWIRUL AFKAR KRIAN SIDOARJO

(Analisis Semiotik)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh :

Fitria Nurul Parhatin NIM.B71213044

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya 60237 Telp. 031-8431972 Fax.031-8413300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN SunanAmpel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Fitria Nurul Parhatin

NIM : B71213044

Fakultas/Jurusan : Dakwah/ Komunikasi dan Penyiaran Islam E-mail address : pecintamujahid@gmail.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

Skripsi Tesis Disertasi Lain-lain (………)

yang berjudul :

Dakwah Gus Azam Di Majelis Dzikir Tanwirul Afkar Krian Sidoarjo (Analisis Semiotik)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltex tuntuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN SunanAmpel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 10 Februari 2017 Penulis


(6)

ABSTRAK

Fitria Nurul Parhatin, NIM.B71213044, 2017. Dakwah Gus Azam di Majelis Dzikir Tanwirul Afkar Krian Sidoarjo (Analisis Semiotik). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci: Dakwah, Majelis Dzikir, Analisis Semiotik.

Penelitian ini difokuskan pada dakwah yang dilakukan Gus Azam di majelis dzikir Tanwirul Afkar. Untuk membahas fokus masalah tersebut ada sebuah permasalahan yang akan dijawab yaitu, bagaimana dakwah yang dilakukan Gus Azam di majelis dzikir tanwirul Afkar Krian Sidoarjo.

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunaakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis semiotik Charles Sanders Pierce.

Kesimpulan atau hasil penelitian yaitu pesan untuk ingat kepada Allah dan hari akhir dapat diterapkan oleh jama’ah dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan untuk pesan sabar, ikhlas dan tawakal sangat sulit untuk dilakukan secara istiqomah oleh jama’ah, tetapi masih bisa terkendali. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pesan dakwah yang dilakukan secara terus menerus dalam majelis dzikir Tanwirul Afkar dapat merubah prilaku masyarakat sekalipun terkadang masyarakat lupa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan masalah dan kesimpulan tersebut,kiranya akan ada penelitian lebih lanjut terkait dengan efektifitas dakwah yang dilakukan Gus Azam dalam merubah prilaku jama’ah majelis dzikir Tanwirul Afkar Krian Sidoarjo.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN………..…iii

PERNYATAAN KEASLIAN ………..…..iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..….…v

ABSTRAK………..….…….vi

KATA PEGANTAR………..….….vii

DAFTAR ISI……….ix

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..… 1

B. Rumusan Masalah……….... 9

C. Tujuan Penelitian………. 9

D. Manfaat Penelitian………... 9

E. Definisi Konsep………...… 10

F. Sistematika Pembahasan………. 12

BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka………..…. 15

1. Dakwah……….... 15

a. Definisi Dakwah……….... 15

b. Pesan Dakwah……….... 17

2. Majelis Dzikir……….. 29

B. Kerangka Teoretik 34 1. Interaksionisme Simbolik ………... 34

a. Definisi Interaksionisme Simbolik ………... 35

b. Pokok-pokokk pikiran Interaksionisme Simbolik …..… 36

2. Respon Masyarakat……….………..………..… 40

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan………..…… 43

BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian………. 45

B. Kehadiran Peneliti………... 47 C. Seting Penelitian………. 47


(8)

D. Sumber Data……… 48

E. Teknik Pengumpulan Data……….. 49

F. Teknik Analisis Data………... 50

G. Teknik Keabsahan Data……….….. 54 H. Tahap Penelitian……….…. 55

BAB IV: PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. Seting Penelitian………. 59

1. Biografi Gus Azam ……….. 59

2. Profil Majelis Dzikir Tanwirul Afkar ……….. 62

B. Penyajian Data……….………... 65

1. Dakwah Gus Azam di Majelis Dzikir ……….….... 72

2. Transkip Pengajian Gus Azam……….……….... 73

3. Respon Jama’ah Majelis Dzikir………….……….….… 76

C. Temuan Penelitian……….……….… 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………87

B. Rekomendasi………. 87 Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran Riwayat Hidup Peneliti


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah adalah kegiatan menyeru kepada kebaikan dan menjauhi dari kemungkaran. Dakwah merupakan hal yang sangat penting dalam islam, karena tanpa dakwah maka agama Islam tidak akan tersebar. Rasulullah SAW sebagai teladan seluruh umat muslim, sudah mencontohkan bagaimana cara berdakwah yang baik dan mudah diterima oleh masyarakat. Rasulullah juga mencontohkan cara berdakwah yang dilakukan mulai dari awal mendapat wahyu dengan cara sembunyi-sembunyi, kemudian berdakwah pada kerabat, sampai pada seluruh masyarakat Mekkah hingga hijrah ke Madinah. Bahkan Rasulullah SAW menunjukkan cara berdakwah sebagai pemimpin dan memperluas dakwahnya sampai keluar negeri. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya dakwah bagi perkembangan dan penyebaran umat Islam, sehingga Rasulullah SAW mencontohkan langsung dalam kehidupan.

Namun saat ini, dakwah menjadi sesuatu yang sedikit diminati oleh khalayak, seperti menjadi pendengar ceramah ataupun menjadi da’i. Hal ini dibuktikan dengan, sedikitnya orang yang berminat untuk masuk universitas dengan jurusan dakwah. Seperti pada data yang ditunjukkan oleh UIN Syarif Hidayatullah, dimana peminat yang masuk jurusan dakwah seperti Komunikasi Penyiaran Islam, Pengembangan Masyarakat


(10)

Islam, dan Manajemen Dakwah hanya mencapai 15 % – 21.5%. Padahal jurusan diluar dakwah mencapai 24% - 32%. 1

Kurangnya peminat untuk menjadi da’i disni menyebabkan sedikitnya jumlah da’i, adapun beberapa da’i yang tersisa sebagian ada yang tidak bisa menyesuaikan antara materi dakwah dengan mad’u, atau banyak pula yang tidak tahu cara agar mad’u tertarik untuk mendengar dan menerima dakwah, namun tetap diundang untuk menyampaikan ceramah karena minimnya jumlah da’i professional, seperti da’i yang ada dalam tayangan TV swasta, dimana materinya yang tidak sesuai menjadi kontroversi di dunia maya.2 Hal inilah yang membuat pesan dakwah yang sesuai mad’u sangat penting diketahui oleh setiap da’i, agar apa yang ia sampaikan di dengar dan mudah diterima oleh masyarakat. Terlebih lagi melihat kondisi masyarakat yang sangat kompleks di zaman ini.

Allah SWT juga sudah menjelaskan kepada hambaNya, agar dakwah di lakukan dengan berbagai cara supaya dakwah yang disampaikan mudah diterima oleh mad’u. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surah An Nahl ayat 125 yang bunyinya





























































1

http://datasnmptnsbmptn.blogspot.co.id/2015 diakses pada tanggal 6 Oktober 2016 2


(11)

Artinya :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.3

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa Allah mengajarkan hambaNya untuk berdakwah dengan cara yang baik kepada mad’u. Baik disini memiliki arti yang luas, baik dari segi materi atau pesan dakwahnya, ataupun baik dari cara penyampaiannya, sehingga dakwah mudah diterima oleh masyarakat.

