NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAHLIYAH WA-TARGHIB KARYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI SKRIPSI

  

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TAHLIYAH WA-TARGHIB

KARYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.)

Oleh:

RIF’A MUAFIA

  

NIM: 111 14 271

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  MOTTO

ُرُكْشَي اَمَّنِإَف ْرُكْشَي ْنَمَو ِوَّلِل ْرُكْشا ِفَأ َةَمْكِحْلا َفاَمْقُل اَنْػيَػتآ ْدَقَلَو

ٌديِمَح ٌّيِنَغ َوَّللا َّفِإَف َرَفَك ْنَمَو ِوِسْفَػنِل

  Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada

Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa

yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia

bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak

bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi

Maha Terpuji". ( QS. Luqman:12[31])

  PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur yang mendalam kepada Allah swt, maka skripsi yang telah penulis susun ini dipersembahkan untuk:  Allah swt yang telah memberikan kesempatan umur sampai detik ini sebagai wujud kasih sayang Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

   Bapak ( Nasori), Mamak ( Mariyatun) yang selalu membimbingku, memberikan do’a, nasihat dalam kehidupanku, yang telah begitu ikhlas dan sabar membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang kepadaku sampai saat ini.  Suamiku, mas Nur Khamim yang selalu memberikan semangat sampai terselesainya skripsi ini, dan adekku ( Muhammad Ilham Nadhir) saudaraku satu-satunya, yang menjadi semangatku.

   Romo Kyai As’ad Haris Nasution dan Ibunda Nyai Fatihah Ulfah, dan seluruh keluarga besar Pengasuh pp. Al-Manar yang dengan sabar dan tulus mendidikku.

   Pengurus Putra Putri Al-Manar khususnya Ning Latif (Mbg Umi, Ummah, Dek Anggi, Dek Yeyen, Dek Mia, Dek Robi’ah, Eva).

  Terima kasih telah memberikan banyak hal, meberikan dukungan, Umumnya kepada keluarga Al-Manar.  Sahabat dan teman dekatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu memberikan semangat menyelesaikan skripsi ini.  Teruntuk teman-teman seperjuanganku angkatan 2014 dan khususnya Jurusan PAI.  Teman-teman PPL dan KKN yang telah memberikan banyak pelajaran tentang arti kebersamaan.  Semua yang telah mendo’akan aku yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

KATA PENGANTAR

  Bismiahirrahmanirrohim

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga 3.

  Ibu Rukhayati, M.Ag. selauku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Pd. selaku pembiming akademik 5. Bapak Rovi‟in, M.Ag. Selaku pembimbig dalam penulisan skripsi ini.

  6. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang selalu memberikan Ilmu kepada penulis.

  7. Bapak, ibu tercinta dan seluruh keluargaku yang memberikan do‟a restu bagi keberhasilan penulis.

  

ABSTRAK

  Rif‟a Muafia. 2014. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tahliyah wa Targhib

  Karya Sayyid Muhammad Al-Maliki. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama

  Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.

  Kata kunci: Nilai Pendidika Akhlak, Sayyid Muhammad Al-Maliki.

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki dan bagaimana relevansi nilai Pendidikan Akhlak kitab

  

Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam kehidupan zaman

sekarang.

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

  

research ). Sumber data primer adalah kitab Tahliyah Wa Targhib, sumber

  sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode induktif, content analysis dan reflektif thinking.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa, nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki yang tercantum di dalamnya sangat relevan apa bila diterapkan dalam pendidikan akhlak sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk membenahi perilaku para pelajar yang saat ini masih berakhlak buruk, menjadi pribadi yang mempunyai pekerti yang baik. Pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa Targhib bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang teguh dengan Al-

  Qur‟an dan Hadis. Diantara nilai-niali pendidikan akhlak yang dapat diterapkan untuk para pelajar dalam kitab Tahliyah penulis kelompokkan menjadi tiga yakni akhlak terhadap individu,

  Wa Targhib

  yang meliputi akhlak terhadap guru, terhadap orang tua, terhadap pemimpin dan terhadap saudara atau teman. Akhlak terhadap diri sendiri, meliputi dalam menjaga kebersihan badan, akhlak ketika makan, dalam berpakaian, dan ketika olahraga. Dan akhlak terhada masyarakat, yang meliputi akhlak ketika mengunjungi teman, ketika menjenguk orang sakit, ketika berta‟ziyah dan menghadiri walimah.

  

DAFTAR ISI

1.

