PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL- QUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK) SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL-

QUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK)

SKRIPSI

  

Disusun untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

Sakinatul Birroh

  

NIM: 11113190

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

MOTTO

﴾ ٢٨ ﴿ َذِا

  

ُنْوُكَيَ ف ْنُك ُوَل َلْوُقم ي ْنَا اًئْيَشَداَرَا ا

ُهُرْمَا اَمنَِّا

  Artinya: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghenaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya , “jadilah!” maka jadilah sesuatu itu (QS. Yâsîn/36: 82).

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1.

  Kedua orang tuaku (Mustaqim & Siti Khotimah) yang senantiasa mendoakan dan selalu percaya denganku.

  2. Saudara-saudaraku (Muh Darsul Hafidz, Siti Zahroil Batul, Siti Ayamil Choliyah) dengan adanya mereka telah memberi motivasi tersendiri.

  3. Abah & Umi (K.Muhlasin & Nyai Choiriyatik) yang telah membimbing menjadi lebih baik.

  4. Dosen pembimbing (Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.), serta para guru dan dosen yang telah membagikan ilmu.

  5. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menghiburku yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

  6. Laki-laki terbaik yang selalu setia mendampingi, mendukung, serta memberikan kebahagian dunia dan akhirat.

  7. Sivitas akademik IAIN Salatiga.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang maha Rahman yang telah mengangkat dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan paling sempurna. Dan hanya dengan petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam selalu penulis haturkan kepada uswatun khasanah Nabi Muhammad SAW, suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia. Sebagai insan yang lemah penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, akhirnya dengan berbekal kemauan serta dukungan dari berbagai pihak, maka tersusunlah skripsi ini dengan judul

  “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL QUR‟AN TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK. Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung serta membantu dalam penulisan skripsi ini.

  Saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 22 maret 2017 Sakinatul Birroh

  NIM. 11113190

  

ABSTRAK

  Birroh, Sakinatul. 2017. Pendidikan Multikultural

  dalam Al Qur’an Telaah Interpretatif Tematik. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  (FTIK). Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.

  Kata Kunci: Pendidikan Multikultural dalam Al Qur’an

  Begitu banyak keragaman (multikultural) yang ada di dunia ini mulai dari budaya, suku, etnis, bahasa, agama, bahkan kepercayaan yang berbeda. Tak jarang hal ini bisa menjadi salah satu sebab timbulnya suatu konflik. Sebenarnya keragaman tersebut tidak perlu dipermasalahkan karena memang sudah menjadi

  

sunatullah . Jadi hal yang mustahil jika ada seseorang yang mempunyai keinginan

  untuk menyeragamkan keragaman tersebut. Melalui pendidikan multikultural diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengahadapi keragaman (multikultural) yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural, serta untuk mengetahui ajaran multikultural yang terdapat dalam Al Qur‟an yaitu dalam QS. Ar Rum ayat 22, Qs. Al Hujurat Ayat 13, Qs. Fatir Ayat 28, Qs. Al Maidah Ayat 48, Qs. Hud Ayat 118-119.

  Dalam penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan

  kajian tafsir maudlu‟i, atau biasa disebut juga dengan tafsir tematik.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan multikultural merupakan sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai ragam perbedaan dalam bentuk budaya, bahasa, suku, ras, serta agama, untuk membentuk sikap saling menghormati dan menghagai antar sesama manusia. Kemudian terdapat ajaran multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22 mengenai keragaman dalam hal komunikasi yaitu keragaman dalam bentuk bahasa, serta keragaman ras yaitu keragaman bentuk dan warna kulit, dimana setiap manusia atau individu memiliki bentuk dan warna kulit yang berbeda. Sedangkan dalam QS. Al Hujurat ayat 13 menjelaskan tentang diciptakannya laki-laki dan perempuan yang berpasang-pasang dalam bangsa-bangsa dan suku yang berbeda. Kemudian dalam QS. Fatir ayat 28 dijelaskan adanya perbedaan pada setiap makhluk. Dijelaskan pula dalam QS. Al Maidah ayat 48 yaitu tentang adanya perbedaan pendapat dari setiap umat. Serta QS. Hud ayat 118-119 yang memiliki perbedaan prinsip pada setiap umat bahkan dalam beragama.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

  

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 6 E. Metode Penelitian.................................................................. 7 F. Pennegasan Istilah ................................................................. 9

  G.

