NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN SURAT YUSUF AYAT 8-18 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

AL- QUR’AN SURAT YUSUF AYAT 8-18

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

Siti Himatul Anisah

NIM. 111 14 065

BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

MOTTO

مالِعالا َق اوَف ُبَدَ الْا

  “Orang yang beradab itu diatas orang yang berilmu” (K. M. Chalim Abdus Syakur)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahlan untuk: 1.

  Keluarga tercinta Ayahanda Muslimun dan Ibunda Sofiatun yang tidak bosan mendo’akan, dan yang telah mendidik serta merawat dengan penuh kerelaan dan pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do’a restunya.

  2. Seluruh keluarga besar (Siti Basamah, Ahmad Turmudzi, Ahmad Sururi, Siti Juwariyah, Mashudi, Muhammad Khalim, Tri Nuryani) yang selalu memberi dorongan dan motivasi.

  3. Bapak Kyai M. Chazim AS dan Kyai M. Chalim AS selaku Pengasuh Pondok Pesantren Putri Darul ‘Ulum Reksosari, Suruh, Kab. Senarang yang selalu membimbing, mendidik dan menasehati.

  4. Bapak Drs. H. Nasafi, M.Pd.I selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing selama 4 tahun.

  5. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo. M.Ag. selaku pembimbing skripsi sekaligus sebagai motivator sampai sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  6. Seluruh guru yang telah mendidik dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi.

  7. Seluruh sahabat, khususnya yang ada di Pondok Pesantren Putri Darul ‘Ulum suruh, Pondok Pesantren Yasinta Salatiga dan teman PAI angkatan 2014 yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  8. Seseorang spesial yang selama ini telah menyemangati serta mendo’akan.

KATA PENGANTAR

  

مي ِح هرلٱ ِن َٰ م ۡحهرلٱ ِ هللَّٱ ِمۡسِب

  Segala puji bagi Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw. sebagai suri tauladan kita untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

  Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-

  QUR’AN SURAT YUSUF AYAT 8-18”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

  Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan karya tulis sederhana ini berkat motivasi, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini, kepada yang terhormat:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

  IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Drs. H. Nasafi, M.Pd.I, selaku pembimbing akademik 5.

  Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

  

ABSTRAK

  Siti Himatul Anisah. 2018. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-

  Qur’an Surat Yusuf Ayat 8-18 . Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof.

  Dr. H. Budihardjo. M.Ag

  Kata Kunci: Nilai, Pendidikan, Akhlak, Al- Qur’an

  Sesungguhnya pendidikan akhlak merupakan bagian yang penting dalam substansi pendidikan Islam. Rasulullah saw. diutus oleh Allah swt. untuk menjadi rasul dengan tugas menyempurnakan kemuliaan akhlak umat manusia. Akhlak dalam Tanpa akhlak, maka kehidupan manusia tidak berbeda dengan binatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji apa saja nilai pendidikan akhlak dalam al-

  Qur’an Surat Yusuf ayat 8-18. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Mengetahui nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam al-

  Qur’an Surat Yusuf ayat 8-18 dan 2) Mngetahui relevansi Nilai Pendidikan Akhlak pada al- Qur’an Surat Yusuf ayat 8-18 dalam kehidupan manusia.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian Library research, yaitu penelitian tersebut dengan mengumpulkan data-data yang ada hubungannya dengan objek penelitian, baik yang data primer (Al-

  Qur’an Surat Yusuf Ayat 8-18), Sekunder (terjemah dan tafsir al-Qur’an surat Yusuf ayat 8-18), maupun tersier (buku-buku lain yang bersangkutan dengan penelitian dicari dari sumber kepustakaan). Adapun teknis analisis data menggunakan metode tafsir Maudhu’i, deskripsi dan analisis (tahlili).

  Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam al- Qur’an surat Yusuf ayat 8-18 sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al- Qur’an surat Yusuf ayat 8-18 yaitu: 1) larangan bersifat hasad 2) Larangan bersifat angkuh dan dengki 3)Khusnudhan 4) larangan bersifat dzalim 5) jujur 6) sabar dan 7) amanah.

  Relevansi nilai pendidikan akhlak dalam al- Qur’an surat Yusuf ayat 8-18 yaitu pendidikan akhlak relevan terhadap kehidupan sehari-hari entah itu sesama saudara, keluarga ataupun masyarakat, bahwa pendidikan akhlak yang harus diterapkan disetiap diri seseorang.

