NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL GHAFILIN KARYA AL-IMAM ABU LAITS AS-SAMARQANDI SKRIPSI

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TANBIHUL GHAFILIN

KARYA AL-IMAM ABU LAITS AS-SAMARQANDI

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

ZULFA ALI MAKHRUS

  

NIM 114 13 012

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

ِقَلاْخَلأا َمِساَكَه َنِّوَتُلأ ُتْثِعُب اَوَّنِإ

  

”Sesungguhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan

akhlak”.

  (HR.Ahmad, 1991: 323)

  نُىاَنْصَل ْخَأ ىَشْكِر

ِساَّذلا ةَصِلاَخِب اَّنِإ

  

“Sungguh, Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan) akhlak

yang tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri

akhirat.

  (Departemen Agama RI, 1999: QS. Shaad: 46)

KATA PENGANTAR

  Atas nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Karena dengan segala limpahan taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis diberi kemudahan dan kelapangan hati dalam menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW. keluarga, sahabat dan pengikut setianya.

  Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Terselesainya skripsi ini tidaklah semata-mata hasil dari jerih payah penulis sendiri, melainkan banyak pihak terkait yang telah membantu baik moril maupun spiritual, oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga, beserta staf- stafnya, yang telah menyediakan tempat serta fasilitas gedung kuliah yang nyaman dan kondusif.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga 4.

  Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I sebagai dosen pembimbing yang telah tulus, ikhlas dan menyempatkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan akademika yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

  6. Bapak (M. Abadi) dan Ibu tercinta (Sa‟amah), Kakak dan Adik-adik saya (Zulfigar Dimas Ulinnuha, Muhammad Kafabihi dan Muhammad Bahrul Ulum).

  7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan sekripsi ini.

  Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda kepada semua pihak.

  

Jazakumullahu ahsanal jaza‟. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

  sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kajian yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

  Salatiga, 26 Februari 2018 Penulis

  Zulfa Ali Makhrus NIM. 114 13 012

  ABSTRAK

  Makhrus, Zulfa Ali. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tanbihul

  Ghafilin Karya Al Imam Al Faqih Abu Laits As Samarqandi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I

  Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak, Kitab Tanbihul Ghafilin Pendidikan akhlak merupakan bagian terpenting dalam pendidikan Islam. Kitab Tanbihul Ghafilin merupakan sebuah kitab karya Abu Laits As Samarqandi. Sebuah kitab yang membahas seputar peringatan orang-orang yang lalai, pendidikan akhlak dan religiusitas. Berisikan renungan dan nasehat yang diarahkan kepada pembentukan akhlak terpuji. Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab

  

Tanbihul Ghafilin ?. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam

kitab Tanbihul Ghafilin?.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka (library research), yaitu meneliti secara mendalam mengenai Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam . Sumber data penelitian di sini berasal dari sumber data

  Kitab Tanbihul Ghafilin

  primer dan sumber data sekunder, sedangkan untuk menganalisis data yang ada penulis mengorganisir, memilih dan memilah untuk disintesiskan kemudian menemukan pola dan menyimpulkannya. Adapun metode analisis ini menggunakan metode content analysis.

  Setelah dilakukan penelitian dengan pendekatan tersebut dapat diketahui bahwa Imam Nasr bin Muhammad As-Samarqandi bernama lengkap Abul Laits

  

Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Hanafi, dikenal dengan Abu Laits,

seorang Ulama Tabi‟ut Tabi‟in, hidup pada awal abad ke-4 Hijriah dan Wafat 373 H.

Beliau juga dikenal dengan julukan Imamul Huda. Konsep pendidikan akhlak dalam

  kitab Tanbihul Ghafilin adalah keseimbangan dalam hubungan vertikal (hablumminallah) selaku hamba Allah, dan dalam hubungan horisontal (hablumminannas) selaku makhluk individu dan makhluk sosial untuk mencapai derajat takwa. Kitab Tanbihul ghafilin ini dapat dijadikan sebagai rujukan dan referensi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada mata pelajaran akhlak, dan juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, agar menjadi manusia yang berakhlak serta berkepribadian mulia.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7 E. Penegasan Istilah .............................................................. 8 F. Metode Penelitian .......................................................... 12 G. Sistematika Penulisan .................................................... 16 BAB II BIOGRAFI ABU LAITS AS SAMARQANDI A. Riwayat Hidup Abu Laits As Samarqandi ..................... 18 B. Latar Belakang Penulisan Kitab Tanbihul Ghafilin ....... 20 C. Sistematika penulisan Kitab Tanbihul Ghafilin ............. 23 D. Pendidikan Abu Laits As Samarqandi ........................... 31 E. Karya-karya Abu Laits As Samarqandi ......................... 32