  Sistematika Penulisan ........................................................... 11

  

BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL ................ 13

A. QS. Ar Rum Ayat 22 .............................................................. 13 B. QS. Al Hujarat Ayat 13 .......................................................... 16 C. QS. Fatir Ayat 28 ................................................................... 18 D. QS. Al Maidah Ayat 48 .......................................................... 19 E. QS. Hud Ayat 118-119 ........................................................... 22

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH ............................... 24

A. Asbabun Nuzul ....................................................................... 24 B. Munasabah ............................................................................. 29

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 42

A. Pendidikan Multikultural ......................................................... 42 B. Analisis Ajaran Multikultural dalam Al Qur‟an ...................... 51

BAB V PENUTUP .................................................................................... 70

A. Kesimpulan ............................................................................. 70 B. Saran ........................................................................................ 71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah bangsa besar, memiliki georafis yang

  sangat luas, terdiri lebih dari 13.000 pulau besar maupun kecil, memiliki penduduk lebih dari 250 juta jiwa, terbentuk dari berbagai budaya, suku, etnis, bahasa, serta agama yang berbeda. Indonesia mempunyai ratusan suku, yang menggunakan hampir dari 200 bahasa daerah, serta menganut agama atau kepercayaan yang berbeda pula, seperti Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dengan demikian, maka tidak heran jika Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Para pendiri bangsa telah sadar akan hal tersebut sehingga megukuhkan semboyan berbangsa dan bernegara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi tetap bersatu. Dengan harapan semboyan tersebut dapat menjadikan jiwa bagi tubuh yang mampu mewujud ke dalam sikap berbagai kelompok untuk saling mengenal, saling memahami, saling percaya, saling menghargai, saling mengakui, dan akhirnya saling memberi manfaat.

  Meskipun demikian, adanya berbagai perbedaan dan keragaman tersebut jika tidak diimbangi dengan sikap menghargai dan menghormati satu sama lain dapat memicu persoalan dan mengakibatkan berkurangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain. Kekerasan, pemberotakan, dan pembunuhan tidak dapat dielakkan lagi. Pembunuhan besar-beasaran terhadap Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965, kekerasan terhadap etnis Cina di Jakarta pada Mei 1998, perang Islam-Kristen di Maluku Utara pada tahun 1999-2003, perang antar etnis antara warga Dayak-Madura pada tahun 1931-2000, merupakan sejarah kelam yang dialami Indonesia menyebabkan kurang lebih 2000 nyawa manusia melayang sia-sia. Selain itu, yang sedang terjadi pada akhir-akhir ini konflik perseteruan politik dan perseteruan yang mengatas namakan agama telah mengakibatkan terusiknya ketentraman masyarakat selama ini.

  Maka dari itu, menjadi keharusan bagi kita bersama untuk memikirkan upaya pemecahannya (solution). Bukan hanya dari pihak pemerintah saja yang harus bertanggung jawab dalam hal ini, akan tetapi dari kalangan pendidikan juga harus ikut memikirkannya. Para kalangan pendidikan sudah selayaknya berperan dalam menyalesaikan masalah konflik perseteruan yang terjadi di masyarakat. Minimal, pendidikan diharapkan mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa konflik atau perseteruan bukan suatu hal yang baik untuk dibudayakan.

  Dan seharusnya para kalangan pendidikan mampu memberikan tawaran- tawaran yang mencerdaskan, seperti dengan mendesign materi, metode, hingga kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya sikap saling toleran, menghormati perbedaan suku, agama, ras, etnis dan budaya masyarakat Indonesia yang multikultural. Sudah selayaknya pendidikan berperan sebagai media transformasi sosisal budaya dan multikulturalisme. Telebih bagi pendidikan agama Islam (Mahfud, 2006: 4).

  Multikultural dimaknai sebagai paham yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah multikulturalisme juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Multikultural secara etimologi berasal dari dua kata yaitu multi (banyak/beragam) dan

  

kultural (budaya atau kebudayaan), yang berarti keberagaman budaya.

  Budaya dalam hal ini dipahami sebagai seluruh dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain. Pada awalnya istilah multikultural dikenal dengan istilah pluralisme yang mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau negara.

