Tingkat pemahaman para siswa putra dan putri kelas XI SMA St. Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009 terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar - USD Repository

  

TINGKAT PEMAHAMAN PARA SISWA PUTRA DAN PUTRI KELAS XI

SMA ST. MIKAEL SLEMAN TAHUN AJARAN 2008/2009 TERHADAP

PERILAKU SEKSUAL YANG WAJAR DAN TIDAK WAJAR

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Oleh :

ST. YOHANES TRI ARJUNA

031114008

  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

  Tak terbatas kuasa-Mu Tuhan, semua dapat Kau lakukan Apa yang kelihatan mustahil bagiku, itu sangat mungkin bagi-Mu

  Di saat ku tak berdaya, kuasa-Mu yang sempurna Ketika ku percaya, mukjizat itu nyata

  Bukan karena kekuatan namun roh-Mu ya Tuhan Ketika ku berdoa, mukjizat itu nyata.

  Skripsi ini kupersembahkan untuk :

  Y

  Tuhan Yesus Kristus bersama dengan Bunda Maria

  Y

  Bapak dan Ibu tersayang

  Y

  Mas Deni, Mas Slamet dan De’ Octa

  Y

  De’ Ayi tercinta

  

ABSTRAK

TINGKAT PEMAHAMAN PARA SISWA PUTRA DAN PUTRI KELAS XI

SMA St. MIKAEL SLEMAN TAHUN AJARAN 2008/2009 TERHADAP

PERILAKU SEKSUAL YANG WAJAR DAN TIDAK WAJAR

  

ST. YOHANES TRI ARJUNA

O31114008

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

  

2008

  Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai tingkat pemahaman para siswa putra dan putri kelas XI SMA St. Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009 terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini dilaksanakan di SMA St. Mikael Sleman pada bulan Agustus 2008. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA dan IPS SMA St. Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 47 siswa. Siswa yang hadir mengisi kuesioner sebanyak 45 siswa.

  Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner tingkat pemahaman siswa terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik dan tabulasi skor-skor dalam kuesioner tingkat pemahaman terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar SMA St. Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009.

  Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Jumlah siswa putra yang memiliki tingkat pemahaman yang rendah terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar sebanyak 7 siswa (35%) sedangkan jumlah siswa putra yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar sebanyak 13 siswa (65%) sehingga jumlah siswa putra yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar lebih banyak dibandingkan jumlah siswa putra yang memiliki tingkat pemahaman yang rendah terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar; (2) Jumlah siswa putri yang memiliki tingkat pemahaman yang rendah terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar sebanyak 8 siswa (32%) sedangkan jumlah siswa putri yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar sebanyak 17 siswa (68%) sehingga jumlah siswa putri yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar lebih banyak dibandingkan jumlah siswa putri yang memiliki tingkat pemahaman yang rendah terhadap perilaku

  

ABSTRACT

THE UNDERSTANDING LEVEL OF MALE AND FEMALE STUDENTS

AT THE ELEVENTH GRADE OF ST. MIKAEL SENIOR HIGH SCHOOL

SLEMAN YEAR 2008/2009

TOWARD PROPER AND IMPROPER SEXUAL BEHAVIOR

  

ST. YOHANES TRI ARJUNA

031114008

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2008

  The purpose of this research was to get information about the understanding level of male and female students at the eleventh grade of St. Mikael Senior High School Sleman year 2008/2009 toward proper and improper sexual behavior. The type of this research was a descriptive research model with the survey method. This research was done in St. Mikael Senior High School Sleman in August 2008. The population of this research was all students from either Natural Science or Social Science of the eleventh grade of St. Mikael Senior High School Sleman year 2008/2009 as many as 47 students. The students that answer the questionnaire were as many as 45 students.

  The data collector instrument of this research used the student’s understanding level of proper and improper sexual behavior questionnaire which was composed by the writer. The data analysis technique of this research used statistical technique and points tabulation of the understanding level of proper and improper sexual behavior at St. Mikael Senior High School Sleman year 2008/2009.

  The result of this research was: 1) the number of the male students who had low understanding level of proper and improper sexual behavior were 7 students, on the other hand the number of the male students who had a high understanding level of proper and improper sexual behavior were 13 students, so the number of the male students who had high understanding level of proper and improper sexual behavior were more than those who have a low understanding level of proper and improper sexual behavior; 2) the number of female students who had low understanding level of proper and improper sexual behavior were 8 students, on the other hand the number of female students who had high understanding level of proper and improper sexual behavior were 17 students, so the number of female students who had high understanding level of proper and improper sexual behavior were more than those who had low understanding level of proper and improper sexual behavior.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga atas segala bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini membutuhkan bantuan dari banyak pihak sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1.

  Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 3. Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

  Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 4. Drs. TA Prapancha Hary, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah mendampingi dan memberikan masukan- masukan selama penulisan skripsi.

  5. Drs. Wens Tanlain, M.Pd yang telah memberikan bantuan dan saran dalam penulisan skripsi.

  6. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. Terima kasih atas saran dan dukungannya.

  7. A. Setyandari, S.Pd., Psi., M.A. Terima kasih atas bantuannya.

  8. Mas Moko selaku staf sekretariat Prodi BK yang telah banyak membantu, dan memberikan informasi bagi penulis..

  9. Sr. M. Bernadette SND, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA St. Mikael Sleman yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di SMA St. Mikael Sleman 10. Ibu Siti Hartini, B.A, selaku koordinator bimbingan dan konseling SMA St.

  Mikael Sleman atas segala bantuan dan dukunga nnya.

  11. Siswa-siswi kelas XI SMA St. Mikael Sleman, terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang baik sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

  12. Bapak dan Ibu atas kasih sayang, cinta, dan untaian doa yang tidak pernah berhenti.

  13. Bapak dan Ibu di Lampung atas perhatian, nasehat, dukungan dan untaian doanya.

  14. De’ Ayi tercinta yang selalu mendampingi, membantu, dan menghibur di saat penulis menghadapi kesulitan. Selalu bersama disaat suka dan duka. Terima kasih babe. I love you forever…… ? 15. Sr. Maria Krista, FSGM yang selalu memberikan dukungan dan untaian doa yang tidak pernah berhenti.

  16. Mas Deni, Mas Slamet dan De’Okta atas doa dan dukungannya selama ini.

  17. Mas Budi dan De’ Asih atas doa dan dukungannya.

  18. Mas Hendi dan Mba Putik atas segala bantuan, doa, dan dukungannya.

  19. Bude Titik Riptadi dan Bude Ani atas dukungan, dan doanya.

  20. Sahabat baikku Bertus dan Mandus yang telah memberikan bantuan,

  22. Teman-teman BK Angkatan 2003 terima kasih atas dukungannya.

  23. Teman-teman BK Angkatan 2004, 2005, dan 2006 atas dukungannya.

  24. Asteria Tri Hatminingsih dan Guntur Bayu Jati Kusumo atas persahabatan dan persaudaraan yang tulus. Terima kasih untuk semuanya……

  25. Erisius Erimayanto dan Caesilia Puji Astuti atas persahabatan dan dukungannya.

  26. Mbak Utik dan Mas Naryo yang telah memberikan semangat dan dukungan.

  27. Keluarga Pakde Prono di Nanggulan, terima kasih atas bantuan dan doanya.

  28. Kelurga Mas Adi di Sleman, terima kasih atas bantuan dan doanya.

  29. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan skripsi yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Penulis

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………….. iv PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ………………………………. v MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………. vi ABSTRAK …………………………………………………………….. vii

  ABSTRACT …………………………………………………………….. viii

  KATA PENGANTAR ……………………………………………….... ix DAFTAR ISI ………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL …………………………………………………….. xv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………

  1 B. Rumusan Masalah …………………………………………….

  3 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………..

  4 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………

  4 E. Batasan Istilah dan Variabel ………………………………….

  4 1. Batasan Istilah ……………………………………………

  4

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kegiatan Siswa SMA ……………………………………….

  6 1. Kurikulum SMA ………………………………………..

  6 2. Kegiatan Siswa dalam Mata Pelajaran …………………

  8 3. Kegiatan Siswa dalam Pengembangan Diri ……………

  9 B. Perkembangan Pemahaman Moral Siswa ………………….. 10 C.

  Perilaku Seksual ……………………………………………. 12 1.

  Pengertian Perilaku Seksual ……………………………. 12 2. Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual ……………………….. 14 3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual …… 16 D. Perbedaan Pemahaman Perilaku Seksual Menurut Jenis Kelamin. 19 1.

  Pada Lelaki ....................................................................... 19 2. Pada Perempuan ............................................................... 20

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………….. 22 B. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………. 22 C. Instrumen Penelitian ……………………………………….. 23 1. Kuesioner ……………………………………………… 23 2. Pemberian Skor-Skor ………………………………….. 24 3. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner …………………... 24 D. Pengumpulan Data ………………………………………… 26

  E.

  Teknik Analisis Data ……………………………………. 27 1.

  Perhitungan Koefisien Reliabilitas ………………. 27 2. Perhitungan Koefisien Validitas …………………. 30 3. Mean ……………………………………………... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………………………………………….. 33 B. Pembahasan ……………………………………………… 35 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………… 41 B. Saran ……………………………………………………. 42 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 45 DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….. 47

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel III.1………………………………………………………………

  23 Tabel III.2 ……………………………………………………………...

  29 Tabel IV.I ………………………………………………………………

  34

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Kuesioner Penelitian………………………………………………

  47 2. Skor Kuesioner Putra dan Putri…………………………………...