  BAB III PEMIKIRAN ABU LAITS AS-SAMARQANDI TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL GHAFILIN A. Nilai-nilai pendidikan ....................................................... 34 1. Pengertian Nilai dan Sumber Nilai ............................... 34 2. Pengertian Pendidikan .................................................. 36 3. Tujuan Pendidikan ........................................................ 36 B. Pengertian Akhlak ............................................................ 38 1. Etika .............................................................................. 40 2. Moral ............................................................................ 40 C. Pemikiran Abu Laits As-Samarqandi Tentang Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Ghafilin .............................................................. 42 BAB IV ANALISIS RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL GHAFILIN A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Ghafilin Karya Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi ................................................................. 54 B. Relevansi Materi Akhlak pada Kitab Tanbihul Ghafilin dengan Pendidikan Agama Islam ..................................... 98

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................... 104 B. Saran ............................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan sifat dan tabiat resah

  gelisah lagi bakhil dan kikir. Apabila ditimpa kesusahan, dia sangat resah dan gelisah. Dan apabila dia mendapat kesenangan, dia sangat bakhil dan kikir.

  Dengan sifat dan tabiat ini sekiranya Allah SWT berikan kepadanya pelajaran bagi manusia kenikmatan dunia maka dengan mudahnya dia lupa, sombong bahkan merasa takabur seakan-akan dia merasa semua yang datang atas jerih payahnya sendiri. Manusia sering tidak sadar bahwa segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT merupakan karunia yang hendaknya digunakan untuk kemaslahatan dan kebaikan alam semata.

  Akhlak merupakan langkah awal seseorang menciptakan suatu keadilan dan kebenaran di muka bumi berdasarkan syariat Allah SWT serta menghapus kedzaliman yang ada. Ketika seluruh penduduk suatu bangsa memiliki akhlak yang mulia, maka tidak bisa dipungkitri kalau bangsa tersebut akan mengalami suatu keadaan yang damai, tentram tanpa adanya kedzaliman yang membuat mereka resah.

  Oleh karena itu, manusia dibekali akal pikiran yang berguna untuk membedakan antara yang hak dan yang bathil, baik buruk dan hitam putihnya dunia. (Mansur, 2000: 165) Bahkan selamat dan tidaknya manusia, tenang dan resahnya manusia tergantung pada akhlaknya. Adapun tujuan dari semua tuntunan al-Quran dan al-Sunnah menurut Quraish Shihab adalah menjadi manusia yang secara pribadi dan kelompok mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT dan kholifah di bumi, guna membangun dunia ini dengan konsep yang ditetapkan Allah SWT dengan kata lain yang lebih singkat dan sering digunakan adalah untuk menjadi hamba yang bertaqwa pada Allah SWT. (Shihab, 1994: 152).

  Akhlak merupakan salah satu hasil dari iman dan ibadat. Iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau dapat mempengaruhi akhlak dalam mu‟amalah kepada Allah SWT dan makhluk-nya (Omar Muhammad, 1979: 312). Ia menyatakan alasannya bahwa ikhlas dalam menyembah Allah SWT akan menjadikan seorang hamba yang saleh lagi berakhlak mulia, disukai sesama, dikasihi dan disayangi Allah SWT. Seseorang belum bisa dikatakan sempurna imanya terhadap Tuhannya kecuali bahwa ia benar-benar beriman dan menyempurnakan ketaatan dalam beribadah kepada-Nya.

  Membina akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam tujuan Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang

  • –Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

  Pada kenyataanya di lapangan usaha-usaha membina akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan mulai dari berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukan bahwa membina akhlak sangat dibutuhkan dan pembinaan akhlak ini ternyata menghasilkan pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, menghormati orang tua, dan lain sebagainya.

  Untuk itu harus ada pembinaan terhadap siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, baik itu oleh guru maupun orang tua. Upaya tersebut harus dilakukan dengan kerjasama yang harmonis, baik pendidikan pada keluarga maupun (pembinaan mental) pada lingkungan masyarakat. Namun kenyataan di lapangan sering menemukan berbagai macam kendala untuk mewujudkan kerjasama yang harmonis tersebut. Di antaranya dikarenakan tingkat pendidikan orang tua yang rendah, kesibukan orang tua, maupun lingkungan masyarakat yang kurang menunjang.

  Disamping itu, banyak para remaja yang melakukan tindakan kriminal dan sering terjadinya tawuran antar pelajar adalah salah satu contoh yang membuktikan bahwa tidak berhasilnya pembinaan akhlak dan budi pekerti pada siswa. Kegagalan pembinaan akhlak ini akan menimbulkan masalah yang sangat besar, bukan saja pada kehidupan bangsa pada saat ini tetapi juga pada masa yang akan datang.

