KETIDAKHADIRAN PEMOHON DALAM PELAKSANAAN IKRAR TALAK (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Ambarawa) SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

  

KETIDAKHADIRAN PEMOHON DALAM

PELAKSANAAN IKRAR TALAK

(Studi Kasus Di Pengadilan Agama Ambarawa)

SKRIPSI

  

Disusun untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

Oleh:

R. ABDUL MALIK

  

21108020

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

  

KETIDAKHADIRAN PEMOHON DALAM

PELAKSANAAN IKRAR TALAK

(Studi Kasus Di Pengadilan Agama Ambarawa)

SKRIPSI

  

Disusun untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

Oleh:

R. ABDUL MALIK

  

21108020

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail: akademik@stainsalatiga.ac.id

  Heni Satar Hurhaida, SH. M.Si Dosen STAIN Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

  Saudara R. Abdul Malik Kepada Yth, Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu’alaikum Wr.Wb

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : R. Abdul Malik NIM : 21108020 Jurusan : Syari’ah Program studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Judul : KETIDAKHADIRAN PEMOHON DALAM

  PELAKSANAAN IKRAR TALAK (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Ambarawa).

  Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

  Salatiga, 27 Juli 2012 Pembimbing,

  

SKRIPSI

KETIDAKHADIRAN PEMOHON DALAM PELAKSANAAN

  

IKRAR TALAK

(Studi Kasus di Pengadilan Agama Ambarawa)

DISUSUN OLEH

R. ABDUL MALIK

  

NIM: 21108020

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Syari’ah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Agustus 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Hukum Islam

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag __________________ Sekretaris Penguji : Abdul Aziz, N.P, MM __________________ Penguji I : Evi Ariyani, MH __________________ Penguji II : Ilyya Muhsin, Msi __________________

  Penguji III : Luthfiana Zahriani, MH __________________ Salatiga, 14 September 2012 Ketua STAIN Salatiga

  DEKLARASI Bismillahirrahmanirrahim

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : R. Abdul Malik NIM : 21108020 Jurusan : Syari’ah Program : Ahwal Al Syakhsiyyah

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.

  Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah Salatiga, 11 Agustus 2012

  Penulis R. Abdul Malik

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  M OTTO "Sesuat u perbuat an halal yang paling dibenci oleh Allah Azza Wajalla adalah t alak (perceraian)." (HR. Abu D awud)

  PE RSE M BAH AN Sekripsi ini kupersembahkan unt uk : Allah SWT

  Bapak-ibuku (Bp. Abdurrachman dan I bu M uawanah) Kakak-kakakku (Yusuf , Ruqoyah, Fat imah)

“Seseorang yang selama beribu-ribu hari, berpuluh ribu jam, dan berat us ribu

menit selalu meemberi sunt ikan energi positif yang menguat kan ragaku

  Sahabat -sahabat i PM I I kot a salat iga Teman-t eman AHS ’08 Teman-t eman kont rakan senasib seperjuangan (Arif ,Azis,Ant ok,Cat ur,Rehan)

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan taufiq, hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Syariah di STAIN Salatiga. Shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia menuju jalan yang lurus yang diridhoi Allah SWT. Selanjutnya, dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis sangat terbantu dengan adanya do’a, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, untaian do’a dan terimah kasih yang tulus- ikhlas dari lubuk hati yang paling dalam kami sampaikan kepada mereka yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, khususnya kepada yang terhormat: 1.

  Bapak. Dr. Imam Sutomo, M. Ag. Selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Mubasirun, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Syariah 3. Bapak Ilyya Muhsin, SHI, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ahwal Al-

  Syakhsiyah Jurusan Syariah 4. Ibu Heni Satar Nurhaida Selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktunya semata-mata untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun hingga terselesaikannya skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga, khususnya dosen jurusan Syari’ah yang telah mencurahkan ilmunya selama penulis belajar di STAIN

7. Keluarga besar Pengadilan Agama Ambarawa kabupaten semarang

  Terakhir, penulis sangat menyadari bahwa skripsi yang berjudul “KETIDAKHADIRAN PEMOHON DALAM PELAKSANAAN IKRAR TALAK (Studi Kasus di Pengadilan Agama Ambarawa)” masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama bagi Civitas Akademika STAIN Salatiga.

  Penulis R. Abdul Malik

  

ABSTRAK

  Malik, R. Abdul 2012. Ketidakhadiran pemohon dalam pelaksanaan ikrar talak (Studi kasus di Pengadilan Agama Ambarawa). Skripsi. Jurusan Syari’ah.