  52 3. Skor Kuesioner Putra……………………………………………..

  56 4. Skor Kuesioner Putri……………………………………………...

  58

  5. Skor Ganjil Kuesioner Putra dan Putri……………………………

  60

  6. Skor Genap Kuesioner Putra dan Putri……………………………

  62 7. Modul Perilaku Seksual Yang Sehat……………………………...

  65 8. Surat Ijin Penelitian……………………………………………….

  94 9. Surat Keterangan Penelitian……………………………………….

  95

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para siswa kelas XI SMA berusia antara 15 tahun sampai 16 tahun. Mereka berada pada pertengahan masa remaja. Mereka berada dalam keadaan

  mencari dan menemukan jati diri termasuk diri sebagai laki- laki dan perempuan. Pemberian informasi mengenai seks dan perilaku seksual menjadi penting mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif sehingga perubahan pada dorongan seksual akan berpengaruh pada perilaku mereka.

  Perubahan perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual (testosteron untuk lelaki dan progesteron serta estrogen untuk perempuan). Hormon-hormon inilah yang menumbuhkan dorongan seksual.

  Menurut Sarwono (1989: 137) perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual dan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku, contohnya berfantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium pipi, berpelukan, dan berseranjang. Menyalurkan dorongan seksual nampak pula pada perilaku untuk menarik perhatian lawan jenis, misalnya berdandan, melirik, merayu, menggoda, dan sebagainya.

  Perilaku seksual siswa mengalami perkembangan dan merupakan hasil dari

  Para siswa yang kurang mendapatkan informasi tentang perilaku seksual yang wajar mungkin akan berpendapat bahwa berciuman, berpegangan, meraba alat kelamin, petting, maupun berseranjang adalah suatu bentuk perilaku seksual yang biasa. Oleh karena itu, mereka membutuhkan informasi dan pemahaman yang jelas tentang perilaku seksual yang wajar dan sehat.(www.unsoed.ac.id/cmsfak/UserFiles/File/PSKp/linklokal/seksualitas% 20new.doc)

  Menurut Gunarsa (2001: 97) pendidikan seksual diberikan sejak dini yaitu ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, dilakukan secara berkesinambungan dan bertahap, serta disesuaikan dengan kebutuhan, umur anak dan daya tangkap anak.

  Pendidikan seksual pertama kali terjadi di rumah, mengingat pendidikan anak di mulai dalam keluarga. Namun demikian pendidikan anak dalam keluarga bervariasi, bergantung pada keadaan keluarga (keadaan ekonomi, status sosial, dan latar belakang pendidikan orangtua).

  Selanjutnya sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memunyai tanggung jawab besar terhadap siswa, yaitu membimbing dan mengarahkan siswa untuk berperilaku yang baik dan pantas dalam pembentukan pribadi yang utuh. Pemberian informasi tentang seksual di sekolah dapat diberikan melalui mata pelajaran biologi, agama, dan kesehatan. Selain itu, pemberian informasi tentang informasi perilaku seksual juga dapat diberikan melalui

  Pada tahun 2005 dilakukan sebuah penelitian mengenai perilaku seksual remaja SMU di Surakarta. Subjek penelitian ini berjumlah 1.250 orang, berasal dari 10 SMU di Surakarta yang terdiri atas 611 subjek laki- laki dan 639 subjek perempuan.

  Sebanyak 34,69% dari responden laki- laki kadang-kadang melakukan onani/masturbasi sedangkan dari responden perempuan sebanyak 4,23%.

  Sebanyak 53,25% dari responden laki- laki berpacaran pada usia 15-17 tahun sedangkan dari responden perempuan sebanyak 57,99%.

  Subjek yang bersenggama dalam pacaran dari responden laki- laki sebanyak 30,09% sedangkan dari responden perempuan sebanyak 5,33%.

  Sebanyak 43,16% dari responden laki- laki bersenggama dalam pacaran pada usia 15-17 tahun sedangkan dari responden perempuan sebanyak 48%.

  (http://elfarid.multiply.com/journal/item/306) Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru pembimbing dan mahasiswa praktikan di sekolah mengenai kurangnya pemahaman para siswa terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar maka timbul pertanyaan sejauh mana tingkat pemahaman para siswa terutama siswa putra dan putri kelas XI SMA St. Mikael Sleman terhadap perilaku seksual yang wajar atau tidak wajar? Informasi untuk mengetahui hal tersebut dapat diperoleh melalui penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan di atas. Penelitian ini dibatasi pada para siswa putra

B. Rumusan Masalah

  Masalah di atas dijabarkan menjadi: 1.

