NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB SYI’IR NGUDI SUSILO KARYA KH. BISRI MUSTHOFA - Test Repository

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB SYI’IR NGUDI SUSILO

KARYA KH. BISRI MUSTHOFA SKRIPSI

  Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  Oleh : MOHAMAD KHAMIM JAZULI

  NIM: 111-12-182

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

JER BASUKI MOWO BEYO

“Setiap cita-cita, keinginan, dan kebahagiaan pasti

membutuhkan biaya”.

PERSEMBAHAN

  Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

  1. Ibu Muchoyaroh dan Bapak Mas’udi yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

  2. Adik-adiku tersayang Nafi’il Ikhsan dan Nailal Izzah yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

  3. Bapak K. Asyiq Ma’ruf selaku pengasuh pondok pesantren al-Ishlah yang saya hormati dan selalu saya harapkan ridho dan berkah ilmunya.

  4. Seseorang yang mendo’akan saya dari jauh, memberikan semangat, motivasi yang tiada henti.

  5. Agus, Maemun, Ni’am, Muntaha, Bima, Kang Amin, Miftah, Kang Zaenuddin dan seluruh sahabatku PP al-Ishlah dan keluarga besar MA al-Khidmah Salatiga yang selalu menemani dalam setiap langkah.

  6. Keluarga besar ar-Roudloh Salatiga, Hadroh JQH al-Furqon IAIN Salatiga, Majelis Rasulallah Salatiga.

  KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

  Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB SYI’IR NGUDI SUSILO KARYA KH. BISRI MUSTHOFA”

  Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

  4. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  7. KH. Bisri Musthofa, yang telah menciptakan kitab yang sarat denan nilai-nilai pendidikan sehingga menjadi inspirasi penulis untuk melakukan tinjauan dan pendalaman.

  8. Bapak, Ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

  9. Keluarga besar PAI E 2012 IAIN Salatiga, Keluarga PPL SMP Negeri 1 Tengaran dan Kelompok KKN posko 28 yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

  Salatiga, 13 Maret 2017 Penulis

  Mohamad Khamim Jazuli NIM. 111-12-184 ABSTRAK Jazuli, Mohamad Khamim. 2017. “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab

  Syi’ir Ngudi Susilo Karya KH. Bisri Musthofa” Pembimbing: Drs. Juz’an, M.Hum. Kata kunci: Pendidikan, Akhlak, Syi’ir

  Islam merupakan agama yang memiliki misi pada pembentukan akhlak yang baik pada manusia. Karena akhlak mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam kehidupan manusia. Lalu bagaimana cara membentuk akhlak yang baik? Tentunya melalui pendidikan. Pendidikan mampu digunakan sebagai benteng dari serangan kemerosotan moral, karena pendidikan juga mampu membangun generasi baru bangsa yang lebih baik dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Tantangan pendidikan dewasa ini untuk membangun generasi yang berkualitas dan tangguh semakin berat. Pendidikan tidak cukup hanya berhenti pada memberikan pengetahuan yang paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan membangun sistem keyakinan, etika, nilai dan karakter yang kuat. Ada banyak cara dalam menyampaikan pendidikan, terutama pendidikan akhlak. Salah satunya yang dilakukan KH. Bisri Mustofa. Beliau menyampaikan memalui karya sastranya. Dengan melihat latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apa kadungan kitab syi’ir Ngudi Susilo karya KH. Bisri Msthofa, apa nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab sy’ir Ngudi Susilo karya KH. Bisri Musthofa, dan bagaimana relevansinya terhadap dunia pedidikan.

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumenter, analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah hermeneutik dan analisis ini (content analysis).

  Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) kandungan kitab syi’ir Ngudi Susilo berisi tentang petuah dan nasehat yang sarat dengan nilai-nilai akhlak, terdiri dari 9 bab yang kesemuanya hampir terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari, mulai dari aspek diri sendiri sampai bangsa dan negaranya. (2) nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab syi’ir Ngudi Susilo adalah segala aspek pendidikan diantaranya tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, materi pendidikan yang berisi nilai pendidikan akhlak terhadap Allah, nilai pendidikan akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang tua, guru, bangsa dan Negara, serta akhlak terhadap terhadap lingkungan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan.(3) relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak terdahap dunia pendidikan saat ini adalah pentingnya penanaman pendidikan akhlak sejak kecil terhadap anak, baik secara langsung atau dapat diaplikasikan dalam kurikulum di sekolah, dan juga pengaplikasian pembelajaran dengan syi’ir guna melestarikan budaya yang ada