  Ketika memaknai pendidikan Islam multikultural, kita akan dibawa pada sebuah justifikasi yang menyatakan bahwa sebelum adanya konsep multikultural ini, Islam tidak menghargai perbedaan dalam bentuk apapun. Seperti perbedaan dalam bentuk budaya, wajah, bahasa, suku dan agama. Padahal sesungguhnya, Islamlah yang paling pertama menghargai perbedaan yang terjadi antar umat manusia. Jika ditelusuri secara mendalam, ternyata sejarah Islam lebih banyak diwarnai perdamaian. Benar bahwa terjadi banyak peperangan, tetapi kehidupan umat Islam secara keseluruhan ketika itu lebih banyak diwarnai suasana damai.

  Rasulullah Saw diutus menjadi Rasul ketika berumur 40 tahun. Kemudian beliau berdakwah selama kurang lebih 23 tahun yang bisa dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Makkah yang berlangsung selama 13 tahun, sedangkan periode Madinah berlangsung selama kurang lebih 10 tahun.

  Berdasarkan sejarah, dakwah Rasulullah saw di Makkah tidak terjadi peperangan, bahkan Rasul menjadi teladan agung dalam hal kesabaran, ketabahan, dan jiwa pemaaf. Adapun periode Madinah, memang terjadi banyak peperangan, itu karena umat Islam berusaha membela dirinya dari serangan kaum Quraish yang memusuhi mereka dan berjuang mengembalikan hak yang telah dirampas oleh kaum Quraish. Namun, meskipun banyak peperangan, Islam tetap menunjukkan keluhurannya sebagai agama yang damai. Contoh nyata dalam hal ini adalah adanya piagam Madinah yang bertujuan untuk menghadirkan kehidupan sosial yang stabil, aman, dan sejahtera di kota Madinah yang dihuni oleh masyarakat majemuk. Adanya Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat untuk suatu kesepakatan atau perjanjian perdamaian. Serta peristiwa pembebasan kota Makkah (fathul Makkah) yang bertujuan agar masyarakat Madinah yang beragam itu tetap berkomitmen untuk hidup bersama secara beradap dengan membuat kontrak-kontrak sosial yang dihormati dan dipatuhi.

  Begitu banyak ayat dalam Al Qur‟an yang menjelaskan tentang ajaran multikultural, salah satunya dalam Q.S Ar Rum ayat 22 yang menjelaskan adanya kebesaran Allah yang penciptaan langit dan bumi serta perbedaan bahasa dan warna kulit. Perbedaan bahasa adalah sebuah kewajaran. Begitu juga warna kulit, ada yang berkulit putih, hitam, coklat, dan lain-lain. Perbedaan ini adalah hal yang sudah menjadi kehendak Allah dan suatu hal yang mustahil jika ada pihak yang mempunyai keinginan untuk menyeragamkan perbedaan

  . Al Qur‟an telah mengingatkan bahwasannya Islam telah mengajarkan untuk saling menghormati antar manusia satu dengan yang lainnya. Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai universal dengan tujuan untuk memberikan rahmat bagi semesta alam, (rahmatan lil‟alamin) sehingga terdapat ayat- ayat dalam A l Qur‟an yang mengajarkan tentang perdamaian, kasih sayang, menghormati perbedaan, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

  Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi telaah pada Q.S Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119.

  Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana konsep pendidikan multikultural? 2.

  Bagaimana ajaran multikultural yang terkandung dalam Q.S Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah (Tim, 2008: 16). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural.

  2. Untuk mengetahui ajaran multikultural yang terkandung dalam Q.S Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Manfaat Teoritik Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat menambah kesadaran akan pentingnya pendidikan multikultural bagi bangsa

  Indonesia, serta menambah khasanah pengetahuan tentang adanya pendidikan multikultural dalam Islam.

2. Manfaat Praktis

  Secara praktis, ada beberapa manfaat penyampaian pesan melalui buku yaitu: a.

  Bagi bidang kepenulisan, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat karya buku yang sarat dengan pendidikan multikultural. b.

  Bagi bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan pendidikan bebasis multikultural terlebih pada pendidikan agama Islam c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

  Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

  research), merupakan penampilan argumentasi penalaran keilmuan

  yang memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti mengenai suatu masalah/topik kajian.

  2. Pendekatan Dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan

  kajian tafsir maudlu‟i, atau

  biasa disebut juga dengan tafsir tematik, yaitu cara menafsirkan kitab suci dengan menghimpun ayat- ayat Al Qur‟an dari berbagai ayat yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan. Dalam hal ini peneliti akan membahas mengenai satu topik yaitu pendidikan multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat Ayat 13, QS. Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud Ayat 118-119. Kemudian peneliti membahas dan menganalisis kandungan ayat tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mendapatkan pemahaman mengenai esensi dari kandungan ayat dalam Al Qur‟an sehingga memperoleh suatu konsep yang lebih relevan.

