KEPUASAN PENGHUNI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA

KOTA SURAKARTA

Renny Waskita Asri D0108098 SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

KOTA SURAKARTA

Renny Waskita Asri D0108098 SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :

“Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta.”

Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Saya bersedia menerima akibat dicabutnya gelar kesarjanaan apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti yang kuat bahwa karya tersebut ternyata bukan karya yang asli atau sebenarnya.

Surakarta,

Januari 2013

(Renny Waskita Asri)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

(Q.S. Al Baqarah : 286)

“Orang yang menyerah adalah orang tak tahu seberapa dekat dirinya dengan titik kemenangan saat dia memutuskan untuk menyerah.”

(Thomas Alfa Edison)

“Konsentrasikan seluruh pikiran anda pada pekerjaan yang anda lakukan. Sinar matahari tak akan membak ar sesuatu jika tidak fokus.”

(Alexander Graham Bell)

“Kesuksesan tidak diukur dari apa yang telah anda selesaikan, namun melalui perlawanan yang telah anda hadapi, dan keberanian anda mempertahankan

perjuangan melawan rintangan yang sangat besar.” (Orison Sweet Marden)

“Life is not about who you are. Life is about your choice. If you’ve choosed, just go on. Don’t be scared. Hurt will let you know anything may not be done twice.”

(Penulis)

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:  Kedua orang tuaku atas doa, kasih sayang, nasihat, dukungan, dan

serta pelajaran hidup yang tiada ternilai.  Adikku tercinta atas keceriaan dan semangat yang tak pernah padam.  Keluarga besarku yang selalu menyayangi dan mendoakanku.  Almamaterku AN B 2008, FISIP, UNS.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kekuatan dan berkat yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan skipsi yang berjudul “Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta ” ini merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi dan memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial di Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.

Dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, mengarahkan dan memberi dorongan hingga tersusunnya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs, Sudarto, M.Si selaku Pembimbing, yang senantiasa memberi bimbingan, arahan, dan motivasi dengan sabar dan ikhlas sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si dan Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Ali, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

4. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Administrasi dan karyawan FISIP UNS yang telah mendukung dan membantu penulis selama perkuliahan selama ini.

6. Toto Jayanto, SH, M.Hum selaku Kepala UPTD Rumah Sewa dan seluruh staf UPTD Rumah Sewa yang telah memberi bantuan, informasi, dan semua hal yang penulis butuhkan demi kelancaran skripsi ini.

telah memberikan waktu serta pendapat selama proses penelitian dilakukan.

8. Mulyadi, BA dan Tarni, SE orang tua tercinta yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasi yang tak ternilai harganya. Terima kasih Bapak Ibu.

9. Ardian Benny Waskita, adik tercinta atas semangat yang diberikan.

10. Keluarga besar Parto Dikromo dan Karso Wiyono atas doa dan dukungannya kepada penulis.

11. Teman-teman terbaik Rizqi Luthfiana, Vina Andriyani, Cherelia Dinar dan Rizka Ayu, terima kasih telah memberi banyak inspirasi. Mari berjuang di pilihan hidup kita masing-masing kawan. Suatu saat kita akan berkumpul kembali membawa kemenangan yang kita impikan.

12. Sahabat-sahabatku tersayang Anindar Gita, Yostine Uthami, Eva Yulia, Lora Mira Zika, Dwi Surya, Andhy Eko dan Mayang Djatu atas keceriaan dan canda tawa yang kita bagi bersama. Terima kasih atas waktu, doa, bantuan dan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.

13. Rekan-rekan AN B 2008 yang banyak berbagi pemikiran dan pembelajaran. Maju terus teman. Sukses selalu.

14. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kemampuan dalam skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

Tabel 1.1 : Laporan Keluhan Penghuni Rusunawa Semanggi ....................................... 4 Tabel 2.1 : Tabel Operasional Variabel ......................................................................... 28 Tabel 3.1 : Pengujian Validi tas Lingkungan Rusunawa………………………………. 38 Tabel 3.2 : Pengujian Validitas Lingkungan Rusunawa setelah pernyataan nomor 6

dibuang ……………………………………………………………………. 39 Tabel 3.3 : Pengujian Validi tas Persyaratan Keselamatan Bangunan………………… 40

Tabel 3.4 : Pengujian Validi tas Persyaratan Kesehatan Bangunan………………… .... 40 Tabel 3.5 : Pengujian Validi tas Ketersediaan Air Bersih………………… ................... 41 Tabel 3.6 : Pengujian Reliabilitas………………… ....................................................... 42 Tabel 4.1 : Data Rusunawa Semanggi………………… ................................................ 49 Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………………… ...... 58 Tabel 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………………… ..................... 58 Tabel 4.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ……………… 59 Tabel 4.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ………………… .... 60 Tabel 4.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan ……………… . 60 Tabel 4.7 : Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menempati Rusun ………… . 61 Tabel 4.8 : Nilai Indikator Lingkungan Rusunawa………… ......................................... 62 Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Butir Lokasi Rusunawa Semanggi………… .............. 63 Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa Ke Sekolah ………… ............ 64 Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Tempat Ibadah ………… ............ 65 Tabel 4.12 : Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa ke Rumah Sakit/ Puskesmas. 66 Tabel 4.13 : Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa ke Pasar ………… ................. 67