  Akhlak merupakan pondasi utama yang kuat untuk terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT. (hablumminallah) serta antar sesama manusia (hablumminannas). Akhlak yang baik dan mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Sebagaimana pengertian akhlak yang telah diringkas oleh Muchson dan Samsuri, bahwa Al-Ghazali mengemukakan pengertian akhlak, sebagai persamaan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dalam diri secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. (Muchson Samsuri, 2013: 1)

  Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Bahkan ada yang mengatakan bahwa “Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas akhlak bangsa (manusia) itu sendiri”. (Majid Dian, 2011: 2) Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk akhlak yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan prilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Akhlak menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan akhlak inilah, kualitas seorang pribadi diukur. (Majid Dian, 2011: 8)

  Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membentuk sosok atau pribadi yang berbudi pekerti luhur atau berakhlakul karimah. Membina akhlak merupakan inti dari ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda, yang diwirayatkan oleh Ahmad :

  ) دمحأ هاور ( ِقَلاْخَلأا ََِسبَىَِ ََُِّّرُلأ ُذْضِؼُث بََِّّٔئ

  Artinya: ”Sesungguhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”. (HR.Ahmad, 1991: 323)

  Dari hadis tersebut, dapat terlihat bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah menyempurnakan akhlak. Sehingga pantas apabila para „alim ulama selalu mendakwahkan untuk beramar ma‟ruf nahi mungkar. Guru yang selalu berusaha keras untuk membentuk pribadi-pribadi anak didiknya menjadi sosok yang berkepribadian luhur.

  Meskipun demikian, pendidikan akhlak masih sering terabaikan karena mengejar ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif dan duniawi serta tidak melihat pada pendidikan akhlaknya. Oleh karena itu, banyak tercetak ilmuan yang memiliki pengetahuan agama namun memiliki akhlak yang tidak sesuai dengan Islam yang di bawa Rasulullah SAW. Al Ghozali (2003: 56) mendefinisikan akhlak yaitu khuluk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan timbangan. Perbuatan tersebut dapat berupa perbuatan terpuji maupun tercela. Namun dalam Islam yang sangat dianjurkan dan diwajibkan adalah mengarahkan akhlak pada akhlak terpuji (akhlakul karimah).

  Nipan Abdul Halim (2000: 43) menyebutkan bahwa pokok-pokok akhlak meliputi akhlak kepada Allah SWT, terhadap semua manusia dan terhadap makhluk lainya. Nipan membagi lagi dari pokok-pokok akhlak tersebut kedalam beberapa bagian, yaitu mengenali Allah SWT dengan baik dan benar, mengesakan dan berprasangka baik kepada-Nya, membenarkan segala firman-Nya, mentaati perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, mencintai Allah SWT, senantiasa mengingat dan memuji Allah SWT, mensyukuri nikmat Allah SWT, tawakal dan tawadhu‟ kepada-Nya.

  Sedangkan Boehori (1983: 116) menambahkan mengenai akhlak kepada Allah SWT yaitu: taubat kepada Allah SWT, cinta terhadap Allah SWT, takut terhadap Allah SWT. Akhlak terhadap sesama manusia meliputi mengikuti jejak Rasulullah, menghormati keberadaan para Nabi dan Rasul, berbakti kepada kedua orang tua, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda, menyantuni pihak yang lemah (sedekah), menghormati tetangga dan tamu, menghargai lawan jenis.

  Dari uraian diatas, penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang nilai pendidikan akhlak pemikiran Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi melalui sebagian karyanya yaitu kitab Tanbihul Ghafilin yang didalamnya terdapat beberapa uraian tentang pendidikan akhlak. Untuk itu, penulis mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul

  Ghafilin ?

  2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul

  Ghafilin terhadap pendidikan Islam? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan Penelitian adalah susunan apa yang ingin diketahui atau ditentukan atau dikemukakan dalam melaksanakan penelitian dengan kata lain apa yang akan dilakukan dalam penelitian sehingga akan jelas apa yang akan dihasilkan.

  Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari beberapa permasalahan di atas, yaitu :

  1. Untuk mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin.

  2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin terhadap pendidikan Islam.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a.

  Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas pemikiran dalam keilmuan Islam sekaligus mendalami pemahaman nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi . b.

  Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam memecahkan krisis moral yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini.

  c.

  Hasil penelitian diharapkan dapat membarikan sumbangan perbaikan dalam pendidikan Islam terutama pada pendidikan akhlak.

2. Manfaat Praktis a.

  Sebagai landasan pijak atau rujukan bagi pemerhati masalah pendidikan akhlak.

  b.

  Menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman pendidikan akhlak dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak tersebut kepada peserta didik supaya terbiasa untuk melakukan atau menjalankan perintah agama.

  c.

  Menambah khazanah mengenai nilai pendidikan yang terdapat dalam kitab Tanbihul Ghafilin sehingga mengetahui betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.

  d.

  Sebagai referensi dalam ilmu pendidikan terutama ilmu pendidikan akhlak.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaknai permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menetapkan batasan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin sebagai berikut:

  1. Pengertian Nilai Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan keterkaitan maupun pola tingkah laku (Zakiyah Darajat, 1996: 260). Definisi lain menyebutkan nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam menetukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif.

