SUPERVISI PENDIDIKAN DAN PROFESIONALISME. pdf

Supervisi Pendidikan

Pengertian Supervisi Secara etimologis supervisi diambil dari kata super dan visi. Kata super artinya mempunyai kelebihan tertentu, seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat dan kualitas. Sedangkan kata visi artinya melihat atau menjawab. Mencermati pengertian supervisi secara etimologis tersebut dapat simpulkan dua hal, yaitu:

Pertama, bahwa dalam pengertian supervisi mengandung sesuatu hal lebih, baik dalam kedudukan, pangkat dan kualitas. Kedudukan, pangkat dan kualitas tersebut ditinjau dari sisi subjek yang melakukan aktivitas supervisi. Dalam aktivitas supervisi diduga terdapat dua pelaku, yang pertama subjek yang melakukan supervisi dan memiliki otoritas serta wewenang dalam memberikan supervisi terhadap subjek yang disupervisi. Hal ini mungkin dilakukan oleh subjek pelaku pertama karena atas dasar kelebihan yang dimilikinya seperti yang telah disebutkan.

Kedua, terdapat aktivitas melihat atau menjawab. Aktivitas melihat yang dapat dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan alat terhadap subjek yang disupervisi dan kemudian akan diolah dan diproses sehingga menghasilkan jawaban yang akan diberikan kepada subjek yang disupervisi yang mungkin saja memiliki persoalan/permasalahan yang perlu dicarikan soluasinya. Jawaban sebagai solusi atas persoalan/permasalahan yang diberikan kepada subjek yang disupervisi tersebut mungkin berupa pembimbingan dan pembinaan dalam bentuk teknis dan berkaitan dengan persoalan/permasalahan keseharian dari subjek yang disupervisi.

Berkaitan dengan kesimpulan kedua, yakni aktivitas melihat dari pengertian supervisi secara etimologis ini, Shihab (2006, hlm. 144-145) ketika memberikan analisanya mengenai ‘Al-Bashir/Yang Maha Melihat’ yang merupakan salah satu dari sembilan puluh sembilan Al-Asma’ul Husna, bahwa kata ‘Al-Bashir/Yang Maha Melihat’, berakar kata pada bashara yang tersusun dari huruf-huruf ba’, shad, dan

ra’, yang dasarnya mengandung dua makna. Pertama, ilmu atau pengetahuan tentang sesuatu. Dari segi bahasa kata ‘ilm- dalam berbagai bentuknya- mengandung makna kejelasan. Itu juga sebabnya kata bashiirah yang tersusun dari akar kata yang sama, diartikan dengan bukti yang sangat jelas dan nyata. Kedua, bermakna kasar, seperti kata bashrah yang berarti tanah yang kasar, atau juga berarti batu, tetapi yang lunak dan mengandung warna keputih-putihan. Salah satu kota besar di Irak dinamai Bashrah karena sifat tanah dan batu-batuannya demikian. Dari kedua makna yang diuraikan tersebut, makna pertamalah yang memiliki relevansi dengan aktivitas supervisi secara etimologis, yakni melihat. Melihat merupakan aktivitas pendahuluan supervisi. Dari aktivitas melihat inilah supervisor (pelaku supervisi) memperoleh pengetahuan tentang objek yang disupervisi dan pengetahuan mengenai objek yang disupervisi tersebut yang nantinya akan menjadi bukti yang sangat jelas dan nyata bagi supervisor (pelaku supervisi) dan kemudian akan dijadikan bahan evaluasi untuk melakukan aktivitas selanjutnya berkaitan dengan aktivitas pembimbingan dan pembinaan.

Untuk melakukan aktivitas pembimbingan dan pembinaan tersebut, supervisor (pelaku supervisi) selayaknya telah akrab dan terbiasa dengan aktivitas melihat tersebut. Aktivitas melihat yang dilatih dengan baik dan terarah pada gilirannya akan menjadi sebuah keterampilan dan ikut berkontribusi bagi kompetensi supervisi seseorang supervisor (pelaku supervisi). Adapun penjelasan mengenai kompetensi secara umum dan kompetensi profesional, akan dijelaskan pada bagian yang berkaitan dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

Kembali pada aktivitas pembimbingan dan pembinaan yang berkaitan dengan supervisi. Pengertian yang secara eksplisit menyebutkan pembinaan sebagai substansi dari supervisi dikemukakan oleh Purwanto (1999, hlm. 26) bahwa supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat Kembali pada aktivitas pembimbingan dan pembinaan yang berkaitan dengan supervisi. Pengertian yang secara eksplisit menyebutkan pembinaan sebagai substansi dari supervisi dikemukakan oleh Purwanto (1999, hlm. 26) bahwa supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat

Pendapat lain mengenai pengertian supervisi secara istilah ini dikemukakan oleh Robbins. Menurut Robbins ( 1996, hlm.39) supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bertanggung jawab secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.