  Program Studi Ahwal Al-Syakhsyiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Heni Satar Nurhaida, SH. M.Si

  Kata kunci : Ikrar talak, Ketidakhadiran pemohon

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tentang perkara cerai talak di Pengadilan Agama Ambarawa, yang pemohonnya tidak hadir dalam sidang penyaksian ikrar talak. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Apa yang melatar belakangi Pemohon tidak hadir dalam pelaksanakan ikrar talak? (2), akibat Hukum dari ketidakhadiran Pemohon dalam pelaksanaan sidang ikrar talak ?, (3) Upaya Hukum apa yang dapat ditempuh pasca penetapan Pengadilan Agama Ambarawa?.

  Untuk menjawab dari fokus penelitian, maka penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research) yang dilakukan di Pengadilan Agama Ambarawa.

  Hasil dari penelitian dapat diketahui bahwa yang melatarbelakangi pemohon tidak hadir dalam ikrar talak antara lain: Adanya pembebanan atau kewajiban untuk membayar sejumlah uang yang harus dia bayar, meliputi: nafkah masa lampau, mut’ah, iddah dan nafkah anak, ketidak tahuan adanya pemanggilan karena pergi jauh, tidak tahu keberadaannya, Pemohon beranggapan dengan adanya putusan ijin ikrar talak dari Pengadilan Agama maka sudah selesai berperkara dan sudah cerai, faktor alam meliputi : rukun lagi dengan istri, meninggal dunia. Akibat hukum dari tidak hadirnya pemohon dalam penyaksian ikrar talak adalah gugurnya kekuatan hukum penetapan ikrar talak dan pemohon tidak dapat mengajukan permohonan lagi dengan alasan yang sama (pasal 70 ayat

  6 Undang-Undang 7 Tahun 1989). Upaya hukum termohon pasca gugurnya kekuatan penetapan izin ikrar talak secara tegas dalam Undang-Undang tidak mengaturnya, akan tetapi dalam praktek, termohon dapat mengajukan gugatan cerai terhadap suami baik dengan alasan-alasan yang sebagaimana dalam permohonan tersebut atau dengan alasan-alasan yang dibenarkan Undang-undang.

  Demi terwujudnya kepastian hukum, maka perlu adanya aturan hukum yang tegas khususnya untuk pihak pemohon (suami) yang tidak bersedia melaksanakan sidang ikrar talak dan perlu juga adanya sanksi terhadap pemohon pasca gugurnya penetapan ikrar talak tersebut.

  DAFTAR ISI

  LEMBAR BERLOGO ....................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................... iv HALAMAN DEKLARASI ................................................................................ v HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................. .................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................... ................... vii HALAMAN ABSTRAK ................................................................... ................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................... .................... x

  BAB I PENDAHULUAN A. latar belakang ....................................................................................

  1 B. Fokus Penelitian .......................................................... ........................

  5 C. Tujuan Penelitian ......................................................... .......................

  5 D. Kegunaan Penelitian .................................................... .......................

  6 E. Penegasan Istilah ......................................................... ........................

  7 F. Metode Penelitian ......................................................... .......................

  7 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................. ........................

  8 a. Metode Pendekatan ...................................................................

  8 b. Lokasi Penelitian .................................................... ..................

  9

  2) Data Skunder ...................................................... ...................

  10 2. Prosedur Pengumpulan Data ...................................… ...................

  10 a. Wawancara (Interview) ..................................... .......................

  10 b. Observasi (pengamatan)...................................... .......................

  11 3. Analisis Data ........................................................ ...........................

  12 4. Pengecekan Keabsahan ......................................... ..........................

  13 5. Tahap-tahap Penelitian .......................................... .........................

  14 G. Tinjuan Pustaka .......................................................... ........................

  15 H. Sistematika Penulisan................................................. .........................

  17 BAB II KAJIAN PUSTAKA

  A. Tinjauan Umum tentang Perceraian

  1. Pengertian perceraian………………………………………………

  20 2. Syarat-syarat perceraian ..................................................................

  22 3. Jenis-jenis perceraian.......................................................................

  24 B. Penyelesaian Perkara Cerai Talak 1. Tata cara permohonan cerai talak........................... .........................

  28 2. Asas pemeriksaan cerai talak.................................. .........................

  40 3. Keputusan cerai talak dan upaya hukum istri........... .......................

  43 4. Tata cara pengucapan ikrar talak.......................... ...........................

  44 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.

  Gambaran Umum Pengadilan Agama Ambarawa.

  3. Kompentensi Pengadilan Agama Ambarawa .......... ...................

  55 B. Perkara cerai talak yang gugur kekuatan penetapan di Pengadilan Agama Ambarawa................. .................................