Dakwah juga menjadi hal yang sangat penting karena dakwah merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh umat muslim. Allah SWT berfirman dalam Al Quran surah Ali Imran ayat 104















































Artinya :

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah yang

munkar mereka itulah orang orang yang beruntung 4

Dari ayat tersebut ada perbedaan pendapat ulama mengenai hukum dakwah, ada yang mewajibkannya tiap individu, ada juga yang mewajibkannya dalam kelompok. Walaupun demikian dapat kita ketahui

3

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan, 2006) 4


(12)

bahwa dakwah itu wajib bagi umat islam sehingga penting untuk mengetahui cara-cara berdakwah.

Dakwah sering dilakukan kapan saja, kepada siapa saja dan dimana saja, inilah yang membuat da’i harus pintar menyesuaikan materi atau pesan dakwah kepada mad’u sesuai dengan kondisinya. Salah satu tempat yang bisa disisipi dakwah adalah sebuah perkumpulan masyarakat, baik perkumpulan pengajian, perkumpulan arisan, termasuk di dalamnya perkumpulan orang-orang yang berdzikir atau majelis dzikir. Di Indonesia, banyak sekali majelis dzikir yang sengaja didirikan oleh orang orang tertentu untuk menambah semangat dalam berdzikir bersama ataupun untuk tujuan lainnya. Baik yang sifatya rutinan, ataupun tidak.

Melihat banyaknya majelis dzikir yang ada di Indonesia, maka majelis dzikir memiliki potensi yang bagus untuk dijadikan sarana berdakwah. Tentunya da’i juga harus memilih pesan dakwah yang sesuai untuk digunakan dalam majelis dzikir. Dimana majelis dzikir merupakan salah satu kelompok perkumpulan orang orang yang berdzikir. Sedangkan berdzikir berarti mengingat, dalam hal ini mengingat Allah. Namun secara umum berdzikir adalah segala tindakan yang bisa mengingatkan kita kepada Tuhan5. Namun jika dikaitkan dengan majelis dzikir yang sering kita lihat, maka dzikir disini lebih dimaknai dengan menyebut dan mengingat Allah dengan lisan dan bacaan tertentu. Sehinga majelis dzikir adalah tempat orang-orang bersama-sama mengucapkan lafaz dzikir, untuk

5


(13)

memenuhi hati dengan Allah dan meninggalkan segala ingatan dunia, agar hati menjadi lebih tenang dan lebih dekat kepada Allah.

Melihat hal ini, maka pesan dakwah yang sesuai diberikan kepada

mad’u yang ada di majelis dzikir adalah pesan yang berkaitan dengan

pendekatan diri seseorang kepada Allah, dan cara membersihkan atau menyucikannya dari penyakit dunia yang semakin menjauhkan diri kepada Allah. Mengenai pembersihan diri dari dosa ini, erat kaitannya dengan ilmu tasawuf yang mempelajari bagaimana cara seseorang untuk membersihkan hatinya dari ingatan dunia agar bisa dekat dengan Allah. Hal inilah yang menyebabkan banyak sekali majelis dzikir di Indonesia yang selalu menjadikan kitab-kitab tasawuf sebagai kajian dalam majelis dzikir yang didirikan. Seperti majelis dzikir Syadziliyah di Tangerang Selatan yang menjadikan kitab berbau tasawuf seperti Al Hikam, karya Ibnu Athailah sebagai bahan kajian di majelis dzikir pada Kamis malam Jum’at.6

Selain itu ada juga majelis dzikir Baitussalam di Jakarta Timur yang memberikan kajian kitab Tasawuf yani kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghozali, pada hari Selasa malam Rabu7 serta majelis dzikir Arbabul Hija di Bogor yang memberikan kajian kitab tasawuf Kifayatul Atqiya’ karya Syekh Zainuddin bin Ali setiap hari Selasa Malam Rabu.8

6

Syadziliyahtangsel.blogspot.co.id/2013/10/ diakses pada 7 Oktober 2016 7

www.localadid.com/c/majelis-dzikir-baitussalam-1044526 diakses pada 7 Oktober 2016 8


(14)

Majelis dzikir Tanwirul Afkar adalah salah satu majelis dzikir yang ada di daerah Krian Sidoarjo. Daerah ini sangat strategis karena terdapat jalur transportasi yang menghubungkan 4 ibukota besar, seperti Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto, sehingga daerah ini memiliki potensi ekonomi yang baik dan dimanfaatkan oleh masyarakat 9 . Ditengah kesibukan inilah, masyarakat akan membutuhkan ketenangan hati dan jiwa, dalam menghadapi persaingan ekonomi, sehingga keberadaaan majelis dzkir Tanwirul Afkar sangat sesuai di daerah ini.

Majelis dzkir Tanwirul Afkar didirikan oleh seorang ustad yang memiliki pondok pesantren di desanya, yakni desa Tempel, kecamatan Krian, Sidoarjo. Dia adalah Ahmad Zamzuri yang dikenal dengan panggilan Gus Azam. Selain untuk kepentingan dzikir bersama, Gus Azam memanfaatkan majelis dzikir yang didirikan ini sebagai sarana untuk berdakwah kepada masyarakat yang hadir. Sementara itu, pondok pesantren yang didirikan dimanfaatkan untuk mengamalkan ilmu pendidikan agama yang beliau dapatkan di IAIN Sunan Ampel Surabaya, yakni kampus tempat Gus Azam mengenyam pendidikan. Pondok yang Gua Azam dirikan dari nol tersebut menampung masyarakat yang ingin menitipkan anaknya untuk belajar agama, tak jarang santri yang lulus dari pondoknya direkrut menjadi pengajar di pondok tersebut.

9


(15)

Gus Azam sangat dikenal di Sidoarjo dan sekitarnya, karena ke khasannya dalam berdakwah dengan tema-tema tasawuf. Gus Azam juga sangat terbuka kepada masyarakat yang sering meminta saran masalah pendidikan untuk anak-anak, bertanya perihal ilmu agama, nama anak, saran pekerjaan, ataupun meminjamkan buku-buku referensi untuk mahasiswa yang sedang aktif kuliah.

Diusia yang terbilang masih muda, Gus Azam sangat mudah bergaul dengan masyarakat dari segala kalangan, namun beliau tetap sangat dihormati keberadaannya. Dalam berdakwah Gus Azam seringkali mengaitkan aspek hati, dan keikhlasan seseorang serta mengarahkannya untuk mencintai Allah dan membersihkan jiwanya dari segala penyakit hati. Tak jarang mad’u yang mendengar ceramahnya akan menangis dan tersentuh mendengarnya.