  Bagaimanakah tingkat pemahaman para siswa putra kelas XI SMA St.

  Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009 terhadap perilaku seksual yang wajar atau tidak wajar?

2. Bagaimanakah tingkat pemahaman para siswa putri kelas XI SMA St.

  Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009 terhadap perilaku seksual yang wajar atau tidak wajar?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi mengenai tingkat pemahaman para siswa putra dan putri kelas XI SMA St. Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009 terhadap perilaku seksual yang wajar atau tidak wajar.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh: 1.

  Guru Bimbingan dan Konseling sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

2. Para siwa SMA St. Mikael Sleman untuk meningkatkan pemahaman terhadap perilaku seksual yang wajar dan sehat.

E. Batasan Istilah dan Variabel 1.

  Batasan Istilah a.

  Tingkat pemahaman individu adalah kemampuan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu yang melibatkan aspek-aspek yang ada pada dirinya.

  b.

  Perilaku seksual individu adalah perilaku individu yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku, contohnya berfantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium pipi, berpelukan, dan berseranjang berdasarkan jenis kelamin dan perannya. (Sarwono, 1989:137) 2. Batasan Variabel a.

  Tingkat pemahaman siswa terhadap perilaku seksual adalah pengetahuan dan pengertian siswa yang nampak pada tindakan verbal dan non verbal terhadap organ seks, fungsi organ seks, lawan jenis, dan diukur dengan kuesioner pemahaman siswa terhadap perilaku seksual dan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa.

  b.

  Jenis kelamin siswa merupakan identitas diri laki-laki atau perempuan. Ada dua kelompok yaitu kelompok laki- laki dan kelompok perempuan.

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kegiatan Siswa SMA 1. Kurikulum SMA Masa depan bangsa terletak di tangan generasi muda. Oleh karena

  itu, mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah sehingga apa yang akan dicapai oleh anak di sekolah ditentukan oleh kurikulum sekolah itu (Nasution, 2006:1).

  Oleh karena itu dapat dipahami bahwa kurikulum adalah alat yang begitu vital bagi dunia pendidikan suatu bangsa sehingga usaha untuk mengembangkan kurikulum sangatlah penting. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum maka ia harus pula memahami seluk beluk kurikulum. Hingga batas tertentu, dalam skala mikro, guru juga seorang pengembang kurikulum bagi kela snya.

  J Galen Saylor dan William M. Alexander (Nasution, 2006:4-5) menjelaskan kurikulum sebagai:

  “The curriculum is the sum total of school’s effort to influence learning whether in the classroom, on the

  .

  playground, or out of school”

  Jadi, segala usaha sekolah untuk memengaruhi anak belajar,

  William B. Ragan (Nasution, 2006:5-6) menjelaskan kurikulum sebagai berikut: “The tendency in recent decades has been to use the term in a broader sense to refer to the whole life and program of the school. The term is used ….. to include all the experiences of children for which the school accepts responsibility. It denotes the result of efforts on the part of adults of the community, and the nation to bring to the children the finest, most whole some influences that exist in the culture”. Ragan menggunakan kurikulum dalam arti yang luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi, hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, dan cara mengevaluasi hasil belajar siswa termasuk kurikulum.

  Mengembangkan kurikulum bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, penyusunan kurikulum harus melibatkan asas-asas yang mendasarinya (Nasution, 2006:10-11) yaitu: (1) Asas filosofis, yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara; (2) asas psikologis, yang memerhitungkan faktor anak dalam kurikulum yaitu psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan bagaimana proses belajar anak; (3) asas sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.

  Seperti telah di kemukakan di atas dengan prinsip keberagaman dalam pelaksanaan maka setiap sekolah dan guru di lapangan memunyai tanggung jawab untuk menterjemahkan kurikulum sekolah dalam bentuk silabus yang akan mereka gunakan dalam pembelajaran di dalam kelas.

  Silabus yang dibuat oleh masing- masing sekolah dan guru tersebut disusun berdasarkan karakteristik sekolahnya, baik dari aspek kemampuan sekolah, kemampuan guru, kemampuan siswa, sarana/prasarana yang dimiliki sekolah dan sebagainya.

2. Kegiatan Siswa Dalam Mata Pelajaran

  Para siswa memahami perilaku seksual melalui kegiatan mata pelajaran biologi, agama, dan kesehatan. Kegiatan mata pelajaran tersebut dijabarkan sebagai berikut: a.

  Kegiatan Mata Pelajaran Biologi Pada mata pelajaran Biologi para siswa mempelajari organ seks, sistem reproduksi, dan fungsi organ seks yang diberikan oleh guru sehingga pengetahuan dan pemahaman para siswa tentang organ seks, sistem reproduksi, dan fungsi organ seks semakin berkembang. b.