Tabel 4.15 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Ruang Untuk Olahraga ……… ... 69 Tabel 4.16 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Tempat Pemakaman Umum…… 70 Tabel 4.17 : Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa ke Kantor Pemerintahan …… 71 Tabel 4.18 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Jalan Penghubung ke Jalan

Raya ………… ........................................................................................... 72 Tabel 4.19 : Distribusi Frekuensi Butir Fungsi Saluran Air di Rusunawa ………… ..... 73 Tabel 4.20 : Distribusi Frekuensi Butir Kelancaran Saluran Pembuangan

Limbah ………… ....................................................................................... 74 Tabel 4.21 : Distribusi Frekuensi Butir Ketercuku pan Tempat Pembuangan………… 75 Tabel 4.22 : Distribusi Frekuensi Butir Kesesuaian Kebutuhan Pasokan

Listrik………… ......................................................................................... 76 Tabel 4.23 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Jaringan Telepon………… ........ 77 Tabel 4.24 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Jaringan G as………… ............... 78 Tabel 4.25 : Distribusi Frekuensi Butir Ukuran Per Unit………… ............................... 79 Tabel 4.26 : Distribusi Frekuensi Butir Tata Letak Antar Ruangan Per Unit………… . 80 Tabel 4.27 : Distribusi Frekuensi Butir Sekat Antar Ruangan Per Unit………… ......... 81 Tabel 4.28 : Nilai Indikator Persyaratan Keselamatan Bangunan………… .................. 82 Tabel 4.29 : Distribusi Frekuensi Butir Struktur Bangunan Rusunawa………… .......... 83 Tabel 4.30 : Distribusi Frekuensi Butir Struktur Atas Bangunan Berkontruksi Baja

dan Beton ………… ................................................................................... 84 Tabel 4.31 : Distribusi Frekuensi Butir Pondasi Struktur Bawah Bangunan ………… . 85 Tabel 4.32 : Distribusi Frekuensi Butir Sistem Deteksi Terhadap Kebakaran ………… 86 Tabel 4.33 : Distribusi Frekuensi Butir Alat Pemadam Kebakaran Darurat ………… .. 87 Tabel 4.34 : Distribusi Frekuensi Butir Instalasi Proteksi Petir ………… ...................... 88

Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota

Surakarta ................................................................................................... 26 Gambar 4.1 : Peta Lokasi Rusunawa Semanggi ............................................................. 47 Gambar 4.2 : Rusunawa Semanggi ................................................................................. 48

Renny Waskita Asri. D0108098. Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2013. 110 halaman.

Pembangunan rumah susun merupakan salah satu solusi kebutuhan perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Rusunawa Semanggi merupakan salah satu rusunawa yang dibangun di Kota Surakarta dan menjadi proyek percontohan bagi pembangunan rusunawa yang lain, meski masih terdapat beberapa keluhan dari penghuni rusunawa diantaranya bangunan banyak yang bocor dan air yang tidak layak konsumsi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta yang menempati setiap unit rusunawa sebesar 196 unit. Jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan tingkat kepercayaan 90% yaitu sebanyak 66 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara simpel random sampling. Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa instrument digunakan valid dengan koefisien korelasi 0,361 dan reliabel dengan nilai alpha 0,361.

Analisis kepuasan dilakukan melalui nilai rataan dan nilai modus dan mengukur kepuasan penghuni dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada perbedaan kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi. Ada penghuni yang merasa puas dengan kondisi Rusunawa Semanggi tetapi ada pula yang merasa kurang puas dan tidak puas. Penghuni yang merasa kurang puas dan tidak puas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adanya fasilitas pendukung yang belum tersedia dan kondisi air yang tidak bersih dan tidak layak konsumsi.

R enny Waskita Asri. D0108098. The Residents’ Satisfaction Rusunawa Semanggi of Surakarta City. Thesis. Administration Science Department. Social and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. 2013. 110 pages.

Multi-storied house development is one of solutions to the housing demand intended to the low-income society. Rusunawa Semanggi (Semanggi Multistoried House) is one of rusunawas built in Surakarta City and becomes modeling project for other rusunawa construction, despite some grievances from the residents of rusunawa such as leaked building and not feasible to consume-water. This research was conducted to find out the extent to which the residents are satisfied in Rusunawa Semanggi of Surakarta City.