Kegiatan majelis dzikir ini dilakukan setiap hari Jum’at malam Sabtu pukul 21.30 sampai pukul 23.30. Majelis dzikir ini diawali dengan

shalawatan, kemudian dilanjutkan dengan sholat taubat, dan kemudian

berdzikir. Sebelum berdzikir, Gus Azam juga terkadang menyisipkan dakwah bagi anggota majelis dzikir yang datang terkait dengan niat dan keikhlasannya datang ke majelis dzikir. Setelah dzikir dilakukan maka Gus Azam juga memberikan kajian kitab Fathur Rabbani. Gus Azam menyampaikan kitab tersebut dengan menggunakan bahasa Jawa, mengingat jama’ah yang hadir adalah orang Jawa Timur, agar terkesan lebih akrab, kemudian menjabarkannya dengan mengaitkan isi kitab pada


(16)

kehidupan sehari-hari masyarakat, sehingga kajian kitab yang terlihat berat, mudah dipahami oleh masyarakat.

Walaupun majlis dzikir ini dilakukan pada malam hari pada waktu tidur dan istirahat, namun majlis dzikir ini tetap ramai dikunjngi jama’ah baik dari dalam maupun dari luar kota. Jama’ah yang ada bisa mencapai empat shaf di dalam masjid yang digunakan Gus Azam untuk melakukan dzikir. Ditambah lagi satu sampai dua shaf jama’ah wanita dibelakang

shaf laki-laki.

Jama’ah yang datang dari luar kota seperti Gresik, dan Surabaya juga tidak merasa berat untuk jauh-jauh datang ke majelis dzikir, ini dibuktikan dengan kedatangan mereka walaupun sedang hujan, dan waktu tempuh dari daerah mereka bisa setengah sampai satu jam. Lelahnya perjalanan jauh, tidak lantas membuat para jama’ah tertidur atau mengantuk ketika melakukan majelis dzikir, mereka justru menghayati dzikir dan istighfar yang dilantunkan, serta mencerna pesan dakwah Gus Azam dengan baik, bahkan banyak dari mereka yang menangis dan berteriak histeris meresapi dzikir yang dibaca.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti dakwah Gus Azam di majelis dzikir, dari interaksinya terhadapa jama’ah, pesan dakwah yang digunakan, sehingga membuat dakwah Gus Azam tetap didengarkan dengan baik, sampai penerapan pesan dakwah yang dilakukan oleh jama’ah yang terdiri dari berbagai kalangan.


(17)

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah dakwah Gus Azam di majelis dzikir Tanwirul Afkar Krian Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dakwah Gus Azam di majelis dzikir Tanwirul Afkar Krian Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan tentang dakwah, terutama yang berkaitan dengan pemilihan pesan dakwah dan interaksi seorang da’i.

2. Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini mejadi sarana penulis untuk mempraktekkan ilmu yang telah peneliti dapatkan di universitas, serta sarana untuk memahami secara mendalami penggunaan pesan dakwah yang dilakukan oleh Gus Azam di majelis dzikir Tanwirul Afkar. Dengan demikian, penelitian ini bisa menjadi ilmu pengetahuan bagi penulis untuk diterapkan ketika melakukan dakwah. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk memenuhi syarat kelulusan bagi penulis di Universitas.


(18)

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan masyarakat khususnya para da’i untuk lebih memahami penggunaan pesan dakwah secara tepat dan menerapkannya, dengan interaksi yang baik kepada mad’u.

c. Secara Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan kajian bagi peneliti-peneliti dakwah selanjutnya untuk dikembangkan sebaik mungkin.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran, dan memperoleh hasil penelitian yang fokus, maka peneliti tegaskan makna dan batasan dari masing masing istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini yakni :

1. Dakwah

Dakwah adalah kegiatan menyeru kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran sesuai dengan perintah Allah dalam Al Qur’an. Dakwah secara terminologis telah banyak didefinisikan oleh para ahli, salah satunya adalah Ahmad Ghusuli yang menjelakan bahwa dakwah merupakan pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti islam.10

Dalam melakukan proses dakwah, banyak hal yang harus diperhatikan, namun penulis membatasi pembahasan dakwah disini

10


(19)

meliputi cara menyampaikannya kepada masyarakat yang akan dijelaskan dengan teori interaksionisme simbolik, pesan dakwah yang digunakan, serta respon masyarakat terhadap dakwah yang dilakukan. 2. Majelis Dzikir

Majellis dzikir merupakan salah satu kelompok perkumpulan orang orang yang berdikir. Dimana berdzikir adalah mengingat. Secara umum berdzikir adalah segala tindakan yang bisa mengingatkan kita kepada Tuhan11. Dalam penelitian ini penulis membatasi makna majelis dzikir sebagai kegiatan menyebut dan mengingat Allah dengan lisan dan bacaan tertentu secara bersama-sama.

Dalam majelis dzikir selain bacaan dzikir juga ada nasehat dalam kajian kitab yang diberikan, dimana nasehat dan rentetan kegiatan dalam majelis dzikir akan menjadi pesan dakwah yang diterima oleh jama’ah dan dimaknai berbeda beda oleh setiap jama’ahnya, dengan penerapan yang berbeda pula sesuai latar belakang jama’ah.

3. Analisis Semiotik

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.12

Menurut Preminger(2001), ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.

11

Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta : Erlangga, 2002) h.252 12


(20)

Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.13Menurut John Fiske, studi semiotik dapat dibagi ke dalam bagian yaitu14: tanda itu sendiri, kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi, dan budaya tempat di mana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi.

Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretannt adalah tanda yang ada dalam benak seseoranag tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apaila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang baru diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

13

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta, 2012), h.265 14


(21)

BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN DAKWAH GUS AZAM DI MAJELIS DZIKIR

Bagian tinjauan teoritis, dalam hal ini penulis memuat tentang definisi dakwah, makna dan jenis pesan dakwah, interaksionisme simbolik dalam kegiatan dakwah, respon masyarakat serta penelitian terdahulu yang relevan sebagai bahan perbandingan. BAB III: METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Jenis dan pendekatan penelitian, setting penelitian, sumber data, tahap penelitian, hingga teknik keabsahan data yang digunakan penulis selama melakukan penelitian.

BAB IV: TEMUAN DAN ANALIS DATA

Pada bab ini menjelaskan tentang Bagaimana interaksionisme simbolik yang terjadi dalam proses penyampaian dakwah Gus Azam di majelis dzikir Krian Sidoarjo. Bagaimana jenis pesan dakwah yang disampaikan Gus Azam yang akan dianalisis dengan analisis semiotik serta respon jamaah majelis dzikir Tanwirul Afkar terhadap pesan dakwah yang disampaikan Gus Azam.