  3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen- dokumen atau transkip yang telah ada. Adapun data penelitian ini dibagi menjadi menjadi dua, yaitu: a.

  Data Primer Merupakan bahan pokok yang diperoleh melalui buku seperti Tafsir Jalalain.

  b.

  Data Sekunder Yaitu data yang berupa bahan pustaka yang memiliki kajian yang sama yang dihasilkan dari beberapa sumber lain.

  Sehingga dapat membantu memecahkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian skripsi ini. Misalnya Pendidikan

  Multikultural oleh Choirul Mahfud, serta sumber lainnya yang relevan.

  4. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan ialah Content Analysis (analisis isi), yaitu upaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu berdasarkan literature tafsir. Disini penulis hanya menafsirkan pendidikan multikultural dalam kandungan QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119. Kemudian dari hasil penafsiran surah tersebut dianalisa secara mendalam dan seksama mengenai pendidikan multikultural.

F. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menelaah judul penelitian, maka penulis akan menjelaskan istilah pokok yang terkandung dalam judul, yaitu: 1.

  Pendidikan Dalam arti khusus Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.

  Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat (Sadullah, 2014: 3).

  Pendidikan menurut Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1973 juga dijelaskan bahwasannya pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari, untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.

  Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

  Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwasannya pendidikan merupakan usaha seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan dan menjadikan seseorang agar menjadi lebih baik dari segi apapun secara sadar yang berlangsung seumur hidup.

  2. Multikultural Secara etimologis multikultural dibentuk dari kata multi yang berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya. Dalam kata tersebut terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik (Mahfud, 2006: 75).

  3. Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultur yang ada pada siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah (Yaqin, 2005: 25).

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi ini tersusun dalam tiga bagian, yaitu: 1. Bagian Awal

  Yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi.

2. Bagian Inti

  Bagian inti dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab kedua berisi kompilasi ayat-ayat yang berkenaan dengan multikultural.

  Bab ketiga merupakan asbabun nuzul dan munasabah dari ayat- ayat multikultural.

  Bab keempat berisi pembahasan mengenai pengertian pendidikan multikultural, ciri-ciri penidikan multikultural, urgensi pendidikan multikultural, tujuan pendidikan multikultural dan analisis tentang pendidikan multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, QS. Hud ayat 118- 119.

  Bab kelima, merupakan bab penutup yang merefleksikan kembali ringkasan skripsi dalam bentuk kesimpulan dan saran

3. Bagian Akhir

  Yaitu bagian yang memuat daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan lampiran-lampiran.

BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL Kebereagaman antara umat di bumi ini telah menjadi kehendak Allah dan hal

  yang mustahil dilakukan bagi siapa pun untuk menyeragamkan keberagaman tersebut. Seperti yang telah diisyaratkan dalam firman Allah:

A. QS Ar Rum Ayat 22

  ۗ ٍت ي

  ي و َلْ َكِل

  ممسلا ُقْلَخ وِت ذ ِْفِ منِا ْمُكِناَوْلَاَو ْمُكِتَنِسْلَا ُف َلَِتْخاَو ِضْرَْلْاَو ِت ا ْنِمَو ﴾ ٨٨ ﴿ عْلِل

  َْيِمِل

  Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan

  langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu, sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS Ar Rum/30: 22) Dan diantara tanda-

  ا ي

و

ممسلا ُقْلَخ وِت )ْمُكِتَنِسْلَا ُف َلَِتْخاَو ِضْرَْلْاَو ِت ْنِمَو( tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-

lainan bahasa kalian, maksudnya dengan bahasa yang berlainan (

  ْمُكِناَوْلَاَو) dan berlain-lainan pula warna kulit kalian, diantara kalian ada yang

  berkulit putih, ada yang hitam, dan lain sebagainya, padahal kalian berasal dari seorang lelaki dan seorang perempuan yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa ( sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

  ٍت ي َلْ َكِل ذ ِْفِ منِا)

  terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt ( َْيِمِل عْلِل)

bagi orang-orang menhetahui yaitu bagi orang-orang yang berakal dan

berilmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 454).