  2. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2003: 2).

  3. Pengertian Akhlak Secara bahasa (linguistik) kata akhlak berasal dari bahasa arab, k ata akhlak adalah bentuk jamak dari „khilqun‟ dan „khuluqun‟ artinya perbuatan, tingkah laku atau budi pekerti. (Munawwir, 1997: 367)

  Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT (ibadah dan arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupanya yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh (Muhaimin, 2004: 308).

  4. Kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As- Samarqandi

  Kitab Tanbihul Ghafilin adalah Kitab Tanbihul Ghafilin bi Ahaditsi Sayyidil Anbiya‟ wal Mursalin (peringatan bagi orang-orang yang lalai dengan hadits-hadits dari para Nabi dan Rasul) merupakan buah karya Abul Laits as-Samarqandi yang dikenal dengan julukan Al- Faqih.

  Kitab Tanbihul Ghafilin merupakan kitab yang sangat berbobot, tinggi kualitasnya dan merupakan pondasi kuat yang dapat melandasi umat manusia serta mengembalikan fitrah aslinya guna memacu amal untuk bekal di alam akhirat kelak. Dalam kitab ini terdapat upaya untuk mewujudkan kondisi ideal manusia sebagai khalifah dimuka bumi yaitu berkewajiban menyeru pada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar yang merupakan misi dan amanah yang harus dimiliki oleh setiap muslim dan mukmin.

  5. Syaikh Abu Laits As-Samarqandi Syaikh Abu Laits As-Samarqandi yang bernama lengkap Abu

  Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Hanafi, dikenal dengan Abu Laits, seorang Ulama Tabi‟ut Tabi‟in, hidup pada awal abad ke-4 Hijriah dan Wafat 373 H. Beliau juga dikenal dengan julukan Imamul Huda.

  Abu Laits As-Samarqandi ini pada masa muda beliau tidak pernah dan sangat jarang membaca Al-Quran tetapi di sekitar usia 50-an barulah beliau mulai belajar dan pada usia 57 tahun beliau telah berhasil menguasai Bahasa Arab dan Al-Quran. Selanjutnya beliau mulai mewariskan ilmu yang ada padanya melalui penulisan Abu Laits bermazhab hanafi.

  Kitab tafsir yang dibuat oleh beliau berjudul Bahrul Ulum dan tergolong sebagai tafsir bil ma‟tsur. Dalam menulis tafsir ini, Al-Imam menempuh jalan penafsiran para sahabat dan tabiin. Beliau banyak mengutip komentar mereka tetapi tidak menyebut sanad-sanadnya.

  Beliau menegaskan bahwa seseorang tidak boleh menafsirkan Al-Quran semata-mata dengan rasionya sendiri sedang ia tidak mengerti kaedah- kaedah bahasa dan kondisi di saat Al-Quran itu turun. Ia harus memahami betul ilmu tafsir terlebih dahulu.

  Karya-karya beliau yang lain adalah Kitab Tanbihul Ghafilin bi

  

Ahaditsi Sayyidil Anbiya‟ wal Mursalin (peringatan bagi orang-orang

  yang lalai dengan hadits-hadits dari Penghulu para Nabi dan Rasul), Ia juga memiliki kitab al-Fatawa. Di dalam kitab beliau yang lain, yaitu Tarikhul Islam.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kepustakaan

  (Library Research) artinya sebuah studi dengan mengkaji buku-buku, naskah-naskah, atau majalah-majalah yang bersumber dari khazanah kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Semua sumber berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan dokumenter literatur lainnya. (Hadi, 1980:3)

  Penelitian yang penulis lakukan dapat dikategorikan dengan penelitian pustaka karena tidak memerlukan terjun langsung ke lapangan melalui survey maupun observasi untuk mendapatkan data yang dicari. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari penelitian kepustakaan yaitu dari hasil pembacaan atau kesimpulan dari berbagai buku, kitab-kitab terjemahan, dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan materi dan . tema pengkajian 2. Sumber Data

  Penelitian ini, jika dilihat dari sumber data termasuk kategori penelitian kepustakaan. Data berarti keterangan-keterangan suatu fakta.

  (Ndraha, 1981:76) Karena penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan yang bersifat kualitatif maka objek material penelitian ini adalah kepustakaan dari kitab Tanbihul Ghafilin dan lebih fokusnya ke Terjemah Kitab Tanbihul Ghafilin maupun dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan nilai pendidikan akhlak yang ada pada kitab Tanbihul Ghafilin dan buku -buku lain yang mendukung penelitian ini.

  Sumber data dalam penelitian ini akan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: a.

  Data primer, yaitu data yang bersumber dari Kitab Tanbihul Ghafilin ataupun Terjemahan Kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-Imam Al- Faqih Abu Laits As-Samarqandi.

  b.

