BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK.

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI

WRINGINANOM GRESIK SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh : SITI NADZIROH

NIM : B03212024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Siti Nadziroh, 2016, Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior Untuk Mengatasi Sifat Tempramental Anak di Wringinanom Gresik.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini1). Bagaimana Proses Bimbingan dan Konseling Islam yang diterapkan untuk anak Tempramental di Wringinanom Gresik? 2). Bagaimana Hasil pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam yang diterapkan pada anak di Wringinanom Gresik?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Dalam menganalisis model Bimbingan dan Konseling Islam tempramental data yang digunakan meliputi hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang disajikan pada penyajian data dan analisis data. Penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan data kualitatif dengan cara menyusun dan mengelompokan data yang ada sesuai dengan rumusan masalah.

Proses yang dilakukan konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, selanjutnya treatment dengan langkah yang pertama adalah Konselor berusaha menunjukkan kepada klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinannya, dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap baik. Kedua, memberikan motivasi kepada klien agar dapat menilai perilakunya dan dapat merubah sikapnya. Ketiga, Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide negatif, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri. Dan yang keempat, konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupan yang benar, dan menolak kehidupan yang fiktif.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi adalah sifat temperamental dari perilaku yang dilakukan klien memiliki kecenderungan keras, mudah marah, mudah emosi, dan tidak melihat situasi yang ada, seringnya orang tersebut sensitif. Sedangkan hasil akhir dari proses konseling terhadap klien dalam penelitian ini cukup berhasil, yang mana dari hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada prilaku klien.

Kata kunci: Bimbingan dan Konseling Islam, Terapi Behavior, Temperamental Anak


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN. ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat penelitian ... 6

E. Definisi konsep ... 8

F. Metode Penelitian ... 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 14

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 14

3. Tahap-tahap Penelitian ... 15

4. Jenis dan Sumber Data ... 17

5. Teknik Pengumpulan Data ... 18

6. Teknik Analisis Data ... 22

7. Teknik pemeriksaan dan Keabsahan Data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II : BIMBINGAN KONSELING ISLAM, ANAK TEMPERAMENTAL A.Tinjauan Tentang Bimbingan Konseling Islam ... 28

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 28

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 32

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 34

4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam ... 35

5. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 38

6. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 40

7. Terapi Behavior ... 42

8. Prinsip-prinsip Pembelajaran ... 45

9. Tujuan Pembelajaran Behavioral ... 46

10.Manfaat Teori ... 47

11.Langkah-langkah Konseling Behavioral ... 49

B.Tinjauan Tentang Anak Temperamental ... 51


(8)

2. Pengertian dan Ciri-ciri Anak Temperamental ... 52

3. Faktor-faktor yang Menjadikan Anak Temperamental ... 53

C.Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 54

BAB III :BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 57

1. Deskripsi Lokasi ... 57

2. Deskripsi Konselor ... 61

3. Deskripsi Klien ... 63

4. Deskripsi Masalah ... 65

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

1. Deskripsi Proses Bimbingan dan Konseling Islam Pada Anak Temperamental ... 66

2. Deskripsi Hasil Akhir proses Bimbingan dan Konseling Islam Temperamental Anak ... 81

BAB IV : ANALISIS DATA PROSES BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK 1. Analisi Data Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior Untuk Mengatasi Sifat Temperamental Anak ... 83

2. Analisi Hasil Akhir Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior ... 96

BAB V : PENUTUP A.Kesimpulan ... 100

B.Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Temperamen adalah kombinasi sifat-sifat yang diwarisi dari orang tua kepada anak. Tidak ada seorangpun yang tahu di mana letak temperamen, tetapi tampaknya ia ada di suatu tempat dalam pikiran atau pusat emosi (sering dirujuk sebagai hati). Dari sana, bersama-sama dengan ciri-ciri manusia lainnya, dihasilkan penampakan dasar. Sebagaian besar dari kita lebih menyadari ekspresinya dari pada fungsinnya.1 Sedangkan temperamental sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu kebiasaan atau sikap seseorang yang memiliki kecenderungan keras, mudah marah, mudah emosi, dan tidak melihat situasi yang ada, seringnya orang tersebut sensitif. Temperamental juga biasa disebut seseorang atau sesuatu yang rentan terhadap perubahan seketika, dan dapat bereaksi secara liar.2

Temperamen seseorang membuat ia ramah, atau murung introver, temperamen mendorong sebagaian orang menyukai seni dan music, sementara yang lain menyukai olah raga atau industri. Anak-anak yang lahir dari orang tua yang sama mungkin mempunyai temperamen yang berbeda sama sekali. Temperamen bukanlah satu-satunya hal yang mempengaruhi perilaku kita, keluarga, pendidikan, jenis kelamin, dan motivasi juga besar pengaruhnnya terhadap tindakan-tindakan di sepanjang hidup kita. Akan tetapi, temperamen

1

Kusuma, Riza, Kepribadian-Watak-Tempramental, 2009. 2


(10)

2

mendominasi hidup kita tidak hanya karena ia mempengaruhi kita pada awalnya, tetapi sebagaimana struktur tubuh, warna mata dan ciri fisik lainnya, temperamen juga bersifat menetap dalam kehidupan seseorang. Seorang ekstrover dia mungkin bisa mengurangi sifat ekstrovernya, tetapi dia akan selalu merupakan seorang yang ramah. Demikian juga, meskipun seorang introver dapat hilang sifat pemalunya dan bertindak lebih agresif, dia tidak akan pernah berubah menjadi ekstrover.

Temperamen menjadi garis pedoman perilaku setiap orang, pola-pola yang akan mempengaruhi seseorang sepanjang hidupnya. Pada satu sisi adalah kekuatannya, dan disisi lain adalah kelemahannya. Manfaat utama mempelajari empat tempramen dasar adalah untuk menemukan kekuatan dan kelemahan kita yang paling nyata, sehingga dengan pertolongan Allah kita dapat mengatasi kelemahan dan manfaat kekuatannya dengan demikian, kita dapat mencapai tujuan hidup kita secara maksimal.

Kepribadian yang temperamental atau orang yang mempunyai perilaku tempramanetal adalah sebuah kepribadian yang sama sekali berbeda dengan orang yang emosional atau pemarah. Meskipun secara sekilas dalam pandangan orang banyak ada hubungan yang menyatukan mereka, tetapi jika ditinjau dari realitasnya dan secara ilmu psikologi, bukan seperti itu realitasnya. Kepribadian yang temperamental juga bukan kepribadaian yang sensitif. Dan bagi setiap kepribadian ciri-ciri tertentu dan sisi-sisi tertentu yang membedakanya dengan kepribadian yang lain. Kepribadian yang temperamental adalah kepribadian yang ketika kita berinteraksi denganya kita harus bersikap hati-hati. Orang


(11)

3

dalam realitasnya, tempramen dapat dikategorikan sebagai sebuah ungkapan perasaan. Kami tegaskan bahwa orang yang mempunyai sifat temperamental tentu saja mempunyai jiwa yang sensitive, tetapi orang yang sensitive tidak selalu temperamental. Hal ini menegaskan adanya perbedaan kedua sifat tersebut.

Allport juga mempertimbangkan untuk tidak memakai istilah karakter dan tempramen sebagai sinonim personality. Menurutnya character mengesankan suatu aturan tingkah laku dengan mana orang atau perbuatanya akan dinilai orang sering digambarkan memiliki character yang baik atau jelek. Karakter bersebrangan dengan kepribadian yang menggambarkan deskripsi tingkah laku yang bebas dari penilaian (“karakter adalah kepribadian yang menilai, dan kepribadian adalah karakter yang tidak menilai”). Tempramen mengacu ke disposisi yang berkait erat dengan determinan biologic atau fisiologik. Jadi, hereditas memainkan peran penting dalam tempramen, sebagai bahan baku bersama-sama kecerdasan dan fisik membentuk kepribadian.3

Sejarah perkembangan dan tokoh-tokah terapi behaviornya sendiri yakni terapi behavior tradisional diawali pada tahun 1950-an di Amerika Serikat, Afrika Selatan, Inggris sebgai awal radikal menentang prospektif psikoanalisis yang dominan. Fokusnya adalah pada menunjukkan bahwa tehnik pengkondisian prilaku yang efektif dan merupakan alternative untuk terapi psikoanalitik.

3

Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang : UMM Press, 2009), hal.220


(12)

4

Tokoh-tokoh terapi behavioral ini adalah BF Skinner dan Allbert Bandura. BF Skinner merupakan seorang juru bicara terkemuka untuk behaviorisme dan dapat dianggap sebagai bapak dari pendekatan behavior. Skinner tidak mempercayai manusia memiliki pilihan bebas. Menurutnya, tindakan tidak dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan. Ia menekankan pandanganya pada sikap akibat antara tujuan, kondisi lingkungan, dan prilaku yang dapat diamati. Skinner tertarik pada konsep penguatan dan menerapkanya dalam dirinya sendiri. Allbert Bandura dan rekan-rekanya yang merintis dalam bidang social modeling dan memperkenalkanya sebagai suatu proses yang menjelaskan beragam bentuk pembelajaran.

Dilihat dari pemaparan yang telah ada, temperamental tentu saja Mempunyai jiwa yang sensitif, tetapi orang yang sensitif tidak selalu temperamental. Misalkan saja kita mengajarkan mandiri dalam belajar pekerjaan rumah pada anak-anak yang umurnya sekitar 17 tahun terkadang ada yang mudah dan ada juga yang susah. Seperti halnya kasus ini terjadi di salah satu keluarga yang mempunyai seorang anak tempramental, sebut saja nama anak itu Abdul Rohman. Dia merupakan anak kedua dari pasangan suami istri bapak Romli dan ibu Aminah, anak ini sekarang berumur kurang lebih 17 tahun dan dia posisinya sebagai anak kedua mempunyai keinginan, yakni ingin dibelikan motor vixion Abdul sangat iri terhadap kakak pertamanya shofiyah yang menurutnya segala sesuatu yang kakanya inginkan pasti orang tuanya mengabulkan dan kenapa orang tuanya tidak membelikan motor Abdul alasanya yakni, orang tua takut apabila Abdul sering keluar karena hal tersebut, maka


(13)

5

orang tua tidak membelikanya motor meskipun orang tuanya mampu untuk membelikanya motor.

