STRES PASCA-TRAUMA PADA LIMA TOKOH WANITA DALAM NOVEL LIMA KELOPAK MAWAR BERBISA KARYA RIA JUMRIATI (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra) Skripsi Diajukan Untuk Menyusun Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indon

  STRES PASCA-TRAUMA PADA LIMA TOKOH WANITA DALAM NOVEL LIMA KELOPAK MAWAR BERBISA KARYA RIA JUMRIATI (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra) Skripsi Diajukan Untuk Menyusun Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh: Stefanus Agus Tri Nugroho 024114033 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

STRES PASCA-TRAUMA PADA LIMA TOKOH WANITA

DALAM NOVEL LIMA KELOPAK MAWAR BERBISA

KARYA RIA JUMRIATI (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra) Skripsi Diajukan Untuk Menyusun Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh: Stefanus Agus Tri Nugroho 024114033

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Hidup seperti air mengalir......

  

(NN)

Don't give up till it's over, don't quit if you can

The weight on shoulder will make you a stronger man

your

  (The Dubliner’s)

  

Tugas Akhir ini Dipersembahkan untuk:

  Kemuliaan Kerajaan Allah Kedua Orangtua

  Kakak dan Teman-teman USD

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Sang Hyang Wenang atas segala dekapan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akhir dalam menempuh ujian sarjana pada Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas akhir ini, yaitu:

  1. S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. sebagai dosen pembimbing I, terima kasih atas segala bimbingan, masukan, dan perhatian yang diberikan pada penulis.

  2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II, terima kasih atas waktu luang yang diberikan pada penulis.

  3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Drs. Ari Subagyo, M.Hum., Drs.

  Heri Antono, M.Hum., Drs. FX. Santosa, S.U., Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., dan semua dosen- dosen Sastra Indonesia yang belum disebutkan, terima kasih atas segala pembelajaran yang telah penulis terima selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

  4. Terima kasih untuk kedua orangtua (Markus Paidi Hadikusumo dan Theresia Murtilah) yang telah memberikan dukungan moral dan material, terutama doanya.

  5. Terima kasih untuk kakak-kakakku (Mbak Annie dan Mas Bowo) atas segala semangat dan sponsor selama ini.

  6. Terima kasih buat teman-teman angkatan’02, Robet ”jeblux”, Ardi ”Chaos”, Bangun, Dominikus ” Domex”, Bayu ”Gembes”, Fany, dan Martha (thank’s sist..atas bantuannya).

  7. Trima kasih juga buat Bobo (thank’s bro.. bantu terjemahkan abstrak), Parji, Hendry Suwoto, Galih (PBSID), Simpli ”Dion”, Anton, Si ”emak”, serta teman-teman warung ”punk”, dan Realino bootboys.

  8. Spesial buat kekasihku, Ulfa Ruri yang telah memberikan dorongan semangat serta doanya.

  Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, segala saran dan kritik dari berbagai pihak akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, Juni 2010 Penulis

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Stefanus Agus Tri Nugroho Nomor Mahasiswa : 024114033

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

STRES PASCA-TRAUMA PADA LIMA TOKOH WANITA

DALAM NOVEL LIMA KELOPAK MAWAR BERBISA

KARYA RIA JUMRIATI

(Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra)

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 21 Juni 2010 Yang menyatakan

  (Stefanus Agus Tri Nugroho)

  

ABSTRAK

  Nugroho, Stefanus Agus Tri. 2010. Stres Pasca-Trauma pada Lima Tokoh Wanita dalam novel Lima Kelopak Mawar Berbisa Karya Ria Jumriati, Sebuah pendekatan Psikologis. Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia. Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini mengkaji gejala kejiwaan yang dinamakan stres pasca- trauma yang dialami oleh lima tokoh wanita, yaitu: Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura dalam novel Lima Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati. Penelitian ini mempunyai dua tujuan. Pertama, meneliti secara struktural, yaitu, mendeskripsikan tokoh dan penokohan. Kedua, mendeskripsikan kondisi psikologis lima tokoh wanita yang mengalami stres pasca-trauma, yaitu beberapa gejala stres pasca-trauma yang dialami tokoh Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, karena penelitian ini mengangakat masalah psikologi, stres pasca-trauma yang dialami oleh lima tokoh wanita dengan memaparkan gejala-gejala stres pasca-trauma lima tokoh wanita tersebut. Metode yang digunakan adalah metode formal dan metode deskriptif analisis. Melalui metode formal penelitian diadakan untuk menganalisis unsur-unsur yang terkandung dalam karya. Kemudian metode deskriptif analisis dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta yang ada dalam novel LKMB. Langkah yang dilakukan penulis adalah pertama menganalisis novel LKMB secara struktural terhadap tokoh dan penokohan. Kedua, penelitian dilanjutkan dengan memaparkan gejala stres pasca-trauma yang dialami tokoh-tokoh seperti; Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura.