  JUDUL .................................................................................................. i 2.

  LOGO IAIN .......................................................................................... ii 3.

  NOTA PEMBIMBING ......................................................................... iii 4. PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................... iv 5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ v 6. MOTTO ................................................................................................ vi 7. PERSEMBAHAN ................................................................................. vii 8. KATA PENGANTAR .......................................................................... viii 9. ABSTRAK ............................................................................................. ix 10.

  DAFTAR ISI ......................................................................................... x

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................

  1 B. Rumusan Masalah .............................................................

  6 C. Tujuan Penelilitian ............................................................

  7 D. Kegunaan Penelitian ..........................................................

  7 E. Penegasan Istilah ...............................................................

  8 F. Sistematika Penulisan ....................................................... 11

  BAB II. LANDASAN TEORI A. Nilai Pendidikan Akhlak ................................................... 12 1. Pengertian Nilai ............................................................. 12 2. Pengertian Pendidikan ................................................... 13 3. Pengertian Akhlak ......................................................... 16

  B.

  Dasar Pendidikan Akhlak ................................................ 21 C. Tujuan Pendidikan Akhlak .............................................. 22

  BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................... 24 B. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 24 1. Sumber Primer .......................................................... 24 2. Sumber Sekunder ...................................................... 25 3. Sumber Tersier .......................................................... 25 C. Metode Pengumpulan Data .......................................... 25 D. Teknik Analisis Data ..................................................... 25 1. Metode Induktif ....................................................... 25 2. Metode Content Analysis .......................................... 25 3. Metode Reflektif Thinking ........................................ 26 BAB IV. NILAI PENDIDIKAN MENURUT SAYYID MUHAMMAD AL- MALIKI A. Biografi Sayyid Muhammad Al-Maliki .......................... 27 B. Pendidikan Sayyid Muhammad Al-Maliki ...................... 31 C. Murid dan Karya Sayyid Muhammad Al-Maliki ............ 32 D. Gambaran Umum Kitab Tahliyah Wa Targhib ............... 35 1. Latar Belakang Kitab Tahliyah Wa Targhib ............ 35 2. Karakteristik Kitab Tahliyah Wa Targhib ................ 36 3. Urgensi Kitab Tahliyah Wa Targhib ........................ 39 E. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Tahliyah Wa Targhib ... 41

  BAB V. RELEVANSI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAHLIYAH WA TARGHIB TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK ZAMAN SEKARANG A. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tahliyah Wa Targhib ....................................................................... 58 1. Akhlak terhadap Individu ............................................. 59 2. Akhlak terhadap Diri Sendiri ........................................ 62 3. Akhlak terhadap Masyarakat ......................................... 65 B. Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Tahliyah Wa Targhib dalam Kehidupan Sekarang ........................... 68 BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 72 B. Saran .................................................................................. 73 11. DAFTAR PUSTAKA 12. LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pengaruh globalisasi tidak dapat dihindari, hal ini

  tentunya membawa dampak positif dan negatif dalam kehidupan. Dampak positifnya mempermudah kehidupan manusia dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan transportasi, memperpendek jarak yang jauh. Salah satu dampak negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi serta globalisasi, ialah munculnya pola hidup hedonisme, yang berpandangan bahwa tujuan kehidupan adalah untuk mencapai segala kenikmatan fisik setinggi mungkin dengan cara apapun tanpa memperhitungkan konsekuensi yang dialami ( team penulis rosda, 1995:135) Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia.

  Karena dengan suatu pendidikan yang telah diberikan dapat membantu mengembangkan pengetahuan dan perilaku seorang anak. Sejarah menunjukkan bahwa kebahagian yang ingin dicapai dengan menjalankan syariat agama yang dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.

  Akhlak bukanlah sekedar sopan santun, tata krama yang bersifat lahiriyah dari seseorang terhadap orang lain, melainkan lebih dari itu.

  Keadaan memperlihatkan bahwa pembinaan akhlak sangat dibutuhkan terutama pada zaman sekarang yang semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Melihat keadaan di sekitar lingkungan kita, banyak hala-hal buruk yang dilakukan remaja, bahkan anak-anak kecil di zaman sekarang lebih menyukai gagdet (dewasa sebelum waktunya).

  Pendidikan akhlak dalam ajaran agama Islam merupakan kaidah untuk mengerjakan perbuatan baik yang tertera dalam al- Qur‟an dan al-

  Hadit s. Abuddin Nata mengatakan bahwa “inti dari ajaran Islam adalah akhlak mulia yang bertumpu pada hubungan yang harmonis dan seimbang antara manusia dan Tuhan, dan antara manusia dengan manusia. Demikian ajaran yang dibawa Rasulullah saw, pada intinya adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.