Dalam Dictionary of Education, seperti dikutip Sutisna (1983) memberi pengertian supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

Pada pengertian supervisi yang dikemukakan oleh Robbins, terlihat bahwa titik fokus supervisi itu adalah proses. Dalam proses tersebut terdapat personalia yang bertanggung jawab untuk menolong personalia lain untuk menyelesaikan tujuan sekolah. Adapun pengertian supervisi yang dikutip oleh Sutisna memberikan pemahaman bahwa titik fokus dari supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru (secara khusus) dan petugas lain lainnya dalam memperbaiki pengajaran, perkembangan karir guru, merevisi (memperbaiki) tujuan- tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

Uraian mengenai tujuan supervisi pendidikan akan dikemukakan pada sub pembahasan berikut ini.

Tujuan Supervisi Pendidikan Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Secara rinci tujuan supervisi menurut Tannenbaum (1985, hlm. 378), yaitu:

1. meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar mengajar;

2. mengendalikan pengajaran bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan;

3. menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil yang oftimal;

4. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya;

5. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.

Peningkatan kualitas dari seorang guru lebih diutamakan dan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Hal ini merupakan suatu proses yang kontinyu dan bertahap. Ada satu hal yang perlu diketahui dan diperhatikan dengan melakukan pengawasan yang dilakukan oleh seorang supervisor akan dapat menolong dan dapat memberikan pengarahan yang lebih jelas bagi peningkatan mutu sekolah.

Menurut Nawawi (1990, hlm. 90) tujuan dari supervisi adalah menilai kemampuan dari seorang guru sebagai pendidik dan mengajar dalam bidang masing- masing guna membantu mereka melakukan berbagai perbaikan- perbaikan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan- kekurangannya agar dapat diatasi dengan usaha sendiri. Pengertian tujuan supervisi yang dikemukakan oleh Nawawi Menurut Nawawi (1990, hlm. 90) tujuan dari supervisi adalah menilai kemampuan dari seorang guru sebagai pendidik dan mengajar dalam bidang masing- masing guna membantu mereka melakukan berbagai perbaikan- perbaikan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan- kekurangannya agar dapat diatasi dengan usaha sendiri. Pengertian tujuan supervisi yang dikemukakan oleh Nawawi

Dari apa yang dikemukakan di atas bahwa tujuan dari supervisi pendidikan adalah bagaimana menolong seorang guru dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan pendidikan. Baik permasalahan yang berhubungan dengan teknik mengajar maupun permasalahan yang berhubungan dengan kurikulum dalam proses pengajaran.

Supervisi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran tidak dapat hanya dilakukan sepihak saja, melainkan lebih mengutamakan kooperatif antara orang yang melakukan supervisi (supervisor) dengan orang yang menjadi obyek dari kegiatan supervisi. Keberhasilan dalam proses pendidikan adalah tidak terlepas dari keberhasilan suatu sistem belajar yang dilaksanakan oleh tenaga kependidikan.

Dalam hal ini harus dipahami bahwa supervisi itu tidak hanya dilakukan untuk guru saja, melainkan untuk seluruh komponen yang terlibat dalam suatu lembaga pendidikan. Dengan demikian, ditinjau dari orang-orang yang mendapatkan pengawalan, supervisi merupakan proses belajar yang menghasilkan pengetahuan, sikap dan keterampilan kerja yang baru. Dengan kata lain, supervisi pendidikan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku para petugas sekolah sebagai tenaga kependidikan yang profesional.

Prinsip-Prinsip Supervisi Seorang pimpinan pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan tugasnya hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi berikut :

1. Ilmiah (Scientific), yang mencakup unsur-unsur :

1) Sistematis, dilaksanakan secara teratur, terprogram dan berkesinambungan.

2) Obyektif, berdasar pada data/informasi dan bebas dari prasangka.

3) Menggunakan instrumen (alat) yang dapat memberi data/ impormasi sebagai

bahan untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.

4) Demokratis, yaitu menjunjung tinggi musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan

yang kuat serta sanggup menerima dan menghormati pendapat orang lain.

2. Kooperatif, seluruh staf dapat bekerjasama, mengembangkan usaha bersama untuk

menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

3. Konstruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk

aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik, dan menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat menggunakan petensi-

potensinya (Fattah 1996, hlm. 95). Dengan memahami arti dan prinsip-prinsip supervisi tersebut, maka supervisi

akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sehingga tujuan dari supervisipun akan tercapai, yakni peningkatan mutu proses belajar mengajar.

Kepengawasan

Kepengawasan adalah aktivitas yang berkaitan dengan mengawas yang meliputi siapa pelaku dan siapa yang diawasi, dimana, kapan, dan mengapa dilakukan.