Secara fisik Abdul memang anak yang mengalami pertumbuhan yang baik, memiliki badan yang sehat dan tidak mempunyai kekurangan fisik apapun. Secara psikis dia merupakan anak yang kecenderungan keras, mudah marah, mudah emosi, dan tidak melihat situasi yang ada, seringnya orang tersebut sensitif, seperti hal yang diungkapkan oleh temanya Rian bahwa Abdul ini sering berkelahi egois, dan merasa bahwa orang tuanya tidak adil terhadap dirinya

Kedua orang tuanya sangat membedakanya dengan Shofiyah anak pertama mereka, akibatnya dari perlakuan orang tuanya itu Abdul menjadi anak yang tempramen. Ketika dia diperintah untuk mengerjakan sesuatu oleh orang tuanya mesti dia sulit untuk melaksanakannya. Contohnya saja ketika diperintah untuh belajar dia sulit sekali mendengarkan/menuruti perintah itu, mesti harus disuruh beberapa kali serta menunggu waktu berjam-jam, baru dia mengerjakannya. Terkadang orang tuanya sangat jengkel dari perilaku anaknya itu, berbagai cara dilakukan seperti diperintah untuk belajar, menurut Abdul di seperrti itu karena orang tuanya yang terlal membedakanya.

Pada waktu dia SD anak ini sangat egois maunya menang sendiri. Bahkan sulit sekali meminjami barang seperti pensil apabila temanya meminjam, Tapi semenjak memasuki sekolah MTS (Madrasah Tsanawiyah) kelas 1 sampai sekarang yang pada semester genap ini, sikap egoisnya semakin menjadi-jadi. Perilaku yang seperti ini apabila dibiarkan ada kemungkinan tidak hanya bisa


(14)

6

merugikan pada dirinya, berikut orang tuanya pun akan terbawa oleh akibatnya. Maka dari itu penulis ingin mengangkat masalah ini sebagai objek penelitian dengan judul : “Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior untuk Mengatasi Sifat Temperamental anak di Wringinanom Gresik”. B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior untuk mengatasi sifat temperamental anak di Wringinanom Gresik?

2. Bagaimana hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior untuk mengatasi sifat temperamental anak di Wringianom Gresik?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah:

1. Untuk mengetahui Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior untuk mengatasi sifat temperamental anak di Wringianom Gresik. 2. Untuk mengetahui hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi

behavior untuk mengatasi sifat temperamental anak di Wringianom Gresik. D.Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya pemanfaatan dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para pembacanya. Diantara manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis dapat peneliti uraikan sebagai berikut:


(15)

7

1. Secara Teoritis

a. Menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam bagi peneliti yang lain dalam hal mengatasi anak tempramental dengan menggunakan Terapi Behavior.

b. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain khususnya dalam mengatasi anak yang mempunyai sifat tempramental.

c. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan Bimbingan dan Konseling Islam dalam mengatasi anak yang mempunyai sifat tempramental.

2. Manfaat Praktis

a. dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang mengatasi anak yang mempunyai sifat temperamental.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan pada peneliti selanjutnya pada kajian yang sama dengan ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam dibidang Bimbingan Konseling mengenai cara mengatasi sifat tempramental pada anak.

3. Bagi penulis

Dengan penelitian ini membantu peneliti sebagai wahana latihan

pengembangan ilmu dakwah khususnya melalui pendekatan Bimbingan Konseling Islam dan juga informasi tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam rangka konseling Islam.


(16)

8

E.Definisi Konsep

Pada dasarnya, definisi konsep adalah salah satu unsur terpenting dalam suatu penelitian yang merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta ataupun gejala-gejala yang telah diamati. Oleh sebab itu teori dan konsep-konsep yang dipilih dalam penelitian ini perlu adanya ruang lingkup dan batasan masalahnya, sehingga pembahasannya tidak akan melebar kemana-kemana.

Sesuai dengan judul yang peneliti tulis di atas, maka perlunya ada pembahasan konsep dari judul yang ada yaitu: “BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK”.

Agar dapat memahami judul di atas, maka penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat di dalam judul yang telah dituliskan. Isitilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Istilah “konseling” yang telah dipergunakan sebagai bahasa Indonesia ini, merupakan terjemahan dari istilah aslinya yakni “counseling” dikaitkan dengan kata “counsel” yang berarti nasihat dengan demikian konseling diartikan sebagai pemberian nasihat, atau pemberian anjuran untuk melakukan sesuatu atau mengadakan pembicaraan dengan bertukar pikiran tentang sesuatu. Orang yang memberikan nasihat atau menganjurkan berbuat sesuatu atau membicarakaan hal-hal yang relevan dalam berbagai bidang kehidupan akan disebut konselor.


(17)

9

Menurut Aunur Rahim Faqih, “Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan, petunjuk dari Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.4 Sedangkan menurut Ahmad Mubarok, “Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin di dalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.5

Biasanya kata Bimbingan dan Konseling sering disebut bersama, sehingga menciptakan istilah majemuk “Bimbingan dan Konseling”. Hal yang demikian itu menggambarkan adanya hubungan yang erat diantara keduanya. Konseling merupakan salah satu dari pelayanan bimbingaan disamping pelayanan-pelayanan yang lain. Artinya pelayanan bimbingan akan tercakup pula didalamnya proses wawancara konseling, sebab pelayanan bimbingan tidak akan pernah terjadi tanpa terjadinya tatap muka antara konselor-klien, dan dalam tatap muka tersebut dibicarakan bersama masalah

4

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII PRESS,

2004), hal. 4. 5

Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus Cet 1, (Jakarta: Bina Rencana Pariwara, 2004), hal. 4-5.


(18)

10

yang dihadapi klien. Sebaliknya dalam layanan konsleing realisasi terhadap tujuan bimbingan merupakan inti pokok.6

2. Terapi Behavioral

Gerald Corey menjelaskan bahwa teraphy behavioral adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psiko teraphy yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Pendekatan, tehnik, dan prosedur yang dilakukan berakar pada berbagai teori tentang belajar. Teraphy behavior adalah salah satu tehnik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.7

a. Bentuk terapi behavior;

Sistematis desensitiasi (teori pavlov), adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya.

b. Indikator-indikator temperamental ialah;

1) Sifat seseorang yang mudah marah (temperamental) dalam setiap kali bersikap, bertingkah laku, dan kebiasaan setiap hari dengan kata lain sifat dasar seseorang mudah marah dan tersinggung.

2) Adanya aturan atau setandar yang dipegang teguh dan dilanggar orang lain.

6

Sjahudi Syirodj, Pengantar Bimbingan Dan Konseling, (Surabaya: Revka petra media, 2012), hal. 4-24.

7

Divaangreyani.blogspot.co.id/2013/04/terapi-behavioral-behavior-therapy.html


(19)

11

3) Merasa terganggu karena diusik orang lain dalam melakukan sesuatu hal tertentu.

4) Merasa diperlakukan kurang adil.8

3. Tempramental

Psikologi anak banyak menaruh perhatian terhadap aspek-aspek praktis pada tingkah laku anak serta perkembangan kepribadian pada umumnya dengan masalah-masalah yang timbul. Ciri-ciri kepribadian yang menjurus keperbuatan melanggar norma-norma (temperamental) dicari kaitanya dengan keadaan-keadaan khusus pada segi jasmaninya keturunan yang tidak memperlihatkan prestasi yang memuaskan, misalnya dalam kecerdasan, juga para psikolog banyak mengemukakan pendapat-pendapatnya. Gesell dan Thomson (1941) mengemukakan pentingnya proses kematangan yang tentu berhubungan dengan hal-hal biologis.9

Disini peranan keturunan memainkan peranan penting, sedangkan pengaruh pendidikan dan lingkungan tidak ada. Dalam kaitan dengan watak, G. Ewald lebih melihat tempramen sebagai yang tetap seumur hidup, yang tak mengalami perkembanagan, karena tempramen bergantung pada konstelasi hormone-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon ini tetap selama hidup. Sebaliknya watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan atau perkembanagan. Watak sangat

8

http://uvunkachmed.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-kepibadian-watak-dan.html

9

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 38.


(20)

12

bergantung pada faktor-faktor eksogen (lingkungan pendidikan dan pengalaman).

Istilah kepribadian dan watak sering dipergunakan secara bertukar-tukar, namun Allport memberi pengertian berikut: character is personality

evaluated and personality is character devaluated”. Allport beranggapan

bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi menegakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai “kepribadian”.

F.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang di pergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Untuk itu, agar dapat menghasilkan penelitian yang baik, penulis menggunakan beberapa metode penelitian yang diperlukan dalam penulisan Sekripsi ini.

Adapun beberapa metode yang penulis pergunakan antara lain : 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dengan cara mendeskripsikan dalam bentu kata-kata atau


(21)

13

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.10

Jadi pendekatan kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi secara umum.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus. Penelitian study kasus (case study) adalah jenis penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

Tujuan penulis menggunakan jenis penelitian study kasus yang berupa sebuah kasus tentang bagaimana bimbingan konseling islam dengan terapi behavioar untuk mengatasi sifat temperamental anak di wringinanom gresik.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan oleh adanya data-data yang didapatkan nantinya adalah data kualitatif berupa kata-kata atau tulisan tidak berbentuk angka dan untuk mengetahui serta memahami fenomena secara terinci, mendalam dan menyeluruh. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus. Penelitian kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu,

10

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009). Hal:6


(22)

14

yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.11

2. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah Abdul yang berumur 17 thn yang mempunyai sifat temperamental, yang membutuhkan arahan sedangkan lokasi penelitian yang dipilih peneliti yakni Ds. Sembung rt/rw 05/04 Kec. Wringinanom Kab. Gresik. Dalam hal ini peran orang tua (Bpk Romli), kerabat terdekat (Budhe salamah), tetangga (teman sepermainan Rian) sangat berpengaruh. Sedangkan saya selaku peneliti adalah salah satu mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yaitu Siti Nadziroh. Untuk lokasi penelitian ini bertempat di Sembung Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik.

3. Tahap-tahap Penelitian

Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian, tahap-tahap yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif menjadi 3 tahap tahapan. Yaitu;

a. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Dalam tahap penyusunan rancangan penelitian ini peneliti terlebih dahulu mencari dan menelaah fenomena yang dianggap sangat penting untuk diteliti, selanjutnya untuk mempelajari literatur serta penelitian yang lain dan relevan dengan model bimbingan konseling islam pada

11

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002), hal.55


(23)

15

anak tempramental. Kemudian merumuskan latar belakang, tujuan, dan merumuskan masalah serta menyiapkan rancangan yang diperlukan untuk penelitian yang akan dilaksanakan.