  ( Abudin Nata, 2003:8) Agama Islam yang diperkenalkan Rasulullah berhasil dianut oleh bermilyar orang hingga hari ini karena Rasulullah mengerti bagaimana cara memperkenalkannya agar dapat meluluhkan hati yang membatu. Selain karena campur tangan dari Allah, peran akhlak terpuji yang selalu ditunjukkan Nabi dalam segenap sisi kehidupannya membuat agama ini lebih mudah dan cepat menyebar memasuki hati manusia dari ufuk timur sampai ufuk barat. (Irham Sya‟roni, 2010: 42)

  Dalam konteks penanaman dan pembinaan akhlak, Syeikh Musthafa Al-Ghayalayni, menekankan bahwa pendidikan adalah menanamkan akhlak yang utama, budi luhur pekerti yang serta didikan yang mulia dalam jiwa remaja yang menyiraminya dengan penyejuk dan nasehat yang berguna, sehigga menjadi sifat yang tertanam dalam jiwa. Sehingga tampaklah buahnya yaitu berupa amal perbuatan yang utama, kebaikan dan kesenangan bekerja untuk kepentingan tanah air dan bangsa.

  Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan al- qur‟an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin: individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang. (Munzier, 2008: 89).

  Dengan demikian setiap orang tua berharap dan berkeinginan agar anak-anak mereka menjadi anak shalih dan berakhlak mulia. Tetapi untuk terwujudnya harapan tersebut hanya bisa dicapai apabila diterapkan cara yang benar dan lingkungan yang mendukung yang diciptakan semenjak dini. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa pendidikan ruhaniyah jauh lebih penting dari pada pendidikan jasmaniyah. (Maulana Musa, 2015: 83)

  Menurut Damanhuri (2014:4-5) ajaran akhlak dalam Islam lahir sejalan dengan lahirnya agama ini, yang diketahui bahwa misi utama diutusnya nabi Muhammad adalah untuk membina manusia dengan akhlak mulia, Islam sangat menjunjung tinggi aspek akhlak ini yang pada prinsipnya adalah untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, menjaga hak-hak sesama dan menjaga batasan-batasannya, meraih ketenangan lahir dan batin.

  Jika orang tua baik, maka anak-anaknya juga akan baik, dan jika orang tua bertaqwa, maka anak-anaknya akan dijaga dan diberi rizki setelah orangtua mereka meninggal, insya Allah. Sebagaimana Firman Allah swt:

  ( ( اًحِلاَص اَمُىوُبَأ َفاَكَو ا َمُهَل ٌزْػنَك ُوَتْحَت َفاَكَو Artinya: “ Dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayah keduanya adalah seorang yang shalih.” (Q.S. Al-

  Khahfi:82) Oleh karena itu, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anaknya dalam soal pendidikan umum maupun pendidikan agama, terutama dalam pendidikan akhlak. Supaya anak-anak tidak terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang kurang baik. Karena pada masa yang akan datang, mereka akan menjadi penerus-penerus perjuangan yang memiliki tingkah laku yang baik, menjadi penerus bangsa dan negara, dan juga Agama.

  Akhlak dimaknai sebagai sifat yang dilakukan dengan kesadaran, tanpa pemaksaan, tanpa berfikir panjang, karena sudah tertanam dalam diri seseorang, seperti yang diungkapkan oleh al-Jurjani, berpendapat bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam pada diri manusia, yang terlahir dari perbuatan-perbuatan yang mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung.

  (Mahmud, 2004:81) Pendidikan akhlak sebagaimana yang dirumuskan oleh Ibn

  Miskawaih, merupakan upaya ke arah terwujudnya sikap batin/ sikap yang tertanam dalam jiwa yang mampu mendorong secara spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk kepada Al-

  Qur‟an dan Sunnah sebagai sumber tertinggi ajaran Islam. Dengan demikian maka pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai pendidikan moral dalam kursus pendidikan Islam.