  59 1. Perkara dengan register Nomor: 0519/Pdt. G/2011/PA.Amb…..

  59 2. Perkara dengan register Nomor: 0706/Pdt.G/2010/PA.Amb…. ..

  67 3. Perkara dengan register Nomor: 024/Pdt.G/1996/PA.Amb…. ....

  71 C. Akibat Hukum dari Ketidakhadiran Pemohon dalam Pelaksanaan Sidang Ikrar Talak .....................................................

  77 D. Faktor yang Melatarbelakangi Pemohon Tidak Hadir dalam Melaksanakan Ikrar Talak. ............................................................

  78 E. Upaya Hukum yang Dapat Ditempuh Ketika Perkawinan Tidak Dapat Dipertahankan Kembali Pasca Penetapan Pengadilan Agama...........................................................................................

  81 BAB IV PEMBAHASAN

  A. Analisis tentang Akibat Hukum dari Ketidakhadiran Pemohon dalam Sidang Ikrar Talak……………………………… ..................

  84 B. Analisis tentang Faktor yang Melatar belakangi Pemohon Tidak Hadir dalam Pelaksanakan Ikrar Talak………… ...................

  87 C. Analisis tentang Upaya Hukum Pasca Penetapan Pengadilan Agama Ambarawa………………………………………... ..........................

  92 BAB V PENUTUP

  DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... .....................

  99 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................. ................ 101

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita yang diharapkan di dalamnya tercipta rasa sakinah, mawaddah dan rahmah. Thalib (1974:47) berpendapat bahwa “perkawinan merupakan perjanjian yang

  suci, kuat, dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang kekal, santun menyantuni, kasih mengasihi, tentram dan bahagia.” Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya saling pengertian dan saling memahami kepentingan kedua belah pihak, terutama lagi yang terkait dengan hak dan kewajiban.

  Dalam usaha membina keluarga yang bahagia dan sejahtera sangatlah perlu meletakkan perkawinan sebagai ikatan suami isteri dalam kedudukan yang semestinya seperti yang diajarkan oleh agama yang dianut.

  Perkawinan bukan hanya menyangkut unsur-unsur lahiriyah, melainkan meliputi unsur-unsur batiniyah. Membentuk keluarga jelas untuk mendapatkan keturunan sebagai penerus keluarga, memelihara dan mendidik anak-anak dengan kasih sayang secara bertanggung jawab.

  Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, tentang keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan perkawinan sangatlah mulia, terkadang mendapatkan cobaan yang cukup berat dalam mewujudkannya, karena untuk membentuk keluarga yang damai dan teratur amatlah sulit.

  Di dalam kehidupan rumah tangga sering di jumpai orang (suami isteri) mengeluh dan mengadu kepada orang lain ataupun kepada keluarganya, akibat karena tidak terpenuhinya hak yang harus diperoleh atau tidak dilaksanakannya kewajiban dari salah satu pihak, atau karena alasan lain, yang dapat berakibat timbulnya suatu perselisihan diantara keduanya (suami isteri) tersebut. Dan tidak mustahil dari perselisihan itu akan berbuntut pada putusnya ikatan perkawinan (perceraian).

  Pasal 65 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama menyebutkan “ perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.”

  Walaupun perceraian adalah urusan pribadi atas kehendak bersama atau salah satu pihak yang seharusnya tidak perlu adanya campur tangan pemerintah, namun untuk menghindarkan tindakan sewenang-wenang dari pihak suami dan juga demi kepastian hukum, maka perceraian harus melalui lembaga peradilan. (Harahap, 2003:215 )

  Penyelesaian perceraian bagi mereka yang melangsungkan perkawinan Agama, hal ini sesuai dengan pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

  Dengan demikian, maka perceraian dianggap sah menurut hukum apabila telah diputus oleh pengadilan yang berwenang dan juga dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  Dalam suatu negara hukum seperti Indonesia, Pengadilan adalah suatu badan atau lembaga peradilan yang merupakan tumpuan harapan untuk memperoleh keadilan. Oleh karena itu jalan yang terbaik untuk memperoleh suatu jalan penyelesaian dalam perkara perceraian dalam negara hukum adalah melalui badan peradilan tersebut.

  Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 telah mengatur tentang wewenang hakim bunyinya : “Hakim adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman”

  Begitu pula di dalam pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, bahwa Pengadilan Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Pengadilan Agama merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman untuk rakyat pencari keadilan yang beragama Islam, mengenai perkara tertentu yang diatur dalam Undang-Undang.