  Kegiatan Mata Pelajaran Agama Pada mata pelajaran Agama para siswa mempelajari tentang penciptaan manusia yang berbeda jenis kelamin yaitu laki- laki dan perempuan. Seorang laki- laki dapat menjaga harga dirinya sebagai laki- laki dan seorang perempuan dapat menjaga citra dirinya sebagai perempuan sehingga laki- laki dan perempuan dalam berperilaku sesuai denga n nilai- nilai agama.

  c.

  Kegiatan Mata Pelajaran Kesehatan Para siswa memelajari berbagai penyakit menular seksual yang timbul dari hubungan seksual pranikah dan berganti- ganti pasangan (lawan jenis), para siswa memelajari cara-cara dalam menjaga dan merawat organ seks, para siswa memelajari penyaluran dorongan seksual yang tepat dan sehat melalui kegiatan-kegiatan positif seperti olah raga, pramuka ,dan kegiatan hobi seperti memancing, melukis, bernyanyi atau musik, serta dan memelajari penggunaan alat-alat kontrasepsi yang tepat.

3. Kegiatan Siswa Dalam Pengembangan Diri

  Menurut Winkel dan Hastuti (2004:118) bimbingan pribadi dan sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial). Menurut Reiss dan Halstead (2004:274) para siswa perlu diberikan pendidikan seksual. Pendidikan seksual dapat diberikan melalui bimbingan pribadi dan sosial di sekolah. Bimbingan pribadi bertujuan: a.

  Siswa dapat memiliki pengertian dan pengetahuan mengenai perubahan fisik, mental, dan proses kematangan emosional terhadap masalah seksual.

  b.

  Siswa dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggung jawab).

  c.

  Siswa dapat membentuk sikap dan pengertian tentang seks.

  d.

  Siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

  e.

  Siswa dapat memiliki sikap dan kesadaran akan perilaku seksual yang tidak wajar sehingga setiap tindakan seksual yang mereka lakukan mencerminkan perilaku seksual yang sehat dan wajar.

  Selain itu, pendidikan seksual melalui bimbingan sosial bertujuan agar siswa semakin siap dan mampu menjadi anggota masyarakat, yaitu menjadi siswa yang mewarisi nilai- nilai positif dari kebudayaan

B. Perkembangan Pemahaman Moral Siswa

  Setiap siswa dituntut untuk memiliki tingkah laku, sikap, dan penampilan yang dapat diterima oleh orang lain. Setiap siswa hendaknya dapat berperilaku dan bersikap menurut norma dan peraturan yang berlaku sehingga mereka akan dianggap sebagai seseorang yang memiliki moral yang baik dan dapat diterima oleh orang lain.

  Perkembangan moral menurut Piaget berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai- nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain, ketika anak-anak remaja berkembang, mereka menjadi lebih baik dalam memikirkan masalah- masalah sosial, terutama mengenai kemungkinan dan kondisi untuk bekerja sama (Santrock, 2003:439).

  Piaget menyakini bahwa remaja mulai berpikir secara formal operasional. Oleh karena itu mereka tidak lagi terikat pada fenomena yang konkret dan muncul dengan segera namun mereka menjadi lebih logis, abstrak dan melakukan penalaran secara deduktif. Remaja yang berada dalam tahap formal operasional sering membandingkan kenyataan dengan sesuatu yang ideal, menciptakan pernyataan yang berlawanan terhadap fakta, secara kognitif mampu menghubungkan masa lalu dengan masa kini, memahami peran mereka dalam masyarakat, dalam sejarah, dan dalam alam semesta, serta dapat mengkonseptualisasikan pemikiran

  Bermula dari gagasan Piaget, Martin Hoffman (Santrock, 2003 : 440) mengembangkan teori disequilibrium kognitif (cognitive

  disequilibrium theory ) yang menyatakan bahwa masa remaja adalah masa

  yang penting dalam perkembangan moral terutama ketika individu berpindah dari sekolah dasar yang relatif homogen ke sekolah lanjutan yang lebih heterogen karena mereka akan dihadapkan dengan kontradiksi antara konsep moral yang telah mereka terima dengan apa yang mereka alami di luar lingkungan keluarga dan tetangga.