2) Memilih lapangan penelitian

Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang akan diteliti. 3) Mengurus Perizinan

Dalam hal ini peneliti menyiapkan berkas-berkas perizinan yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang berwenang untuk memberikan izin untuk melakukan penelitian tersebut. Kemudian melaksanakan penelitian dan melakukan langkah-langkah selanjutnya yang sesuai dengan kaidah ilmiah.

4) Menjajaki dan memilih lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari keputusan atau mengetahui melalui orang sekitar, situasi atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.12 Dalam hal ini peneliti akan menjajaki dengan lapangan dengan mencari informasi dari masyarakat tempat peneliti melakukan penelitian.

5) Memilih dan memanfaakan informan

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi dan data-data yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Karena itulah informan harus benar-benar orang yang mempunyai

12

J. Moelong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Hal: 130.


(24)

16

pengetahuan atau informasi tentang hal-hal yang dalam penelitian ini yang berkaitan dengan penelitian ini.

6) Menyiapkan perlengkapan

Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan penelitian seperti alat-alat tulis, tape recorder, kamera, dan lain-lain. 7) Persoalan etika penelitian

Persoalan etika penelitian timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.13 Dalam hal ini peneliti harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang ada pada objek penelitian.

8) Tahap Kegiatan Lapangan

Setelah pekerjaan pra lapangan dianggap cukup, maka peneliti bersiap-siap untuk masuk ke lokasi penelitian dengan membawa perbekalan yang disiapkan sebelumnya. Agar bisa masuk ke lokasi penelitian dengan mulus, maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan, yakni:

1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri 2. Memasuki lapangan

3. Berperan serta dalam mengumpulkan data 4. Tahap analisa data14

13

J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 134. 14

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),hal. 285.


(25)

17

b. Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan.

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti menganalisa data yang telah didapat dari lapangan. Analisis dan laporan ini meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula dalam suatu proses penelitian.15

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :

1) Data Primer

Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh penulis di lapangan yaitu informasi dari Klien seorang anak SMA yang mempunyai sifat tempramental, informasi juga bisa dari informan atau orang tua klien dimana orang tua klien ini sangat pengaruh dengan data primer karena orang tua klien yang merawatnya sejak lahir, serta konselor yang melakukan konseling data primer yang digali ini meliputi biografi klien, masalah klien sekaligus menggali data tentang kebiasaan klien dirumah.

15

M. Suparmoko. Metode Penelitian Praktis. (Yogyakarta: BPFE, 1995). Hal: 5


(26)

18

2) Data Sekunder

Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dari sumber kedua tidak diusahakan sendiri oleh peneliti dan sebagai pelengkap data primer. Sumber data yang diperoleh dari Orang tua (Bapak Romli) data dari ayah ini yakni kebiasaan klien, kerabat dekat (Budhe Salamah) sikapya saat bersama keluarga ,Teman tetangga (Sepermainan Rian) data yang diperoleh dari klien ini meliputi sikapnya ketika bermain.

5. Teknik Pengumpulan Data

Yang dimaksud dengan pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan. Dimana teknik ini untuk mempermudah dalam memperoleh data, sehubungan dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan.16

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai berikut: a. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan panca indra secara aktif, terutama penglihatan dan pendengaran.17

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati anak temperamental yang bertempat tinggal di Ds. Sembung rt/rw 05/04 Kec. Wringinanom Kab. Gresik yang meliputi: keadaan atau kondisi anak, kegiatan klien di rumah, dan proses konseling yang dilakukan.

16

Moh. Nashir. Metode Penelitian. (Jakarta: PT.Ghalia Indonesia. 1985). Hal: 211 17

Anas Salahudin. Bimbingan & Konseling. (Bandung :Pustaka Setia. 2010). hal. 72


(27)

19

b. Interview (wawancara)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.18 Wawancara dimulai dengan mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami perspektif makna yang diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat memberikan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya, yaitu perspektif dari peneliti sendiri.

Dalam wawancara ini dilakukan secara efektif, yakni dalam waktu yang sesingkat-singkatnya informasi sebanyak-banyaknya dan menggunakan bahasa yang jelas agar data yang diperoleh obyektif dan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini maka peneliti melakukan wawancara kepada informan:

1) Klien (Abdul Rohman)

Wawancara ini nantinya dilakukan konselor dengan klien, menggali data tentang riwayat anak tempramental

2) Orang tua (Bapak Romli)

Wawancara anatara konselor dengan orang tua (Bapak Romli) yakni mengenai prilaku anak keseharian

3) Kerabat dekat (Budhe Salimah)

Wawancara yang akan dilakukan antara kerabat dekat (budhe salimah) menggali data tentang keadaan anak

lingkungan klien 18

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012) Hal. 231.


(28)

20

4) Tetangga (Teman sepermainan Rian)

Wawancara pada tahap ini yaitu tentang prilaku klien dengan teman-temannya.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.19 Dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya.

Metode pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari dokumen-dokumen seperti surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. tersebut dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti.20

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

19

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Bumi aksara. 1995). Hal: 73

20

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 224-225.


(29)

21

Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

No. Jenis data Sumber data TPD

1

a. Identitas Kilen

b. Usia Klien

c. Pendidikan Klien

d. Problem dan gejala yang di alami

e. Proses Konseling yang di la kukan

Klien

W + O+ D

2

Kebiasaan klien Kondisi keluarga, dan ekonomi keluarga

Klien,informan (orang tua,Budhe,

teman sepermainan)

W+O

3

Proses pelaksanaan Bimbingan konseling islam yang diterapkan pada anak temperamental

Konselor+inform an+ klien

W+O+ D

Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara


(30)

22

6. Teknik Analisis Data

Tahap analisis data peneliti melakukan pemprosesan dan pengaturan seluruh data yang telah didapatkan dan mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, serta satuan uraian dasar yang mendeskripsikan tentang keadaan obyek penelitian yang diteliti.

Untuk mengetahui data tentang bimbingan konseling islam dengan terapi behavior dalam mengatasi sifat temperamental anak di Wringinanom Gresik, peneliti menganalisis Kebiasaan klien yakni kecenderungan keras, mudah marah, mudah emosi, dan tidak melihat situasi yang ada, seringnya orang tersebut sensitif.

Kondisi keluarga, sekolah dan ekonomi keluarganya dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan cara memaparkan tentang apa yang didapatkan atau apa yang terjadi dilokasi penelitian sehingga memperoleh data-data yang menyeluruh tentang Bimbingan Konseling Islam dengan terapi behavior dalam mengatasi sifat tempramental anak di Wringinanom Gresik.

7. Teknik KeabsahanData

Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid dan reliabel. Untuk itu, dalam kegiatan penelitian kualitatif pun dilakukan upaya validasi data. Objektifitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validitas data yang diperoleh. Adapun untuk reliabilitas, dapat dilakukan dengan pengamatan sistematis, berulang, dan


(31)

23

dalam situasi yang berbeda. Ada tiga teknik agar data dapat memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas,21 yaitu:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Sebagaimana sudah dikemukakan, peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.

Dengan kata lain perpanjangaan keikut-sertaan berarti, jika perpanjangan penelitian menyediakan data yang lengkap, maka ketekunan pengamatan menyediakan pendalaman data. Oleh karena itu ketekunan pengamatan merupakan bagian penting dalam pemeriksaan keabsahan data.

Oleh karena itu keikutsertaan dan keterlibatan peneliti dalam mengumpulkan data sangat menentukan untuk penelitian ini peneliti melibatkan diri dalam setting bimbingan konseling islam yang dilakukan konselor pada klien (anak tempramental), misalnya keterlibatan peneliti tidak hanya sekali dua kali, yakni hingga terkumpul data yang memadai.

Dalam hal ini yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya: 1. Mengajak klien untuk mengobrol

2. Mengikuti dan memahami klien di rumahnya

3. Menemani klien dalam menjalani sebagian aktivitasnya. 21

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitafif, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal. 145.


(32)

24

b. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.

Seperti yang diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda dengan hal itu, ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.22

Ketekunan pengamatan disini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam yang dilakukan oleh konselor kepada anak tempramental. Pengamatan yang tekun dan teliti dilakukan untuk mengetahui model bimbingan konseling yang diterapkan pada anak tempramental, dan alasan bimbingan konseling yang diterapkan yang diterapkan kepada anak tempramental.

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)hal. 329-330.


(33)

25

c. Melakukan Trianggulasi.

Trianggulasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan dua atau lebih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian. Tujuan trianggulasi ialah untuk menjelaskan lebih lengkap tentang kompleksitas tingkah laku manusia dengan lebih dari satu sudut pandang. Ada empat macam Trianggulasi yaitu:

1. Data Triangulation

Yaitu trianggulasi data, dimana peneliti menguji keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa sumber tentang data yang sama. Klien, rang tua (Ayah), kerabat dekat (Budhe), dan tetangga (Teman sepermaianan).

2. Investigator Triangulation

Investigator triangulation adalah pengujian data yang dilakukan

dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa peneliti dalam mengumpulkan data yang semacam.

3. Theory Triangulation

Theory triangulation yaitu analisis data dengan menggunakan

beberapa perspektif teori yang berbeda.

4. Methodological Triangulation yaitu pengujian data dengan jalan

membandingkan data penelitian yang dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang berbeda tentang data yang semacam.23

23

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki Press, ,


(34)

26

Dalam hal ini, peneliti dapat mengecek hasil temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Oleh sebab itu peneliti melakukan triangulasi dengan cara mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan agar kepercayaan data dapat dilakukan.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan ini, peneliti membagi pembahasan ke dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari sub-sub bab. Sistematika pembahasan dalam penelitian ini meliputi:

BAB I :PENDAHULUAN

Merupakan pendaduluan yang terdiri dari latar belakang masalah, yang berisikan alasan atau permasalah yang mendasari penulisan skripsi, latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, motode penelitian, dan serta sistematika pembahasan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti menuliskan tentang kajian teori yang tertulis dan dijelaskan dari beberapa buku referensi untuk menelaah objek kajian yang dikaji. Dalam bab ini akan membahas tentang pengertian Bimbingan Konseling Islam, tujuan bimbingan konseling islam, fungsi bimbingan konseling islam, unsur-unsur bimbingan konseling islam, asas-asas bimbingan konseling islam, langkah-langkah bimbingan konseling islam,terapi behavior, prinsip pembelajaran teori behavioristik, tujuan pembelajaran behavior, manfaat teori behavior, langkah-langkah konseling behavioral, pengertian dan ciri-ciri anak temperamental, faktor-faktor yang menjadikan anak


(35)

27

temperamental, Bimbingan Konseling Islam, dengan Terapi Behavior Untuk Mengatasi Sifat Temperamental pada Anak, penelitian terdahulu yang relevan. BAB III :PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini diuraikan yang isinya meliputi deskripsi umum objek penelitian meliputi: deskripsi lokasi penelitian, deskripsi konselor, deskripsi klien, deskripsi masalah, serta deskripsi hasil penelitian.