Secara etimologis pengawasan disamakan dengan supervisi. Dalam An English- Indonesian and Indonesian-English dijumpai makna kata supervision adalah kata benda yang berarti pengawasan (Setiawan, 2007). Dalam bahasa Arab (Al- Munjid fii al-Lughah wa al- A’laam), di jumpai kata Ar- Riqbah yang berarti penjagaan/pemeliharaan dari kata raqaba, yarqubu, ruquuban- raquuban- raqaabatan- riqbaanan- riqbatan- raqbatan (Karim Al-Bustaani, 1987, hlm. 284) Secara etimologis pengawasan disamakan dengan supervisi. Dalam An English- Indonesian and Indonesian-English dijumpai makna kata supervision adalah kata benda yang berarti pengawasan (Setiawan, 2007). Dalam bahasa Arab (Al- Munjid fii al-Lughah wa al- A’laam), di jumpai kata Ar- Riqbah yang berarti penjagaan/pemeliharaan dari kata raqaba, yarqubu, ruquuban- raquuban- raqaabatan- riqbaanan- riqbatan- raqbatan (Karim Al-Bustaani, 1987, hlm. 284)

Kata ar- Raqiib memiliki akar kata ra, qaf, dan ba’ makna dasarnya adalah tampil tegak lurus untuk memelihara sesuatu. Pengawas adalah raqiib, karena dia tampil memerhatikan dan mengawasi untuk memelihara yang diawasi. Siapa yang memelihara sesuatu dan tidak lengah terhadapnya, memerhatikannya dengan perhatian bersinambung, menjadikan yang disaksikan bila dilarang melakukan sesuatu, tidak akan melakukannya, maka siapa yang yang demikian itu halnya dinamai raqiib. Karena sifat ini berkaitan erat dengan ilmu serta pemeliharaan, tetapi dari sisi bahwa hal tersebut terlaksana secara bersinambung, demikian menurut Imam Ghazali seperti dikutip Shihab (Shihab 2006, hlm. 215-216).

Dalam Al-Qur’an, istilah raqiib dikenalkan pada sejumlah ayat. Ditemukan lima kali kata raqiib, tiga diantaranya menjadi sifat Allah, dan dua lainnya, masing- masing satu bagi malaikat pengawas serta pencatat ucapan manusia.

Ketiga kata raqiib dan menjadi sifat Allah yang terdapat dalam ayat Al- Qur’an adalah sebagai berikut: Ayat pertama

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Q.S. An-Nisa’ (4): 1.

Ibnu Katsir menafsirkan kata Raqiiba yaitu 1

‘Dia (Allah) lah yang mengawasi semua kondisi dan perbuatanmu’. Thabari menafsirkan kata Raqiiba yaitu 2

Sebagai اظي ـفح /penjaga, penilai semua amal perbuatanmu. Mujahid seperti dikutip Thabari dan Qurthubi 3 menafsirkan kata Raqiiba dengan makna yang sama yakni

sebagai اظيْفح /penjaga:

Artinya: telah menceritakan kepadaku Al-Mutsanna ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Hudzaifah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sibl, dari Ibnu Abi Najiih, dari Mujahid: ”Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”, yaitu اظيْفح /penjaga:

Ayat kedua

Artinya: tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu. Q.S. Al- Ahzaab (33): 52.

2 Al-Qur’an beserta tafsir, tafsir Thabari (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

Pakar tafsir Thabari menafsirkan kata ‘Raqiib’ pada Q.S. Al-Ahzaab (33): 52 dengan makna اظي ـفح/penjaga. Demikian pula pendapat Al-Hasan dan Qatadah manafsirkan

kata ‘Raqiib’ dengan makna اظيْفح /penjaga seperti dikutip Thabari berikut:

Telah menceritakan kepada kami Basyar ia berkata: Yazid telah menceritakan kepada kami ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sa’id, dari Qatadah: Dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu, yaitu menjaga/memelihara (Menurut pendapat Al-Hasan dan Qatadah). Ayat ketiga

Artinya: aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu.

Jika Engkau menyiksa mereka, Maka Sesungguhnya mereka adalah hamba- hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, Maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Q.S.Al-Maidah (5):117- 118

Para mufassir seperti Baghawi 4 menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al- Maidah (5):117-118 yakni

‘Engkau adalah Yang mengawasi mereka, menjaga mereka, dan memelihara semua amal perbuatan mereka. Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al- Maidah (5):117-118 yakni

Engkau (Allah) lah yang mengawasi mereka. Ia (Nabi Isa. As.) berkata: dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas mereka bukan aku, karena aku hanya menyaksikan sebagian dari amal perbuatan mereka dan aku berada di belakang mereka. Qurthubi menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al- Maidah (5):117-118 yakni

Kata "ب يقرلا" ‘Ar-Raqiib’ merupakan khabar dari "تنك" yang maknanya Yang Memelihara/ Menjaga mereka serta Yang Maha ‘Alim akan prihal dan Maha Menyaksikan semua perbuatan mereka. Dan asal makna ة بقارملا yaitu penjagaan/pemeliharaan.

Kedua ayat tersebut, yakni Q.S. An-Nisa’ (4): 1, Q.S. Al-Ahzaab (33): 52, menyebutkan kata Raqiib yang merupakan sifat Allah dan dalam konteks tuntunan menyangkut kehidupan rumah tangga serta perlunya hubungan silaturrahim. Adapun Q.S.Al-Maidah (5):117-118 menggunakan kata ‘Raqiiba’ juga memberi kesan pemeliharaan dan pengampunan sebagaimana jawaban Nabi Isa as. yang diabadikan Al-Qur’an ketika Allah ‘bertanya’ kepadanya tentang Trinitas yang dianut umatnya.