  Apabila suami hendak menceraikan istri, jalur hukum yang harus ditempuhnya melalui gugat permohonan ke Pengadilan Agama. Menurut ketentuan pasal 66 ayat (1) jo pasal 67 huruf a, dalam perkara cerai talak tidak

  Menurut pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang menyebutkan bahwa seorang suami yang beragama Islam, yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama untuk mengadakan sidang ikrar talak. Selanjutnya di dalam pasal 70 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, menyebutkan bahwa terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, Pengadilan Agama selanjutnya menentukan hari sidang ikrar talak dengan memanggil suami dan istri atau wakilnya untuk menghadiri sidang tersebut.

  Prakteknya seringkali suami atau wakilnya tidak hadir dalam persidangan pelaksanaan ikrar talak, seperti kasus yang terjadi di Pengadilan Agama Ambarawa, di mana suami mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama untuk menceraikan istrinya dengan alasan sudah tidak ada kecocokan di dalam membina keluarga, pihak suami memohon kepada Pengadilan Agama untuk memberikan izin pengucapan ikrar talak terhadap istri, berdasarkan penilaian dan pertimbangan dari Pengadilan, akhirnya Pengadilan memberikan izin kepada suami untuk mentalak istrinya di depan persidangan, selanjutnya Pengadilan menetapkan hari sidang penyaksian ikrar talak, akan tetapi dalam pelaksanaan ikrar talak suami atau wakilnya tidak hadir setelah dipanggil secara patut dan sah.

  Berdasarkan paparan diatas, maka timbul permasalahan yang yang melatarbelakangi pihak (Pemohon) suami tidak melaksanakan ikrar talak. Selanjutnya permasalahan tersebut penulis tuangkan dalam skripsi dengan Judul “KETIDAKHADIRAN PEMOHON DALAM PELAKSANAAN IKRAR TALAK ( Studi Kasus Di Pengadilan Agama Ambarawa ).” B.

   Fokus Penelitian

  Berkaitan dengan latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas, maka permasalahan-permasalahan yang akan penulis kemukakan adalah sebagai berikut 1.

  Apa yang melatar belakangi Pemohon tidak hadir dalam melaksanakan ikrar talak?

  2. Apa akibat Hukum dari ketidakhadiran Pemohon dalam pelaksanaan sidang ikrar talak?

  3. Upaya Hukum apa yang dapat ditempuh ketika perkawinan tidak dapat dipertahankan kembali pasca penetapan Pengadilan Agama ?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa yang melatar belakangi Pemohon tidak hadir dalam

  2. Untuk mengetahui akibat hukum dari ketidakhadiran Pemohon dalam pelaksanaan sidang ikrar talak

  3. Untuk mengetahui upaya hukum apa yang dapat ditempuh ketika perkawinan tidak dapat dipertahankan kembali pasca penetapan

  Pengadilan Agama

D. Kegunaan Penelitian

  Untuk memberikan hasil yang bermanfaat, serta diharapkan mampu menjadi dasar secara keseluruhan untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan secara teoritis maupun praktis, maka penelitian ini sekiranya dapat berguna di antaranya :

  1. Kegunaan Teoritis Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan hukum perdata di lingkungan

  Peradilan Agama yang menyangkut dalam bidang perkawinan khususnya perkara perceraian.

  2. Kegunaan Praktis a.

  Bagi Pengadilan Agama Ambarawa Dapat memberikan kontribusi bahan pertimbangan terhadap kemajuan di bidang ilmu hukum yang menyangkut dalam bidang perkawinan khususnya perkara perceraian.

  Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berpikir kritis serta pemenuhan prasyarat dalam menyelesaikan pembelajaran hukum perdata islam dalam bidang hukum keluarga c. Bagi Masyarakat

  Untuk memberikan wawasan dan mensosialisasikan kepada masyarakat luas mengenai betapa pentingnya mengetahui proses berperkara di Pengadilan Agama khususnya dalam perkara perceraian.

E. Penegasan Istilah 1.

  Cerai adalah terputusnya perkawinan antara suami dan istri 2. Talak ialah ikrar suami dihadapan sidang pengadilan. Jadi cerai talak ialah terputusnya tali perkawinan (akad nikah) antara suami dengan istrinya dengan talak yang diucapkan suami di depan sidang Pengadilan Agama (Hoerudin, 1999:17 ) 3. Ikrar adalah kata-kata yang diucapkan dengan sepenuh hati, ucapan janji yang disertai dengan sumpah pengakuan, pengesahan dan pembenaran

  (Fajri dan Aprilia, 2005:371) F.

   Metode Penelitian

  Penelitian dapat berhasil dengan baik atau tidak bergantung dari data menilai kualitas hasil penelitian. Hal ini mutlak ada dan tidak dapat dipisahkan dari keabsahan penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis, sebagai berikut :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a.