BAB IV :ANALISIS DATA

Pada bab ini akan memaparkan mengenai analisis data yang meliputi bimbingan konseling islam dengan terapi behavioral yang diterapkan pada anak temperamnetal dan proses pelaksanaanya.

BAB V :PENUTUP

Pada bab ini merupakan pembahasan yang terakhir dari penelitian ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA


(36)

28

BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM, ANAK TEMPRAMENTAL

A.TINJAUAN TENTANG BIMBINGAN KONSELING ISLAM 1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Istilaﱢ ﺳbimbinﱡanﺴ sebaﱡaimana diperﱡunakan dalam buku-buku

leteratur merupakan terjemaﱢan dari istilaﱢ ﺳguidanceﺴ dalam baﱢasa inﱡﱡris.

Dalam kamus baﱢasa inﱡﱡris, kata ﱡuidance dikaitkan denﱡan kata asalnnya

guideﺴ yanﱡ diartikan sebaﱡai ;

a. Showing the way artinnya menunjukkan jalan,

b. Leading artinya memimpin,

c. Conducting artinnya menuntun,

d. Giving Intruction artinnya memberi petunju,

e. Regulating artinya menﱡatur,

ﱠ. Giving advice artinya memberi nasiﱢat.26

Disini seolaﱢ-olaﱢ membimbinﱡ seseoranﱡ itu ﱢanyalaﱢ memberi penﱡetaﱢuan atau penﱡaruﱢ tanpa ada sesuatu yanﱡ lain. Artinnya penﱡertian pokok yanﱡ terkandunﱡ dalam bimbinﱡan bukanlaﱢ sekedar memberi inﱠormasi atau menﱡaraﱢkan piﱢak lain.

Menurut Moﱢ Surya, menyebutkan konselinﱡ merupakan bantuan yanﱡ diberikan kepada konselinﱡ supaya ia memperoleﱢ konsep diri dan 26

Djumﱢur dan Moﱢ Surya, 1975,. Bimbinﱡan dan Penyuluﱢan di Sekolaﱢ, Bandunﱡ, CV. Ilmu, Hal 17


(37)

29

kepercayaan diri untuk dimanﱠaatkan memperbaiki prilakunnya pada masa mendatanﱡ. Denﱡan konselinﱡ ia akan memperoleﱢ konsep yanﱡ sewajarnya tentanﱡ dirinya sendiri, oranﱡ lain, pendapat oranﱡ lain tentanﱡ dirinya, tujuan yanﱡ inﱡin diraiﱢ dan kepercayaanya.

Deﱠinisi menurut Djumﱢur dan Moﱢ.Suryo menyebutkan baﱢwa bimbinﱡan sebaﱡai suatu proses pemberian bantuan yanﱡ terus-menerus, sistematis kepada individu dalam memecaﱢkan masalaﱢ yanﱡ diﱢadapi,

aﱡar tercapai kemampuan untuk memaﱢami dirinnya (self undestending),

menerima dirinnya (self acceptance), menﱡaraﱢkan dirinnya (self

direction), dan kemampuan untuk merealisasikan dirinnya (self realization)

sesuai denﱡan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri denﱡan linﱡkunﱡan baik keluarﱡa, sekolaﱢ maupun masyarakat. Bantuan tersebut diberikan oleﱢ oranﱡ yanﱡ memiliki keaﱢlian dan penﱡalaman kﱢusus dalam bidanﱡ tersebut.

Sedanﱡkan konselinﱡ merupakan upaya pemberian bantuan kepada individu seﱢinﱡﱡa dapat menemukan jalannya sendiri, dapat menemukan jawaban terﱢadap pertanyaan-pertanyaan yanﱡ diﱢadapinnya, dan dapat

berbuat sesuatu atas upaya bantua tersebut.27

Acﱢmad Juntika Nuriﱢsan menjelaskan dalam bukunya baﱢwa konselinﱡ merupakan upaya membantu individu melalui proses interaksi yanﱡ bersiﱠat pribadi antara konselor dan konseli aﱡar konseli 27

Andi Mapiare, A, T, 1992, Penﱡantar Konselinﱡ dan Pikoterapi, Jakarta, PT. Raja Graﱠindo Persada, ﱢal. 12


(38)

30

mampu memaﱢami diri dan linﱡkunﱡannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yanﱡ diyakininya seﱢinﱡﱡa

konseli merasa baﱢaﱡai dan eﱠektiﱠ perilakunya.28

Dari berbaﱡai deﱠinisi yanﱡ telaﱢ dikemukakan, maka dapat disimpulkan baﱢwasannya bimbinﱡan merupakan suatu proses bantuan yanﱡ diberikan kepada individu dan dilakukan secara terus-menerus dalam menemukan alternatiﱠ-alternatiﱠ untuk memecaﱢkan permasalaﱢan yanﱡ diﱢadapi dan aﱡar individu dapat memaﱢami dirinya, menﱡaraﱢkan dirinya, menerima dirinya dan merealisasikan dirinya sesuai denﱡan kemampuannya aﱡar memperoleﱢ kesejaﱢteraan ﱢidup.

Sedanﱡkan Bimbinﱡan Konselinﱡ Islam itu sendiri yaitu proses pemberian bantuan terﱢadap individu aﱡar mampu ﱢidup selaras denﱡan ketentuan dan petunjuk Allaﱢ, seﱢinﱡﱡa dapat mencapai kebaﱢaﱡiaan ﱢidup di dunia dan akﱢirat.

Kata Bimbinﱡan dan Konselinﱡ merupakan penﱡaliﱢan baﱢasa dari

istilaﱢ Inﱡﱡris guidance and counseling. Penﱡertian Bimbinﱡan secara

etimoloﱡi adalaﱢ menunjuk, membimbinﱡ, atau membantu. Sedanﱡkan penﱡertian bimbinﱡan secara terminoloﱡi menurut bimbinﱡan adalaﱢ suatu proses pemberian bantuan yanﱡ terus menerus dan sistematis dari pembimbinﱡ kepada yanﱡ dibimbinﱡ aﱡar tercapai kemandirian dalam pemaﱢaman diri, penerimaan diri, penﱡeraﱢan diri dan perwujudan diri 28 Acﱢmad Juntika Nuriﱢsan,

Bimbingan dan Konseling, (Bandunﱡ : PT. Reﱠika Aditama, 2006), ﱢal. 10


(39)

31

dalam mencapai perkembanﱡan yanﱡ optimal dan penyesuaian diri denﱡan linﱡkunﱡan. Dan penﱡertian konselinﱡ secara etimoloﱡi adalaﱢ naseﱢat, anjuran dan ajaran. Denﱡan demikian konselinﱡ dapat diartikan sebaﱡai pemberian naseﱢat, pemberian anjuran dan pembicaraan denﱡan bertukar pikiran. Sedanﱡkan secara terminoloﱡi penﱡertian konselinﱡ adalaﱢ sebaﱡaimana berikut:

Bimbinﱡan dan konselinﱡ salinﱡ berkaitan satu sama lain. Hal ini dikarenakan bimbinﱡan dan konselinﱡ merupakan suatu keﱡiatan yanﱡ inteﱡral. Konselinﱡ merupakan salaﱢ satu tekﱢnik dan alat dalam pelayanan bimbinﱡan. Dan pendapat lain yanﱡ menﱡatakan baﱢwa bimbinﱡan memusatkan diri pada penceﱡaﱢan munculnya masalaﱢ, sedanﱡkan konselinﱡ memusatkan diri pada penceﱡaﱢan masalaﱢ individu atau dapat dikatakan baﱢwa bimbinﱡan bersiﱠat preventiﱠ sedanﱡkan konselinﱡ bersiﱠat

kuratiﱠ.29

Setelaﱢ menﱡuraikan beberapa deﱠinisi bimbinﱡan dan konselinﱡ menurut para aﱢli, maka penulis menﱡﱡabunﱡkan kedua kata tersebut yaitu antara bimbinﱡan dan konselinﱡ ditinjau dari seﱡi Islam atau yanﱡ disebut denﱡan Bimbinﱡan Konselinﱡ Islam. Menurut Hamdani Bakran Adz Dzaky, takan baﱢwasannya ada beberapa ﱢal pentinﱡ yanﱡ perlu diketaﱢui sebelum menﱡetaﱢui deﱠinisi dari bimbinﱡan konselinﱡ Islam, diantaranya:

29

Samsul Munir Amin. Bimbingan dan Konseling Islam. (Jakarta: AMZAH. 2010). Hal: 23


(40)

32

1. Al-Qur’an adalaﱢ sumber bimbinﱡan, nasiﱢat dan obat untuk

menanﱡﱡulanﱡi permasalaﱢan-permasalaﱢan

ْ ﻜ ر ْ ﺔﻈ ْﻮ ْ ﻜْ ءﺎﺟ ْﺪ سﺎ ا ﺎﮭ أ ﺎ ْﺆ ْ ﺔ ْ رو ىﺪھو روﺪﺼ ا ﻲ ﺎ ءﺎ و

“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu suatu pelajaran dari Tuhanmu dan obat terhadap masalah-masalah yang

ada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berimanﺴ. (Qs.