(22)

BAB V: PENUTUP

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, sebagai kesimpulan dan jawaban masalah yang telah dirumuskan secara singkat, kemudian ditambah dengan saran-saran yang berkaitan dengan hasil temuan dalam penelitian.


(23)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

DAKWAH GUS AZAM DI MAJELIS DZIKIR

A. Kajian Pustaka 1. Dakwah

a. Definisi Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” berarti: panggilan, seruan, atau ajakan. Dalam pengertian istilah, dakwah diartikan sebagai berikut:

1) Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah islam

sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.

2) Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi dakwah sebagai berikut: dakwah islam yaitu; mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.


(24)

3) Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak

umat manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul Nya. 1

4) Menurut Prof. Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif terhadap substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi mungkar.

5) Syaikh Abdullah Ba’alawi mengatakan bahwa dakwah adalah

mengajak, membimbing, dan memimpin orang yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan kejalan ketaatan kepada Allah, menyuruh mereka berbuat baik, dan melarang mereka berbuat buruk agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dari definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah mengajak, dan membimbing manusia yang belum mengerti atau sesat jalannya dengan cara yang benar agar mengikuti perintah Allah dengan melakukan kebaikan dan

menjauhi kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar) untuk

mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.

1


(25)

b. Pesan Dakwah

1) Definisi Pesan Dakwah

Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan adalah ide, gagasan, informasi, dan opini yang dilontarkan seorang komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk

mempengaruhi komunikan kearah sikap yang diinginkan oleh

komunikator.2

Pesan yang dimaksud dalam komunikasi dakwah adalah yang disampaikan da’i kepada mad’u. dalam istilah komunikasi, pesan juga disebut dengan message, content, atau informasi. Dalam merencanakan sebuah pesan dakwah harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa

sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b) Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju pada

pengalaman yang sama antara komunikator dengan komunikan, sehingga sama-sama dapat mengerti.

c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak

komunikan, dan menyarankan beberapa cara untuk

memperoleh kebutuhan itu.

d) Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh

kebutuhan tersebut yang layak bagi situasi kelompok tempt

2


(26)

komunikasn berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.3

2) Karakteristik Isi Pesan

Pesan dalam media massa diupayakan agar khalayak akan tertarik apabila pesan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a) Novelty (Sesuatu yang baru), dalam penerimaan pesan melalui audio visual seperti video, pendengar/pemirsa akan tertarik apaila yang disajikan sesuatu yang baru.

b) Kedekatan atau Proximity, dalam penerimaan pesan pendengar akan lebih tertarik apabila yang disajikan suatu peristiwa yang dekat secara fisik dengan pengalamannya dengan pendengar. c) Popularitas, pemberitaan seorang tokoh yang popular akan mempunyai daya tarik tersendiri bagi pendengar.

d) Pertentangan (conflict), sesuatu yang mengungkapkan

pertentangan, baik dalam bentuk kekerasan ataupun menangkut perbedaan pendapat atau nilai.

e) Komedi (humor), hal-hal yang lucu dan menyenangkan

akan lebih menarik untuk di dengar, sehingga tidak membosankan.

f) Keindahan, siaran yang mengandung keindahan akan sangat disenangi.

g) Emosi, sesuatu yang membangkitkan emosi dan menyentuh

3


(27)

perasaan memiliki daya tarik tersendiri dalam pengemasan suatu pesan.

h) Nostalgia, yang dimaksud dengan nostalgia disini ialah hal- hal yang mengungkapkan pengalaman dimasa lalu.

i) Human Interest, pesan yang menyangkut sejarah kehidupan oang lain (Sendjaja:1993).4

3) Struktur Pesan

Struktur pesan mengacu pada bagaimana mengorgnisasi elemen-elemen pokok dalam sebuah pesan, yaitu sisi pesan (message sideness, urutan penyajian (order of presentation) , dan penarikan kesimpulan (drawing conclusion).5

4) Daya Tarik Pesan

Daya tarik pesan berkaitan dengan teknik penampilan dalam penyusunan suatu pesan, ide yang meliputi: fear (threat) appeals apabila dalam menyajikan suatu pesan menyajikan unsur-unsur ancaman bahaya sehingga menimbulkan rasa takut, dan emotional appeals apabila penekanan pesan pada hal-hal seperti keindahan, kesedihan, kesengsaraan, cinta, dan kasih sayang. Rational appeals, apabila pesan tersebut menekankan pada hal-hal yanag logis, rasional dan actual. Humor appeals apabila penyajian dikemas dalam bentuk humor, bisa saja dalam bentuk kata,

4

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h 154

5

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 154


(28)

kalimat, gambar, symbol atau yang lainnya yang bisa menimbulkan kesan lucu.6

5) Materi Pesan Dakwah

Berdasarkan temanya, pesan dakwah tidak berbeda dengan pokok-pokok ajaran islam. Ali Azis mengatakan pesan apapun dapat dijadikan pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya yaitu Al Quran dan hadis. Dengan demikian, sema pesan yang bertentangan dengan Al Quran dan hadist tidak dapat disebut pesan dakwah. Semua orang dapat berbicara moral, bahkan mengutip ayat Al Quran sekalipun. Akan tetapi jika hal terseut dimaksudkan untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsu-nya semata, maka demikian itu bukan termasuk pesan dakwah.7

Endang Saifuddin Anshari (1996: 71), membagi pokok-pokok ajaran islam sebagai berikut:

a) Masalah keimanan (Akidah)

Akidah dalam islam bersifat I’tiqat batiniah yang

mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Materi dakwah meliputi juga materi-materi yang dilarang sebagai lawannya misalnya syirik, ingkar dengan adanya Tuhan, dan sebagainya.8

6

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h .155

7

Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana,2004). h.319

8


(29)

Pada garis besarnya iman dikelompokkan menjadi enam kelompok yaitu

(1) Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah berarti percaya kepada Allah dan tidak ada Tuhan selain Dia, serta percaya kepada sifat sifat Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 163 dan 255



























Artinya :

Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.9





























































































































Artinya :

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.

9


(30)

Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.10

(2) Iman Kepada Malaikat

Yaitu percaya bahwa Allah menciptakan malaikat sebagai utusan-utusanNya untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai nama dan mempunyai sayap. Sesuai dengan firman Allah dalam AL Quran surah Fatir ayat 1 dan Al Baqarah ayat 98







































































Artinya:

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

































Artinya:

Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.11

10

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan, 2006)

11


(31)

(3) Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Berarti membenarkan keberadaan kitab Al Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya, sebagai kitab-kitab yang menjadi petujuk bagi manusia. Sesuai dengan firman Allah dala Al Quran Surah Ali Imran ayat 3-4.









































































































Artinya :

Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai Balasan (siksa).12

(4) Iman Kepada Rasul-rasul Allah

Iman kepada Rasul adalah meyakini bahwa Allah telah memilih manusia sebagai utusanNya dan meyakini bahwa Allah telah memilih manusia yang dikehendakiNya dan diberiNya petunjuk. Berdasarkan firman Allah dalam Al Quran surah AL Hajj ayat 75, dan Al Quran surah Maryam ayat 58

12


(32)

























Artinya :

Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari Malaikat dan dari manusia; Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.13













































































Artinya :

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, Yaitu Para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.