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v MOTTO ....................................................................................................... vi PERSEMBAHAN......................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii ABSTRAK ................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 6 E. Metode Penelitiann ..................................................................... 7 F. Penegasan Istilah ........................................................................ 11 G. Sistematika Penulisan ................................................................. 14 BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 17 A. Pengertian Syi’ir .......................................................................... 17 B. Pengertian Nilai ........................................................................... 19 C. Pengertian Pendidikan ................................................................. 21 D. Unsur-Unsur Pendidikan.............................................................. 23

  E. Ruang Lingkup Pendidikan .......................................................... 33

  F. Tri Pusat Pendidikan .................................................................... 37

  G. Pengertian Akhlak ....................................................................... 39

  H. Fungsi dan Manfaat Ilmu Akhlak ................................................. 42

  I. Objek Pembahasan Akhlak .......................................................... 43 J. Metode Pendidikan Akhlak .......................................................... 47

  BAB III GAMBARAN UMUM KITAB SYI’IR NGUDI SUSILO ................ 52 A. Biografi KH. Bisri Musthofa ....................................................... 52 B. Karya-Karya KH. Bisri Musthofa ............................................... 59 C. Tipologi dan Gambaran Umum Kitab Syi’ir Ngudi Susilo ........... 61 BAB IV ANALISIS DATA .......................................................................... 74 A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Syi’ir Ngudi Susilo .. 74

  1. Tujuan Pendidikan ................................................................ 74

  2. Pendidik ................................................................................ 75

  3. Peserta Didik ........................................................................ 76

  4. Materi Pendidikan ................................................................. 77

  a. Akhlak Terhadap Allah Swt ............................................ 77

  b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri .......................................... 80

  c. Akhlak Terhadap Orang Tua ........................................... 93

  d. Akhlak Terhadap Guru .................................................... 96

  e. Akhlak Terhadap Bangsa dan Negara .............................. 97

  f. Akhlak Terhadap Lingkungan ......................................... 99

  5. Alat Pendidikan .................................................................... 100

  6. Lingkungan Pendidikan ........................................................ 100

  B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Syi’ir Ngudi Susilo Terhadap Dunia Pendidikan Saat Ini ...................... .101

  BAB V PENUTUP ....................................................................................... .105 A. Kesimpulan ................................................................................ .105 B. Saran .......................................................................................... .107 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .108 RIWAYAT HIDUP PENULIS...................................................................... .111 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah setelah diwahyukan oleh Allah swt telah memberikan perubahan yang luar biasa terhadap kehidupan manusia pada masa Rasulullah hingga masa kini. Termasuk di antaranya perubahan dalam bidang akhlak dan karakter manusia. Dimana pada masa Rasulullah manusia memiliki akhlak yang tidak baik akan tetapi setelah islam datang terdapat perubahan akhlak menjadi lebih baik (Makbuloh, 2011:140).

  Hal ini tidak lepas dari sosok pribadi Rasulullah SAW yang terdapat dalam firman Allah:

  … ُ ُ َٰ َ َ َ ٖ ِ َ ٍ

  Artinya:”Sesungguhnya pada diri engkau (Muhammad) benar-benar terdapat akhlak/budi pekerti (karakter) yang baik.” (QS. al-Qolam: 4) Dari landasan tersebut jelas bahwa islam merupakan agama yang membawa misi pada pembentukan akhlak yang baik pada umat manusia.

  Karena akhlak mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam kehidupan manusia (Taufiq dkk, 2011:29). Terdapat tembang mijil yang dikarang oleh Paku Buwana IV yang isinya:

  Dedalane guno lawan sekti Kudu andap asor Wani ngalah luhur wekasane Tumungkulo yen dipun dukani Bapang den simpangi

  Ana catur mungkur Tembang atau nyanyian tersebut dapat diterjemahkan bahwa

  “Sarana atau jalan untuk menacapai kelebihan atau keunggulan itu harus memiliki budi pekerti yang baik, bertata karma, dan sopan satun. Seseorang yang berani mengalah itu akhirnya akan berhasil dikemudian hari tundukkanlah kepalamu jika dinasihati. Jika ada yang mengajak kamu berkelahi menyingkirlah atau hindarilah! Jika kamu diumpat, jangan diperhatikan, tinggalkan saja.” (Hidayatullah, 2010:2).

