Deskripsi tingkat kesadaran terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan.

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KESADARAN AKAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB SEKOLAH PARA PESERTA DIDIK KELAS XI

SMA SANTO MIKAEL SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/2015 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Sigit Nugroho Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesadaran akan kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 dan kemudian akan dijadikan dasar untuk penyusunan topik-topik bimbingan.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 47 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah yang terbagi dalam tiga aspek, yaitu tugas dan kewajiban (dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler), larangan-larangan yang harus diperhatikan, dan sanksi bagi murid. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian tingkat kesadaran akan kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan kriteria Azwar. Terdapat lima tingkat kesadaran akan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa : ada 7 (14,9%) peserta didik yang memiliki tingkat kesadaran yang sangat tinggi akan kedisiplinan tata tertib sekolah, 29 (61,7%) peserta didik yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan kedisiplinan tata tertib sekolah, 11 (23,4%) peserta didik yang memiliki tingkat kesadaran yang sedangakan kedisiplinan tata tertib sekolah, dan tidak ada (0%) peserta didik yang memiliki tingkat kesadaran rendah atau sangat rendah akan kedisiplinan tata tertib sekolah.

Berdasarkan hasil analisis item-item kuesioner, peneliti menyusun dan mengusulkan topik-topik bimbingan untuk lebih meningkatkan kesadaran dari para peserta didik yang tergolong sedang dan rendah terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah.


(2)

ABSTRACT

DESCRIPTION OF DISCIPLINE AWARENESS LEVEL OF RULES IN SCHOOL SUBJECTS OF RESEARCH IN XI GRADE SANTO MIKAEL SLEMAN SENIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR OF 2014/2015 AND

ITS IMPLICATIONS TO ANY SUGGESTIONS IN GUIDANCE TOPICS by

SigitNugroho Sanata Dharma University

Discipline as the most important thing in our life affects almost every part of human life but unfortunately the research about it rather inadequate. This research is written to present a scientifically measured observation about disciplinary level response in a very sensitive age level of human. The teenager in high school level. In purpose to analyze the level of disciplinary awareness, writer observes the students in SMA Santo Mikael Sleman using the 11th grade student as subjects and later would be bases for guidance topic composition.

Writer limits the scope of the research by taking only 45 students of the whole students in the grade. Writer decides to use questionnaire strategy as the research approach. This kind of approach is so effective to examine the response of research subjects toward punishment and prohibition program implemented there.

The result of the observation shows that there are three levels of participants with three different levels of obedience toward the program. Very high level of awareness is 7 subjects (14,9%), high level awareness is 11 subjects (23,4%) and no subjects for low level awareness (0%).

In conclusion, writer examines that even the number of the highest level of disciplinary program in this research is too low. Based on this result, writer proposes for continuing research in purpose to increase the level of awareness toward discipline program to the highest level of awareness.


(3)

DESKRIPSI TINGKAT KESADARAN TERHADAP KEDISIPLINAN TATA TERTIB SEKOLAH PARA PESERTA DIDIK KELAS XI

SMA SANTO MIKAEL SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/2015 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Sigit Nugroho NIM: 101114034

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

i

DESKRIPSI TINGKAT KESADARAN TERHADAP KEDISIPLINAN TATA TERTIB SEKOLAH PARA PESERTA DIDIK KELAS XI

SMA SANTO MIKAEL SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/2015 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Sigit Nugroho NIM: 101114034

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

жжж

Kita tidak akan tahu suatu hal jika kita belum berani mencobanya.

жжж

Semua pekerjaan, permasalahan, atau persoalan akan terselesaikan jika

diselesaikan.

жжж

Berlarilah untuk mengejar mimpi bukan untuk menghindari suatu

permasalahan.

жжж

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Kedua orang tuaku tercinta, Wiyono A . H dan Yustina Jasmiyati

Adikku tersayang Erina Andriani

Program Studi Bimbingan dan Konseling USD

Sahabat-sahabat BK 2010 A


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juli 2015


(9)

vi

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Sigit Nugroho

NIM : 101114034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Deskripsi Tingkat Kesadaran Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah Para Peserta Didik Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 24 Juli 2015


(10)

vii ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KESADARAN AKAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB SEKOLAH PARA PESERTA DIDIK KELAS XI

SMA SANTO MIKAEL SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/2015 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Sigit Nugroho Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesadaran akan kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 dan kemudian akan dijadikan dasar untuk penyusunan topik-topik bimbingan.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 47 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah yang terbagi dalam tiga aspek, yaitu tugas dan kewajiban (dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler), larangan-larangan yang harus diperhatikan, dan sanksi bagi murid. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian tingkat kesadaran akan kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan kriteria Azwar. Terdapat lima tingkat kesadaran akan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa : ada 7 (14,9%) peserta didik yang memiliki tingkat kesadaran yang sangat tinggi akan kedisiplinan tata tertib sekolah, 29 (61,7%) peserta didik yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan kedisiplinan tata tertib sekolah, 11 (23,4%) peserta didik yang memiliki tingkat kesadaran yang sedangakan kedisiplinan tata tertib sekolah, dan tidak ada (0%) peserta didik yang memiliki tingkat kesadaran rendah atau sangat rendah akan kedisiplinan tata tertib sekolah.

Berdasarkan hasil analisis item-item kuesioner, peneliti menyusun dan mengusulkan topik-topik bimbingan untuk lebih meningkatkan kesadaran dari para peserta didik yang tergolong sedang dan rendah terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah.


(11)

viii ABSTRACT

DESCRIPTION OF DISCIPLINE AWARENESS LEVEL OF RULES IN SCHOOL SUBJECTS OF RESEARCH IN XI GRADE SANTO MIKAEL SLEMAN SENIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR OF 2014/2015 AND

ITS IMPLICATIONS TO ANY SUGGESTIONS IN GUIDANCE TOPICS by

SigitNugroho Sanata Dharma University

Discipline as the most important thing in our life affects almost every part of human life but unfortunately the research about it rather inadequate. This research is written to present a scientifically measured observation about disciplinary level response in a very sensitive age level of human. The teenager in high school level. In purpose to analyze the level of disciplinary awareness, writer observes the students in SMA Santo Mikael Sleman using the 11th grade student as subjects and later would be bases for guidance topic composition.

Writer limits the scope of the research by taking only 45 students of the whole students in the grade. Writer decides to use questionnaire strategy as the research approach. This kind of approach is so effective to examine the response of research subjects toward punishment and prohibition program implemented there.

The result of the observation shows that there are three levels of participants with three different levels of obedience toward the program. Very high level of awareness is 7 subjects (14,9%), high level awareness is 11 subjects (23,4%) and no subjects for low level awareness (0%).

In conclusion, writer examines that even the number of the highest level of disciplinary program in this research is too low. Based on this result, writer proposes for continuing research in purpose to increase the level of awareness toward discipline program to the highest level of awareness.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Deskripsi Tingkat Kesadaran Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah Para Peserta Didik Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman Tahun

Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd, M.A, selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan petunjuk, pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Markus Sri Purwantoro, S.Pd, selaku Kepala SMA Santo Mikael Sleman yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.


(13)

x

5. L. Ratna Panditasari, S.Pd, selaku Koordinator BK di SMA Santo Mikael Sleman Sleman yang selalu membantu peneliti dalam mengadakan penelitian. 6. Siswa kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 atas

kerjasama saat pelaksanaan penelitian.

7. Wiyono Adi Hermanto dan Yustina Jasmiyati; kedua orangtua yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, doa dan dukungan.

8. Erina Andriani; adik yang selalu memberi semangat dan dukungan.

9. Keluarga besar Sri Muyek dan keluarga besar Cokro Wiyono atas semua dukungannya.

10. Peni Cristanti; pacar dan sahabat yang selalu setia menemani, memberikan semangat, meberikan masukan dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Aprianto Pamungkas dan Andri Brilliantoro, sahabat kontrakan yang selalu

menemani dan menghibur selama ini.

12. Anang, Lintang, Deta, Sinyo, Sugeng, Mas uthe, Aji, dan Bona yang selalu memberi semangat dan terima kasih atas persahabatan ini.