Yunus, 10: 57) 30

2. Allaﱢ SWT yanﱡ Maﱢa Konselor dan Maﱢa Terapis

ْﻜ ْ ﻸ ﺮْ ﺧ ْ اﻮ ْ ﺎ و ءﺎ ْ يﺪْﮭ ﷲ ﻜ و ْ ھاﺪھ ﻚْ ْ

Bukanlah hakmu membuat mereka mendapatkan petunjuk, akan

tetapi Allahlah yang akan memberikan petunjuk kepada siapa saja

yang Dia kehendaki”. (Qs. Al-Baqaraﱢ, 2: 272) 31

3. Adanya kewajiban mencari jalan menuju kepada perbaikan dan

perubaﱢan

ﮫ ﻲ اوﺪھﺎﺟو ﺔ ﻮْ ا ﮫْ إ اﻮﻐ ْ او ﷲ اﻮ ا اﻮ آ ﺬ ا ﺎﮭ أ ﺎ نﻮ ْ ْ ﻜ

Wahai orang-orang yang telah beriman, bertakwalah kepada Allah

dan carilah jalan menuju kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya,

agar supaya kamu memperoleh kemenanganﺴ. (Qs. Al-Maidaﱢ, 5:

35)32

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Denﱡan memaﱢami uraian tentanﱡ penﱡertian bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ telaﱢ dikemukakan sebelumnya akan memberikan ﱡambaran dalam memaﱢami tujuannya. Selanjutnnya untuk memberikan ﱡambaran yanﱡ lebiﱢ rinci menﱡanai tujuan bimbinﱡan dan konselinﱡ ini kami kemukakan apa

30 Departemen Aﱡama,

Al-Quran Dan Terjemah (Surabaya:CV KARYA UTAMA), ﱢal.215 31 Departemen Aﱡama,

Al-Quran Dan Terjemah (Surabaya:CV KARYA UTAMA), ﱢal.46 32 Departemen Aﱡama, Al-Quran Dan Terjemah (Surabaya:CV KARYA UTAMA), ﱢal.113


(41)

33

yanﱡ telaﱢ dikemukakan oleﱢ Georﱡe Cristiani (1981), yanﱡ dikutip sinﱡﱡiﱢ D. Gunarsa sebaﱡai berikut:

a. Hampir semua aﱢli bimbinﱡan dan konselinﱡ menyetujui (sepakat) baﱢwa

tujuan bimbinﱡan dan konselinﱡ adalaﱢ membantu klien aﱡar terjadi perubaﱢan yanﱡ memunﱡkinkan ia ﱢidup lebiﱢ produktiﱠ dan menikmati kepuasan ﱢidup sesuai denﱡan batasan-batasan yanﱡ ada dalam masyarakat.

b. Dalam kenyataan ﱢampir semua oranﱡ menﱡalami kesulitan menﱡﱢadapi

proses pertumbuﱢan dan perkembanﱡannya.

c. Dalam batas-batas tertentu bimbinﱡan dan konselinﱡ diaraﱢkan aﱡar

seseoranﱡ mampu membuat suatu keputusan pada waktu benar-benar diperlukan keputusan itu.

d. Sebaﱡai makﱢluk social seseoranﱡ diﱢarapkan mampu membina ﱢubunﱡan

yanﱡ ﱢarmonis denﱡan linﱡkunﱡan sosialnnya dan keﱡaﱡalan dalam membina ﱢubunﱡan tersebut berarti pula keﱡaﱡalan dalam menyesuaikan diri.

e. Denﱡan berororientasi pada ﱠaﱢam ﱢumanistik maka setiap individu

mempunyai kemampuan-kemampuan yanﱡ serinﱡkali tidak atau kuranﱡ

berﱠunﱡsi sebaﱡaimana keadaan sebenarnya.33

a. Tujuan umum yaitu membantu individu mewujudkan dirinya menjadi

manusia seutuﱢnya aﱡar mencapai kebaﱢaﱡiaan ﱢidup di dunia dan di akﱢirat.

33 Sinﱡﱡi D. Gunarsa, 1992, Konselinﱡ dan Psikoterapi, Jakarta, BPK, Gununﱡ Mulia, Hal.

23-27


(42)

34

b. Tujuan kﱢusus yaitu :

1) Menﱡenal dan memaﱢami potensi kekuatan, dan tuﱡas-tuﱡas

perkembanﱡannya,

2) Menﱡenal dan memaﱢami potensi atau peuanﱡ yanﱡ ada di

linﱡkunﱡan,

3) Menﱡenal dan menentukan tujuan dan rencana ﱢidupnya serta rencana

pencapaian tujuan tersebut,

4) Memaﱢami dan menﱡatasi kesulitan-kesulitan sendiri,

5) Menﱡﱡunakan kemampuanya untuk kepentinﱡan dirinya, kepentinﱡan

lembaﱡa tempat bekerja dan masyarakat,

6) Meneyesuaikan diri denﱡan keadaan dan tuntutan dari linﱡkunﱡannya,

7) Menﱡembanﱡkan seﱡala potensi dan kekuatan yanﱡ dimilikinya secara

optimal.

Jadi, tujuan dari Bimbinﱡan Konselinﱡ Islam adalaﱢ memmaﱢami tujuan ﱢidupnnya serta merencanakan aktiﱠitas untuk mencapai tujuan itu, menﱡenalkan memecaﱢkan kesulitanya, menyesuaikan diri denﱡan tuntutan linﱡkunﱡannya, serta menﱡembanﱡkan kemampuan sesuai

denﱡan tuntutan perkembanﱡannya.34

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Secara ﱡaris besar ﱠunﱡsi pelayanan bimbinﱡan konselinﱡ dapat diliﱢat dari dua seﱡi, yaitu seﱡi siﱠat ﱢubunﱡan individu denﱡan linﱡkunﱡanya. 34 Yuana Wijaya, 1988,. Psikoloﱡi Bimbinﱡan, Bandunﱡ, PT, Erosco, Hal. 93


(43)

35

Diliﱢat dari siﱠatnya, pelayanan danﱡ bimbinﱡan konselinﱡ dapatlaﱢ dirumuskan ﱠunﱡsi dari bimbinﱡan dan konselinﱡ dalam Islam yaitu :

a. Funﱡsi preventiﱠ

Yaitu membantu terﱢindar dari terjadinya masalaﱢ yanﱡ dapat menﱡﱢambat perkembnﱡannya.

b. Funﱡsi kuratiﱠ atau korektiﱠ

Yaitu membantu individu dalam ranﱡka mencari , menemukan dan menﱡatasi masalﱢanya.

c. Funﱡsi preservatiﱠ

Yaitu membantu individu menjaﱡa aﱡar situasi dan kondisi yanﱡ semula tidak baik (menﱡandunﱡ masalaﱢ) menjadi baik

(terpecaﱢkan) dan kebaikan itu bertaﱢan lama (in state of good).

d. Funﱡsi developmental atau penﱡembanﱡan

Yaitu membantu individu membanﱡun apabila bantuan yanﱡ diberikan kepada individu itu menﱡaraﱢ kepada upaya menﱡembanﱡkan seluruﱢ potensi dan kepribadiannya.

4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam

a. Konselor

Konselor atau pembimbinﱡ adalaﱢ oranﱡ yanﱡ mempunyai kewenanﱡan (kompetensi) untuk melakukan bimbinﱡan dan konselinﱡ Islam. Adapun syarat -syarat untuk menjadi konselor atau pembimbinﱡ, yaitu :


(44)

36

1) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus mempunyai penﱡetaﱢuan yanﱡ

cukup luas, baik dari seﱡi teori maupun dari seﱡi praktik.

2) Didalam seﱡi psikoloﱡik, seoranﱡ pembimbinﱡ akan dapat

menﱡambil tindakan yanﱡ bijaksana, jika pembimbinﱡ telaﱢ cukup dewasa dalam seﱡi psikoloﱡiknya yaitu adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikoloﱡiknya, terutama dalam seﱡi emosi.

3) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus seﱢat dari seﱡi jasmani maupun

roﱢaninya.

4) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus mempunyai sikap kecintaan

terﱢadap pekerjaannya dan juﱡa terﱢadap klien atau individu yanﱡ diﱢadapinya.

5) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus mempunyai inisiatiﱠ yanﱡ cukup

baik, seﱢinﱡﱡa denﱡan demikian dapat diﱢarapkan adanya kemampuan dalam usaﱢa bimbinﱡan dan penyuluﱢan kearaﱢ keadaan yanﱡ lebiﱢ sempurna demi untuk kemampuan yanﱡ lebiﱢ baik.

6) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus bersiﱠat supel, ramaﱢ tamaﱢ, sopan

santun di dalam seﱡala perbuatannya.

7) Seoranﱡ pembimbinﱡ diﱢarapkan mempunyai siﱠat - siﱠat yanﱡ

dapat menjalankan prinsip - prinsip serta kode etik dalam bimbinﱡan dan penyuluﱢan denﱡan sebaik- baiknya.


(45)

37

Sedanﱡkan persyaratan baﱡi seoranﱡ konselor bimbinﱡan dan penyuluﱢan menurut Aunur Raﱢim Faqiﱢ dikelompokkan sebaﱡai berikut:

1) Kemampuan proﱠesional.

2) Siﱠat kepribadian yanﱡ baik.

3) Kemampuan kemasyarakatan (berukﱢuwaﱢ Islamiyaﱢ)

4) Ketaqwaan kepada Allaﱢ.35

b. Klien (counsele)

konseli atau yanﱡ biasa disebut klien adalaﱢ individu yanﱡ mempunyai masalaﱢ yanﱡ memerlukan bantuan bimbinﱡan dan konselinﱡ.

Menurut Ws. Winﱡkel dalam bukunya ﺳ Bimbinﱡan dan Konselinﱡ di Instansi Pendidikanﺴ menﱡemukan pendapat syarat sebaﱡai seoranﱡ klien adalaﱢ:

1) Motivasi yanﱡ menﱡandunﱡ keinsyaﱠan akan adanya suatu masalaﱢ,

kesediaan untuk membicarakan masalaﱢ itu denﱡan penyuluﱢan, dan ada keinﱡinan untuk mencari penyelesaian dari masalﱢ itu.

2) Keberanian untuk menﱡekspresikan diri, kemampuan untuk

membaﱢas inﱠormasi/ data yanﱡ diperlukan.

3) Keinsyaﱠan akan tanﱡﱡunﱡ jawab yanﱡ dipikul sendiri akan keﱢarusan

berusaﱢa sendiri.36

c. Masalaﱢ

35 Aunur Raﱢim Faqiﱢ

, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam , ﱢal. 46 36 W.S. Winﱡkel,

Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan (Yoﱡyakarta: Senata Darma Graﱠindo,1991), ﱢal 309


(46)

38

Masalaﱢ adalaﱢ kesenjanﱡan antara ﱢarapan, cita-cita dan kenyataan. Adapun masalaﱢ-masalaﱢ yanﱡ diﱢadapi dalam bimbinﱡan konselinﱡ Islam diantaranya, pernikaﱢan dan keluarﱡa, pendidikan, sosial

(kemasyarakatan), pekerjaan (jabatan), dan juﱡa masalaﱢ keaﱡamaan.37

d. Metode

Metode dan teknik bimbinﱡan dan konselinﱡ Islami secara ﱡaris besar dapat disebutkan lazimnya bimbinﱡan dan konselinﱡ memiliki metode dan teknik masinﱡ-masinﱡ.