  Telah jelas bahwasanya akhlak benar-benar mempunyai kedudukan yang tinggi dalam kehidupan manusia. Maka dari itu, pendidikan nilai harus sedini mungkin ditanamkan guna untuk menghindari segala sesuatu yang dapat menjadikan merosotnya akhlak manusia. Akan tetapi, sejalan dengan makin berkembangnya laju globalisasi dari pembangunan dan ilmu pengetahuan serta arus reformasi yang semakin melaju deras, penanaman nilai ini dirasa amat sangat penting dan benar-benar dibutuhkan guna mengendalikan manusia dalam menghadapi laju perkembangan- perkembangan tersebut.

  Namun di sisi lain, banyak sekali gejala penyimpangan nilai, baik yang dilakukan oleh kaum muda, maupun oleh orang tua, mereka semua seakan – akan mengabaikan moral dan tata krama yang dibutuhkan dalam pergaulan dengan masyarakat sekitar dan masyarakat luar. Di era reformasi ini, atau dalam abad ke-21 ini orang-orang semakin menganggap bahwa mereka bebas melakukan apapun sesuai kehendaknya sendiri. Akibatnya banyak terjadi penyimpangan moral, khususnya penyimpangan moral yang berujung perkelahian, pemerkosan, perampokan, dan lain – lain.

  Dalam rangka mencegah penyimpangan tersebut, solusi yang paling tepat adalah dengan pendidikan. Pendidikan mampu digunakan sebagai benteng dari serangan kemerosotan moral, karena pendidikan juga mampu membangun generasi baru bangsa yang lebih baik dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang tidak dapat dipungkiri kalau kesuksesan dalam sebuah pendidikan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Akan tetapi, hasil dari kesuksesan tersebut tentunya akan bertahan lama bahkan mengakar pada pribadi seseorang.

  Tantangan pendidikan dewasa ini untuk membangun generasi yang berkualitas dan tangguh semakin berat. Pendidikan tidak cukup hanya berhenti pada memberikan pengetahuan yang paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan membangun sistem keyakinan, etika, nilai dan karakter yang kuat (Hidayatullah, 2010:22). Harapanya dengan pendidikan semua permasalahan kemerosotan moral bisa teratasi. Namun, semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karenanya harus ada komitmen yang kuat dari berbagai lapisan masyarakat.

  Salah satu orang dari berbagai lapisan masyarakat di Indonesia ini yang begitu peduli terhadap kemerosotan moral bangsa adalah K.H. Bisri Musthofa. Beliau adalah seorang Kyai yang berkharisma tinggi. Banyak sekali kitab-kitab yang beliau tulis dalam berbagai bidang ilmu. Salah satunya dalam bidang akhlak. Kitab dalam bidang akhlak yang beliau tulis salah satunya adalah Kitab Syi’ir Ngudi Susilo:Suko Pitedah Kanthi Terwilo. Kitab ini ditulis dengan tulisan arab jawa pegon yang di dalamnya sarat dengan dunia pendidikan. Terdapat pesan dan nasihat yang sangat berguna bagi dunia pendidikan saat ini, khususnya dalam membentuk dan membangun moral bangsa.

  Dari uraian di atas, penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang nilai pendidikan akhlak pemikiran KH. Bisri Musthofa melalui sebagian karyanya yaitu kitab Ngudi Susilo yang di dalamnya terdapat beberapa uraian tentang pendidikan akhlak. Untuk itu, penulis mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB SYI’IR NGUDI SUSILO KARYA KH. BISRI MUSTHOFA, dengan harapan semoga dapat memberikan konstribusi dan manfaat terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Apa kandungan Kitab Syi’ir Ngudi Susilo karya KH. Bisri Musthofa?

  2. Apa nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam Kitab Syi’ir Ngudi Susilo karya KH. Bisri Musthofa?

  3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Syi’ir Ngudi Susilo terhadap dunia pendidikan?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitan adalah susunan apa yang ingin diketahui atau ditentukan atau dikemukakan dalam melaksanakan penelitian dengan kata lain apa yang akan dilakukan dalam penelitian sehingga akan jelas apa yang akan dihasilkan.

  Berpijak dari permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

  1. Mengetahui kandungan Kitab Syi’ir Ngudi Susilo karya KH. Bisri Musthofa.

  2. Mengetahui Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam Kitab Syi’ir Ngudi Susilo karya KH. Bisri Musthofa.

  3. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Syi’ir Ngudi Susilo terhadap dunia pendidikan.