  Ayat di atas mejelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang menciptakan langit dalam hal ketinggian, keluasan, yang dihiasi dengan beraneka bintang dan planet-planet yang tetap maupun yang beredar, serta menciptakan bumi yang mempunyai gunung, sungai, laut, daratan, binatang, dan tumbuhan. Semakin maju ilmu pengetahuan manusia, semakin banyak hal baru terungkap dari keagungan dan kekuasaan Allah.

  Dahulu manusia menganggap bahwa jumlah bintang sekitar lima hingga enam ribu saja, hal ini karena mereka melihatya hanya dengan mata telanjang. Kini setelah ada teleskop yang lebih kuat, kebesaran dan keberagaman bintang-bintang dilangit semakin bertambah, dan jumahnya belum diketahui seorangpun, hanya Allah Swt yang mengetahui jumlah seluruh bintang yang ada dilangit (Imani, 2008: 141).

  Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain adalah adanya berbagai macam bahasa percakapan manusia di bumi yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Kata alsinatikum adalah jamak dari kata

  )مكتنسلأ(

  yang berarti lidah. kata ini berasal dari lasina yang berarti

  )ناسل( )نسل(

  fasih dan lancar. Kata lisân mempunyai dua bentuk jamak dengan pengertian yang berbeda. Bentuk pertama adalah alsun kata lisan

  )نسلأ( disini dipandang sebagai muanas yang berarti kata dan sebutan.

  Sedangkan bentuk kedua adalah alsinah yang dipandang sebagai

  

)ةنسلا(

  mudzakar yang berarti bahasa atau pembicaraan (Quraish Shihab, 2007: 79). Berarti perbedaan lidah disini dapat diartikan sebgai perbedaan bahasa, dialek dan intonasi (Quraish Shihab, 2007: 190).

  Meskipun manusia hidup di satu bumi, dan berasal dari asal-usul yang sama namun diantara mereka terdapat bahasa yang berbeda-beda.

  Hampir dari setiap negara memiliki bahasa yang berbeda bahkan di Indonesia sendiri memiliki lebih dari 250 bahasa daerah yang berbeda.

  Disamping adanya perbedaan bahasa juga terdapat perbedaan dalam hal warna kulit. Kata alwân, merupalan jamak dari laun, yang pada mulanya berarti warna, namun di ayat ini berarti warna kulit. Semua manusia yang ada di bumi ini tidak ada yang sama, meskipun mirip, bahkan anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari sidik jari, raut muka, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk telinga, semuanya tidak ada yang sama (Hamka, 1988: 68). Ayat di atas ditutup dengan li al-

  „âlimîn/bagi orang-orang yang alim, )يلماعلل(

  yakni bagi orang-orang yang berakal dan berilmu. Maksudnya terhadap apa yang telah dijelaskan itu terdapat tanda-tanda yang nyata bagi orang- orang yang mengetahui rahasia alam dan aturan-aturan bermasyarakat (Ash-Shiddieqy, 2000: 3171).

B. QS Al Hujarat Ayat 13

  ۗ ِو ي ُش ْمُك نْلَعَجَو ى ثْ نُاموٍرَكَذ ْنِم ْمُك

  ّللاَدْنِع ْمُكَمَرْكَا منِا اْوُ فَراَعَ تِل َلِئآَبَ قمواًبْوُع نْقَلَخامنِا ُسامنلااَهُّ يآ ۗ ﴾ ۳۱ ﴿ ّللامنِا

  قْ تَا ٌرْ يِبَخ ٌمْيِلَع َو ْمُك

  Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari

  seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS Al

  Hujarat/49: 13)

  ( Hai manusia, sesungguhnya Kami ى ي ثْ نُاموٍرَكَذ ْنِم ْمُك

  نْقَلَخامنِا ُسامنلااَهُّ يآ menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni

  dari bangsa Adam dan Hawa dan Kami menjadikan kalian

  

اًبْوُعُش ْمُك ( نْلَعَجَو

berbangsa-bangsa ) lafadz syu‟ûban adalah bentuk jamak dari lafadz sya‟bun, yang artinya tingkatan nasab keturunanyang paling tinggi

  َلِئآَبَ قَو (dan bersuku-suku) kedudukan suku berada dibaawah bangsa, setelah suku

  atau kabilah disebut Imarah, lalu Batn kemudian Fakhs dan yang paling bawah adalah Fasilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah nama satu Imarah, Qusay adalah nama suatu Batn, Hasyim adalah nama suatu Fakhs, dan Al Abbas adalah nama suatu Fasilah. (supaya

  اْوُ فَراَعَ تِل kalian saling mengenal) lafaz ta‟ârafû asalnya adalah tata‟ârafû,

  kemudian salah satu dari kedua huruf ta dibuang sehingga jadilah

  ta‟ârafû,

  maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang lain, bukan saling untuk membanggakan ketinggian nasab atau keturunan, karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dari segi ketakwaan.