This study was a quantitative research. The population of research was the residents of Rusunawa Semanggi of Surakarta City occupying every unit of rusunawa consisting of 196 units. The sample was taken using confidence level of 90%, consisting of 66 respondents. The sampling technique used was simple random sampling. The result of instrument tryout showed that the instrument used was valid with correlation coefficient of 0.361 and reliable with alpha value of 0.361.

The gratification analysis was conducted using a descriptive analysis using mean and mode values and meansure residents’ satisfaction using chi square test. The

results of this study indicate that there are differences in overall occupant satisfaction of Rusunawa Semanggi. There are residents who are satisfied with the condition of Rusunawa Semanggi but others feel less satisfied and dissatisfied. Residents who feel less satisfied and dissatisfied due to several factors, including the supporting facilities are not yet available and the water is not clean and not worthy of consumption.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain makanan dan pakaian. Rumah digunakan sebagai tempat berteduh, berlindung dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga dalam suatu tatanan kehidupan. Rumah juga berpengaruh dalam pembentukan karakter seseorang dimana pembentukan karakter seseorang ini pada akhirnya akan menjadi identitas bangsa.

Rumah atau disebut tempat tinggal merupakan hak bagi setiap warga Negara, sebagaimana diatur dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan.”

Lebih lanjut dijelaskan dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman pada Pasal

5 Ayat 1 yang bunyinya : “Setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah rumah yang layak

dalam lingkungan y ang sehat, aman, serasi dan teratur.” Untuk memenuhi hak setiap warga negara akan perumahan, pemerintah berusaha mewujudkan rumah bagi masyarakat terutama perumahan yang dapat terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah. Namun, permasalahan dalam lingkungan y ang sehat, aman, serasi dan teratur.” Untuk memenuhi hak setiap warga negara akan perumahan, pemerintah berusaha mewujudkan rumah bagi masyarakat terutama perumahan yang dapat terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah. Namun, permasalahan

Pembangunan rusun diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Rusun) disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 1 bahwa : “Rusun

adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing- masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah

bersama.” Rumah susun (rusun) memiliki dua tipe. Pertama, rumah susun dengan

sistem sewa dan sistem kepemilikan. Akan tetapi, rumah susun yang dibangun di Kota Surakarta lebih dominan pada rumah susun dengan sistem sewa atau rusunawa (rumah susun sederhana sewa).

Selama kurang lebih satu dekade ini, pemerintah Kota Surakarta telah banyak melakukan pembangunan rumah susun, terutama rumah susun dengan sistem sewa. Rusunawa yang telah dibangun di Kota Surakarta diantaranya Rusunawa Begalon I dan II, Rusunawa Semanggi, Rusunawa Kerkop dan

pemerintah akan terus melakukan pembangunan rumah susun karena tingginya permintaan masyarakat akan keberadaan rusunawa. Hal ini terlihat dari banyaknya daftar tunggu (waiting list) masyarakat yang ingin menjadi menempati rumah susun. Tak bisa dipungkiri, keberadaan rusunawa bagi masyarakat yang tak memiliki tempat tinggal dinilai meringankan beban mereka dalam kebutuhan perumahan yang layak. Masyarakat menilai menyewa di rusunawa jauh lebih murah daripada menyewa rumah di luar lingkungan rusunawa. Sehingga rusunawa yang telah dibangun dan sudah ditempati seperti Rusunawa Begalon I & II dan Rusunawa Semanggi selalu terisi penuh.

Namun demikian, pembangunan rumah susun sebagai salah satu solusi tempat hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah bukanlah tanpa permasalahan. Permasalahan yang sering muncul dalam pembangunan rusun yakni pembangunan yang cenderung mengabaikan kualitas. Rusunawa memang diperuntukkan untuk masyarakat kecil yang memiliki penghasilan rendah. Namun dalam pembangunannya diharapkan rumah susun ini memiliki kualitas yang baik.

Rumah susun dengan kualitas baik disamping memberikan kepuasan bagi penghuninya juga merupakan aset jangka panjang. Hal ini dikarenakan pembangunan rumah susun diambil dari dana APBN maupun APBD dengan jumlah yang tidak sedikit. Untuk itu, pemerintah mengharapkan adanya kerjasama dari berbagai pihak seperti perusahaan rekanan diharapkan dalam Rumah susun dengan kualitas baik disamping memberikan kepuasan bagi penghuninya juga merupakan aset jangka panjang. Hal ini dikarenakan pembangunan rumah susun diambil dari dana APBN maupun APBD dengan jumlah yang tidak sedikit. Untuk itu, pemerintah mengharapkan adanya kerjasama dari berbagai pihak seperti perusahaan rekanan diharapkan dalam

Permasalahan ini juga yang dialami penghuni Rusunawa Semanggi, salah satu rusunawa yang telah dihuni selama kurang lebih tiga tahun. Dalam pengelolaannya rusunawa ini masih ditemui adanya keluhan yang disampaikan oleh para penghuninya. Berikut disajikan data keluhan penghuni Rusunawa Semanggi yang disampaikan kepada pihak pengelola yakni UPTD Rumah Sewa.

