Agraria-Oktober 2008

VOLUME VI OKTOBER 2008

AGRARIA

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

Da ft a r I si

Petani Karet Kalsel Kesulitan Pupuk------------------------------------------------------------------

1


Harga Beras Dunia Turun --------------------------------------------------------------------------------

2

Petani Karet Kalsel Alami Kelangkaan Pupuk------------------------------------------------------

4

Laju Ekspor Komoditas Pertanian Akan Melambat

---------------------------- 5

Petani Mengejar Musim Tanam ------------------------------------------------------------------------

6

Petani Mengganti Tembakau, Jagung, dan Bawang Merah------------------------------------

8


Investasi Tanaman Pangan Terkendala Peraturan -----------------------------------------------

9

Petani Dapat Bantuan Benih Padi --------------------------------------------------------------------- 10
Harga Pupuk Normal Usai Lebaran ------------------------------------------------------------------- 11
Konflik Tanah PLTU 1 Jawa Tengah Selesai------------------------------------------------------- 12
Petani Sumbar Minta Pemerintah Kendalikan Harga Pupuk ----------------------------------- 13
Petani Sayur di Pagar Alam Panen ------------------------------------------------------------------- 14
Petani Grobogan Terpaksa Mengganti Benih yang Mati ---------------------------------------- 16
Petani Kutoarjo Khawatirkan Pasokan Air----------------------------------------------------------- 17
Deptan Minta Produsen Penuhi Benih Untuk MT 2008/2009 ---------------------------------- 18
Krisis Berdampak ke Petani ----------------------------------------------------------------------------- 19
Pajak Sawah Akan Dihapus

----------------------------------------------20

Tapsel Genjot Produksi Beras -------------------------------------------------------------------------- 21
Dilema Pupuk Bersubsidi -------------------------------------------------------------------------------- 22

Jaminan Ketersediaan Pupuk di Tingkat Petani --------------------------------------------------- 24
Mengapa Pupuk Bersubsidi selalu Langka? -------------------------------------------------------- 26
Pertanian Sumut Siap Hadapi Dampak Krisis ------------------------------------------------------ 29
Kebutuhan Urea Tak Pernah Terpenuhi ------------------------------------------------------------- 30
Tantangan Masa Depan Pangan ---------------------------------------------------------------------- 31
Dana Irigasi Dipangkas

--------------------------------------------------33

Hari Pangan Sedunia dan Kemandirian Petani ---------------------------------------------------- 34
Petani Protes karena Benih Padi Tak Jadi Dibeli Caleg PDI-P -------------------------------- 36
Petani Tetap Menolak Penambangan ---------------------------------------------------------------- 37
Ribuan Massa Berdemonstrasi Menuntut Pelaksanaan Reforma Agraria,
Menentang Privatisasi BUMN--------------------------------------------------------------------------- 38

Hari Pangan Sedunia dan Perubahan Iklim--------------------------------------------------------- 39
PDI-P Ingkar Janji, Petani Bakar Padi ---------------------------------------------------------------- 41
Ribuan Petani Menuntut Reformasi Agraria -------------------------------------------------------- 42
Panen Jagung Melimpah, tapi Nasib Petani Tak Menentu ------------------------------------- 43
PDI-P Bayar Gabah Petani ------------------------------------------------------------------------------ 45

Harga Anjlok, Petani Pasaman Barat Biarkan Sawit Busuk ------------------------------------ 46
Pangan Indonesia Tidak Terpengaruh Krisis Ekonomi Global--------------------------------- 47
Mentan: Sulsel Bisa Ekspor Beras -------------------------------------------------------------------- 48
Petani Tuntut Lahan Garapan

-------------------------------------------- 49

Anjloknya Harga Jagung Bikin Petani Buntung ---------------------------------------------------- 51
Reforma Agraria dan Rezin Orde Baru--------------------------------------------------------------- 52
Pangan dan Demokrasi----------------------------------------------------------------------------------- 54
Sleman Berhasil Pertahankan Swasembada Beras ---------------------------------------------- 56
Musim Tanam Padi ---------------------------------------------------------------------------------------- 57
Kebijakan Perberasan Nasional ------------------------------------------------------------------------ 58
Air Minim, Sawah Menganggur ------------------------------------------------------------------------- 60
Petani Kakao Diimbau Memfermentasi -------------------------------------------------------------- 61
Sampai Kapan Petani Berkorban? -------------------------------------------------------------------- 62
Petani Depok Disarankan Pakai Pupuk Organik -------------------------------------------------- 65
Masa Sulit Petani Sawit ---------------------------------------------------------------------------------- 66
Pengadaan Beras di Sulteng 19 Ribu Ton


-----------------------------------68

Ribuan Petani Datangi Polda Bengkulu -------------------------------------------------------------- 69
Petani Kelapa Sawit Semakin Terpuruk ------------------------------------------------------------- 71
Petani Sulit Dapat Pupuk

------------------------------------------------72

Petani Kalbar Diminta Percepat Tanam Padi------------------------------------------------------- 73
Puluhan Ribu Hektare Sawit Terancam Jadi Semak Belukar ---------------------------------- 74
Segera Tetapkan HPP Beras 2009

----------------------------------------75

Produksi Beras 40 Juta Ton ----------------------------------------------------------------------------- 77
"Quo Vadis" Penyuluhan Pertanian? ----------------------------------------------------------------- 78
Langka, Harga Pupuk Naik Tajam --------------------------------------------------------------------- 80
Percepat Pasokan Pupuk -------------------------------------------------------------------------------- 81
Petani Ditolong Penurunan PE ------------------------------------------------------------------------- 82
Pupuk Urea Kontra Pupuk Kandang ------------------------------------------------------------------ 83