C. Perilaku Seksual 1. Pengertian Perilaku Seksual

  Perilaku seksual merupakan perilaku yang terjadi berdasarkan dorongan seksual dan peran jenis kelamin, contohnya berfantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium pipi, berpelukan, dan seterusnya. Menurut Sarwono (1989: 137) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Sarwono juga mengatakan bahwa:

  “Perilaku seksual sering hanya difokuskan pada hubungan seksual (intercourse) saja namun perlu diingat bahwa perilaku seksual tidak hanya terbatas pada perilaku intercourse sebagai aktivitas tunggal, melainkan aktivitas lain seperti petting dan

  . Disamping itu perlu diketahui pula bahwa banyak

  necking

  remaja tidak melakukan perilaku seksual langsung pada hubungan intercourse tetapi melalui suatu proses keintiman yang bertahap ke arah itu.”

  Permasalahan seksualitas yang umum dihadapi adalah dorongan seksual yang meningkat padahal belum menikah. Usia kematangan seksual (biologis) remaja ternyata belum diimbangi oleh kematangan psikososial, misalnya kemampuan memahami dan kesiapan menerima risiko perilaku seksualnya, kemampuan mengelola dorongan, dan kemampuan mengambil keputusan secara matang. Akibatnya, rasa ingin tahu yang sangat kuat, keinginan bereksplorasi dan memenuhi dorongan seksual mengalahkan pemahaman tentang norma, kontrol diri, dan pemikiran rasional sehingga hal tersebut tampak dalam bentuk perilaku mencoba-coba berhubungan seks yang akhirnya membuat ingin selalu mencoba secara terus menerus.

  Menurut Reiss (2004:10) tujuan memelajari perilaku seksual adalah agar siswa mengetahui lebih banyak tentang perilaku seks, termasuk mendorong semacam ketrampilan atau kecakapan sikap, kecenderungan perilaku dan refleksi kritis terhadap pengalaman pribadi.

  Coyler (Reiss & Halstead, 1995:9-12) mengatakan bahwa sebuah cara untuk mengklarifikasi konsep perilaku seksual dengan mengajukan pertanyaan seperti ini: seperti apakah karakter siswa yang memunyai perilaku seksual sehat? Pertanyaan tersebut dapat dijawab sebagai berikut: (1) siswa yang berperilaku seksual sehat harus memunyai wawasan tertentu, misalnya bagaimana proses terjadinya kehamilan?; (2) orang yang berperilaku seksual sehat akan mempunyai beberapa kualitas diri tertentu

  (3) orang yang berperilaku seksual sehat akan memiliki sifat tertentu, misalnya menghargai orang lain yang memunyai pandangan berbeda dengannya tentang isu kontrovesial seperti aborsi, seks sesama jenis, kehamilan di luar nikah, dan lain- lain; (4) siswa yang berperilaku seksual sehat akan memiliki kecakapan tertentu, misalnya ketrampilan bertanggung jawab terhadap keputusan seksual yang diambil.

2. Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual

  Menurut Wahyudi (www.unsoed.ac.id) bentuk-bentuk perilaku seksual yaitu berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, masturbasi, bercumbu, saling meraba tubuh (payudara atau alat kelamin) di luar pakaian maupun di dalam pakaian, saling menempelkan alat kelamin (petting), dan berhubungan seks (sanggama). Adapun penjelasannya sebagai berikut: a.

  Pegangan tangan Pegangan tangan merupakan bagian sentuhan. Perilaku ini bertujuan memberikan rangsangan dalam mendapatkan kesenangan seksual.

  Pada umumnya bila berpegangan tangan maka akan muncul getaran- getaran yang romantis atau perasaan-perasaan yang nyaman.

  b.

  Berpelukan Berpelukan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan melingkarkan tangan atau lengan pada tubuh pasangannya c.

  Berciuman Berciuman merupakan salah satu bagian dari sentuhan. Ciuman adalah simbol afeksi dan sifatnya sangat sensual. Ada beberapa bentuk ciuman yaitu ciuman ringan (mencium di kening) dan ciuman sensual (mencium pipi, mencium bibir dan mencium leher/necking).

  d.

  Masturbasi Masturbasi merupakan perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual. Masturbasi dapat dilakukan oleh perempuan maupun laki- laki.

  e.

   Petting Petting merupakan kontak fisik antara laki- laki dan perempuan

  dalam usaha mendapatkan kesenangan seksual tanpa disertai coitus atau masuknya penis kedalam vagina. Petting ditandai dengan saling menyentuhkan alat kelamin laki- laki dan perempuan (genital opposition ).

  f.

  Hubungan seks (sexual intercourse) Hubungan seks merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki- laki ke kelamin perempuan.

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual a.

  Kepribadian Menurut Sarwono (1989:146-159), faktor utama yang memengaruhi perilaku seksual remaja adalah faktor kepribadian.

  Faktor kepribadian meliputi kematangan seksual secara biologis, harga diri, kontrol diri, tanggung jawab, kemampuan membuat keputusan, dan pemahaman nilai- nilai agama serta moral yang tepat.