  (sesungguhnya orang yang paling ۗ ّللامنِا

  قْ تَا ِو ٌمْيِلَع َو ْمُك ّللاَدْنِع ْمُكَمَرْكَا منِا

mulia diantata kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.

  

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian (lagi Maha

ٌرْ يِبَخ

  

Mengenal) apa yang tersimpan didalam batin kalian (Al-Mahalli & As

Suyuti, 2016: 895).

  Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun ketika Fathul Makkah Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk adzan. Berkatalah beberapa orang: “Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka‟bah?”. Maka berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan meggantinya”. Kemudian ayat ini turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah yang paling taqwa (Shaleh, Dahlan & Dahlan, 1990: 475).

  Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik dan positif. Adanya perbedaan-perbedaan itu bukanlah ukuran untuk menilai apakah seseorang itu baik atau buruk. Derajat kebaikan manusia diukur dari ketaqwannya. Tidak peduli apakah dia laki-laki atau perempuan, berkulit putih atau hitam, asal bertaqwa kepada Allah Swt, maka dia tergolong orang baik (Ihsan, 2015: 27).

C. QS Fatir Ayat 28

  ۗ ۗ ذَك و ّللا ىَشَْيَ اَمنَّا َكِل اُؤ

  مَلُعْلا ِهِداَبِع ْنِم َو ُناَوْلَا ٌفِلَتُْمُ ِمَاعْنَْلْاَو ِّبآَومدلااَو ِسامنلا َنِمَو ﴾ ٨٢ ﴿ ّللا منِا ٌرْوُفَغ ٌزْ يِزَع َو

  Artinya: Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk

  bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam- macam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa,

  (QS Fatir/35: 28) Maha Pengampun.

  (Dan demikian pula َكِل ذَك وُناَوْلَا ٌفِلَتُْمُ ِمَاعْنَْلْاَو ِّبآَومدلااَو ِسامنلا َنِمَو diantara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang

  sebagaimana

  ternak ada yang bermacam-macam warnanya) beranekaragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.

  (sesungguhnya yang takut kepada Allah ّللا ىَشَْيَ اَمنَّا اُؤ

  مَلُعْلا ِهِداَبِع ْنِم َو diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama) . ( Sesungguhnya

  ّللا منِا ٌزْ يِزَع َو Allah maha perkasa), (lagi maha pengampun) terhadap dosa-dosa

  ٌرْوُفَغ hamba-Nya yang mukmi (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 576).

  Pada ayat ini menerangkan tentang adanya pebedaan bentuk dan warna makhluk hidup. Firman-Nya: kadzaalika dipahami oleh

  )كلذك(

  banyak ulama dalam arti keragaman. Ayat ini menggarisbawahi tentang adanya perbedaan dari setiap makhluk meskipun berasal dari sumber materi yang sama (Quraish Shihab, 2012: 62).

D. QS Al Maidah Ayat 48

  

ْمُهَ نْ يَ ب ْمُكْحاَف ِوْيَلَع ا ًنِمْيَهُمَو ِب تِكْلا َنِم ِوْيَدَي َْيَ باَمِّلاًقِّدَصُم ِّقَحْلِب َب تِكْلا َكْيَلِاآَنْلَزْ نَاَو

ۗ ۗ ّللا َلَزْ نَاآَِبِ

اًجاَهْ نِممو ًةَعْرِش ْمُكْنِم اَنْلَعَج ٍّلُكِل ِّقَْلْا َنِم َكَءآَجاممَع ْمُىَءآَوْىَا ْعِبمتَ تَلَْو ُو

  ۗ ِت ت ُك ّللا َلَِا

  ْمُكُعِجْرَم ِو رْ يَْلْااوُقِبَتْسَف ْم لمو ًةَدِحامو ًةممُا ْمُكَلَعََلَ ُو ّللاَءآَشْوَلَو اآَم ِْفِ ْمُكَوُلْ بَيِّل ْنِك ﴾ ٨٢ ﴿ َنْوُفِلَتَْتَ ِوْيِف ْمُتْنُكاَِبِ ْمُكُئِّبَنُ يَ فاًعْ يَِجَ

  Artinya:

  Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitab- kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami

  berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan (QS Al Maidah/5: 48).