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, berupa pengetahuan tentang nilai pendidikan yang terkandung dalam karya KH. Bisri Musthofa serta bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan islam.

  2. Kegunaan Praktis

  a. Bagi penulis Menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai nilai pendidikan untuk selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam aktifitas sehari-hari.

  b. Bagi Lembaga Pendidikan 1) Dapat menjadi masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan islam, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan serta pemerintah secara umum. 2) Sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di

  Indonesia terutama pendidikan islam (seperti Madrasah Diniyah, Pondok Pesantren) sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada.

  c. Bagi Ilmu Pengetahuan 1) Menambah khazanah mengenai nilai pendidikan yang terdapat dalam kitab syi’ir Ngudi Susilo sehingga mengetahui betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian seorang mukallaf akan berusaha memperbaiki diri agar semakin meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik di hadapan Allah dan di hadapan manusia.

  2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan terutama ilmu pendidikan Akhlak, sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan di bidang tersebut khususnya dan ilmu pengetahuan yang lain pada umumnya.

E. Metode penelitian

  1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1990:3). Dan yang dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

  2. Sumber Data Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur.

  Adapun referensi yang menjadi sumber data primer adalah kitab syi’ir Ngudi Susilo karya KH. Bisri Mushofa.

  Kemudian yang menjadi sumber data sekunder adalah: a. Kitab Syi’ir Mitra Sejati karya KH. Bisri Musthofa.

  b. Kitab Washoya al-Aba’ lil Abna’ karya KH. Bisri Musthofa.

  c. Buku Mutiara Pesantren: Perjalanan Khidmah KH. Bisri Musthofa karya Ahmad Zainal Huda.

  d. Buku Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern karya Wahid Ahmadi.

  e. Buku Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji karya Nipan Abdul Halim.

  f. Kitab-kitab dan buku – buku lainnya yang ada relevansinya dengan obyek pembahasan penulis.

  3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan langkah – langkah sebagai berikut: a. Membaca buku – buku sumber, baik primer maupun sekunder. b. Mempelajari dan mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku – buku sumber.

  c. Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan mengelompokkan serta diklasifikasi sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam bentuk per bab.

  4. Teknik Analisis Data Yaitu penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.

  Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut: a. Hermeneutik

  Hermeneutika Secara etimologis, berasal dari kata Yunani hermeneuein yang berarti menafsirkan. Maka kata benda hermeneueia secara harfiah dapat diartikan sebagai “penafsiran” atau interpretasi. Istilah hermeneutik merujuk pada mitos Hermes (Dewa Yunani) yang bertugas menyampaikan berita dari Sang Maha Dewa kepada manusia. Jadi, kata hermeneutika adalah sebuah ilmu dan seni membangun makna melalui interpretasi rasional dan imajinatif dari bahan baku berupa teks. (Ibrahim, 2014: 27)

  Berangkat dari pengertian diatas, kemudian hermenutik digunakan untuk menyelami karya tokoh guna menangkap arti dan suasana yang dimaksudkan tokoh secara khas (Sudarto, 1997:84). Langkah metode ini adalah sebagai berikut. 1) Hermeneutika Teks.

  Menerjemahkan atau meneliti kembali teks syi’ir Ngudi Susilo baik yang berupa bahasa jawa (teks asli), maupun terjemahan dalam bahasa Indonesia.

  2) Hermeneutika Realita Melakukan telaah terhadap realita (sosiokultur dan keberagaman) masa dulu (semasa hidup KH. Bisri Musthofa) dan realita masa sekarang (Widyamartaya, 1999:20).

  Semua langkah-langkah ini dimaksud untuk melakukan interpretasi guna menangkap arti, nilai dan maksud pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab syi’ir ngudi susilo.

  b. Content Analisys Sesuai dengan jenis dan sifat data yang yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik analis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analisys) yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan melakukan berbagai analisis terhadap buku-buku yang kemudian ditarik kesimpulan sehingga dapat digeneralisasikan menjadi sebuah teori, ide, atau sebuah gagasan baru (Hadi, 1989:47).

  Artinya, data yang kualitatif tekstual yang diperoleh dikategorikan dengan memilih data sejenis kemudian data tersebut dianalisa secara kritis untuk mendapatkan suatu informasi. Analisis isi (content analisys) dipergunakan dalam rangka untuk menarik kesimpulan yang sahih dari kitab karya KH. Bisri Musthofa selaku pendiri Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin Rembang dan buku-buku lain yang berkenaan dengan penelitian ini (nilai-nilai pendidikan akhlak).