  

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................

  JUDUL .................................................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ............ v

MOTTO ................................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................... .................................................... 5 C. Tujuan penelitian .................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 E. Penegasan Istilah .................................................................................. 7 F. Metode Penelitian................................................................................. 15 G. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................. 17 H. Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................. 19 BAB II NILAI PENDIDIKAN AKHLAK RUANG LINGKUPNYA A. Nilai Pendidikan Akhlak ...................................................................... 21 1. Pengertian Nilai .............................................................................. 21 2. Pengertian Pendidikan .................................................................... 22 3. Pengertian Akhlak .......................................................................... 25

  B.

  Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ..................................................... 28 1.

  Akhlak Terhadap Allah .................................................................. 28 2. Akhlak Terhadap Manusia ............................................................. 31 3. Akhlak Terhadap Alam .................................................................. 39 C. Metode Pendidikan Akhlak .................................................................. 40

  BAB III TAFSIR SURAT YUSUF AYAT 8-18 1. Asbabun Nuzul Surat Yusuf ................................................................. 42 2. Kisah Nabi Yusuf as............................................................................. 45 3. Tafsir Surat Yusuf ................................................................................ 55 a. Q.S. Yusuf ayat 8 ........................................................................... 55 b. Q.S. Yusuf ayat 9-10 ...................................................................... 60 c. Q.S. Yusuf ayat 11-12 .................................................................... 66 d. Q.S. Yusuf ayat 13-14 .................................................................... 69 e. Q.S. Yusuf ayat 15 ......................................................................... 73 f. Q.S. Yusuf ayat 16-17 .................................................................... 77 g. Q.S. Yusuf ayat 18 ......................................................................... 79 BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL- QUR’AN SURAT YUSUF AYAT 8-18 A. Nilai Pendidikan Akhlak dalam al-Qur’an ........................................... 84 B. Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak Surat Yusuf Ayat 8-18 dalam Kehidupan sehari-hari .......................................................................... 96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 104 B. Saran-Saran .......................................................................................... 105 C. Penutup ................................................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan Agama yang diturunkan Allah melalui malaikat Jibril untuk Rasulullah Muhammad saw. sebagai pedoman hidup dan

  petunjuk bagi manusia untuk mencapai kesejahteraan dunia akhirat serta sebagai pendidikan bagi manusia diseluruh alam. Islam sangat mementingkan pendidikan, dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan yang beretika dan bermoral.

  Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek tujuan. Pendidikan setidaknya memiliki tujuan mengembangkan aspek jasmani diantaranya seperti kesehatan, cakap, kreatif dan rohani yang merujuk kepada kualitas kepribadian, karakter, watak dan akhlak. Yang semua itu menjadi bagian penting dalam kehidupan. Pendidikan memiliki peran yang strategis dalam membentuk manusia menjadi individu-individu yang berkualitas, tidak hanya berkualitas dalam aspek skill, kognitif, afektif, tetapi juga aspek spiritual. Melalui pendidikan individu memungkinkan menjadi saleh, pribadi berkualitas secara skill, kognitif dan spiritual.

  Pengertian pendidikan berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

  Menurut John Dewey, sebagaimana yang dikutip oleh Wiji Suwarno, pendidikan yaitu sebuah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan didapat berikutnya. (Suwarno, 2006: 20)

  Akhlak merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, sudah pasti etika yang baik dan mulia (akhlaqul karimah). Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati posisi yang sangat penting, karena akhlak merupakan mutiara kehidupan yang membedakan antara makhluk ciptaan Allah yang berupa manusia dan makhluk lainnya.

  Sesungguhnya pendidikan akhlak merupakan bagian yang penting dalam substansi pendidikan Islam, karena akhlak itulah merupakan misi Islam, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad saw.,

  “Sesungguhnya aku

  

diutus (oleh Allah) semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak

  ” Seakan-akan pernyataan itu merupakan deklarasi atas kerasulan beliau.

  Rasulullah saw. diutus oleh Allah swt. untuk menjadi rasul dengan tugas menyempurnakan kemuliaan akhlak umat manusia. Akhlak dalam Islam tidak hanya membimbing umat manusia dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia semata, melainkan juga dengan Sang Khaliq dan dengan sesama makhluk pada umumnya.