(5) Iman Kepada Hari Akhir

Iman kepada hari akhir, berarti percaya bahwa manusia akan menemui hari akhir yang digambarkan dengan kehancuran bumi, yang hari itu disebut hari kiamat, Sebgaimana terapat dari banyak firman Allah, diantaranya Al Quran Al Qari’ah ayat 1-5.

13


(33)









































































Artinya :

Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu?Tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.14

(6) Iman Kepada qadha dan qadar

Iman kepada qadha dan qadar berarti mengakui bahwa Allah memiliki ketetapan yang pasti berlaku, memiliki ukuran dan manusia tidak bisa meghalanginya. Sebagaimana firman Allah dalam AL Quran Surah Al Ahzab ayat 38 dan Al Quran surah Al Hijr ayat 21.















































Artinya :

Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,

































Artinya : 14


(34)

Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

b) Syari’ah yang meliputi

Ibadah dalam arti khas, meliputi : thaharah (bersuci), shalat, zakat, puasa, haji. Muamalah dalam arti luas, meliputi: mumalah (hukum niaga), munakahat (hukum nikah), waratsah (hukum waris), hinayah (hukum pidana), khilafah (hukum Negara), dan jihad (hukum perang dan damai)

c) Akhlak

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan kislaman seseorang . Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan keislaman15 Akhlak meliputi akhlak kepada Al Khaliq dan terhadap makhluk yang meliputi manusia dan non manusia

Beberapa perbuatan yang berkaitan dengan akhlak diataranya (1) Ikhlas

Ikhlas adalah memurnikan tujuan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dari hal-hal yang dapat mengorotinya. Dalam arti lain, ikhlas adalah menjadikan Allah sebagai

15


(35)

satunya tujuan dalamm segala bentuk ketaatan. Atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berkonsentrasi kepada al Khaliq. (Tazkiyatun Nufus wa Tarbiyatuha Kama Yuqarriruha ‘Ulama As Salaf. Dr Ahmad Farid). Ikhlas dalam Al Quran terdapat dalam Surah Az Zumar ayat 2-3 yang artinya

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.”16

(2) Sabar

Sabar berarti menahan dan mencegah dari keinginan yang lalai. Sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran surah Al Kahfi ayat 28 yang artinya

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”17

Sedangkan makna sabar menurut Amru bin Usman adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dariNya, dengan

16

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan, 2006)

17


(36)

lapang dada dan tenang. Sedangkan menurut Al Khowas, sabar adalah refleksi keteguhan untk merealisasikan Al Quran dan sunnah

(3) Tawakal

Tawakal berasal dari kata “tawakala” yang memiliki arti

menyerahkan, mempercayakan, dan mewakilkan18

Menurut Imam Ahmad bin Hanbal tawakal merupakann aktivitas hari, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yag diucapkan oleh lisan. Bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dana tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan (Al-Jauzi Tahdzib Madarijis Salikin, tt:337) Sedangkan tawakal menurut Ibnu Qoyyim al Jauzi’ merupakan amalan dan ubudiyah hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadapNya, berlindung hanya kepadaNya dan ridha akan segala sesuatu yang menimpanya berdsarkan keyakinan bahwa Allah akan memberinya segala kecukupanbagi dirinya (Al Jauzi’ / Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal kitab wa Sunah, 1975 :254)19

18

Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994) h.120

19

https://m.eramuslim.com/peradaban/tafsir-hadis/makna-tawakal/ diakses pada hari jumat 27 Januari 2016


(37)

(4) Zuhud

Zuhud yakni meninggalkan kelebihan dunia dan membencinya, lalu mencintai akhirat. 20 Ibnu Rajab memaknai zuhud dengan tiga makna yakni,

- Lebih meyakini rezeki yang ada ditangan Allah

daripada apa yang ada ditangannya

- Zuhud adalah apabila hamba tertimpa musibah dalam kehidupan dunia seperti hilangnya harta, anak atau selainnya maka dia lebih senaang memperoleh pahala atas hlangnya hal tersebut daripada hal itu tetap berada disampingnya

- Zuhud adalah hamba memandang sama orang yyang memuji dan mencelanya ketika dirinya berada di atas kebenaran. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam h.644-646)21

2. Majelis Dzikir

a. Pengertian dan Hukum Majelis Dzikir

Secara bahasa, majelis dzikir berasal dari bahasa Arab, yang terdiri atas dua kata, yaitu majelis dan dzikir. Majelis artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan, sedangkan dzikir artiya mengingat Allah

20

Imam Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin:Ringkasan yang Ditulis Sendiri Oleh sang Hujjatul Islam, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), h.357

21


(38)

diantaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah. Secara istilah majelis dzikir memiliki beberapa definisi diantaranya22

1) Abu Hazzan ‘Atha’

“Yaitu majelis tentang halal dan haram. Majelis yang mengajari bagaimana kamu sholat, puasa, menikah, talak, dan bagaimana kamu berjual beli” (Al Hilyah 3/313)

2) Imam Al Qurthubi

“Majelis dzikir adalah majelis ilmu dan nasehat (peringatan). Yaitu majelis yang diuraikan padanya firman-firman Allah, sunnah RasulNya dan keterangan para salafushalih serta imam-imam ahli zuhud yang terdahulu, jauh dari kepalsuan dan kebid’ahan yang penuh dengan tujuan-tujuan yang rendah dan ketamakan” (Faidlul Qadir 5/519)

3) Al Manawi

“Yang dimaksud dengan majelis zikir adalah taddabur Al Quran, mempelajari agama, dan menghitung-hitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita” (Faidlul Qadir 5/519)

Majelis dzikir juga dapat diartikan sebagai salah satu kelompok perkumpulan orang orang yang berdikir. Dimana berdzikir adalah mengingat. Secara umum berdzikir adalah segala

22

http://alkitat.blogspot.co.id/2014/03/keutamaan-berkumpul-pada-majelis-dzikir.html diakses pada hari selasa pukul 19.16


(39)

tindakan yang bisa mengingatkan kita kepada Tuhan23. Walaupun jika dikaitkan dengan majelis dzikir yang sering kita lihat di Indonesia, maka dzikir disini lebih dimaknai dengan menyebut dan mengingat Allah dengan lisan dan bacaan tertentu.