  Dalam surat Al Maidah ayat 48 ini menerangkan bahawa Al Qur‟an adalah bukti dan saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang terdahulu (Quraish Shihab, 2012: 276). Al Qur‟an menghapus sebagian hukum pada kitab terdahulu, yang didalamya terdapat kesulitan, beban, dan belenggu.

  Syariat memang berbeda, namun dasar agama tetap satu, yaitu Islam. Umat Yahudi memiliki syariat yang terperinci dalam hukum-hukum yang dikhususkan untuk mereka. Begitu pula umat Kristen dan umat Islam. Kendati demikian, sesungguhnya agama yang disisi Allah Swt adalah Islam (Tim Qisthi Press, 2008: 522).

  (Dan telah Kami turunkan padamu) hai Muhammad ِب تِكْلا

  َكْيَلِاآَنْلَزْ نَاَو

(kitab) (dengan kebenaran) berkaitan dengan anzalna

  Al Qur‟an

  ِّقَحْلِب

  (membenarkan apa yang terdapat dihadapannya) maksudnya

  ِوْيَدَي َْيَ باَمِّلاًقِّدَصُم

  yang sebelumnya (diantara kitab dan menjadi saksi) atau

  اًنِمْيَهُمَو ِب تِكْلا َنِم

  batu ujian (terhadapnya) . Kitab disini maksudnya ialah kitab-kitab

  ِوْيَلَع

  terdahulu. (sebab itu putuskanlah perkara mereka) maksudnya

  ْمُهَ نْ يَ ب ْمُكْحاَف antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu (dengan apa yang

  ُو ّللا َلَزْ نَاآَِبِ

diturunkan Allah) kepadamu (dan jaganlah kamu mengikuti

  ْمُىَءآَوْىَا ْعِبمتَ تَلَْو hawa nafsu mereka) dengan menyimpang

  ۗ ْمُكْنِم اَنْلَعَج ٍّلُكِل ِّقَْلْا َنِم َكَء آَجاممَع

(dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat diantara

kamu Kami beri) hai manusia (aturan dan jalan) maksudnya jalan

  اًجاَهْ نِممو ًةَعْرِش yang nyata dalam agana yang akan mereka tempuh.

  ًةَدِحامو ًةممُا ْمُكَلَعََلَ ُو ّللاَءآَشْوَلَو

(sekiranya dikehendaki Allah, tentulah kamu dijadikan-Nya satu umat) degan

  hanya satu syariat, (tetapi) dibagi-baginya kamu kepada beberapa

  لمو ْنِك

  golongan (untuk mngujimu) (mengenai apa yang telah

  ت ُك ْم اآَم ِْفِ ْمُكَوُلْ بَيِّل

diberikan-Nya kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk

  melihat siapakah diantara kamu yang taat dan siapa pula yang durhaka (Al- Mahalli & As-Suyuti, 2016: 450).

  Pada ayat ini menjelaskan sebenarnya Allah bekuasa untuk membuat manusia menjadi umat yang satu dan seragam tanpa perbedaan. Namun itu tidak dikehendakinya. Sebaliknya, Allah menciptakan umat manusia berjenis- jenis dan beraneka ragam. Ketetapan Allah ini bertujuan untuk menguji hamba-hamba-Nya membuat mereka berbeda dalam syariat agar Allah Swt melihat siapa yang taat dan siapa yang bermaksiat kepada-Nya, serta siapa yang membenarkan dan siapa yang mendustakan-Nya. Serta mendorong mereka untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Artinya perbedaan fisik, agama, budaya, suku, ras dan jenis kelamin, bukanlah suatu hal yang perlu dipersoalkan, melainkan anugerah Allah Swt agar manusia saling mengenal dan saling memahami.