  Metode Pendekatan Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan memakai pendekatan yuridis sosiologis.

  Penelitian yuris sosiologis adalah suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum dan fenomena atau kejadian yang terjadi di lapangan (Soekanto, 2001:26). Dalam penelitian ini yang akan di cari perihal tentang perkara cerai talak

  Jenis penelitian ini secara spesifik lebih bersifat deskriptif kualitatif, metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data seteliti mungkin tentang objek yang diteliti, dalam hal ini untuk menggambarkan proses penyelesaian cerai talak b.

  Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Ambarawa yang beralamat di JL. Mgr. Soegiyopranoto No. 105 Kelurahan

  50561 Telp. 0298 595259. Website : www.pa ambarawa.go.id Email: pa ambarawa20@yahoo.co.id c. Sumber Data

  Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu : 1)

  Data Primer Merupakan sebuah keterangan atau fakta yag secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan. Data primer diperoleh dari :

  a) Informan

  Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasinya tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang informan berkewajiban secara suka rela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan dengan kesukarelaannya ia dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam, tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat.

  Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah proses penyelesaian sidang ikrar talak, ketidak hadiran pemohon dalam sidang ikrar talak dan akibat hukumnya.

  b) Dokumen

  Adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Moloeng, 2011:216). Dalam penelitian ini setiap bahan tertulis berupa data-data yang ada di Pengadilan Agama Ambarawa berkaitan dengan penelitian seperti : buku register perkara cerai talak, berita acara cerai talak dan putusan cerai talak. 2)

  Data Sekunder Adalah data yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berbentuk laporan dan seterusnya (Soekanto, 1986:12). Sebagai data sekunder dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a)

  Undang-Undang yang mengatur tentang perkawinan

  b) Buku-buku yang terkait dengan penulisan penelitian ini

  c) Arsip-arsip yang mendukung 2.

   Prosedur Pengumpulan Data a.

  Wawancara (interview) Wawancara atau interview adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang pihak. Satu pihak berfungsi sebagai pertanyaan itu (Moleong, 2011:186). Wawancara dilakukan penulis dengan panitera, hakim Pengadilan Agama Ambarawa yang bertugas memeriksa perkara cerai talak dan juga para pihak yang berperkara cerai talak.

  b.

  Observasi (pengamatan) Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang berkaitan masalah yang diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau sekelompok manusia sebagaimana terjadi kenyataannya dan mendapatkan deskripsi yang relative lengkap mengenai kehidupan sosial dan salah satu aspek (Soekanto, 1988:239)

  Observasi ini termasuk salah satu cara yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data. Metode ini digunakan dengan jalan meneliti secara langsung kedalam lingkungan Pengadilan Agama dan mencatat hal-hal yang muncul yang terkait dengan informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Serta digunakan juga untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan lokasi dan kondisi penelitian, serta segala sesuatu yang terjadi di Pengadilan Agama Ambarawa.

3. Analisis Data

  Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Untuk menganalisisnya, data-data yang diperoleh kemudian direduksi, dikategorikan dan selanjutnya disimpulkan (Moleong, 2011:288).

  Dalam penganalisaan data tersebut penulis menggunakan analisa kualitatif yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis serta lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti sebagai sesuatu yang utuh, yakni dimulai dengan menggambarkan dan menguraikan tentang prosedur berperkara cerai talak yang diatur dalam pasal 65 sampai dengan pasal 72 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama secara sistematis, cermat faktual dengan pola pikir deduktif yaitu mengemukakan teori-teori atau dalil-dalil yang bersifat umum tentang berperkara cerai talak kemudian dilakukan analisis terhadap data tentang praktik berperkara cerai talak.

  Dalam hal ini akan diuraikan dan dipaparkan data-data yang mendukung terhadap prosedur berperkara cerai talak di Pengadilan Agama Ambarawa dan kesimpulannya diperoleh dengan pola pikir deduktif, yakni dari pola umum ke pola khusus yang mengacu pada norma hukum tentang cerai talak serta penerapannya di Pengadilan talak, khususnya ketidakhadiran Pemohon dalam pelaksanaan ikrar talak dan akibat hukumnya.

4. Pengecekan Keabsahan Data

  Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan suatu data.

  Keabsahan suatu data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moloeng, 2011:330). Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam hal ini peneliti menggunakan dua dari keempat macam triangulasi yaitu sumber dan teori.

  Dengan kedua macam triangulasi tersebut, maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan sebagai berikut: a)

  Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan

b) Mengecek dengan berbagai sumber data (Moleong, 2011:331-332).