Sedangkan kedua ayat selebihnya yakni pada Q.S. Qaf (50): 18 menyebutkan kata ‘Raqiib’ berkaitan dengan aktivitas malaikat pengawas yang mencatat ucapan setiap manusia dan pada Q.S. Hud (11): 93 berkaitan dengan Nabi Syu’aib as. yang Sedangkan kedua ayat selebihnya yakni pada Q.S. Qaf (50): 18 menyebutkan kata ‘Raqiib’ berkaitan dengan aktivitas malaikat pengawas yang mencatat ucapan setiap manusia dan pada Q.S. Hud (11): 93 berkaitan dengan Nabi Syu’aib as. yang

Artinya: tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. Q.S. Qaf (50): 18.

Pakar tafsir Ibnu Katsir menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Qaf (50): 18, yaitu

dalam susunan { د يتع ب يقر هيد ل لإ } yakni melainkan baginya (perkataan) terdapat

malaikat yang mengawasi dan mencatat hal tersebut, tak ada yang tertinggal walau satu kata dan tidak pula satu gerakan. Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Qaf (50): 18, yaitu ketika sampai pada:

Dan firman-Nya ٌديجتاع ٌبيجقار جههيادال نلإ ٍلهواْق هنجم م جفهلاْي ام, tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir, yaitu semua yang

dikatakan/diucapkan oleh manusia, terdapat malaikat Raqiib-‘Atiid, yaitu malaikat yang bertugas menjaganya (memelihara). Syanqithy 5 menafsirkan kata Raqiib pada

Q.S. Qaf (50) sebagai berikut,

Yaitu malaikat yang memantau bagi semua amal perbuatan (manusia) memeliharanya, menyaksikannya, tak ada sedikitpun yang terluput dari

pengawasannya. Qurthubi menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Qaf (50) :

دهاشلا هنأ ثلاثلا .يدسلا لاق ، فاحلا هنأ لناثلا .روملل عبتملا هنأ اهدحأ :هجوأ ةثلث بيقرلا لفو،

Mengenai lafadz Raqiib, terdapat tiga pendapat, yang pertama dengan makna ‘memantau permasalahan-permasalahan, kedua bermakna ‘menjaga/ memelihara (Ini pendapat As-Sa’di)’, yang ketiga dengan arti ‘penyaksi’.

Kemudian ayat yang menyebutkan prihal Nabi Syu’aib as. yang menjadi Raqiib terhadap kaumnya.

اومه هناماو جهيجزهخمي ٌبااذاع جهيجتهأاي هنام انوممالهعاْت افهواس ٌلجمااع لانجإ هممكجتانااكام ىالاع اوملامهعا جمهواْق ااياو

93 ) ٌبيجقار هممكاعام لانجإ اومبجقاتهرااو ٌبجذااك )

Artinya: dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. dan tunggulah azab (Tuhan), Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu."

Q.S. Hud (11): 93

Pakar mufassir seperti Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Huud (11):

93 yakni:

مكنمو انم لزان وه نمْب هيْلإ رظانو ,مكعم باذعلا كلذل ةبقجر وذ اضيأ لْنإ :لوقي ٌبيْجقار ممكاعام لْننإ

Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu. Ia (Syu’aib as.) berkata sesungguhnya aku juga orang yang menunggu akan datangnya adzab tersebut bersama kalian dan melihat kepada siapa datangnya adzab tersebut di antara kita. Sementara Qurthubi menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Huud (11): 93 yakni:

" ةمحرلاو رصنلا رظتنم لنإف يأ "بيقر مكعم لنإ .

Sesungguhnya aku bersama kalian adalah orang yang menunggu yaitu: maka aku (Syu’aib as.) menunggu pertolongan dan rahmat. Melalui uraian tentang makna ‘Raqiib’ di atas dapat disimpulkan bahwa kata Raqiib mengandung makna memerhatikan رو ملل ع بتملا, menyaksikan دها شلا، dan mengawasi 5ا بقارم untuk memelihara ظفا حلا yang diawasi. Perlu pula dicatat bahwa pengawasan ini bukan bertujuan mencari kesalahan atau menjerumuskan yang diawasi, tetapi justru sebaliknya, karena itulah yang bisa disimpulkan dari kata ‘Raqiib’ secara bahasa seperti yang telah diuraikan, demikian menurut Shihab (2006, hlm. 216). Hal ini semakna dengan apa yang dikemukakan oleh Bakhtiar (2002, Hlm. 64) ketika mencermati sifat Allah ‘Yang Maha Mengawasi’ adalah sifat yang mengetahui, mengamati, dan mengawasi benda tertentu. Kata ini boleh dibilang diturunkan dari Maha Mengetahui (Al-‘Alim) dan Maha Pelestari (Al-Hafizh). Karena karakteristik seorang pengawas adalah ‘alim yaitu memiliki pengetahuan terutama yang berkaitan dengan kepengawasan yang merupakan bekal dan modal untuk memenuhi tugasnya. Demikian pula seorang pengawas harus memiliki karakter hafizh, pelestari dan pemelihara agar objek/subjek yang diawasinya senantiasa dalam keadaan lebih baik dan terus terjadi peningkatan positifnya dari waktu ke waktu.