  Remaja yang memunyai harga diri positif mampu mengelola dorongan dan kebutuhannya secara memadai, memiliki penghargaan yang kuat terhadap diri dan orang lain, mampu mempertimbangkan risiko perilaku sebelum mengambil keputusan, dan memiliki pemahaman secara benar dan proporsional (tepat) tentang kesehatan reproduksi.

  Oleh karena itu, remaja yang memiliki harga diri positif cenderung memahami resiko perilaku seks bebas serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya secara sehat dan bertanggung jawab.

  b.

  Pergaulan Menurut Hurlock (1996:213) salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah penyesuaian sosial

  Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman- teman sebaya sebaga i kelompok maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh yang berasal dari keluarga. Remaja yang bergaul bebas dengan teman- teman sebayanya tidak jarang disebabkan oleh hubungan yang mereka miliki dengan keluarga kurang harmonis.

  Keluarga yang broken home (suami- istri bercerai) membuat komunikasi dan perhatian pada anak (usia remaja) menjadi berkurang sehingga anak akan lebih banyak mencari perhatian dari teman-teman sebayanya.

  Perubahan perilaku termasuk perubahan perilaku seksual pada remaja tampak menonjol. Perilaku seks bebas yang mendatangkan kehamilan akan mengejutkan para remaja bila terjadi diantara teman-teman sebayanya dan akan menimbulkan rasa bersalah serta malu bila terjadi dalam kehidupan mereka sendiri.

  c.

  Pendidikan Menurut Reiss dan Halstead (2004: 211 & 333) , pendidikan memberikan pengaruh pada perilaku seksual remaja baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan sekolah. Keluarga merupakan tua dan anak) yang didasari atas cinta, kasih sayang, perhatian dan pemahaman remaja terhadap informasi seksual yang diberikan dengan tepat dan jelas menjadi pengaruh kuat terhadap perilaku seksual remaja.

  Selain itu, sekolah juga memiliki pengaruh terhadap perilaku seksual siswa. Sekolah merupakan institusi pendidikan yang bertujuan mengembangkan diri siswa. Selain mengembangkan kognitif remaja, sekolah juga mengembangkan perilaku siswa.

  Dalam mengembangkan perilaku siswa salah satunya adalah membantu siswa mengembangkan perilaku seksual yang sehat.

  Para siswa dapat mengembangkan perilaku seksual dengan tepat dan sehat melalui kegiatan pelajaran biologi, kesehatan dan agama. Dengan demikian, para siswa diha rapkan dapat mendorong pengembangan diri dan sosial, menghargai diri sendiri, peduli terhadap diri sendiri, memiliki tanggung jawab moral, dan memupuk kemampuan dalam melawan penyalahgunaan dan ekspresi seksual yang tidak diinginkan.

D. Perbedaan Pemahaman Perilaku Seksual Menurut Jenis Kelamin

  Menurut Gilarso (2005:4-6) perbedaan pemahaman perilaku seksual menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut:

  1. Pada Lelaki Bagi seorang laki- laki dorongan seksual umumnya kuat. Seks dialaminya sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menarik.

  Gelombang pasang nafsu seksual lelaki umumnya dipengaruhi dua hal yaitu: (1) kondisi badan secara keseluruhan, dalam kondisi badan yang baik umumnya nafsu seksual juga tinggi; (2) kelelahan dan kekosongan hidup, nafsu seksual adalah salah satu dari nafsu-nafsu yang terdapat dalam diri manusia. Umumnya dorongan-dorongan dari berbagai nafsu atau keinginan terdapat dalam keadaan seimbang. Tetapi, bila nafsu/keinginan yang lain berkurang, nafsu seksual seringkali lebih menonjol.

  Dalam proses menjadi dewasa, anak laki- laki harus belajar menempatkan dorongan seksualnya secara wajar dalam keseluruhan hidupnya dan mengintegrasikannya dengan daya cinta dan tanggung jawab. Oleh karena itu, lelaki harus menyadari: (1) bahwa alat kelamin hanya sekedar sebagian dari sekian banyak alat tubuh; (2) bahwa alat tersebut terletak dalam keseimbangan dinamis dengan keseluruhan tubuh sehingga tidak perlu terlalu diperhatikan atau diistimewakan; (3) otot-otot perut, pinggul, dan kaki; (4) terhadap lawan jenis perlu ditanamkan sikap hormat dan pengertian; (5) kepuasan seksual yang sebenarnya bukan peristiwa biologis semata melainkan hanya didapat dengan pengertian, persiapan dan penghayatan yang penuh dalam kehidupan sebagai suami istri dimana penyerahan pribadi dapat terjadi secara total dan seks disucikan menjadi ekspresi dan sarana cinta.