  Kedudukan akhlak dalam Islam nampaklah amat terhormat. Keberadaanya memiliki kemutlakan yang nyaris absolud. Ibarat Islam adalah sebuah gedung, maka akhlak adalah tiangnya yang wajib ditegakkan oleh setiap muslim. Maka barang siapa yang menegakkannya berarti menegakkan agama dan barang siapa yang mengabaikannya berarti merobohkannya.

  (Halim, 2000: 20) Mengkaji dan mendalami konsep akhlak merupakan sarana yang dapat mengantarkan kita dapat mengamalkan akhlak mulia seperti yang dipesankan oleh Nabi saw., dengan pemahaman yang jelas tentang konsep akhlak, kita akan memiliki pijakan dan pedoman untuk mengarahkan tingkah laku kita sehari-hari, sehingga kita memahami apakah yang kita lakukan benar atau tidak, termasuk akhlak mahmudah (mulia) atau akhlak madzmumah (tercela).

  Seorang muslim yang sempurna ialah orang yang ber-aqidah islamiah secara total, tekun ber-ibadah islamiah dan ber-ahklaq Islamiah secara total pula. Kuat dalam berakidah, tekun dalam beribadah dan mulia akhlaknya. Seorang muslim baru tegak kemuslimannya apabila ia menegakkan ketiga tiang itu sekaligus. Mustahil tegak akidahnya apabila tidak tegak ibadahnya.

  Tidak mungkin tegak ibadahnya apabila akhlaknya tidak tegak. Dan tak mungkin tegak akhlaknya apabila aqidahnya tidak tegak. (Halim, 2000: 23)

  Al-Jurjani mengemukakan pendapat sebagaimana yang dikutip oleh

  Ali Abdul Halim Mahmud bahwa akhlak adalah istilah bagi suatu sifat yang tertanam pada diri manusia, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan- perbuatan yang indah menurut akal dan syari’at dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk. (Mahmud, 2004: 26)

  Jadi akhlak adalah sifat dan perilaku yang ada dalam diri seseorang, yang akan terlahir perbuatan-perbuatan secara tidak sadar. Jika perbuatan yang terlahir merupakan perbuatan yang sesuai norma dan syari’at yang berlaku maka dinamakan akhlak yang baik. Sebaliknya, jika perbuatan yang terlahir merupakan perbuatan yang melanggar norma dan syari’at yang berlaku maka dinamakan akhlak yang buruk.

  Al- Qur’an merupakan sumber pendidikan akhlak, yang menjelaskan bagaimana cara berbuat baik kepada Allah maupun sesama manusia. Kita sebagai manusia dianjurkan untuk meneladani akhlak-akhlak yang baik.

  Tingkah laku para Nabi dan Rasul merupakan contoh akhlak yang baik bagi manusia.

  Dalam kisah Nabi Yusuf dalam Qur’an Surat Yusuf ayat 8-18 banyak tersimpan nilai-nilai akhlak bagaimana etika yang harus dilakukan manusia terhadap manusia lainnya. Seperti halnya akhlaqul karimah seperti sifat sabar dan akhlaqul madzmumah seperti

  su’udzon(berburuk sangka), hasad, dusta, dhalim, khianat dan munafik. Dari uraian diatas penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kisah Nabi Yusuf AS dalam al- Qur’an surat Yusuf ayat 8-18. Untuk itu, maka penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL- QUR’AN

  SURAT YUSUF AYAT 8-18

  ” dengan harapan semoga dapat memberikan manfaat dan konstribusi terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah 1.

  Apa saja Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 8-18? 2. Bagaimanakan relevansi Nilai Pendidikan Akhlak pada al-Qur’an Surat

  Yusuf ayat 8-18 dalam Kehidupan Manusia? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui apa saja Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 8-18.

2. Mengetahui relevansi Nilai Pendidikan Akhlak pada al-Qur’an Surat

  Yusuf ayat 8-18 dalam Kehidupan Manusia D.

   Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

  1. Manfaat Teoritis Penelitian pendidikan akhlak ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, yaitu dapat memperbaiki akhlak bangsa terutama bagi kaum muda. Selain itu diharapkan juga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis pribadi, teman-teman dan semua yang membacanya. Dan memberikan konstribusi pemikiran dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang kajian kisah Nabi Yusuf as. sehingga dapat diketahui bagaimana kehidupan Nabi Yusuf as. Dengan demikian diharapkan bagi setiap individu dalam keadaan tertentu dapat mengambil pelajaran dari sifat-sifat Nabi Yusuf, baik untuk mempengaruhi hidup menuju kebahagiaan dunia maupun akhirat.

  2. Manfaat Praktis Sebagai sumbangan fikiran dalam bentuk tulisan yang berbentuk karya ilmiah bagi lembaga IAIN Salatiga guna dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa IAIN Salatiga maupun mahasiswa dari lembaga lain yang sekiranya membutuhkan wawasan luas dalam pembuatan karya ilmiah, maupun untuk berbagai pihak yang memerlukannya, khususnya bagi umat Islam dalam rangka memperbaiki akhlak yang belum sesuai dengan kriteria Islam yang sesungguhnya.

  Sebagaimana tujuan dari visi dan misi Rasulullah SAW diutus dimuka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak kaum muslimin dan

  muslimat. Dan penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu

  pengetahuan bagi penulis dan mahasiswa jurusan Pendidikan Agama

  Islam(PAI) IAIN Salatiga khususnya maupun mahasiswa jurusan lainnya dan para pembaca umumnya.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan maupun memahami karya ilmiah ini, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut: 1.

  Nilai Nilai berasal dari bahasa Latin

  vale’re yang artinya berguna,

  mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermanfaat. (Adisusilo, 2013: 56)

  Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan sesorang atau kelompok orang sehingga prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya. (Maslikhah, 2009: 106)

  Steeman mengemukakan pendapat sebagaimana yang dikutip oleh Sutarjo Adisusilo bahwa nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijinjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang sangat erat antara nilai dan etika. (Adisusilo, 2013: 56)

  Jadi, nilai adalah sesuatu hal yang menentukan tingkah laku seseorang dalam kehidupan yang mempunyai banyak manfaat dan berharga sehingga dijadikan acuan dalam bertindak.

2. Pendidikan

  Pendidikan berasal dari kata bahasa Arab ( ةيبرت) tarbiyah adalah derivasi dari kata ( بر) rabba, dan (ةيبرت) tarbiyah adalah kata bendanya.

  Kata yang tersusun dari

  ra’ dan ba’ menunujukkan tiga hal yaitu

  membenahi dan merawat sesuatu, menetapi sesuatu dan menempatinya, dan menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Ibnu faris mendefinisikan pendidikan adalah perbaikan, perawatan dan pengurusan terhadap pihak yang dididik dengan menggabungkan unsur-unsur pendidikan dalam jiwanya, sehingga ia menjadi matang dan mencapai tingkat sempurna yang sesuai dengan kemampuannya. (Mahmud, 2004: 23)

  Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Aspek yang yang biasanya paling dipertimbangkan dalaam pendidikan antara lain yaitu aspek penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, dan perubahan perilaku.

  (Soyomukti, 2010: 27)

  Definisi pendidikan secara luas yaitu segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala linkungan dan sepanjang hidup.

  Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. (Mudyahardjo, 2010: 3) Sedangkan definisi pendidikan secara sempit adalah pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

  Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan- hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. (Mudyahardjo, 2010: 6)

  Pengertian pendidikan berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain supaya bisa memberdayakan diri, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara yang berlangsung didalam segala situasi dan sepanjang hidup.

3. Akhlak

  Istilah akhlak adalah istilah bahasa Arab. Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal khuluq, yang memiliki arti umum perilaku, baik itu perilaku terpuji maupun tercela. Kata akhlak jika diurai secara bahasa berasal dari rangkaian huruf-huruf kha-la-qa, jika digabung khalaqa(

  قلخ) berarti menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata al-Khaliq yaitu Allah SWT dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah swt ciptakan. Maka kata akhlak tidak bisa dipisahkan dengan

  al-Khaliq (Allah). Akhlak berarti sebuah perilaku yang muatannya

  “menghubungkan” antara hamba dengan Allah SWT. (Ahmadi, 2004: 13)

  Secara Bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari khuluq atau khulq, yang berarti tabiat atau budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kesatriaan, kejantanan dan agama. (Wibowo, Dkk, 1999: 54)

  Senada dengan hal tersebut, Al-

  Qur’an menyebutkan bahwa agama

  itu adalah adat kebiasaan dan budi pekerti yang luhur, sebagaimana yang terkandung dalam dua ayat Al-

  Qur’an berikut ini:

➔   

 ⧫✓

  “(Agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.”