Jurnal Nasional

Senin, 06 Oktober 2008

Ekonomi - Keuangan - Bisnis Even | Banjarmasin | Senin, 06 Okt 2008

Pe t a ni Ka r e t Ka lse l Ke sulit a n Pupuk
by : Sapariah
PARA petani atau penyadap karet alam di beberapa lokasi sentra perkebunan karet rakyat di
kawasan Banua Enam (enam kabupaten) Utara Kalimantan Selatan (Kalsel) kesulitan
mendapatkan pupuk TSP. Meskipun bisa diperoleh namun harga melambung mencapai
Rp17.000 per kilogram (kg). Padahal dibandingkan urea, harga hanya Rp3.000 per kg.
Petani di sana menggunakan pupuk TSP bukan untuk menyuburkan tanaman karet namun
untuk pembekuan lateks karet di cawan (wadah menitis lateks setelah disadap pohon
karetnya).
Talhah, petani setempat, mengatakan, pupuk TSP banyak dicari setelah banyak penjualan
karet lum dengan pembekuan melalui cawan. Menggunakan alat pembeku pupuk TSP maka
lateks karet cepat membeku hingga mudah dikumpulkan untuk dijadikan jenis karet lum. Jika
menggunakan alat pombeku lateks cuka (asam semut) proses pembekuan lambat. “Sulit pula

dikumpulkan menjadi karet lum,” katanya di Banjarmasin seperti dikutip Antara.
Selain itu, dengan menggunakan pembeku asam semut dapat mempercepat kerusakan
cawan yang terbuat dari pelastik atau tempurung kelapa. Jika menggunakan pupuk TSP tidak
merusak cawan.
Hal lain yang menguntungkan, jika terkena hujan pupuk TSP rembesan airnya menyuburkan
tanaman pohon karet. Kalau menggunakan asam semut, maka air rembesan akan
menambah tingkat keasaman tanah. Akibatnya, banyak pohon karet mati.
Melihat kenyataan ini, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu penyadap karet
menggunakan pupuk TSP sebagai alat pembeku lateks. “Maka pupuk ini diburu dan dicari
tetapi semain dicari makin sulit diperoleh,” ucap Talhah.
Talhah dan beberapa petani karet berharap pemerintah kembali menyalurkan pupuk TSP
kepada masyarakat. Sebab, pupuk ini sungguh-sungguh diperlukan dalam penyadap karet.

Berkhas

1

Volume VI Oktober 2008

Kompas


Senin, 06 Oktober 2008

H a r ga Be r a s D unia Tur un
Peluang Ekspor Tahun 2009 Terancam
Senin, 6 Oktober 2008 | 01:15 WIB
Jakarta, Kompas - Harga beras di pasar dunia terus mengalami penurunan. Kondisi itu juga
menimpa harga beras di Thailand dan Vietnam sebagai eksportir beras utama dari Asia.
Penurunan harga beras dunia mengancam rencana ekspor beras tahun 2009.
Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar, Minggu (5/10) di Jakarta, mengungkapkan,
penurunan harga beras dunia ini patut diwaspadai mengingat produksi beras dalam negeri
terus meningkat dan Indonesia menargetkan ekspor tahun depan.
”Apabila penurunan berlanjut dan akhirnya harga beras Indonesia sama atau kembali lebih
tinggi dari harga beras dunia, peluang ekspor beras akan tertutup,” katanya.
Karena itu, kebijakan penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras
2009 harus benar-benar mencermati perkembangan harga beras di pasar dunia.
”Tahun 2007, harga beras dalam negeri masih lebih tinggi dari harga beras dunia, sekarang
sebaliknya. Namun, kalau penentuan harga beras melalui HPP tidak dilakukan dengan hatihati, bukan tidak mungkin harga beras dalam negeri akan kembali berada 30 persen di atas
harga beras dunia,” katanya.
Saat ini saja harga beras dalam negeri rata-rata 15-20 persen di atas HPP 2008 yang

ditetapkan sebesar Rp 4.000 per kilogram.
Data menyebutkan, pekan pertama Oktober 2008 harga beras FOB asal Vietnam dengan
patahan 15 persen 450 dollar AS per ton dan patahan 25 persen 425 dollar AS. Harga beras
Thailand patahan 15 persen turun menjadi 640 dollar AS per ton dan patahan 25 persen 625
dollar AS.
Dibandingkan dengan harga beras bulan April 2008, beras Vietnam patahan 25 persen turun
36 persen atau sekitar 245 dollar AS per ton. Saat itu harga beras Vietnam untuk patahan 25
persen 670 dollar AS. Adapun beras Vietnam patahan 5 persen bulan April 2008 sebesar 700
dollar AS dan patahan 15 persen mencapai 680 dollar AS.
Begitu pula harga beras Thailand patahan 15 persen yang pada bulan April di atas 700 dollar
AS kini hanya 640 dollar AS. Untuk kontrak pembelian tertentu, harga beras Thailand bahkan
sempat di atas 1.000 dollar AS.
Sudah mendekati
Menurut Mustafa, dengan harga beras Vietnam 425 dollar AS per ton, bila tiba di Indonesia
ditambah bea masuk, biaya transportasi, bunga bank, dan asuransi sudah mendekati harga
beras dalam negeri.
Dewan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Siswono Yudo
Husodho, memperkirakan, tren penurunan harga beras di pasar dunia tidak akan
berlangsung lama.
Pertimbangannya, saat ini pemasok beras terbesar di pasar dunia di luar Asia adalah

Amerika Serikat. AS bukanlah negara yang basis konsumsi pangan utamanya beras.
Di la>w 9638mw 9738m