  2. Pada Perempuan Irama kehidupan pada umumnya maupun irama kehidupan seksual menjadi nyata bergelombang sepanjang perjalanan proses haid.

  Menjelang haid dan pada waktu haid kaum perempuan umumnya mengalami gelombang surut dari keseluruhan gairah kehidupannya.

  Para perempuan akan merasa tidak enak badan, pikiran kacau, sulit berkonsentrasi, rasa serba salah, dan sebagainya. Pada pertengahan siklus gelombang kehidupan perempuan biasanya akan meningkat juga keinginan/nafsu seksualnya.

  Adanya gelombang- gelombang inilah yang menjadi salah satu pendorong mengapa perempuan cenderung ingin hidup tenang, aman, terlindungi dan tenteram serta memerlukan pengertian, kelembutan dan perlindungan dari lawan jenis.

  Bagi perempuan, kepuasan seksual lebih langsung berkaitan erat dengan kehid upan perasaannya. Apabila diukur dengan ukuran laki- laki, sebenarnya gairah seksual perempuan sama kuatnya dengan gairah seksual laki- laki.

  Perempuan dapat mengalami kepuasan seksual dan juga menginginkannya sama seperti laki- laki. Tetapi, perempuan tidak begitu mudah atau cepat terangsang gairahnya oleh pendekatan “jasmaniah’. Kata-kata lembut, perhatian, cinta sejati, kesabaran, penghargaan dan kelembutan adalah hal- hal yang dapat membangkitkan gairah pada perempuan dan mempersiapkannya untuk hubungan seks yang memuaskan. Sebaliknya, kata-kata dan perilaku yang kasar akan sangat melukai perasaan dan hati perempuan.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Menurut Furchan (2005: 457) metode survei dapat digunakan bukan saja

  untuk melukiskan kondisi yang ada, melainkan juga membandingkan kondisi- kondisi tersebut dengan kriteria atau menilai keefektivan suatu program.

  Penelitian ini untuk menyelidiki tingkat pemahaman para siswa lelaki dan perempuan kelas XI SMA St. Mikael Sleman terhadap perilaku seksual yang wajar dan tidak wajar..

B. Populasi dan Sampel Penelitian

  Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA dan IPS SMA St. Mikael Sleman tahun ajaran 208/2009 sebanyak 47 siswa. Siswa yang hadir mengisi kuesioner sebanyak 45 siswa. Siswa yang tidak masuk berjumlah dua siswa.

  Menurut Furchan (2005:89) suatu penelitian pada umumnya bertujuan untuk memelajari sesuatu yang berhubungan dengan sekelompok individu yang memiliki karateristik umum yang dinamakan populasi penelitian. Alasan peneliti mengambil penelitian ini karena siswa kelas XI mengalami masa-

C. Instrumen Penelitian 1.

  Kuesioner Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner tingkat pemahaman terhadap perilaku seksual yang disusun oleh peneliti.

  Kuesioner ini adalah kuesioner yang berstruktur. Kuesioner berstruktur adalah kuesioner yang mencakup pertanyaan-pertanyaan dan disertai alternatif-alternatif jawaban. Pada penelitian ini, subjek penelitian dituntut untuk memilih alternatif jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang disajikan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

  Kuesioner pemahaman perilaku seksual merupakan penjabaran dari teori yang tersaji dalam Tinjauan Teori, kisi-kisi kuesioner pemahaman perilaku seksual digambarkan pada tabel berikut ini:

  Tabel III.1 Kisi-Kisi Kuesioner Pemahaman Perilaku Seksual JUMLAH ASPEK NOMOR ITEM

  ITEM 1.

  Pemahaman 1,2,3,4,5,6,7,8,9

  10 moral siswa ,10

  2. Perilaku seksual 11,12,13,14,15,

  27 16, 17,18,19,20,21, 22, 23,24,25,26,27, 28, 29,30,31,32,33, memengaruhi 43, perilaku seksual 44,45,46,47,48, 49, 50.

  JUMLAH

  50 2.

Dokumen yang terkait

Deskripsi tingkat kesadaran terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan.

0 1 124

Penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi akuntansi untuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2013/2014.

0 3 386

Dominasi gaya belajar siswa kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2012/2013 yang berprestasi belajar rendah dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar.

0 1 89

Penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi akuntansi untuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2013 2014

0 16 384

bab iv integral tidak wajar

0 3 1

Tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal sosial bagi para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 1 106

Kegunaan bimbingan dan konseling menurut para siswa kelas II SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 71

Deskripsi masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswi-siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 dan implikasinya terhadap topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 119

Motif-motif mempelari bahan mata pelajaran para siswa putra dan putri kelas II SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 0 49

Kompetensi konselor yang diharapkan oleh para siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 96