13. Teman-teman BK 2010 A yang selalu memberikan dukungan dan selalu kompak.

14. Semua rekan dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu; terima kasih dukungannya.


(14)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1


(15)

xii

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Operasional Variabel ... ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Pengertian Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah ... 11

B. Fungsi Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah ... 18

C. Unsur-unsur Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah ... 22

D. Faktor-faktor Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Populasi dan Subjek Penelitian ... 32

C. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

1. Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah ... 34

2. Penentuan Skor ... 38

D. Uji Coba Alat ... 39

1. Validitas ... 39

2. Reliabilitas ... 44

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 47

1. Tahap Persiapan ... 47

2. Pengumpulan Data ... 48


(16)

xiii

F. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… .. 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Tingkat kedisiplinan para peserta didik terhadap tata tertib sekolah ... 57

2. Hasil skor tiap item tingkat kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah ... 60

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

1. Deskripsi tingkat kedisiplinan para peserta didik terhadap Tata tertib sekolah ... 64

2. Item-item tingkat kedisiplinan para peserta didik terhadap Tata tertib sekolah ... 70

C. Usulan Topik Kedisiplinan Para Peserta Didik Terhadap Tata Tertib Sekolah ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Rincian Populasi Subjek ... 33 Tabel 2: Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kesadaran Terhadap Tata Tertib Sekolah

Para Peserta Didik Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman

Tahun Ajaran 2014/2015 ... 35 Tabel 3: Rekapitulasi Butir dan Nomor-nomor Item Kuesioner Tingkat

Kesadaran Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah ... 38

Tabel 4: Daftar Jumlah Subjek Uji Coba Terpakai... 40 Tabel 5: Jumlah Item-item yang Valid dan Tidak Valid dalam Uji Coba

Penelitian ... 43 Tabel 6: Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford (Masidjo, 1995) ... 46 Tabel 7: Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian ... 50 Tabel 8: Kategorisasi Tingkat Kesadaran Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib

Sekolah Para Peserta Didik Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman

Tahun Ajaran 2014/2015 ... 52 Tabel 9: Norma Kategorisasi Skor Item ... 53 Tabel 10: Kategorisasi Skor Item Kesadaran Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib

Sekolah Para Peserta Didik Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2014/2015 ... 55 Tabel 11: Kategorisasi Tingkat Kesadaran Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib

Sekolah Para Peserta Didik Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2014/2015 ... 58


(18)

xv

Tabel 12: Kategorisasi Skor Item Tingkat Kesadaran Terhadap Tata Tertib Sekolah Para Peserta Didik Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2014/2015 ... 60 Tabel 13: Item-item Tingkat Kesadaran Para Peserta Didik Terhadap

Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah Yang Tergolong Sedang ... 63 Tabel 14: Usulan Topik-topik Bimbingan Terkait Kesadaran Para Peserta

Didik Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2014/2015 Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah ... 76


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Histogram Kesadaran Para Peserta Didik Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah ... 58 Gambar 2: Histogram Skor Item Kesadaran Para Peserta Didik Terhadap


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1: Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para Peserta Didik Terhadap

Tata Tertib Sekolah ... 84

Lampiran 2: Tabulasi Data Penelitian ... 88

Lampiran 3: Hasil Hitung Uji Validitas dan Reliabilitas Item ... 91

Lampiran 5: Surat Izin Penelitian ... 94


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini berisi uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Peserta didik adalah seseorang yang terdaftar dan belajar dalam sekolah tertentu. Menurut Pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa:

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Peserta didik akan menempuh jenjang pendidikan secara berkelanjutan dari SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menengah Akhir). Pada penelitian ini nantinya akan ditekankan pada peserta didik yang berada pada jenjang SMA dan masih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar bengajar di sekolah.

Sekolah merupakan rumah kedua bagi para peserta didik, tempat dimana para peserta didik mengasah kemampuan intelektual dan membentuk karakter yang positif. Karakter dalam diri para peserta didik pada jenjang.


(22)

SMA ini sangat berkaitan dengan masa pencarian jati diri yang sedang mereka alami. Pada jenjang SMA ini karakter peserta didik dapat dilihat dari tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Namun, tanpa adanya sebuah pembentukan dan pengawasan yang dilakukan oleh sekolah maka karakter siswa akan sulit dibentuk kearah yang positif. Oleh karena itu kedisiplinan dalam sekolah sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter positif dari para peserta didik.

Kedisiplinan memiliki pengertian yang sangat bermakna bagi

perkembangan para peserta didik. Menurut Soeharto dalam Tu’u, (2004)

mengatakan bahwa pada dasarnya semua orang sejak lahir sudah mengerti dan terkena disiplin. Karena dalam kehidupannya, manusia peranannya penting sekali dalam berhubungan dengan kelompok atau manusia lain. Selanjutnya

Soeharto dalam Tu’u (2004) juga mengatakan bahwa para pendidik, orang

tua, dan guru, sebagaimana halnya dengan pemimpin kelompok, melihat disiplin ini sebagai sesuatu yang sangat penting dalam interaksi manusia.

Kedisiplinan pada jenjang SMA bukan hanya bekonsentrasi pada peraturan-peraturan yang ada di sekolah, namun juga meliputi banyak jenis kedisiplinan yang menyangkut pribadi dan sosial dari para peserta didik. Menurut Sahertian (1994) menyatakan bahwa disiplin ada tiga jenis yakni disiplin tradisional yang bersifat menekan, disiplin modern yang bersifat mengembangkan kemampuan dari peserta didik, dan disiplin liberal yang lebih bersifat bebas.


(23)

Ada beberapa aspek-aspek kedisiplinan yang harus dipenuhi oleh para peserta didik pastinya juga memiliki tujuan yang positif untuk dapat membentuk karakter para peserta didik. Aspek-aspek yang terdapat didalam kedisiplinan diri para peserta didik menurut Prijodarminto (1994) antara lain: 1) Sikap mental (mental attitude), 2) Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, dan standar perilaku yang ada, 3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukan kesungguhan hati, untuk menaati segala hal secara cermat dan tertib. Dari aspek-aspek tersebut nantinya bisa diuraikan menjadi berbagai macam kedisiplinan yang harus bisa dijalani oleh para peserta didik dan bisa membawa diri para peserta didik ini menuju hal-hal yang positif.

Rachman dalam Tu’u (2004) mengemukakan secara rinci kegunaan

atau pentingnya disiplin diri bagi para peserta didik, yaitu: 1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, 2) Membantu peserta didik memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, 3) Menjauhkan peserta didik melakukan hal-hal yang dilarang sekolah, 4) Mendorong peserta didik melakukan hal-hal yang baik dan benar, 5) Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Teori tersebut mengatakan bahwa pengendalian diri dari para peserta didik ini termasuk dalam sikap kedisiplinan yang harus dikembangkan, selain kemampuan intelektualnya.


(24)

Kedisiplinan juga termasuk dalam tugas perkembangan dari para peserta didik yang berada dalam jenjang pendidikan SMA ini. Tugas-tugas perkembangan menurut Panduan Umum Pelayanan BK Berbasis Kompetensi (Pusat Kurikulum 2002) yang terkait dengan kedisiplinan diri para peserta didik seperti memiliki perilaku sosial yang bertanggung jawab, menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif, mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya, dan mencapai kemandirian perilaku ekonomis. Berkembangnya sikap kedisiplinan dari para peserta didik maka tugas perkembangan dari para peserta didik pada jenjang pendidikan SMA ini juga semakin terpenuhi.

Kedisiplinan dalam diri peserta didik sangatlah penting, karena dengan adanya sikap kedisiplinan ini maka peserta didik dapat menjalani kehidupan dengan baik. Berbagai macam kedisiplinan harus bisa dijalankan oleh para peerta didik untuk dapat membawa dirinya menuju perilaku-perilaku yang sesuai dalam masyarakat. Bahri (2008) menyebutkan bahwa kedisiplinan tersebut antara lain adalah kedisiplinan pribadi, nasional, ilmu, disiplin tugas, dan disiplin sosial. Disiplin sosial berawal dari tingkat kemampuan dan kemauan mengendalikan diri dalam mengamalkan nilai, ketentuan, peraturan, dan tata tertib. Kedisiplinan tata tertib ini juga terdapat dalam tiap sekolah dimana para peserta didik melakukan kegiatan belajar mengajar. Tata tertib yang ada di sekolah mempunyai tujuan untuk menumbuhkan perilaku-perilaku positif dalam diri setiap peserta didik. Namun terkadang pengembangan sikap kedisiplinan ini masih menjadi perhatian khusus dari


(25)

para guru di sekolah karena belum maksimalnya para peserta didik dalam menerapkan kedisiplinan terutama terhadap tata tertib yang ada.