  Data sekunder, yaitu data yang berupa bahan pustaka yang memiliki kajian yang sama yang dihasilkan oleh pemikir lain, baik yang berbicara tentang kitab Tanbihul Ghafilin, pendidikan keluarga, pendidikan akhlak, maupun pemikiran-pemikiran mereka sendiri yang membahas masalah yang terkait dengan penelitian ini. Sehingga hal ini dapat membantu memecahkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data-data tersebut adalah dengan metode dokumentasi, yaitu mencari data atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. (Arikunto, 1993:202)

3. Metode Pengumpulan Data

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library

  Research ) yang dalam pengumpulan datanya banyak diperoleh melalui

  pengumpulan data-data yang terdapat dari berbagai literer. Literatur yang diteliti tidak terbatas pada buku-buku atau kitab saja, melainkan juga diperoleh melalui bahan-bahan studi dokumentasi, majalah, jurnal dan lain-lain. (Muhajir, 2002:45) Karena merupakan studi pustaka, maka pengumpulan datanya merupakan telaah dan kajian-kajian terhadap pustaka yang berupa data verbal dalam bentuk kata dan bukan angka. Sehingga pembahasan dalam penelitian ini dengan cara mengedit, mereduksi, menyajikan dan selanjutnya menganalisis. Penekanan dalam penelitian ini adalah menemukan berbagai prinsip, dalil, teori, pendapat dan gagasan Al-Imam Al-Faqih Abu LaitsAs-Samarqandi yang tertuang dalam salah satu karyanya yaitu kitab Tanbihul Ghafilin yang difahami untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diteliti.

  Langkah-langkah yang dipakai penulis untuk mengumpulkan data yang relevan diantaranya: 1)

  Membaca, mengkaji kemudian penulis mengklasifikasikan menjadi tiga topik yaitu: a.

  Merumuskan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Tanbihul Ghafilin secara global.

  b.

  Merumuskan unsur-unsur pendidikan akhlak.

  c.

  Identifikasi adanya relevansi kitab Tanbihul Ghafilin dengan pendidikan Islam.

  2) Mendeskripsikan dan menganalisa dari masing-masing topik yang telah diklasifikasikan dalam perspektif pendidikan Islam.

  3) Membuat kesimpulan dari masing-masing topik yang telah diklasifikasikan.

4. Metode Analisis

  Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian diusahakan pula adanya analisis dan intepretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut, oleh karenanya lebih tepat jika dianalisis menurut dan sesuai dengan isinya saja yang disebut content analysis atau analisis isi. (Nata, 2001:141)

  Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat rumusan kesimpulan-kesimpulan dengan mengidentifikasi karakterisik spesifikan pesan-pesan dari suatu teks secara sistematik dan objektif. (Nawawi, 1998:69) Analisis ini dipakai untuk mendeskripsikan data berupa nilai- nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin. Dengan demikian, akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dalam pokok permasalahan.

  Melalui metode content analysis atau analisis isi, peneliti melakukan penafsiran teks atau bacaan dari kitab Tanbihul Ghafilin yang mengandung pendidikan akhlak. Adapun langkah- langkah yang ditempuh meliputi: a.

  Menentukan arti langsung yang primer.

  b.

  Menjelaskan arti-arti yang implisit.

  c.

  Menentukan tema. (Endraswara, 2004: 45) G.

   Sistematika Pembahasan

  Untuk memudahkan pencarian dan penelaahan pokok-pokok masalah yang akan dibahas, sistematika penulisan skripsi sangat diperlukan.

  Sistematika disini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang menjadi isi pembahasan skripsi ini. Untuk memudahkan memahami permasalahan yang akan dibahas, skripsi ini disajikan dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

  1. Bagian Awal Bagian awal skripsi ini meliputi: halaman judul, nota pembimbing, halaman judul, abstrak, kata pengantar, halaman motto, halaman persembahan, dan daftar isi.

  2. Bagian Isi Dalam bagian isi skripsi ini terdapat lima bab pembahasan, diantaranya adalah sebagai berikut: Bab I merupakan bab pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

  Bab II merupakan pembahasan mengenai biografi pengarang kitab Tanbihul Ghafilin meliputi riwayat hidup Abu Laits As-Samarqandi, latar belakang penulisan kitab Tanbihul Ghafilin, sistematika penulisan kitab

  Tanbihul Ghafilin, pendidikan Abu Laits As Samarqandi, karya-karya Abu Laits As Samarqandi .

  Bab III membahas tentang pemikiran Abu Laits As-Samarqsandi mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin.

  Bab IV berisi tentang analisis data dan relevansi mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin dengan pendidikan Islam.

  Bab V merupakan penutup dari keseluruhan bab sebelumnya yang meliputi kesimpulan, saran.

3. Bagian Akhir

  Bagian ini meliputi: Daftar pustaka, lampiran-lampiran dan Biodata penulis.