  Hasil dari analisis struktural novel LKMB berupa tokoh dan penokohan adalah untuk melihat lebih jauh kisah tentang tokoh-tokoh, yaitu Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura dan juga dapat diketahui penyebab tokoh-tokoh tersebut mengalami stres pasca-trauma.

  Beberapa gejala stres pasca-trauma yang tampak pada lima tokoh wanita dalam novel LKMB, yaitu: (1) Gejala menghidupkan kembali (re-experiencing

  

symptom ). Seseorang yang mengalami stres pasca-trauma sering merasa peristiwa

  traumatik tersebut akan terulang kembali. Hal ini biasanya disebut flashback, atau menghidupkan kembali peristiwa. Orang ini mungkin secara berkelanjutan memiliki pikiran atau ingatan yang tidak menyenangkan mengenai peristiwa tersebut, mengalami mimpi buruk yang terus berulang, atau bahkan sering menyebabkan terjadinya respons fisikal, seperti jantung berdetak kencang atau berkeringat ketika teringat akan peristiwa traumatik tersebut. Orang dengan gejala stres pasca-trauma akan mengalami perasaan menderita yang kuat ketika teringat kembali peristiwa traumatik tersebut. Gejala-gejala tersebut menyebabkan seseorang kehilangan ”saat sekarang”, seolah-olah orang ini mengalami kembali

  (2) Gejala penghindaran (avoidance symptom). Seseorang yang mengalami stres pasca-trauma berusaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau pembicaraan yang berhubungan dengan peristiwa traumatik tersebut. Mereka mungkin akan menghindari orang-orang, tempat, benda-benda yang mengingatkan peristiwa traumatik tersebut. Orang ini secara perlahan-lahan akan kehilangan ketertarikan atas aktivitas positif yang penting, merasa jauh atau seperti ada jarak dengan orang lain. Selain itu, seringkali orang dengan stres pasca-trauma mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan-perasaan positif (kesenangan/ kebahagiaan atau cinta/kasih sayang), serta merasa seakan-akan hidup seperti terputus di tengah-tengah. Gejala-gejala ini menyebabkan orang yang menderita stres pasca-trauma tidak berharap untuk dapat kembali menjalani hidup dengan normal.

  (3) Gejala Waspada (Hyperarousal Symptom). Gejala stres pasca-trauma pada orang-orang sangat berbeda-beda. Mereka mungkin sangat cemas, mudah gelisah, mudah tersinggung atau marah, dan mungkin mengalami sulit tidur seperti insomnia. Mereka akan terlihat terus-menerus waspada dan mengalami kesulitan konsentrasi. Sering orang dengan stres pasca-trauma akan selalu merasa seperti sedang diawasi atau seakan-akan bahaya mengincar di setiap sudut

  Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) novel LKMB mencerminkan gambaran stres pasca-trauma. (2) Stres pasca-trauma merupakan gangguan yang terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam keselamatan seseorang atau membuat seseorang merasa tidak berdaya. (3) Gejala-gejala stres pasca-trauma tergambar dalam tokoh Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura. Stres pasca-trauma paling dominan terlihat pada keadaan psikologis tokoh Marni dan Winarsih yang mempunyai pengaruh jelas dalam kehidupan keduanya. (4) Stres pasca-trauma dapat memengaruhi mereka yang secara pribadi mengalami bencana atau musibah besar, mereka yang menjadi saksi atas kejadian tersebut, dan mereka yang membantu dalam kejadian tersebut, hal ini dapat terjadi di kalangan teman atau kerabat dari orang yang mengalami trauma.

  

ABSTRACT

  Nugroho, Stefanus Agus Tri. 2010. The Post Traumatic Stress Disorder of The Main Five Female Characters in Lima Kelopak Mawar Berbisa Novel by Ria Jumriati, A Psychological Study. S-I Final Task. Yogyakarta: Indonesian Literature. Sanata Dharma University.

  This study investigated the psychiatric symptoms are called Post- Traumatic Stress Disorder experienced by five female characters in Lima Kelopak

  

Mawar Berbisa , a novel by Ria Jumriati; Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah,

  and Hana Motokura. This study aims to first, examine the structural, i.e. describe the characters and characterizations, secondly, to describe the psychological state of these five female characters who have PTSD, especially the PTSD symptoms experienced by some figures; Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, and Hana Motokura.

  This research using psychological approaches. The method used is descriptive method of formal methods and analysis. Through formal methods of research conducted to analyze the elements contained within the work. Then the descriptive method of analysis done by describing the facts that exist in the novel

  

Lima Kelopak Mawar Berbisa . Steps taken are first analyzing the characters and

  characterizations. Second, research was continued by describing some PTSD symptoms experienced by such figures; Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, and Hana Motokura.

  Results of structural analysis LKMB novel form of characters and characterizations are to see further stories about characters like; Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, and Hana Motokura and also can be known causes of these figures have PTSD.