Mengenai majelis dzikir ini sudah dijelaskan dalam Al Quran dan hadis, diantaranya24

Al Quran Surah Al Kahfi:28























































































Artinya :

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.25

Berkata imam At Tabari: “Tenangkanlah dirimu wahai Muhammad bersama sahabat-sahabatmu yang duduk berdzikir dan berdoa kepada Allah di pagi dan sore hari, mereka dengan bertasbih, tahmid, tahlil, do’a-do’a dan amal shalih dengan shalat

23

Mulyadhi Kartanegara , Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta : Erlangga, 2002) h.252

24

Habib Munzir Al Musawa, Kenalilah Aqidahmu 2, (Jakarta : Majelis Rasulullah SAW, 2009) h. II.2

25


(40)

wajib dan lainnya, yang mereka itu hanya menginginkan ridha Allah SWT bukan menginginkan keduniawian” (Tafsir Imam Attaari Juz 15 hal 234) 26

Tentunya tafsir diatas menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud ayat itu adalah orang yang shalat, karena mustahil pula Allah mengatakan pada Nabi SAW untuk sabar duduk dengan orang yang shalat berjama’ah, karena shalat adalah fardhu, namun perintah “duduk bersabar” disini tentunya adalah dalam hal-hal yang mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang.

Dari Abdurrahman bin Sahl ra, bahwa ayat ini turun sedang Nabi SAW sedang di salah satu rumahnya, maka beliau SAW keluar dan menemukan sebuah kelompok yang sedang berdzikir kepada Allah SWT dari kaum dhuafa, maka beliau SAW duduk bersama seraya berkata: “Alhamdulillah, yang telah menjadikan pada ummatku yang aku diperintahkan untuk bersabar dan duduk

bersama mereka” (Riwayat Imam Thabrani dan Periwayatnya

Shahih : Majmu’ Zawaid Juz 7 hal 21)

26

Habib Munzir Al Musawa, Kenalilah Aqidahmu 2, (Jakarta : Majelis Rasulullah SAW, 2009) h. II.2


(41)

Sabda Rasulullah SAW

“Akan tahu nanti dihari kiamat siapakah ahlulkaram (orang-orang mulia)”, maka para sahabat bertanya : Siapakah mereka wahai Rasulullah?, Rasulullah SAW menjawab: “majelis-majelis dzikir di masjid-masjid” (Shahih ibn Hibban hadist No.816)27

Sabda Rasulullah SAW

“Sungguh Allah memiliki malaikat yang beredar dimuka bumi mengikuti dan menghadiri majelis-majelis dzikir, bila mereka menemukannya maka mereka berkumpul dan berdesakan hingga memenuhi antara hadirin hingga langit dunia, bila majlis selesai maka para malaikat itu berpencar dan kembali ke langit, dan Allah bertanya pada mereka dan Allah Maha Tahu: “darimana kalian?” mereka menjawab: “kami datang dari hamba-hambaMu, mereka berdo’a padaMu, bertasbih padaMu, bertahlil padaMu, ber tahmid padaMu, bertakbir padaMu, dan meminta kepadaMu” Maka Allah bertanya: “Apa yang mereka minta?” , malaikat berkata: “mereka meminta surga”, Allah berkata: “Apakah mereka telah melihat surgaKu?”, malaikat menjawab: “tidak”, Allah berkata: “Bagaimana bila mereka melihatnya?”, Malaikat berkata: “Mereka meminta perlindunganMu”, Allah berkata: “Mereka meminta perlindungan dari apa?”, Malaikat berkata: “Dari api neraka”,

27

Habib Munzir Al Musawa, Kenalilah Aqidahmu 2, (Jakarta : Majelis Rasulullah SAW, 2009) h. II.2


(42)

Allah berkata: “Apakah mereka telah melihat nerakaKu?”, malaikat menjawab: “tidak”, Allah berkata: “bagaimana kalau mereka melihat nerakaKu?”, malaikat berkata: “mereka ber istighfar kepadaMu”, Allah berkata: “Sudah Kuampuni mereka, sudah Ku beri permintaan mereka, dan sudah Kulindungi mereka dari apa-apa yang mereka minta perlindngan darinya”, malaikat berkata: “Wahai Allah, diantara mereka ada si Fulan hamba pendosa, ia hanya lewat lalu duduk ikut bersama mereka”, Allah berkata: “Baginya pengampunanKu, dan mereka (ahlul dzikir) adalah kaum yang tidak dihinakan siapa-siapa yang duduk bersama mereka”(Shahih Muslim hadis No.2689)

Dari ayat dan hadis diatas, maka hukum majelis dzikir adalah sunnah, yang jika dilakukan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.28

B. Kerangka Teoretik

1. Interaksionisme Simbolik

Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan nama interaksionosme simbolik (symbolic interactionism). Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan

28

Habib Munzir Al Musawa, Kenalilah Aqidahmu 2, (Jakarta : Majelis Rasulullah SAW, 2009) h. II.2


(43)

ini ialah interaksi sosial; kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi29.

a. Definisi Interaksionisme Simbolik

Menurut kamus komunikasi definisi interaksi adalah proses saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku atau kegiatan di antara anggota-anggota masyarakat, dan definisi simbolik (Effendy. 1989: 352) adalah bersifat melambangkan sesuatu. Simbolik berasal dari bahasa Latin “Symbolic(us)” dan bahasa Yunani “symbolicos”. Dan seperti yang dikatakan oleh Susanne K. Langer dalam Buku Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Mulyana. 2008: 92), dimana salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.

Interaksi Simbolik menurut Effendy (1989: 352) adalah suatu faham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah karena komunikasi,suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya pada diri masing-masing yang terlibat berlangsung internalisasi atau pembatinan30

Karakteristik khusus dari komunikasi simbol manusia adalah bahwa dia tidak terbatas pada isyarat-isyarat fisik. Sebaliknya, dia menggunakan kata-kata, yakni simbol-simbol suara yang mengandung

29

Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi.( Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004) h. 35

30

Nina Siti Salmaniah, “ Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik” Jurnal Ilmu Sosial, 4:2, (Medan, Oktober 2011) h.101


(44)

arti-arti bersama dan bersifat standart. Simbol-simbol itu bisa berupa benda, gerak/isyarat atau kata-kata. Bahasa merupakan symbol yang paling penting, manusia mempelajari simbol-simbol tersebut melalui interaksi (Johnson, 1990 : 6-17)

Disimpulkan bahwa interaksionisme simbolik adalah bahwa manusia sebagai individu yang berpikir, berperasaan, memberikan pengertian kepada setiap keadaan, dan melahirkan reaksi dan interpretasi terhadap setiap rangsangan yang dihadirinya ( Adiwikarta, 2007 : 187)31 b. Pokok pikiran interaksionisme simbolik

Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang bersifat ”humanis” (Ardianto. 2007: 40). Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keagungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk

interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, akan

mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.