  (Q.S. As- Syu’ara : 137)

  

→⧫ ➔ ◼➔⬧ ◆

 “ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

  

  (Q.S. Al-Qalam : 4)

  Dua ayat al-

  Qur’an diatas menegaskan dua hal. Pertama, bahwa al-

Qur’an menyebut Akhlak dalam bentuk tunggal, yaitu khuluq, bukan

akhlaq . Kedua, bahwa yang terpenting dari ajaran Islam adalah

  mengamalkan ajarannya, sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari. (Shobahiya & Rosyadi, 2011: 86)

  Adapun secara istilah, akhlak adalah hal yang melekat didalam jiwa yang darinya timbul perbuatan dengan mudah tanpa difikir dan diteliti. (Wibowo, Dkk, 1999: 56). Al-Jurjani mengemukakan pendapat sebagaimana yang dikutip oleh Ali Abdul Halim Mahmud bahwa akhlak adalah istilah bagi suatu sifat yang tertanam pada diri manusia, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan- perbuatan yang indah menurut akal dan syari’at dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk. (Mahmud, 2004: 26)

  Jadi akhlak adalah sifat dan perilaku yang ada dalam diri seseorang, yang akan terlahir perbuatan-perbuatan secara tidak sadar.

  Jika perbuatan yang terlahir merupakan perbuatan yang sesuai norma dan syari’at yang berlaku maka dinamakan akhlak yang baik. Sebaliknya, jika perbuatan yang terlahir merupakan perbuatan yang melanggar norma dan syari’at yang berlaku maka dinamakan akhlak yang buruk.

4. Al-Qur’an

  Ditinjau dari bahasa, al- Qur’an berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari masdar kata ( ) نارق qara’a – yaqra’u – أ – أرقي رق – qur’anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang.

  (Yunus, 2010: 335) Ada beberapa pendapat tentang asal kata Al-

  Qur’an, diantaranya ialah: a.

  Asy-Syafi’i berpendapat bahwa al-Qur’an ditulis dan dibaca tanpa hamzah (Al-

  Qur’an) dan tidak diambil dari kata lain. Ia adalah nama

  yang khusus dipakai untuk kitab suci yang diberikan kepada Nabi Muhammad.

  b.

  Al-Fara’ dalam kitabnya “Ma’anil Qur’an” berpendapat bahwa lafadz al- Qur’an tidak memakai hamzah, dan diambil dari kata qarain jamak dari qarinah, yang berarti indikator(petunjuk). Hal ini disebabkan karena sebagian ayat-ayat Al-

  Qur’an itu serupa satu sama lain, maka seolah-olah sebagian ayat-ayatnya merupakan indikator dari apa yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa itu.

  c.

  Al-Asy’ari berpendapat bahwa lafadz al-Qur’an tidak memakai hamzah dan diambil dari kata qarana, yang berarti menggabungkan.

  Hal ini disebabkan karena surat-surat dan ayat-ayat al- Qur’an dihimpun dan digabungkan dalam satu mushaf.

  d.

  Az-Zajjaj berpendapat bahwa lafadz al-Qur’an itu berhamzah, mengikuti wazan

  fu’lan dan diambil dari kata Al-Qar’u yang berarti menghimpun. Hal ini karena al- Qur’an merupakan kitab suci yang menghimpun intisari ajaran-ajaran dari kitab-kitab suci sebelumnya.

  e.

  Al-lihyani berpendapat bahwa lafadz al-Qur’an itu berhamzah, bentuk masdarnya diambil dari kata

  qara’a yang berarti membaca,

  hanya saja lafadz al- Qur’an ini menurut Al-Lihyani berbentuk masdar dengan makna

  isim maf’ul. Jadi al-Qur’an artinya maqru’ (yang dibaca).

  f.

  Subhi Al-Shalih menyamakan kata al-Qur’an dengan al-qira’ah sebagaimana dalam Q.S. Al-Qiyamah ayat 17-18

   ◆◼⧫ ➔⬧ ⧫◆➔◆  ⬧⬧

⧫⧫⬧ ⬧

⧫◆➔ 

  “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.