5. Tahap - tahap Penelitian

  Setelah peneliti menentukan tema yang akan diteliti maka peneliti melakukan beberapa tahapan untuk melakukan penelitian, lokasi, tentunya dengan memasukkan surat izin terlebih dahulu sesuai dengan prosedur yang berlaku. Selanjutnya memasuki tahap kedua yaitu pencarian data, dalam hal ini peneliti menggali informasi secara mendetail dari informan dengan mewawancarai kepada hakim, panitera dan para pihak yang berperkara tentang perkara perceraian, khususnya perkara cerai talak. Dalam penelitian ini juga mencari data- data tertulis berupa dokumen atau arsip-arsip yang berhubungan dengan perkara cerai talak di Pengadilan Agama Ambarawa. Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul semua, memasuki tahap ketiga yaitu menganalisis data yang ditemukan untuk diperoleh data yang matang dan akurat, dengan cara data-data tersebut direduksi dan selanjutnya disimpulkan. Tahap keempat, selanjutnya peneliti melakukan pengecekan data untuk mengetahui kevaliditasan data yang ditemukan di lapangan baik yang tertulis maupun tidak tertulis dengan yang ada diteori, dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber dan teori.

G. Tinjuan Pustaka

  Permasalahan mengenai perkara perceraian talak sebelumnya pernah dibahas oleh beberapa skripsi, akan tetapi fokus permasalahan yang dibahas

  1. Husni Tamrin dalam skripsinya yang berjudul “TALAK SUAMI KETIKA MABUK DAN MARAH (STUDI ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QORDHOWI).” Dalam skripsi ini mengungkapkan bahwa talak itu sah dan terjadi jika dilakukan dalam keadaan sadar. Penulis menyebutkan bahwa talak dalam kerterpaksaan dan marah talaknya dianggap tidak terjadi.

  2. Elia Indriyani dengan skripsi yang berjudul “CERAI TALAK AKIBAT

  ISTRI TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi putusan Pengadilan Agama Salatiga No.395/pdt.G/2005/PA.SAL).” yang mengungkapkan tentang kewajiban istri yang tercamtum di dalam KHI dan kitab fiqh. Jika istri tidak melakukan kewajiban tersebut, maka suami berhak mentalak istri.

  3. Perceraian merupakan perbuatan yang dibenarkan, akan tetapi hal itu sangat dibenci oleh Allah, karena dengan adanya perceraian tersebut mengakibatkan perubahan status sosial, baik itu mengenai anak, istri dan suami bahkan pemerintah pun telah membuat peraturan yang mempersulit perceraian. Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Perkawianan No. 1 Tahun 1974. Yang telah di ungkapkan oleh Yasin Anwar dalam skripsinya yang berjudul “PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DIDESA KAWENGEN, KECAMATAN UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2003/2004).”

  Dalam skripsi ini hanya membahas talak secara hukum Islam yang diterapkan oleh masyarakat secara tekstual Al Qur’an, karena sebagian masyarakat kurang paham tentang hukum peradilan

  5. HUKUM TERHADAP

  ISTRI DALAM “PERLINDUNGAN

  MEMPEROLEH HAK NAFKAH AKIBAT CERAI TALAK (Studi kasus di Pengadilan Agama brebes tahun 2001).” Skripsi yang disusun oleh Wahyu Izzati, dalam skripsinya menerangkan tentang tidak terpenuhi hak- haknya atas mantan suami yang telah mentalaknya, dengan alasan kurang pahamnya tentang peradilan.

  Dari kelima skripsi tersebut yang memaparkan mengenai perkara cerai talak dalam fokus permasalahan yang beraneka ragam, yang digunakan oleh penulis sebagai gambaran umum untuk menyusun skripsi.

  Penelitian ini secara khusus membahas mengenai ketidakhadiran Pemohon dalam pelaksanaan ikrar talak dan akibat hukumnya, sehingga berbeda dari penelitian-penelitiaan sebelumnya yang membahas tentang hukumnya pengucapan ikrar talak dalam keadaan mabuk, dan talak yang dilakukan di luar pengadilan. Penelitian yang dilakukan Wahyu Izzati hanya membahas tentang akibat hukum terhadap istri pasca ditalak oleh suaminya dan tidak terpenuhi hak-haknya atas mantan suami yang telah mentalaknya, dengan alasan kurang pahamnya tentang hukum acara peradilan, ikrar talak ini sudah dilaksanakan, berbeda dengan penelitian pemohon (suami) tidak hadir dalam sidang penyaksian ikrar talak tanpa alasan yang jelas, faktor atau alasan yang melatarbelakangi tidak dilaksanakan ikrar dan akibat hukumnya dari tidak dilaksanakan ikrar talak tersebut.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami keseluruhan mengenai penelitian hokum ini. Maka penulis membagi sistematika penulisan sebagai berikut :