  Dengan pendidikan akhlak, seseorang dapat mengetahui batas mana yang baik dan yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh pertolongan dan petunjuk sehingga dapat bahagia dunia akhirat. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah swt, dan selalu disenangi oleh sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007:18)

  Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan pendidikan akhlak secara mendalam adalah Sayyid Muhammad Al-Maliki. Beliau juga berkecimpung lasun menjadi praktisi pendidikan. Ia akti mengajar di beberapa Madrasah-madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa Ia merupakan ulama yang juga praktisi. Dalam konteks penanaman dan pembinaan akhlak di atas, Sayyid Muhammad Al-Maliki dengan ilmu dan pengalamannya melalui kitab Tahliyah Wa Targhib ingin memberi bimbingan kepada segenap muslim agar menjadi indivdu yang bersih dari sifat-sifat yang tidak terpuji, berakhlak mulia dan mengerti bagaimana seharusnya ia bersikap menhadapi segala peristiwa yang dialami bangsanya.

  Di dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al- Maliki ini memiliki sifat umum, sifat umum yang sesuai untuk kaum muslim baik usia anak-anak yang masih belajar maupun guru dan orang tua yang ingin mengajarkan kitab ini kepada anak-anaknya agar mempunyai akhlak mulia sejak dini. Kitab ini juga sangat padat dengan pembentukan pendidikan akhlak yang perlu dimiliki dalam diri seseorang karena kitab ini membahas beberapa bagian materi yang menuntun pada akhlak yang baik. Bahasa dalam kitab ini secara umum adalah berkaitan dengan watak dan sifat naluriah dan pembahasan-pembahasan mengenai menghargai manusia, berempati terhadap sesama dan juga menumbuhkan pondasi sikap yng diperbolehkan dan tidak dalam ajaran islam yang telah disandarkan pada Al- Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad saw.

  Salah satu alasan kenapa penulis mengambil penelitian dalam kitab ini. Ketika membaca kitab ini yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan,yang diharapkan akan adanya nilai/ sifat yang tertanam dalam diri sang pembaca. Harapan selanjutnya, dapat mengetahui nilai-nilai yang diperlukan dalam bermasyarakat dan menjalin hubungan yang sebagaiamn ketika di masyarakat.

  Karna pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, bukan hanya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena pendidikan akhlak jiwa yang bersih dari karakter-karakter hewani dan siap menapaki jalan kesempurnaan. Di dalam kitab ini juga dicantumkan bagaimana ketika harus berhadapan dengan orang yang lebih rendah dan tinggi drajatnya, bagaimana ketika saat makan, dan bagaimana seharusnya dalam berpakaian, dan lain sebagainya.

  Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Tahliyah Wa Targhib, yang memuat ulasan-ulasan pemikiran dari Sayyid Muhammad al-Maliki tentang tata cara dalam kehidupan bermasyarakat dan tuntunan akhlak Islam lainnya. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAHLIYAH WA TARGHIB KARYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Tahliyah

  Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki? 2.

  Bagaimana relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa

  Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki terhadap pendidikan

  akhlak di zaman sekarang? C.

   Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Tahliyah Wa-Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki.

  2. Mengetahui

  relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa-

  Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki terhadap pendidikan akhlak di zaman sekarang.

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, berupa pengetahuan tentang nilai pendidikan akhlak yang sangat dibutuhkan.

2. Kegunaan Praktis

  Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalah pahaman dalam mengartikan atau memahami tujuan, maka penulis mengemukakan pengertian dan penugasan judul proposal ini sebagai berikut: 1.

  Nilai Pendidikan Akhlak Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefrensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya. (Ensiklopedia Pendidikan, 2009: 106).

  Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, bagi peranannya di masa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14).

  Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaanya, ia menerima pengaruh pendidikan kepadanya, baik maupun jelek kepadanya. (Al- Jaza‟iri, tt: 223).

  Dengan demikian Nilai Pendidikan Akhlak adalah adalah sesuatu yang dianggap baik untuk diusahakan dalam membimbing dan mengarahkan seseorang supaya mencapai suatu kondisi jiwa (akhlak) yang baik, serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari- hari.

2. Kitab Tahliyah Wa-Targhib

  Kitab ini ditulis oleh Sayyid Muhammad Al-Maliki Tahliyah Wa-

  

Targhib merupakan kitab yang berisikan bab-bab, pada bagian bab nya

  terdapat beberapa subab didalamnya. Seperti pada romawi pertama dan kedua yang mana saling berkaitan, bab pertama mengenai pergaulan manusia dengan orang yang lebih tinggi, setingkat dan lebih rendah.