Banyaknya disiplin diri yang harus dikembangkan oleh para peserta didik ini terkadang menimbulkan perasaan malas dalam diri peserta didik, sehingga pemenuhan sikap disiplin diri ini sering terabaikan. Keadaan seperti ini membuat para peserta didik tidak dapat mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri, sehingga ini menjadi salah satu permasalahan yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam penanganannya. Keadaan yang ada di lapangan terlihat bahwa banyak sekali pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan-penyimpangan norma serta nilai sosial yang terjadi karena hilangnya sikap disiplin diri dari para peserta didik.

Menurut hasil obsevasi dari peneliti di SMA Santo Mikael Sleman dapat dilihat bahwa masih banyak dari para siswa tidak disiplin dengan tata tertib sekolah yang telah ditetapkan. Banyak dari mereka justru dengan sengaja melanggar peraturan tersebut, mereka tidak merasa takut dengan sanksi yang telah dirancang sebagai akibat dari pelanggaran tata tertib sekolah yang ada. Para peserta didik masih belum dapat menumbuhkan kedisiplinan dalam diri mereka masing-masing sehingga para guru masih terus berusaha untuk memberikan bimbingan dan arahan mengenai kedisiplinan ini kepada para peserta didik

Menurut hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru SMA Santo Mikael Sleman, ternyata masalah kurangnya disiplin dari para siswa merupakan masalah yang cukup serius. Dimana para siswa tersebut sulit


(26)

sekali menumbuhkan kesadaran dalam dirinya untuk bersikap disiplin, bahkan untuk hal yang kecil seperti kedisiplinan dalam belajar. Para siswa masih harus selalu dipaksa untuk bisa belajar dengan serius, mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, dan masih banyak lagi sikap yang tidak disiplin yang ditunjukkan oleh para siswa.

Terlepas dari hasil wawancara dan observasi. Menurut hasil pengamatan peneliti melalui berbagai media elektronik dan media sosial, masih banyak sekali keprihatinan dari orang tua maupun guru mengenai tidak disiplinnya para peserta didik. Banyak sekali sikat tidak disiplin yang dimiliki oleh para para peserta didik, seperti tidak disiplin waktu dan tidak disiplin pada tanggung jawabnya sebagai pelajar. Kedisiplinan yang ditunjukkan oleh para peserta didik ini masih belum dilandasi oleh kesadaran dari dalam diri para peserta didik, melainkan karena rasa terpaksa. Kurangnya kesadaran para peserta didik untuk bersikap displin kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti rasa malas atau kebosanan. Masih banyak faktor lain yang memungkinkan munculnya sikap tidak displin dari para siswa, dan hal tersebut perlu segera dibenahi agar dapat menciptakan generasi pengurus bangsa yang disiplin dan bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, kedisiplinan para peserta didik yang masih tergolong rendah ialah kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah yang merupakan salah satu unsur dari kedisiplinan sosial. Kesadaran para peserta didik mengenai pentingnya tata tertib sekolah ini masih terlihat belum maksimal. Kedisiplinan ini mecakup seluruh


(27)

aspek-aspek dari tata tertib, antara lain tugas dan kewajiban (dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler), larangan-larangan bagi para siswa, dan sanksi-sanksi bagi para siswa.

Para peserta didik masih belum dapat menjalankan kedisiplinan dengan baik dan tanpa paksaan. Kebiasaan para peserta didik yang selalu berbuat tidak disiplin harus dapat diubah sedikit demi sedikit. Perubahan tersebut memang tidak dapat dilakukan secara langsung dan cepat. Butuh jangka waktu dan dan melibatkan berbagai pihak untuk membantu para peserta didik mendisplinkan dirinya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai pengukuran tingkat kedisiplinan para peserta didik. Kedisiplinan yang akan diteliti tidak mencakup seluruh jenis kedisiplinan yang ada, namun akan berfokus pada kedisiplinan para peserta didik terhadap tata tertib sekolah. Alasan utama penelitian ini berfokus pada tata tertib sekolah karena menurut pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, para peserta didik masih terlihat belum maksimal dalam mendisiplinkan dirinya terhadap tata tertib sekolah yang ada. Selanjutnya, hasil penelitian yang telah didapat nantinya diharapkan bisa menjadi acuan untuk membimbing para peserta didik dalam mengasah kedisplinannya dalam segala hal tidak hanya terbatas pada tata tertib sekolah.

Berdasarkan kajian permasalahan yang ada dilapangan, kedisiplinan ini sangat penting untuk dapat mengatur perilaku para peserta didik untuk menjadi lebih baik. Tanpa adanya kedisiplinan yang ditaati oleh para peserta didik maka akan sulit terbentuk perilaku dan karakter yang positif dalam diri


(28)

para peserta didik. Berdasarkan dari hal tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitan mengenai kedisiplinan dengan judul Deskripsi Tingkat Kedisiplinan Para Peserta Didik Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2014/2015 Terhadap Tata Tertib Sekolah dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Seberapa baik tingkat kesadaran terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Berdasarkan hasil dari uji butir mengenai kesadaran terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015, butir manakah yang terindikasi paling rendah?


(29)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peniliti merumuskan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat kesadaran terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015.

2. Mengusulkan topik bimbingan tentang kesadaran terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah berdasarkan hasil analisis uji butir yang paling rendah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini lebih lanjut diharapkan bisa bermanfaat :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk menambah wawasan dan pengembangan penelitian dalam bidang kajian Bimbingan dan Konseling, khususnya mengenai tingkat kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah.


(30)

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Peniliti mendapatkan suatu pengalaman dan pembelajaran baru yang menyangkut kesadaran terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015.

b. Bagi Guru Mata Pelajaran

Diharapkan guru mata pelajaran SMA Santo Mikael Sleman mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai tingkat kesadaran terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015.

c. Bagi Guru BK

Diharapkan guru BK bisa mendapatkan informasi mengenai kesadaran terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015, dan menggunakan usulan-usulan topik bimbingan yang ada untuk menghadapi persoalan mengenai kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah ini.

d. Bagi Siswa

Diharapkan siswa mampu untuk terus meningkatkan kesadarannya terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah.


(31)

E. Definisi Operasional

1. Tingkat kedisiplinan adalah tinggi rendahnya sikap disiplin diri para peserta didik dalam berbagai hal. Tingkat disiplin diri ini dapat diukur dengan menggunakan instrument disiplin diri.

2. Tata tertib sekolah ialah peraturan-peraturan yang dibentuk untuk mengatur perilaku para peserta didik di sekolah.


(32)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan topik penelitian, yakni: pengertian, fungsi, unsur-unsur, dan faktor-faktor kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah .

A. Pengertian Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah

Rachman dalam Tu’u (2004) mendefinisikan bahwa disiplin disiplin

merupakan upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Teori Rachman tersebut juga menjelaskan bahwa kedisiplinan itu menyangkut berbagai aturan, norma, dan tata tertib yang ada dalam lingkungan sosial. Hal tersebut juga mengatakan bahwa seorang peserta didik harus mampu mengikuti peraturan, norma, atau tata tertib yang berlaku dalam lingkungannya. Dari hal-hal itulah kedisiplinan akan tercermin dalam diri seorang peserta didik.

Dua pengertian pokok tentang disiplin yang dapat kita kaji menurut Sutisna (1989) yaitu : (1) proses atau hasil pengembangan karakter,


(33)

pengendalian diri, keadaan teratur dan efisiensi. Ini adalah jenis disiplin yang

sering disebut “disiplin positif” atau “disiplin konstruktif”; (2) penggunaan

hukuman atau ancaman hukuman untuk membuat orang-orang mematuhi perintah dan mengikuti peraturan dan hukum. Jenis disiplin ini telah diberi macam-macam nama: “disiplin negatif”, “disiplin otortiter”, disiplin menghukum atau menguasai melalui rasa takut.

Pengertian kedisiplinan juga dapat dilihat dari teori yang dikemukakan oleh Semiawan (2009) yang mendefinisikan bahwa disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan. Dalam pengertian tersebut diungkapkan bahwa kedisiplinan ini merupakan bagian dari sebuah pembelajaran. Dimana para peserta didik diajarkan dari yang belum mengerti menjadi mengerti, hingga pada akhirnya kedisiplinan ini dapat tertanam dalam diri peserta didik untuk menghadapi segala tantangan-tantangan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat.

