Perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B.

(1)

THE DIFFERENCE OF WORK FAMILY CONFLICT REVIEWED WITH TYPE A AND B PERSONALITY

Filinia

ABSTRACT

This research aimed to know the difference of work family conflict reviewed with type A and B personality. There are two hypothesis in this research. First hypothesis is there is a difference of work to family conflict reviewed with type A and B personality. Second hypothesis is there is a difference of family to work conflict reviewed with type A and B personality. The amount of samples in this research were 120 subject. Samples were collected from several

institutions on Yogyakarta. The samples’scriterion in this research were married

employee and already had a kids. The sampling method was nonrandom sampling which not all population members had a opportunity to be a sample. Techniques to collect the sampling was accidental sampling which used to search information

from anybody who could be found. The Work to Family Conflict’s, Family to Work Conflict’s and Type A and B Personality’s scale were used to collect the

data in several institutions in Yogyakarta. The data was analyzed with Cronbach’s

Alpha to reliability test and Independent Sample T-Test to hypothesis test by SPSS for windows 16.0. the analyzed showed the reliability was 0,906 for work to family conflict scale with 12 items, 0,831 for family to work conflict scale with 11 items and 0,869 for type A and B personality scale with 24 items. Hypothesis test showed the Sig.(2-tailed) was 0,05 for work to family conflict and 0,172 for family to work conflict. The result told that there was a difference work to family conflict reviewed with type A and B personality and there was no difference family to work conflict reviewed with type A and B personality.


(2)

PERBEDAAN KONFLIK PERAN GANDA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN A DAN B

Filinia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Terdapat dua hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini. Hipotesis pertama adalah terdapat perbedaan konflik pekerjaan keluarga ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Hipotesis kedua adalah terdapat perbedaan konflik keluarga pekerjaan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 120 subjek. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa lembaga yang ada di Yogyakarta. Kriteria sampel untuk penelitian ini adalah karyawan yang sudah menikah dan memiliki anak. Metode sampling yang digunakan adalah nonrandom sampling yaitu metode sampling yang memiliki syarat bahwa tidak seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan

accidental sampling yaitu teknik yang digunakan untuk mencari informasi yang diperlukan kepada siapapun yang berhasil ditemui. Pengambilan data dilakukan menggunakan skala Konflik Keluarga Pekerjaan, Konflik Pekerjaan Kelurga dan Tipe Kepribadian A dan B di beberapa lembaga yang ada di Yogyakarta. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alphauntuk uji reliabilitas dan Independent Samples T-Test untuk uji hipotesis dengan bantuan program komputer SPSS for Windows 16.0. Dari hasil analisis penelitian didapatkan reliabilitas sebesar 0,906 untuk skala Konflik Pekerjaan keluarga dengan 12 aitem, 0,831 untuk skala Keluarga Pekerjaan dengan 11 aitem dan 0,869 untuk skala Tipe Kepribadian A dan B dengan 24 aitem. Uji hipotesis menghasilkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,05 untuk Konflik Pekerjaan Keluarga dan 0,172 untuk Konflik Keluarga Pekerjaan. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan Konflik Pekerjaan Keluarga ditinjau dari tipe kepribadian A dan B dan tidak ada perbedaan Konflik Keluarga Pekerjaan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Kata kunci : konflik peran ganda, tipe kepribadian A, tipe kepribadian B


(3)

PERBEDAAN KONFLIK PERAN GANDA

DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN A DAN B

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Filinia 109114089

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014


(4)

(5)

(6)

HALAMAN MOTTO

Ora et Labora

A journey of a thousand miles

begins with a single step

-

Lao Tzi

-

All our dreams can come true if

we have the courage to pursue them.

-Walt Disney-

Failure is only the opportunity to begin again,

only this time more wisely.


(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya yang pertama dan satu-satunya ini kupersembahkan

kepada :

Tuhan Allah dan Yesus Kristus yang selalu membimbing dan memberikan ketenangan dalam setiap masalah

Papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam mendoakan, menyemangati dan memenuhi kebutuhan financial selama perantauan ini

Adikku satu-satunya yang sudah tenang di surga

Pacar yang selalu sabar menemani dalam suka dan duka

Dosen pembimbing yang begitu sabar dan telaten dalam membantu terwujudnya karya ini

Teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan 2010 Psikologi Sanata Dharma


(8)

(9)

PERBEDAAN KONFLIK PERAN GANDA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN A DAN B

Filinia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Terdapat dua hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini. Hipotesis pertama adalah terdapat perbedaan konflik pekerjaan keluarga ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Hipotesis kedua adalah terdapat perbedaan konflik keluarga pekerjaan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 120 subjek. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa lembaga yang ada di Yogyakarta.Kriteria sampel untuk penelitian ini adalah karyawan yang sudah menikah dan memiliki anak.Metode sampling yang digunakan adalah nonrandom sampling yaitu metode sampling yang memiliki syarat bahwa tidak seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan

accidental sampling yaitu teknik yang digunakan untuk mencari informasi yang diperlukan kepada siapapun yang berhasil ditemui.Pengambilan data dilakukan menggunakan skala Konflik Keluarga Pekerjaan, Konflik Pekerjaan Kelurgadan Tipe Kepribadian A dan B di beberapa lembaga yang ada di Yogyakarta. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alphauntuk uji reliabilitas dan Independent Samples T-Test untuk uji hipotesis dengan bantuan program komputer SPSS for Windows 16.0. Dari hasil analisis penelitian didapatkan reliabilitas sebesar 0,906 untuk skala Konflik Pekerjaan keluarga dengan 12 aitem, 0,831 untuk skala Keluarga Pekerjaandengan 11 aitem dan 0,869 untuk skala Tipe Kepribadian A dan B dengan 24 aitem. Uji hipotesis menghasilkannilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,05 untuk Konflik Pekerjaan Keluarga dan 0,172 untuk Konflik Keluarga Pekerjaan. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan Konflik Pekerjaan Keluarga ditinjau dari tipe kepribadian A dan B dan tidak ada perbedaan Konflik Keluarga Pekerjaan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Kata kunci : konflik peran ganda, tipe kepribadian A, tipe kepribadian B


(10)

THE DIFFERENCE OF WORK FAMILY CONFLICT REVIEWED WITH TYPE A AND B PERSONALITY

Filinia

ABSTRACT

This research aimed to know the difference of work family conflict reviewed with type A and B personality.There are two hypothesis in this research. First hypothesis is there is a difference of work to family conflict reviewed with type A and B personality. Second hypothesis is there is a difference of family to work conflict reviewed with type A and B personality. The amount of samples in this research were 120 subject. Samples were collected from several institutions

on Yogyakarta. The samples’s criterion in this research were married employee and already had a kids. The sampling method was nonrandom sampling which not all population members had a opportunity to be a sample. Techniques to collect the sampling was accidental sampling which used to search information from anybody who could be found. The Work to Family Conflict’s, Family to Work

Conflict’s and Type A and B Personality’s scale were used to collect the data in

several institutions in Yogyakarta. The data was analyzed with Cronbach’s Alpha to reliability test and Independent Sample T-Test to hypothesis test by SPSS for windows 16.0. the analyzed showed the reliability was 0,906 for work to family conflict scale with 12 items, 0,831 for family to work conflict scalewith 11 items and 0,869 for type A and B personality scale with 24 items. Hypothesis test showed the Sig.(2-tailed) was 0,05 for work to family conflict and 0,172 for family to work conflict. The result told that there wasa difference work to family conflict reviewed with type A and B personality and there was no difference family to work conflict reviewed with type A and B personality.


(11)

(12)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsinya yang berjudul “Perbedaan Konflik Peran Ganda Ditinjau dari Tipe Kepribadian A dan B”.Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan mendapatkan dukungan serta bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya secara tulus kepada:

1. Bpk. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus dosen pembimbing akademik. 2. Ibu Ratri Sunar Asusti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas kesabaran, bantuan, dan bimbingan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi saya.

4. Papa dan Mama di Singkawang. Terima kasih atas doa dan dukungannya selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Adik satu-satunya yang sudah tenang di surga. Terima kasih sudah menjadi motivasi yang luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.


(13)

6. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A. dan Bapak TM. Raditya Hernawa, M.Psi. selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Alfonsus Bayu Dirgantara selaku kekasih, teman seperjuangan dan pendamping di setiap lika liku penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman luar biasa (Christy, Rinta, Ika, Vivid, Rachel dan Ester) yang membuat perjuangan menuju sarjana menjadi lebih berwarna.

9. Om dan Tante Darlius yang sudah mengizinkan saya tinggal di rumah selama perkuliahan ini.

10.Bpk. Emmanuel Bele selaku Sekretaris WR1 yang telah banyak membantu saya dalam pengambilan data

11.Feby, Rika, Yovi, Pakdhe, Mas Anjar, Mymy, Yohana yang sudah membantu saya dalam proses pengambilan data

12.Ibu Mamik dari Toko Merah yang telah membantu saya dalam pengambilan data

13.Pak Ari dari Kotaperak FM yang telah membantu saya dalam pengambilan data

14.SMP Pangudi Luhur 1 yang telah mengizinkan saya untuk mengambil data di sana

15.Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi tempat saya mengambil data sekaligus menempah saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik


(14)

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR SKEMA ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10


(16)

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Konflik Peran Ganda ... 11

1. Definisi Konflik ... 11

2. Definisi Konflik Peran Ganda ... 12

3. Jenis-jenis Konflik Peran Ganda ... 13

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda 14 5. Dampak Konflik Peran Ganda ...16

6. Dimensi Konflik Peran Ganda ...17

7. Pengukuran Konflik Peran Ganda ... 18

B. Kepribadian Tipe A dan B ... 21

1. Definisi Kepribadian ... 21

2. Proses Terbentuknya Kepribadian ... 22

3. Definisi Tipe Kepribadian A dan B ... 23

4. Karakteristik Tipe Kepribadian A ... 25

5. Karakteristik Tipe Kepribadian B ... 28

6. Pengukuran Tipe Kepribadian A dan B ... 29

C. Dinamika Perbedaan Konflik Peran Ganda ditinjau dari Tipe Kepribadian A dan B ... 31

D. Skema Penelitian ... 34

E. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37


(17)

1. Variabel Bebas ...37

2. Variabel Tergantung ...37

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

1. Konflik Peran Ganda ... 37

2. Tipe Kepribadian A dan B ... 38

D. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Subjek Penelitian ... 40

E. Metode Pengumpulan Data ... 40

1. Skala Konflik Peran Ganda ... 41

2. Skala Tipe Kepribadian A dan B ... 42

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 44

1. Validitas Skala ... 44

2. Seleksi Aitem ... 44

3. Reliabilitas ... 49

G. Metode Analisis Data ... 50

1. Uji Asumsi ... 50

2. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Pelaksanaan Penelitian ... 52

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 52

C. Deskripsi Data Penelitian ... 54


(18)

1. Uji Asumsi ... 57

2. Uji Hipotesis ... 60

E. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Keterbatasan Penelitian ... 66

C. Saran ... 67

1. Bagi Subjek Penelitian ... 67

2. Bagi Peneliti Selanjutnya... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Konflik Peran Ganda sebelum Tryout……… 42

Tabel 2 Blue Print Skala Tipe Kepribadian A dan B sebelum Tryout…... 43

Tabel 3 Blue Print Skala Konflik Peran Ganda sesudah Tryout……… 46

Tabel 4 Blue Print Skala Penelitian Konflik Peran Ganda……… 47

Tabel 5 Blue Print Skala Tipe Kepribadian A dan B sesudah Tryout……... 48

Tabel 6 Blue Print Skala Penelitian Tipe Kepribadian A dan B……… 49

Tabel 7 Deskripsi Subjek Penelitian………... 53

Tabel 8 Deskripsi Data Penelitian……….. 55

Tabel 9 Mean Empirik dan Teoritik………... 56

Tabel 10 Ringkasan UjiNormalitas Skala Konflik Peran Ganda……… 58

Tabel 11 Ringkasan Uji Normalitas Skala Tipe Kepribadian A dan B……... 58

Tabel 12 Ringkasan Levene’s Testpada Skala Konflik Pekerjaan Keluarga.. 60

Tabel 13 Ringkasan Levene’s Test pada Skala Konflik Keluarga Pekerjaan.. 60

Tabel 14 Ringkasan Independent Samples Test pada Skala Konflik Pekerjaan Keluarga………... 61

Tabel 15 Ringkasan Independent Samples Test pada Skala Konflik Keluarga Pekerjaan………... 62


(20)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Skema Dinamika Perbedaan Konflik Peran Ganda Ditinjau dari Tipe Kepribadian A dan B ...34


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Skala Penelitian (Tryout)………... 72

Lampiran B Uji Reliabilitas dan Kualitas Aitem………... 88

1. Hasil Analisis Skala Konflik Pekerjaan Keluarga sebelum Seleksi Aitem………... 89

2. Hasil Analisis Skala Konflik Pekerjaan Keluarga sesudah Seleksi Aitem………... 90

3. Hasil Analisis Skala Konflik Keluarga Pekerjaan sebelum Seleksi Aitem………... 91

4. Hasil Analisis Skala Konflik Keluarga Pekerjaan sesudah Seleksi Aitem………... 92

5. Hasil Analisis Skala Tipe Kepribadian A dan B sebelum Seleksi Aitem 93 4. Hasil Analisis Skala Tipe Kepribadian A dan B setelah Seleksi Aitem 95 Lampiran C Skala Penelitian (setelah tryout)……….……… 96

Lampiran D Uji Normalitas……… 109

1. Uji Normalitas Skala Konflik Pekerjaan Keluarga………. 110

2. Uji Normalitas Skala Konflik Keluarga Pekerjaan………. 110

2. Uji Normalitas Skala Tipe Kepribadian A dan B……… 111

Lampiran E Uji Homogenitas dan Hipotesis……….... 112


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dunia kerja pada zaman sekarang telah mengalami perubahan.Hal ini tampak pada wanita yang mulai memasuki dunia kerja seperti laki-laki. Badan pusat statistik Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2009, prosentase wanita di dalam rumah tangga yang bekerja di perkotaan maupun perdesaan adalah 60,54% dari seluruh penduduk Indonesia yang berjenis kelamin perempuan, sedangkan pada tahun 2012, prosentase tersebut meningkat menjadi 60,67%. Badan pusat statistik Indonesia juga membandingkan prosentase wanita yang bekerja, pengangguran dan mengurus rumah tangga.Hasilnya menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012, prosentase wanita yang bekerja adalah 47,91%, pengangguran hanya 3,48% dan yang mengurus rumah tangga sebanyak 36,97%. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan wanita di Indonesia mulai mendalami dunia kerja selain mengurus rumah tangganya.

Meskipun data statistik menunjukkan bahwa perempuan Indonesia telah memasuki dunia kerja, namun budaya Indonesia masih menganggap bahwa prioritas utama seorang wanita adalah mengurus keluarganya sehingga meskipun seorang wanita mendalami pekerjaan, wanita tersebut tetap wajib mementingkan keluarganya (Kementerian Riset & Teknologi Republik Indonesia, 2009). Peran seorang wanita yang wajib mementingkan keluarga


(23)

juga sesuai dengan ajaran muslim yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia yaitu sekitar 195.000.000 jiwa dari 222.000.000 jiwa yang mengatakan bahwa tanggung jawab terbesar wanita adalah rumah tangganya (dalam muslim.or.id) dan pencari nafkah dalam keluarga adalah seorang laki-laki (Viano dalam kompasiana, 2011).

Wanita yang mulai bekerja di luar rumah membuat kehidupan rumah tangga menjadi tidak mudah.Hal ini sesuai dengan kisah seorang ibu rumah tangga yang dikutip oleh harian Kompas.Ibu rumah tangga tersebut mengalami konflik karena suaminya merasa ibu tersebut sibuk bekerja di luar rumah sehingga menelantarkan anak-anak mereka.Masalah ibu rumah tangga tersebut ditanggapi oleh seorang konselor yang mengatakan bahwa pandangan masyarakat saat ini masih menganggap bahwa pencari nafkah adalah pria dan wanita bertugas di dalam rumah. Konselor tersebut juga mengatakan bahwa dalam buku The Psychology of Woman,perempuan yang bekerja sering mengalami ketegangan peran berupa konflik dalam pekerjaan dan keluarganya (harian Kompas, 2011).

Masalah rumah tangga yang lain diceritakan oleh Billy Boen dalam bukunya Young on Top yang mengatakan bahwa menyeimbangkan dunia kerja dengan keluarga tidak mudah. Di dalam dunia kerja, setiap orang akan berusaha mengejar karir dan mengakibatkan waktu bersama keluarga berkurang. Pada saat seseorang telah mendapatkan kesuksesan, waktu untuk bekerja menjadi lebih fleksibel dan dapat memberikan lebih banyak waktu untuk berada di rumah.Meskipun demikian, waktu tersebut tidak dimanfaatkan


(24)

untuk bersama keluarga melainkan mengerjakan hal-hal untuk pekerjaan sehingga mengakibatkan dunia kerja dan keluarga menjadi tidak seimbang (Boen, youngontop.com, 2013).

Kasus konflik rumah tangga dan pekerjaan dialami juga oleh seorang ibu rumah tangga yang menceritakan kisahnya dalam sebuah majalah wanita bahwa membagi waktu untuk pekerjaan dan rumah tangga memang tidak mudah.Solusi yang diterapkan oleh wanita tersebut untuk mengatasi konflik antara pekerjaan dan rumah tangga adalah dengan berhenti bekerja dan menjalankan bisnis di rumah.Solusi tersebut dilakukan dengan harapan agar dapat mengatur keluarga dengan lebih baik.Meskipun demikian, solusi tersebut tidak mudah dilakukan karena menjalankan bisnis di rumah juga menyita banyak waktu bersama keluarga.Kasus yang dialami ibu rumah tangga tersebut menunjukkan bahwa menyeimbangkan waktu antara keluarga dan pekerjaan memang tidak mudah (www.femina.co.id).

Permasalahan dalam menyeimbangkan dunia kerja dan keluarga memang telah menjadi masalah umum dalam pernikahan.Hal tersebut diungkapkan dalam sebuah artikel dalam okezone. Di dalam artikel tersebut dikatakan bahwa berbagi pekerjaan dalam rumah tangga menjadi hal yang sulit bagi pria dan wanita karena tekanan norma-norma mengenai kodrat pria dan wanita serta pekerjaan di kantor masing-masing (www.lifestyle.okezone.com).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita zaman sekarang melaksanakan dua pekerjaan sekaligus yaitu pekerjaan di luar rumah dan pekerjaan rumah tangga seperti mengurus suami dan anak-anak.Pria


(25)

dikatakan dapat membantu wanita dalam mengurus rumah tangga tetapi tanggung jawab utama rumah tangga tetap ada pada wanita (Schultz, 2010). Fakta bahwa wanita saat ini juga mulai bekerja seperti pria akan mengakibatkan suatu konflik yang disebut konflik peran ganda. Konflik ini terjadi saat tuntutan dalam pekerjaan bertentangan dengan tuntutan dalam keluarga.

Konflik peran ganda merupakan konflik antar peran pada saat tuntutan dalam pekerjaan tidak sesuai dengan tuntutan di dalam keluarga (Spector, 2008).Konflik peran ganda juga didefinisikan sebagai konflik antar peran pada saat peran dalam pekerjaan dan keluarga saling bertentangan (dalam Ahmad, 2008).Menurut Riggio (2008) konflik peran ganda merupakan konflik yang muncul pada saat seseorang berusaha menyeimbangkan peran dan kebutuhan dalam pekerjaan dengan keluarga atau kehidupan di luar pekerjaan.

Konflik peran ganda telah menjadi suatu masalah yang cukup serius di antara masyarakat. Hal ini tampak pada berita yang dilansir oleh Antara News yang memberitakan bahwa sepanjang tahun 2013 telah terdapat tiga orang polisi yang bunuh diri di Jakarta, Medan dan Magelang. Ketiga polisi tersebut berjenis kelamin laki-laki.Tindakan bunuh diri tersebut dikarenakan tuntutan bekerja selama 24 jam dalam kepolisian dengan gaji yang tidak sepadan memicu konflik di dalam keluarga. Tuntutan pekerjaan dan keluarga yang muncul bersamaan dan bertentangan diduga merupakan penyebab utama tindakan bunuh diri tersebut (antaranews.com).Berdasarkan artikel kesehatan


(26)

di dalam kompasiana (2012), pria mengaku depresi jika tuntutan dalam keluarga bertentangan dengan tuntutan dalam pekerjaannya (kompasiana.com).

Konflik peran ganda dapat menyebabkan berbagai dampak pada pria maupun wanita. Penelitian lain menunjukkan bahwa konflik peran ganda menyebabkan rendahnya kepuasan kerja pada wanita maupun pria (Allen, Herst, Bruck & Sutton, 2000; Spector, 2008). Konflik peran ganda juga dapat menyebabkan ketidakhadiran maupun keterlambatan dalam pekerjaan sampai kekecewaan pada hidup berumah tangga (Spector, 2008).Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa konflik peran ganda menyebabkan produktivitas (Triastutik, 2013) dan motivasi (Rahmadita, 2013) kerja menurun.

Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi konflik peran ganda, yaitu faktor pekerjaan, faktor keluarga dan faktor individual (Ahmad, 2008).Pertama, faktor pekerjaan dapat mempengaruhi konflik peran ganda, misalnya seorang manajer atau karyawan yang memiliki kesempatan untuk medapatkan promosi lebih rentan terhadap konflik peran ganda daripada karyawan biasa. Seorang karyawan yang bekerja dalam waktu yang cukup lama di luar rumah juga lebih rentan terhadap konflik peran ganda karena dia akan lebih susah menyeimbangkan kegiatan di pekerjaan dan di rumah.

Kedua, faktor keluarga yang mempengaruhi konflik peran ganda adalah anak-anak. Seseorang yang memiliki anak terutama balita akan lebih rentan terhadap konflik peran ganda. Seseorang yang memiliki tanggungjawab untuk mengurus orang tua juga lebih rentan terhadap konflik peran


(27)

ganda.Lingkungan keluarga juga sangat mempengaruhi konflik peran ganda. Jika seseorang sedang mengalami masalah dalam keluarga, dia akan terus memikirkan hal tersebut walaupun sedang bekerja.

Faktor terakhir yang mempengaruhi konflik peran ganda adalah faktor individual.Faktor individual termasuk jenis kelamin. Seseorang yang menyakini bahwa bekerja di luar rumah adalah tugas pria akan lebih susah untuk menerima jika istrinya bekerja. Kepribadian juga merupakan salah satu faktor yang terkait dengan konflik peran ganda. Hal ini dikarenakan pengalaman seorang individu, persepsi individu terhadap peran dalam pekerjaan dan keluarga dan cara individu menghadapi masalah dapat mempengaruhi konflik peran ganda.

Spector (2008) juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda yaitu konflik dari sisi perusahaan dan karyawan. Pertama, pada sisi perusahaan, konflik peran ganda dapat muncul karena individu diharuskan bekerja dalam waktu yang lama dalam perusahaan (Day & Chamberlain, 2006; Van Daalen, Willemsen & Sanders, 2006 dalam Spector, 2008) dan jadwal yang kurang fleksibel juga dapat menimbulkan konflik peran ganda (Major, Klein & Ehrhart, 2003 dalam Spector, 2008).

Kedua, dalam sisi karyawan, kepribadian dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda, misalnya individu yang cenderung memiliki tendensi emosi negatif lebih rentan dengan konflik peran ganda (Spector, 2008).


(28)

Seseorang juga akan mengalami konflik peran ganda jika harus menyelesaikan tuntutan dalam pekerjaan dan keluarga secara bersamaan, misalnya seseorang akan tidak hadir dalam pekerjaan jika diharuskan untuk mengantarkan anak yang sedang sakit. Konflik peran ganda juga disebabkan oleh berbagai faktor seperti lamanya jam kerja dan jadwal kerja yang tidak fleksibel (Spector, 2008).

Penelitian sebelumnya dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian Big Five dan konflik peran ganda.Di dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa tipe kepribadian neuroticism berkaitan paling erat dengan konflik peran ganda dibandingkan tipe kepribadian big five yang lainnya (Setianingrum & Cokroamidjojo, 2006).Hal ini berarti tipe kepribadian memang mempengaruhi konflik peran ganda.

Penelitian lain dilakukan oleh Shaheen (2012) yang meneliti mengenai tipe kepribadian A dan B dengan konflik peran ganda pada wanita profesional. Di dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa tipe kepribadian A memiliki hubungan yang signifikan dengan konflik peran ganda. Hal lain yang ditemukan adalah bahwa tipe kepribadian A mengalami konflik peran ganda yang lebih tinggi daripada tipe kepribadian B. Akan tetapi, penelitian tersebut masih memiliki kekurangan yaitu hanya meneliti subjek berjenis kelamin wanita dan berprofesi sebagai dokter dan guru. Shaheen juga menyarankan agar penelitian selanjutnya mampu meneliti konflik peran ganda pada perempuan maupun laki-laki dan menjangkau subjek dengan pekerjaan yang lebih bervariasi.


(29)

Di dalam buku Encyclopedia of Social Psychology (2007) dikatakan bahwa tipe kepribadian A adalah sekumpulan perilaku yang berkaitan dengan ketidaksabaran dan kepentingan untuk menyelesaikan banyak tugas, agresif, permusuhan terhadap orang-orang yang menghalangi jalannya dan keinginan untuk mencapai kesuksesan yang memicu persaingan yang berlebihan. Individu dengan tipe kepribadian A juga berbicara, berjalan dan makan dengan cepat agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya. Ciri-ciri tipe kepribadian A adalah stabil, pekerja keras, agresif, kompetitif dan memiliki gaya hidup yang mementingkan pekerjaan. Individu dengan tipe kepribadian A juga merupakan tipe yang mengerjakan pekerjaan dengan sempurna dan memiliki keinginan kuat untuk produktivitas dan lingkungan kerja yang menantang. Individu dengan tipe kepribadian A bekerja dalam waktu yang lama dan memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuannya sendiri (Shaheen, 2012).

Tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang bertolak belakang dengan tipe kepribadian A. Individu dengan tipe kepribadian B merupakan tipe yang santai dan kurang memperhatikan tuntutan untuk mencapai kesuksesan.Meskipun demikian, individu dengan tipe kepribadian B bukan tipe pemalas (Baumeister,2007).

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tipe kepribadian A lebih rentan terhadap stress dibandingkan dengan tipe kepribadian B (Giu, 2013). Hal tersebut menyebabkan tipe kepribadian A lebih memungkinkan untuk mengalami konflik peran ganda dibandingkan tipe kepribadian B karena


(30)

konflik peran ganda merupakan salah satu sumber stress (Riggio, 2008). Penelitian lain dilakukan oleh Shaheen (2012) yang menemukan bahwa tipe kepribadian A mengalami konflik peran ganda yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe B. Meskipun demikian, penelitian tersebut hanya meneliti perempuan yang bekerja sebagai guru dan tenaga medis. Penelitian yang mengaitkan tipe kepribadian B dengan konflik peran ganda belum ditemukan dan kemungkinan belum pernah diteliti sehingga dunia penelitian belum memiliki pengetahuan mengenai hubungan tipe kepribadian B dengan konflik peran ganda. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk meneliti mengenai perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Penelitian ini juga dilakukan berdasarkan saran dari penelitian sebelumnya (Shaheen, 2012) untuk meneliti perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B dengan subjek wanita maupun pria dan pekerjaan yang lebih bervariasi. Penelitian ini dirasa penting karena melalui penelitian ini dapat diketahui secara jelas perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat perbedaan konflik peran ganda pada karyawan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B?


(31)

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperjelas perbedaan konflik peran ganda pada karyawan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah hasil dari penelitian ini dapat menyumbangkan dan menegaskan mengenai perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Penelitian ini akan menambah ilmu pengetahuan dalam Psikologi terutama bidang psikologi industri dan organisasi serta psikologi kepribadian. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi berupa hasil penelitian, teori maupun saran bagi penulis selanjutnya yang akan meneliti topik yang sama.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada karyawan mengenai perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B sehingga karyawan dapat lebih menyadari kepribadiannya masing-masing dan kerentanannya terhadap konflik peran ganda.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konflik Peran Ganda 1. Definisi Konflik

Rubin et al (dalam Tjosuold, 2006) mendefinisikan konflik sebagai suatu perbedaan rasa, ketertarikan atau kepercayaan bahwa aspirasi seseorang belum dapat tercapai. Lewicki et al (dalam Tsjosuold, 2006) juga mendefinisikan konflik sebagai interaksi dari orang-orang yang saling tergantung satu sama lain yang merasakan tujuan yang bertentangan dan saling mengganggu dalam mencapai tujuan. Konflik juga didefinisikan sebagai proses dinamis yang muncul di antara orang-orang yang tergantung satu sama lain dan mengalami reaksi emosi negatif saat mengalami perbedaan pendapat dan gangguan dalam mencapai tujuan (Barki & Hartwick dalam Tsjosuold, 2006). Jehn dan Bendersky (dalam Tsjosuold, 2006) mendefinisikan konflik sebagai perasaan saat memiliki pandangan yang berbeda dan tidak sesuai di antara orang-orang yang terlibat.Konflik juga diartikan sebagai ketegangan yang dialami individu atau kelompok karena terdapat perbedaan antara dirinya dengan individu atau kelompok yang lain (De Dreu et al dalam Tsosuold, 2006).

Berdasarkan definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik adalah ketegangan yang dialami individu atau kelompok berupa reaksi


(33)

emosi negatif yang muncul saat mengalami perbedaan pendapat dan gangguan dalam mencapai tujuannya.

2. Definisi Konflik Peran Ganda

Baltes dan Heydens-Gahir (2003) mendefinisikan konflik peran ganda sebagai bentuk konflik peran pada saat tuntutan dari pekerjaan mengganggu kehidupan rumah tangga maupun tuntutan dari kehidupan berkeluarga mengganggu pekerjaan (Spector, 2008). Greenhaus dan Beutell (1985) juga mengatakan hal yang kurang lebih sama mengenai konflik peran ganda. Mereka mengatakan bahwa konflik peran ganda merupakan bentuk konflik peran dimana tuntutan dalam pekerjaan dan keluarga saling bertentangan (Aluja & Blanch, 2012).

Pada saat konflik peran ganda diartikan secara tradisional, konflik ini disebut sebagai konflik yang muncul pada saat peran dalam pekerjaan bertentangan dengan peran dalam keluarga (Carlson, Kacmar, & Williams, 2000; Mesmer-Magnus & Viswesvaran, 2005) dan mengabaikan konflik yang muncul pada saat peran dalam keluarga bertentangan dengan pekerjaan. Pada saat ini, konflik peran ganda telah diartikan sebagai konflik yang muncul saat peran dalam pekerjaan bertentangan dengan peran dalam keluarga maupun sebaliknya (Byron, 2005; Carlson et al., 2000; Cinamon, 2006; Cinamon & Rich, 2005; Greenhaus & Beutrell, 1985 dalam Gaffey & Rottinghaus, 2009).


(34)

Frone, Russel dan Copper (1992) mendefinisikan konflik peran ganda sebagai konflik yang terjadi ketika seseorang harus memperhatikan pekerjaan di kantor dan juga keluarga secara utuh sehingga sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga atau keluarga mengganggu pekerjaan (dalam Rahmadita, 2013). Kahn et al (1964) juga mendefinisikan konflik peran ganda sebagai konflik yang muncul saat tekanan sebagai anggota organisasi bertentangan dengan tekanan sebagai anggota dalam keluarga (dalam Boyar, Carson, Mosley Jr, Maertz Jr, Pearson, 2006).

Berdasarkan definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik peran ganda merupakan konflik antar peran yang terjadi pada saat tuntutan dalam pekerjaan dan keluarga muncul secara bersamaan dan saling bertentangan.

3. Aspek Konflik Peran Ganda

Grennhaus dan Beutell (dalam Gaffey & Rottinghaus, 2009) membagi konflik peran ganda menjadi tiga, yaitu:

a. Time-based conflict

Konflik ini terjadi pada saat tuntutan pada salah satu peran membuat individu tidak memiliki waktu yang cukup untuk peran yang lain, misalnya seseorang harus terlambat menjemput anaknya karena bekerja lembur di kantor.


(35)

b. Strains-based conflict

Konflik ini terjadi pada saat kondisi emosi seseorang pada salah satu peran terbawa dalam peran lainnya, misalnya kondisi stres di keluarga mempengaruhi kondisi stres di pekerjaan sehingga berdampak pada kinerja

c. Behavior-based conflict

Konflik ini terjadi pada saat perilaku pada salah satu peran bertolak belakang dengan perilaku pada peran lain, misalnya seseorang memerlukan sikap yang keras di pekerjaan sedangkan jika di dalam keluarga harus menunjukkan sikap yang hangat.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik peran ganda terdiri dari tiga aspek yaitu time-based, strains-based dan

behavior-based conflict.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda

Spector (2008) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda, yaitu :

a. Konflik dari sisi perusahaan

Dalam sisi perusahaan, konflik peran ganda dapat muncul karena individu diharuskan bekerja dalam waktu yang lama dalam perusahaan (Day & Chamberlain, 2006; Van Daalen, Willemsen & Sanders, 2006 dalam Spector, 2008) dan jadwal yang kurang fleksibel juga dapat


(36)

menimbulkan konflik peran ganda (Major, Klein & Ehrhart, 2003 dalam Spector, 2008).

b. Konflik dari sisi karyawan

Dalam sisi karyawan, kepribadian dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda, misalnya individu yang cenderung memiliki tendensi emosi negatif lebih rentan dengan konflik peran ganda. Menurut Ahmad (2008) terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi konflik peran ganda, yaitu :

a. Faktor pekerjaan

Dalam pekerjaan, jenis pekerjaan dapat mempengaruhi konflik peran ganda, misalnya seorang manajer atau karyawan yang memiliki kesempatan untuk medapatkan promosi lebih rentan terhadap konflik peran ganda daripada karyawan biasa.Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor pekerjaan yang mempengaruhi konflik peran ganda.Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih rentan terhadap konflik peran ganda. Seorang karyawan yang bekerja dalam waktu yang cukup lama di luar rumah juga lebih rentan terhadap konflik peran ganda karena dia akan lebih susah menyeimbangkan kegiatan di pekerjaan dan di rumah.

b. Faktor keluarga

Faktor keluarga yang mempengaruhi konflik peran ganda adalah anak-anak. Seseorang yang memiliki anak terutama balita akan lebih rentan terhadap konflik peran ganda. Selain itu, seseorang yang memiliki


(37)

tanggungjawab untuk mengurus orang tua juga lebih rentan terhadap konflik peran ganda.Lingkungan keluarga juga sangat mempengaruhi konflik peran ganda. Jika seseorang sedang mengalami masalah dalam keluarga, dia akan terus memikirkan hal tersebut walaupun sedang bekerja.

c. Faktor individual

Faktor individual termasuk jenis kelamin. Seseorang yang menyakini bahwa bekerja di luar rumah adalah tugas pria akan lebih susah untuk menerima jika istrinya bekerja. Selain itu, kepribadian juga merupakan salah satu faktor yang terkait dengan konflik peran ganda. Hal ini dikarenakan pengalaman seorang individu, persepsi individu terhadap peran dalam pekerjaan dan keluarga dan cara individu menghadapi masalah dapat mempengaruhi konflik peran ganda.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik peran ganda dipengaruhi oleh konflik dari sisi perusahaan dan karyawan serta faktor pekerjaan, keluarga dan individual.

5. Dampak Konflik Peran Ganda

Zhang, Griffeth dan Fried (2011) membagi dampak konflik peran ganda menjadi 2, yaitu :

a. Dampak yang berkaitan dengan kesehatan psikologis

Konflik Peran Ganda dikatakan berdampak pada kesehatan psikologis.Para peneliti menemukan bahwa konflik peran ganda


(38)

berdampak buruk pada kepuasan hidup dan dapat menyebabkan burnout. Penelitian yang dilakukan oleh Lu et al (2006) di Taiwan (dalam Zhang, Griffeth dan Fried, 2011) juga menemukan bahwa konflik peran ganda berdampak buruk pada kebahagian karyawan.

b. Dampak yang berkaitan dengan pekerjaan

Hasil meta analisis membuktikan bahwa konflik peran ganda mengakibatkan komitmen menurun (Allenet al., 2000 dalam Zhang, Griffeth dan Fried, 2011) dan meningkatkan keluarnya karyawan dari perusahaan (Kelloway et al., 1999; Kossek and Ozeki, 1999; Mesmer-Magnus and Viswesvaran, 2005 dalam Zhang, Griffeth dan Fried, 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik peran ganda dapat berdampak pada kesehatan maupun pekerjaan karyawan.

6. Dimensi Konflik Peran Ganda

Para peneliti (Grandey et al., 2005; Judge et al., 2006; Kinnunenet al., 2010; Kossek and Ozeki, 1998; Netemeyer et al., 1996 dalam Rathi & Barath, 2013) mengemukakan bahwa konflik peran ganda terdiri dari dua dimensi yaitu :

a. Konflik Pekerjaan-Keluarga (work to family conflict)

Konflik pekerjaan-keluarga merupakan bentuk konflik antar peran pada saat permintaan-permintaan umum, waktu yang dihabiskan dan ketegangan dalam pekerjaan mengganggu pemenuhan kewajiban dalam keluarga


(39)

b. Konflik Keluarga-Pekerjaan (family to work conflict)

Konflik keluarga-pekerjaan merupakan bentuk konflik antar peran pada saat permintaan-permintaan umum, waktu yang dihabiskan dan ketegangan dalam keluarga mengganggu pemenuhan kewajiban dalam pekerjaan (Rathi & Barath, 2013).

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik peran ganda terdiri dari dua dimensi yaitu konflik pekerjaan-keluarga (work to family conflict) dan konflik keluarga-pekerjaan (family to work conflict).

7. Pengukuran Konflik Peran Ganda

Pengukuran konflik peran ganda dapat dilakukan menggunakan 3 aspek dalam konflik peran ganda yaitu time-based, strains-based dan behavioral-based conflict (Nikandrou, Panayotopoulou, Apospori, 2008).Pengukuran konflik peran ganda juga dapat dilakukan dengan menggabungkan dua dimensi konflik peran ganda yaitu konflik pekerjaan-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan dengan 3 aspek dalam konflik peran ganda yaitu time-based, strains-based dan behavioral-based conflict.Skala pengukuran konflik peran ganda yang menggabungkan 2 dimensi dan 3 aspek konflik peran ganda adalah skala dari Carlson et al (2000).Skala tersebut berupa kuesioner yang terdiri dari 18 soal, 9 soal untuk tiap dimensi dan 3 pertanyaan untuk tiap aspek.Contoh soal untuk mengukur konflik


(40)

daripada yang saya inginkan”, sedangkan contoh soal untuk mengukur

konflik keluarga-pekerjaan adalah “waktu yang saya habiskan untuk tanggung jawab dalam keluarga sering mengganggu tanggung jawab dalam

pekerjaan” (Hassan, Dollard dan Winefield, 2010).

Pengukuran lain dalam konflik peran ganda juga menggabungkan konflik pekerjaan-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan dengan time-based, strains-based dan behavioral-based conflict. Meskipun demikian, pengukuran tersebut hanya berfokus pada time-based dan strains-based conflict karena behavioral-based conflict belum memiliki prediksi yang valid dibandingkan dua aspek yang lain. Pengukuran tersebut menggunakan skala dari Frone dan Yardley (1996).Skala tersebut memiliki 12 soal yang mengukur konflik pekerjaan-keluarga (6 soal) dan konflik keluarga-pekerjaan (6 soal). Contoh soal untuk konflik keluarga-pekerjaan-keluarga adalah

“pekerjaan atau karir menahan saya untuk menghabiskan waktu yang saya

inginkan bersama keluarga”, sedangkan contoh soal untuk konflik keluarga

-pekerjaan adalah “kehidupan keluarga mengganggu tanggung jawab saya

dalam pekerjaan, seperti sampai di kantor tepat waktu, menyelesaikan

pekerjaan harian atau lembur” (Zhang, Griffeth dan Fried, 2011).

Konflik peran ganda muncul dengan berbagai bentuk karena konflik dapat bermula dari berbagai situasi.Meskipun demikian, kebanyakan penelitian berfokus pada time-based dan strains-based conflict.pengukuran yang lain dari konflik peran ganda berfokus pada 4 dimensi konflik peran ganda yaitu konflik pekerjaan-keluarga time-based, konflik


(41)

keluarga-pekerjaan time-based, konflik pekerjaan-keluarga strains-based dan konflik keluarga-pekerjaan strains-based. Pengukuran tersebut menggunakan skala 12 soal dengan tipe Likert yang terdiri dari 3 soal tiap dimensi dengan penilaian semakin tinggi nilai subjek maka konflik peran ganda semakin tinggi.Contoh soal untuk konflik pekerjaan-keluarga time-based adalah

“waktu yang harus saya sediakan untuk pekerjaan menahan saya untuk

berpartisipasi dalam tanggung jawab dan aktivitas keluarga”.Contoh soal

untuk konflik keluarga-pekerjaan time-based adalah “kehidupan pribadi

saya menyita waktu yang ingin saya habiskan untuk bekerja”.Contoh soal

untuk konflik pekerjaan-keluarga strains-based adalah “kondisi stres yang

saya alami dalam pekerjaan seringkali membuat saya mudah marah di

rumah”.Contoh soal untuk konflik keluarga-pekerjaan strains-based adalah

“saya sering memikirkan masalah yang terjadi di rumah saat sedang

bekerja” (Rotondo, Carlson, Kincaid, 2002).

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pengukuran konflik peran ganda dapat dilakukan dengan menggabungkan dua dimensi konflik peran ganda yaitu konflik pekerjaan-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan dengan 3 aspek konflik peran ganda yaitu time-based, strains-based dan behavioral-based conflict. Penulis akan berfokus pada time-based dan strains-based conflict yang digabungkan dengan konflik pekerjaan-keluarga dan keluarga-pekerjaan pada penelitian ini. Penulis tidak menggunakan behavioral-based conflict karena berdasarkan penjelasan mengenai pengukuran konflik peran ganda, behavioral-based


(42)

conflict belum memiliki prediksi valid yang cukup dibandingkan dua jenis konflik peran ganda yang lain (Zhang, Griffeth dan Fried, 2011).

B. Kepribadian Tipe A dan B 1. Definisi Kepribadian

Stagner (dalam Pervin, Cervone & John, 2004) mendefinisikan kepribadian sebagai suatu organisasi dalam diri individu yang meliputi persepsi, kognitif, emosi dan motivasi yang menentukan reaksi unik tiap individu terhadap lingkungannya.Kepribadian juga didefinisikan sebagai karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran dan perilaku.Kepribadian juga didefinisikan sebagai suatu organisasi psikologis dalam diri individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya (Allport dalam Mischel, 1971).

Mischel (1971) mendefinisikan kepribadian sebagai suatu pola khusus dalam perilaku (termasuk pikiran dan emosi) yang memberikan karakteristik pada tiap individu dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Definisi yang lain dari kepribadian adalah pola sifat atau karakteristik tertentu yang relatif permanen dan bersifat individual serta konsisten pada perilaku individu (Feist & Feist, 2010). Pervin, Cervone dan John (2010) juga memberikan definisi yang hampir sama mengenai kepribadian yaitu karakteristik individu yang menyebabkan munculnya konsistensi perilaku, pemikiran dan perasaan.


(43)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan karakteristik dalam diri seorang individu yang relatif permanen dan konsisten serta menentukan reaksi unik tiap individu baik dalam hal perilaku, pemikiran maupun perasaan terhadap lingkungannya.

2. Proses Terbentuknya Kepribadian

Cloninger (2004) mengatakan bahwa perkembangan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

a. Pengaruh biologis

Temperamen adalah gaya yang konsisten dari emosi dan perilaku sejak lahir karena pengaruh biologis. Pada zaman dulu, para peneliti percaya bahwa kecenderungan bawaan membuat seseorang menjadi tipe kepribadian tertentu (Kagan dalam Cloninger, 2004).Perkembangan dalam dunia penelitian saat ini membuat para peneliti mulai meninggalkan pemahaman mengenai pengaruh biologis dalam membentuk kepribadian manusia karena lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia (Cloninger, 2004). b. Pengalaman pada saat kanak-kanak dan dewasa

Kepribadian akan terus berkembang. Pengalaman seseorang, terutama di saat kanak-kanak sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian manusia. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran di masa awal kehidupan berdampak sangat signifikan untuk mengembangkan kemampuan manusia yang kemudian akan diasah oleh pengalaman masing-masing.


(44)

Pervin, Cervone & John (2004) juga mengatakan bahwa perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu nature

(bawaan) dan nurture (yang didapatkan dari didikan/belajar). Kepribadian seseorang dapat terbentuk karena bawaan sejak lahir dan dapat terbentuk juga karena didikan orang tua maupun lingkungan.Para peneliti menemukan bahwa kedua faktor tersebut bukanlah pengaruh yang terpisah melainkan berinteraksi secara dinamis (Pervin, Cervone & John, 2004).

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa proses terbentuknya kepribadian individu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

nature (bawaan sejak lahir) dan nurture (yang didapatkan berdasarkan pengalaman, didikan atau ajaran).

3. Definisi Tipe Kepribadian A dan B

Friedman dan Rosenman (dalam Lee, King & King, 1987) membagi kepribadian manusia menjadi dua, yaitu tipe A dan tipe B. Menurut Friedman dan Rosenman (dalam Lee, King & King, 1987), tipe kepribadian A merupakan suatu reaksi emosi pada individu yang dapat diobservasi melalui perilakunya yang memiliki motivasi tinggi untuk mencapai lebih dan lebih dalam waktu yang sangat singkat. Individu dengan tipe kepribadian A merupakan individu yang sangat mementingkan waktu, tidak menyukai kemalasan, tidak sabar terhadap hal-hal atau orang lain yang menghalangi pemenuhan tujuannya,


(45)

kompetitif, ekstravert dan kebutuhan yang tinggi akan kekuatan (Ganster, Schaubroeck, Sime & Mayes dalam Smither, 1994).

Tipe kepribadian A juga didefinisikan sebagai tipe kepribadian yang memiliki dorongan yang berlebihan, merasa terdesak dan tidak sabar dan didasari kebencian (Riggio, 2008). Schultz dan Schultz (2006) juga mendefinisikan tipe kepribadian A sebagai tipe kepribadian yang memiliki dorongan yang tinggi akan persaingan dan sangat mementingkan waktu. Individu dengan tipe kepribadian A merupakan individu yang ambisius dan agresif, selalu memiliki keinginan untuk mendapatkan prestasi, berlomba dengan waktu dan selalu ingin melampaui orang lain (Schultz & Schultz, 2006).

Tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang bertolak belakang dengan tipe kepribadian A. Individu dengan tipe kepribadian B merupakan individu yang tenang, santai, puas dan tidak terburu-buru (Smither, 1994). Tipe kepribadian B juga didefinisikan sebagai tipe kepribadian yang memiliki tingkat stress yang rendah, mampu bekerja di dalam lingkungan yang menegangkan dan mampu bekerja secara efektif tanpa menyerah (Schultz & Schultz, 2006).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian A merupakan suatu reaksi emosi individu yang dapat diobservasi melalui dorongannya yang kuat akan suatu pencapaian dalam waktu yang singkat sedangkan tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang bertolak belakang dengan tipe kepribadian A. Tipe


(46)

kepribadian B dapat disimpulkan sebagai suatu reaksi emosi individu yang dapat diobservasi melalui perilakunya yang tenang, santai dan memiliki tingkat stress yang lebih rendah.

4. Karakteristik Tipe Kepribadian A

Ciri-ciri tipe kepribadian A juga dideskripsikan oleh Friedman dan Rosenman (1961) sebagai berikut :

a. Memiliki dorongan secara terus menerus dan agresif untuk prestasi, kemajuan dan pengakuan

b. Kompetitif dan berhasrat untuk menang

c. Memiliki kebiasaan untuk tenggelam dalam beberapa pekerjaan dan hobi yang melibatkan subjek dengan tekanan waktu deadlines

d. Kewaspadaan yang tinggi secara mental dan fisik

e. Memiliki kecenderungan untuk mempercepat langkah mereka dalam pelaksanaan kebanyakan fungsi fisik dan mental

Penulis akan memakai ciri-ciri di atas sebagai acuan untuk membuat pengukuran tipe kepribadian A dan B. Penulis hanya menggunakan ciri- ciri tipe kepribadian A sebagai acuan untuk mengukur tipe kepribadian A dan B karena kedua tipe kepribadian tersebut saling bertolak belakang. Hassmen, Stahl dan Borg (1993) mendefinisikan tipe kepribadian B sebagai ketidakhadiran karakteristik tipe kepribadian A. Selain itu, tipe kepribadian B juga disebut sebagai tipe kepribadian yang tidak menunjukkan perilaku dari tipe kepribadian A (Dole dan Schroeder,


(47)

2001). Billing, Glassboro dan Steverson (2013) juga mengatakan bahwa tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang tidak menunjukkan tendesi-tendesi seperti tipe kepribadian A. Penulis memakai ciri-ciri tipe kepribadian A di atas sebagai acuan juga untuk mempertimbangkan jumlah aitem tryout yang dapat dibuat. Penulis dapat membuat aitem

tryout yang lebih banyak menggunakan 5 ciri-ciri tipe kepribadian A tersebut dibandingkan dengan teori lain yang menjabarkan ciri-ciri tipe kepribadian A yang lebih banyak.

Ciri-citi tipe kepribadian A yang lain dideskripsikan oleh Kunnanatt (2003) yang mengatakan bahwa tipe kepribadian A dapat digambarkan sebagai suatu tindakan atau emosi yang meliputi :

a. Behavioral Dispositions (Ambisius, agresivif, kompetitif dan tidak sabar)

b. Specific Behavior (ketegangan otot, kewaspadaan yang tinggi, cara berbicara yang penuh empati, dan langkah yang cepat dalam sebagian besar aktivitas)

c. Emotional Responses (kejengkelan, kemarahan dan kebencian) (Rosenman et al dalam Kunnanatt, 2003).

Kunnanatt (2003) juga mendeskripsikan karakteristik tipe kepribadian A sebagai berikut :

a. Memiliki dorongan yang tetap dan terus menerus untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan;


(48)

c. Memiliki dorongan yang kuat untuk berkembang dan diakui;

d. Memiliki keterlibatan yang terus menerus dalam fungsi yang banyak dan berbeda tanpa dibatasi oleh waktu;

e. Memiliki kewaspadaan yang sangat tinggi secara fisik maupun mental;

f. Agresif dan memiliki rasa kebencian (Rosenman dalam Kunnanatt, 2003).

Kunnanatt (2003) juga menjabarkan lebih rinci mengenai tipe kepribadian A sebagai berikut :

a. Bergerak, berjalan, makan dan berbicara dengan cepat; b. Menekankan kata-kata dalam berbicara;

c. Terburu-buru dalam menyelesaikan kalimat dalam pembicaraan; d. Tidak sabar untuk memprediksi hal-hal yang terjadi;

e. Memotong pembicaraan dan menyelesaikan kalimat dari orang lain yang berbicara dengan lambat;

f. Sulit menunggu seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan lebih cepat menurut mereka;

g. Mendesak diri sendiri dalam segala aktivitas yang mampu mereka lakukan;

h. Memikirkan dua atau lebih hal sekaligus;

i. Mendengarkan pembicaraan dan memikirkan hal lain sekaligus; j. Memikirkan mengenai pekerjaan saat sedang menyetir atau dalam


(49)

k. Mencoba untuk makan dan membaca dalam waktu yang sama;

l. Jika terlibat dalam topik pembicaraan yang tidak mereka sukai maka mereka akan mengganti topik pembicaraan menjadi topik yang disukai;

m.Sulit menikmati waktu luang bahkan saat liburan;

n. Tidak menghargai hal-hal yang bertentangan dengan tujuan utama mereka

Tipe A juga memilliki karakteristik tertentu dalam pekerjaan atau perusahaan yaitu (Kunnanatt, 2003):

a. Bekerja dalam waktu yang lama dan tenggat waktu yang stabil;

b. Sering membawa pulang pekerjaan atau mengerjakannya pada akhir minggu dan tidak bisa bersantai;

c. Bersaing dengan diri sendiri dan menentukan target yang tinggi untuk produktifitas dan mempertahankannya;

d. Cenderung frustasi dengan situasi kerja, terganggu dengan tuntutan pekerjaan dari orang lain dan sering salah paham dengan atasan.

5. Karakteristik Tipe Kepribadian B

Friedman (1996) mendeskripsikan tipe kepribadian B sebagai berikut : a. Mampu menunjukkan ekspresinya dengan mudah;

b. Mampu memberikan toleransi tanpa perasaan terganggu atau kebencian;


(50)

c. Jarang memotong pembicaraan orang lain dan membiarkan orang lain menyelesaikan kalimatnya;

d. Mampu mendengarkan orang lain dengan sabar;

e. Mampu menerima dengan sabar kritikan yang membangun maupun menjatuhkannya;

f. Mampu menyerahkan atau mempercayakan pekerjaan kepada orang lain;

g. Mampu mempercayai orang lain dengan mudah; h. Menghindari hal-hal yang berpusat pada diri sendiri; i. Mampu menerima setiap sisi kepribadiannya.

6. Pengukuran Tipe Kepribadian A dan B

Pengukuran tipe kepribadian A dan B yang dilakukan oleh Shaheen (2012) menggunakan Anjum Khalique Type A Scale (1991), skala asli yang dirancang untuk mengukur gaya perilaku tipe kepribadian A. Skala tersebut terdiri dari 12 pasang pernyataan untuk mengukur kompetitif, urgensi waktu dan keagresifan. Setiap pasang pernyataan memiliki 1 pernyataan dengan karakteristik dari tipe kepribadian A dan yang lainnya tipe kepribadian B. Nilai maksimal dari skala tersebut adalah 12 dengan nilai rendah (1-8) dan nilai tinggi (9-12). Jika subjek mendapatkan nilai tinggi maka subjek merupakan tipe kepribadian A.

Instrumen lain untuk mengukur tipe kepribadian A dan B menggunakan Adolescent/Adult Type A Behavior Scale-3 (AATABS-3).


(51)

Skala tersebut terdiri dari 28 soal dengan 5 poin di antara 2 pernyataan (misalnya 1 : jarang membanting pintu sampai 5 : sering membanting pintu). Jika subjek mendapatkan nilai yang lebih tinggi maka subjek merupakan tipe kepribadian A dan jika nilai rendah maka subjek merupakan tipe kepribadian B (Korotkov, Perunovic, Claybourn, Fraser, Houlihan, Macdonald dan Korotkov, 2010).

Pengukuran tipe kepribadian A dan B juga dapat dilakukan dengan menggunakan Jenkins Activity Survey (JAS). Skala tersebut terdiri dari 12 pernyataan yang terdiri dari 2 faktor yaitu perjuangan untuk berprestasi dan ketidaksabaran-mudah marah.Pernyataan-pernyataan dalam skala tersebut memiliki 5 pilihan respon dengan rentang dari tipe B (extremely type B) sampai tipe A (extremely type A). Contoh

pernyataannya adalah “Seberapa besar pekerjaan Anda menggerakkan

tindakan Anda?” dan contoh pilihannya adalah 1 untuk sangat sedikit dibandingkan orang lain dan 5 untuk sangat banyak dibandingkan orang

lain. Contoh pernyataan lain adalah “secara khusus, seberapa mudah Anda marah?” dan contoh pilihannya adalah 1 untuk sangat tidak mudah dan 5 untuk sangat mudah (Srivastava, 2009).

Pengukuran tipe kepribadian A dan B yang lain adalah menggunakan skala Bortner (1968). Pengukuran ini terdiri dari 14 pasang pernyataan yang saling bertolak belakang untuk mengukur tipe kepribadian A dan B. Subjek akan diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan diri subjek.


(52)

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pengukuran tipe kepribadian A dan B dapat dilakukan menggunakan karakteristik kepribadian A dan B. Penulis akan menggunakan ciri-ciri tipe kepribadian A dan B menurut Friedman dan Rosenman (1961) sebagai acuan untuk membuat pengukuran tipe kepribadian A dan B untuk penelitian ini.

C. Dinamika Perbedaan Konflik Peran Ganda ditinjaudari Tipe Kepribadian A dan B

Individu dengan tipe kepribadian A merupakan individu yang sangat mementingkan waktu, tidak menyukai kemalasan, tidak sabar terhadap hal-hal atau orang lain yang menghalangi pemenuhan tujuannya, kompetitif, ekstravert dan kebutuhan yang tinggi akan kekuatan (Ganster, Schaubroeck, Sime & Mayes dalam Smither, 1994). Tipe kepribadian B merupakan tipe yang bertolak belakang dengan tipe kepribadian A. Individu dengan tipe kepribadian B merupakan individu yang tenang, santai, puas dan tidak terburu-buru (Smither, 1994). Tipe kepribadian B juga didefinisikan sebagai tipe kepribadian yang memiliki tingkat stress yang rendah, mampu bekerja di dalam lingkungan yang menegangkan dan mampu bekerja secara efektif tanpa menyerah (Schultz & Schultz, 2006).

Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk menghadapi masalah kesehatan karena individu dengan tipe kepribadian A meminum lebih banyak alkohol (Hamlett,


(53)

Eaker & Stokes dalam Korotkov, 2010), merokok lebih banyak (Mccann, Stockton & Lester dalam Korotkov, 2010), mengalami kesulitan untuk tidur dan lebih banyak mimpi buruk (Hayer & Hick dalam Korotkov, 2010) dibandingkan dengan tipe kepribadian B. Pada saat bekerja, tipe kepribadian A juga menunjukkan ketidakhadiran dan burnout yang lebih sering, ketidakpuasan dalam bekerja serta motivasi keluar yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe kepribadian B (Korotkov, 2010).

Pada saat menghadapi konflik, tipe kepribadian A lebih sering menyangkal, memilih solusi yang tidak menyakitkan, fokus pada masalah dan menyalahkan diri sendiri (Korotkov, 2010). Tipe kepribadian A juga dikatakan lebih sering menyalahkan faktor internal (ketidakmampuan dan kurangnya perjuangan diri sendiri) jika mengalami kegagalan, mengekspresikan kemarahan dan rasa frustasi yang dihadapi serta memecahkan masalah secara kurang efektif (Musante, Macdougal, Dembroski, 1984).

Individu dengan tipe kepribadian A akan lebih rentan untuk mengalami konflik pekerjaan keluarga. Hal ini dikarenakan karakteristik tipe kepribadian A yang sering membawa pekerjaan kantor ke rumah untuk dikerjakan di akhir minggu rentan mengalami konflik pekerjaan keluargatime-based, yaitu konflik yang terjadi pada saat tuntutan pada salah satu peran membuat individu tidak memiliki waktu yang cukup untuk peran yang lain. Tipe kepribadian A juga rentan mengalami strains-based conflict yaitu konflik yang terjadi pada saat kondisi emosi seseorang pada salah satu peran terbawa peran lainnya. Hal ini dikarenakan karakteristik tipe kepribadian A yang sering memikirkan dua hal


(54)

sekaligus. Faktor-faktor lain yang menyebabkan konflik pekerjaan keluarga adalah bekerja dalam waktu yang lama dan tendensi emosi negatif. Individu dengan tipe kepribadian A rentan mengalami konflik pekerjaan keluarga karena cenderung bekerja dalam waktu yang lama dan memiliki tendensi emosi negatif karena mengekspresikan kemarahan dan frustasi pada saat mengalami konflik.

Di sisi lain, tipe kepribadian B akan lebih rentan terhadap konflik keluarga pekerjaan.Hal ini dikarenakan tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang cenderung menyalahkan faktor eksternal ketika menghadapi kegagalan sehingga tipe kepribadian B mungkin saja menyalahkan tuntutan dalam keluarga yang mengganggu pekerjaannya. Tipe kepribadian B juga merupakan tipe kepribadian yang mudah menunjukkan ekspresinya sehingga akan cenderung mengalami strains-based conflict karena emosi dalam salah satu peran akan mudah diekspresikan pada peran yang lain.Tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang mampu bekerja secara efektif tetapi tipe kepribadian ini cenderung mengerjakan pekerjaan satu per satu sehingga jika tanggung jawab dalam keluarga muncul bersamaan dengan tuntutan dalam pekerjaan maka tipe kepribadian B mungkin saja menjadi tidak fokus untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tipe kepribadian B juga merupakan tipe kepribadian yang mampu memberikan toleransi dan mendengarkan orang lain dengan sabar sehingga jika pasangan atau anak-anak membutuhkan perhatiannya maka mungkin saja tipe kepribadian B akan menunda pekerjaannya untuk mendengarkan pasangan atau anak-anaknya.


(55)

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa tipe kepribadian A lebih rentan mengalami konflik pekerjaan keluarga sedangkan tipe kepribadian B lebih rentan mengalami konflik keluarga pekerjaan.


(56)

D. Skema Penelitian

Tipe Kepribadian A

 Sangat mementingkan waktu

 Tidak sabar terhadap hal-hal atau orang lain yang

menghalangi pemenuhan tujuannya

 kompetitif

 Sering membawa pekerjaan kantor ke rumah untuk dikerjakan di akhir minggu

 Sering memikirkan 2 hal sekaligus

 Bekerja dalam waktu yang lama

 Memiliki tendensi emosi negatif

Lebih rentan dengan konflik pekerjaan keluarga

 Konflik Pekerjaan Keluarga

Time-based conflict

Strains-based conflict

 Bekerja dalam waktu yang lama

 Tendensi emosi negatif

Tipe Kepribadian B

 Menyalahkan faktor eksternal

 Mudah menunjukkan ekspresi

 Mampu bekerja secara efektif

 Mendengarkan orang lain dengan sabar

 Menyalahkan orang lain

 Mengekspresikan emosi ke peran yang lain

 Menyelesaikan pekerjaan satu per satu

 Mampu mendengarkan pasangan atau anak-anak

 Konflik Keluarga Pekerjaan

Strains-based conflict

 Tidak fokus dalam bekerja

 Cenderung menunda pekerjaan untuk mendengarkan pasangan atau anak-anak

Lebih rentan dengan konflik keluarga pekerjaan


(57)

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan konflik pekerjaan keluarga ditinjau dari tipe kepribadian A dan B

2. Terdapat perbedaan konflik keluarga pekerjaan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B


(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian komparatif yaitu penelitian mengenai perbandingan antara satu variabel dengan variabel yang lain (Purwanto & Sulistyastuti, 2008). Di dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis data untuk menguji hipotesis adalah :

1. Variabel bebas : a. Kepribadian tipe A b. Kepribadian tipe B 2. Variabel tergantung : Konflik peran ganda

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Konflik peran ganda

Konflik peran ganda merupakan suatu konflik yang muncul pada karyawan saat tanggungjawab dalam salah satu peran bertentangan dengan peran yang lain.


(59)

Data akan diambil dari karyawan yang sudah menikah, memiliki anak dan bekerja di beberapa lembaga di Yogyakarta dan diukur menggunakan skala pekerjaan keluarga dan keluarga pekerjaan yang dibuat oleh penulis dengan menggabungkan kedua dimensi tersebut dengan aspek dari konflik peran ganda yaitu time based dan strains based conflict. Semakin tinggi skor total yang dimiliki subjek pada skala konflik peran ganda maka semakin tinggi konflik peran ganda. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang dimiliki subjek pada skala konflik peran ganda maka semakin rendah konflik peran ganda.

2. Kepribadian tipe A dan B

Tipe kepribadian A merupakan suatu reaksi emosi individu yang dapat dilihat melalui perilakunya yang memiliki dorongan dan motivasi tinggi untuk mencapai tujuannya dalam waktu yang singkat. Sedangkan, tipe kepribadian B merupakan suatu reaksi emosi pada individu yang dapat dilihat melalui perilakunya yang tenang, santai, mampu mengendalikan diri dan memiliki tingkat stres yang rendah.

Data Tipe kepribadian A dan B akan diambil dari karyawan yang sudah menikah, memiliki anak dan bekerja di beberapa lembaga yang ada di Yogyakarta dan diukur menggunakan skala kepribadian tipe A dan B yang dibuat oleh penulis berdasarkan ciri-ciri tipe kepribadian A menurut Rosenman dan Friedman (1961). Ciri- ciri tipe kepribadian A digunakan


(60)

sebagai acuan untuk mengukur tipe kepribadian A dan B karena kedua tipe kepribadian tersebut saling bertolak belakang.

Pembagian tipe kepribadian A dan B dilakukan menggunakan nilai mean. Semakin tinggi skor total subjek dan di atas mean dalam skala tipe kepribadian A dan B maka semakin tipe A sedangkan semakin rendah skor total subjek dan di bawah mean pada skala tipe kepribadian A dan B maka semakin tipe B.

D. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian (Ali dalam Taniredja & Mustafidah, 2012).Populasi juga didefinisikan sebagai keseluruhan dalam kelompok orang, kejadian atau objek yang telah dirumuskan dengan jelas (Furchan dalam Taniredja & Mustafidah, 2012).Nawawi (dalam Taniredja & Mustafidah, 2012) juga mengatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek (manusia, hewan, benda-benda, tumbuhan) serta berbagai gejala dan peristiwa yang terjadi sebagai sumber.Populasi dalam penelitian ini ada individu yang sudah berkeluarga, memiliki anak dan sedang bekerja.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini merupakan karyawan yang bekerja di dalam suatu lembaga (kantor, perusahaan, CV, instansi pendidikan, dll), telah menikah


(61)

dan mempunyai anak. Pemilihan subjek yang telah menikah dan mempunyai anak didasarkan pada asumsi peneliti bahwa mereka lebih rentan mengalami konflik peran ganda. Kriteria status pernikahan dapat diketahui dengan menyediakan data demografis dalam lembar awal skala seperti inisial, usia, jenis kelamin dan status pernikahan.

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Ali (dalam Taniredja & Mustafidah, 2012) mengemukakan bahwa sampel penelitian merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek dan dianggap mewakili populasi serta diambil dengan teknik tertentu.Penelitian mengambil sampel karena populasi terlalu besar untuk diteliti.

Penelitian ini menggunakan nonrandom sampling yaitu metode sampling yang memiliki syarat bahwa tidak seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel (Taniredja & Mustafidah, 2010). Pengambilan sampel akan dilakukan di lembaga yang ada di Yogyakarta.

Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu teknik yang digunakan untuk mencari informasi yang diperlukan kepada siapapun yang berhasil ditemui (Widi, 2010).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala. Metode pengambilan data pada penelitian ini akan menggunakan skala konflik peran ganda dan skala kepribadian tipe A dan tipe B. Perincian skala yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(62)

1. Skala Konflik Peran Ganda

Skala ini terdiri dari skala Konflik Pekerjaan Keluarga dan Konflik Keluarga Pekerjaan berupa skala Likert yang akan berisi pernyataan yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Dalam skala ini, subjek akan diminta memberi tanda pada enam pilihan jawaban yang diberikan

yaitu “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Agak Setuju” (AS), “Agak Tidak Setuju” (ATS), “Tidak Setuju” (TS) dan “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Penilaian untuk jawaban STS adalah 1, TS adalah 2, ATS adalah 3, AS adalah 4, S adalah 5 dan SS adalah 6 untuk item favorable. Pada item

unfavorable, penilaian untuk jawaban STS adalah 6, TS adalah 5, ATS adalah 4, AS adalah 3. S adalah 2 dan SS adalah 1.

Pilihan jawaban disediakan lebih banyak dan pilihan “Netral” tidak

diberikan untuk menghindari rendahnya kadar validitas karena Central Tendency Effect yaitu kecenderungan subjek untuk memberikan penilaian pada pusat gejala. Pilihan jawaban yang lebih banyak juga berfungsi untuk membuat jawaban subjek lebih menyebar walaupun terjadi pemusatan jawaban (Hadi, 2004).

Terdapat 2 aspek konflik peran ganda dalam masing-masing skala yang akan diukur yaitu konflik pekerjaan-keluarga time-based, konflik pekerjaan-keluarga strains-based dan konflik keluarga-pekerjaan time-based,konflik keluarga-pekerjaan strains-based.


(63)

Tabel 1.Blue Print Skala Konflik Peran Ganda sebelum Tryout

Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

Konflik Pekerjaan-Keluarga

Time Based 5, 18, 23, 35, 39

9, 20, 21, 28, 31

10 50%

Strains Based 4, 7, 22, 24, 33

3, 11, 27, 36, 40

10 50%

TOTAL 10 10 20 100%

Konflik Keluarga-Pekerjaan

Time Based 2, 12, 16, 29, 37

10, 14, 25, 26, 32

10 50%

Strains Based 8, 17, 19, 34, 38

1, 6, 13, 15, 30 10 50%

TOTAL 10 10 20 100%

2. Skala Tipe Kepribadian A dan B

Skala ini berupa skala Likert yang akan berisi pernyataan yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Dalam skala ini, subjek akan diminta memberi tanda pada enam pilihan jawaban yang diberikan yaitu

“Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Agak Setuju” (AS), “Agak Tidak Setuju” (ATS), “Tidak Setuju” (TS) dan “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Penilaian untuk jawaban STS adalah 1, TS adalah 2, ATS adalah 3, AS adalah 4, S adalah 5 dan SS adalah 6 untuk item favorable. Pada item

unfavorable, penilaian untuk jawaban STS adalah 6, TS adalah 5, ATS adalah 4, AS adalah 3. S adalah 2 dan SS adalah 1.

Pilihan jawaban disediakan lebih banyak dan pilihan “Netral” tidak

diberikan untuk menghindari rendahnya kadar validitas karena Central Tendency Effect yaitu kecenderungan subjek untuk memberikan penilaian pada pusat gejala. Pilihan jawaban yang lebih banyak juga berfungsi untuk membuat jawaban subjek lebih menyebar walaupun terjadi pemusatan


(64)

Terdapat 5 ciri-ciri tipe kepribadian A yang akan diukur dalam skala ini yaitu memiliki dorongan secara terus menerus dan agresif untuk prestasi, kemajuan dan pengakuan, kompetitif dan berhasrat untuk menang, memiliki kebiasaan untuk tenggelam dalam beberapa pekerjaan dan hobi yang melibatkan subjek dengan tekanan waktu deadlines, kewaspadaan yang tinggi secara mental dan fisik, serta memiliki kecenderungan untuk mempercepat langkah mereka dalam pelaksanaan kebanyakan fungsi fisik dan mental.

Tabel 2.Blue Print Skala Tipe Kepribadian A dan B sebelum Tryout

Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

Memiliki dorongan secara terus menerus dan agresif untuk prestasi, kemajuan dan pengakuan

1, 6, 16, 36, 43

11, 22, 28, 31, 50

10 20%

Kompetitif dan berhasrat untuk menang

2, 17, 30, 34, 38

10, 15, 24, 41, 47

10 20%

Memiliki kebiasaan untuk tenggelam dalam beberapa pekerjaan dan hobi yang melibatkan subjek dengan tekanan waktu deadlines

5, 12, 21, 40, 42

9, 20, 23, 29, 46

10 20%

Kewaspadaan yang tinggi secara mental dan fisik

3, 18, 19, 32, 44

8, 14, 26, 39, 48

10 20%

Memiliki kecenderungan untuk mempercepat langkah mereka dalam pelaksanaan kebanyakan fungsi fisik dan mental

4, 25, 27, 35, 37

7, 13, 33, 45, 49

10 20%


(65)

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Validitas Skala

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto dalam Taniredja & Mustafidah, 2012). Arikunto (dalam Taniredja & Mustafidah, 2012) juga mengemukakan bahwa validitas adalah keadaan yang menunjukkan instrument yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur.

Validitas yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yang mengukur tingkat kebenaran suatu instrumen melalui isi dari area yang akan diukur. Validitas isi dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli atau professional judgment (Kountur, 2003). Pada penelitian ini, pengujian validitas akan dilakukan dengan meminta pendapat dan mendiskusikan skala penelitian dengan dosen pembimbing.

2. Seleksi Aitem

Pada seleksi aitem, parameter yang paling penting adalah daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem merupakan sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu maupun kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Penghitungan daya diskriminasi aitem akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix). Aitem yang akan dipilih adalah aitem yang baik dengan koefisien

korelasi ≥0,30. Aitem yang memiliki nilai koefisien korelasi kurang dari


(66)

Meskipun demikian, apabila jumlah aitem yang lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka peneliti dapat menurunkan kriteria penilaian menjadi 0,25 tetapi tidak sampai dibawah 0,20 (Azwar, 1999).

Pengambilan data uji coba dilakukan selama bulan Agustus 2014 sampai September 2014.Jumlah karyawan pada pengambilan data uji coba sebanyak 30 karyawan.

a. Skala Konflik Peran Ganda

Analisis aitem dalam penelitian ini menggunakan SPSS for Windows 16.0 dengan melihat nilai Corrected Item-Total Correlation dalam

Reliability Statistics. Kriteria batasan yang digunakan pada skala konflik peran ganda adalah batasan 0,3. Aitem yang memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation lebih dari 0,3 dinyatakan memenuhi syarat sedangkan yang kurang dari 0,3 digugurkan. Dari 20 aitem yang ada dalam skala Konflik Pekerjaan Keluarga, terdapat 8 aitem yang gugur dan 12 aitem yang dinyatakan memenuhi syarat. Aitem nomor 23 dan 36 dinyatakan tidak dipakai meskipun memenuhi syarat karena berdasarkan perhitungan sebelumnya, kedua aitem tersebut tidak memenuhi syarat.Jumlah aitem yang dinyatakan memenuhi syarat terdiri dari 6 aitem favorable dan 6 aitem unfavorable.

Dari 20 aitem yang ada dalam skala Konflik Keluarga Pekerjaan, terdapat 9 aitem yang gugur dan 11 aitem yang dinyatakan memenuhi syarat. Aitem nomor 17 dan 38 dinyatakan tidak dipakai meskipun memenuhi syarat karena berdasarkan perhitungan sebelumnya, kedua


(67)

aitem tersebut tidak memenuhi syarat.Jumlah aitem yang dinyatakan memenuhi syarat terdiri dari 4 aitem favorable dan 7 aitem

unfavorable.Jumlah aitem tersebut dinyatakan sebagai aitem akhir tanpa diseleksi kembali karena skala Likert merupakan skala sikap yang memiliki konsep teoritis bahwa objek ukur merupakan suatu kesatuan (tunggal) walaupun terdiri dari beberapa dimensi dan aspek. Aspek-aspek dalam skala sikap dirancang untuk mengukur hal yang sama sehingga setiap aspek tidak memiliki tujuan ukur yang berbeda secara spesifik melainkan memiliki tujuan ukur yang lebih luas sehingga komposisi aitem dalam setiap aspeknya tidak perlu disamakan (Azwar, 1999). Tabel 3.Blue Print Skala Konflik Peran Ganda sesudah Tryout

Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

Konflik Pekerjaan-Keluarga

Time Based 5, 18, 23, 35, 39

9, 20, 21, 28, 31

10 50%

Strains Based

4, 7, 22, 24, 33

3, 11, 27, 36, 40

10 50%

TOTAL 10 10 20 100%

Konflik Keluarga-Pekerjaan

Time Based 2, 12, 16, 29, 37

10, 14, 25, 26, 32

10 50%

Strains Based

8, 17, 19, 34, 38

1, 6, 13, 15, 30

10 50%

TOTAL 10 10 20 100%

Keterangan :


(68)

Berikut adalah Blue Print skala konflik peran ganda yang telah diacak kembali :

Tabel 4.Blue Print Skala Penelitian Konflik Peran Ganda

Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bobot Konflik

Pekerjaan-Keluarga

Time Based 9, 17, 19, 21 4, 13, 23 7 58,3%

Strains Based

11, 15 2, 6, 20 5 41,7%

TOTAL 6 6 12 100%

Konflik Keluarga-Pekerjaan

Time Based 18 5, 7, 12, 14 5 45,5%

Strains Based

3, 10, 16 1, 8, 22 6 54,5%

TOTAL 4 7 11 100%

b. Skala Tipe Kepribadian A dan B

Analisis aitem dalam penelitian ini menggunakan SPSS for Windows 16.0 dengan melihat nilai Corrected Item-Total Correlation dalam

Reliability Statistics. Kriteria batasan yang digunakan pada skala ini adalah batasan 0,25. Aitem yang memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation lebih dari 0,25 dinyatakan memenuhi syarat sedangkan yang kurang dari 0,25 digugurkan. Dari 50 aitem yang ada, terdapat 26 aitem yang gugur dan 24 aitem yang dinyatakan memenuhi syarat.Jumlah aitem yang dinyatakan memenuhi syarat terdiri dari 9 aitem favorable dan 15 aitem unfavorable.Jumlah aitem tersebut dinyatakan sebagai aitem akhir tanpa diseleksi kembali karena skala Likert merupakan skala sikap yang memiliki konsep teoretis bahwa objek ukur merupakan suatu kesatuan (tunggal) walaupun terdiri dari beberapa dimensi dan aspek. Aspek-aspek dalam skala sikap dirancang untuk mengukur hal yang sama sehingga


(69)

melainkan memiliki tujuan ukur yang lebih luas sehingga komposisi aitem dalam setiap aspeknya tidak perlu disamakan (Azwar, 1999). Tabel 5.Blue Print Skala Tipe Kepribadian A dan B sesudah Tryout

Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

Memiliki dorongan secara terus menerus dan agresif untuk prestasi, kemajuan dan pengakuan

1, 6, 16, 36, 43

11, 22, 28, 31, 50

10 20%

Kompetitif dan berhasrat untuk menang

2, 17, 30, 34, 38

10, 15, 24, 41, 47

10 20%

Memiliki kebiasaan untuk tenggelam dalam beberapa pekerjaan dan hobi yang melibatkan subjek dengan tekanan waktu deadlines

5, 12, 21, 40, 42

9, 20, 23, 29, 46

10 20%

Kewaspadaan yang tinggi secara mental dan fisik

3, 18, 19, 32, 44

8, 14, 26, 39, 48

10 20%

Memiliki kecenderungan untuk mempercepat langkah mereka dalam pelaksanaan kebanyakan fungsi fisik dan mental

4, 25, 27, 35, 37

7, 13, 33, 45, 49

10 20%

TOTAL 25 25 50 100%

Keterangan :


(1)

112

LAMPIRAN E


(2)

1. Hasil Analisis Skala Konflik Pekerjaan Keluarga

Group Statistics

Kepribadian N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

KPK 1 60 29.92 6.466 .835

2 60 32.63 8.425 1.088

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

KPK Equal

variances assumed

4.433 .037 -1.981 118 .050 -2.717 1.371 -5.432 -.002

Equal variances not assumed

-1.981 110.600 .050 -2.717 1.371 -5.434 .000

2. Hasil Analisis Skala Konflik Keluarga Pekerjaan

Group Statistics

Kpribadian N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

KKP 1 60 27.95 6.212 .802


(3)

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

KKP Equal

variances assumed

1.559 .214 -1.373 118 .172 -1.667 1.214 -4.071 .738

Equal variances not assumed


(4)

115

LAMPIRAN F


(5)

(6)