  Dimana dalam bab pertama hanya menjelaskan mengenai manusia dalam kehidupannya yang tidak bisa terlepas dari hidup bersosial dan perlunya hidup bermasyarakat,sedangkan mengenai orang-orang yang kita pergauli dijelaskan dalam bab selanjutnya beserta macam-macam tingkatan orang baik dalam tingkatan yang disebutkan dalam bab pertama, siapa mereka, bagaimana harus bersikap dan kenapa harus memperlakukan mereka demikian akan dijelaskan dalam bab dua. Bab tiga sampai bab delapan akan menyampaikan yang perlu ada dalam diri seoarang mengenai: kesopanan dan pergaulan yang baik. Memelihara kesehatan badan. Makanan, waktu makan dan tujuannya. Pakaian, model dan tujuannya. Rumah sebagai tempat tinggal dan tujuannya. Serta senam dan olahraga. Dalam bab sepuluh sampai dua belas menjelaskan mengenai beberapa sarana yang dapat memperbaiki kondisi perekonomian. Tata cara mengunjungi teman. Tata cara menjenguk orang sakit dan ta‟ziyah. Walimah atau pesta, sehingga dalam bab ini dapat memahami mengenai tata cara berkehidupan dalam bermasyarakat.

3. Sayyid Muhammad Al-Maliki

  Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki adalah seorang tokoh ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah kaliber Internasional. Beliau merupakan pewaris keluarga al-Maliki al-Hasani di Makkah. Sayyid Muhammad adalah keturunan Rasulullah saw, melalui cucu baginda Rasulullah al-Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Keturunan al-Imam Hasan termasuk keturunan yang langka dan jarang, sedangkan keturunan terbanyak adalah keturunan yang bersambung kepada al-Imam Husein seperti kebanyakan para habaib di Tanah Air. (Abdul Qadir Umar, 2013:280).

  Beliau dilahirkan di kota yang mulia, Makkah al Mukarramah pada tahun 1367 H sekitar 1947 M tepatnya dikawasan Bebus Salam tempat kediaman ayahnya. Ayah beliau As-sayyid Alawi Al- Maliki adalah sosok tokoh yang populer dari sekian banyak ulama yang mengajar di halaqah Masjid Haram.

  Sayyid Muhammad yang biasa dipanggil Abuya Maliki oleh para murid dan pencintanya yang menyapanya. Sayyid Muhammad bin Alawi al- Maliki merupakan sosok ulama yang memiliki kedekatan hubungan emosional dikalangan umat Islam di Indonesia. Muridnya berdatangan dari berbagai penjuru dunia, namun kebanyakan dari mereka berasal dari Indonesia. (Abdul Qadir Umar, 2013:279) F.

   Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan dalam skripsi ini yang penulis maksudkan adalah sistematika penyususnan secara terinci dari bab ke bab yang lain.

  Sehingga skripsi ini dapat dipahami secara baik dan benar serta memahamkan bagi pembacanya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

  Bab I: Pendahuluan, menguraikan tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

  Bab II: Landasan Teori, menguraikan tentang: pengertian nilai pendidikan akhlak. Bab III: Metode Penelitian, menguraikan tentang: Jenis Penelitian, Teknik Pengumpulan data, dan Teknik Analisis Data. Bab IV: Nilai Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad Al- Maliki, menguraikan tentang: biografi pengarang, pendidikan Sayyid Muhammad Al-Maliki, gambaran tentang kitab Tahliyah wa Targib, Nilai Pendidikan Akhlak di Dalam Kitab Tahliyah wa Targib. Bab V: Pembahasan, menguraikan relevansi pemikiran dengan pendidikan akhlak sekarang. Bab VI: Penutup, menguraikan kesimpulan, saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Nilai Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Nilai Nilai berasal dari bahasa Latin Vale‟re yang artinya berguna,

  mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atas kelompok orang. Nilai adalah kualitas sesuatu hal yang itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayati menjadi bermartabat.

  Menurut Steeman ( Eka Darmaputera, 1987:65) nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika. ( Adisusilo, 2013: 56)

  Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan keluhuran budi serta akan menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi serta dikejar oleh seseorang sehingga ia merasakan adanya sesuatu kepuasan, dan ia merasa menjadi manusia yang sebenarnya. ( Adisusilo, 2013: 57)

  Nilai tidak selalu sama bagi seluruh warga masyarakat, karena dalam suatu masyarakat sering terdapat kelompok-kelompok yang berbeda secara sosio-ekonomis, politik, agamis, budaya, di mana masing-masing kelompok sering memiliki sistem nilai yang berbeda- beda. Konflik dapat muncul antara pribadi, atau antarkelompok karena sistem nilai yang tidak sama berbenturan satu sama lain. Oleh karena itu, jika terjadi konflik, dialog merupakan salah satu solusi terbaik sebab dalam dialog terjadi usaha untuk saling mengerti, memahami dan menghargai. ( Adisusilo, 2013: 57) 2. Pengertian Pendidikan