  Adapun langkah-langkahnya adalah dengan menyeleksi teks yang akan diselidiki, menyusun item-item yang spesifik, melaksanakan penelitian, dan mengetengahkan kesimpulan.

F. Penegasan Istilah

  Untuk memperjelas judul di atas serta menghindari kesalahan dalam memahami istilah yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.

  Adapun tujuannya agar asumsi yang akan muncul nantinya akan dapat diartikan secara tepat sesuai dengan yang dikehendaki penulis, antara lain:

  1. Nilai - Nilai Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan- perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Nilai dapat diartikan sifat-sifat (hal – hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

  2. Pendidikan Ahklak Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan. Pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, Bangsa dan Negara (Maslikhah, 2009:130)

  Akhlak secara bahasa bersaal dari kata “khalaqa” dan jamaknya “khuluq” yang berarti menciptakan. Kemudian akhlak juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan–perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan. Jika keadaan (hal) itu melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan syara’ (hukum Islam), keadaan tersebut disebut akhlak yang baik, begitu pula sebaliknya.

  3. Kitab Syi’ir Ngudi Susilo Kitab Ngudi Susilo merupakan buku yang berisi materi tentang ahklak. Kitab ini pada awalnya digunakan untuk materi pengajaran di pesantren - pesantren di Jawa, terutama Jawa wilayah Pantura khususnya daerah Rembang. Pengarang kitab ini adalah sosok Kyai ternama di Pantura Jawa pada masanya, yaitu Kyai Bisri Musthofa. Kitab Ngudi Susilo ditulis dengan menggunakan huruf Arab Pegon yaitu modifikasi huruf arab dengan ejaan Bahasa Jawa. Kitab ini disusun berdasarkan kaidah penulisan syi’ir Arab. Cara pengajaran dilakukan dengan cara dilantunkan dengan tembang (bernyanyi).

  Orang Jawa santri menyebutnya syingiran. Tujuan bersyi’ir ini adalah untuk mempermudah menghafalkan isi materi dari syi’ir yang berupa materi pelajaran akhlak. Di kalangan pesantren ada kaidah yang menyebutkan bahwa pemahaman tidak akan sempurna kecuali dengan menghafal.

  Kitab Ngudi Susilo, selesai disusun pada bulan Jumadil Akhir, tahun 1373 H di Kota Rembang. Tidak ada catatan pasti kapan kitab ini mulai disusun dalam bentuk cetak. Percetakan pertama yang memperbanyak kitab yaitu Muria Kudus, kitab Ngudi Susilo telah beberapa kali dilakukan penerbitan ulang. Akan tetapi, tidak ada penjelasan secara pasti jumlah edisi dan tahun cetak. Dilihat secara fisik, kitab ini termasuk kitab saku karena ukurannya yang relatif kecil. Kitab dijilid dalam bentuk buku berukuran ¼ kertas folio, yaitu panjang 14 cm dan lebar 9 cm. Ketebalan kitab juga relatif tipis, hanya 16 halaman. Dalam cover kitab tertulis, Syingir Ngudi Susilo: suko pitedah kanti terwilo. Kemudian tepat di bawah identitas kitab tertulis nama pengarang yaitu Kiai Bisri Musthofa Rembang.

  4. KH. Bisri Musthofa KH. Bisri Musthofa lahir pada tahun 1915 M di Kampung

  Sawahan Gg. Palen Rembang Jawa Tengah. Ia adalah putra dari pasangan suami istri H. Zainal Musthofa dan Chodijah. Beliau adalah anak pertama dari empat bersaudara. Sejak kecil beliau hidup dan menimba ilmu di Rembang, Pati, dan Jombang bahkan sampai ke Makkah. KH. Bisri Musthofa dikenal sebagai tokoh kharismatik yang handal dalam berpidato. Ia adalah seorang orator. Ahli pidato yang dapat mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit menjadi gamblang. Pemikiran keagamaan KH. Bisri Musthofa oleh banyak kalangan dinilai bersifat moderat dan konstektual. Pemikiran-pemikiran beliau biasanya dituangkan dalam bentuk tulisan – tulisan yang disusunya dalam bentuk buku-buku, kitab-kitab dan lain sebagainya. Banyak sekali karyanya yang sekarang ini dijadikan rujukan bagi para ulama yang mengajar di pesantren dan menjadi pegangan bagi para santri.

  Beliau KH. Bisri Musthofa wafat pada hari rabu tanggal 17 Februari 1977 (27 Shafar 1397 H).

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Untuk memudahkan pencarian dan penelaahan pokok-pokok masalah yang akan dibahas, sistematika penulisan skripsi sangat diperlukan. Sistematika di sini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang menjadi isi pembahasan skripsi ini.

  Penulisan sistematika skripsi adalah suatu cara untuk menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data-data dan bahan-bahan yang disusun menurut urutan tertentu sehingga menjadi kerangka skripsi. Skripsi ini terdiri dari tiga bagian besar yang merupakan rangkaian dari beberapa bab. Ketiga bagian besar tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Bagian Awal Pada bagian ini memuat halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, abtraksi dan daftar isi.

  2. Bagian Isi Pada bagian ini memuat beberapa bab sebagai berikut Bab pertama merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini memuat latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penelitian untuk skripsi.

  Bab kedua berisi tinjauan umum tentang pendidikan akhlak, dalam

  bab ini membahas pendidikan akhlak yang meliputi pengertian syi’ir, pengertian nilai, pengertian pendidikan, unsur-unsur pendidikan, ruang lingkup pendidikan, tri pusat pendidikan, pengertian akhlak, manfaat dan fungsi ilmu akhlak, objek pembahasan akhlak, metode pendidikan akhlak.

  Bab ketiga merupakan biografi dan karya KH. Bisri Musthofa, dalam bab ini membahas tentang biografi KH. Bisri Musthofa, beberapa karya sastra dan tipologi gambaran kitab syi’ir Ngudi Susilo.

  Bab keempat berisi analisis pendidikan akhlak, dalam bab ini membahas nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab syi’ir Ngudi Susilo karya KH. Bisri Musthofa dan relevansinya dalam dunia pendidikan.

  Bab kelima merupakan bab penutup, yang merefleksikan kembali ringkasan skripsi dalam bentuk kesimpulan, saran.

  3. Bagian Akhir Pada bagian ini memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Syi’ir Dalam bahasa barat istilah sastra disebut literature (Inggris), Literatur (Jerman), literature (Perancis), semuanya berasal dari bahasa latin litteratura. Kata litteratura sebetulnya diciptakan sebagai terjemahan dari kata Yunani grammatika; Litteratura dan grammatika masing-masing berdasarkan kata

  littera dan gramma yang artinya ‘huruf’ (tulisan, letter). Menurut asalnya litteratura dipakai untuk tata bahasa dan puisi: seorang litteratus adalah orang yang tahu tata bahasa dan puisi atau orang yang berperadaban yang dengan kemahiran khusus di bidang sastra. Literature dan seterusnya umumnya dalam bahasa barat modern; segala sesuatu yang tertulis. Pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis (Wargadianata, 2008:1).

  Selajutnya Sapardi Joko Damono mengatakan, sastra adalah karya seni yang menggunakan bahasa sebagai medium; kita boleh saja mengikuti pandangan yang mengatakan bahwa sastra adalah rangkaian kata nan indah, tetapi juga harus juga menerima pandangan bahwa sastra merupakan hasil usaha sastrawan dalam membengkokkan, membelokkan, dan bahkan merusak bahasa, yang merupakan konsekuensi poitice license, hak istimewa sastrawan dalam menggunakan mediumnya, yakni bahasa. Berdasarkan pandangan ini yang dituntut dari sastra adalah orisinilitas dalam penggunaan bahasa (Wargadianata, 2008:4).

  Karya satra merupakan wujud ungkapan perasaan pengarang. Seperti juga karangan lain, karya sastra dibuat pengarang dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada pembacanya. Hanya karena sifat dasarnya yang berbeda dengan karangan lain, maka sesuatu yang dikomunikasikan tersebut juga berbeda. Salah satu bentuk karya sastra adalah syi’ir.

  Secara etimologi, syi’ir berasal dari bahasa Arab “sya’ara” atau “sya’ura” yang berarti mengetahui dan merasakan, sedangkan secara terminologi syi’ir merupakan kalimat yang terikat oleh rima dan irama. Jika kedua pengertian di atas digabungkan, maka diperoleh pengertian bahwa syi’ir adalah kalimat yang terikat oleh rima dan irama yang dilantunkan dengan tujuan agar masyarakat kolektifnya mengetahui dan merasakan keindahan irama dan makna yang terdapat dalam syi’ir. Pengertian ini senada dengan Thibanah yang dikutip oleh Tohe (2003: 46) yang menyatakan bahwa “syi'ir adalah tuturan yang terikat oleh wazan (keseimbangan ketukan tiap bait) dan qafiah (kesamaan bunyi akhir tiap bait) yang mengungkapkan imajinasi yang indah dan bentuk-bentuk ungkapan yang mengesankan lagi mendalam”. Pada pengertian ini, istilah qafiah dapat disamakan dengan rima yaitu kesamaan bunyi pada akhir bait. Sementara itu, dilihat dari isinya, syi'ir mencatat berbagai hal tentang tata krama, adat istiadat, agama dan peribadatan serta keilmuan yang penampilannya itu dapat mempengaruhi perasaan pendengarnya (Muzakka, 2006: 9). Selanjutnya, Ahmad As-Syaib yang dikutip oleh Kamil (2010: 10) mempertegas bahwa “syi’ir adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahar (timbangan tertentu yang dijadikan pola dalam mengubah syi’ir arab) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa”.

B. Pengertian Nilai

  Nilai dapat diartikan sebagai hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, dalam pengertian lain nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat (Tim PIP, 2007:42).

  Adapun pengertian nilai menurut beberapa ahli (Muhaimin dan Mujib, 1998: 110) adalah sebagai berikut:

  1. Menurut Young, nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang abstrak dan sering didasari hal-hal penting.

  2. Green, memandang nilai sebagai kesadaran yang secara kolektif berlangsung dengan didasari emosi terhadap objek, ide dan perseorangan.

  3. Woods, mengatakan bahwa nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Soelaman yang dikutip oleh Tim PIP (2007:47) terdapat dua jenis nilai. Yaitu nilai-nilai yang tercernakan dan nilai-nilai yang dominan.

  Nilai-nilai yang tercernakan merupakan suatu landasan bagi reaksi yang diberikan secara otomatis terhadap situasi-situasi tingkah laku eksistensi, sedangkan nilai-nilai tercernakan tidak dapat dipisahkan dari diri individunya, serta membentuk landasan bagi hati nuraninya. Apabila terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut, maka akan timbul perasaan malu atau bersalah yang sulit untuk dihapuskan. Nilai yang tercernakan bagi individu artinya bahwa individu itu menghayati atau menjiwai suatu nilai sehingga ia akan memandang keliru pola perilaku yang tidak sesuai dengan nilai tersebut.

  Sementara itu, nilai-nilai yang dominan artinya nilai-nilai yang lebih diutamakan dari nilai-nilai lain. Fungsi nilai dominan ini adalah sebagai suatu latar belakang atau kerangka patokan bagi tingkah laku sehari-hari. Kriteria bahwa suatu nilai itu adalah dominan, ditentukan oleh hal-hal berikut:

  1. Luas tidaknya ruang lingkup pengaruh nilai tersebut dalam aktivitas total dari sistem sosial.

  2. Lama tidaknya pengaruh nilai itu dirasakan oleh kelompok masyarakat.

  3. Gigih tidaknya (intensitas) nilai tersebut diperjuangkan atau dipertahankan

  4. Prestise orang-orang yang menganut nilai, yaitu orang atau organisasi-organisasi yang dipancang sebagai pembawa nilai.

  Nilai memiliki 3 (tiga) hirarki yaitu perasaan yang abstrak, norma- norma moral, dan keakuan. Ketiganya ditemukan dalam kepribadian seseorang. Perasaan dipakai sebagai landasan bagi sesorang untuk membuat keputusan dan menjadi standar untuk tingkah laku yang berfungsi sebagai kerangka patokan dalam berinteraksi. Keakuan berperan dalam membentuk kepribadian melalui proses pengalaman sosial. Karenanya nilai menjadi faktor penentu bagi pembentukan sikap.

  Disamping itu, nilai juga mempunyai batasan. Batasan tentang nilai mengacu kepada minat, kesukaan, pilihan, tugas, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, bahkan kewajiban agama. Nilai merupakan ukuran untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk. Oleh karenanya nilai menjadi pegangan hidup yang dijadikan landasan dalam melakukan sesuatu.

C. Pengertian Pendidikan

  Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu Paedagogie. Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya “anak”, dan again yang terjemahnya adalah “membimbing”. Dengan demikian maka paedagogie berarti “bimbingan yang diberikan kepada anak”. Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut paedagog. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie tersebut berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Sudirman, dkk, 1989: 4).

  Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan:

  “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.

  Beberapa definisi pendidikan menurut beberapa ahli (Suwarno, 2006:20) adalah sebagai berikut: 1. George F. Kneller: pendidikan memiliki arti luas dan sempit.

  Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang memengaruhi perkembangan jiwa, watak maupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga-lembaga lain.

  2. Jhon Dewey: pendidikan sebagai sebuah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan didapat berikutnya.

  3. John S. Brubacher: pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

  Selanjutnya menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Wiji Suwarno (2006:21) menyatakan bahwa pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menunutut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dari semua definisi tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan adalah merupakan usaha atau proses yang dtujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan demikian pendidikan pada intinya menolong ditengah-tengah kehidupan mansuia. Pendidikan akan dapat dirasakan manfaatnya bagi manusia.

D. Unsur-Unsur Pendidikan

  Pendidikan sebagai suatu aktivitas dalam mengembangkan kepribadian anak didik akan melibatkan beberapa unsur (Jumali, dkk, 2004: 35):

  1. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan menurut jenisnya, terbagi dalam beberapa jenis, yaitu tujuan nasional, institusional, kurikuler, dan instruksional.

  Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu bangsa; tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan; Tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran tertentu; dan tujuan instruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu pokok atau sub bab bahasan tertentu.

  Sutari Imam Barnadib (1984: 50-51), dengan merangkum pendapat Langeveld, membedakan enam tujuan pendidikan yaitu: a. Tujuan Umum

  Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai di akhir proses pendidikan, yaitu tercapainya kedewasaan jasmani dan ruhani anak didik, maksud kedewasaan jasmani adalah jika pertumbuhan jasmani sudah mencapai batas pertumbuhan maksimal, maka pertumbuhan jasmani tidak akan berlangsung lagi. Sedangkan maksud kedewasaan ruhani adalah peserta didik sudah mampu menolong dirinya sendiri, mampu berdiri sendiri, dan mampu bertanggung jawab atas semua perbuatannya.

  b. Tujuan Khusus Tujuan khusus adalah pengkhususan atas dasar usia, jenis kelamin, sifat, bakat, intelegensi, lingkungan sosial-budaya, tahap- tahap perkembangan, tuntutan syarat pekerjaan, dan lain sebagainya. c. Tujuan Tidak Lengkap Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia, misalnya aspek psikologis, biologis, dan sosiologis saja.

  d. Tujuan Sementara Tujuan sementara adalah tujuan yang sifatnya sementara.

  Ketika tujuan sementara berhasil dicapai, tujuan itu akan ditinggalkan dan diganti dengan tujuan lain. Misalnya, orang tua ingin anaknya berhenti merokok, dengan cara mengurangi uang sakunya. Kalau tujuan tersebut sudah tercapai, lalu diganti dengan tujuan lain misalnya agar tidak suka begadang.

  e. Tujuan Intermediet Tujuan intermediet adalah tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok. Misalnya, anak dibiasakan menyapu halaman, maksudnya agar ia kelak mempunyai rasa tanggung jawab.

  f. Tujuan Insidental Tujuan insidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, yang sifatnya seketika dan spontan. Misalnya, orang tua menegur anaknya supaya berbicara sopan.

  2. Pendidik Pendidik adalah orang yang dengan sengaja memengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi.

  Dengan kata lain, pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik kearah kedewasaan.

  Sedangkan secara akademis, pendidik adalah tenaga kependidikan, yakni anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang berkualifikasi sebagai pendidik, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Jadi, pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (Suwarno, 2006: 7). Artinya, pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

  3. Peserta Didik Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

  Dasar hakiki diperlukannya pendidikan bagi peserta didik adalah karena manusia merupakan makhluk susila yang dapat dibina dan diarahkan untuk mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya dapat dididik, karena mereka mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang memungkinkan untuk diberi pendidikan, diantaranya (Suwarno, 2006: 36):

  a. Tubuh anak sebagai peserta didik selalu berkembang sehingga semakin lama semakin dapat menjadi alat untuk menyatakan kepribadiannya.

  b. Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Keadaan ini menyebabkan dia terikat kepada pertolongan orang dewasa yang bertanggung jawab.