KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA YANG AKAN DATANG PADA PERUSAHAAN FOOD & BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA YANG AKAN DATANG PADA PERUSAHAAN
FOOD & BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
USULAN PENELITIAN Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi Oleh:
Dahlia Putri Permatasari 0713010073/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Laba Dan Arus Kas Dalam Memprediksi Laba Yang Akan Datang Pada Perusahaan Food & Beverages yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Rahman A. Suwaidi, MS, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(3)
5. Bapak Drs. Ec. Eko Riyadi, MAKS, selaku Dosen Pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing dan memberi petunjuk sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si, selaku Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan selama menuntut ilmu di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Buat Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Akuntansi yang telah memberikan ilmu yang sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun dirasa belum cukup untuk menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi. 8. Buat Para Staf dan Karyawan PT. Bursa Efek Indonesia, yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan memberikan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi ini.
9. Buat Ayahanda, Ibunda dan Adik – Adikku yang tercinta, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.
10. Terima Kasih buat orang yang spesial Rico Arliando atas kasih sayangnya, pengertian, semangat, waktu, dan inspirasi yang telah diberikan kepada saya.
(4)
11. Terima kasih kepada teman-teman dan sahabat-sahabatku Anike Dwi N, Selvis Kurniawati, Anita Tristi, April Lia A, dan Dewi Ayu P yang telah memberikan semangat, dukungan yang telah diberikan kepada saya.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, April 2011
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11
2.2. Landasan Teori ... 15
2.2.1. Analisis Laporan Keuangan ... 15
2.2.1.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 15
2.2.1.2. Tujuan dan Pentingnya Analisis Laporan Keuangan ... 15
2.2.1.3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ... 16
2.2.2. Laporan Keuangan ... 19
2.2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 19
2.2.2.2. Tujuan dan Laporan Keuangan ... 19
(6)
2.2.2.5. Unsur Laporan Keuangan ... 22
2.2.2.6. Jenis Laporan Keuangan ... 23
2.2.2.7. Bentuk Laporan Keuangan ... 24
2.2.2.8. Pemakai Laporan Keuangan ... 27
2.2.3. Laba ... 28
2.2.3.1. Pengertian Laba ... 28
2.2.3.2. Tujuan Pelaporan Laba ... 29
2.2.3.3. Manfaat Pusat Laba ... 29
2.2.3.4. Prediksi Laba ... 30
2.2.3.5. Laba Sebagai Alat Ramal ... 31
2.2.4. Arus Kas ... 31
2.2.4.1. Pengertian Arus Kas ... 31
2.2.4.2. Tujuan Arus Kas ... 32
2.2.4.3. Kegunaan Arus Kas ... 33
2.2.4.4. Klasifikasi Arus Kas ... 33
2.2.4.5. Prediksi Arus Kas ... 34
2.2.5. Kemampuan Antara Laba Variabel (X1) dan Arus Kas (X2) Terhadap Variabel Prediksi Laba (Y) ... 36
2.3. Kerangka Pikir ... 37
2.4. Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 41
(7)
3.3.2. Sumber Data ... 45
3.3.3. Pengumpulan Data ... 45
3.4. Uji Kualitas Data ... 46
3.4.1. Uji Normalitas ... 46
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 47
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 49
3.6.1. Teknik Analisis ... 49
3.6.2. Uji Hipotesis ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 52
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ... 52
4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan Food & Beverages ... 53
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 63
4.2.1. Deskripsi Mengenai Laba (X1) ... 63
4.2.2. Deskripsi Mengenai Arus Kas (X2) ... 65
4.2.3. Laba Yang Akan Datang (Y) ... 67
4.3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 68
4.3.1. Uji Normalitas ... 68
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 70
4.3.3. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 73
4.3.4. Uji F ... 74
4.3.5. Nilai Koefisien Determinasi ... 75
4.3.6. Uji t (Uji Hipotesis) ... 76
(8)
4.4.2. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang Dengan
Penelitian – Penelitian Terdahulu ... 78 4.4.3. Keterbatasan Penelitian ... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 80 5.2. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1. Rekapitulasi Data Laporan Laba Bersih dan Laporan Arus Kas Bersih
Perusahaan Food & Beverages Periode 2007-2009 ... ... 6
Tabel 4.1. Data Laba Bersih Perusahaan Food & Beverages Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2008 ... 64
Tabel 4.2. Data Arus Kas Bersih Perusahaan Food & Beverages Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2008 ... 66
Tabel 4.3. Data Laba Bersih Yang Akan Datang Perusahaan Food & Beverages Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia ... 67
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas ... 69
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Residual ... 69
Tabel 4.5. Nilai VIF (Variance Inflation Factor) ... 72
Tabel 4.6. Korelasi Rank Spearman ... 72
Tabel 4.7. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 73
Tabel 4.8. Uji F ... 74
Tabel 4.9. Nilai Koefisien Determinasi ... 75
Tabel 4.10. Hasil Uji t ... 76
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1. Bagan Kerangka Pikir ... 37 Gambar 4.1. Kurva Plot P-P ... 70 Gambar 4.2. Kurva Durbin Watson ... 71
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekapitulasi Data Laba Bersih dan Arus Kas Bersih Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 3. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Lampiran 4. Tabel Durbin Watson
(12)
KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA YANG AKAN DATANG PADA PERUSAHAAN FOOD & BEVERAGES
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
Dahlia Putri Permatasari
ABSTRAK
Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Pentingnya informasi laba secara tegas telah disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Consepts (SFAC) No.1, bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, juga membantu mengestimasi kemampuan laba yang respresentatif, serta untuk menaksir risiko dalam investasi atau kredit. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah laba dan arus kas memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang pada perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini menggunakan sampel 10 perusahaan Food & Beverages dari tahun 2007 sampai dengan 2008 dan data untuk prediksi laba bersih dan prediksi arus kas bersih tahun 2008 sampai dengan 2009, dan dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa laba dan arus kas mampu memprediksi laba yang akan datang, terbukti dari hasil uji F dan besarnya kemampuan variabel laba dan arus kas dalam memprediksi laba yang akan datang adalah 76,3%. Kemampuan laba dalam memprediksi laba yang akan datang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan arus kas dalam memprediksi laba yang akan datang, terbukti dari hasil uji t yaitu variabel laba secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba yang akan datang, sedangkan arus kas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba yang akan datang, sehingga hipotesis penelitian ini sebagian teruji kebenarannya.
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Pentingnya informasi laba secara tegas telah disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Consepts (SFAC) No.1, bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, juga membantu mengestimasi kemampuan laba yang respresentatif, serta untuk menaksir risiko dalam investasi atau kredit (Parawiyati dan Baridwan, 1998: 2).
Kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing ditentukan oleh kondisi dan kinerja perusahaan itu sendiri baik jangka panjang maupun jangka pendek, kinerja perusahaan salah satunya dapat dilihat dari laporan keuangannya, laporan keuangan dengan kualitas yang baik dapat menunjukkan kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakaianya baik pihak eksternal maupun internal dalam pengambilan keputusan ekonomi. Banyak pihak seperti investor, kreditor, analis sekuritas dan pihak-pihak lain yang membutuhkan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Keputusan ekonomi yang dibuat pengguna laporan keuangan
(14)
memerlukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas, waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Salah satu fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi mengenai kinerja perusahaan yang disajikan dengan mengukur laba dan komponennya. Investor, kreditor, dan pihak-pihak lain yang tertarik dengan penilaian prospek arus kas masuk bersih perusahaan biasanya tertarik dengan informasi ini. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut (Thiono, 2006: 23-26).
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan disajikan sebagai informasi yang menyangkut posisi keuangan perusahaan, laporan kinerja (selanjutnya dalam tulisan ini disebut sebagai earnings), perubahan posisi keuangan dan laporan aliran kas yang bermanfaat bagi pemakainya, khususnya investor ataupun kreditur dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi (Syafriadi, 2000: 77).
Oleh karena itu untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan, seorang analis keuangan memerlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali dipergunakan adalah rasio, yang menunjukan hubungan antara dua data keuangan. Analisa dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada analisa hanya terhadap data keuangan saja (Husnan, 1996: 200).
(15)
Tujuan laporan keuangan di Indonesia dalam Pernyataan Standart Akuntansi Indonesia (PSAK) paragraf 12 (IAI,2009) yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar penggunaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu kualitas informasi keuangan adalah predict value, yaitu kemampuan informasi keuangan untuk meningkatkan keyakinan atas prediksi masa depan (SFAC No.2). Jadi kemampuan prediktif sangat berpengaruh terhadap kualitas informasi yang ada dan untuk memenuhi syarat informasi yang relevan informasi haruslah memiliki predict value.
Keputusan-keputusan ekonomi yang akan diambil oleh para pemakai laporan keuangan, tentu saja membutuhkan evaluasi terlebih dahulu atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (kas setara kas), serta kepastian dari hasil tersebut. Kemampuan ini akhirnya menentukan, misalnya kemampuan membayar kepada karyawan dan pemasok, kemampuan pembayaran bunga, pembayaran kembali pinjaman dan tentu saja pembagian penghasilan kepada pemilik. Para pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan (kas dan setara kas) dengan lebih baik kalau mereka mendapatkan informasi yang difokuskan pada posisi keuangan, earnings, perubahan posisi keuangan dan laporan arus kas perusahaan (Syafriadi, 2000: 77).
(16)
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Assih (1999) pada penelitian Finger (1994: 184) tentang laba dan arus kas merupakan sumber informasi yang penting karena juga memberi kemungkinan untuk dapat dijadikan sebagai alat prediksi laba di masa mendatang. Dengan mengetahui sifat laba sebagai data runtut waktu menunjukkan perubahan laba bersifat random dan ada serial correlation, ini menunjukkan bahwa laba memiliki potensi sebagai alat prediksi yang menguji kemampuan prediksi laba dan arus kas dan menemukan bukti laba adalah alat prediksi yang signifikan atas laba di masa yang akan datang.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Syafriadi (2000) pada penelitian Baridwan dan Parawiyati (1998: 79) meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba perusahaan manufaktur Go Publik di Indonesia dan menemukan bukti bahwa baik dengan memasukkan faktor deflaktor (consumer price index) maupun tanpa faktor deflaktor tersebut, prediktor laba memberikan pengaruh dalam memprediksi laba dan arus kas untuk periode satu tahun ke depan dibandingkan prediktor arus kas. Pada prinsipnya, setiap perusahaan menginginkan tercapai laba setiap tahunnya akan tetapi kenyataannya tidak selamanya perusahaan mendapatkan laba sesuai target, adakalanya perusahaan mengalami fluktuasi, dimana suatu saat juga akan mengalami kerugian.
Penulis dalam penelitian ini memilih perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Pemilihan perusahaan Food & Beverages dikarenakan perusahaan Food & Beverages ini
(17)
bergerak di bidang perusahaan makanan & minuman yang mempunyai tingkat nilai penjualan yang tinggi serta mempunyai nilai kinerja keuangan dan prospek perusahaan yang bagus dan saham-saham yang masih aktif di perdagangkan dan tidak pernah dilisting selain itu memiliki saham tertinggi yang merupakan saham yang paling liquid dan merupakan sorotan bagi para investor (www.idx.co.id) 13/03/2011. Adapun penulis dalam penelitian menggunakan judul ini karena berdasarkan tabel di bawah ini dapat diketahui mengenai perkembangan laba dan arus kas dari perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2009 mengalami perubahan yang fluktuatif dimana masing-masing perusahaan mengalami peningkatan maupun penurunan, bahkan terdapat beberapa perusahaan yang mengalami rugi. Hal ini disebabkan karena ketatnya persaingan yang timbul dari perusahaan yang sejenis, tingkat penjualan dan dapat juga dipengaruhi oleh kinerja masing-masing perusahaan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui dan membuktikan apakah laba dan arus kas mempunyai kemampuan terhadap tingkat kenaikan dan penurunan yang terjadi pada laba yang akan datang.
Berikut ini adalah rekapitulasi data untuk laporan laba bersih dan laporan arus kas bersih pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009 (dalam jutaan rupiah), yang ditabulasikan sebagai berikut:
(18)
Tabel 1.1 : Perkembangan Laba Bersih dan Arus Kas Bersih Perusahaan Food & Beverages di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2009.
(dalam Million)
No. Nama Perusahaan Tahun Laba Bersih Arus Kas Bersih 1. PT. Aqua Golden Mississipi Tbk. 2007 65.913 44.200
2008 82.337 60.938
2009 95.913 230.843
2. PT. Cahaya Kalbar Tbk. 2007 24.676 12.869
2008 27.868 6.157
2009 49.493 5.775 3. PT. Delta Djakarta Tbk. 2007 47.331 164.549
2008 83.754 289.951 2009 126.504 386.105
4. PT. Fast Food Indonesia Tbk. 2007 102.537 174.836
2008 125.268 211.495
2009 181.997 374.432
5. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 2007 980.357 4.538
2008 1.034.389 4.271
2009 2.075.861 4.475
6. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 2007 84.385 44.207
2008 222.307 276.849
2009 340.458 337.162
7. PT. Mayora Indah Tbk. 2007 141.589 120.002
2008 196.230 316.331
2009 372.158 321.583
8. PT. Sinar Mas Resources & Technologhy
(SMART) Tbk. 2007
988.944 329.623 2008 1.046.389 480.277
2009 748.495 497.577
9. PT. Siantar Top Tbk. 2007 15.595 7.296
2008 4.816 5.138
2009 41.072 7.678
10. PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
2007 30.317 39.992
2008 303.711 162.870
2009 61.153 214.880
11. PT. Ades Water Indonesia Tbk. 2007 (154.851) 4.025
2008 (15.208) 29.311
(19)
2008 (510.652) 290.249 2009 (226.749) 587.390 13. PT. Pioneerindo Gourmet Internasional
Tbk. 2007
3.163 5.446
2008 4.287 7.866
2009 10.948 7.245
14. PT. Prasaidha Aneka Niaga Tbk. 2007 4.945 90.216
2008 9.448 62.567
2009 32.450 56.336
15. PT. Sekar Bumi Tbk. 2007 (4.608) 9.814
2008 (27.468) 16.928
2009 (14.170) 8.999
16. PT. Sekar Laut Tbk. 2007 41.076 7.094
2008 4.271 12.852
2009 12.802 10.024
17. PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk. 2007 115.288 15.968
2008 28.686 20.279
2009 37.787 20.494
18. PT. Tunas Baru Lampung Tbk. 2007 97.227 220.400
2008 63.336 357.902
2009 (52.884) 151.592
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI)
Berdasarkan pada tabel 1.1. menunjukkan mengenai perkembangan laba dan arus kas dari perusahaan Food & Beverages selama tiga tahun yang menggambarkan bahwa perkembangan laba dan arus kas pada perusahaan tidak stabil, bahkan ada yang mengalami kerugian. Hal ini berarti bahwa investor harus berhati-hati dalam menginvestasikan modal sehingga dapat mengurangi resiko yang timbul dari penanaman modal. Laba Rugi tertinggi dari laba bersih adalah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2009 senilai Rp 2.075.861,- yang disebabkan oleh kenaikan laba / tingkat penjualan setiap periode sehingga mengakibatkan nilai pada laba bersih meningkat. Laba Rugi terendah dari laba bersih adalah PT. Sekar Bumi Tbk pada tahun 2007 senilai (Rp 4.608),- yang disebabkan oleh pembayaran pajak perusahaan
(20)
Arus kas tertinggi dari arus kas bersih adalah PT. Sinar Mas Resources & Technology (SMART) Tbk pada tahun 2009 senilai Rp 497.577- yang disebabkan oleh kenaikan laba / penerimaan kas dari pelanggan setiap periode sehingga mengakibatkan nilai pada arus kas dari arus kas bersih meningkat. Arus kas terendah dari arus kas bersih adalah PT. Ades Water Indonesia Tbk pada tahun 2007 senilai Rp 4.025,- yang disebabkan oleh pembayaran bunga oleh anak perusahaan sehingga mengakibatkan nilai arus kas dari arus kas bersih menurun.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan suatu penelitian yang berjudul “ Kemampuan Laba dan Arus Kas dalam Memprediksi Laba Yang Akan Datang Pada Perusahaan Food & Beverages Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.
(21)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan penjelasan pada latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah laba dan arus kas memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang pada perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? ”.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
“Untuk menganalisis apakah laba dan arus kas memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang pada perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
(22)
10
1.4. Manfaat Penelitian
Peneliti diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan sumbangan kepada perusahaan yang bersangkutan, dunia keilmuan dan pengetahuan maupun informasi bagi individu sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba yang akan datang pada perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh. 2. Bagi Investor maupun Calon Investor
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada investor maupun calon investor sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penanaman modal di perusahaan yang Go Publik.
3. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada Universitas untuk digunakan sebagai referensi bagi penelitian lain yang akan mengadakan penelitian dengan materi yang berhubungan.
(23)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam skripsi ini pernah dilakukan oleh Baridwan dan Parawiyati (1998), judul dari penelitian yang dilakukan adalah
“ Kemampuan Laba dan Arus Kas dalam Memprediksi Laba dan Arus Kas Perusahaan Go Publik di Indonesia”, dengan permasalahan apakah laba dan arus kas merupakan prediktor dalam memprediksi laba di masa mendatang dan apakah laba dan arus kas mrupakan prediktor dalam memprediksi arus kas di masa mendatang.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pertama, prediktor laba lebih baik dalam memprediksi laba dimasa mendatang, dibandingkan dengan prediktor arus kas dalam memprediksi laba tersebut. Kedua, prediktor laba lebih baik dalam memprediksi arus kas mendatang, dibandingkan dengan prediktor arus kas dalam memprediksi arus kas tersebut.
Permasalahan dan hipotesis tersebut dapat ditarik kesimpulan pertama, dalam menguji kemampuan prediktor laba dibandingkan dengan prediktor arus kas dalam memprediksi laba satu tahun kedepan menunjukkan bahwa kedua prediktor tersebut adalah signifikan sebagai alat pengubah melalui nilai koefisien regresi ditunjukkan bahwa prediktor laba memberikan pengaruh yang besar dibanding dengan prediktor arus kas. Kedua, pengujian
(24)
kemampuan prediksi incremental laba terhadap arus kas menunjukkan bahwa melalui nilai koefisien korelasi diketahui prediktor laba bersih besar korelasinya dibanding dengan prediktor arus kas dalam memprediksi arus kas.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Syahfriadi (2000) dengan judul
penelitian “ Kemampuan Earnings dan Arus Kas dalam Memprediksi
Earnings dan Arus Kas Masa Depan”, dengan permasalahan apakah prediktor earnings lebih baik dalam memprediksi earnings di masa mendatang dan apakah prediktor earnings lebih baik dalam memprediksi arus kas di masa mendatang dibanding dengan prediktor arus kas dalam memprediksi arus kas tersebut.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pertama, prediktor earnings lebih baik dalam memprediksi earnings di masa mendatang di banding dengan prediktor arus kas dalam memprediksi earnings tersebut. Kedua, prediktor earnings lebih baik dalam memprediksi arus kas di masa mendatang.
Permasalahan dan hipotesis tersebut dapat ditarik kesimpulan pertama, pengujian statistik menunjukkan bahwa earnings sebagai variabel independen memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap variabel dependen earnings dibandingkan dengan prediktor arus kas terhadap earnings. Kedua, pengujian terhadap hipotesis kedua menghasilkan bukti yang tidak berhasil menolak hipotesis 0. Artinya earnings tidak signifikan dalam mempengaruhi arus kas di masa depan.
(25)
Asih (1999) dengan judul penelitian “ Laba Akuntansi dan Klasifikasi Akuntansi Untuk Menaksir Profitabilitas Perusahaan”, dengan permasalahan apakah kemampuan prediksi laba dapat digunakan untuk meningkatkan penaksiran profitabilitas perusahaan dan apakah klasifikasi akuntansi berupa item-item dalam laporan laba-rugi dapat digunakan untuk meningkatkan penaksiran profitabilitas perusahaan.
Permasalahan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, pertama, hasil studi empirik memberikan dukungan bahwa laba mempunyai daya prediksi untuk laba di masa yang akan datang dan hanya untuk periode satu tahun ke depan tetapi tidak untuk prediksi aliran kas di masa yang akan datang. Kedua, dengan memilah-milah komponen laba yang lebih khusus menjadikan daya prediksi yang semakin kecil untuk memprediksi laba yang akan datang.
Ramadhan (2008) dengan judul “ Pengaruh Laba dan Arus kas dalam Memprediksi Laba dan Arus kas Masa Mendatang Pada Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia”, dengan permasalahan apakah laba dan arus kas memiliki pengaruh dalam memprediksi laba di masa mendatang, apakah laba dan arus kas memiliki pengaruh dalam memprediksi arus kas di masa mendatang.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa laba dan arus kas memiliki pengaruh dalam memprediksi laba di masa mendatang, bahwa laba dan arus kas memiliki pengaruh dalam memprediksi arus kas di
(26)
masa mendatang. Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah menggunakan uji F dan uji t dengan tingkat signifikansi 5%.
Permasalahan tersebut dapat di tarik kesimpulan pertama, pengujian statistik menunjukkan bahwa laba dan arus kas sebagai variabel independen memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap variabel dependen laba dibandingkan dengan prediktor arus kas terhadap laba. Kedua, pengujian terhadap hipotesis kedua menghasilkan bukti yang tidak berhasil menolak hipotesis 0. Artinya earnings tidak signifikan dalam mempengaruhi arus kas di masa mendatang.
Penelitian yang dilakukan saat ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yaitu mengenai laba dan arus kas sedangkan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan sekarang ini mempunyai dimensi waktu, lokasi dan perusahaan yang berbeda, sehingga penelitian sekarang bukan merupakan replikasi dari penelitihan terdahulu.
(27)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Analisis Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Napa (1998: 379), mendefinisikan analisis laporan keuangan sebagai berikut : “ Analisis laporan keuangan merupakan suatu penilaian terhadap kinerja perusahaan pada waktu yang lalu dan prospeknya di masa mendatang”. Melalui analisis laporan keuangan diharapkan kita dapat menemukan kekuatan dan kelemahan perusahaan dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
Hanafi dan Halim (2007: 5), mengatakan analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.
2.2.1.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (1998: 19) tujuan analisis laporan keuangan sebagai berikut :
1. Screening
Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. 2. Understanding
(28)
3. Forcasting
Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
4. Diagnosis
Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.
5. Evaluation
Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
2.2.1.3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Ada 2 metode yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu metode analisis horizontal dan metode vertikal :
1. Analisis Horizontal
Adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya, metode horizontal ini disebut juga sebagai metode analisis dinamis.
(29)
2. Analisis Vertikal
Yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya pada periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya (Munawir, 2002: 36).
Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Analisis perbandingan laporan keuangan
Adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.
b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis)
Adalah suatu metode dan teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
c. Laporan dengan prosentasi kelompok atau commonsize statement
Adalah metode analisis untuk mengetahui prosentasi investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui
(30)
struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan modal kerja atau mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
e. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis)
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas selama periode tertentu.
f. Analisis ratio
Adalah suatu periode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atas laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
g. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analisis)
Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang budgetkan untuk periode tersebut.
h. Analisis Breakeven Point
Adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar tidak menderita kerugian. Tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga diketahui tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan (Munawir, 2002: 36-37).
(31)
2.2.2. Laporan Keuangan
2.2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Sugiri dan Riyono ( 2004: 21), laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan sebagai pihak.
Menurut Hanafi dan Halim (2007: 49), laporan keuangan bagi perusahaan adalah merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya.
Sedangkan menurut Baridwan (2000: 17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
2.2.2.2. Tujuan dan Laporan Keuangan
Baridwan (2000: 17), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut : “ Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
(32)
Menurut PSAK No.1 dalam Standart Akuntansi Keuangan 2009 paragraf 2, laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan konsolidasi (SAK, 2009).
Menurut Riyanto (1995: 327), laporan finansial memberikan ikthisar
mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, di mana neraca (balance
sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat
tertentu, dan laporan laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.
2.2.2.3. Karakteristik Kualitatif Laporan keuangan
Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002), terdapat empat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan.
a. Dapat di pahami
Informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian penggunanya.
(33)
b. Relevan
Informasi keuangan harus berpautan dengan tujuan pemanfaatannya. c. Andal
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan yang material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dari seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan.
d. Dapat diperbandingkan
Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang sama (Sugiri dan Riyono, 2004: 22).
2.2.2.4. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Dalam Standar Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004: 14) secara terpisah menjelaskan tentang sifat dan keterbatasan laporan keuangan sebagai berikut:
a. Laporan keuangan bersifat sejarah, yang tidak lain merupakan kejadian-kejadian yang telah lewat, maka terdapat keterbatasan dalam kegunaanya.
b. Laporan keuangan bersifat umum bukan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap pemakai.
(34)
c. Laporan keuangan itu sebagai hasil dari pemakaian stelsel timbulnya hak dan kewajiban dalam akuntansi. Dalam proses penyusunannya tidak lepas dari penaksiran-penaksiran dan pertimbangan-pertimbanganya.
d. Laporan keuangan bersifat konderfatif dalam menghadapi
ketidakpastian, peristiwa-peristiwa yang tidak menguntungkan segera diperhitungkan kerugiannya : harta, kekayaan bersih dan pendapatan bersih yang selalu dihitung dalam nilainya yang paling rendah.
e. Laporan keuangan lebih menekankan bagaimana keadaan sebenarnya peristiwa-peristiwa dilihat dari sudut ekonomis dari pada berpegang pada formilnya.
f. Laporan keuangan menggunakan istilah-istilah yang umum di pakai dan diberikan pengertian yang khusus, di lain pihak laporan keuangan mengikuti perkembangan dunia usaha (Munawir, 2002 : 10-11).
2.2.2.5. Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang klasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonomi, yang merupakan unsur laporan keuangan. Unsur ini dapat diklasifikasikan menjadi unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi laporan keuangan dan unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja (Juliaty dan Prastowo, 2005: 9).
(35)
a. Unsur posisi keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas (yang disajikan pada laporan keuangan yang disebut neraca).
b. Unsur kinerja perusahaan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja perusahaan disajikan dalam laporan keuangan yang disebut laporan laba rugi. Penghasilan lebih (laba) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran lainnya, misalnya return of investment atau earnings pershare. Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih ini adalah penghasilan
(income) dan beban (expense) ( Juliaty dan Prastowo, 2005: 9-10).
2.2.2.6. Jenis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2008: 58), jenis-jenis laporan keuangan dikelompokkan menjadi lima laporan, antara lain sebagai berikut :
a. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu yang tergambar dari jumlah pendapatan
(36)
yang diterima dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.
c. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini serta sebab-sebab berubahnya modal.
d. Laporan arus kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan arus kas masuk (pendapatan) dan arus kas keluar (biaya).
e. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.
2.2.2.7. Bentuk Laporan Keuangan a. Neraca
Menurut Baridwan (2000: 28-29), bahwa Neraca dapat disusun dalam 2 bentuk, yaitu :
1. Bentuk rekening T 2. Bentuk Laporan
(37)
b. Laporan Laba-Rugi
Menurut Baridwan (2000: 34), Laporan laba-Rugi dapat disusun dalam 2 bentuk sebagai berikut :
1. Multi Step (bertahan)
Adalah bentuk Laporan Rugi Laba dimana dilakukan beberapa pengelompokkan terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan-urutan tertentu.
2. Single Step
Adalah dimana dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokkan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan diluar usaha.
c. Laporan Perubahan Modal
Menurut Baridwan (2000: 39), laporan perubahan modal dapat disusun dalam 2 bentuk sebagai berikut :
1. Laporan laba tidak dibagi untuk melengkapi laporan perhitungan rugi laba all inclusive.
2. Laporan laba tidak dibagi untuk melengkapi laporan perhitungan rugi laba current performance.
d. Laporan Arus kas
Menurut PSAK No.2 paragraf 17-18 (IAI, 2009) perusahaan harus melaporkan arus kas dengan menngunakan salah satu dari metode berikut:
(38)
1. Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto. Kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan menyesuaikan dengan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi untuk (1) perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha dalam periode berjalan (2) pos bukan kas laiinya (3) pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
2. Metode Tidak langsung
Metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau (deferral) atau aktual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
(39)
2.2.2.8. Pemakai Laporan Keuangan
Para pemakai laporan keuangan ini menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda, yang meliputi:
a. Investor. Investor membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.
b. Kreditor. Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
c. Pemasok dan Kreditor Usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha
lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Shareholders (para pemegang saham). Para pemegang saham
berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh dan penambahan modal untuk business plan selanjutnya.
e. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi
mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau bergantung pada perusahaan.
(40)
f. Pemerintah. Pemerintah membutuhkan informasi untuk mengatur
aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak serta dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Karyawan. Karyawan tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
h. Masyarakat. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya (Prastowo dan Juliaty, 2005: 3).
2.2.3. LABA
2.2.3.1. Pengertian Laba
Menurut Baridwan (2000: 31), laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik. Contohnya adalah laba yang timbul dari penjualan aktiva tetap.
Menurut Anthony dan Govidarajan (2002: 167), ketika kinerja financial suatu pusat pertanggungjawaban diukur dalam ruang lingkup laba yaitu, selisih antara pendapatan dan pengeluaran maka pusat ini disebut sebagai pusat laba (profit center).
(41)
2.2.3.2. Tujuan Pelaporan Laba
Menurut Hendriksen (1998: 130), tujuan pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Salah satu tujuan dasar yang dianggap paling penting bagi semua pemakai laporan keuangan adalah untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan dan laba, antara stok dan arus kas keuangan sebagai bagian dari proses akuntansi deskriptif.
2.2.3.3. Manfaat Pusat Laba
Menurut Anthony dan Govindarajan (2002: 167), menjelaskan bahwa menjadikan unit-unit organisasi sebagai pusat laba dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para manajer yang paling dekat dengan keputusannya.
2. Kecepatan dari keputusan-keputusan operasional dapat meningkat
karena mereka tidak perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat.
3. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian
sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas.
4. Karena pusat laba mirip dengan perusahaan yang independen, mereka
(42)
5. Kesadaran laba (profit consciousness) dapat ditingkatkan karena para
manajer yang bertanggung jawab atas laba akan selalu mencari cara untuk meningkatkan labanya.
6. Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen
tingkat atas.
2.2.3.4. Prediksi Laba
Menurut SAK (2004: 5), Informasi posisi keuangan dan kinerja laba dimasa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja yang akan datang dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai. Seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak bisa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
(43)
2.2.3.5. Laba Sebagai Alat Ramal
Laba akuntansi sekarang adalah berguna untuk memprediksi laba yang akan datang, selanjutnya laba sekarang adalah informative melalui
kemampuannya memprediksi laba yang akan datang (Beaver, 1989) dalam penelitian Assih (1999).
Menurut Hendriksen (1998: 145), Para investor, kreditor dan pihak lain sering menggunakan laba untuk membantu untuk mereka mengevaluasi daya laba, meramal laba yang akan datang atau menaksir resiko berinvestasi atau memberikan pinjaman kepada perusahaan.
2.2.3. Arus Kas
2.2.4.1. Pengertian Arus Kas
Menurut Simamora (2002: 406), mengemukakan bahwa Laporan Arus Kas (statement of cash flow) memperlihatkan bagaimana
aktivitas-aktivitas operasi, investasi dan pendanaan perusahaan mempengaruhi kas selama suatu periode akuntansi.
Informasi yang disediakan dalam daftar arus kas, bila dipakai dengan pengungkapan dan informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan yang lain, harus dapat membantu para penanam modal, kreditur dan pihak lainnya untuk: (Keiso, 1995: 123)
(44)
a. Menetapkan kemampuan badan usaha dalam menghasilkan arus kas bersih yang positif di masa yang akan datang.
b. Menentukan kemampuan badan usaha dalam memenuhi kewajibannya,
membayar dividen dan kebutuhan pembelanjaan ekstern.
c. Menetapkan alasan perbedaan antara laba bersih dan
penerimaan/pembayaran kas yang berkaitan.
d. Menentukan pengaruh terhadap posisi keuangan badan usaha, baik
transaksi kasnya maupun investasi non kas dan transaksi pembelanjaan selama periode tertentu.
2.2.4.2. Tujuan Arus Kas
Menurut Horne dan Wachowicz (1997: 178), Laporan Arus Kas dapat membantu manajer untuk menilai dan mengidentifikasikan:
a. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh arus kas masuk bersih di
masa depan dari kegiatan operasi untuk membayar hutang, bunga dan deviden.
b. kebutuhan perusahaan akan dana dari luar.
c. Alasan adanya perbedaaan penghasilan bersih dan arus kas bersih dari kegiatan operasi.
d. Dampak dari penginvestasian dan pendanaan transaksi kas maupun
(45)
Menurut Simamora (2002: 406), mengungkapkan bahwa tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi perihal penerimaan dan pengeluaran kas sebuah perusahaan selama satu periode akuntansi.
2.2.4.3. Kegunaan Arus Kas
Menurut Sofyan (1998: 257), arus kas mempunyai beberapa kegunaan dan dengan melakukan analisis arus kas, kita dapat mengetahui:
1. Kemampuan perusahaan untuk merencanakan dan mengontrol arus kas
masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu.
2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih
perusahaan, termasuk membayar dividen di masa yang akan datang. 3. Informasi bagi investor, kreditor, memproyeksikan return dari sumber
kekayaan perusahaan.
4. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di
masa yang akan datang.
5. Pengaruh investor baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya
terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.
2.2.4.4. Klasifikasi Arus Kas
Selain itu sebagaimana ditentukan oleh PSAK No.2 (IAI, 2004: 2.3-2.5) bahwa “ Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu” dan diklasifikasikan menurut 3 aktivitas, yaitu:
(46)
1. Aktivitas Operasi
Yaitu arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendanaan perusahaan atau transaksi yang masuk ke dalam atau keluar dari dalam penentuan laba bersih.
2. Aktivitas Investasi
Yaitu mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan dan pada umumnya melibatkan aktiva jangka panjang.
3. Aktivitas Pendanaan
Yaitu melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik meliputi mendapat/ mengembalikan kepada kreditur dan sebagainya.
2.2.4.5. Prediksi Arus Kas
Menurut SAK (2004: 2.3), Jumlah arus kas yang berasal dari arus kas bersih merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan perusahaan membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain berguna dalam memprediksi arus kas masa depan.
(47)
Menurut Husnan (1996: 137), masalah dalam penaksiran arus kas bukan hanya menyangkut akuntansi taksiran, tetapi juga perlu dipahami arus kas yang relevan perdefinisi, karena taksiran menyangkut masa yang akan datang. Maka akan selalu terbuka peluang untuk melakukan kesalahan. Kesalahan mungkin tidak sengaja dilakukan tetapi mungkin juga disengaja dilakukan.
Untuk menaksir arus kas yang relevan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Taksiran arus kas dasar setelah pajak. Perhatikan bahwa yang
dinikmati oleh pemilik perusahaan adalah kas masuk bersih setelah pajak.
2. Taksiran arus kas atas dasar incremental atau selisih. Rencana
peluncuran produk baru mungkin akan mengakibatkan pengurangan penjualan produk lama (kanibalisme), lebih-lebih kalau produk tersebut ternyata mempunyai pasar yang sama.
3. Taksiran arus kas yang timbul karena keputusan investasi.
4. Jangan masukkan sunk cost (biaya yang telah terjadi sehingga tidak
akan berubah karena keputusan yang akan kita ambil).
Seringkali kita menaksir arus kas dipergunakan taksiran laba rugi sesuai dengan prinsip akuntansi, dan kemudian merubahnya menjadi taksiran atas dasar arus kas.
(48)
2.2.5. Kemampuan Variabel Laba (X1) dan Arus Kas (X2) Terhadap
Prediksi Laba Yang Akan Datang (Y)
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai laporan melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Karena laba dan arus kas merupakan indikator kinerja keuangan perusahaan yang mengalami kenaikan atau penurunan melalui perbandingan data pada perusahaan. Perubahan kenaikan atau penurunan ini memberikan dampak terhadap kebijakan keuangan untuk memprediksi laba yang akan datang (www.etd.eprints.ums.ac.id).
Menurut Penelitian Cheng dan Hollie dalam penelitian Arthur, Cheng, dan Czernkowski (2010) bahwa untuk mengukur kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksikan laba yang akan datang bisa memakai arus kas metode langsung dan tidak langsung dalam pelaporan arus kas untuk menilai prediksi laba yang akan datang.
Menurut Baridwan (2000: 31) laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.
(49)
Teori-teori yang melandasi dari variabel tersebut adalah teori
interpretasi dan sintaktis yang dilakukan penelitian oleh Edward dan Bell.
Hubungan laba sebagai alat ramal dijelaskan di penelitian sebelumnya dengan menggunakan interpretasi theory dan sintaktis theory . Dalam
interpretasi theory terdapat konsep-konsep nilai dan laba, menyarankan
bagaimana konsep laba sebagai alat ukur laba yang akan datang untuk menunjukkan hubungan antara interpretasi ekonomi dan pengukuran yang
diperoleh dari data sesungguhnya. Dalam sintaktis theory mencoba
menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu, atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu dan berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan (Hendriksen, 1998: 4 ).
Berdasarkan penelitian ini kemampuan variabel laba (X1) dan arus
kas (X2) merupakan indikator untuk mengukur kinerja perusahaan
terhadap prediksi laba yang akan datang (Y) yang ditujukkan dengan hasil penelitian Ball dan Watts dalam Baridwan (1998) melalui dua pengujian statistik yang dilakukan, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laba memiliki potensi sebagai alat prediktor. Artinya seri waktu laba periode yang terdahulu memiliki kecenderungan mengalami perubahan terhadap laba di masa mendatang.
(50)
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, sehingga dapat diambil premis-premis yang kemudian dari premis tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis, maka premis-premis tersebut adalah sebagai berikut :
Premis 1 :
Dalam laporan arus kas kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi meliputi transaksi-transaksi yang berakibat pada kas yang menjadi penentu rugi-laba misalnya penerimaaan kas dan pembayaran kas kepada pemasok (Sugiri dan Riyono, 2002: 45).
Premis 2 :
Laba merupakan alat prediktor yang paling baik untuk memprediksi laba dan arus kas satu tahun ke depan (Pariwiyati dan Baridwan, 1998).
Premis 3:
Perubahan laba mengikuti model acak (random walk). Oleh karena itu dengan
mengetahui sifat laba sebagai data seri waktu (times series), maka perubahan
laba itu bersifat acak dan ada korelasi yang serial, ini menunjukkan bahwa laba memiliki potensi sebagai alat prediktor (Pariwiyati dan Baridwan, 1998). Premis 4:
Laba akuntansi sekarang adalah berguna untuk memprediksi laba yang akan datang, selanjutnya laba sekarang adalah informative melalui kemampuannya
(51)
39
Dari premis-premis hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang ada maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut:
Kerangka Pikir Laba (X1)
Laba Yang Akan datang (Y) Arus Kas (X2)
Uji Statistik Regresi Linier Berganda Gambar 1.1 : Bagan Kerangka Pikir Keterangan :
X1 : Laba pada tahun t
X2 : Arus kas pada tahun t
Y : Laba pada tahun t+1
2.4. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir dan premis di atas maka dapat dibuat suatu hipotesis awal sebagai berikut :
“ Diduga laba dan arus kas memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang pada perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2005: 126).
Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
A. Dependen Variabel (Variabel terikat) terdiri dari :
Variabel terikat adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti untuk dijelaskan variabilitasnya atau memprediksinya. Variabel terikat atau variabel tidak bebas yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu:
1. Laba Yang Akan Datang (Y)
Pengukuran laba sebagai variabel Y ini merupakan laba bersih tahun depan yang akan disajikan dalam laporan rugi laba. Pengukuran ini menggunakan skala rasio dan satuan pengukuran rupiah (Rp).
(53)
B. Independent Variabel (Variabel Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif ataupun negatif. Variabel bebas yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu:
1. Laba (X1)
Merupakan laba bersih tahunan pada periode t dari laporan keuangan laba rugi. Pengukuran laba diperoleh dari laba bersih sebelum item luar biasa atau laba tahunan yang timbul dari kejadian atau transaksi yang belum dikurangi pajak penghasilan selama satu periode. Skala pengukurannya adalah rasio dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).
2. Arus Kas (X2)
Arus Kas merupakan satuan uang yang masuk dan keluar suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Pengukuran arus kas adalah arus kas bersih yang diperoleh dari selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan selama satu periode. Skala pengukurannya adalah rasio dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).
3.2. Teknik Penentuan Sampel A. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang diterapkan. Populasi penelitian ini adalah 18 perusahaan Food &
(54)
Beverages yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 hingga tahun 2009, perusahaan Food & Beverages yang dijadikan populasi dalam penelitian terdiri dari:
1. PT. Akasha Wira International (PT. Ades Waters Indonesia) Tbk. 2. PT. Aqua Golden Mississippi Tbk.
3. PT. Cahaya Kalbar Tbk.
4. PT. Davomas Abadi Tbk.
5. PT. Delta Djakarta Tbk. 6. PT. Fast Food Indonesia Tbk.
7. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
8. PT. Mayora Indah Tbk.
9. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
10. PT. Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk. 11. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.
12. PT. Sekar Bumi Tbk. 13. PT. Sekar Laut Tbk. 14. PT. Siantar Top Tbk.
15. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk. 16. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food (Asia Intiselera) Tbk.
17. PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
(55)
Sehingga data laporan keuangan laba rugi dan arus kas yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini berjumlah 54 laporan keuangan.
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
non random sampling dengan metode purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu dan tidak semua individu atau elemen dalam populasi mendapat peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel. Kriteria sampel yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan Food & Beverages yang telah mempublikasikan laporan keuangan per-31 Desember 2007 sampai 31 Desember 2009.
2. Perusahaan Food & Beverages yang datanya tersedia lengkap dan valid.
3. Perusahaan yang menggunakan istilah laba bersih dan aktivitas
operasi dalam laporan laba rugi dan arus kas pada periode tahun 2007-2009.
4. Perusahaan Food & Beverages yang masih aktif dalam melakukan
(56)
Penelitian ini seluruh data laporan keuangan di peroleh dari Bursa Efek Indonesia, dan berdasarkan kriteria di atas dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil sebanyak 10 perusahaan dari 18 perusahaan Food & Beverages. Data laporan keuangan laba rugi dan arus kas yang digunakan adalah berjumlah 30 laporan keuangan, terdiri dari data laba dari laba bersih dan arus kas dari arus kas bersih dari tahun 2007 sampai dengan 2008 dan data untuk prediksi laba dari laba bersih dan prediksi arus kas dari arus kas bersih tahun 2008 sampai dengan 2009. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah :
1. PT. Aqua Golden Mississippi Tbk. 2. PT. Cahaya Kalbar Tbk.
3. PT. Delta Djakarta Tbk. 4. PT. Fast Food Indonesia Tbk.
5. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
6. PT. Mayora Indah Tbk.
7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 8. PT. Siantar Top Tbk.
9. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk.
(57)
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2009 dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory) Fakultas Ekonomi UPN Veteran.
Ditinjau dari sifatnya, jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui situs resmi BEI di (www.idx.co.id) yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasikan dan diperoleh dari perusahaan perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009.
3.3.3. Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan cara melihat, mempelajari dan mengutip catatan-catatan yang diperoleh berupa laporan keuangan khususnya laba rugi dari laba bersih dan arus kas dari arus kas bersih.
(58)
3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk memastikan bahwa sebaran data yang digunakan bersifat normal. untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode Kolmograv Smirnov dan metode Shapiro Wilk.
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :
a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.
b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya ) lebih besar dari 5%, maka distribusinya adalah normal (Soemarsono, 2004: 43).
3.5. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut di atas harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi di antaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu (Santoso, 2002: 30):
a. Tidak boleh ada autokorelasi. b. Tidak boleh ada multikolinieritas. c. Tidak boleh ada heteroskedastisitas.
(59)
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggarkan maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Hasil asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji Durbin Watson (DW-Test). Suatu observasi dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Durbin Watson terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu:
a. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
b. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah (dl), maka koefisien
autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.
c. Bila nilai DW lebih besar dari batas atas (4-dl), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif. d. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (4-du)
atau terletak di antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan (Ghozali, 2006: 99).
(60)
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas.
Menurut Santoso (2002: 206), deteksi adanya multikolineritas adalah : 1. Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 atau lebih kecil 10.
2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual suatu pengamat yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 125).
Menurut Santoso ( 2002: 301) deteksi adanya Heteroskedastisitas adalah : 1. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heteroskedastisitas.
(61)
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda karena jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara suatu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel ingin diestimasikan, maka analisis regresi dikerjakan berkenaan dengan regresi berganda (multiple regression). Analisis regresi linier berganda
mempunyai kaedah yang sama seperti analisis regresi sederhana. Dengan rumus sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + e (Nazir, 2005: 463)
Dimana :
Y = Laba pada tahun t+1
α = Konstanta
β1β2 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel
X1 = Laba t
X2 = Arus kas t
(62)
3.6.2. Uji Hipotesis 1. Uji F
Suatu persamaan regresi pada dasarnya dapat diuji dengan menggunakan statistik uji F yang digunakan untuk menguji simultan pengaruh X1, X2 terhadap Y. prosedur Uji F dengan kriteria sebagai
berikut :
a. H0 : β1 = β2 = β3 = 0 ( terdapat pengaruh simultan)
H1 : β1 = β2 = β3 ≠ 0 ( tidak terdapat pengaruh simultan)
b. Level signifikan (βo) = 0,05 atau 5% c. Kriteria pengujian :
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima.
2. Uji t
Uji t dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : βi = 0 (secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel
(63)
51
H1 : βi ≠ 0 (secara parsial terdapat pengaruh positif variabel
bebas terhadap variabel terikat). Dimana i = 1, 2
b. Level of signifikan (β0) = 0,05 atau 5%
c. Ketentuan pengujian:
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0
(64)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penggabungan PT Bursa Efek Surabaya (BES) ke dalam PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi PT Bursa Efek Indonesia (BEI), telah efektif mulai tanggal 30 November 2007. Bursa hasil merger tersebut telah memulai operasional pertamanya pada tanggal 3 Desember 2007. Bursa saat ini memfasilitasi perdagangan ekuiti, surat utang, dan perdagangan derivatif. Dengan penggabungan, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia meningkat menjadi Rp 2.538 triliun yang terdiri dari Rp 1.982 triliun kapitalisasi ekuiti, Rp 79,065 triliun obligasi korporasi, dan Rp 477 triliun Surat Utang Negara (SUN)*. Hadirnya Bursa Efek tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri Pasar Modal di Indonesia dan menambah daya tarik masyarakat untuk berinvestasi. Sinergi merger ini diharapkan akan semakin meningkatkan pertumbuhan Pasar Modal kita, baik dalam kapitalisasi pasar, jumlah emiten, dan jumlah investor baik lokal maupun asing. Harapan kedepan Pasar Modal Indonesia akan menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Bursa Efek Indonesia sangat memahami peran Surabaya sebagai salah satu basis utama penggerak perekonomian di wilayah Indonesia Timur. BEI kemudian melalui Sentra Informasi dan Edukasi (SIE) di Surabaya akan
(65)
good corporate governance di perusahaan, dan sebagainya.
Dengan mempertimbangkan pertumbuhan industri Pasar Modal Indonesia beberapa tahun terakhir yang sedemikian pesat, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana melakukan pemutakhiran sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) yang telah beroperasi selama 13 tahun terakhir, dengan sistem baru yang akan mampu menangani semua produk finansial (saham, obligasi dan derivatif) dalam satu platform.
4.1.2. Sejarah PT. Aqua Golden Misissippi, Tbk
PT. Aqua Golden Misissippi Tbk didirikan berdasarkan Akta Notaris Tan Thong Kie, S. H No. 24 tanggal 23 Februari 1973. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A. 5/213/22 tanggal 19 Juni 1973 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 84 tanggal 19 Oktober 1973. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan ini telah disahkan oleh
(66)
Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C2-4579.HT.01.04.TH.97 tanggal 3 Juni 1997 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 84 tanggal 21 Oktober 1997.
Perusahaan bergerak dalam industri pengolahan dan pembotolan air minum dalam kemasan. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jalan Pulo Lentut No. 3, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi di Bekasi, Citeureup dan Mekarsari, Jawa Barat. Induk utama perusahaan adalah Groupe Danone, sebuah Perusahaan yang berdiri dan berkedudukan di Perancis.
4.1.3. Sejarah PT. Cahaya Kalbar, Tbk
PT. CAHAYA KALBAR didirikan pada tahun 1968. Pada tahun 1996, perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan kode perdagangan "CEKA". PT. Cahaya Kalbar adalah produsen terkenal dari berbagai bahan untuk rentang seluruh produk makanan:
a. Untuk industri coklat dan kakao kembang gula, es coating, penganan mengisi.
b. Aloe Vera konsentrat dan bubuk untuk makanan fungsional, kosmetik dan industri farmasi.
Perusahaan juga memproduksi dan memasok bahan untuk restoran/industri hotel, kue dan roti industri dan kemudian kami memasuki
(67)
pasar eceran/grosir dengan produk minuman minuman fungsional. Di bawah merek dagang: ALOEFIT.
Bahan baku dipilih dengan cermat untuk memastikan standar kualitas yang dibuat. Bahan baku dan pengolahan adalah "Kosher" dan "halal" yang bersertifikat. Setiap langkah pengolahan secara hati-hati dikendalikan dan sistem HACCAP telah diterapkan.
PT. Cahaya Kalbar menjadi pelopor di pasar. Pasar menjadi lebih dinamis dari sebelumnya. Konsumen menuntut produk yang lebih baik setiap waktu, dan tren yang berubah dengan cepat. Selama bertahun-tahun perusahaan telah diakui sebagai pelopor untuk banyak produk berbagai diperkenalkan di pasar. Keinginan untuk inovasi, ada kesempurnaan produk, pengembangan produk baru, dan "untuk memenuhi tuntutan pelanggan perubahan" budaya telah menjadi drive besar bagi kita untuk menjadi yang pertama di pasar dan tetap kompetitif.
PT. Cahaya Kalbar memiliki empat lokasi berbeda: Pluit-Jakarta, Jababeka I, Jababeka II, dan Pontianak, terdiri daerah lebih dari 105.000 m² untuk memproses bahan baku dan mempersiapkan produk jadi.
4.1.4. Sejarah PT. Delta Djakarta, Tbk
Pabrik ”Anker bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Browerji. Dalam perkembangnnya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT. Delta Djakarta pada tahun 1970.
(68)
Delta Djakarta Tbk, (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang– Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 yang telah diubah dengan Undang-Undang No.11 tahun 1967 berdasarkan akta No.35 tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, S.H, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.J.A.5/75/9 tanggal 26 April 1971. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di jalan inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur-Jawa Barat.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek ”Anker”, ”Carlsberg”, ”San Miguel”, ”Kuda Putih”, dan ”San Mig Light”. Perusahaan juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan merek ”Sodaku” dan ”Soda Ice”. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri. Perusahaan mulai beroperasi sejak tahun 1933.
4.1.5. Sejarah PT. Fast Food Indonesia, Tbk
PT. Fastfood Indonesia Tbk adalah pemilik tunggal waralaba KFC di Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama yang memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia. Perseroan mengawali operasi restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta, dan sukses outlet ini kemudian diikuti dengan pembukaan outlet-outlet selanjutnya di Jakarta dan perluasan area cakupan hingga ke kota-kota besar lain di Indonesia antara lain Bandung, Semarang, Surabaya,
(69)
pengembangan merek menjadikan KFC sebagai bisnis waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di Indonesia.
Bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan pengembangan Perseroan pada tahun 1990, dan pada tahun 1993 terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta sebagai langkah untuk semakin mendorong pertumbuhannya.
Memasuki 28 tahun keberhasilan Perseroan dalam membangun pertumbuhannya, posisi KFC sebagai pemimpin pasar restoran cepat saji tidak diragukan lagi. Untuk mempertahankan kepemimpinan, Perseroan terus memperluas area cakupan restorannya dan hadir di berbagai kota kabupaten tanpa mengabaikan persaingan ketat di kota-kota metropolitan. Perseroan baru saja meresmikan pembukaan outlet KFC yang ke 300 di Cireundeu pada bulan Oktober 2007, bertepatan pada bulan yang sama ulang tahun KFC Indonesia yang ke 28. Perseroan mengakhiri tahun 2007 dengan total 307 outlet termasuk mobile catering, yang tersebar di 78 kota di seluruh Indonesia, mempekerjakan total 11.835 karyawan dengan hasil penjualan tahunan di atas Rp. 1,590 triliun
4.1.6. Sejarah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
PT. Indofoos Sukses Makmur Tbk didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990, dengan berdasarkan Akta Notaris No.228 yang dibuat dihadapkan Benny Kristanto, S.H.
(70)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“ISM”) (BEI : INDF) adalah perusahaan Total Food Solutions yang terkemuka dengan kegiatan operasi yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran.
Perseroan bergerak dalam bidang produksi mie, penggilingan tepung terigu, kemasan, jasa manajemen, serta penelitian dan pengembangan. Saat ini terutama perusahaan bergerak dibidang pembuatan mie, penggilingan tepung terigu, dengan Kantor Pusat yang Berkedudukan di gedung Arlobimo sentral Lantai 12, di Jl.H.R Rasuna Said X-2, Jakarta. Sedangkan lokasi pabrik berada di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1990. ISM mengoperasikan empat Kelompok Usaha Strategis (Grup) yang
saling melengkapi: Produk Konsumen Bermerek (CBP), kegiatan usaha grup ini dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP”), tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 7 Oktober 2010. ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan yang terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam kemasan. Berbagai merek ICBP merupakan merek-merek yang terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan.
4.1.7. Sejarah PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk
Perseroan didirikan pada tanggal 3 Juni 1929 berdasarkan akta notaris Dijikstra, notaris di Medan, dengan nama N.V. Nederlandsch. Perseroan
(71)
berdomosili di Indonesia dengan kantor pusat berlokasi di Ra Plasa Building lantai 24, Jl. Jendral Sudirman Kav. 9, Jakarta 10270, dan pabrik berlokasi di Jl. Daan Mogot KM. 19 Tanggerang 15122 dan Jl. Raya Mojosari-Pacet KM.50, sampang Agung, Jawa Timur. Perseroan adalah bagian dalam kelompok Heineken, diamana pemegang saham utama adalah Heineken Internasional B.V. Transaksi dan saldo signifikan dengan pihak – pihka yang mempunyai hubungan istimewa disajikan dalam catatan 20 atas laporan keuangan konsolidasi.
PT Multi Bintang Indonesia dan resmi menjadi perusahaan publik di tahun 1981 dan mengalihkan domisilinya dari Surabaya ke Jakarta. Saham-sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Kini, PT Multi Bintang Indonesia Tbk telah menjadi produsen bir terkemuka di Indonesia. Perseroan memproduksi dan memasarkan serangkaian produk-produk ternama seperti Bir Bintang, Heineken, Guinness, Bintang Zero, dan Green Sands.
Perseroan beroperasi dalam indutry bir dan minuman lainnya. Untuk mencapai tujuan usahanya, perseroan dapat melakukan aktivitasnya sebagai berikut :
a. Produksi bir dan minuman lainnya dan produk – produk lain yang relevan.
b. Pemasaran produk – produk tersebut diatas, pada pasar lokal dan internasional.
c. Impor dan bahan – bahan promosi yang relevan dengan produk – produk diatas.
(1)
79
Tabel 4.11 : Perbedaan Penelitian
No Peneliti Variabel Penelitian Hasil penelitian 1 Baridwan dan
Parawiyati (1998)
laba dan arus kas Prediktor laba bersih besar korelasinya dibanding dengan prediktor arus kas dalam memprediksi arus kas
2 Syahfriadi (2000)
Earning dan arus kas 1. Earnings sebagai variabel independen memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap variabel dependen earnings dibandingkan dengan prediktor arus kas terhadap earnings
2. Earnings tidak signifikan dalam mempengaruhi arus kas di masa depan
3 Asih (1999) Profitabilitas perusahaan dan laba
1. Laba mempunyai daya prediksi untuk laba di masa yang akan datang dan hanya untuk periode satu tahun ke depan tetapi tidak untuk prediksi aliran kas di masa yang akan datang
2. Memilah-milah komponen laba yang lebih khusus menjadikan daya prediksi yang semakin kecil untuk memprediksi laba yang akan datang 4 Ramadhan
(2008)
Laba dan arus kas 1. Laba dan arus kas sebagai variabel independen memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap variabel dependen laba dibandingkan dengan prediktor arus kas terhadap laba
2. Earnings tidak signifikan dalam mempengaruhi arus kas di masa mendatang
5 Dahlia Putri Permatasai (2011)
Laba dan arus kas Laba yang memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang, sedangkan arus kas tidak memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang
Sumber : Peneliti
4.4.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan secara optimal namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih adanya keterbatasan antara lain :
1. Sampel yang diambil cukup kecil hanya 10 perusahaan Food and Beverages yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
2. Tahun pengamatan yang hanya menggunakan tahun 2007-2009, karena keterbatasan data yang tersedia bagi keperluan penelitian.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa laba dan arus kas mampu memprediksi laba yang akan datang, terbukti dari hasil uji F dan besarnya kemampuan variabel laba dan arus kas dalam memprediksi laba yang akan datang adalah 76,3%.
Kemampuan laba dalam memprediksi laba yang akan datang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan arus kas dalam memprediksi laba yang akan datang, terbukti dari hasil uji t yaitu variabel laba secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba yang akan datang, sedangkan arus kas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba yang akan datang, sehingga hipotesis penelitian ini sebagian teruji kebenarannya.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka saran yang dapat diberikan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut :
1. Bagi emiten sebaiknya wajib menerbitkan laporan arus kas terutama perusahaan yang go public di BEI, hal ini sangat penting karena laba merupakan prediktor yang baik dalam memprediksi laba di masa
(3)
81
mendatang, bahkan lebih baik dibandingkan prediktor arus kas dalam memprediksi laba di masa yang akan datang.
2. Bagi investor yang akan meramalkan laba perusahaan di tahun mendatang, sebaiknya mempertimbangkan nilai-nilai laba tahun sebelumnya, mengingat variabel laba berpengaruh terhadap laba yang akan datang.
3. Bagi peneliti yang akan datang hendaknya mempertimbangkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini yaitu memperpanjang periode pengamatan dan mengadakan penelitian dengan obyek penelitian yang berbeda.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Dan Skripsi Jurusan, FE, UPN “Veteran” Jawa Timur.
Anthony, Robert N., dan Govindaran, Vijay, 2002, Sistem Penegendalian Manajemen, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Awat, Napa J, 1998, Management Keuangan (Pendekatan Matematis), Penerbit PT. Gramedia Pustaka Tama, Jakarta.
Asih, Prihat, 1999, “ Laba Akuntansi Dan Klasifikasi Akuntansi Untuk Menaksir Profitabilitas Perusahaan”, Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Volume 1, Nomer 3, Desember 1999.
Arthur, Neal, Cheng, Marco, Czernkowski, Robert, 2010, “ Cash Flow Disaggregation and The Prediction of Future Earnings”, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Volume 50, Nomer 1, Tahun 2010. Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting, Edisi Tujuh, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Cetakan ke IV, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gujarati, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Harahap, Sofyan Safri, 1998, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Husnan, Suad, 1996, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Buku 1, Edisi 4, Penerbit BPFE.
Hendrikson, Eldon S, 1998, Teori Akuntansi, Jilid Pertama, Penerbit Erlangga, Jakarta.
(5)
IDX, 2009, Indonesian Capital Market Directory.
Kasmir, 2008, Analisa Laporan keuangan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Keiso, E. Donald dan Weygandt, J. Jerry, 1995, Akuntansi Intermediate, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
M. Hanafi, Mamduh, dan Halim, Abdul, 2007, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit YKPN, Yogyakarta.
Nazir, M., 2005, Metodologi Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Prastowo, Dwi dan Juliaty, Rifka, 2005, Analisis Laporan Keuangan (Konsep &
Aplikasi), Edisi 2, Penerbit UUP, AMP, YKPN, Yogyakarta.
Pariwiyati, dan Baridwan, Zaki, 1998, “ Kemampuan Laba Dan Arus Kas Dalam Memprediksi Laba Dan Arus Kas Perusahaan Go Publik di Indonesia”, JRAI, Volume 1, Nomer 1, Januari 1998.
Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Ramadhan, Agus, Lutfi, 2008, Pengaruh Laba Dan Arus Kas Dalam Memprediksi Laba Dan Arus Kas Di Masa Mendatang Pada
Perusahaan Otomotif Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Mahasiswa FE Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa Timur, Surabaya. Syafriadi, Hepi, 2000, “Kemampuan Earnings Dan Arus Kas Dalam Memprediksi
Earnings Dan Arus Kas Masa Depan Studi di Bursa Efek Jakarta”,Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Volume 2, Nomer 1, April 2000.
Santoso, Singgih, 2002, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik, Cetakan Pertama, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
(6)
Sumarsono, 2004, Metode Penelitihan Akuntansi.Edisi Revisi, FE UPN “Veteran”, Surabaya.
Simamora, Henry, 2002, Akuntansi Manajemen, Edisi Kedua, Penerbit UPP AMP, YKPN, Yogyakarta.
Sugiri, Slamet dan Riyono, Bogat Agus, 2002, Pengantar Akuntansi 1, Edisi Kelima, Penerbit UPP, AMP, YKPN, Yogyakarta.
Thiono, Handri, 2006, “ Perbandingan Keakuratan Model Arus Kas Metode Langsung dan Tidak Langsung dalam Memprediksi Arus Kas dan Deviden Masa Depan”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang.
Van Horne, James C., dan Wachowicz, John M., 1997, Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan, Edisi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
www.idx.co.id.
www.etd.eprints.ums.ac.id