Pada uraian selanjutnya akan dikemukakan rincian mengenai kepengawasan manajerial, pengawasan akademik, beban kerja dan sasaran pengawas/ supervisor, sasaran pengawasan/ supervisi tugas pokok pengawas/ supervisor, fungsi, dan ruang ruang lingkupnya.

Kepengawasan Manajerial Pengawasan manajerial atau supervisi manajerial merupakan dua ranah yang termasuk ruang lingkup kepengawasan/ supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan Kepengawasan Manajerial Pengawasan manajerial atau supervisi manajerial merupakan dua ranah yang termasuk ruang lingkup kepengawasan/ supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan

1. Tujuan. Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan pemahaman dan pengimplementasian kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP).

2. Ruang lingkup.

1) Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program sekolah berdasarkan SNP, baik rencana kerja tahunan maupun rencana kerja 4 tahunan, pelaksanakan program, dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah dan Sistem Informasi Manajemen (SIM)

2) Membantu Kepala Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) dan

merefleksikan hsil-hasilnya dalam upaya penjaminan mutu pendidikan

3) Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-sumber belajar lainnya.

4) Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing pengembangan program bimbingan konseling di sekolah.

5) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah (supervisi manajerial), yang meliputi:

(1) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah. (2) Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah (3) Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk melakukan reaksi hasil-hasil yang dicapainya. Pemantauan Pemantauan standar nasional pendidikan di sekolah dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.

Penilaian Penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan. Metode kerja yang dilakukan pengawas sekolah antara lain observasi, kunjungan atau pemantauan, pengecekan/klarifikasi data, kunjungan kelas, rapat dengan kepala sekolah dan guru-guru dalam pembinaan.

Untuk meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksankan tugasnya ditindaklanjuti dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan kepala sekolah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah di KKS/MKKS dan sejenisnya.

2. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.

3. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan manajemen.

4. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.

5. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas/sekolah. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/ atau masuk kepala sekolah oleh setiap pengawas sekolah dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok dalam kegiatan di sekolah binaan KKG/ MGMP/ MGP/ KKKS/ MKKS/ K3SK. Kegiatan ini dilaksanakan terjadwal dengan baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi guru yang akan ditingkatkan. Dalam pelatihan ini diperkenalkan kepada guru hal-hal yang inovatif sesuai dengan tugas pokok guru dalam pembelajaran/pembimbingan.

Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalisme guru ini dapat berupa bimbingan teknis, pendampingan, workshop, seminar, dan group conference, yang ditindaklanjuti dengan kunjungan kelas melalui supervisi akademik.

Selain melaksanakan tugas kepengawasan sesuai dengan ruang lingkup di atas, setiap pengawas harus melakukan pengembangan profesi yang meliputi:

1. Pembuatan karya tulis dan/ atau karya ilmiah di bidang pendidikan formal/ pengawasan.

2. Penerjemahan/penyaduran buku dan/ atau karya ilmiah di bidang pendidikan formal/pengawasan.

3. Pembuatan karya inovatif Kegiatan penunjang tugas pengawas sekolah dapat dilakukan melalui:

1. Peran serta dalam seminar/ loka karya di bidang pendidikan formal/ lepengawasan sekolah.

2. Keanggotaan dalam organisasi profesi.

3. Keanggotaan dalam tim penilai angka kredit jabatan fungsional Pengawas Sekolah.

Kepengawasan Akademik Pengawasan akademik adalah fungsi pengawas yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembelajaran profesional guru dalam;

1. Merencanakan pembelajaran,

2. Melaksanakan pembelajaran,

3. Menilai hasil pembelajaran,

4. Membimbing dan melatih peserta didik, dan

5. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru (PP 74/2008).

Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan tatap muka atau non tatap muka. Pembinaan

1. Tujuan:

1) Meningkatkan pemahaman kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme (Tupoksi guru, kompetensi guru, pemahaman KTSP).

2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pengimplementasian Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Penilaian (pola pembelajaran KTSP, pengembangan silabus dan RPP, pengembangan penilaian, pengembangan bahan ajar dan penulisan butir soal)

3) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2. Ruang Lingkup

1) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun administrasi perencanaan pembelajaran/program bimbingan.

2) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran/bimbingan.

3) Melakukan pendampingan membimbing guru dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik.

4) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan media dan sumber belajar

5) Memberi masukan kepada guru dalam memanfaatkaan lingkungan dan sumber belajar

6) Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas membimbing dan melatih peserta didik.

7) Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran

8) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/pembimbingan.

9) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya. Pemantauan Pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian.

1. Penilaian (Kinerja Guru)

1) Merencanakan pembelajaran

2) Melaksanakan pembelajaran

3) Menilai hasil pembelajaran

4) Membimbing dan melatih peserta didik, dan

5) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru.

Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya ditindaklanjuti dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan guru dengan tahapan sebagai berikut:

1) Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/ MGMP/ MGP dan sejenisnya.

2) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru

3) Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan proesional guru

4) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Bidang peningkatan kemampuan profesional guru difokuskan pada pelaksanaan

standar nasional pendidikan, yang meliputi:

1) Kemampuan guru dalam melaksanakan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan/standar tingkat pencapaian perkembangan (bagi TK), dalam kerangka pengembangan KTSP,

2) Pembelajaran yang Pembelajaraan Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) termasuk penggunaan media yang relevan,

3) Pengembangan bahan ajar

4) Penilaian proses dan hasil belajar

5) Penelitan tindakan kelas untuk perbaikan/pengembangan metode pembelajaran.

Beban Kerja dan Sasaran Pengawas/Supervisor Beban Kerja Pengawas Beban kerja pengawas sekolah merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawai yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (60 menit) dalam 1 (satu) minggu melaksanakan kegiatan pembinaan, pemantauan, penilaian, dan pembimbingan di sekolah binaan.

Beban kerja pengawas sekolah untuk mencapai 37,5 jam per minggu dapat dipenuhi melalui kegiatan tatap muka dan non tatap muka, seperti contoh pada tabel 1.

Tabel 1

Contoh Pengaturan Distribusi Beban Kerja Berdasarkan Kegiatan Tatap Muka dan Non Tatap Muka untuk pengawas

N TUGAS POKOK

O (Pengawas Muda)

MUKA

TATAP

JAM/MINGGU

MUKA

1 Menyusun Program

V 4 Pengawasan

V 4 guru

2 Melaksanakan pembinaan

3 Memantau pemenuhan

V 4 SNP

4 Melaksanakan penilaian

V 4 kinerja guru

5 Melaksanakan evaluasi

V 6 hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan

6 Menyusun program

V 6 pembimbingan dan pelatihan profesional guru.

7 Melaksanakan

V 4 pembimbingan dan pelatihan profesional guru

8 Mengevaluasi hasil

V 5.5 pembimbingan dan hasil pelatihan profesional guru

37.5 Catatan: Jumlah yang dikunjungi minimal 2 sekolah per minggu

JUMLAH JAM

Tabel 2 Contoh Pengaturan Distribusi Beban Kerja dengan 6 (enam) Sekolah Binaan

NO TUGAS POKOK

Kunjungan Sekolah dan Alokasi Non Jml

(Pengawas Muda)

Waktu

Tatap TM

A. Penyusunan Program Bulan

Menyusun dan ke-...

mengembangkan Minggu

program kepengawasan ke-...

A. Pembinaan (Pengawasan Manajerial dan Pengawasan Akademik) Bulan ke- Membina kepala

1 sekolah dalam Minggu

pengelolaan dan ke-1

administrasi sekolah: Penyusunan Program Sekolah/Rencana Pengembangan Sekolah/Penyusunan KTSP

Catatan: Jumlah yang dikunjungi minimal 2 sekolah per minggu

Sasaran Pengawasan/Supervisi Sasaran pengawasan bagi pengawas sekolah dengan beban kerja 37,3 per minggu termasuk pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan bimbingan di sekolah, yang diuraikan sebagai berikut:

1) Pengawas Sekolah Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar paling sedikit 10 (sepuluh) satuan pendidikan dan/atau 60 (enampuluh) guru,

2) Pengawas Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan paling sedikit 7 (tujuh) satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh) guru mata pelajaran/kelompok mata pelajaran;

3) Pengawas Sekolah Luar Biasa paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan dan/atau

40 (empat puluh) guru.

4) Pengawas Bimbingan dan Konseling paling sedikit 40 (empat puluh) guru Bimbingan dan Konseling. Pada kondisi tertentu, pengawas bimbingan dan konseling dapat melakukan supervisi manajerial.

5) Untuk daerah khusus (daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana socsal, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain), beban kerja pengawas sekolah sebagaimana dimaksud paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan secara lintas jenis dan jenjang satuan pendidikan.

Tugas Pokok Pengawas/ Supervisor Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. Rincian tugas di atas sesuai dengan jabatan pengawas sekolah sebagai berikut.

1. Pengawas Sekolah Muda

1) menyusun program pengawasan

2) melaksanakan pembinaan guru

3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar penilaian

4) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan

5) menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/MGMP/MGP dan sejenisnya.

6) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru; dan,

7) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru

2. Pengawas Sekolah Madya

1) menyusun program pengawasan

2) melaksanakan pembinaan Guru dan / atau kepala sekolah

3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan

4) melaksanakan penilaian kinerja guru dan /kepala sekolah

5) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan

6) menyusun pprogram pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau

kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya.

7) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah

8) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana sekolah, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sisitem informasi dan manajemen.

9) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah

10) membimbing pengawas sekolah muda dalam melaksanakan tugas pokok.

3. Pengawas Sekolah Utama

1) menyusun program pengawasan

2) melaksanakan pembinaan Guru dan / atau kepala sekolah

3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan

4) melaksanakan penilaian kinerja guru dan /kepala sekolah

5) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan

6) mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan tingkat kabupaten/kota atau provinsi

7) menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau

kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya.

8) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah

9) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana sekolah, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan manajemen.

10) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah

11) membimbing pengawas sekolah muda dalam melaksanakan tugas pokok, dan

12) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Sementara menurut buku panduan ’Kepengawasan Pendidikan’ yang diterbitkan Kementerian Agama RI (2005, hlm. 7-8), tugas pokok dan fungsi Pengawas/Supervisor Pendidikan Agama Islam (PAI):

Tugas Pokok Sesuai dengan SK MENPAN No. 118/1996 Bab II pasal 3 ayat (1) tertulis bahwa: ”Tugas pokok pengawas (Supervisor) Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah menilai dan membina teknis pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Umum,

baik negeri maupun swasta, yang menjadi tanggung jawabnya”. Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) ini termasuk di dalmnya penyelenggaraan pendidikan di Madrasah.

Adapun bidang pengawasan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah umum di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional meliputi TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB dan madrasah secara keseluruhan. Maka tugas pokok pengawasan/supervisi Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum dan madrasah mencakup menilai dan membina pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Tugas pembinaan dan penilaian ini termasuk pengawasan/supervisi teknis pendidikan dan teknis administrasi, meliputi:

1. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengembangan agama Islam dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah.

2. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan tugas guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru di madrasah.

3. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tingkatan sekolah/madrasah yang menjadi tanggung jawabnya.

Fungsi Fungsi pengawas/supervisor

1. Sebagai alat untuk mempermudah tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam(PAI) di sekolah umum.

2. Sebagai alat untuk memberikan bimbingan teknis edukatif dan administratif terhadap Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.

3. Sebagai sumber informasi tentang kondisi obyektif pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.

4. Sebagai penyeimbang antara rencana dan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah ditetapkan.

5. Sebagai mediator antara Guru Pendidikan Agama Islam dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran lain di sekolah umum.

6. Fungsi-fungsi di atas dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, negeri dan swasta

Ruang Lingkup Kepengawasan Ruang lingkup kepengawasan meliputi kepengawasan akademik dan manajerial. Kepengawasan akademik dan manajerial tersebut tercakup dalam kegiatan;

1. Penyusunan program kepengawasan,

2. Pelaksanaan program pengawasan,

3. Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan,

4. Membimbing dan melatih profesional guru dan/ atau kepala sekolah. Penyusunan program pengawasan difokuskan pada peningkatan pemenuhan standar nasional pendidikan. Pelaksanaan program pengawasan meliputi;

1. Melaksanakan pembinaan guru dan atau kepala sekolah,

2. Memantau delapan standar nasional pendidikan, dan

3. Melaksanakan penilaian kinerja guru dan/ atau kepala sekolah. Evaluasi hasil program pengawasan dimulai dari tingkat sekolah binaan dan tingkat kabupaten/kota dan tingkat propinsi untuk pengawas PLB.

Kepala Sekolah Sebagai Supervisor. Kepala sekolah merupakan manajer sekaligus pemimpin di sebuah institusi sekolah. Sebagai menajer dari sebuah sekolah tentunya kepala sekolah harus akrab dan terbiasa dengan persoalan yang berkaitan dangan fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating) dan evaluasi (evaluating). Sementara sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi individu- individu sekolah yang berada dalam koordinasinya untuk mencapai visi-misi dan tujuan yang telah dirumuskan dalam ketiga fungsi manajemen seperti yang telah disinggung di atas.

Sesuai dengan konteks tulisan bab dua ini, kajian akan difokuskan pada ketiga fungsi manajemen tersebut berkaitan dengan kompetensi supervisi kepala sekolah. Kepala sekolah yang sudah terbiasa dengan ketiga fungsi manajemen tersebut juga akan memahami bahwa dalam melakukan aktivitas supervisi kepala sekolah harus menyertakan perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating) dan evaluasi (evaluating). Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam melakukan aktivitas supervisinya tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasiolal (PEREMENDIKNAS) nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 April 2007 yang menjadi dasar /konsep aktivitas supervisi kepala sekolah (Aqib, 2008, hlm. 32). Berikut kompetensi supervisi kepala sekolah tersebut:

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3. Menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru

Khusus dalam bidang pembinaan kurikulum, tugas kepala sekolah sebagai supervisor sangat penting karena justru bidang ini adalah faktor yang strategis untuk menentukan keberhasilan suatu sekolah. Oleh karena itu, pembinaan kurikulum harus diupayakan agar tidak tertinggal zaman serta memenuhi tuntutan masyarakat. Wakil kepala sekolah atau guru yang ditegaskan sebagai koordinator bidang kurikulum sekolah harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang memadai di bawah pengawasan kepala sekolah. Dalam hal ini menurut Subroto (1976, hlm. 50) ada beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan: a) membimbing guru dalam memilih metode mengajar yang tepat, b) membimbing dan mengarahkan guru dalam pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan masyarakat, c) mengadakan kunjungan kelas yang teratur, untuk observasi pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru, d) Pada awal tahun pelajaran baru, mengarahkan penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, e) Menyelenggarakan rapat rutin untuk membahas kurikulum pelaksanaannya di sekolah. f) Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penilaian bersama-sama terhadap program sekolah.