Metode lazim diartikan sebaﱡai cara untuk mendekati masalaﱢ seﱢinﱡﱡa diperoleﱢ yanﱡ memuaskan, sementara teknik yanﱡ merupakan penerapan metode tersebut. Dalam prektek metode bimbinﱡan dan konselinﱡ Islami akan diklasiﱠikasikan berdasarkan seﱡi komunikainya diantaranya:

1). Metode komunikasi lanﱡsunﱡ,

2). Metode komunikasi tidak lanﱡsunﱡ.38

Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan metode adalaﱢ suatu strateﱡi pendekatan atau araﱢ pendekatan untuk memecaﱢkan masalaﱢ yanﱡ diﱢadapi klien sesuai denﱡan ajaran islam aﱡar klien dapat mencapai kebaﱢaﱡiaan didunia dan akﱢirat.

5. Asas -asas Bimbingan Konseling Islam

37 Aunur Raﱢim Faqiﱢ

, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam , ﱢal. 44-45 38 Tﱢoﱢari Musnamar,

Dasar-Dasar Konseptual dan Konseling Islami (Yoﱡyakarta Press, 1997), ﱢal 49


(47)

39

Asas -asas atau prinsip -prinsip bimbinﱡan dan konselinﱡ Islam, yaitu:

a. Asas Keraﱢasiaan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menuntut

diraﱢasiakanya seﱡenap data dan keteranﱡan tentanﱡ konseli yanﱡ menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keteranﱡan yanﱡ tidak boleﱢ dan tidak layak diketaﱢui oleﱢ oranﱡ lain.

b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢedaki

adanya kesukaan dan kerelaan konseli menﱡikuti atau menjalani pelayanan dan keﱡiatan yanﱡ diperlukan baﱡianya.

c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar konseli yanﱡ menjadi sasaran pelayanan atau keﱡiatan bersiﱠat terbuka dan tidak berpura-pura ,baik di dalam memberikan keteranﱡan tentanﱡ dirinya sendiri maupun dalam menerima berbaﱡai inﱠormasi dan materi dari luar yanﱡ berﱡuna baﱡi peneﱡembanﱡan dirinya.

d. Asas keﱡiatan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menunjuk pada

tujuan umum bimbinﱡan dan konselinﱡ.

e. Asas kekinian, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar objek sasaran pelayanan bimbinﱡan dan konselinﱡ ialaﱢ permasalaﱢan konseli dalam kondisinya sekaranﱡ.

ﱠ. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar isi pelayanan terﱢadap sasaran pelayanan yanﱡ sama ﱢendaknnya selalu berﱡerak maju, tidak menonton, dan terus berkembanﱡ serta


(48)

40

berkelanjutan sesuai denﱡan kebutuﱢn dan taﱢap perkembanﱡannya dari waktu ke waktu.

ﱡ. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar berbaﱡai pelayanan keﱡiatan bimbinﱡan dan konseli, baik yanﱡ dilakukan oleﱢ ﱡuru pembimbinﱡ maupun piﱢak lain, salinﱡ menunjanﱡ, ﱢarmonis, dan terpadu.

ﱢ. Asas keﱢarmonisan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ

menﱡﱢendaki aﱡar seﱡenap pelayanan dan keﱡiatan bimbinﱡan dan konselinﱡ didasarkan pada dan tidak boleﱢ bertentanﱡan denﱡan nilai dan norma yanﱡ ada, yaitu nilai dan norma aﱡama, ﱢukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu penﱡetaﱢan, dan kebiasaan yanﱡ berlaku.

i. Asas Keaﱢlian, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar pelayanan dan keﱡiatan bimbinﱡan dan konselinﱡ diseleﱡﱡarakan atas dasar kaidaﱢ-kaidaﱢ preﱠesional.

j. Asas Aliﱢ Tanﱡan Kasus, Yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ

meﱡﱢendaki aﱡar piﱢak-piﱢak yanﱡ tidak mampu menyelenﱡﱡarakan pelayanan dan bimbinﱡan dan konselinﱡ secara tepat dan tuntas atas suatu permasalaﱢan konseli menﱡaliﱢtanﱡankan permasalaﱢan itu kepada piﱢak yanﱡ lebiﱢ aﱢli.

6. Langkah- langkah Bimbingan Konseling Islam


(49)

41

Dalam lanﱡkaﱢ identiﱠikasi kasus ini, konselor berusaﱢa untuk menemukan individu yanﱡ menﱡalami suatu problema. Dalam identiﱠikasi kasus ini munﱡkin konselor meﱡadakan observasi sendiri atau munﱡkin inﱠormasi dari oranﱡ lain.

b. Diaﱡnosa

Dalam ﱢal ini konselor menﱡadakan suatu pikiran tentanﱡ apa kasus yanﱡ sedanﱡ diﱢadapi konseli, untuk selanjutnya menﱡadakan penﱡenalan terﱢadap seﱡala aspek dan latar belakanﱡ keﱢidupannya.

c. Proﱡnosa

Setelaﱢ data tentanﱡ konseli dalam seﱡenap aspek dan latar belakanﱡ keﱢidupannya. Untuk selanjutnya konselor dapat menentukan apa sebenarnya kasus yanﱡ sedanﱡ diﱢadapi konseli serta dari mana kira-kira timbul ﱠaktor-ﱠaktor penyebabnya. Kemudian konselor menentukan tentanﱡ jenis bimbinﱡan yanﱡ sebaiknya diberikan.

d. Terapi atau lanﱡkaﱢ bimbinﱡan

Lanﱡkaﱢ ini mempakan lanﱡkaﱢ penyembuﱢan atau penyelesaian terﱢadap problema yanﱡ diﱢadapi konseli. Dalam pelaksanaan bimbinﱡan ini dilakukan denﱡan menﱡﱡunakan teknik bimbinﱡan kelompok (ﱡroup ﱡuidance) atau munﱡkin pula menﱡﱡunakan teknik bimbinﱡan secara pribadi atau secara sendiri-sendiri (individual ﱡuidance).

e. Lanﱡkaﱢ evaluasi atau ﱠollow up

Setelaﱢ pelaksanaan bimbinﱡan sudaﱢ selesai, maka pembimbinﱡ menﱡadakan suatu evaluasi, apakaﱢ ﱢasil bimbinﱡannya sudaﱢ memenuﱢi


(50)

42

ﱢarapan atau masiﱢ belum. Jika bimbinﱡan dinyatakan berﱢasil denﱡan baik atau sesuai denﱡan ﱢarapan, problema dari konseli telaﱢ terpecaﱢkan lalu diusaﱢakan tindakan lebiﱢ lanjut (ﱠollow up) dari pembimbinﱡ atau konselor aﱡar problema (penyakit) dari konseli tidak kambuﱢ laﱡi dan konseli tidak menﱡalami atau menjumpai problema

baru.39

7. TERAPI BEHAVIORAL

Dalam menelaaﱢ literatur psikoloﱡi, kita akan menemukan banyak teori belajar yanﱡ bersumber dari aliran-aliran psikoloﱡi. Salaﱢ satunya adalaﱢ teori belajar beﱢavioristik, teori belajar beﱢavioristik menjelaskan belajar itu adalaﱢ perubaﱢan perilaku yanﱡ dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.

Perubaﱢan terjadi melalui ranﱡsanﱡan (stimulans) yanﱡ menimbulkan ﱢubunﱡan perilaku reaktiﱠ (respon) berdasarkan ﱢukum-ﱢukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalaﱢ linﱡkunﱡan belajar anak, baik yanﱡ internal maupun eksternal yanﱡ menjadi penyebab belajar. Sedanﱡkan respons adalaﱢ akibat atau dampak, berupa reaksi titik terﱢadap stimulan. Belajar berarti penﱡuatan ikatan, asosiasi, siﱠat dan kecenderunﱡan perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori belajar beﱢavioristik ini dikenal denﱡan sebuaﱢ

39 As’ad Djajali,

Teknik -Teknik Bimbingan dan Penyuluhan, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1986), ﱢa1.7-10


(51)

43

teori yanﱡ dicetuskan oleﱢ Gaﱡe dan Berliner tentanﱡ perubaﱢan tinﱡkaﱢ laku sebaﱡai ﱢasil dari penﱡalaman. 40

Seseoranﱡ dianﱡﱡap telaﱢ belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubaﱢan tinﱡkaﱢ lakunya.41 Misalnya; siswa belum dapat dikatakan

berﱢasil dalam belajar Ilmu Penﱡetaﱢuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam keﱡiatan-keﱡiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.

Kritik terﱢadap beﱢavioristik adalaﱢ pembelajaran siswa yanﱡ berpusat pada ﱡuru, bersiﱠat mekanistik, dan ﱢanya berorientasi pada ﱢasil yanﱡ dapat diamati dan diukur. Kritik ini sanﱡat tidak berdasar karena penﱡﱡunaan teori beﱢavioristik mempunyai persyaratan tertentu sesuai denﱡan ciri yanﱡ dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, seﱢinﱡﱡa kejelian dan kepekaan ﱡuru pada situasi dan kondisi belajar sanﱡat pentinﱡ untuk menerapkan kondisi beﱢavioristik.

Metode beﱢavioristik ini sanﱡat cocok untuk peroleﱢan kemampaun yanﱡ membutﱢkan praktek dan pembiasaan yanﱡ menﱡandunﱡ unsur-unsur seperti :Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reﱠlek, daya taﱢan dan sebaﱡainya, contoﱢnya: percakapan baﱢasa asinﱡ, menﱡetik, menari, menﱡﱡunakan komputer, berenanﱡ, olaﱢraﱡa dan sebaﱡainya. Teori ini juﱡa cocok diterapkan untuk melatiﱢ anak-anak yanﱡ masiﱢ membutuﱢkan dominasi peran oranﱡ dewasa, Teori Beﱢavioristik:

40

Gaﱡe, N.L., & Berliner, D. Educational Psychology. 1979. Hal. 13 41

Budininﱡsiﱢ, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, Hal. 20


(52)

44

suka menﱡulanﱡi dan ﱢarus dibiasakan, suka meniru dan senanﱡ denﱡan bentuk-bentuk penﱡﱢarﱡaan lanﱡsunﱡ seperti diberi permen atau puji.

Menurut teori ini yanﱡ terpentinﱡ adalaﱢ :

1. Masukan atau input yanﱡ berupa stimulus dan keluaran atau output yanﱡ berupa respons.

Stimulus adalaﱢ apa saja yanﱡ diberikan ﱡuru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat peraﱡa, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedanﱡkan respon adalaﱢ reaksi atau tanﱡﱡapan siswa terﱢadap stimulus yanﱡ diberikan ﱡuru tersebut.