E. QS. Hud Ayat 118-119

  ۗ ﴾ ١١٢ ﴿

َمِحمر ْنَمملِْا َْيِفِلَتُْمُ َنْوُلاَزَ يَلْموًةَدِحاموًةممُا َسامنلا َلَعََلَ َكُّبَرَءآَشْوَلَو

ۗ ۗ

  ﴾ ۳۳۱ ﴿ ْمُهَقَلَخ َكِل ذِلَو َكُّبَر َْيِعَْجََا ِسامنلاَو ِةمنِْلَا َنِم َممنَهَج منَئَلْمََلْ َكِّبَر ُةَمِلَك ْتمَتََو

  Artinya:

  118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. 119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)

  Kata law dalam firman-Nya:

  )ول( ًةَدِحاموًةممُا َسامنلا َلَعََلَ َكُّبَرَءآَشْوَلَو sekiranya Allah menghedaki menunjukkan bahwa hal tersebut tidak

  dikehendaki-Nya karena kata law tidak digunakan kecuali untuk mengandaikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil. (Jikalau

  Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu)

  pemeluk agama. (tetapi mereka senantiasa berselisih

  َْيِفِلَتُْمُ َنْوُلا َزَ يَلْمو pendapat) dalam masalah agama. (kecuali orang-orang yang

  َكُّبَر َمِحمر ْنَمملِْا

  

diberi rahmat oleh Tuhanmu) artinya Allah telah menghendaki kebaikan

  dari mereka sehingga mereka tidak berselisih pendapat tentangnya,

  (dan untuk itulah Allah menciptakan) sebagian diantara ْمُهَقَلَخ َكِل ذِلَو

  mereka yang suka berselisih dan sebagian yang lain ada yang diberi rahmat oleh-Nya sehingga mereka tidak berselisih mengenai agama (Al- Mahalli & As-Suyuti, 2016: 884). Ini berarti bahwa Allah Swt tidak menghendaki menjadikan manusia semua sejak dahulu hingga kini satu umat saja, yakni satu pendapat, satu kecerendungan, bahkan satu agama dalam segala prinsip dan perinciannya. Karena jika Allah Swt menghendaki demikian, Dia tidak akan memberi manusia kebebasan memilah dan memilih, termasuk kebebasan memilih agama dan kepercayaan (Quraish Shihab, 2012: 784).

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH A. Asbabun Nuzul 1. Pengertian Asbabun Nuzul Kata asbab merupakan jamak taksir dari sabab yang artinya

  “sebab”. Menurut lisan al-Arab diartikan saluran, yaitu segala sesuatu yang menghubungkan satu benda ke benda lainya (Efendi, Fathurrohman, 2014: 77). Kata nuzul adalah isim masdar dari nazala yang berarti menurunkan sesuatu atau kejadian sesuatu (Budiharjo, 2012: 21)

  Menurut istilah Dr. M. Quraish Shihab menjelaskan asbabun nuzul adalah: a.

  Peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat dimana ayat tersebut menjelaskan pandagan Al Qur‟an tentang peristiwa tersebut atau mengomentarinya.

  b.

  Peristiwa yang terjadi sesudah turunnya suatu ayat, dimana peristiwa tersebut dicakup pengertiannya atau dijelaskan hukumnya oleh ayat tersebut (Baidan, 2011: 135)

  Zuhdi mengatakan asbabun nuzul adalah semua yang disebabkan diturunkan suatu ayat yang mengandung sebabnya, memberi jawaban terhadap sebabnya atau memberi jawaban terhadap sebabnya atau menerangkan hukumnya pada saat terjadinya peristiwa itu (Zuhdi, 1997: 78).

  Dengan demikian secara singkat asbabun nuzul dapat diartikan sebagai sebab turunnya ayat- ayat Al Qur‟an. Asbabun nuzul biasanya terkait dengan adanya pertanyaan yang ditujukan kepada Nabi maupun peristiwa tertentu yang bukan dalam bentuk pertanyaan.

  Asbabun nuzul sangat penting untuk memberikan dampak yang

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

1 2 130

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DALAM AL-QUR’AN SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

0 0 98

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 1 122

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 93

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-FURQON AYAT 63-67 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)

1 0 80

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH UWAIS ALQARNI (Telaah Hadits Riwayat Muslim) SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 91

KONSEP PENDIDIKAN PERSPEKTIF IBNU KHALDUN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 80

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL- QUR’AN (QS.AN-NAHL AYAT 90) TERHADAP KURIKULUM AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH TSANAWIYAH SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 85

PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK (TELAAH SURAT AN-NAHL AYAT 78) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 83

KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM) SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 116