   (Q.S. Al-

  Qiyamah : 17-18) Sedangkan al-

  Qur’an menurut Abdul Wahab Khalaf yaitu firman Allah yang diturunkan melalui ruhul amin (Jibril) kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya, dan sebagai hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang dimulai dari surat al- Fatikhah dan diakhiri dengan surat an-Nas, yang diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir. (Tadja & Mujib, 1994: 88)

5. Al-Qur’an Surat Yusuf Ayat 8-18

  ❑⬧ ❑⬧  ◼  ◼❑◆ ⧫◆   ⬧ ⧫⧫  ⧫  ✓ ◼  ❑ ❑➔ ⬧  ◼❑⧫  ◆ ⬧ ◼➔⧫  ❑❑⬧◆ ⧫⬧  ⧫✓⬧ ❑⬧   ⬧ ❑ ❑➔⬧ ⧫◆  ◼❑→◆ ⧫⧫ →  ◆▪ ➔⧫  ⧫➔⬧  ⧫ ⧫⧫⧫ ❑⬧ ❑ ◼⧫ ⬧  ⬧ ⧫❑⬧⬧ ⬧ ◆ ➔⧫   ➔⧫◆ ⬧⧫  ⧫❑→⬧⬧ ⬧ ◆  ⧫⬧   ⬧◆⬧ ⬧◆  ❑⬧  ⬧→⧫  ❑➔ ⧫ ◆ ⬧ ⬧ ❑⬧  ⧫ ⬧⧫◆  ⧫    ❑⬧ ☺◼⬧   ❑➔◆◆ ⧫◆  ◼❑➔➔⬧ ◆◆  ➔ ⧫⧫⬧ ⬧  ➔◆   ◆  ⧫➔

  

❑⧫ ⧫ ➔⧫

⧫⧫⧫ ❑⬧ 

◼ ⬧ 

 ❑ ◆⧫⬧◆

⬧⬧ ➔⧫⧫

 ⧫◆  

→ ❑⬧◆ ◆ ⬧☺

◆  ⧫✓

 ☺⬧ ◼⧫

⬧▪❑ ⧫ ⧫⬧  

  → ⬧

◆  ⬧ ⬧

⧫ ◼⧫ ➔⧫☺

 ⧫❑→⬧

“(Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara

kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita

sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat).

Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah

Yusuf atau buanglah dia kesuatu daerah (yang tak dikenal) supaya

perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah

kamu menjadi orang-orang yang baik." Seorang diantara mereka

berkata: "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar

sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu

hendak berbuat." Mereka berkata: "Wahai ayah kami, apa sebabnya

kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya

kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya.

Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat)

bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami

pasti menjaganya." Berkata Ya´qub: "Sesungguhnya kepergian kamu

bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia

dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya." Mereka berkata:

"Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang

kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang

merugi." Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat

memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di

waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf:

"Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan

mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi." Kemudian mereka datang

kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis.Mereka berkata:

"Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami

tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan

serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami,

  sekalipun kami adalah orang-orang yang benar." Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya´qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan" (Q.S. Yusuf: 8-18)

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (Library Research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka dan yang dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

2. Tekhnik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) maka peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari tafsir-tafsir, kitab-kitab dan buku- buku yang berkaitan dengan obyek penelitian. Yang terdiri dari tiga sumber: a.

  Sumber primer, adalah sumber yang langsung dengan permasalahan yang didapat yaitu: al- Qur’an Surat Yusuf Ayat 8-18. b.

  Sumber sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer, yaitu Terjemah al- Qur’an dan Tafsir Al- Qur’an.

  c.

  Sumber Tersier, dalam penelitian ini data tersiernya penulis mengambil dari kitab-kitab, buku-buku dan media elektronik seperti in ternet yang mendukung objek penelitian.

3. Metode Analisis Data

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan atau mengadakan penelitian kepustakaan, maka metode yang digunakan untuk membahas sebagai kerangka pikir penelitian adalah sebagai berikut: a.