Teori ini juﱡa menﱡutamakan penﱡukuran, sebab penﱡukuran merupakan suatu ﱢal yanﱡ pentinﱡ untuk meliﱢat terjadi tidaknya perubaﱢan tinﱡkaﱢ laku tersebut.

2. Penﱡuatan (reinforcement)

Penﱡuatan adalaﱢ apa saja yanﱡ dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta didik diberi tuﱡas oleﱢ ﱡuru, ketika tuﱡasnya ditambaﱢkan maka ia akan semakin ﱡiat belajarnya, maka penambaﱢan tuﱡas tersebut merupakan penﱡuatan positiﱠ dalam belajar, beﱡitu juﱡa sebaliknya.42

Prinsip-prinsip beﱢaviorisme adalaﱢ : 1. Objek psikoloﱡi adalaﱢ tinﱡkaﱢ laku

2. Semua bentuk tinﱡkaﱢ laku dikembalikan kepada reﱠlek

42

Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada


(53)

45

3. Mementinﱡkan terbentuknya kebiasaan.

Sejalan denﱡan pendekatan yanﱡ diﱡunakan dalam teori beﱢavioral, konselinﱡ beﱢavioral menaruﱢ perﱢatian pada upaya perubaﱢan prilaku. Sebaﱡai pendekatan yanﱡ relatiﱠ baru, perkembanﱡannya sejak 1960-an, konselinﱡ ini telaﱢ memberi implikasi yanﱡ cukup besar dan spesiﱠik pada teﱢnik strateﱡis konselinﱡ,konselinﱡ ini dikembanﱡkan atas reaksi terﱢadap pendekatan psikoanalisis dan aliran-aliran Freudian. Dalam ﱢal ini Raﱢman Nata wijaya menyatakan baﱢwa teknik asosiasi bebas, analisis transﱠeresi dan teﱢnik-teﱢnik analisis sebaﱡaimana diterapkan psikoanalisa, tidak banyak memebantu menﱡatasimasalaﱢ klien.43

8. Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik

Dalam pembelajaran beﱢaviorisme pembelajaran merupakan penﱡuasan respons (Acquisition of responses) dari linﱡkunﱡan yanﱡ dikondisikan. Peserta didik ﱢaruslaﱢ meliﱢat situasi dan kondisi apa yanﱡ yanﱡ menjadi baﱢan pembelajaran.

Berikut ini adalaﱢ prinsip-prinsip pembelajaran beﱢavioristik Menekankan pada penﱡaruﱢ linﱡkunﱡan terﱢadap perubaﱢan perilaku. 1) Menﱡunakan prinsip penﱡuatan, yaitu untuk menidentiﱠikasi aspek

palinﱡ diperlukan dalam pembelajaran untuk menﱡaraﱢkan kondisi aﱡar peserta didik dapat mencapai peninﱡkatan yanﱡ diﱢarapkan dalam tujuan pembelajaran.

43

Raﱢman Nata Wijaya, 1987,. Pendekatan-pendekatan Dalam Penyuluﱢan Kelompok, Jld I, Bandunﱡ, CV Dopenoﱡoro, Hal 192


(54)

46

2) Menﱡidentiﱠikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran.

3) Lebiﱢ menekankan pada ﱢasil belajar daripada proses pembelajaran.44

Dan Skinner juﱡa memuat dalam bukunya tentanﱡ prinsip-prinsip beﱢavioristik, berikut ini prinsip yanﱡ dikemukakan oleﱢ skinner dalam bukunya yanﱡ berjudul The Behavior of Organism.

Beberapa prinsip Skinner:

1) Hasil belajar ﱢarus seﱡera diberitaﱢukan kepada siswa, jika salaﱢ dibetulkan, jika benar diberi penﱡuat.

2) Proses belajar ﱢarus menﱡikuti irama dari yanﱡ belajar. 3) Materi pelajaran, diﱡunakan sistem modul.

4) Dalam proses pembelajaran, tidak diﱡunkan ﱢukuman. Untuk itu linﱡkunﱡan perlu diubaﱢ, untukmenﱡﱢindari adanya ﱢukuman.

5) dalam proses pembelajaran, lebiﱢ dipentinﱡkan aktiﱠitas sendiri.

6) Tinﱡkaﱢ laku yanﱡ diinﱡinkan pendidik, diberi ﱢadiaﱢ, dan sebaiknya ﱢadiaﱢ diberikan denﱡan diﱡunakannya jadwal variabel Rasio rein ﱠorcer.

7) Dalam pembelajaran diﱡunakan sﱢapinﱡ. 45

9. Tujuan Pembelajaran Behavioral

44

Bambanﱡ warsita, Teknologi pembelajaran, Rineka cipta, Tﱢn. 2008. Hal. 88

45 Yamin, Martinis,

Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Gaunﱡ Persada Press, 201. Hal. 18


(55)

47

Tujuan pembelajaran menurut teori beﱢavioristik ditekankan pada

penambaﱢan penﱡetaﱢuan, sedanﱡkan belajar sebaﱡai aktivitas mimetic,

yanﱡ menuntut pembelajar untuk menﱡunﱡkapkan kembali penﱡetaﱢuan yanﱡ sudaﱢ dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yanﱡ terisolasi atau akumulasi ﱠakta menﱡikuti urutan dari baﱡian ke keseluruﱢan.

1. Berkomunikasi atau transﱠer prilaku adalaﱢ penﱡambaran penﱡetaﱢuan dan kecakapan peserta didik (tidak mempertimbanﱡkan proses mental 2. Penﱡajaran adalaﱢ untuk memperoleﱢ keinﱡinan respon dari peserta

didik yanﱡ dimunculkan dari stimulus

3. Peserta didik ﱢarus menﱡenali baﱡaimana mendapatkan respon sebaik munﱡkin pada kondisi respon diciptakan.

Pembelajaran menﱡikuti urutan kurikulum secara ketat, seﱢinﱡﱡa aktivitas belajar lebiﱢ banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib denﱡan penekanan pada ketrampilan menﱡunﱡkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada ﱢasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasiﱠ, ketrampilan secara terpisaﱢ, dan biasanya menﱡﱡunakan paper and pencil test. Evaluasi ﱢasil belajar menuntut jawaban yanﱡ benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai denﱡan keinﱡinan ﱡuru, ﱢal ini menunjukkan baﱢwa pebelajar telaﱢ menyelesaikan tuﱡas belajarnya. Evaluasi belajar dipandanﱡ sebaﱡi baﱡian yanﱡ terpisaﱢ dari keﱡiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan


(56)

48

setelaﱢ selesai keﱡiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

10. Manfaat Teori Behavioral

konselinﱡ ini adalaﱢ yanﱡ palinﱡ eﱠektiﱠ dalam berurusan denﱡan

individu-individu yanﱡ cerdas, rasional dan berkeinﱡinan untuk memiliki ﱡairaﱢ dan kenikmatan dalam ﱢidup mereka demikian menurut Betﱢ Horwin, LPC, berdasarkan penﱡalamannya sebaﱡai seoranﱡ tﱢerapist.

a) Terapi Koﱡnitiﱠ-Beﱢavioral (TKB) merupakan proses terapi yanﱡ

menﱡambil banyak bentuk, sedikitnya terdapat 60 variasi. Secara rinﱡkas, Betﱢ Horwin menﱡemukakan proses konselinﱡ koﱡnitiﱠ- beﱢavioral ini, sebaﱡai berikut:

b) Membantu klien dalam menﱡenali, menﱡanalisis dan menﱡelola

keyakinannya.

c) Membiarkan klien bersandar pada memorinya, dan berusaﱢa untuk

memvalidasimya.

d) Menempatkan dan menitikberatkan pada keyakinan klien, tentanﱡ

siapa dirinya dan apa tujuan ﱢidup dia di dunia ini

e) Menjaﱡa ﱠokus pada upaya meninﱡkatkan ﺳkepuasan ﱢidup secara

menyeluruﱢﺴ, bukan pada upaya penurunan emosi yanﱡ neﱡatiﱠ

ﱠ) Membelajarkan dan mendidik yakni memberikan kesempatan kepada

klien untuk memeriksa/memﱡuji kembali apa yanﱡ telaﱢ diucapkannya denﱡan kenyataan dirinya.


(57)

49

ﱡ) Menﱡidentiﱠikasi dan berbaﱡai keterampilan praktis (misalnya, tentanﱡ

penetapan tujuan dan pemecaﱢan masalaﱢ).

ﱢ) Melanjutkan untuk melakukan pekerjaan ini untuk waktu janﱡka

panjanﱡ, setelaﱢ proses konselinﱡ selesai.46

11. langkah-langkah konselingBehavioral :

Pada taﱢap lanﱡkaﱢ-lanﱡkaﱢ konselinﱡ ini ada lima ﱢal yanﱡ perlu diperﱢatikan, yaitu:

1. Assesment, lanﱡkaﱢ awal yanﱡ bertujuan untuk

menﱡeksplorasi dinamika perkembanﱡan klien (untuk menﱡunﱡkapkan kesuksesan dan keﱡaﱡalannya, kekuatan dan kelemaﱢannya, pola ﱢubunﱡan interpersonal, tinﱡkaﱢ laku penyesuaian, dan area masalaﱢnya) Konselor mendoronﱡ klien untuk menﱡemukakan keadaan yanﱡ benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk menﱡidentiﱠikasi motode atau teknik mana yanﱡ akan dipiliﱢ sesuai denﱡan tinﱡkaﱢ laku yanﱡ inﱡin diubaﱢ.

2. Goal setting, yaitu lanﱡkaﱢ untuk merumuskan tujuan

konselinﱡ. Berdasarkan inﱠormasi yanﱡ diperoleﱢ dari lanﱡkaﱢ assessment konselor dan klien menyusun dan 46 Ibid 117


(58)

50

merumuskan tujuan yanﱡ inﱡin dicapai dalam konselinﱡ. Perumusan tujuan konselinﱡ dilakukan denﱡan taﱢapan sebaﱡai berikut :

a. Konselor dan klien mendiﱠinisikan masalaﱢ yanﱡ diﱢadapi

klien;

b. Klien menﱡkﱢususkan perubaﱢan positiﱠ yanﱡ dikeﱢendaki

sebaﱡai ﱢasil konselinﱡ;

c. Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yanﱡ telaﱢ ditetapkan

klien :

a) apakaﱢ merupakan tujuan yanﱡ benar-benar dimiliki dan

diinﱡinkan klien;

b) apakaﱢ tujuan itu realistik;

c) kemunﱡkinan manﱠaatnya;

d) kemunﱡkinan keruﱡiannya; dan

e) Konselor dan klien membuat keputusan apakaﱢ

melanjutkan konselinﱡ denﱡan menetapkan teknik yanﱡ akan dilaksanakan, mempertimbanﱡkan kembali tujuan yanﱡ akan dicapai, atau melakukan reﱠeral.