Tabel 1.1

Laporan Keluhan Penghuni Rusunawa Semanggi

No.

Keluhan yang disampaikan

1. Bangunan banyak yang bocor

2. Air yang tidak layak konsumsi Sumber: data lapangan Melihat permasalahan tersebut di atas membuat penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang kepuasan penghuni rusunawa, terutama kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi. Hal ini dikarenakan Rusunawa Semanggi sering 2. Air yang tidak layak konsumsi Sumber: data lapangan Melihat permasalahan tersebut di atas membuat penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang kepuasan penghuni rusunawa, terutama kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi. Hal ini dikarenakan Rusunawa Semanggi sering

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. “Bagaimana kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional yaitu untuk mengetahui kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta.

2. Tujuan Individual yaitu untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan untuk para pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya terkait dengan kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta.

2. Manfaat Praktis yaitu dapat memberikan masukan terhadap pemerintah atau institusi mitra terkait dengan kepuasan penghuni rusunawa agar di kemudian hari dalam membangun rusunawa lebih diperhatikan lagi.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Kepuasan Penghuni Tujuan utama pelayanan publik adalah memenuhi kebutuhan warga pengguna agar dapat memperoleh pelayanan yang diinginkan dan memuaskan. Karena itu, penyedia layanan harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan warga pengguna, kemudian memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga negara tersebut (Agus Dwiyanto, 2006:152).

Seiring dengan perkembangan jaman pemerintah dituntut untuk menerapkan pelayanan prima. Dalam bukunya Sedarmayanti (2009:249) mendefinisikan pelayanan prima adalah

“pelayanan yang diberikan kepada pelanggan (masyarakat) minimal sesuai dengan standar pelayanan (cepat, tepat, akurat, murah, ramah).

Dalam sektor publik, pelayanan dikatakan prima apabila sebagai berikut:

1. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan/ pengguna jasa.

2. Pelayanan prima bila ada standar pelayanan.

3. Pelayanan prima melebihi standar, atau sama dengan standar. Bila belum ada standar, pelayanan yang terbaik dapat diberikan, pelayanan yang mendekati apa yang dianggap pelayanan standar, dan pelayanan yang dilakukan secara maksimal.

4. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan masyarakat internal (SESPANAS LAN, 1998).” 4. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan masyarakat internal (SESPANAS LAN, 1998).”

1. Implementasi visi misi pelayanan pada semua tingkat yang terkait dengan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat (pelanggan).

2. Hakikat pelayanan prima disepakati untuk dilaksanakan oleh aparatur yang memberi pelayanan.

3. Dalam pelaksanaan pelayanan prima, didukung sistem dan lingkungan yang dapat memotivasi anggota organisasi untuk melaksanakan pelayanan prima.

4. Pelaksanaan pelayanan prima aparatur pemerintah, didukung sumber daya manusia, dana dan teknologi canggih tepat guna.

5. Pelayanan prima dapat berhasil guna, apabila organisasi menerbitkan standar pelayanan prima yang dapat dijadikan pedoman dalam melayani dan panduan bagi pelanggan yang memerlukan jasa pelayanan (Sedarmayanti, 2009:250).

Dengan adanya pelayanan prima dimana pemberi pelayanan dituntut memberikan pelayanan minimal sesuai standar pelayanan yang ada, diharapkan kebutuhan dan keinginan serta aspirasi masyarakat dapat tercapai sehingga akhirnya berujung pada kepuasan masyarakat.

Winarsih (2010:28) yang mengungkapkan bahwa dalam tingkat kepuasan masyarakat, ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan tingkat kepuasan masyarakat, Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 mengamanatkan agar setiap penyelenggara pelayanan secara berkala melakukan survey indeks kepuasan masyarakat.

Dalam Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra (2005:195) menyebutkan kata kepuasan (satisfaction) beras al dari bahasa Latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2000) mendeskripsikan kepuasan sebagai “the good feeling that you have when you achieved something or when something that you wanted to happen does happen”; “the act of fulfilling a need or desire”; dan “an acceptable way of dealing with a complaint, a debt, an injury, etc.” Sekilas definisi-definisi ini kelihatan sangat sederhana, namun begitu dikaitkan dengan konteks manajemen dan perilaku konsumen, istilah ini menjadi begitu kompleks. Bahkan, Richard L. Oliver