  Some symptoms of PTSD that looks at five LKMB’s female characters in the novel that is: (1) Re-experiencing symptoms as follows: In continuing to have thoughts or unpleasant memories about the traumatic event, nightmares that constantly repeats itself, acting or feel as if the traumatic event will be repeated again, have a strong sense of suffering when recalling the traumatic event, there was a physical response, like the heart skipped a beat or sweating.

  (2) Avoidance Symptoms: Trying hard to avoid thoughts, feelings or conversations about the traumatic event, trying hard to avoid places or people that can remind her to the event, losing interest in the activity of an important positive, feeling ‘faraway’ or such a distance with other people, have difficulties to feel positive feelings such as pleasure/happiness or love/affection, feeling as if your life as disconnected in the middle - you do not expect to be able to return to normal life, married and have a career.

  (3) Hyperarousal Symptom; It's hard to sleep or sleep but with a restless, easily / irritability or explosive, have difficulty in concentrating, always felt like I was being watched or felt as though the danger in every corner of the eye, became agitated, not calm or easily ‘triggered’/very ’vigilant’

  The results of the observation conclude that (1) the LKMB novel reflects the Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). (2) PTSD is a kind of stress which is formed by dangerous – traumatical experiances that make people feel hopeless. (3) The PTSD’s symptomps are described in the five female characters of the LKMB novel; Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, and Hana Motokura. PTSD is shown really in Marni and Winarsih’s life. (4) PTSD influences those who have personal traumatic experiences, the people who become the witnesses of the personal traumatic experiences, and people who help the victims included social workers and security officers. Moreover it may happens to people in friendship or family realm of those who have the personal traumatic experiences.

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………........ i HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………….......... ii MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv KATA PENGANTAR .............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................... vii

  ABSTRACT .............................................................................................. ix

  DAFTAR ISI ………………………………………………………...... xi BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. ......

  1

  1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………..... 1

  1.2 Rumusan Masalah Penelitian …………………………........... ...... 7

  1.3

  8 Tujuan Penelitian..…………………………………….........….....

  1.4

  8 Manfaat Penelitian ………………………………………….……

  1.5 Tinjauan Pustaka........................................................................... 8

  1.6

  10 Landasan Teori………………………..........................................

  1.6.1

  11 Tokoh dan Penokohan……………………………….......

  1.6.2 Psikologi Sastra................................................................ 12 1.6.2.1 Trauma.................................................................

  13

  1.7

  19 Metode Penelitian..........................................................................

  1.7.1 Pendekatan.........................................................................

  19 1.7.2 Metode...............................................................................

  20 1.7.3 Teknik Pengumpulan Data............................................ ....

  22 1.7.4 Sumber Data......................................................................

  22

  1.8 Sistematika Penyajian …………………………………………… 23

  BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL LIMA KELOPAK MAWAR BERBISA KARYA RIA JUMRIATI

  2.1 Pengantar………………………………………………………… 24

  2.2 Sinopsis………………………………………………………….. 24

  2.3

  28 Tokoh dan Penokohan …………………………………………..

  2.3.1 Tokoh Utama:…………………………………………….

  30 2.3.1.1 Tokoh Winarsih………………………………….

  30

  2.3.2 Tokoh Tambahan…………………………………………

  39 2.3.2.1 Tokoh Marni…………...………………………..

  39 2.3.2.2 Tokoh Sagiyem………………………………….

  45

  2.3.2.3 Tokoh Rumijah……….…………………………

  49 2.3.2.4 Tokoh Hana Motokura………………………….

  55

  2.4 Rangkuman………………………………………………………

  62

  BAB III STRES PASCA-TRAUMA PADA LIMA TOKOH WANITA DALAM NOVEL LIMA KELOPAK MAWAR BERBISA

  3.1 Pengantar………………………………………………………… 66

  3.2 Gejala Menghidupkan Kembali (Re-experiencing

  Symptom )………………………………………………………... 67 3.2.1 Tokoh Utama…………………………………………….

  68

  3.2.1.1 Tokoh Winarsih …………………………………

  68 3.2.2 Tokoh Tambahan………………………………………...

  70

  3.2.2.1 Tokoh Marni……..............................................…

  70 3.2.2.2 Tokoh Sagiyem…………………………………..

  72 3.2.2.3 Tokoh Rumijah…………………………………..

  73 3.2.2.4 Tokoh Hana Motokura…………………………..

  74

  3.3 Gejala Penghindaran (Avoidance Symptom)…………………… 75 3.3.1 Tokoh Utama…………………………………………….

  76 3.3.1.1 Tokoh Winarsih…………………………………..

  76 3.3.2 Tokoh Tambahan………………………………………….

  79

  3.3.2.1 Tokoh Marni………………………………………

  79

  3.3.2.2 Tokoh Sagiyem……………………………………

  80

  3.3.2.3 Tokoh Rumijah……………………………………

  83

  3.3.2.4 Tokoh Hana Motokura……………………………

  85

  3.4 Gejala Waspada (Hyperarousal Symptom)………………………. 87

  3.4.1 Tokoh Utama………………………………………………. 87

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Karya sastra yang kita baca dibangun oleh pengarangnya sebagai hasil rekaman berdasarkan perenungan, penafsiran, penghayatan hidup terhadap realitas sosial dan lingkungan kemasyarakatan tempat pengarang hidup dan berkembang (Sumardjo, 1984: 15). Novel sebagai karya sastra dibangun dari berbagai unsur fiksi seperti plot, karakter, tema, point of view dan sebagainya. Sebagai karya fiksi, novel banyak mengandung nilai-nilai sosial, politik, etika, religi, filosofis yang bertolak dari pengungkapan kembali suatu fenomena kehidupan (Sumardjo, 1984: 67).

  Pengarang sebagai pencipta karya sastra juga merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Ketika ia menciptakan suatu karya, ia tidak hanya terdorong oleh luapan atau desakan dari dalam dirinya untuk mengungkapkan perasaan atau cita-citanya, tetapi juga berkeinginan untuk menyampaikan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, pendapat, kesan-kesan, dan juga keprihatinan-keprihatinan atas suatu peristiwa yang terjadi kepada seseorang atau kelompok orang (Sardjono, 1992: 10).

  Ria Jumriati, lahir pada tanggal 18 Desember 1972 di Jakarta. Kiprahnya di dunia tulis-menulis telah menghasilkan 5 karya fiksi, yaitu Sperma Buat Ratri (kumpulan cerpen, 2007), Lima Kelopak Mawar Berbisa (novel, 2007), Bunga-

  

Bunga Bangkai (novel, 2008), Dunia Kristal (novel, 2009), Ketika Wanita

  Mensyukuri Apa Yang Ada (Moslem's Chicken Soup, 2010). Karyanya yang

  berjudul Mata Sang Bidadari (kumpulan cerpen) pernah mendapat penghargaan dari Tabloid Indonesia, serta pernah meraih Juara I dalam Lomba Catatan Harian Ibu oleh Tabloid Ibu dan Anak (2004).

  Salah satu novel yang menarik perhatian penulis adalah novel yang berjudul Lima Kelopak Mawar Berbisa (kemudian disingkat LKMB), karena dalam novel tersebut Ria Jumriati mengangkat masalah trauma yang berawal pada peristiwa traumatik yang dialami oleh seorang korban jugun ianfu, kemudian membawa dampak trauma pada anak dan keturunannya. Novel LKMB ditulis oleh Ria Jumriati, karena terinspirasi oleh penderitaan para wanita yang dijadikan

  jugun ianfu pada masa penjajahan Jepang. Jugun ianfu adalah istilah yang

  digunakan untuk merujuk kepada wanita penghibur yang terlibat dalam perbudakan seks pada Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang Jepang. Jugun ianfu merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945. Para wanita Indonesia biasanya direkrut menjadi jugun ianfu berdasarkan paksaan, diimingi-imingi ke luar negeri, atau akan dijadikan pemain sandiwara (seperti yang terjadi pada ikon perjuangan jugun ianfu asal Indonesia, Ibu Mardiyem) ( http://id.wikipedia,org/wiki/jugunianfu ).

  Hartono (Hindra dan Kimura, 2007: VIII-IX), advokat dan pembela umum di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta berpendapat bahwa sampai saat ini, para mantan jugun ianfu yang masih hidup umumnya menghadapi masalah seperti (1) kesehatan yang buruk akibat kekerasan fisik, psikologis, dan seksual yang mereka alami selama menjadi jugun ianfu; (2) trauma akibat perbudakan seks yang harus mereka jalani pada usia yang masih muda; (3) tertekan secara sosial karena dianggap sebagai bekas pelacur dan manusia yang kotor sebagai akibat dari terbatasnya informasi yang benar tentang sejarah jugun ianfu; (4) tertekan secara psikis karena adanya perasaan bersalah telah menjadi jugun ianfu dan; (5) sebagian besar jugun ianfu hidup dalam keadaan miskin karena ditolak bekerja di tengah-tengah masyarakat dengan alasan mereka merupakan bekas pelacur.

  Dalam novel LKMB, dikisahkan secara dramatis yang berawal pada penderitaan yang dialami oleh Marni, sebagai korban jugun ianfu. Peristiwa yang dialami oleh Marni kemudian membawa dampak rasa trauma, kebencian, dan dendam yang dirasakan oleh keluarganya, yaitu Sagiyem, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura. Trauma seorang jugun ianfu menciptakan rantai dendam tanpa akhir bagi keturunannya, meskipun generasi dan zaman telah berganti.

  Tokoh Marni diceritakan sebagai perempuan korban tindak kekerasan tentara Jepang pada tahun 1942. Ia diculik paksa oleh tentara Jepang di hadapan keluarganya, kemudian dijadikan jugun ianfu di rumah pelacuran. Ia mengalami pemerkosaan dan diperlakuan secara tidak manusiawi oleh tentara Jepang. Setelah empat tahun diculik tentara Jepang, Marni dipulangkan dalam keadaan yang menyedihkan. Ia ditemukan oleh warga dengan tubuh penuh luka dan tidak berdaya. Masyarakat tidak menerima keberadaan Marni di lingkungan mereka. Mereka menganggap Marni sebagai bekas pelacur dan manusia ‘kotor’. Marni sering mendapat hinaan dan gunjingan dari masyarakat. Perlakuan buruk tersebut, membuat batin Marni semakin terluka dan keadaan kejiwaannya terganggu. Marni harus menanggung pederitaan sepanjang hidupnya. Trauma yang dialami Marni memengaruhi orang-orang terdekatnya, yaitu Sagiyem, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura.

  Sagiyem merupakan ibu dari Marni. Ia merawat luka-luka pada tubuh Marni sampai sembuh. Sagiyem sangat sedih melihat penderitaan Marni yang mengalami trauma parah. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi psikologis Sagiyem. Dalam pikiran Sagiyem sering terbayang pemerkosaan yang dilakukan oleh tentara Jepang terhadap anaknya. Perasaannya bertambah terluka karena masyarakat memperlakukan Marni dengan tidak adil. Ia memiliki rasa dendam yang besar terhadap bangsanya sendiri atas penolakan dan penghinaan masyarakat terhadap keadaan anaknya. Ia pun menanamkan rasa dendam tersebut kepada Winarsih, cucunya.

  Winarsih adalah anak dari Marni (cucu Sagiyem). Winarsih adalah tokoh yang tidak pernah merasakan kebahagian masa hidupnya. Masa kecilnya pun hanya selalu terisi dengan berbagai peristiwa yang menyedihkan. Winarsih tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayah dan ibunya. Sejak kecil Winarsih telah berpisah dengan orangtuanya, ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya. Pada waktu berumur lima tahun Winarsih menyaksikan kejadian penculikan orangtuanya.

  Semenjak itu Winarsih tidak pernah bertemu dengan orangtuanya. Setelah empat tahun berlalu, Winarsih menyaksikan ibunya ditemukan oleh warga desa dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Ia melihat tubuh ibunya dipenuhi luka dan kemaluannya mengeluarkan darah. Setiap hari, Winarsih menyaksikan penderitaan ibunya yang terkena gangguan jiwa, serta ikut merawat luka yang tersebar di seluruh tubuh ibunya. Meskipun pada waktu itu usianya masih kecil, peristiwa yang menimpa orangtuanya tetap tersimpan di ingatan Winarsih sampai dewasa.

  Winarsih, sebagai seorang anak kecil, ia mengalami trauma yang mendalam terhadap penderitaan ibunya. Kesedihan yang terus-menerus ia alami dan luka batin yang besar pada diri Winarsih memicu keinginannya untuk membalas dendam terhadap orang-orang yang membuat ibunya menderita. Wanita tersebut kemudian membangun naluri membunuh, dengan menjadikan orang- orang Jepang sebagai sasaran dendamnya.

  Rumijah adalah anak dari Winarsih. Rumijah selalu merasakan tidak bahagia hidup bersama ibunya. Ia tidak dapat menjalani hidup dengan bebas dan menentukan pilihannya sesuai dengan hatinya. Ia memiliki hubungan dengan orang Jepang yang bernama Hori Motokura. Hubungan itu ditentang keras oleh ibunya. Winarsih sangat membenci Hori karena ia adalah orang Jepang. Bagi Winarsih, di dalam diri Hori mengalir darah penjajah yang harus dibunuh.

  Hubungan antara Rumijah dengan Winarsih menjadi tidak harmonis. Setiap hari pertengkaran dan pertentangan sering terjadi dikeluarganya. Rumijah sering mendapat perlakuan kasar dari ibunya. Ia sering ditampar, dimaki, dan diancam akan dibunuh. Selain itu, Winarsih selalu memaksa Rumijah agar membunuh suaminya sendiri. Pada akhirnya, Winarsih membunuh Hori dengan racun.

  Semenjak kematian Hori, hubungan antara ibu dan anak itu tidak pernah lagi harmonis.

  Hana Motokura adalah anak dari pasangan Rumijah dan Hori Motokura, yang merupakan cucu dari Winarsih. Sejak bayi, Hana diasuh oleh Winarsih sehingga Hana lebih dekat dengan neneknya daripada ibunya. Hana sangat terpengaruh oleh pemikiran Winarsih tentang kebencian terhadap orang Jepang.

  Winarsih selalu menceritakan pemerkosaan yang dialami Marni (nenek buyut) kepada Hana, sampai psikologis Hana menjadi terganggu. Dalam pikiran Hana tersimpan gambaran buruk akan kekejaman orang Jepang terhadap leluhurnya. Pengalaman traumatis yang diceitakan kepadanya memicu keinginannya akan membalas dendam. Ia juga diajar membuat ramuan jamu, racun, dan penawar racun. Secara diam-diam Hana mengasah naluri membunuhnya dan mencari korban orang Jepang. Selain Rumijah, tidak ada seorang pun yang mengetahui rencana Hana tersebut. Namun, sebagai seorang ibu, Rumijah bertekad tidak akan membiarkan Hana mewarisi dendam sesat neneknya.

  Berdasarkan gambaran singkat di atas, novel LKMB mencerminkan gambaran stres pasca-trauma, yaitu sebuah gangguan yang terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam keselamatan seseorang atau membuat seseorang merasa tidak berdaya. Stres pasca-trauma dapat memengaruhi mereka yang secara pribadi mengalami bencana atau musibah besar, mereka yang menjadi saksi atas kejadian tersebut, dan mereka yang membantu dalam kejadian tersebut, termasuk pekerja sosial dan petugas keamanan. Bahkan hal ini dapat terjadi di kalangan teman atau kerabat dari orang yang mengalami trauma (Smith dan Segal via internet, 2008).

  Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik meneliti novel LKMB dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra (Semi, 1984: 46). Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti mengenai stres pasca-trauma yang terdapat pada lima tokoh wanita dalam novel LKMB, yaitu Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura.

  Dipilihnya novel LKMB karya Ria Jumriati sebagai objek penelitian karena berdasarkan pengamatan penulis, belum ada peneliti yang menganalisis novel ini secara khusus dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Penelitian novel tersebut akan difokuskan kepada sisi psikologis lima tokoh wanita yang mengalami stres pasca-trauma yang disebabkan oleh peristiwa traumatik yang dialami Marni akibat penjajahan Jepang.

1.2 Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

  1.2.1 Bagaimana tokoh dan penokohan dalam novel Lima Kelopak Mawar

  Berbisa karya Ria Jumriati?

  1.2.2 Bagaimana stres pasca-trauma pada lima tokoh wanita dalam novel Lima

  Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati?

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Lima Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati.

  1.3.2 Medeskripsikan stres pasca-trauma pada lima tokoh wanita dalam novel Lima Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat atau sumbangan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan dalam kritik sastra dan ilmu sastra, khususnya telaah sastra dengan pendekatan psikologi sastra.

  1.4.2 Menambah pengetahuan pembaca khususnya mengenai karya sastra tentang stres pasca trauma yang dialami oleh lima tokoh wanita dalam novel LKMB karya Ria Jumriati.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Sejauh pengamatan penulis belum ada yang meneliti khusus novel LKMB karya Ria Jumriati dalam bentuk penelitian ilmiah. Namun, novel LKMB telah disinggung dalam bentuk resensi yang ditulis oleh Damuhbening yang mengatakan bahwa bahasa dalam novel ini sangat singkat, padat, dan langsung pada pokok permasalahan. Tidak ada kata-kata yang mendayu biru. Kisah yang begitu padat dendam dirangkai begitu cepat, namun tanpa kehilangan ruhnya. Tidak ada kesan terburu-buru dari penulisnya dalam mengeksekusi akhir kisah. Sang penulis tetap menjaga alurnya dengan bahasa yang singkat dan lugas. Itulah yang membuat novel tipis ini menarik untuk dibaca (Damuhbening via internet, 2009).

  Sebelumnya, pernah ada penelitian tentang stres pasca-trauma yang ditulis oleh Ruby (2006) dengan skripsinya yang berjudul: Post-Traumatic Stress

  

Disorder Akibat Kekerasan Fisik dan Emosional pada Tokoh Gambir dalam

Novel Pintu Terlarang Karya Sekar Ayu Asmara pada Tahun 2006 . Dalam

  skripsinya, Ruby memfokuskan penelitiannya pada psikologis tokoh laki-laki, yaitu Gambir akibat kekerasan fisik dan emosional dengan pengetahuan Post-

  

Traumatic Stress Disorder, yaitu gangguan stres pasca-trauma. Dalam penelitian

  tersebut dibahas tentang gejala-gejala stres pasca-trauma yang dialami tokoh Gambir akibat kekerasan fisik dan emosional. Terdapat 8 gejala stres pasca- trauma pada psikologis Gambir. Hal ini dipengaruhi oleh peristiwa traumatik yang dialaminya sejak kecil sampai dewasa. Teori stres pasca-trauma yang digunakan dalam penelitian tersebut menurut Carlson dan Ruzek.

  Berbeda dengan Ruby, penelitian ini akan mengungkapkan stres pasca- trauma yang dapat diakibatkan karena menyaksikan suatu peristiwa traumatik dan membantu dalam peristiwa traumatik tersebut. Hal ini dapat terjadi di kalangan teman atau kerabat dari orang yang mengalami trauma.

  Dalam penelitian ini, penulis membahas mengenai gejala-gejala stres pasca-trauma yang dialami lima tokoh wanita, yaitu Marni, Sagiyem, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura. Terdapat 17 gejala stres pasca-trauma pada psikologis lima tokoh wanita. Teori stres pasca-trauma yang digunakan dalam penelitian tersebut menurut Smith dan Segal.

  Berdasarkan teori yang sama, novel yang berbeda, dan obyek penelitian yang berbeda (tokoh dalam novel LKMB), penulis tertarik untuk menelah lebih lanjut psikologis lima tokoh wanita, yaitu Marni, Sagiyem, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura dengan pengetahuan stres pasca-trauma.

  Teori tentang trauma dipakai untuk menjembatani teori tentang stres pasca-trauma.

1.6 Landasan Teori

  Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan dua landasan teori yakni struktural dengan memfokuskan pada tokoh dan penokohan dan psikologi sastra.

  Teori tokoh dan penokohan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai tokoh dan penokohan dari setiap tokoh dalam cerita, baik itu tokoh utama dan tokoh tambahan. Penggambaran yang lebih jelas tersebut akan membantu pembaca untuk lebih memahami tokoh serta perwatakannya dalam cerita. Penelitian ini menggunakan teori pikologi sastra, karena peneltian ini mengangkat masalah psikologi, stres pasca-trauma yang dialami oleh lima tokoh wanita dengan memaparkan gejala-gejala stres pasca-trauma lima tokoh wanita tersebut. Dalam teori psikologi sastra ini menggunakan pengetahuan tentang trauma untuk menjembatani ke pengetahuan stres pasca-trauma lebih lanjut.

1.6.1 Tokoh dan Penokohan

  Tokoh menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan ( Nurgiyantoro, 1998: 165).

  Dilihat dari segi peranan tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga mendominasi sebagian besar cerita. Sebaliknya ada tokoh yang hanya muncul sekali atau beberapa kali dalam cerita. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama, sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 1998: 176).

  Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Pada novel-novel lain, tokoh utama tidak muncul dalam setiap kejadian atau tak langsung ditunjukkan dalam setiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap erat berkaitan atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama (Nurgiyantoro, 1998: 177).

  Adapun penokohan adalah pelukisan yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh, sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita, juga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Pengertian tersebut sekaligus menyaran pada teknik perwujudan tokoh dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1998: 165).

1.6.2 Psikologi Sastra

  Psikologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatian dapat diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan Rahmanto, 1985: 126). Pendekatan psikologis terhadap teks itu sendiri dapat dilangsungkan secara deskriptif belaka, namun sering mendekati suatu penafsiran.

  Pengetahuan tentang psikologi mendorong kita untuk menyadari bahwa sebuah karya sastra sekurang-kurangnya mempunyai dua jenis makna, yaitu jelas dan terselubung . Sesuatu watak tidak harus dinilai dari keadaan lahir saja, tetapi harus dipertimbangkan apa yang dilakukan dan apa yang dikatakannya (Semi, 1984: 48- 49).

  Sastra dapat memanfaatkan psikologi karena karya sastra merupakan aktivitas ekspresi manusia. Tokoh-tokoh dalam karya sastra adalah manusia- manusia yang terdiri dari unsur fisik dan mental (jiwa). Oleh karena itu, unsur psikologi sangat berperan dalam penokohan (Atmadja, 1986: 63).

  Pembahas sastra yang menganut aliran psikologi menggunakan pengetahuannya tentang persoalan-persoalan dan lingkungan psikologis untuk menafsirkan suatu karya sastra tanpa menghubungkan dengan biografi pengarangnya. Pembahas sastra dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam sebuah novel atau drama dengan memanfaatkan pertolongan pengetahuan psikologi. Andaikata ternyata tingkah laku tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan apa yang diketahuinya tentang jiwa manusia, maka dia telah berhasil menggunakan teori-teori psikologi modern untuk menjelaskan dan menafsirkan karya sastra (Hardjana, 1981: 65-66).

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengetahuan teori psikologi stres pasca-trauma untuk meneliti novel LKMB. Teori tentang trauma dipakai untuk menjembatani teori tentang stres pasca-trauma.

1.6.2.1 Trauma

  Trauma didefinisikan sebagai keadaan yang dialami seseorang di luar jangkauan manusia biasa dan dapat menyebabkan distres pada hampir setiap orang. Gejala stres sering ditunjukkan ketika trauma terjadi secara mendadak dan tidak diharapkan, seperti ancaman bagi hidup seseorang atau hidup orang lain yang dekat dengannya, kerusakan tiba-tiba terhadap rumah atau komunitasnya, menjadi korban kejahatan kekerasan, dan melihat orang lain terluka atau terbunuh (Wilson, 1996: 152).

  Menurut Eth & Pynoos (via Arthayani, 2005: 10), trauma psikis terjadi ketika seseorang dihadapkan pada peristiwa yang menekan sehingga menyebabkan rasa tidak berdaya dalam mengatasi kecemasan atau ketakutan akibat bahaya yang dirasa mengancam.

  Kondisi emosi yang ditandai dengan perasaan takut sebagai akibat dari suatu peristiwa yang sangat memukul (berat) dan tidak dapat dilupakan dalam kehidupan seseorang disebut traumatik. Kondisi traumatik biasanya disebabkan oleh peristiwa mendadak, tidak terduga, dan menyebabkan kesedihan mendalam. Individu yang merasa traumatik dapat mengubah perilaku, sikap, pikiran maupun arah kehidupan yang bersifat ekstrim, yaitu negatif atau positif (Dariyo via Arthayani, 2005:11). Apabila peristiwa traumatik tersebut mengarah pada perubahan yang bersifat positif, maka seluruh sikap, pemikiran (pandangan) atau tindakan seseorang akan menjadi lebih baik dan konstruktif. Sebaliknya, peristiwa traumatik yang mengarah pada perubahan negatif akan membuat pola pikir, sikap, maupun tindakan seseorang cenderung mengarah pada kemunduran (regresif). Dengan demikian, hal ini akan merugikan diri sendiri maupun orang lain (Dariyo via Arthayani, 2005: 11).

  Orang yang sering mengalami kejadian trauma memperlihatkan berbagai gejala dan masalah sesudahnya. Berapa seriusnya gejala-gejala yang ada tergantung dari banyaknya pengalaman-pengalaman yang dialami orang tersebut sebelumnya, kemampuan naluriah seseorang untuk mengatasi trauma yang pernah dialaminya, dan pertolongan juga dukungan yang diperoleh dari keluarga, teman- teman, juga para ahli (Carlson dan Ruzek via internet, 2008).

  Para penderita yang sudah melewati pengalaman-pengalaman trauma umumnya akan teringat kembali pengalaman-pengalaman trauma mereka.

  Maksudnya, mereka akan teringat lagi kejadian-kejadian yang pernah mereka alami secara mental, emosional, dan fisik. Mereka akan terus mengingat, mengingat gambar atau bentuk kejadian yang pernah terjadi, merasa gelisah atau tidak tenang, dan secara fisik merasakan kembali sensasi trauma yang dialaminya.

  Mereka merasakan diri mereka ada dalam bahaya, mengalami perasaan panik, rasa ingin melarikan diri dari kejadian yang pernah dialami, mudah marah, dan ingin menyerang atau melukai orang lain. Mereka sulit untuk tidur dan berkosentrasi karena diri mereka selalu merasa cemas dan tidak tenang. Penderita biasanya tidak dapat mengontrol gejala-gejala tersebut maupun menghentikannya (Carlson dan Ruzek via internet, 2008).

1.6.2.2 Stres Pasca Trauma

  Menurut Pearson via Arthayani (2003: 11), hampir setiap orang yang mengalami pengalaman traumatik, seperti kecelakaan, perang, dan bencana alam, mengalami pula berbagai gangguan untuk sementara waktu, seperti gangguan tidur, sifat lekas marah, ‘mengalami kembali’ peristiwa traumatik, mimpi buruk, dan usaha-usaha untuk menghindari ingatan tentang peristiwa traumatik. Untuk beberapa orang, gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama dan mengakibatkan gangguan stres yang berkepanjangan dan dapat mengakibatkan terganggunya berbagai fungsi fisik, psikologis, dan sosial. Ketika hal ini terjadi, mungkin saja individu tersebut mengembangkan stres pasca-trauma. Gejala stres pasca-trauma dapat dialami oleh semua orang pada semua tingkat usia, di mana seseorang terbuka terhadap peristiwa traumatik yang di dalamnya terdapat peristiwa yang mengancam kematian atau menyebabkan luka yang serius pada dirinya atau orang lain yang dekat dengan dirinya.

  Menurut Scott (via Arthayani, 2005: 12) dalam Diagnostic and Statistical

  

Manual (DSM IV) dijelaskan bahwa stres pasca-trauma adalah gangguan emosi

  yang luar biasa yang berbeda dengan gangguan emosi lainnya, seperti depresi dan kepanikan. Gangguan ini tidak secara mudah dapat disederhanakan berkaitan dengan gejalanya. Stres pasca-trauma sendiri adalah salah satu kategori diagnostik dari gangguan kecemasan yang diakui oleh American Psychriatic Association (APA).

  Munculnya stres pasca-trauma ditandai dengan “terulangnya” pengalaman atau peristiwa yang bersifat traumatik sehingga individu menjadi terpisah dengan realitas, pikiran, merasa, dan bertindak seolah-olah kejadian traumatik terulang kembali. Keadaan tersebut diikuti dengan munculnya gejala tertentu dan pengelakan atau penolakan terhadap gejala-gejala yang berkaitan atau mengingatkan pada trauma (Scott via Arthayani, 2005: 12).

Dokumen yang terkait

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 117

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 145

TEKANAN BATIN TOKOH PANCE DALAM NOVEL TOPENG JERO KETUT KARYA SUNARYONO BASUKI KS TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 71

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 139

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

0 0 97

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN YANG DIALAMI TOKOH MIRA DALAM NOVEL WAJAH SEBUAH VAGINA KARYA NANING PRANOTO SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indon

0 0 103

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

0 0 153

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 129

CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

0 0 80

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

0 0 103