BAB II BIOGRAFI ABU LAITS AS SAMARQANDI A. Riwayat Hidup Abu Laits As Samarqandi Pengarang Kitab Tanbihul Ghafilin adalah Shaykh Nasr bin Muhammad bin Ibrahim Assamarqandi (wafat pada tahun 373 H atau

  983 M). disebut juga Abu Laits As Samarqandi yang bernama lengkap asli Abu Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi Al- Hanafi, dikenal dengan Abu Laits yaitu seorang Ulama

  ‟ Tabi‟ut Tabi‟in dan hidup pada awal abad ke-4 Hijriah dan Wafat 373 H.

  s tanggal 6 maret 2017) Beliau juga dikenal dengan julukan Imamul Huda. Beliau adalah seorang Sufi dan Ahli Hukum mazhab Hanafi yang disegani.

  Samarqandi merupakan sebuah nama yang diambil dari nama kota Samarqand yang terletak di negara Uzbekistan. Samarqand adalah kota tua berusia lebih dari 2750 tahun kota indah dengan ribuan masjid yang terletak di jalur sutra antara Cina dan Eropa adalah kota tua yng didirikan pada tahun 700 SM.

  Uzbekistan, adalah negara di Asia Tengah, yang sebelumnya merupakan bagian dari Uni Soviet. Negara dengan wilayah yang terkurung daratan ini bersempadanan dengan Kazakhstan di sebelah barat dan utara Kirgizstan dan Tajikistan di timur dan Afganistan dan Turkmenistan di selatan. Bahasa resmi satu-satunya adalah bahasa Uzbek, sebuah bahasa Turki, tetapi bahasa Rusia tetap dipergunakan secara luas, sisa peninggalan pemerintahan Uni Soviet. Kota Samarqand inilah yang dipercaya sebagai tempat lahir seorang tokoh sufi yaitu Shaykh Nasir bin Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi. Kota ini juga menjadi kiblat bagi para pelajar yang haus akan ilmu pengetahuan, karena banyak dari fuqaha‟, mutasawwif yang pergi kesana. Sehingga pada saat itu Samarkand menempati tempat tertingi di antara negara- negara Islam dalam hal keilmuan. (https://ikzulsalleh.wordpress.com/tag/abu- Laits-as-samarqandi/ diakses tanggal 6 maret 2017 pukul 10.00)

  Abu Laits As Samarqandi ini pada masa muda belianya beliau tidak pernah dan jarang membaca Al-Quran tetapi disekitar usia 50-an barulah beliau mulai belajar dan pada usia 57 tahun beliau telah berhasil menguasai Bahasa Arab dan Al-Quran. Seterusnya beliau mulai mewariskan ilmu yang ada padanya melalui penulisan Abu Laits bermazhab hanafi.

  Julukan Abu Laits As Samarqandi adalah Al Faqih yang menandakan bahwa beliau telah sampai pada derajat yang tinggi dalam dunia ilmu Fiqih yang mana pada saat itu tiada seorangpun yang dapat menyamainya pada zamannya. Beliau begitu menyukai julukan tersebut dan beliau juga tabarrukan dengan julukan tersebut, di karenakan julukan tersebut diberikan langsung oleh Nabi Saw melelui mimpi beliau. Hal itu terjadi ketika beliau mengarang kitab “Tanbihul Ghafilin” lalu beliau membawa kitab tersebut untuk sowan ke Raudlahnya Nabi SAW setelah itu beliau menginap di sana, kemudian beliau bermimpi melihat Nabi SAW mengambil kitabnya seraya berkata “Ambillah kitabmu, Wahai Faqih”. Lalu beliau pun terjaga dan beliau menemukan di dalam kitabnya tempat-tempat yang di koreksi Nabi. diakses hari Jum‟at 06 Maret 2017 pukul

  11.00) B.

   Latar Belakang Penulisan Kitab Tanbihul Ghafilin

  Latar belakang penulisan kitab “Tanbihul Ghafilin” yang artinya adalah peringatan bagi manusia yang lalai, Al Imam Al Faqih Abu Laits As Samarqandi memberikan pernyataan sebagai berikut: “Saya menghimpun nasihat-nasihat dan hikmah yang menarik lagi menyenangkan para pembaca kitab karena terdorong rasa tanggung jawab yang diberikan Allah SWT ilmu pengetahuan tentang: adab, kesopanan, kebahagiaan, hikmah, nasehat, pendirian orang-orang salih dan upaya para Mujtahidin kepada Allah SWT”. (Abu Imam Taqiyudin, 2009: 2)

  Berlandaskan Firman Allah SWT dalam Al- Qur‟an:

  ُعْدا

ِخََٕغَذٌْا َهِّثَس

ٌُُِْٙدبَجَٚ ِخَظِػٌَّْْٛاَٚ ِخَّْىِذٌْبِث ًِ١ِجَع ٌِِٝئ

  َٓػ ًََّػ ٍَُُْػَأ َهَّثَس َُٓغْدَأ َُٛ٘ ٍِِٗ١ِجَع َِّٓث َِّْئ َِٟ٘ ِٟزٌَّبِث

  • ٕٔ٘ - ٍَُُْػَأ ََُٛ٘ٚ َٓ٠ِذَزٌُّْْٙبِث

  

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan

cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih

Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih

Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (Departemen Agama RI,

  1999: QS. An-Nahl: 125) Al Imam Al Faqih Abu Laits As Samarqandi pun juga berpesan agar pembaca dan khususnya pada generasi muda agar senantiasa berpikir dan introspeksi diri agar selalu beramal dan berbuat kebaikan, karena dengan demikian akhlak yang baik akan selalu melekat dalam diri. Karena beramal baik dimulai dari dalam diri sendiri baru keluar diajarkan kepada orang lain. Berdasarkan Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran: 79:

  َْأ ُّالل َْبَو َيُٛمَ٠ َُُّص َةبَزِىٌْا َُٗ١ِرْإُ٠ َحَُّٛجٌُّٕاَٚ

  َُْىُذٌْاَٚ بَِ شَشَجٌِ ْاُُٛٔٛو ٌِّٟ ْاُُٛٔٛو َٓ١ِّ١ِٔبَّثَس ِّالل ِِٓ ادبَجِػ

  ِٓىـٌََٚ

ُِْٚد

ِطبٌٍَِّٕ

  • ٩٧ َُْٛعُسْذَر ُُْزُٕو َةبَزِىٌْا ٍََُِّّْٛؼُر ُُْزُٕو بَِّثَٚ بَِّث

  

Artinya: Tidak mungkin bagi seseorang yang telah Diberi kitab oleh

Allah SWT, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada

manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah SWT,”

tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah SWT,

karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajari- nya!”.

  (Departemen Agama RI, 1999: QS. Ali Imran: 79)

  Setengah Ulama Tafsir, mengartiakannya: “... Jedilah kamu orang- orang yang mengamalkan ilmu yang terkandung dalam kitab, sebagaimana kamu mengajarkan kepada manusia”.

  Sedang pada ayat lain, Allah SWT berfiran:

  َهٌَِزَو فٍَِزْخُِ ُُٗٔاٌََْٛأ َِبَؼَْٔ ْلأاَٚ ِّةاََّٚذٌاَٚ ََِِٓٚ بََِّّٔئ

  ِطبٌَّٕا

  • ٕ٢ سُٛفَغ ِِٖدبَجِػ ِِْٓ َٝشْخَ٠ ََّالل ََّالل َِّْئ ءبٍََُّؼٌْا ض٠ِضَػ

  

Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak

yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam

warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut

kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah SWT Maha

Perkasa, Maha Pengampun. (Departemen Agama RI, 1999: QS.Fathir:

  28) Dan Firman Allah SWT:

  • - ٕ -

    - ٔ - ْسِزَٔأَف ُُْل

  ُشِّصَّذٌُّْا بَُّٙ٠َأ بَ٠

Artinya: Wahai orang yang berkemul (berselimut)! bangunlah, lalu

berilah peringatan! (Departemen Agama RI, 1999: QS.Al-Muddatstsir:

  1-2) Juga Firman Allah SWT:

  • ٘٘ - ُغَفَٕر َٓ١ِِِْٕإٌُّْا َٜشْوِّزٌا ْشِّوَرَٚ َِّْاَف

  

Artinya: Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya

peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang Mukmin. (Departemen

  Agama RI, 1999: QS.Adz-Dzariyaat: 55)

  Abu Laits As Samarqandi menegaskan: “Barang siapa memandang rendah terhadap hikmah dan nasihat, serta perjalanan Ulama salaf, maka akibatnya terkena salah satu dari antara dua efek negatif, pertama: Membanggakan amalnya yang sangat terbatas, lalu beranggapan tingkatanya sejajar dengan para Ulama salaf, kedua: Berlaku sombong dengan amalnya yang besar, lalu beranggap lebih unggul dan sempurna daripada lainnya, maka menjadi batallah ibadatnya dan lenyap atau gugurlah semua amalnya. (Abu Imam Taqiyudin, 2009: 4)

  Adapun bagi orang-orang yang pandai memetik hikmah pendirian dan perjalanan Ulama-ulama salaf, adalah sangat besar keuntungannya, karena ia akan merasa keterbatasan atau kekurangannya dalam beribadat dan beramal, sehingga menjadi pendorong, untuk meningkatkan, memperbaiki atau menyempurnakan ibadat dan amalnya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan para Ulama terdahulu.