(1997) dalam bukunya yang berjudul “Satisfaction: A Behavioral Perspective

tetapi begitu diminta mendefinisikannya, kelihatannya tak seorangpun tahu. Selanjutnya dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2010:220) menuliskan Kebijakan Pengembangan Indeks Kepuasan Masyarakat. Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan indeks kepuasan masyarakat dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/ 25/ M.PAN/ 2/ 2004 Tanggal 24 Februari 2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/ 25/ M.PAN/ 2/ 2004 Tanggal 24 Februari 2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah disebutkan bahwa kepuasan pelayanan adalah hasil pendapat dan penilaian masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh aparatur penyelenggara pelayanan publik.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan masyarakat adalah hasil penilaian pengguna pelayanan/ masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah penyelenggara pelayanan. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kepuasan masyarakat akan pelayanan terjadi apabila pelayanan yang diberikan oleh aparatur Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan masyarakat adalah hasil penilaian pengguna pelayanan/ masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah penyelenggara pelayanan. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kepuasan masyarakat akan pelayanan terjadi apabila pelayanan yang diberikan oleh aparatur

kepuasan

penduduk/penghuni.

Pengertian kepuasan penduduk/penghuni disampaikan oleh beberapa ahli dalam jurnal Social Indicators Research; Residential Satisfaction in Public Core Housing in Abeokuta, Ogun State, Nigeria; 2012, yang mengemukakan bahwa:

“….In housing research, satisfaction studies have been referred to as housing satisfaction (Kaitilla 1993; Karna et al. 2009; Jiboye 2010), occupants‟ satisfaction (Fatoye and Odusami 2009), residents‟ satisfaction (Ukoha and Beamish 1997) or residential satisfaction (Galster 1987; Salleh 2008; Mohit et al. 2010; Mohit and Nazyddah 2011). Kaitilla (1993), Hashim

(2003) and Lee and Park (2010) specifically noted that residential satisfaction

i s an individual‟s satisfaction with both the house as a distinct physical product and the environment or neighbourhood; noting that residential satisfaction encompasses both housing and neighbourhood satisfaction. To this end, residential satisfaction as u sed in this study encompasses occupants‟ satisfaction with housing units, neighbourhood and associated services.”

(Beberapa ahli tersebut memberikan definisi, dalam penelitian perumahan, studi kepuasan telah disebut sebagai kepuasan perumahan (Kaitilla 1993; Karna et al 2009; Jiboye 2010), kepuasan penghuni (Fatoye dan Odusami 2009), kepuasan penduduk (Ukoha dan Beamish 1997) atau kepuasan kediaman (Galster 1987; Salleh 2008; Mohit et al 2010;. Mohit dan Nazyddah 2011). Kaitilla (1993), Hashim (2003) dan Lee dan Park (2010) secara khusus mencatat bahwa kepuasan perumahan adalah kepuasan individu dengan keduanya yaitu rumah sebagai produk fisik yang jelas dan lingkungan atau lingkungan sekitar; mencatat bahwa kepuasan perumahan meliputi keduanya baik kepuasan perumahan dan lingkungan. Untuk tujuan ini, kepuasan perumahan seperti yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kepuasan penghuni dengan unit perumahan, lingkungan sekitar dan terkait jasa).

Selain memberikan beberapa definisi, beberapa ahli tersebut juga mengemukakan

studi kepuasan perumahan/penghuni yaitu:

“….It has also been observed that studies on residential satisfaction have been approached from two basic empirical perspectives. First is the purposive approach, which views residential satisfaction as a measure of the extent to which the residential environment enhances or inhibits the goal of the users (Fatoye 2009). According to Amole (2009), the purposive approach places emphasis on goals or related activities, and helps researchers to understand the degree to which various facets and roles of individuals contribute to their satisfaction. The implication of this is that this approach helps to explain the degree to which an individual‟s housing conditions have influence on the attainment of his or her personal goals and aspirations. The second is the aspiration-gap approach. This approach draws a comparison between what users have and what they are expected to have (Djebarni and Al- Abed 2000; Amole 2009). Specifically, Galster (1987) noted that the aspiration- gap approach is very important in comparing individuals‟ previous and current housing with their desired housing situations. Consequently, most theories of residential satisfaction are based on the notion that residen tial satisfaction measures the difference between household‟s actual and desired residential situations (Galster and Hesser 1981; Mohit et al. 2010).”