31

Desi Erawati, “ Analisis Interaksionisme Simbolik” PedagogikJurnal Pendidikan, 8:2, (Palangkaraya, Oktober 2013) hh.46-47


(45)

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara symbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto. 2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008:96) 32 , interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah

interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta

menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136), makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.33

Pokok pikiran dalam interaksionisme simbolik ada tiga; yang pertama ialah bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas

32

Nina Siti Salmaniah, “ Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik” Jurnal Ilmu Sosial, 4:2, (Medan, Oktober 2011) hh.103-104

33

Nina Siti Salmaniah, “ Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik” Jurnal Ilmu Sosial, 4:2, (Medan, Oktober 2011) hh.103-104


(46)

dasar makna yang dipunyai sesuatu baginya.34 Lebih dalam lagi sebuah kajian mengenai pokok pemikiran teori interaksionisme simbolik, membuat kita memahami bahwa dalam sebuah tindakan mempunyai makna yang berbeda dengan orang yang lain yang juga memaknai sebuah makna dalam tindakan interaksi tersebut.

Interaksionis simbolik telah diperhalus untuk dijadikan salah satu pendekatan sosiologis oleh Herbert Blumer dan George Herbert Mead, yang berpandangan bahwa manusia adalah individu yang berpikir, berperasaan, memberikan pengertian pada setiap keadaan, yang melahirkan reaksi dan interpretasi kepada setiap rangsangan yang dihadapi. Kejadian tersebut dilakukan melalui interpretasi simbol-simbol atau komunikasi bermakna yang dilakukan melalui gerak, bahasa, rasa simpati, empati, dan melahirkan tingkah laku lainnya yang menunjukan reaksi atau respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang kepada dirinya35.

Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain: 1) Pikiran (Mind)

Adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus

34

Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi.( Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004) h.36

35

Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi.( Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004) h.36


(47)

mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.

2) Diri (Self)

Adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (The-Self) dan dunia luarnya.36

3) Masyarakat (Society)

Adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan

manusia dalam proses pengambilan peran ditengah

masyarakatnya37

”Mind, Self and Society” merupakan karya George Harbert Mead yang paling terkenal (Mead. 1934), yang memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain, pentingnya makna

36

Nina Siti Salmaniah, “ Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik” Jurnal Ilmu Sosial, 4:2, (Medan, Oktober 2011) hh.104

37

Nina Siti Salmaniah, “ Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik” Jurnal Ilmu Sosial, 4:2, (Medan, Oktober 2011) hh.104


(48)

bagi perilaku manusia, pentingnya konsep mengenai diri dan hubungan antara individu dengan masyarakat

Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretatif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.

Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya.

Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial.38

2. Respon Masyarakat

Respon Masyarakat terdiri dari dua kata yaitu “Respon” dan “Masyarakat”. Respon adalah istilah yang digunakan psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indera.

38

Nina Siti Salmaniah, “ Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik” Jurnal Ilmu Sosial, 4:2, (Medan, Oktober 2011) hh.104-105


(49)

Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan

setelah dilakukan perangsangan. 39 Sedangkan masyarakat adalah

kelompok sosial yang besar yang berbagi wilayah dan subjek yang sama serta keadaan otoritas dan budaya yang sama. 40 Sehingga dapat disimpulkan bahwa respon masyarakat adalah reaksi yang ditimbulkan dari sutu kelompok sosial yang besar terhadap suatu rangsangan yang diberikan.

Menurut Soenarjo, istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komnikasi yang diharapkan mempunyai hasil atau setelah komunikasi dinamakan efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon dari komunikasi tehadap suatu pesan yang dilancarkan oleh komunikator.41

Sujanto (1993:32) mengemukakan macam-macam respon yaitu sebagai berikut:

a. Respon auditif, yaitu respon terhadap apa-apa yang telah didengarnya baik berupa suara, ketukan dan lain-lain. b. Respon visual, yaitu respon terhadap segala sesuatu yang

dilihatnya.

c. Respon perasaan adalah respon terhadap sesuatu yang dialami oleh dirinya.

39

https://id.m.ikipedia.org/wiki/respons diakses pada hari kamis 26 Januari 2016

40

https://id.m.ikipedia.org/wiki/masyarakat diakses pada hari kamis 26 Januari 2016

41

Soenarjo dan Djoenarsih S.Soenajo, Himpunan Istilah Komunikasi, (Yogyakarta :Liberty, 1983)h.25


(50)

Sementara itu, respon dalam komunikasi dakwah adalah efek dakwah. Efek dakwah atau umpan balik dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan, mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Kegiatan dakwah harus diarahkan untuk memenuhi tiga aspek perbahan diri objeknya, yakni perubahan pada aspek pengetahuannya (knowledge), aspek sikapnya (attitude), dan aspek prilakunya (behavioral). Berkenaan denga ketiga hal tersebut, Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau perspektif khalayak. Efek afektif timbul bila ada perubahan , pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek behavioral merujuk pada prilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.42

Respon yang ada dalam masyarakat sebagai mad’u secara umum dapat diukur dengan tiga aspek yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi.

a. Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh masyarakat dalam memahami informasi yang disampaikan .

b. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang

untuk bertingkahlaku tertentu kalau ia menghadapi ransang tertentu (Wirawan, 199: 20). Secara umum terdapat tiga jenis

42


(51)

sikap manusia , yaitu ( Liliweri,2005,p.197) : kognitif, afektif, dan psikomotorik.43

c. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana masyarakat sebagai mad’u mulai aktif menyumbang kreatifitas dan inisiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dari judul skripsi yang penulis teliti, maka terdapat beberapa kajian yang telah diteliti oleh peneliti lain yang relevan dengan judul yang penulis teliti, diantaranya

1. “Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra dalam Menciptakan Keluarga

Sakinah di Daerah Sawangan Depok” yang di teliti oleh Boby Rahman. Mahasiwa Jurusan Manajement Dakwah tahun 2010, UIN Jakarta.

2.“Konstruksi Dakwah dalam Film Ku Kejar Cinta ke Negeri Cina (Analisis Semiotik Charles sanders Pierce)” yang diteliti oleh Nawal Karomi. Mahasiswa program studi Komunikasi penyiaran islam, fakultas dakwah dan komunikasi, Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya.

3. “ Strategi Komunikasi Dakwah (Majelis Dzikir dan Sholawat Jamuro Surakarta)”, yang diteliti oleh Amien Wibowo, jurursan Ilmu

43

Livia Paranita, Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Talkshow,Jurnal E-Komunikasi, 2:1, (Surabaya,2014)hh. 3-4


(52)

Komunikasi, Fakultas Komnikasi dan Informatika, Universitas Muhamadiyah Surakarta .

Untuk lebih jelasnnya, perbedaan skripsi penulis dengan penelitian terdahulu, dapat dilihat dari tabel 2.1

No Nama Judul Metode

Analisis

Hasil Penelitian

1 Boby

Rahman Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra dalam Menciptakan Keluarga Sakinah di Daerah Sawangan Depok Metode Kualitatif menggunak an data sekunder

Majelis Az Zikra menrapkan strategi pembinaan untuk ruhyah seperti tausyiah, ceramah dan konsultasi,

2 Nawal

Karomi

Konstruksi Dakwah dalam Film Ku Kejar Cinta ke Negeri Cina (Analisis Semiotik Charles sanders Pierce) Metode Analisis Semiotik model Charles Sanders Peirce

Dalam film ini cenderung mengkonstruksi pesan dakwah kategori akhlak kejujuran, amanah, dan etika dalam islam.