C. Sistematika penulisan Kitab Tanbihul Ghafilin

  Kitab Tanbihul Ghafilin adalah kitab yang tergolong populer karena digandrungi oleh para Kiyai dan santri di banyak pesantren, karena selalu dijadikan rujukan dan referensi mereka sebagai da`i dan muballigh dalam aktifitas-aktifitas dakwah baik di Masjid, Madrasah ataupun majlis-majlis ta`lim. diakses hari Jum‟at 06 Maret 2017 pukul 11.00) Tanbihul Ghafilin memiliki muatan nasihat yang tinggi dan mengena ke dalam diri setiap insan. Dan peringatan yang ditampilkannya mampu menjadi bekal pengertian dan kesadaran yang mendalam untuk memperbaiki jiwa dan moral umat manusia dari kelalaiannya.

  Tujuan esensial yang ingin dicapai Abu Laits As Samarqandi adalah mengajak ke jalan yang benar yakni jalan Tuhan (Allah SWT), dan segala hal yang disampaikannya mampu disampaikan kembali dalam bingkai dakwah Islam kepada orang lain. Kitab ini juga berusaha membongkar pengalaman-pengalaman menakjubkan berkaitan dengan kehidupan keberagamaan yang terjadi dalam sejarah manusia dan tak luput dari konsep-konsep ketauhidan, ibadah, mua‟amalah, dan syari‟at-syari‟at Islam yang diajarkan baginda Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabi‟in, dan para ulama salaf yang shaleh. diakses hari Jum‟at 06 Maret 2017 pukul 11.00)

  Sistematika setiap uraian penjelasan dimana sifat pembahasannya adalah tematik senantiasa diperkuat oleh argumen- argumen yang kuat dari nash Al-Quran ataupun As-Sunah dan juga fatwa-fatwa ulama, sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kebimbangan dalam menerima semua nasehat kebaikan yang disampaikan.

  Di samping beberapa kelebihan yang dimiliki kitab Tanbihul Ghafilin, kitab ini juga memiliki kelemahan menurut beberapa pendapat. Diantaranya pendapat dari Al-Imam Adz-Dzahabi di dalam Siyar A

  ‟lamin Nubala‟ membawakan biografi beliau kemudian di dalamnya (yaitu Tanbihul Ghafilin) tersebar luas hadis-hadis palsu.

   diakses tanggal 6 maret 2017 pukul 11.00) Kemudian menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah bahwasanya Tanbihul Ghafilin adalah kitab yang berisi nasihat yang pada umumnya banyak mengandung hadis-hadis dha

  if bahkan kadang palsu. Di

  dalamnya juga terdapat hikayat-hikayat yang tidak shahih dimana penulisnya ingin menggunakannya untuk melembutkan hati dan menjadikan mata menjadi menangis. Kemudian menurutnya memang dalam kitab ini terdapat hal-hal yang tidak dipermasalahkan, namun beliau tidak menasihatkan untuk membacanya kecuali bagi orang yang memiliki ilmu dan faham serta bisa membedakan antara hadis- hadis yang shahih, d ha‟if dan mauqu‟f. diakses tanggal 6 maret 2017 pukul 11.00)

  Selain berisi pengalaman-pengalaman menakjubkan berkaitan dengan kehidupan keberagamaan yang terjadi dalam sejarah manusia kitab ini juga mengandung materi-materi akhlak yang perlu dipelajari oleh setiap manusia untuk menjalankan segala moral yang baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Yang mana di dalamnya terdapat 94 bab. Adapun rincian bab dalam Tanbihul Ghafilin adalah sebagai berikut: 1.

  Bab Tentang Ikhlas 2. Bab Tentang Mati dan Penderitaanya 3. Bab Tentang Siksa Kubur dan Penderitaanya 4. Bab Tentang Hari Kiamat, Dahsyat dan Ngerinya 5. Bab Tentang Sifat dan Penghuni Neraka 6. Bab Tentang Sifat dan Penghuni Surga 7. Bab Tentang Sesuatu Yang Diharap Dari Rahmat Allah SWT 8. Bab Tentang Amar Makruf Nahi Munkar 9. Bab Tentang Taubat 10.

  Bab Tentang Kewajiban Anak Memenuhi Hak Kedua Orangtua 11. Bab Tentang Kewajiban Memenuhi Hak Anak 12. Bab Tentang Silaturrahmi 13. Bab Tentang Hak dan Kewajiban Tetangga 14. Bab Tentang Larangan Minum Arak dan Sejenisnya 15. Bab Tentang Larangan Berdusta 16. Bab Tentang Ghibah (Mengungkap Keburukan Orang) 17. Bab Tentang Namimah (Adu-domba) 18. Bab Tentang Hasud (Dengki dan Iri) 19. Bab Tentang Sombong

20. Bab Tentang Ihtikar (Menggaruk Untung Dengan Menimbun

  Bahan Pokok Makanan) 21. Bab Tentang Larangan Tertawa Terbahak-bahak 22.