Ada banyak teknik supervisi yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan personil sekolah, yaitu:

1. kujungan kelas,

2. observasi kelas,

3. usaha serta kegiatan murid dan guru dalam proses belajar mengajar,

4. arah menggunakan media pengajaran agar tujuan pelajaran dapat tercapai,

5. cara mengorganisir kegiatan belajar mengajar dan faktor penunjang lainnya, e) percakapan pribadi,

6. saling mengunjungi kelas,

7. menilai diri sendiri,

8. diskusi kelompok. Dalam suatu sekolah disediakan ruangan khusus untuk perpustakaan jabatan tersendiri yang berisi buku-buku, majalah, brosur dan bahan lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai suatu bidang studi. Adanya perpustakaan ini akan sangat memerlukan pengetahuan dan pengalaman guru sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang dalam profesi mengajar.

Pelaksanaan supervisi merupakan tugas kepala sekolah untuk melakukan pengawasan terhadap guru-guru dan pengawai sekolahnya. Kegiatan supervisi ini beraneka ragam, mulai dari meneliti gedung sekolah hingga mengrekrut tenaga pendidikan yang professional dan berusaha untuk mempertinggi semangat bekerja diantarra bawahanya. Semua itu berfungsi untuk meningkatkan perkembangan sekolah yang dipimpinnya.

Dengan demikian peranan kepala sekolah dalam kegiatan supervisi sangatlah banyak. Karena itu, sebaiknya pelaksanaan semua kegiatan supervisi kepala sekolah bekerjasama dengan bawahannya sehingga seluruh kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dan berjalan dengan lanccar.

Beberapa prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan supervisi menurut Purwanto (1999, hlm. 66), yaitu:

1. supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif sehingga menimbulkan dorongan semangat bekerja bagi para pegawai yang dinilai,

2. supervisi hendaknya bersifat sederhana, realistis dan informal dalam pelaksanaannya,

3. supervisi harus bersifat oobjektif, tidak mencari-cari kesalahan, tidak bersifat otoriter dan meningkatkan hubungan professional, bukannya berdasarkan hubungan pribadi atau kekuasaan, kedudukan dan pangkat pribadi.

4. Supervisi bersifat preventif, yaitu mencegah timbulnya hal-hal yang berakibat buruk.

5. supervisi bersifat korektif, yaitu memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang ada dan berusaha memperbaikinya secara bersama-sama.

6. Supervisi harus memperhatikan kemampuan para anggota organisasi sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Apabila hal-hal tersebut di atas dapat diperhatikan dan benar-benar dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka dapat diharapkan setiap sekolah akan berangsur-angsur maju dan berkembang menuju tercapai nya tujuan pendidikan. Namun demikian, tujuan yang diharapkan tersebut tidak akan tercapai bila tidak didukung oleh faktor kecakapan dan kemampuan kepala sekolah sendiri dalam melakukan tugas supervisi, lingkungan masyarakat sekitar sekolah, kecakapan para pegawai yang ada, kemampuan guru dalam memberikan pelajaran dan sebagainya.

Untuk menjalankan semua kegiatan di atas, seorang kepala sekolah harus memiliki jiwa kepemimpinan yang demokratis mengenal keadaan guru dan pegawai lainnya, membangkitkan semangat mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya, memberikan kesempatan yang luas kepada mereka untuk mengembangkan karirnya, dan menciptakan rasa kekeluargaan di antara mereka.

Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dilihat dari segi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses interaksi antara guru (Pendidik) dengan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ditentukan. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk triangle, yang jika hilang salah satunya, maka hilang pulalah hakikat pendidikan. Namun demikian, dalam situasi tertentu tugas guru bisa diwakilkan atau dibantu oleh unsur lain seperti media teknologi, namun tidak dapat Dilihat dari segi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses interaksi antara guru (Pendidik) dengan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ditentukan. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk triangle, yang jika hilang salah satunya, maka hilang pulalah hakikat pendidikan. Namun demikian, dalam situasi tertentu tugas guru bisa diwakilkan atau dibantu oleh unsur lain seperti media teknologi, namun tidak dapat

Kompetensi Profesional Guru Kompetensi secara bahasa berasal dari kata kompeten yang memiliki arti wewenang, cakap, berkuasa untuk memutuskan atau menentukan sesuatu hal (Nirmala dan Pratama 2003, hlm. 222). Menurut Yasyin (1997, hlm. 381) mendefinisikan bahwa kompetensi adalah pekerjaan yang benar-benar dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh Yasyin tersebut menyebutkan kemampuan dan keterampilan (skill). Yang pertama berkenaan dengan aspek kemampuan yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan tersebut menjadi dasar atau landasan seseorang untuk melakukan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan ini kemudian yang lazim dikenal dengan kompetensi. Yang kedua berkenaan dengan aspek keterampilan (skill).