3 Amien

Wibowo Strategi Komunikasi Dakwah (Majelis Dzikir dan Sholawat Jamuro Surakarta) Metode Kualitatif jenis deskriptif.

Strategi komunikasi dakwah dengan menentukan

khalayak, penggunaan media, komunikator dan penentuan pesan. Media yang digunakan tatap muka, media cetak, dan media radio.

4 Fitria

Nurul Parhatin

Dakwah Gus Azam di Majelis Dzikir Tanwirul Afkar (Analisis Semiotik Charles sanders Pierce) Metode Analisis Semiotik model Charles Sanders Peirce

pesan dakwah yang

dilakukan Gus Azam secara

terus menerus dalam

majelis dzikir dapat

merubah prilaku jama’ah

sekalipun terkadang

jama’ah lupa untuk

menerapkannya dalam


(1)

3. Partisipasi adalah

keterlibatan individu di masyarakat.

pemberian Allah dan tidak

memburu keuntungan yang

besar.

6. Respon Zuhud

Pas dzikir, dapat lupa dengan dunia tapi juga ada yang zikir tidak ingat dan sulit melupakan dunia.

E. Sintesis

Premis 1

Interaksi kebudayaan yang ada di dalam diri manusia dapat menghasilkan

makna ditengah-tengah msyarakat secara kolektif, dan apabila kebudayaan

itu adalah dakwah maka akan dapat merubah persepsi tingkah laku, dan

partisipasi msyarakat, akan keberagamaan islam.

Premis 2

Orang dalam mengingat Allah dan hari akhir dapat melalui dzikir pada

saat shalat, wirid dan ketika diingatkan. Sedangkan untuk sabar, ikhlas dan

tawakal sangat sulit untuk dilakukan secara istiqomah, tetapi masih bisa

terkendali.

Kesimpulan

Pesan dakwah yang dilakukan secara terus menerus dalam suatu majelis


(2)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang sudah dijabarkan dalam bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan

terkait dengan rumusan masalah yang dibuat sebelum penlitian, yaitu

bagaimana dakwah Gus Azam dalam berdakwah di dzikir Tanwirul Afkar

Krian Sidoarjo. Maka dalam berdakwah Gus Azam dalam berinteraksi di

masjelis dzikir menghasilkan makna ditengah-tengah jama’ahnya. Pesan

untuk ingat kepada Allah dan hari akhir dapat diterapkan oleh jama’ah

dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan untuk pesan sabar, ikhlas dan

tawakal sangat sulit untuk dilakukan secara istiqomah oleh jama’ah, tetapi

masih bisa terkendali.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pesan dakwah

yang dilakukan secara terus menerus dalam suatu majelis dapat merubah

prilaku masyarakat sekalipun terkadang masyarakat lupa untuk

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rekomendasi

Untuk menjadi seorang da’i yang sukses menyampaikan pesan


(3)

Setelah kajian yang dilakukan, penulis merekomendasikan

umumnya mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dan khususnya

Fakultas Dakwah dan Komunikasi program studi Komunikasi Penyiaran

Islam yang membaca dan menelusuri skripsi ini untuk melakukan kajian

lebih dalam terhadap masalah yang penulis teliti. Hal yang dapat dikaji

salah satunya adalah seberapa efektifkah dakwah yang dilakukan Gus

Azam dalam merubah prilaku jama’ah majelis dzikir Tanwirul Afkar


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al Musawa, Habib Munzir, Kenalilah Aqidahmu 2, Jakarta : Majelis Rasulullah, 2009

Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994 Astrid, Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bandung: Bina Cipta,

1997

Athailah, Ahmad, Mutu Manikam Dari Kitab Al Hikam, terjemahan Djamal Uddin Ahmad Al Buny, Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995

Azis, Ali , Ilmu Dakwah, Jakarta : Kencana, 2004

Bernard, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007

B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan, 2006

Erawati, Desi, Analisis Interaksionisme Simbolik, Pedagogik Jurnal Pendidikan, 8:2, Palangkaraya, Oktober 2013

Fiske, John, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2012 Ghazali,Imam, Mutiara Ihya’ Ulumuddin:Ringkasan yang Ditulis Sendiri Oleh

Sang Hujjatul Islam, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008

Ilaihi,Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 Kartanegara,Mulyadhi, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta : Erlangga, 2002 Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta 2012

Kuntjojo, Metodologi Penelitian, Kediri: Universitas Nusantara PGRI, 2009 Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015 Muhadjir, Noeng, Metode Penelitian Dakwah, Yogyakarta: SIPRES, 1996


(5)

Narbuku, Cholid, Metodologi penelitian, Semarang: Bumi Aksara, 1997

Nawawi, Imam, Riyadhus Shalihin, terjemahan Achmad Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani,1999

Paranita, Livia, Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Talkshow,Jurnal E-Komunikasi, 2:1, Surabaya,2014

Raco ME,JR, Metode Penelitian Kalitatif, Jakarta: Grasindo, 2010 Saifuddin Anshari, Endang, Wawasan Islam, Jakarta: Rajawali, 1996

Salim, Agus, Pengantar Sosiologi Mikro, Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2008 Siti Salmaniah, Nina, Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik, Jurnal Ilmu

Sosial, 4:2, Medan, Oktober 2011

Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006 Sobur,Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009 Soenarjo dan Djoenarsih S.Soenajo, Himpunan Istilah Komunikasi, (Yogyakarta :

Liberty, 1983

Subiyanto, Ibnu, Metodologi Penelitian, Jakarta: Gunadarma, 1993

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,dan R&D, Bandung :Alfabeta, 2011

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004

Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al Ikhlas, 1983 Zamzuri, Achmad, Qulbussuar Catatan Kaki Mencari Jalan Ilahi, Surabaya :Prima

Mandiri, 2015

Zamzuri, Achmad, 7 Sya’ir Kehidupan, Sidoarjo: Pondok Pesantren Tanwirul Afkar, 2016


(6)

Internet

http://alkitat.blogspot.co.id/2014/03/

http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/11/12 http://datasnmptnsbmptn.blogspot.co.id/201 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Krian,-Sidoarjo http://mobile.faceboook.com/majelisdzikirarbabulhija

http://syadzilliyahtangsel.blogspot.co.id/2013/10/iformasi-dan-instruksi www.localadid.com/c/majelis-dzikir-baitussalam-1044526

https://m.eramuslim.com/peradaban/tafsir-hadis/makna-tawakal/ Muslim.or.id/5687-3-makna-zuhud.html/

https://id.m.ikipedia.org/wiki/respons / https://id.m.ikipedia.org/wiki/masyarakat/