  Bab I : Pendahuluan, pada bab ini akan dideskripsikan secara umum keseluruhan isi dan maksud dari penelitian ini, yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

  Bab II : Kajian pustaka, pada bab ini berisi tinjauan umum tentang perceraian yaitu pertama: Pengertian perceraian, Syarat-syarat perceraian, Jenis-jenis perceraian. Kedua: Penyelesaian perkara cerai talak meliputi tata cara permohonan cerai talak, asas pemeriksaan cerai talak, keputusan cerai talak dan upaya hukum istri, tata cara pengucapan ikrar talak

  Bab III : Paparan hasil penelitian, pada bab ini terdiri dari dua sub bab. Sub bab yang pertama : Gambaran umum Pengadilan Agama Ambarawa, memuat tentang sejarah, letak geografis, kompentensi Pengadilan Agama pihak pemohon tidak hadir. Sub bab ketiga : Hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa, Panitera Pengadilan Agama Ambarawa, dan pihak yang berperkara cerai talak

  Bab IV : Pembahasan, dalam bab ini akan memaparkan tentang analisis data yang merupakan jawaban dari rumusan masalah, yaitu Ketidakhadiran pemohon dalam Pelaksanaan Ikrar Talak ( Studi Kasus Di Pengadilan Agama Ambarawa ) yang terdiri dari tiga sub bab. Sub bab

  

pertama : Analisis akibat hukum dari ketidak hadiran pemohon dalam

  pelaksanaan sidang ikrar talak. Sub bab kedua : Analisis faktor yang melatarbelakangi Pemohon tidak hadir dalam melaksanakan ikrar talak. Sub bab ketiga : Analisis langkah Hukum yang dapat ditempuh ketika perkawinan tidak dapat dipertahankan kembali pasca penetapan Pengadilan Agama Ambarawa.

  Bab V : Penutup, sub bab ini berisi Kesimpulan dari pembahasan bab- bab sebelumnya, saran-saran penulis yang mungkin dapat berguna dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan juga instansi yang terkait.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang Perceraian 1. Pengertian Perceraian Didalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tidak memberikan pengertian perceraian

  secara jelas, namun menurut Subekti (1984:42) perceraian adalah “ penghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perlawinan.” Sedangkan menurut pendapat Syahlani (1993:53) “ perceraian adalah suatu keadaan dimana seorang suami dan seorang istri telah terjadi ketidakcocokan batin yang berakibat putusnya suatu tali perkawinan”.

  Sebelum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, tentang perkawinan terbukti di Indonesia ada beberapa peraturan yang mengatur tentang perkawinan, diantarnya: a.

  Bagi orang-orang indonesia asli yang beragama islam berlaku hukum agama yang telah diresuppir daerah berikut b.

  Bagi orang-orang indonesia asli lainnya berlaku hukum adat c. Bagi orang-orang indonesia asli yang beragam kristen berlaku

  Huwelijks Ordonantie Cristen Indonesia (S.1933 Nomor 74) d. Bagi orang timur asing cina dan warga indonesia keturunan cina berlaku keyenyua-ketentuan kitab undang-undang hukum perdata dengan sedikit perubahan e. Bagi orang-orang timur asing lainnya berlaku hukum adat mereka

  Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yang bersifat nasional dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Oktober 1975, maka Undang-Undang Perkawinan ini telah disahkan dan menghapus aneka warna hukum di Indonesia yang berlaku sebelumnya.

  Disisi lain didalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 juga memberlakukan agama masing-masing atau kepercayaan menjadi hukum positif masalah perkawinan termasuk perceraian, hal tersebut tampak jelas dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang perkawinan yang mengatakan tidak ada perkawinan di luar agama dan kepercayaannya sesuai Undang-Undang Dasar 1945.

  Didalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 mengatur tentang putusnya perkawinan disebabkan oleh beberapa hal yaitu pada pasal 38 yang menentukan bahwa perkawinan dapat putus karena (a) kematian, (b) perceraian dan (c) atas putusan pengadilan.

  Usman (2006:399-400) menjelaskan tentang penyebab dan alasan- alasan putusnya perkawinan sebagai berikut : a.

  Kematian Dalam hal salah seorang suami atau istri atau keduanya meninggal dunia, sehingga dengan sendirinya perkawinan mereka putus karena kematian atau putusnya perkawinan yang terjadi secara alami.

  Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan yang berwenang setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan para pihak.

  c.

  Atas Putusan pengadilan Yang dimaksud perceraian atas putusan pengadilan, perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gugatan terlebih dahulu oleh istri kepada pengadilan dan dengan suatu putusan pengadilan.