(Ini juga telah diamati bahwa studi tentang kepuasan perumahan telah didekati dari dua perspektif dasar empiris. Pertama adalah pendekatan tujuan, yang memandang kepuasan perumahan sebagai ukuran sejauh mana lingkungan perumahan meningkatkan atau menghambat tujuan dari pengguna (Fatoye 2009). Menurut Amole (2009), tempat penekanan pendekatan tujuan yaitu pada tujuan atau kegiatan yang berhubungan, dan membantu peneliti untuk memahami sejauh mana berbagai aspek dan peran individu berkontribusi untuk kepuasan mereka. Implikasi dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini membantu menjelaskan sejauh kondisi perumahan individu berpengaruh terhadap pencapaiannya tujuan pribadi dan aspirasi. Yang kedua adalah pendekatan aspirasi-kesenjangan. Pendekatan ini menarik sebuah perbandingan antara apa pengguna memiliki dan apa yang mereka harapkan untuk dimiliki (Djebarni dan Al-Abed 2000; Amole 2009). Secara khusus, Galster (1987) mencatat bahwa pendekatan aspirasi-gap sangat penting dalam membandingkan individu sebelumnya dan perumahan sekarang dengan situasi perumahan yang mereka inginkan. Akibatnya, sebagian besar (Ini juga telah diamati bahwa studi tentang kepuasan perumahan telah didekati dari dua perspektif dasar empiris. Pertama adalah pendekatan tujuan, yang memandang kepuasan perumahan sebagai ukuran sejauh mana lingkungan perumahan meningkatkan atau menghambat tujuan dari pengguna (Fatoye 2009). Menurut Amole (2009), tempat penekanan pendekatan tujuan yaitu pada tujuan atau kegiatan yang berhubungan, dan membantu peneliti untuk memahami sejauh mana berbagai aspek dan peran individu berkontribusi untuk kepuasan mereka. Implikasi dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini membantu menjelaskan sejauh kondisi perumahan individu berpengaruh terhadap pencapaiannya tujuan pribadi dan aspirasi. Yang kedua adalah pendekatan aspirasi-kesenjangan. Pendekatan ini menarik sebuah perbandingan antara apa pengguna memiliki dan apa yang mereka harapkan untuk dimiliki (Djebarni dan Al-Abed 2000; Amole 2009). Secara khusus, Galster (1987) mencatat bahwa pendekatan aspirasi-gap sangat penting dalam membandingkan individu sebelumnya dan perumahan sekarang dengan situasi perumahan yang mereka inginkan. Akibatnya, sebagian besar

Lebih lanjut lagi, masih di jurnal yang sama dikemukakan tentang aspek-aspek kepuasan perumahan yaitu: “….Varady and Carrozza (2000) also conceived of residential

satisfaction as comprising four different aspects of satisfactions; namely, satisfaction with dwelling units; satisfaction with services provided; satisfaction with the whole housing package (dwelling and service inclusive) and satisfaction with the neighbourhood or environment. Most recently, Lee and Park (2010) viewed residential satisfaction as comprising mainly perception of housing and neighbourhood satisfaction, while Mohit and Nazyddah (2011) based their measurement of residential satisfaction on two housing components: dwelling unit features and housing unit support services as well as three non-housing components: public facilities; social environment and neighbourhood facilities.”

(Varady dan Carrozza (2000) juga memahami kepuasan perumahan terdiri dari empat aspek kepuasan yang berbeda, yaitu kepuasan dengan unit hunian; kepuasan dengan layanan disediakan; kepuasan dengan paket perumahan keseluruhan (hunian dan layanan inklusif) dan kepuasan dengan lingkungan sekitar atau lingkungan. Baru-baru ini, Lee dan Park (2010) melihat kepuasan perumahan terdiri dari persepsi perumahan utama dan kepuasan lingkungan sekitar, sementara Mohit dan Nazyddah (2011) mendasarkan pengukuran kepuasan perumahan mereka pada dua komponen perumahan: fitur unit hunian dan unit perumahan pendukung pelayanan sebaik tiga komponen non-perumahan: publik fasilitas, lingkungan sosial dan fasilitas lingkungan).

Dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh ahli pada jurnal di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan perumahan atau kepuasan penghuni adalah kepuasan seseorang terhadap kondisi rumah secara keselurahan seperti kondisi fisik perumahan, kondisi lingkungan, dan pelayanan perumahan yang diberikan.

Research; Housing Satisfaction Related to Health and Importance of Services in Urban Slums: Evidence from Dhaka, Bangladesh; 2012; dimana Badan Dunia WHO mengungkapkan:

“….In the most recent report on environmental burden of disease in relation to inadequate housing (2011) World Health Organization (WHO) defines housing through four interrelated dimensions: the physical structure of the dwelling, the home including psychosocial, economic and cultural attributes of the household, the neighbourhood infrastructure and the

community environment. In its initiative „Healthy housing‟ WHO outlines the negative health impact of certain housing conditions (e.g. injuries, indoor air quality, pests etc.) and the particular vulnerability of different population groups (poor, children, sick or disabled, housewives) spending most of the

time in their home setting and thus being exposed to negative impacts.” (Laporan terbaru pada pokok penyakit lingkungan dalam kaitannya dengan perumahan yang tidak memadai (2011) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan perumahan melalui empat dimensi yang saling terkait: struktur fisik tempat tinggal, rumah termasuk psikososial, ekonomi dan atribut budaya rumah tangga, infrastruktur lingkungan sekitar dan lingkungan masyarakat. Dalam inisiatif 'perumahan sehat' WHO menguraikan dampak negatif kesehatan dari kondisi perumahan tertentu (misalnya cedera, kualitas udara dalam ruangan, hama dll) dan kerentanan tertentu dari kelompok populasi yang berbeda (miskin, anak-anak, sakit atau cacat, ibu rumah tangga) menghabiskan sebagian besar waktu dalam pengaturan rumah mereka dan sehingga tidak terkena dampak negatif).