  Metode Analisis (tahlili) Metode penafsiran tahlili adalah metode yang berupaya menafsirkan ayat demi ayat al- Qur’an dari setiap surat-surat dalam al-

  Qur’an dengan seperangkat alat-alat penafsiran diantaranya asbabun nuzul, munasabat, nasikh mansukh, dan lain sebaginya.

  (Departemen Agama RI, 2009: 68) untuk itu, pengkajian metode ini kosa kata dan lafadz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, menjelaskan apa yang dapat diistinbathkan dari ayat serta mengemukakan kaitan ayat-ayat dan relevansinya dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya.

  Metode Analisis adalah metode yang digunakan untuk menganalisis bab perbab guna mencari pendidikan akhlak yang terkandung dalam al- Qur’an khususnya surat Yusuf ayat 8-18 yang diperkuat oleh tafsir para mufassir.

  b.

  Metode Deskripsi Metode deskripsi adalah suatu metode penelitian dengan mendiskripsikan realita-realita, fenomena sebagaimana adanya yang dipilih dari perspektif subyektif. (Winarno, 1989:132) G.

   Kajian Penelitian Terdahulu Kajian penelitian terdahulu sangat berguna bagi pembahasan skripsi ini.

  Untuk mengkaji skripsi ini, peneliti melakukan kajian terhadap penelitian- peneliatian sebelumnya. Diantaranya adalah sebagai berikut:

  Pertama

  , Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-

  Qur’an (Telaah Surat ‘Abasa Ayat 1-10)” yang ditulis oleh Sri Widayati Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Skripsi ini menjelaskan tentang nilai- nilai akhlak yang terkandung dalam surat ‘Abasa ayat 1-10.

  Kedua , Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam

  Kitab Al-Adzkar Karya Imam Na wawi” yang ditulis oleh Ngumdatul Qori’ Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2016. Skripsi ini menjelaskan tentang nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam Kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi dan relevansi pendidikan akhlak dalam Kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi bagi kehidupan manusia.

  Ketiga,

  Skripsi yang berjudul “Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Al- Qur’an Surat An-Nahl ayat 90-91” yang ditulis oleh Maulia Rahmawati Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2016. Skripsi ini menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam surat an- Nahl ayat 90-91 dan implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat an-Nahl ayat 90-91 dalam kehidupan sehari-hari.

  Keempat,

  Skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Taisirul Khalaq

  ” Karya Muhammad Taslim Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2016. Skripsi ini menjelaskan tentang konsep pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Taisirul Khalaq dan relevansi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Taisirul Khalaq dalam konteks kekinian.

  Dengan mencermati uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peneliti terdahulu berbeda dengan penelitian yang penulis susun. Letak perbedaanya yaitu objek kajiannya. Dalam skripsi yang disusun oleh Sri Widayati menjelaskan Nilai akhlak dalam surat ‘Abasa ayat 1-10, dalam skrip si yang disusun oleh Ngumdatul Qori’ menjelaskan Nilai akhlak dalam kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi, dalam skripsi yang disusun oleh

  Maulia Rahmawati menjelaskan Nilai akhlak dalam al- Qur’an Surat an-Nahl ayat 90-91, dan skripsi yang disusun oleh Muhammad Taslim menjelaskan

  Konsep pendidikan akhlak dalam kitab Taisirul Khalaq sedangkan penelitian yang penulis susun akan menjelaskan nilai pendidikan akhlak dalam al- Qur’an Surat Yusuf ayat 8-18.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

  Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  BAB I: Pendahuluan, menguraikan tentang: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, kajian Penelitian Terdahulu, dan sistematika Penulisan sebagaimana gambaran awal dalam memahami skripsi ini. BAB II: Nilai pendidikan akhlak dan ruang lingkupnya, menguraikan

  tentang Pengertian Nilai Pendidikan Ahklak dan Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak.

Dokumen yang terkait

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 93

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER SURAT AL-AN’AM AYAT 151-153 DAN PENERAPANNYA DALAM PAI SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 2 105

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-FURQON AYAT 63-67 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)

1 0 80

PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB MENURUT AL-QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 16 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 84

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-AN’AM AYAT 151-153 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 0 117

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN SURAT AN-NUR AYAT 58, 59, 60 DAN 61 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 2 116

NILAI - NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN SURAT AN-NUR AYAT 30 - 31 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 7 120

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’AN Kajian Surat Al-Israa’ Ayat 29 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SERAT WEDHATAMA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 2 96