3. Tehniquie implementation, yaitu menentukandan

melaksanakan teﱢnik konselinﱡ yanﱡ diﱡunakan untuk mencapai tinﱡkaﱢ laku yanﱡ diinﱡinkan yanﱡ menjdai tujuan konselinﱡ.


(59)

51

4. Evaluation,termination, yaitu melakukan keﱡiatan penilain

apakaﱢ keﱡiatan konselinﱡ yanﱡ telaﱢ dilakukan menﱡaraﱢ dan mencapai ﱢasil sesuai denﱡan tujuan konselinﱡ,

5. Feedback, yaitu memberikan dan menﱡanalisis umpan baik

untuk memperbaiki dan meninﱡkatkan proses konselinﱡ. Teknik konselinﱡ beﱢavioral didasarkan pada penﱡﱢapusan respon yanﱡ telaﱢ dipelajari (yanﱡ membentuk tinﱡkaﱢ laku bermasalaﱢ) terﱢadap peranﱡsanﱡ, denﱡan demikian respon-respon yanﱡ baru

(sebaﱡai tujuan konselinﱡ) akan dapat dibentuk.47

47

Ibid 118


(60)

52

B.TINJAUAN TENTANG TEMPERAMENTAL 1. Pengertian temperamental

Tempramental ialaﱢ suatu siﱠat atau sikap yanﱡ mutlak dimiliki oleﱢ setiap individu. Tempramental terdiri dari 2 siﱠat, positiﱠ dan neﱡative, jadi temperamental itu tidak ﱢanya meliputi tentanﱡ emosi amaraﱢ seseoranﱡ saja namun juﱡa meliputi siﱠat baik seseoranﱡ karena kedua siﱠat ini adalaﱢ ﱢal yanﱡ mutlak kita semua miliki.

Pada temperamental ada 4 aspek pentinﱡ temperamental yanﱡ ﱢarus kita ketaﱢui :

a. Sanﱡuinis

(positiﱠ) Bersaﱢabat, berbelas kasiﱢan, mempunyai respon, yanﱡ sanﱡat tinﱡﱡi, antusias terﱢadap sesuatu, ramaﱢ, banyak bicara

(neﱡatiﱠ) kuranﱡ disiplin, emosinya cukup labil, senanﱡ sekali membesar-besarkan masalaﱢ.

b. Kﱢoleris

(positiﱠ) mempunyai kemauan yanﱡ keras independen, memiliki visi praktis, produktiﱠ, teﱡas, dan memiliki jiwa pemimpin

(neﱡatiﱠ) cepat puas diri, ceroboﱢ, dominan, sulit menﱡampuni, pemaraﱢ, kejam.

c. Melancﱢolis

(positiﱠ) Perﱠeksionis, berbakat, antusias/analisis, tekun, disiplin, teoritis dan rela berkorban


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam adalah dengan mengikuti langkah-langkah yang ada dalam proses konseling. Langkah pertama yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling yaitu langkah identifikasi masalah, yaitu konselor menggali data dari berbagai sumber. Konselor memperoleh data dari konseli, ayah konseli, teman sepermainan konseli dan kerabat konseli untuk mengetahui gejala-gejala masalah yang dialami oleh konseli, selanjutnya konselor melaukan langkah yang kedua yaitu diagnosis, pada langkah diagnosis ini konselor menetapkan masalah yang telah dialami konseli.

Setelah masalah ditetapkan maka konselor melanjutkan langkah yang ketiga yaitu prognosis, pada langkah prognosis ini konselor menetapkan treatment atau terapi yang akan digunakan pada proses konseling untuk menangani masalah tersebut, dan terapi yang konselor gunakan adalah terapi Behavior. Setelah ditetapkan terapi yang sesuai untuk menangani masalah konseli selanjutnya konselor menggunakan terapi tersebut yang dilaksanakan dengan berbagai tehnik-teknik pada Terapi Behavior. Pada Terapi Behavior menggunakan beberapa teknik yaitu teknik kognitif: home Visit, teknik afektif dan teknik behavioristik.


(2)

101

Dan langkah terakhir yang digunakan konselor yaitu langkah follow up atau tindak lanjut, langkah ini digunakan untuk menindak lanjuti sejauh

mana perubahan yang terjadi pada konseli setelah proses konseling selesai. Pada langkah follow up ini konselor berwawancara dengan ayah konseli, teman sepermainan konseli, dan kerabat konseli untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada konseli sesuai rumusan masalah yang ada yakni Untuk mengetahui langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior untuk mengatasi sifat temperamental dan Untuk mengetahui hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior untuk mengatasi sifat temperamental Anak.

Hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan terapi Behavior untuk mewujudkan pengembangan penyesuaian diri seorang anak terhadap lingkungan dikatagorikan cukup berhasil. Ini bisa dilihat dalam pemberian bimbingan konseling islam yang dilakukan konselor dapat dikatakan cukup berhasil karena pada awalnya ada 9 gejala yang dialami konseli sebelum peroses konseling, akan tetapi sesudah proses konseling 6 gejala itu tidak lagi dilakukan konseli, 2 gejala lagi terkadang masih dilakukan dan 1 gejala yang masih dilakukan.

B. Saran

Teriring rasa syukur Alhamdulillah yang tidak terhingga atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti


(3)

102

berharap kepada peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan hasil penelitian ini yang tentunya merujuk pada penelitian yang sudah ada dengan harapan agar penelian yang akan dihasilkan dapat lebih baik.

Adapun saran –saran yang dapat disampaikan di akhir penelitian ini : 1. Bagi konselor

Konselor harus tetap memantau keadaan konseli, meskipun proses konseling pelaksanaannya sudah selesai. Selain itu konselor juga harus menambah wawasan keilmuannya dalam bidang bimbingan dan konseling islam berdasarkan teori, supaya pada proses konseling selanjutnya akan lebih bagus lagi. Setelah proses konseling selesai konselor juga harus tetap memberi motivasi kepada konseli supaya konseli lebih semangat lagi dalam merubah perilaku buruknya menjadi perilaku yang lebih baik lagi.

2. Bagi konseli

Konseli harus bisa menjadi anak yang lebih baik, konseli harus mau belajar dan mengubah pemikiran irrasionalnya untuk menjadi lebih baik lagi, demi kebaikan di masa depan, walaupun sesuatu itu sulit di awalnya.

3. Bagi keluarga

Keluarga harus senantiasa memotivasi dan memantau konseli. Setiap apa yang dilakukan konseli sebaiknya di lihat dan jika terdapat hal yang salah atau kurang pantas untuk dilakukan konseli, maka keluarga berhak menegurnya, dan memberikan jalan keluar kepada konseli.

4. Bagi prodi BKI diharapkan menambah referensi terkait dengan anak tempramental.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang : UMM Press, 2009)

Amin Munir Samsul, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH 2010) Asri C. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2005) Bungin Burhan. Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan

Kualitatif . (Surabaya: Universitas Airlangga. 2001)

Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002)

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahan (CV. Karya Utama Surabaya)

Divaangreyani.blogspot.co.id/2013/04/terapi-behavioral-behavior-therapy.html

Djajali As’ad, Teknik-teknik Bimbingan dan Penyuluhan (Surabaya: PT. Bina Ilmu 1986)

Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung CV. Ilmu 1975)

Gage N.L. & D. Berliner, Education Psychology, 1979

Gunarsa Singgih D, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003)

http://www.Asukanak.com/2014/12/9-faktor-penyebab-anak-menjadi-pemarah.html

http://Ilhamkizaru.blogspot.co.id/2010/02/tempramental.html

http://uvunkachmed.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-kepibadian-watak-dan.html


(5)

Idrus Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitafif, (Jakarta: Erlangga, 2009)

Jonathan Sarwono, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu 2006)

Kasiram Moh., Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010)

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)

Mapieare Andi A.T. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada 1992)

Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press) Mubarok Ahmad, Konseling Agama Teori dan Kasus Cet 1, (Jakarta: Bina

Rencana Pariwara, 2004)

Musnawar Thohari, Dasar-dasar Konseptual dan Konseling Islami, (Yogyakarta Press 1997)

Nashir Moh. Metode Penelitian. (Jakarta: PT.Ghalia Indonesia. 1985)

Nurihan Juntika Achmad, Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT. Rafika Aditama 2006)

Prabantini Dwi, Opposite Attract, (Tim Lahaye 2000)

Rahim Faqih Aunur, Bimbingan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII PRESS, 2004)

Riza Kusuma, Kepribadian-Watak-Tempramental, 2009

Salahuddin Anas, Bimbingan & Konseling (Bandung: Pustaka Setia 2010) Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:


(6)

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002)

Suparmoko M. Metode Penelitian Praktis. (Yogyakarta: BPFE, 1995)

Syirodj Sjahudi, Pengantar Bimbingan Dan Konseling, (Surabaya: Revka petra media, 2012)

Usman Husaini, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara. 1995)

Warsito Bambang, Teknologi Pembelajaran (Rineka Cipta 2008)

Wijaya Rahman Nata, Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok, Jld 1 (Bandung, CV Diponogoro, 1981)

Wijaya Yuana, Psikologi Bimbingan, (Bandung PT. Eresco 1988)

Wingkel W.S, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan (Yogyakarta: Senata Darma Grafindo 1991)


Dokumen yang terkait

Bimbingan konseling Islam dengan rasional emotive behavior therapy dalam mengatasi kesenjangan komunikasi antara anak dan ayah tiri di Desa Kalicilik Sukosewo Bojonegoro.

0 0 111

Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Shalat Tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik.

3 22 135

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert: studi kasus siswi XI IPS MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

0 10 114

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior untuk menangani kenakalan remaja seorang pelaku balap motor liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk.

0 0 108

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SEORANG ANAK DI DESA GUMENG BUNGAH GRESIK.

6 42 114

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENUNTASKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SEORANG SISWA DI MTS MA’ARIF RANDEGANSARI DRIYOREJO GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS RUMAH TANGGA DI DESA BOLO UJUNGPANGKAH GRESIK.

0 0 149

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI PERILAKU MALADATIF MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 0 128

Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Behavior Dalam Memotivasi Belajar Anak Penderita Dyslexia di Kelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Surabaya

0 0 15

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENANGANI ADIKSI MEROKOK PELAJAR SD

0 0 20