Sehingga dapat diketahui bahwa kepuasan perumahan juga berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan umum seperti yang Thomson et al. ungkapkan masih dalam jurnal yang sama sebagai berikut:

“….Increased housing satisfaction following housing improvements has been strongly linked to improvements in mental health as well as in physical health and general well- being (Thomson et al. 2001).”

(Peningkatan kepuasan perumahan mengikuti perbaikan perumahan telah sangat terkait dengan peningkatan kesehatan mental serta kesehatan fisik dan kesejahteraan umum (Thomson et al. 2001)).

Lebih lanjut lagi ditunjukkan dalam pernyataan berikut: “It has been shown that poor quality housing may have a range of

negative impacts on human health, such as increased frequency of infectious diseases, poor mental health, respiratory infections, chronic diseases, injuries etc. (Krieger and Higgins 2002; WHO 2008, 2011; Howden-Chapman 2004). ”

(Telah ditunjukkan bahwa perumahan berkualitas rendah mungkin memiliki berbagai dampak negatif terhadap kesehatan manusia, seperti peningkatan frekuensi penyakit infeksi, kesehatan lemah mental, infeksi pernafasan, penyakit kronis, cedera dll (Krieger dan Higgins 2002; WHO 2008, 2011; Howden-Chapman 2004)).

Dengan demikian, dari berbagai pernyataan-pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa kepuasan perumahan/kepuasan penghuni merupakan sesuatu yang kompleks. Kepuasan perumahan/penghuni tidak hanya berdasarkan kondisi fisik perumahan saja, tetapi juga menyangkut kesehatan dan kesejahteraan sosial. Kondisi fisik perumahan meliputi unit hunian dan lingkungan sekitar. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa kondisi perumahan yang memadai akan membawa dampak yang baik bagi kesehatan baik fisik maupun mental serta pada kesejahteraan umum.

2. Kualitas Bangunan dan Air Bersih

2.1. Kualitas Bangunan Pembangunan rumah Susun diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Rusun) menggantikan UU No. 16 Tahun 1985 disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 1 bahwa : “Rusun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik 2.1. Kualitas Bangunan Pembangunan rumah Susun diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Rusun) menggantikan UU No. 16 Tahun 1985 disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 1 bahwa : “Rusun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik

Dalam Pasal 35 UU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun diatur tentang persyaratan teknis pembangunan rumah susun terdiri atas:

a. Tata bangunan yang meliputi persyaratan peruntukan lokasi serta

intensitas dan arsitektur bangunan; dan

b. Keandalan bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

Penjelasan mengenai Pasal 35 adalah sebagai berikut:

a. Yang dimaksud dengan “peruntukan lokasi” adalah ketentuan tentang jenis fungsi atau kombinasi fungsi bangunan rumah susun yang boleh dibangun pada lokasi atau kawasan tertentu. Yang dimaksud dengan “intensitas bangunan” adalah ketentuan teknis tentang kepadatan dan

ketinggian bangunan rumah susun yang dipersyaratkan pada lokasi atau kawasan tertentu yang meliputi koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan jumlah lantai bangunan.

b. Yang dimaksud dengan “persyaratan keselamatan” adalah kemampuan bangunan rumah susun untuk mendukung beban muatan serta untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.

sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan. “Persyaratan kenyamanan” meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta terhadap pengaruh tingkat

getaran dan tingkat kebisingan. “Persyaratan kemudahan” meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan rumah susun

serta sarana dan prasarana dalam pemanfaatan bangunan rumah susun. Di samping itu, dijelaskan juga dalam UU No. 20 Tahun 2011 tentang prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan rumah susun diatur dalam Pasal 40 yang menyebutkan pelaku pembangunan wajib melengkapi lingkungan rumah susun dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Lebih lanjut lagi, dalam Pasal 40 dijelaskan sebagai berikut:  Yang dimaksud dengan “lingkungan rumah susun” adalah sebidang

tanah dengan batas-batas yang jelas yang di atasnya dibangun rumah susun, termasuk prasarana, sarana, dan utilitas umum yang secara keseluruhan merupakan kesatuan tempat permukiman.

 Yang dimaksud dengan “prasarana” adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian rumah susun yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman  Yang dimaksud dengan “prasarana” adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian rumah susun yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman

penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi meliputi sarana sosial ekonomi (pendidikan, kesehatan, peribadatan dan perniagaan) dan sarana umum (ruang terbuka hijau, tempat rekreasi, sarana olahraga, tempat pemakaman umum, sarana

pemerintahan, dan lain-lain).