  Dalam buku kapita selekta pendidikan Islam, bahwa untuk memahami pengertian pendidikan dengan benar, pendidikan dapat dibedakan dari dua pengertian, pengertian yang bersifat filosofis dan pengertian yang bersifat pendidikan dalam arti praktis. ( Nata, 3003:210)

  Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, bagi peranannya di masa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14)

  Pengertian pendidikan dalam arti teoritik filosofis adalah pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan menyususn teori-teori baru dengan mendasakan pada pemikiran normatif.

  ( Nata, 2003: 14) Pendidikan dalam arti praktis adalah suatu proses pemindahan pengetahuan ataupun pengembangan pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subyek didik untuk mencapai perkembangan secara optimal serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai utama. ( Nata, 2003: 211) Pendidikan dalam Bahasa Arab biasa disebut dengan istilah

  

tarbiyah yang berasal dari kata rabba. ( Raqib, 2009:14). Dalam bahasa

  Arab, kata tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan yaitu rabba,

  

yarubbu, tarbiyah yang memiliki makna memperbaiki, menguasai

  urusan, memelihara, merawat, memperindah, memberi makna, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. ( Mujib dan Mudzakkir, 2010:11). Pengertian ini juga didasarkan

  QS. Asy-Syuara: 18, yaitu:

   َنيِنِس َؾِرُمُع ْنِم اَنيِف َتْثِبَلَو اًدي ِلَو اَنيِف َكِّبَرُػن ْمَلَأ َؿاَق

  “Firaun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu

  ”. (QS. Asy-Syuara: 18) Artinya, pendidikan ( tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peseta didik, agar ia dapat survice lebih baik dalam kehidupannya. (Mujib dan Mudzakkir, 2010:11)

  Menurut Musthafa al-Maraghi yang membagi aktivitas tarbiyah dengan dua macam: ( a) tarbiyah khalqiyyah, yaitu pendidikan yang terkait dengan pertumbuhan jasmani manusia, agar dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengembangkan rohaninya. ( b) tarbiyah

  diniyyah tahdzibiyyah, yaitu pendidikan yang terkait dengan pembinaan

  dan pengembangan akhlak dan agama manusia untuk kelestarian rohaninya. (Mujib dan Mudzakkir, 2010:17) Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup.

  ( Abdullah, 2007: 21-23) Pendidik merupakan kunci kesuksesan dalam menjelaskan kehidupan, baik berkeluarga, bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Jadi, pendidikan itu merupakan suatu yang mendasar bagi manusia yang harus diberikan.

3. Pengertian Akhlak

  Akhlak dari sudut kebahasaan berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabi‟at ( kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau kelaziman dan peradaban yang baik. Kata akhlak merupakan jamak dari

  khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak

  sebagaimana telah disebutkan di atas. Kata akhlak dan khuluq keduanya dapat dijumpai pemakaiannya dalam QS. Al-Qalam: 4. ( Yusuf, 2003:174)

   ٍميِظَع ٍقُلُخ ىلَعَل َكَّنِإَو

  “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tetanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. ( Al- Ghazali,tt.:99)

  Dari beberapa definisi di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa Akhlak adalah satu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembaannya, ia menerima pengaruh pendidikan kepadanya, baik maupun jelek.

  Bila bentuk di dalam jiwa ini dididik tegas mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, cinta kebajikan, gemar berbuat baik, dilatih mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga manjdi wataknya, maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah dengan mudah tanpa keterpaksaan, inilah yang dimaksud dengan akhlak yang baik. ( Al-

  Jaza‟iri, tt: 223) Perbuatan indah yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa paksaan itu disebut Akhlak yang baik, seperti kemurahan hati, lemah lembut, sabar, teguh, mulia, berani, adil, dan akhlak-akhlak mulia serta kesempurnaan jiwa lainnya. (Al-

  Jaza‟iri, tt: 223) Menurut Dr. M. Abdullah Daraz, perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai akhlak apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut: pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulangkali sehingga perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasan, kedua, perbuatan- perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti ancaman dan paksaan atau sebaliknya melalui bujukan atau rayuan. ( Assegaf, 2014:42)

  Kedudukan akhlak dalam pendidikan Islam amat penting, sebagaimana disebutkan dalam Hadits Rasulullah saw: “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” ( HR. Bukhari). Bahkan, dikatakan bahwa definisi agama adalah berakhlak mulia, sebagaiamana Hadits Rasulullah saw: “ Rasulullah ditanya: “Apakah agama itu? Beliau menjawab: „Agama adalah akhlak mulia”. ( Al- Hadis). Berakhlak mulia adalah bukti kesempurnaan iman, sebagaimana Hadits Rasulullah saw,: “ Sesungguhnya orang Mukmin yang paling mulia adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap istri- istrinya”. ( Al-Hadis). Berakhlak mulia menjadi penyebab masuk surga dan selamat dari api neraka, sebagaimana Hadist Rasulullah saw: “ Sesungguhnya Rasulullah saw, ditanya tentang ( penyebab) banyaknya orang masuk surga, beliau menjawab:” Bertaqwalah kepada Allah swt, dan berakhlak mulia”. Dan beliau ditanya tentang ( penyebab) banyaknya orang masuk neraka, beliau menjawab: “mulut dan kemaluan akhlak tercela.”

  ( HR. Tirmidzi). (Assegaf, 2014:43) Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan bahwa si A misalnya sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka sikap dermawan tersebut telah mendarah daging, kapan dan dimanapun sikapnya akan dibawanya, sehingga menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Jika si A tersebut kadang-kadang dermawan, dan kadang-kadang bathil, maka si A tersebut belum dapat dikatakan sebagai orang yang dermawa.

  Demikian juga jika si B kita mengatakan bahwa ia termasuk orang yang taat beribadah, maka sikap taat beribadah tersebut telah dilakukannya di manapun ia berada.

  Dari beberapa pengertian akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak ada dorongan dari luar. Jadi pada hakekatnya akhlaka adalah sutu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah swt. pendidikan akhlak juga menumbuhkan kepribadian dan menanamkan tanggung jawab. ( Abdullah, 2007: 22)

  Pendidikan akhlak merupakan suatu proses mendidik, memelihara, memebentuk, dan memberikaan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Pada sistem pendidikan Islam ini khusus memberikan pendidikan tentang akhlak dan moral yang bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim agar dapat mencerminkan kepribadian seorang muslim. ( FIP-UPI, 2007: 39) Beberapa hikmah yang dapat diraih apabila pendidikan akhlak menanamkan pada anak antara lain: pertama, pendidikan akhlak mewujudkan kemajuan rohani. Kedua, pendidikan akhlak menuntun kebaikan. Ketiga, pendidikan akhlak mewujudkan kesempurnaan iman.

  

Keempat, pendidikan akhlak memberikan keutamaan hidup di dunia

  dan kebahagiaan di hari kemudian. Kelima, pendidikan akhlak akan membawa kepada kerukunan rumah tangga, pergaulan di masyarakat dan pergaulan umum.

  Jadi, pendidikan akhlak adalah suatu usaha mengembangkan diri sesuai kebutuhan yang diyakini benar oleh seseorantg atau kelompok sehingga menjadi kebiasaan yang terbentuk dengan sendirinya tanpa dipikirkan dan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian akan tercapailah tatanan kehidupan dunia yang damai dan sejahtera antara penghuninya saling mengasihi, menghormati, juga melindungi serta mengajak ke arah perilaku yang diridhoi Allah dan utusannya.

  Bila bentuk dalam jiwa ini dididik tegas mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, cinta kbajikan, gemar berbuat baik, dilatih mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga mnjadi wataknya, maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatanyang indah dengan mudah tanpa keterpaksaan, inilah yang dimaksud dengan akhlak yang baik. ( Al-

  Jaza‟iri, tt:223)

  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam karena nila-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupan. Pendidikan akhlak berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan Islam. Pendidikan akhlak merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan kepada ajaran-ajaran Islam.

  Setelah dijelaskan secara terpisah dari pengertian nilai, pengertian pendidikan, dan pengertian akhlak di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan akhlak adalah sesuatu yang dipandang baik dalam pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan kekuatan jiwa yang berasal dari dalam jiwa yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan seseorang. Seseorang tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan Iman kepada Allah swt dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon dalam menerima suatu keutamaan dan kemuliaan. Disamping terbiasa melakukan akhlak mulia.

B. Dasar Pendidikan Akhlak

  Dasar pendidikan akhlak dalam Islam bersumber pada Al- Qur‟an dan hadits karena akhlak merupkan sistem moral yang bertitik pada ajaran

  Islam (Ahmad dan Salimi, 1994:199). Al- qur‟an merupakan dasar utama dalam Islam yang memberikan petunjuk di jalan kebenaran dan mengantarkan pada pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dasar pendidikan akhlak terdapat dalam surat Ali Imron ayar 104:

   َفوُحِلْفُمْلا ُمُى َكِئَلوُأَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َفْوَهْػنَػيَو ِؼوُرْعَمْلاِب َفوُرُمْأَيَو ِرْيَخْلا ىَلِإ َفوُعْدَي ٌةَّمُأ ْمُكْنِم ْنُكَتْلَو “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang- orang yang beruntung”. ( QS. Ali Imron, 3:104)

  Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt, menganjurkan hamba- Nya untuk dapat menasehati, mendidik, dan membimbing sesamanya dalam hal melaukan kebajikan dan meninggalkan keburukan. Dengan demikian Allah telah memeberikan dasar yang jelas mengenai pendidikan akhlak yang merupakan suatu usaha untuk mebimbing dan mengarahkan manusia supaya berakhlak mulia.

  Dasar pendidikan akhlak dalam hadits dijelaskan Rasulullah dalam sabda beliau:

   ِؽَلاْخَْلِا َـِراَكَم َمِّمَتُِلِ ُتْثِعُب اَمَّنِا “ Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

  ( HR. Ahmad dan Baihaqi) ( Imam Ahmad Inb Hanbal, 1991:504)

  Dari ayat Al- Qur‟an dan hadits di atas menunjukkan bahwa dasar pendidikan akhlak adalah Al-

  Qur‟an dan hadits, dari dasar tersebut dapat diketahui bahwa kriteria suatu perbuatan itu bersifat baik atau buruk.

  Selain menyebutkan pentingnya pendidikan akhlak, Al- Qur‟an pun menunjukkan siapa figur yang harus dicontoh dan dijadikan sebagai uswatun hasanah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Ahzab:21, yang artinya:

  “ Sungguh, telah ada pada ( diri) Rasulullah itu suri teladan yang

  baik bagimu ( yaitu) bagi orang yang mengharapkan ( rahmat) Allah dan ( kedatngan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.

  Ayat tersebut menunjukka bahwa Rasulullah merupakan figur utama sebagai manusia dan utusan Allah yang patut dijadikan panutan dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

C. Tujuan Pendidikan Akhlak

  Pendidikan akhlak merupakan upaya untuk melahirkan manusia berkepribadian muslim yang mudah untuk melaksanakan ketentuan hukum dan ketetapan syari‟at yang diperintahkan, atau dengan kata lain tujuan pendidikan akhlak yaitu membentuk karakter muslim yang taat dan mempunyai akhlak al-karimah ( Syafri, 2014)

  Sebagaimana akhlak mulia yang terdapat pada Nabi Muhammad saw, yang mana dari situlah akhlak mulai dapat dicontoh dan senatiasa berada dalam kebenaran serta berjalan di jalan yang lurus. Perintah untuk menjadikan Nabi Muhammad saw, sebagai teladan terdapat pada firman Allah swt, Surat al-Ahzab ayat 21:

  اًريِثَك َوَّللا َرَكَذَو َرِخلآا َـْوَػيْلاَو َوَّللا وُجْرَػي َفا َك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِوَّللا ِؿوُسَر يِف ْمُكَل َفاَك ْدَقَل “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

  (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

   ( QS. Al-

  Ahzab, 33:21) Ayat tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah saw, merupakan figur utama sebagai utusan Allah swt, yang patut dijadikan panutan dalam menjalani kehidupan di dunia dan mencapai kehidupan di akhirat. Maka, dapat diketahui bahwa tujuan utama pendidikan akhlak yaitu agar manusia berada dalam kebenaran dan selalu berada di jalam yang lurus, jalan yang digariskan oleh Allah swt. Inilah yang mengantarkan manusia pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-

  Qur‟an.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah library research, jenis penelitian ini data-

  datanya diambil dari perpustakaan yang artinya penelitian literature yang dilakukan dengan penelitian menggali dan menganalisis data dari bahan- bahan tertulis di perpustakaan yang relevan dengan masalah-masalah yang diangkat. (Warsito, 1993:10)

  Penelitian kepustakaan dilakukan karena sumber-sumber datanya, baik yang utama maupun pendukungnya, berasal dari karya tulis yang dipublikasi. (Nasir, 1985:3)