Kedisiplinan ini juga merupakan sebuah latihan seperti pendapat yang dikemukakan oleh Webster (dalam Intisari, 1999) disiplin adalah sebuah latihan untuk menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Bernhardt (1997) yang mengatakan bahwa disiplin merupakan latihan, bukan pengkoreksian, bimbingan bukan hukuman, mengatur kondisi untuk belajar bukan pembiasaan.


(34)

Pengertian yang di kemukakan oleh Webster (dalam Intisari, 1999) juga dapat melengkapi bahwa kedisiplinan juga merupakan pengendalian diri dari para peserta didik yang semuanya menuju kearah yang positif bagi kehidupan para peserta didik nantinya. Penanaman kedisiplinan bagi para peserta didik juga sangat penting agar para peserta didik dapat bertanggung jawab dan berperilaku positif sesuai dengan segala aturan yang berlaku.

Mulyasa (dalam skripsi Margiyanto, 2010) mengemukakan bahwa disiplin sekolah adalah refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules. Aturan sekolah (school rule) yang dimaksud dalam pembahasan sebelumnya misalnya seperti aturan tentang standar berpakaian (standarts of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial, dan etika belajar/kerja. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku para peserta didik agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan, dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Strategi umum merancang disiplin para peserta didik di sekolah, yaitu : 1) untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, 2) guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan para peserta didik, 3) guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu para peserta didik dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah, 4) guru membantu para peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang


(35)

nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri, 5) guru disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan siswa yang menghadapi masalah, 6) sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan, guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab, 7) menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan, 8) dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif, 9) guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan merupakan suatu bentuk kepatuhan atau ketaatan dari seorang individu dalam hal ini peserta didik terhadap segala hal yang telah dirancang dan disusun oleh pihak-pihak yang berwenang dalam rangka mengatur ketertiban agar tercipta suasana yang kondusif dan saling menguntungkan antara satu individu dengan individu lainnya. Kedisplinan ini memang tidak bisa langsung dapat diaplikasikan oleh para peserta didik. Proses aplikasi dari kedisplinan ini memerlukan beberapa tahap agar kedisiplinan tersebut dapat tubuh dan berkembang dalam diri para peserta didik. Strategi dan arahan dari pihak-pihak diluat diri para peserta didik sangat dibutuhkan untuk membantu para peserta didik menumbuhkan kedisiplinan dalam dirinya. Dengan adanya kedisiplinan tersebut maka peserta didik akan mendapatkan bekal yang sangat berarti untuk masa depannya.


(36)

Kedisiplinan tidak hanya mengacu kedalam satu hal saja, namun dapat dikelompokkan kedalam beberapa macam kedisiplinan. Bahri (2008) mengelompokkan kedisiplinan kedalam beberapa bagian, yaitu :

1. Disiplin Pribadi, yaitu pengarahan diri ke setiap tujuan yang diinginkan melalui latihan dan peningkatan kemampuan.

2. Disiplin nasional, yaitu kemampuan dan kemauan untuk mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh negara.

3. Disiplin ilmu, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan sebagai ilmuwan.

4. Disiplin tugas, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh atasan atau kepala sekolah.

5. Disiplin sosial, yaitu perwujudan dari adanya disiplin pribadi yang berkembang melalui kewajiban pribadi dalam hidup bermasyarakat.

Seluruh sikap disiplin tersebut harus dapat dipahami dengan baik dan dijalankan oleh para peserta didik tanpa adanya tekanan atau paksaan. Brdasarkan keseluruhan sikap disiplin tersebut, disiplin sosial juga masih dapat dikerucutkan lagi sehingga memunculkan kedisiplinan terhadap tata tertib yang notabene masih menjadi permasalahan yang cukup diperhatikan dalam lingkungan masyarakat khususnya di sekolah.

Kedisiplinan terhadap tata tertib lebih mengarah kedalam kepatuhan siswa terhadap peraturan yang ada dan menghidari larangan-larangan tertentu. Kepatuhan terhadap peraturan tata tertib dan menjauhi larangan yang ada


(37)

harus dapat dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan. Kesadaran dari para peserta didik mengenai kedisiplinan terhadap tata tertib ini harus didahului dengan pemahaman yang mendalam mengenai tata tertib yang ada di sekolah. Pemahaman para peserta didik tersebut akan mengarahkan diri mereka sendiri untuk mendisiplinkan diri mereka terhadap tata tertib yang ada. Dengan mentaati tata tertib sekolah maka para peserta didik bisa belajar menghargai, menghormati, dan mentaati aturan-aturan lainnya diluar tata tertib sekolah. Selain itu para peserta didik juga bisa melatih diri mereka untuk menyesuaikan diri terhadap peraturan yang ada diluar sekolah serta belajar untuk terus mengendalikan diri mereka masing-masing.

Melalui beberapa kajian diatas dapat dilihat bahwa memang kedisiplinan yang ditunjukkan oleh seseorang atau peserta didik dapat dilihat dari kepatuhan mereka terhadap tata tertib yang ada. Tingkat kesadaran para peserta didik untuk selalu menerapkan kedisiplinan terhadap tata tertib yang ada sangat perlu dijaga agar mereka bisa berkembang dan menjadi orang yang sukses nantinya. Bukan karena tuntutan dari luar seperti hukuman, pujian, atau semata-mata hanya untuk keuntungan dirinya lalu mereka memaksakan sikap kedisiplinan itu. Namun diharapkan mereka dapat mengerti benar dan memahami mengapa mereka harus berdisiplin dan manfaat apa yang dapat mereka dapatkan jika mereka dapat menerapkan kedisiplinan itu. Sehingga nantinya kesadaran akan kedisiplinan itu perlahan-lahan tumbuh dalam diri


(38)

para peserta didik dan dapat menjadi modal utama dalam meraih suatu keberhasilan.

B. Fungsi Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah

Pada pengertian mengenai kedisiplinan sebelumnya telah sedikit disinggung mengenai betapa pentingnya sebuah kedisiplinan dalam diri seorang peserta didik. Hal tersebut tak lain adalah untuk mengatur tingkah laku dari para peserta didik agar sesuai dengan peraturan atau norma yang berlaku di lingkungan sosial. Bukan hanya terbatas pada lingkungkan sekolah, tetapi para peserta didik pada jenjang SMA ini juga harus bisa mengamalkan kedisiplinan dimana pun dia berada.

Kedisiplinan itu sendiri pastinya juga mempunyai fungsi tersendiri untuk dapat membentuk perilaku atau karakter yang positif bagi para peserta didik. Berbicara mengenai kedisiplinan ini pasti membuat adanya pertanyaan besar yang muncul mengenai kedisiplinan ini yaitu, apakah fungsi dari kedisiplinan? Banyak ahli dari berbagai sumber telah mengemukakan mengenai fungsi kedisiplinan ini, pendapat-pendapat dari para ahli tersebut bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan yang ada mengenai kedisiplinan sebelumnya.


(39)

Fungsi disiplin lainnya dapat dikaji dari pendapat Farida Hanum (1989) yang mengemukakan bahwa:

a. Berguna bagi sosialisasi yaitu standar tingkah laku yang diperbolehkan masyarakat, serta dapat diterima masyarakat.

b. Penting untuk mengembangkan kemasakan pribadi, menumbuhkan ciri-ciri yang dimiliki seseoran dewasa yaitu dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain.

c. Penting untuk menginternalisasi standar moral dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tua atau dengan kata lain mengembangkan konsensia anak.

d. Menimbulkan rasa aman pada diri anak, tanpa adanya bimbingan yang jelas maka anak cenderung bingung dan khawatir.

Selanjutnya, fungsi dari kedisiplinan ini juga dikemukakan oleh Tu’u (2004) yakni :

a. Menata kehidupan bersama

Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.


(40)

b. Membangun kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti dan mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

c. Melatih kepribadian

Sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur, dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.

d. Pemaksaan

Disiplin dapat terjadi Karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seorang peserta didik yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah.

e. Hukuman

Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan member pengaruh bagi


(41)

terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.

Pendapat-pendapat tersebut sangat menjelaskan sekali bahwa memang kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan para peserta didik dan memiliki fungsi yang tidak dapat dianggap sepele. Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan memiliki fungsi untuk :

a. Memperkenalkan pada peserta didik bahwa di dunia ini ada peraturan-peraturan (tertulis maupun yang tidak tertulis) yang harus bisa diikuti oleh para peserta didik.

b. Membiasakan diri para peserta didik untuk mengatur tingkah lakunya agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.

c. Membuat para peserta didik merasa aman dan nyaman dengan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di lingkungan sosialnya.

Fungsi-fungsi kedisiplinan tersebut mengarah pada pembiasaan diri para peserta didik untuk hidup teratur. Kehidupan yang teratur itu diharapkan bisa menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan tanpa sebuah paksaan atau ketakutan akan adanya sanksi-sanksi. Pembiasaan diri tersebut juga memerlukan waktu, sehingga nantinya para peserta didik dapat mengendalikan dirinya dengan baik dan dapat hidup dengan kedisiplinan yang tinggi ditengah-tengah masyarakat.


(42)

C. Unsur-unsur Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah

Membentuk sebuah kata kedisiplinan membutuhkan unsur-unsur yang mendukung dan meneguhkan sehingga kedisiplinan menjadi sesuatu yang penting dan memiliki makna. Unsur-unsur ini juga merupakan sesuatu yang penting yang digunakan untuk membentuk kedisiplinan anak, dan berikut ini adalah unsur-unsur penting yang ada dalam kedisiplinan.

Hurlock (1999) ada 4 unsur standar yang mempengaruhi disiplin diri:

1. Peraturan sebagai pedoman perilaku disiplin

Peraturan adalah pola kendali tingkah laku disiplin yang telah ditetapkan oleh lingkungan. Peraturan dapat ditetapkan oleh orang tua, guru, teman bermain dan pemegang otoritas lainnya. Tujuan adanya peraturan adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Peraturan dapat terjadi dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

a. Peraturan sekolah adalah peraturan yang dikenakan kepada anak mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan sewaktu berada dilingkungan sekolah. Misalnya melaksanakan peraturan tata tertib sekolah, mengikuti pelajaran di kelas dan melaksanakan tugas lain di sekolah.


(43)

b. Peraturan keluarga adalah peraturan yang mendidik anak tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam keluarga. Misalnya berpamitan kepada orang tua jika ingin meninggalkan rumah, mematuhi jam belajar di rumah, mematuhi aturan keluar rumah untuk bermain.

c. Peraturan dalam masyarakat khususnya dalam lingkungan kelompok teman sebaya adalah peraturan yang mendidik anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan dalam hubungannya dengan teman kelompok. Misalnya hubungan dengan tanggung jawab, kerjasama, disiplin waktu, penyesuaian diri, dan saling menghargai antar agama.

Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk yang bermoral. Pertama, peraturan mempunyai nilai mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok di mana anak tinggal. Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi di atas, peraturan yang dibuat hendaknya harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh anak.


(44)

2. Konsisten dalam peraturan

Konsisten adalah suatu kecenderungan menuju kesamaan hasilnya. Konsisten dalam peraturan membantu anak supaya tidak bingung mengenai apa yang diharapkan dari mereka. Konsisten dalam disiplin mempunyai peranan yang penting, yaitu:

a. Mempunyai nilai mendidik yang besar.

Dengan adanya konsistensi maka anak tidak akan merasa bingung dalam menerapkan kedisiplinannya, sehingga itu akan senantiasa memberikan peranannya terhadap kedisiplinan sang anak.

b. Mempunyai nilai motivasi yang kuat.

Konsistensi akan memudahkan anak untuk menjalaninya. Jika anak sudah mengerti apa yang harus dikerjakan maka itu akan menjadi motivasi tersendiri bagi sanga anak untuk menjalaninya.

c. Mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.

Konsistensi dari perilaku kedisiplinan ini akan membuat anak semakin paham akan pentingnya kedisiplinan. Dari hal itu


(45)

maka akan tumbuh sifat menghargai akan peraturan yang ada dan siapa yang telah membuat peraturan tersebut.

3. Hukuman untuk pelanggaran

Anak yang dengan sengaja melanggar peraturan dan kesalahan akan mendapatkan hukuman sebagai ganjaran. Hukuman yang diberikan berfungsi sebagai:

a. Agar anak tidak mengulangi tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

b. Memberikan motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

4. Penghargaan untuk perilaku yang baik sejalan dengan peraturan yang berlaku.

Pemberian penghargaan menjadikan anak untuk berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat, karena penghargaan mempunyai nilai mendidik dan sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui oleh masyarakat (keluarga). Bentuk-bentuk penghargaan antara lain pujian, hadia, dan perlakuan istimewa.

Hilangnya salah satu unsur di atas menyebabkan sikap yang negatif pada anak dan menimbulkan perilaku yang tidak sesuai dengan standar harapan sosial. Unsur-unsur kedisiplinan diatas memang harus


(46)

mampu dipahami oleh para peserta didik, agar nantinya peserta didik bisa dengan sepenuh hati untuk menumbuhkan kedisiplinan dengan unsur-unsur kedisiplinan yang ada didalamnya.

Pembahasan mengenai unsur-unsur kedisiplinan ini juga dapat dilengkapi dengan aspek-aspek tata tertib, dimana aspek-aspek yang berada dalam tata tertib sekolah ini hendaknya dapat dimengerti dan dilaksanakan oleh para peserta didik dengan baik. Menurut Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14/4/1974 (Suryosubroto, 2004) terdapat beberapa didalam tata tertib sekolah. Aspek-aspek tersebut nantinya bisa dijadikan dasar untuk pembuatan tata tertib ditiap-tiap sekolah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah yang bersangkutan. Aspek-aspek tata tertib tersebut adalah :

1. Tugas dan kewajiban (dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler)

a. Murid harus datang di sekolah sebelum pelajaran dimulai.

b. Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran itu dimulai.

c. Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam istirahat kecuali jika keadaan tidak mengizinkan, misalnya hujan.


(47)

d. Murid boleh pulang jika pelajaran telah selesai.

e. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.

f. Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah.

g. Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler seperti : kepramukaan, kesenian, palang merah remaja, dan sebagainya.

2. Larangan-larangan bagi para siswa

a. Meninggalkan sekolah / jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yang bersangkutan.

b. Merokok di sekolah.

c. Berpakaian tidak senonoh atau bersolek yang berlebihan.

d. Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran.

3. Sanksi-sanksi bagi para siswa

a. Peringatan lisan secara langsung.

b. Peringatan tertulis dengan tembusan orang tua.

c. dikeluarkan sementara.


(48)

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, baiknya tingkat kesadaran para peserta didik terhadap tata tertib sekolah dapat dilihat dari terpenuhinya seluruh aspek-aspek tata tertib oleh para peserta didik. Para peserta didik diharapkan dapat memenuhi aspek-aspek kedisiplinan itu tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar melainkan secara sadar bahwa kedisiplinan merupakan hal yang penting bagi diri mereka masing-masing. Selain membahas mengenai pengertian kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah, berikutnya akan dibahas secara mendalam mengenai fungsi, unsur-unsur, dan faktor-faktor dari kedisiplinan terhadap tata tertib yang ada di sekolah.

D. Faktor-faktor Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Di Sekolah

Pembentukan kedisiplinan pada diri peserta didik pastinya juga memiliki faktor-faktor yang mendukungnya. Ada beberapa faktor pembentuk kedisiplinan yang sangat penting dan perlu diperhatikan untuk perkembangan

kedisiplinan dari para peserta didik. Menurut Tu’u (2004) menyebutkan

bahwa ada beberapa faktor disiplin, yaitu sebagai berikut :

1. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya, selain itu kesadaran diri menjadi motif kuat terwujudnya disiplin.


(49)

2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur individunya.

3. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

4. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

Faktor-faktor kedisiplinan juga dikemukakan lebih lanjut oleh Semiawan (2009) yaitu sebagai berikut :

1. Hubungan emosional yang kualitatif dan kondusif sebagai landasan untuk membentuk disiplin.

2. Keteraturan yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjalankan berbagai aturan.

3. Keteladanan yang berawal dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin di rumah, seperti belajar tepat waktu.

4. Lingkungan yang berfungsi untuk pengembangan disiplin, baik lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

5. Ketergantungan dan kewibawaan yang harus dimiliki oleh setiap guru dan orang tua untuk memahami dinamisme perkembangan anak.


(50)

Faktor-faktor kedisiplinan tersebut harus diperhatikan untuk perkembangan sikap disiplin peserta didik. Diungkapkan dalam teori tersebut bahwa faktor-faktor kedisiplinan tersebut meliputi peraturan, hukuman, dan keajegan atau konsistensi. Dimana satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan memiliki tujuannnya masing-masing. Namun yang paling ditekankan dari faktor tersebut ialah konsistensi dari setiap faktor yang ada. Tanpa ada konsistensi maka kedisiplinan tidak akan tumbuh dengan baik dalam diri para peserta didik.


(51)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian, antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, prosedur penyusunan alat dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang suatu gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat atau situasi pada waktu penelitian dilakukan (Furchan, 1982). Menurut Sugiyono (2010), penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendekripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif kuantitatif ini, peneliti berusaha untuk mendapatkan segala informasi terbaru tentang kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah langsung dari subjek yang bersangkutan. Data informasi yang didapat nantinya akan diolah dan


(52)

digunakan untuk mendeskripsikan tingkat kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Tujuan survei ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan informasi lain tentang individu (Furchan, 1982). Hal tersebut dimaksudkan agar dengan menggunakan pendekatan survei ini penelitian akan menjadi lebih jelas dan terarah.

B. Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi adalah anggota kelompok, orang atau objek yang telah dirumuskan secara jelas (Furchan 2004). Populasi yang digunakan penelitian ini adalah SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015. SMA Santo Mikael ini memiliki 2 kelas untuk masing-masing tingkat pendidikannya.

Penelitian ini tidak menggunakan keseluruhan dari populasi sebagai subjek penelitian. Peneliti hanya menggunakan peserta didik yang berada di kelas XI SMA Santo Mikael Sleman yang berjumlah 47 orang sebagai subjek dari penelitiannya. Alasan peneliti memilih para peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2014/2015 karena pada jenjang kelas XI

ini merupakan jenjang yang “rawan” atau dapat dikatakan sebagai jenjang

yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak sekolah. Jenjang kelas XI ini memungkinkan banyaknya tindakan-tindakan atau perilaku para


(53)

peserta didik yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah. Peserta didik pada jenjang kelas XI ini seperti sudah memiliki kekuatan untuk menunjukan jati dirinya karena mereka bukan lagi jenjang paling rendah dalam lingkungan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Keadaan tersebut dapat mengarahkan para peserta didik menuju tindakan-tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan ketentuan, termasuk sikap tidak disiplin terhadap tata tertib yang ada di sekolah.

Peneliti melibatkan peserta didik kelas XI SMA Santo Mikael Sleman karena pada jenjang ini subyek cenderung memiliki kebutuhan yang sama dalam pemenuhan tugas perkembangan mereka. Jenjang ini juga membentuk kesamaan pola berpikir yang dapat memudahkan para peserta didik untuk memahami isi kuisioner. Rincian populasi akan disajikan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Rincian Populasi Subjek Penelitian

Kelas Jumlah

XI IPA 21

XI IPS 26


(54)

C. Instrumen Pengumpulan data

Penilitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dan mengikuti arahan dari dosen pembimbing dalam proses penyusunannya. Pertama peneliti menyusun terlebih dahulu kisi-kisi kuesioner mengenai tingkat kedisiplinan para peserta didik terhadap tata tertib sekolah dengan menentukan aspek kedisiplinan terhadap tata tertib, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan indikator yang nantinya akan digunakan untuk membentuk item-item dalam kuesioner. Kisi-kisi

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kuesioner penelitian.

1. Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memuat pernyataan-pernyataan menegenai kedisiplinan terhadap tata tertib di sekolah. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang bersifat tertutup dan langsung. Tertutup artinya kuesioner sudah memiliki alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilihnya. Sedangkan bersifat langsung artinya daftar pertanyaan diisi langsung oleh orang yang dimintai pendapat dan keyakinannya atau diminta menceritakan keadaannya sendiri (Hadi, 2004).


(55)

Kuesioner yang disusun oleh peneliti memuat aspek-aspek tata tertib yang diambil dari Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14/4/1974 dan harus bisa dijalankan secara disiplin oleh para peserta didik di sekolah. Aspek-apsek tata tertib tersebut terdiri dari : tugas dan kewajiban (dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakuriuler), larangan-larangan bagi para siswa, dan sanksi-sanksi bagi para siswa. Keseluruhan kisi-kisi dari kuesioner penelitian ini akan disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kesadaran Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah Peserta Didik Kelas XI

SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2014/2015

No Aspek Indikator F UF

1. Tugas dan kewajiban (dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler)

a. Murid datang kesekolah sebelum pelajaran dimulai.

7, 25, 44

16, 34, 53, 62 b. Murid sudah siap menerima

pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran itu dimulai.

38, 11, 8

27, 2, 19

c. Murid meninggalkan ruang kelas pada saat jam istirahat kecuali jika kondisi tidak mengizinkan, misalnya hujan.

23, 41, 69


(56)

No Aspek Indikator F UF d. Murid diperbolehkan pulang

ketika pelajaran telah selesai.

4, 37 3, 66, 47

e. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.

14, 17, 6

58, 43, 65

f. Murid wajib berpakaian sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

21, 10, 40

33, 30, 50

g. Murid memperhatikan dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah seperti :

Kepramukaan, kesenian, Palang Merah Remaja (PMR), dan sebagainya.

60, 31 20, 64

2. Larangan-larangan yang harus diperhatikan.

a. Meninggalkan sekolah / jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yang bersengkutan.

22, 59 29, 18

b. Murid memperhatikan tata tertib mengenai larangan merokok di sekolah.

24, 63 56, 12

c. Memakai aksesoris seadanya dan bersolek sejawarnya.

9, 28 15, 35

d. Murid memperhatikan mengenai kegiatan-kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar di sekolah.


(57)

No Aspek Indikator F UF 3. Sanksi bagi murid. a. Murid menerima peringatan

lisan secara langsung.

52, 54 32, 39

b. Murid menerima peringatan tertulis dengan tembusan orang tua.

13, 68 51, 70

c. Murid menerima sanksi dikeluarkan dari sekolah sementara.

46 26, 48

d. Murid menerima sanksi dikeluarkan dari sekolah

45, 1 5, 49

Total Item 34 36

Berdasarkan kisi-kisi tersebut nantinya akan diproses menjadi indikator dan item yang akan diisi langsung oleh para peserta didik. Hasil yang didapatkan dari kuesioner tersebut nantinya akan menunjukkan seberapa tinggi tingkat kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah. Hasil tersebut juga dapat menunjukkan aspek mana yang dirasa masih rendah dan perlu mendapatkan layanan bimbingan dan konseling lebih lanjut.

Kuesioner yang disusun untuk penelitian ini dibagi menjadi dua item besar yakni item favourable dan item unfavourable. Item yang bersifat positif / favourable berjumlah 34 dan yang bersifat negatif / unfavourable berjumlah 36. Rekapitulasi aspek-aspek dan dan nomor item kuesioner penelitian ini akan disajikan pada tabel 3 di halaman berikutnya.


(58)

Tabel 3

Rekapitulasi Butir dan Nomor-Nomor Item Kuesioner Tingkat Kesadaran Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib Sekolah

Aspek Favourable No Item Unfavourable Jumlah 1. Tugas dan kewajiban (dalam

kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler)

7, 25, 44, 38, 11, 8,23, 41, 69, 4, 57,

14, 17, 6, 21, 10, 40, 60, 31

16, 34, 53, 62, 27, 2, 19, 37, 67, 3, 66, 47, 58, 43, 65,

33, 30, 50, 20, 64

39

2. Larangan-larangan yang harus diperhatikan

22, 59, 24, 63, 9, 28, 42, 61

29, 18, 56, 12, 15,

35, 55, 36 16 3. Sanksi bagi murid 52, 54, 13, 68, 46,

45, 1

32, 39, 51, 70, 26,

48, 5, 49 15

Jumlah 34 36 70

2. Penentuan Skor

Setiap pernyataan yang tertera pada kuesioner memiliki 4 alternatif jawaban. Setiap alternatif jawaban untuk item-item

favourable memiliki skor yaitu 4 untuk jawaban sangat sesuai, 3 untuk jawaban sesuai, 2 untuk jawaban tidak sesuai, dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai. Sedangkan pada item-item unfavourable memiliki sistem pemberian skor yang berbeda yakni, 1 untuk jawaban sangat sesuai, 2 untuk jawaban sesuai, 3 untuk jawaban tidak sesuai, dan 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai.


(59)

D. Uji Coba Alat

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan valid apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1997). Berdasarkan pengertian tersebut, item-item yang tertera dalam instrumen penelitian harus bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh peneliti agar bisa dikatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi ialah derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur (Sukardi, 2003). Validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka, namun pengesahannya perlu melalui tahap pengujian terhadap isi alat ukur dengan kesepakatan penilaian dari beberapa penilai yang kompeten (expert judgement) (Azwar, 2012).

Instrumen penelitian ini disusun sedemikan rupa oleh peneliti dan kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Konsultasi ini dimaksudkan untuk pemeriksaan secara menyeluruh dari instrumen


(60)

yang disusun oleh peneliti. Nurgiyantoro (2009) mengatakan bahwa pemeriksaan ini juga bertujuan agar setiap item pernyataan yang dibuat secara logis tepat atau sesuai dengan konstruk kisi-kisinya. Pemeriksaan juga dilakukan oleh ibu L. Ratna Panditasari, S.Pd selaku guru bimbingan dan konseling yang bertugas di SMA Santo Mikael Sleman, dimana dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti tepat sasaran dan dapat digunakan untuk penelitian di SMA Santo Mikael Sleman.

Kuisioner yang telah disusun, dikonsultasikan, dan telah siap kemudian dibawa untuk diujicobakan. Uji coba kuesioner ini dilakukan di SMA Santo Mikael Sleman dengan menggunakan subjek penelelitian yaitu seluruh peserta didik kelas XI Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 47 peserta didik. Rincian daftar subjek yang melakukan uji coba terdapat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4

Daftar Jumlah Subjek Uji Coba Terpakai

Kelas Jumlah

XI IPA 21

XI IPS 26


(61)

Selanjutnya peneliti menggunakan program komputer

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 13.0 for Window, untuk memeriksa nilai validitas. Dalam perhitungan ini menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment yaitu dengan mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh masing-masing subjek dengan skor masing-masing item.

Menentukan valid dan tidaknya item kuesioner digunakan metode korelasi Pearson Product Moment dengan rumus :

Keterangan :

rxy : Korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir

N : Jumlah subjek

X : Skor sub total kuesioner

Y : Skor total butir-butir kuesioner

XY : Hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut nantinya akan digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu valid dan tidak valid. Penentuan validitas item-item menggunakan patokan koefisien korelasi minimum 0,30. Menurut Azwar (2012) kriteria pemilihan


(62)

item berdasarkan korelasi item-total menggunakan batasan 0,30.

Semua item yang mencapai koefisien korelasi ≥ 0,30 dianggap valid.

Sebaliknya item yang mencapai koefisien korelasi < 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item tidak valid. Menurut Azwar (2012) apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria menjadi 0,25, sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.

Berdasarkan perhitungan statistik yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh hasil 12 item yang dinyatakan tidak valid dan 58 item yang dinyatakan valid. Jumlah item-item yang valid dan tidak valid terdapat pada tabel 5 yang terdapat pada halaman berikutnya.


(63)

Tabel 5

Jumlah Item-Item yang Valid dan tidak Valid dalam Uji Coba Penelitian

No Aspek Indikator F UF

1. Tugas dan kewajiban (dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler)

a. Murid datang kesekolah sebelum pelajaran dimulai.

7, 25, 44

16, 34, 53, 62 b. Murid sudah siap menerima

pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran itu dimulai.

38, 11, 8*

27, 2, 19

c. Murid meninggalkan ruang kelas pada saat jam istirahat kecuali jika kondisi tidak mengizinkan, misalnya hujan.

23*, 41, 69

37, 67*

d. Murid diperbolehkan pulang ketika pelajaran telah

selesai.

4, 57* 3, 66, 47

e. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.

14, 17, 6

58, 43, 65 f. Murid wajib berpakaian

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

21, 10, 40

33, 30, 50

g. Murid memperhatikan dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah seperti :

Kepramukaan, kesenian, Palang Merah Remaja (PMR), dan sebagainya.

60, 31 20*, 64

2. Larangan-larangan yang harus diperhatikan.

a. Meninggalkan sekolah / jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yang bersengkutan.

22*, 59 29, 18

b. Murid memperhatikan tata tertib mengenai larangan merokok di sekolah.


(64)

No Aspek Indikator U UF c. Memakai aksesoris

seadanya dan bersolek sejawarnya.

9, 28 15, 35

d. Murid memperhatikan mengenai kegiatan-kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar di sekolah.

42, 61 55, 36

3. Sanksi bagi murid. a. Murid menerima peringatan lisan secara langsung.

52*, 54*

32*, 39 b. Murid menerima peringatan

tertulis dengan tembusan orang tua.

13, 68 51, 70

c. Murid menerima sanksi dikeluarkan dari sekolah sementara.

46 26, 48

d. Murid menerima sanksi dikeluarkan dari sekolah.

45, 1* 5*, 49

Jumlah Item Tidak Valid 8 4

Jumlah Item Valid 26 32

Jumlah Total Item Valid 58

Catatan : Kode *) adalah item yang tidak valid

2. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen digunakan untuk melihat sejauh mana instrumen dapat menunjukkan hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Menurut Arikunto (2006) reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah cukup baik. Suatu hasil pengukuran dapat dikatakan reliabel jika alat pengukur tersebut dapat dipercaya, sehingga mendapatkan hasil


(65)

yang tetap dan konsisten. Hasil pengukuran dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2011)

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Pengunaan teknik analisis Alpha Cronbach didasarkan atas pertimbangan perhitungan reliabilitas skala. Perhitungan reliabiiltas skala tersebut diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden atau single trial administration

(Anzwar, 2011). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach

(α) adalah sebagai berikut :

[ ]

Keterangan :

α : Koefisien alpha

: Varians skor belahan satu : Varians skor belahan dua : Varians skor skala


(66)

Berdasarkan hasil data uji coba yang telah dihitung melalui program computer Statistical Product and Service Solution (SPSS)

13.0 for Window, diperoleh perhitungan reliabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α), yaitu X. Hasil perhitungan reliabilitas kemudian akan dikonsultasikan dengan kriteria

Guilford (Masidjo, 1995) dan tersaji dalam tabel 7 di bawah ini.

Tabel 6

Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford (Masidjo, 1995)

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan perhitungan menggunakan program komputer

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 13.0 for Window

diperoleh hasil reliabiltas instrumen sebesar 0,937. Berdasarkan kategorisasi menurut Guilford koefisien korelasi termasuk dalam kategori sangat tinggi.


(67)

E. Prosedur Pengumpulan Data

Berikut ini adalah tahap-tahap yang akan ditempuh dalam proses pengumpulan data :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa hal yang digunakan untuk persiapan sebelum melaksanakan penelitian, yaitu mempelajari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian tentang kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah serta melakukan penyusunan kuesioner dan kemudian uji coba kuesioner.

a. Peneliti mempelajari buku-buku serta sumber-sumber lain yang terpercaya mengenai kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah.

b. Peneliti menyusun kuesioner mengenai kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah dengan mengunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menetapkan dan mendefinisikan variabel penelitian yaitu tentang kedisiplinan para peserta didik terhadap tata tertib sekolah.


(68)

2) Menjabarkan variabel penelitian ke dalam aspek-aspek dan indikator-indikator.

3) Menyusun item-item berdasarkan aspek dan indikator yang telah ditentukan sebelumnya.

4) Mengkonsultasikan seluruh komponen kuesioner yang telah disusun kepada dosen pembimbing untuk dilakukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

5) Menghubungi pihak sekolah SMA Santo Mikael Sleman untuk meminta izin melakukan uji coba dan penelitian.

6) Melakukan uji coba instrumen.

7) Melakukan pengolahan data untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen.

2. Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan di SMA Santo Mikael Sleman. Penyebaran kuesioner ini ditujukan kepada para peserta didik kelas XI Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 47 anak. Proses pengambilan data ini dilakukan pada tanggal 23-27 Maret 2015. Data yang telah didapatkan nantinya akan dianalisis sebagai hasil dari penelitian.


(69)

3. Uji Terpakai

Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai karena melihat jumlah subjek yang sedikit dan tidak memungkinkan untuk melakukan uji coba dan pengambilan data secara terpisah. Data yang telah dikumpulkan nantinya akan diproses untuk mencari tingkat validitasnya kemudian data yang tidak valid akan dieliminasi. Sementara itu data yang valid akan dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan tingkat kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melakukan analisis data, yaitu :

1. Memastikan semua item telah terjawab.

2. Memberi skor pada setiap alternatif jawaban yang dipilih. Norma scoring untuk pernyataan positif adalah : sangat sesuai = 4, sesuai = 3, tidak sesuai = 2, sangat tidak sesuai = 1, dan untuk pernyataan positif negatif mendapatkan skor sebaliknya yaitu : sangat sesuai = 1, sesuai = 2, tidak sesuai = 3, sangat tidak sesuai = 4.


(70)

3. Mentabulasi data, menghitung skor total masing-masing responden maupun item kuesioner dan skor rata-rata responden maupun rata-rata butir.

4. Mengkategorisasikan subjek dan item penelitian tentang deskripsi tingkat kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a. Kategorisasi subjek penelitian

Kategorisasi skor item deskripsi tingkat kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah dilakukan dengan mengacu pada Azwar (2012) dengan lima jenjang kategori diagnosis yaitu : sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Norma kategorisasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7

Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian

Perhitungan Skor Keterangan

µ + 2α < X Sangat Tinggi

µ + 1α < X ≤ µ + 2α Tinggi µ -1α < X ≤ µ + 1α Sedang µ - 2α < X ≤ µ - 1α Rendah


(71)

Keterangan :

X Maksimum Teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian dalam skala.

X Minimum Teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek penelitian dalam skala.

α (Standar Deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ (Mean Teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.

Kategori diatas akan digunakan untuk mengelompokkan tinggi rendahnya tingkat kesadaran para peserta didik terhadap kedisiplinan tata tertib sekolah. Jumlah item yang digunakan untuk penelitian berjumlah 58 item. Nilai tertinggi untuk masing-masing alternatif jawaban adalah 4 dan nilai terendahnya adalah 1. Sehingga perhitungannya akan menjadi seperti berikut ini.


(72)

X Maksimum Teoritik : 4 x 58 = 232 X Minimum Teoritik : 1 x 58 = 58 Luas Jarak : 232 – 58 = 174

α (Standar Deviasi) : 174 : 6 = 29

µ (Mean Teoritik) : (232 + 58) / 2 = 145

Setelah melakukan proses penghitungan maka telah didapat kategori skala. Kategorisasi skor dapat dilihat pada tabel 8 yang terdapat pada halaman berikutnya.

Tabel 8

Kategorisasi Tingkat Kesadaran Terhadap Kedisiplinan Tata Tertib Para Peserta Didik Kelas XISMA Santo Mikael Sleman

Tahun Ajaran 2014 / 2015

Perhitungan Skor Rerata Skor Keterangan

µ + 2α < X X > 203 Sangat Tinggi

µ + 1α < X ≤ µ + 2α 174 < X ≤ 203 Tinggi µ -1α < X ≤ µ + 1α 116 < X ≤ 174 Sedang µ - 2α < X ≤ µ - 1α 87 < X ≤ 116 Rendah

X ≤ µ - 2α X ≤ 87 Sangat Rendah

Selanjutnya data setiap subjek penelitian dikelompokan berdasarkan skor total yang diperoleh ke dalam kategori di


(1)

A. Garis Besar :

Kegiatan ini dapat dilakukan oleh para peserta didik untuk dapat merefleksikan seberapa taatkah mereka pada peraturan yang ada.

B. Tujuan :

Membiarkan para peserta didik untuk dapat merefleksikan secara pribadi bagaimana kepatuhan mereka terhadap pertauran-peraturan yang ada.

C. Waktu yang dibutuhkan :

35 – 40 menit.

D. Jumlah Peserta :

Tidak dibatasi

E. Materi yang dibutuhkan :

Ruangan yang luas seperti lapangan yang teduh atau aula untuk para peserta didik berdiskusi dan menampilkan hasil diskusinya.


(2)

F. Prosedur

1. Para peserta dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dan kemudian diberikan intruksi untuk membuat sebuah drama mengenai sebuah kondisi ketidakpatuhan dalam mengikuti peraturan yang ada.

2. Hasil drama yang telah dirancang oleh para kelompok didik kemudian akan ditampilkan secara bergantian dengan durasi yang disesuaikan.

3. Setiap satu kelompok selesai menyajikan sebuah drama, kelompok lain akan memberikan pendapatnya mengenai perasaannya setelah menonton drama tersebut. Hal tersebut terus dilakukan sampai kelompok terakhir selesai menampilkan dramanya.

4. Drama yang telah dirancang oleh para kelompok tersebut akan memperlihatkan suatu kondisi ketidakpatuhan dimana hal tersebut tidak seharusnya dilakukan oleh para peserta didik. Tugas guru BK atau konselor dalam kegiatan ini adalah mengarahkan para peserta didik untuk melihat kedalam diri mereka masing-masing apakah mereka sudah bisa patuh terhadap peraturan-peraturan yang ada? Bagaimanakah seharusnya mereka bersikap dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada?


(3)

A. Garis Besar :

Kegiatan ini dapat dilakukan oleh para peserta didik untuk merangsang mereka dalam menemukan hal-hal yang terlupakan dalam mempersiapkan proses belajar.

B. Tujuan :

Agar para peserta didik dapat mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar dengan baik.

C. Waktu yang dibutuhkan :

25 – 30 menit

D. Jumlah Peserta :

Tidak dibatasi

E. Materi yang dibutuhkan :

Spidol dan whiteboard yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan berkaitan dengan persiapan dalam mengikuti proses belajar.


(4)

F. Prosedur

1. Para peserta didik akan dibagikan kedalam 2 kelompok besar yang kemudian akan saling berlomba untuk menuliskan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam mengikuti proses belajar.

2 Setiap kelompok akan secara bergantian maju dan menuliskan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam mengkuti proses belajar. Kelompok mulai menuliskan jika sudah ada aba-aba dari guru BK atau konselor.

3. Dalam waktu yang telah ditentukan kelompok yang dapat menuliskan paling banyak adalah pemenangnya.

4. Dari kegiatan tersebut guru BK atau konselor akan mengarahkan para peserta didik untuk melihat hasil yang telah dituliskan di papan tulis dan kemudian memberikan penjelasan.

5. Setelah menjelaskan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam mengikuti proses pembelanjaran dari para peserta didik. Maka guru BK atau konselor akan melanjutkan dalam kegiatan sharing dan kemudian ditutup dengan kegiatan refleksi bersama para peserta didik mengenai kegiatan yang telah dilakukan.


(5)

A. Garis Besar :

Kegiatan ini dapat dilakukan oleh para peserta didik untuk dapat memiliki pemikiran-pemikiran kreatif dalam memanfaatkan waktu luang terutama jam istirahat sekolah.

B. Tujuan :

Agar para peserta didik dapat menemukan cara belajar yang santai namun bermanfaat untuk mengisi waktu istirahat sekolah.

C. Waktu yang dibutuhkan :

30 – 35 menit

D. Jumlah Peserta :

Tidak dibatasi

E. Materi yang dibutuhkan :

Spidol dan whiteboard yang digunakan untuk mecatat hal-hal yang diperlukan dalam proses sharing dengan para peserta didik.


(6)

F. Prosedur

1. Para peserta didik akan diberikan penjelasan-penjelasan mengenai pemanfaatan waktu yang baik untuk belajar dari guru BK atau konselor. Dimana para peserta didik harus bisa memanfaatkan waktunya dengan baik untuk terus menambah pengetahuan dalam diri mereka masing-masing.

2 Setelah penjelasan yang diberikan oleh guru BK atau Konselor kegiatan dilakukan dengan sesi sharing untuk mencara tahu hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk menambah wawasan pada saat jam istirahat agar para peserta didik tetap dapat bersantai pada saat jam istirahat namun wawasan mereka juga bertambah.

3. Guru BK atau konselor berusaha untuk memancing kreatifitas para peserta didik dalam kegiatan ini. Sehingga para peserta didik memiliki ide dari diri mereka sendiri untuk terus menambah wawasan mereka walaupun pada saat jam istirahat sekolah.

4. Pada bagian akhir kegiatan ini guru BK atau konselor dapat menambahkan hal-hal yang diperlukan serta menyimpulkan dan mengajak para peserta didik untuk merefleksikan kegiatan yang telah mereka lakukan hari ini.