  Dan pada pasal 40 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 juga mengatur tentang keharusan adanya putusan pengadilan bagi orang yang akan menceraikan istri atau suami, pasal ini menyebutkan bahwa : a.

  Gugatan perceraian diajukan di pengadilan b.

  Tata cara mengajukan gugatan tersebut pada ayat 1 pasal ini diatur dalam peraturan perundangan tersendiri

2. Syarat-syarat Perceraian

  Menurut pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan tentang syarat-syarat perceraian sebagai berikut : 1)

  Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak

  2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antar suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri

  3) Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri terhadap ketentuan di atas, khususnya ayat 2 penjelasan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI) lebih lanjut menyebutkan bahwa alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk perceraian adalah : a.

  Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya yang sukar disembuhkan b.

  Salah satu pihak meninggalkan yang lainnya untuk masa 2 tahun tanpa izin dari pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuan c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat d.

  Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain e.

  Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri f.

  Antara suami dan istri terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus yang tidak ada harapan untuk rukun kembali.

  g.

  Suami melanggar taklik talak h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga

  Sutantio (1979:79) berpendapat “perkawinan berdasarkan keretakan yang tidak dapat diperbaiki, oleh masyarakat dianggap elegant dari pada berdasarkan perzinaan purik bukan merupakan keretakan yang tidak dapat diperbaiki”.

3. Jenis-jenis Perceraian

  Dari ketentuan tentang perceraian dalam pasal 39 sampai dengan

  pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan diatur dalam pasal 14

  7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dalam hal tersebut dapat disimpulkan adanya dua macam perceraian yaitu cerai gugat dan cerai talak: a.

  Cerai Gugat Adalah perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gugatan lebih dahulu oleh istri kepada pengadilan dan dengan suatu putusan pengadilan, pasal 40 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan :

  Ayat (1) Gugatan perceraian daiajukan kepada pengadilan Ayat (2) Tata cara mengajukan gugatan tersebut pada ayat 1 pasal ini diatur dalam peraturan perundangan tersendiri

  Menurut peraturan pelaksanaan Nomor 9 Tahun 1975, dalam penjelasan pasal 20 menegaskan sebagai berikut : “ Gugatan perceraian dimaksud dapat dilakukan oleh seorang istri yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dan oleh seorang suami atau istri yang melangsungkan perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaan itu selain agama Islam”.

  Sedangkan dalam pasal 73 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 menyebutkan : 1)

  Gugatan perceraian dilakukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kediaman penggugat, kecuali penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat

  2) Dalam hal penggugat bertempat kediaman diluar negeri gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya tempat kediaman tergugat

  Ketentuan dalam pasal 73 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 perceraian dari suami ditinjau dari segi waktu, biaya dan perjalanan dalam hal suami pergi meninggalkan tempat kediaman bersama (Syahlani, 1993:60).

  b.

  Cerai Talak Adalah terputusnya tali perkawinan (akad nikah) antara suami dengan istrinya dengan talak yang diucapkan suami di depan sidang

  Pengadilan Agama (Hoerudin, 1999:17 ) Berdasarkan perspektif hukum Islam, Usman (2006:401) mengatakan bahwa jenis-jenis talak atau perceraian dapat dibedakan atas

  : 1)

  Apabila ditinjau dari segi boleh tidaknya suami merujuk istrnya kembali, maka jenis-jenis talak itu meliputi : a)

  Talak raj’i, yakni talak yang dijatuhkan suami, dimana suami berhak rujuk selama istri masih dalam keadaan iddah tanpa harus melangsungkan akad nikah baru. Talak seperti ini adalah talak kesatu atau talak kedua b)

  Talak ba’in, terdiri atas (1) Talak ba’in shughra (kecil) adalah talak yang tidak boleh dirujuk, tetapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam masa iddah, seperti talak yang

  Dukhul ), talak dengan tebusan atau khuluk dan talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama.

  (2) Talak ba’in kubraa (besar), yakni talak yang tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali, seperti talak yang terjadi untuk ketiga kalinya dan talak sebab li’an. 2)

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

PENGELOLAANZAKAT PRODUKTIF SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN (Study Kasus Lembaga Amil Zakat Maal Dukuh, Sidomukti, Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam (S.H.I)

0 0 87

NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 156

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 150

MANAJEMEN PEMBINAAN AKHLAK PADA SISWA DI SMK KARYA NUGRAHA BOYOLALI TAHUN 2015 SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 131

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DALAM AL-QUR’AN SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

0 0 98

DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Keluarga Islam

1 1 119

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 147

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL- QUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK) SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 91

KESAKSIAN NON MUSLIM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 85