 Yang dimaksud dengan “utilitas umum” adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian rumah susun yang

mencakup jaringan listrik, jaringan telepon, dan jaringan gas. Selain itu, dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi di dalam lampiran dijelaskan ada beberapa ketentuan teknis keandalan bangunan. Ketentuan teknis keandalan bangunan tersebut antara lain:

1. Persyaratan keselamatan

a. Persyaratan struktur bangunan gedung

Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi, strukturnya harus direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi, strukturnya harus direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam

Di dalam persyaratan struktur bangunan gedung, diatur pula struktur atas bangunan rusuna tingkat tinggi yakni konstruksi beton dan baja. Sedangkan struktur bawah bangunan rusuna tingkat tinggi yakni pondasi langsung dan pondasi dalam serta basemen dengam menggunakan standar teknis dan pedoman teknis tertentu.

b. Persyaratan kemampuan bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap bahaya kebakaran

Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif. Pada sistem proteksi pasif yang perlu diperhatikan meliputi: persyaratan kinerja, ketahanan api dan stabilitas, tipe konstruksi tahan api, tipe konstruksi yang diwajibkan, kompartemenisasi dan pemisahan, dan perlindungan pada bukaan (fire stop). Pada sistem proteksi aktif yang perlu diperhatikan meliputi: Sistem Pemadam Kebakaran baik berupa APAR, sprinkler, hidran box maupun

Pengendalian Asap Kebakaran; dan Pusat Pengendali Kebakaran.

c. Persyaratan kemampuan bangunan rusuna bertingkat tinggi

terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan

Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan proteksi terhadap petir, dalam upaya untuk mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir terhadap bangunan gedung yang diproteksi, termasuk di dalamnya manusia serta perlengkapan bangunan lainnya. Persyaratan proteksi petir harus memperhatikan sebagai berikut: Perencanaan sistem proteksi petir; Instalasi Proteksi Petir; dan Pemeriksaan dan Pemeliharaan.

Sistem kelistrikan dalam rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi Persyaratan sistem kelistrikan yang meliputi sumber daya listrik, panel hubung bagi, jaringan distribusi listrik, perlengkapan serta instalasi listrik untuk memenuhi kebutuhannya. Persyaratan sistem kelistrikan harus memperhatikan: Perencanaan instalasi listrik; Jaringan distribusi listrik; Beban listrik; Sumber daya listrik; Transformator distribusi; Pemeriksaan dan pengujian; dan Pemeliharaan.

a. Persyaratan sistem penghawaan

Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan permanane, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.

b. Persyaratan sistem pencahayaan

Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami yang optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan hunian dan fungsi masing-masing ruang di dalamnya.

c. Persyaratan sistem air minum dan sanitasi

Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem distribusi, dan penampungannya. Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai pedoman dan standar teknisyang berlaku.

Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan

dalam

bentuk

pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan. Sedangkan sistem penyaluran air hujan harus pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan. Sedangkan sistem penyaluran air hujan harus

Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-masing bangunan rusuna bertingkat tinggi, yang diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah. Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

d. Persyaratan penggunaan bahan bangunan

Bahan bangunan rusuna bertingkat tinggi yang digunakan harus aman bagi kesehatan penghuni dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan bahan bangunan yang tidak berdampak negative terhadap lingkungan harus: menghindari timbulnya efek silau dan pantulan bagi pengguna bangunan gedung lain, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya; menghindari timbulnya efek peningkatan temperature lingkungan di sekitarnya; mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi energi; dan menggunakan bahan-bahan bangunan yang ramah lingkungan.

Kesehatan Nomor 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan meliputi :

1. Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas tanah, kualitas air tanah, sarana dan prasarana lingkungan, binatang penular penyakit dan penghijauan.

2. Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, makanan, limbah, dan kepadatan hunian ruang tidur.

2.2. Air Bersih

Air merupakan kebutuhan vital manusia. Untuk menjaga keterlangsungannya, maka air perlu dikelola. Menurut UU No.7 Tahun 2004 disebutkan air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah,termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

Dalam bangunan rusunawa, kesediaan air bersih masuk ke dalam Pasal 40 tentang prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan rumah susun. Dimana y ang dimaksud dengan “prasarana” adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian rumah susun yang memenuhi standar Dalam bangunan rusunawa, kesediaan air bersih masuk ke dalam Pasal 40 tentang prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan rumah susun. Dimana y ang dimaksud dengan “prasarana” adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian rumah susun yang memenuhi standar

Dalam Permenkes Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengaturan Kualitas Air mendefinisikan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, Permenkes ini tidak lagi digunakan dan diganti dengan Permenkes Nomor 907 Tahun 2002 kemudian diganti lagi dengan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sehingga Permenkes yang digunakan adalah Permenkes yang baru tentang kualitas air minum karena Permenkes yang lama sudah tidak digunakan lagi.

Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyebutkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobilogis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyebutkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobilogis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati