PENGENDALIAN BIAYA DAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA SEKTOR PERBANKAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.
PROFITABILITAS PADA SEKTOR PERBNAKAN
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan oleh: Wheni Yuliana 0613010134/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh: Wheni Yuliana 0613010134/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
PENGENDALIAN BIAYA DAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA SEKTOR PERBANKAN
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan oleh:
Wheni Yuliana 0613010134/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan Oleh
Pembimbing Utama
Rina Mustika,SE.MMA Tanggal:……….
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi. NIP. 0330 194 437
(4)
Usulan Penenlitian……….. ii
Kata Pengantar……… iii
Abstraksi………. iv
Daftar Isi………. v
Daftar Tabel……… vi
Daftar Gambar……… vii
Daftar Lampiran……… viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1
1.2 Rumusan Masalah………. 8
1.3 Tujuan Penelitian……….. 8
1.4 Manfaat Penelitian………. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………. 10
2.2 Landasan Teori……….. 14
2.2.1 Bank……….. 14
2.2.1.1 Pengertian Bank……… 14
2.2.2 Biaya………. 15
2.2.2.1 Pengertian Biaya……….. 15
2.2.2.2 Penggolongan Biaya………. 16
2.2.2.3 Biaya Operasional………. 17
2.2.3 Pengendalian Biaya……….. 18
2.2.3.1 Pengertian Pengendalian……….. 18
(5)
Biaya………. 20
2.2.4 Modal Kerja………. 20
2.2.4.1 Pengertian Modal Kerja……… 20
2.2.4.2 Macam – macam Modal Kerja…………. 22
2.2.4.3 Komponen Modal Kerja……….. 23
2.2.4.4 Sumber Modal Kerja……… 23
2.2.5 Profitabilitas……… 25
2.2.5.1 Pengertian Profitabilitas……….. 25
2.3 Kerangka Berfikir………. 26
2.3.1 Pengaruh Pengendalian Biaya Terhadap Profitabilitas…... 26
2.3.2 Pengaruh Modal Kerja Terhadap protabilitas…. 28
2.3.3 Diagram Kerangka Pikir………. 30
2.4 Hipotesis Penelitian………. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…… 32
3.2 Teknik Penentuan Sampel………. 33
3.2.1 Populasi……… 33
3.2.2 Sampel………. 35
3.3 Teknik Pengumpulan Data……… 36
3.3.1 Jenis Data………. 36
3.3.2 Sumber Data………. 36
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis……… 36
3.4.1 Uji Normalitas………. 36
3.4.2 Uji Asumsi Klasik……… 37
(6)
4.1.1 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk…… 42
4.1.2 PT. Bank Central Asia Tbk……… 44
4.1.3 PT. Bank Victoria Internasional Tbk…………. 45
4.1.4 PT. Bank Kesawan Tbk………. 45
4.1.5 PT. Bank Mayapada Internasional Tbk………. 46
4.1.6 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk……… 47
4.1.7 PT. Bank Swadesi Tbk……… 48
4.1.8 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk……. 49
4.1.9 PT. Bank Niaga Tbk……….. 50
4.1.10 PT. Bank NISP Tbk………. 51
4.1.11 PT Bank Nusantara Prahyangan Tbk………… 52
4.1.12 PT. Bank Pan Indonesia Tbk……… 53
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian……… 54
4.2.1 Pengendalian Biaya……… 54
4.2.2 Modal Kerja……… 57
4.2.3 Profitabilitas……… 58
4.3 Analisis Regresi Linier Berganda……… 60
4.3.1 Uji Normalitas……… 60
4.3.2 Uji Asumsi Klasik……….. 61
4.3.3 Persamaan Regresi Berganda………. 63
4.4 Uji Hipotesis……… 65
4.4.1 Uji F……… 65
4.4.2 Uji t……… 66
(7)
4.5.2 Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang Dengan
Penelitian Terdahulu………. 69 4.5.3 Keterbatasan Penelitian……… 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……… 72
5.2 Saran………. 73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
(9)
Halaman
Tabel 3.1 Data Populasi………... 34
Tabel 3.2 Data Sampel……….... 35
Tabel 4.1 Data Pengendalian Biaya……….... 55
Tabel 4.2 Data Modal Kerja………... 57
Tabel 4.3 Data Profitabilitas………... 59
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas………... 60
Tabel 4.5 Nilai VIF (Variance Inflation Factor)………... 62
Tabel 4.6 Hasil Korelasi Rnak Spearman………... 62
Tabel 4.7 Hasil Uji Durbin Watson………... 63
Tabel 4.8 Persamaan Regresi Linier Berganda………... 64
Tabel 4.9 Uji F………... 65
Tabel 4.10 Uji t……….... 66
Tabel 4.11 Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Sekarang………. 69
(10)
Lampiran 3 Perhitungan Profitabilitas
Lampiran 4 Input Regresi Dan Nilai Residual Lampiran 5 Output Uji Normalitas
(11)
PROFITABILITAS PADA SEKTOR PERBANKAN
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK
INDONESIA
Oleh Wheni Yuliana
ABSTRAK
Dewasa ini perbankan di Indonesia dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin ketat, oleh karena itu lembaga perbankan perlu meningkatkan kinerja untuk dapat bertahan dalam situasi krisis atau memenangkan persaingan dalam era globalisasi. Pelaku bisnis harus selalu siap menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dengan cepat. Pada dasarnya peningkatan profitabilitas dari waktu ke waktu menunjukkan kemajuan yang dicapai perusahaan. Namun demikian apabila terjadi kenaikan profitabilitas yang juga diikuti oleh kenaikan biaya yang relatif besar dan modal kerja yang relatif menurun berarti belum efektifnya bnak dalam pengelolaan usaha. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh pengendalian biaya dan modal kerja terhadap profitabilitas.
Obyek penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang perbankan yang go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan sampel sebanyak 12 perusahaan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa pengendalian biaya dan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dilihat dari hasil uji F. Sedangkan hasil uji t menunjukkan bahwa pengendalian biaya secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas, teruji kebenarannya dan modal kerja secara parsial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap profitabilitas, tidak teruji kebenarannya. Hal ini berarti modal kerja tidak memberikan sumbangan yang nyata terhadap peningkatan profitabilitas bank.
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perbankan di Indonesia dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin ketat, oleh karena itu lembaga perbankan perlu meningkatkan kinerja untuk dapat bertahan dalam situasi krisis atau memenangkan persaingan dalam era globalisasi. Pelaku bisnis harus selalu siap menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dengan cepat.
Bank yang kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan yang optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Meningkatnya biaya ternyata semakin mengurangi kemampuan untuk memperoleh laba. Bagi manajemen bank, hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan pengendalian biaya sehingga dapat menghasilkan rasio BOPO yaitu rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. yang sesuai dengan ketentuan
(13)
yang ditetapkan oleh otoritas moneter (SE BI No.6/23/DPNP tgl 31 Mei 2004). Pengendalian biaya ini dimaksudkan agar perbankan mampu menjadi pelaku ekonomi yang kuat dan mampu memberikan pelayanan kepada para pelaku bisnis dan masyarakat sehingga perannya didalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat semakin besar.
Pengendalian biaya sangat penting bagi bertahannya sektor perbankan dewasa ini. Dalam jangka panjang, tingkat pencapaian laba secara langsung di pengaruhi oleh seberapa jauh perusahaan dikelola secara efektif dan efisien, atau dengan kata lain sejauh mana pemanfaatan sumber daya perusahaan yang terbatas tersebut diarahkan pada usaha yang produktif.
Selain dengan mengendalikan biaya sektor perbankan juga harus menyediakan modal kerja yang cukup, karena harus membayar pengeluaran-pengeluaran operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang optimal sangat penting agar tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi risiko yang mungkin timbul karena adanya krisis keuangan. Jika modal kerja menunjukkan adanya dana yang tidak produktif maka akan menimbulkan kerugian karena telah menghilangkan kesempatan untuk memperoleh laba, sedangkan jika modal kerja tidak cukup akan menjadi penyebab utama kegagalan perusahaan. Karena modal kerja merupakan elemen penting dalam kegiatan usaha salah satunya adalah dalam penyaluran kredit.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 792 Tahun 1990, lembaga keuangan berfungsi sebagai badan yang bergerak di bidang
(14)
keuangan dimana kegiatannya melakukan penghimpunan dana dalam bentuk simpanan (Tabungan, Giro, Deposito) dari masyarakat dan menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit, terutama guna membiayai perusahaan.
Penyaluran kredit sangat berpengaruh terhadap modal kerja, karena kredit ini dapat meningkatkan aktivitas usaha perusahaan. Modal kerja ini harus dikelola dengan baik agar kredit yang disalurkan akan semakin besar, dengan asumsi bahwa semakin bertambahnya kredit yang disalurkan maka semakin besar pula modal kerja yang diperlukan sehingga mempunyai dampak pada pendapatan atau dengan kata lain laba yang diperoleh akan optimal. (Ahmad, 2000: 7).
Modal kerja yang digunakan oleh Bank yaitu modal kerja dengan konsep kuantitatif artinya modal kerja yang menitikberatkan pada jumlah dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasional yang bersifat rutin atau penyediaan dana ditujukan untuk kegiatan jangka pendek. Dimana modal kerja pada Bank meliputi kredit yang masih beredar (out standing loan), kas dan kas pada bank lain.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa modal kerja yang digunakan untuk menyalurkan kredit ini diharapkan akan bertambah dalam arti kredit yang disalurkan ini akan menghasilkan laba yang kemudian kemampuan dalam menghasilkan pendapatan atau meningkatkan laba tersebut akan diukur, dimana salah satunya dengan rasio profitabilitas.
(15)
Setiap perusahaan yang bersifat profit oriented tentunya akan berusaha menggunakan setiap asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang optimal. Perusahaan menginginkan agar sebagian dananya dioperasikan, sehinnga dapat meningkatkan profitabilitas atau keuntungan yang optimal. Sedangkan menurut Sawir (2000: 17) dalam bukunya yang berjudul Analisis kinerja keuangan dan perencanaan keuangan perusahaan memberikan pengertian serupa mengenai profitabilitas. “Kemampulabaan (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen”.
Pada dasarnya peningkatan profitabilitas dari waktu ke waktu menunjukkan kemajuan yang dicapai perusahaan. Namun demikian apabila terjadi kenaikan profitabilitas yang juga diikuti oleh kenaikan biaya yang relatif besar dan modal kerja yang relatif menurun berarti belum efektifnya bank dalam pengelolaan usaha.
Banyak teori/ pendapat yang menyatakan bahwa pengendalian biaya yang dilakukan dengan efektif dan efisien akan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat rentabilitas, akan tetapi teori tersebut tidak selamanya benar dan harus dapat diuji kebenarannya. Hal itu telah dibuktikan dengan beberapa penelitian terdahulu mengenai pengendalian biaya dan modal kerja. Penelitian mengenai pengendalian biaya yang dilakukan oleh Purbo (2007) menemukan bahwa pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas, secara simultan dan persial efisiensi pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi sebesar
(16)
21,7% dan 16,9% ini dikarenakan efisiensi pengendalian biaya dapat dikatakan efisien dan secara umum dapat dikatakan cukup tinggi
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rani (2009) yang meneliti tentang modal kerja menemukan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas sebesar 0,116. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Siswantini (2006) yang meneliti tentang pengelolaan modal kerja menemukan bahwa pengelolaan modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat ditunjukkan hasil yang tidak konsisten untuk waktu dan tempat yang berbeda, bahkan diantaranya kontradiktif terhadap yang lainnya. Maka dari itu penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-temuan empiris mengenai pengendalian biaya dan modal kerja
Perbandingan antara laba yang diperoleh terhadap total asset menghasilkan prosentase tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas yang dugakan adalah Return On Asset yaitu dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan total asset, ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia No.6/23/DPNP/2004 bahwa rentabilitas cukup tinggi berkisar antara 0,5% - 1,25% (SE BI No.6/23/DPNP tgl 31 Mei 2004).
Berdasarkan data laporan keuangan perbankan yang diperoleh dari bursa efek Indonesia tahun 2004-2008 dapat diperoleh hasil seperti pada grafik berikut ini:
(17)
garfik 1.1. Tingkat Profitabilitas -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
P T. B ank Rakyat Indo nesia (P ersero ) Tbk P T. B ank Central A sia Tbk P T. B ank Victo ria Internatio nal Tbk P T. B ank Kesawan Tbk P T. B ank M ayapada Internatio nal Tbk P T. B ank M andiri (P ersero ) Tbk P T. B ank Swadesi Tbk P T. B ank Negara Indo nesia (P ersero ) Tbk P T. B ank Niaga Tbk P T. B ank NISP Tbk P T. B ank Nusantara P arahyangan Tbk P T. B ank P an Indo nesia Tbk P T. B ank Rakyat Indo nesia (P ersero )
Tbk
5.68 4.88 4.26 4.34 3.92 4.62 P T. B ank Central A sia Tbk 3.21 3.42 3.71 3.24 3.33 3.38 P T. B ank Victo ria Internatio nal Tbk 1.54 1.34 1.54 1.42 0.82 1.33 P T. B ank Kesawan Tbk 0.37 0.31 0.34 0.34 0.22 0.32 P T. B ank M ayapada Internatio nal Tbk 2.05 0.83 1.54 1.44 1.20 1.42 P T. B ank M andiri (P ersero ) Tbk 3.02 0.48 1.07 2.16 2.38 1.82 P T. B ank Swadesi Tbk 2.22 1.96 1.24 1.16 2.39 1.79 P T. B ank Negara Indo nesia (P ersero )
Tbk
2.29 1.59 1.79 0.84 1.00 1.50 P T. B ank Niaga Tbk 2.76 2.06 2.49 2.40 1.10 2.16 P T. B ank NISP Tbk 2.37 1.53 1.50 1.32 1.44 1.63 P T. B ank Nusantara P arahyangan Tbk 1.91 1.57 0.00 1.28 1.09 1.17 P T. B ank P an Indo nesia Tbk 5.79 2.47 2.69 2.79 1.96 3.14
2.77 1.87 1.85 1.89 1.74 2004 2005 2006 2007 2008
Sumber: Data diolah dari BEI laporan keuangan tahun 2004-2008
Berdasarkan grafik diatas, dapat dijelaskan bahwa rata-rata ROA dari 12 sampel penelitian mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif, pertumbuhan ROA pada tahun berikutnya selalu mengalami penurunan 2,77% (2004) turun drastis sebesar 32,43% sehingga di tahun berikutnya rata-rata ROA menjadi 1,87% kemudian ditahun 2006
(18)
pertumbuhan ROA turun sebesar 1.21% sehingga rata-rata ROA pada tahun tersebut menjadi 1,85% ditahun 2007 pertumbuhan ROA naik sebesar 2.53% sehingga rata-rata ROA menjadi 1,89 ditahun 2008 kembali turun sebesar 8,25% sehingga rata-rata ROA menjadi 1,74%.
Fenomena yang terjadi diatas bahwa penurunan serta kenaikan ROA yang terus terjadi setiap tahun disebabkan karena sektor perbankan saat ini dihadapkan pada masalah kredit macet (non performing loan) yang mengakibatkan harga saham dibursa turun dan dampaknya modal kerja tidak dapat dikelola dengan baik, untuk dapat mempertahankan kepercayaan kepada masyarakat perbankan terpaksa harus menaikkan beban bunga sehingga biaya yang dikeluarkan naik menyebabkab profitabilitas turun (Wartaekonomi.com).
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan betapa diperlukannya pengelolaan secara efektif dan efisien pada pengendalian biaya dan modal kerja yang ada. Pada akhirnya dengan adanya pengelolaan efisiensi biaya dan modal kerja tersebut, diharapkan laba dan tingkat profitabilitas setor perbankan akan meningkat.
Atas dasar permasalahan inilah, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-temuan empiris tersebut, maka penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul :”Pengendalian Biaya dan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”.
(19)
1.2. Perumusan Masalah
Seperti yang terdapat dalam latar belakang diatas, disebutkan bahwa tinggi rendahnya profitabilitas dari suatu bank akan tercapai jika dilakukan pengendalian biaya dan modal kerja yang ada. Dari uraian tersebut maka permasalahan yang dalam penelitian ini adalah:
“Apakah terdapat pengaruh pengendalian biaya dan modal kerja terhadap profitabilitas?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
“Untuk membuktikan adanya pengaruh pengendalian biaya dan modal kerja terhadap profitabilitas”.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis
Memberikan kesempatan kepada penulis untuk menganalisis masalah dan hal-hal yang terdapat diperusahaan sebagai objek yang diteliti dengan mengembangkan dan menetapkan teori-teori yang telah diperoleh selam dibangku kuliah sehingga dapat menambah pengalaman dan meningkatkan kematangan berfikir.
(20)
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah dan memperluas khasanah pengetahuan dan kepustakan dibidang keuangan sehingga dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan kajian untuk permasalahan yang sepadan dengan masalah yang diteliti khususnya mengenai profitabilitas dalam suatu perusahaan.
3. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan kepada manajemen perbankan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab ketidakefisienan sehingga dapat dibuat kebijakan yang mengarah pada langkah-langkah untuk mencegah ketidakefisienan agar tercipta kinerja yang sehat untuk memperoleh laba yang optimal.
(21)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan dengan efisiensi pengendalian biaya dan modal kerja terhadap rentabilitas pernah dilakukan oleh:
1. Purbo Kusumardani (2007) a. Judul
“Pengaruh Efisiensi Pengendalian Biaya dan Tingkat Perputaran Modal Kerja Terhadap rentabilitas Ekonomi Pada KPRI Kota Semarang Tahun 2005”
b. Perumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh antara efisiensi pengendalian biaya dan tingkat perputaran modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI Kota Semarang tahun 2005 secara simultan?
2. Apakah ada pengaruh antara efisiensi pengendalian biaya dan tingkat perputaran modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI Kota Semarang tahun 2005 secara parsial?
c. Hipotesis
“Ada pengaruh Efisiensi Pengendalian Biaya dan Tingkat Perputaran Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI di Kota Semarang tahun 2005”
(22)
d. Kesimpulan
1. Efisiensi Pengendalian Biaya pada KPRI Kota Semarang tahun 2005 dapat dikatakan efisien dan secara umum dapat dikatakan cukup tinggi sedangkan rata-rata tingkat perputaran modal kerja dan rentabilitas ekonomi dapat dikatakan cukup efisien meskipun masih dibawah standar.
2. Berdasarkan analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa secara simultan efisiensi pengendalian biaya dan tingkat perputaran modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi. Besarnya pengaruh tersebut yaitu sebesar 21,7%, dan sisanya 78,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
3. Efisiensi pengendalian biaya dan tingkat perputaran modal kerja juga berpengaruh secara parsial terhadap rentabilitas ekonomi. Efisiensi pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi sebesar 16,9% dan besarnya pengaruh tingkat perputaran modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi 14,5 %.
2. Rani – Agung (2009) a. Judul
“Pengaruh Modal Kerja Terhadap Kredit Yang Disalurkan Serta Dampaknya Terhadap Rentabilitas Perusahaan pada PT. BPR Siliwangi Tasikmalaya”
c. Perumusan Masalah
(23)
2. Apakah ada pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas?
3. Apakah ada pengaruh kredit yang disalurkan terhadap rentabilitas? d. Hipotesis
“Ada pengaruh modal kerja terhadap kredit yang disalurkan serta dampaknya terhadap rentabilitas perusahaan dengan path analysis” e. Kesimpulan
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien jalur pengaruh variabel X1 (modal kerja) dengan variabel X2 (kredit yang diberikan)
adalah sebesar 0,983, variabel X1 (modal kerja) terhadap Y
(rentabilitas) adalah sebesar 0,116, dan variabel X2 (kredit yang
diberikan) terhadap Y (rentabilitas) adalah sebesar 0,883. Dengan faktor residu atau faktor lain yang tidak diteliti tetapi berpengaruh terhadap rentabilitas adalah sebesar 0,408 faktor lain yang dapat mempengaruhi rentabilitas adalah pengaruh dari kebijakan manajemen internal dalam segmentasi pasar, kebijakan moneter yang ditetapkan pemerintah, tingkat inflasi, tingkat suku bunga bank, dan kebijakan bank.
3. Tri Siswantini (2006) a. Judul
“Analisis Pengelolaan Modal Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”
(24)
b. Perumusan masalah
Apakah analisis ratio keuangan dapat digunakan sebagai sarana untuk menganalisis pengelolaan modal kerja dan pengaruhnya terhadap kemampuan laba operasional perusahaan tersebut.
c. Hipotesis
“Ada pengaruh komponen modal kerja yaitu CTO (perputaran kas), RTO (perputaran piutang), dan ITO (perputaran persediaan) terhadap profitabilitas”
d. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa dan pengujian, maka diperoleh hasil bahwa: 1. CTO (perputaran kas) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas
2. RTO (perputaran piutang) berpengaruh positif terhadap profitabilias
3. ITO (perputaran persediaan) berpengaruh positif terhadap profitabilitas
Maksud dari perputaran kas yang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas adalah bahwa dengan adanya penambahan perputaran kas akan memberikan penurunan profitabilitas. Sedangkan untuk perputaran piutang dan perputaran persediaan memberikan pengaruh positif terhadap profitabilitas artinya dari kedua variabel tersebut adanya penambahan perputaran akan memberikan penambahan terhadap profitabilitas.
(25)
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Bank
2.2.1.1. Pengertian Bank
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 Tanggal 10 Nopember 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Pengertian di atas memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007: 31.1) adalah: Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah
(26)
suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
2.2.2. Biaya
2.2.2.1. Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2009: 8) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Dari defenisi biaya menurut Mulyadi tersebut ada 4 unsur pokok, yaitu:
1. Biaya merupakan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Dalam Standar Akuntansi Indonesia dinyatakan bahwa biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan aktiva yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Dari semua definisi diatas dapat disimpulkan yang di maksud biaya secara umum adalah sesuatu yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu.
Informasi biaya bermanfaat bagi manajemen untuk mengukur apakah kegiatan usaha menghasilkan laba. Informasi biaya juga dipakai
(27)
oleh manajemen sebagai usaha untuk merencanakan alokasi berbagai sumber ekonomi yang di korbankan untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada nilai masukan yang di korbankan.
2.2.2.2. Penggolongan Biaya
Biaya dapat di golongkan dengan berbagai macam cara. Penggolongan biaya menurut Mulyadi, (2009: 14):
a. Obyek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya.
a. Fungsi pokok dalam perusahaan
b. Hubungan biaya dengan sesuatu yang di biayai
Sesuatu yang di biayai dapat berupa produk atau dapat departemen dalam hubungannya dengan sesuatu yang di biayai, biaya dapat di kelompokkan menjadi dua golongan :
1. Biaya Langsung (direct cost) 2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
c. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan sesuatu yang di biayai Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
di golongkan menjadi: 1. Biaya Variabel 2. Biaya Semivariabel
(28)
3. Biaya Semitetap 4. Biaya Tetap
d. Jangka waktu manfaat
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat di golongkan menjadi:
1. Pengeluaran modal 2. Pengeluaran pendapatan 2.2.2.3. Biaya Operasional
Masalah biaya sangat erat hubungannya dengan konsep laporan keuangan yang meliputi neraca, perhitungan laba rugi serta laporan perubahan modal (Munawir, 2002: 5). Neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal perusahaan pada tanggal tertentu. Perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil yang di capai serta biaya yang terjadi dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber modal perusahaan. Perhitungan laba rugi komponen biaya dilaporkan dalam kategori yaitu: 1. Biaya operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh pendapatan operasi misalnya, biaya bunga, biaya administrasi dan umum, biaya gaji, biaya asuransi dan lain-lain. 2. Biaya non operasional
Biaya non operasional merupakan biaya yabg terjadi bukan karna kegiatan utama perusahaan atau yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan utama perusahaan yang sifatnya misi dental
(29)
misalnya, biaya penyisihan piutang tak tertagih, biaya penyisihan penurunan nilai agunan yang diambil alih, dll
2.2.3. Pengendalian Biaya
2.2.3.1. Pengertian Pengendalian
Segala aktivitas kehidupan kita membutuhkan suatu pengendalian terhadap apa yang sedang dan telah kita lakukan. begitu juga organisasi harus dikendalikan jalannya. hal ini di maksudkan untuk menjamin aktivitas yang sedang dilakukan sesuai dengan apa yang telah di tetapkan organisasi.
Pengendalian merupakan proses yang digunakan oleh manajemen agar para pelaksana, kerja dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi atau tujuan bagi organisasi yang telah di tentukan terlebih dahulu (Supriyono, 1996: 6).
Pengendalian menurut Mowen & Hansen, (2004: 354) adalah melihat ke belakang, memutuskan apakah yang sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengendalian merupakan usaha sistematis yang dilakukan oleh suatu organisasi atau badan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan cara membandingkan prestasi kerja (hasil) dengan rencana.
(30)
2.2.3.2. Pengertian Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya adalah produk ikutan manajemen yang efektif, karena jika manajemen suatu perusahaan diselenggarakan dengan efektif, biasanya terjadi efisiensi tinggi sebagai gejala nyata dari pengendalian biaya (Sutrisno dan Kusriyanto, 1994: 2).
Maksud dari pengertian pengendalian biaya tentunya tidak melenceng jauh dari prinsip pengendalian biaya, sedangkan prinsip dari pengendalian biaya antara lain:
a. Berusaha agar biaya sesuai dengan standar b. Standar merupakan target
c. Tekanan masa lampau dan kini
d. Terbatas pada item-item yang sudah memenuhi standar
e. Dalam kondisi yang ada berusaha mewujudkan biaya yang rendah f. Merupakan sikap nyata
g. Tidak pernah selesai
Pengendalian yang baik perlu melewati proses tiga tahap:1). perencanaan, 2). pelaksanaan, 3). pengukuran. Setiap program agar efektif harus direncanakan terlebih dahulu secara seksama sebelum tindakan di mula. setelah tindakan di jalankan, kemajuan dapat di umpanbalikkan kepada rencana. dengan demikian, perencanaan di sempurnakan terus-menerus atau di sesuaikan dengan membandingkan hasil karya aktual dengan standar atau sasaran yang telah di tetapkan.
(31)
2.2.3.3. Tolak Ukur Efisiensi Pengendalian Biaya
Adapun tolak ukur efisiensi dari pengendalian biaya adalah dengan rasio BOPO yaitu membandingkan total biaya operasional dengan pendapatan operasional
Beban operasional
BOPO = X 100% Pendapatan Operasional
Efisiensi BOPO yang cukup baik di tetapkan oleh BI sebesar 94% - 96%
2.2.4. Modal Kerja
2.2.4.1. Pengertian Modal Kerja
Menurut Gitosudarmo (2000: 35) Modal kerja adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Menurut Riyanto (2001:57) modal kerja di bagi menjadi tiga konsep : a. Konsep Kuantitatif
Mengartikan modal kerja sebagai keseluruhan dari pada aktiva lancar atau di sebut Gross working capital. Konsep ini tidak menitikberatkan pada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam hal ini bank di dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedian untuk tujuan operasi jangka pendek.
(32)
b. Konsep Kualitatif
. Modal kerja dalam pengertian ini sering di sebut modal kerja netto (net working capital) yaitu kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Konsep ini menekankan pada kualitas modal kerja yang menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang lancar, dan dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang yang harus segera dilunasi. Juga menunjukkan margin of protection atau tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek untuk menjamin kelangsungan operasi di masa datang. serta kemampuan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.
c. Konsep Fungsional
Menunjukkan besarnya kas, piutang, dan persediaan di kurangi besarnya keuntungan dan besarnya sebagian dana yang di tanamkan dalam aktiva tetap. Pada dasarnya dana yang dimiliki oleh perusahan akan di gunakan untuk menghasilkan laba sesuai usaha pokok perusahaan. Ada sebagian dana yang di gunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut, dan ada sebagian dana yang tidak seluruhnya di gunakan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode tersebut.
Dilihat dari teori-teori diatas dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa modal kerja dapat berarti :
(33)
a. Seluruh aktiva lancar atau modal kerja kotor (Gross Working
Capital)
b. Aktiva lancar di kurangi uatang lancer
c. Keseluruhan dana yang diperlukan untuk menghasilkan laba tahun berjalan.
2.2.4.2. Macam-macam modal kerja
Riyanto (2001: 61) menggolongkan macam-macam modal kerja sebagai berikut :
a. Modal kerja permanen (Permanent working capital) yaitu modal kerja yang selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi.
Modal kerja permanen terbagi menjadi dua yaitu : 1. Modal kerja Primer (Primary working capital)
Merupakan modal kerja minimal yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya.
2. Modal kerja normal
Modal kerja yang digunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal.
b. Modal kerja variabel (variable working capital) adalah modal kerja yang di butuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah ynag berubah-ubah sesuai dengan perberubah-ubahan keadaan dalam datu periode.
Modal kerja variabel dapat dibedakan sebagai berikut :
(34)
Yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim.
2. Modal kerja siklis (cyclical working capital)
Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena perubahan permintaan produk.
3. Modal kerja darurat (emergency working capital) Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak di ketahui sebelumnya.
2.2.4.3. Komponen Modal kerja
Mengacu pada konsep kuantitatif, modal kerja yaitu keseluruhan aktiva lancar, yang termasuk aktiva lancar menurut Munawir, (2002: 14):
a. Kas
b. Investasi jangka pendek c. Piutang wesel
d. Piutang dagang e. Persediaan
f. Piutang penghasilan
g. Persekot atau biaya di bayar dimuka 2.2.4.4. Sumber Modal Kerja
Menurut Munawir (2002: 120) pada umumnya sumber modal kerja perusahaan dapat berasal dari :
(35)
a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income nampak dalam perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek). Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (Marketable securities atau effek) salah satu elemen aktiva yang langsung dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan unsur modal kerja dari bentuk surat berharga menjadi uang kas.
c. Penjualan aktiva tidak lancar
Hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, danaktiva tidak lancar dapat dijadikan sumber modal kerja yang lain.
d. Penjualan saham atau obligasi
Perusahaan juga dapat menanbah emisi saham baru dan mengeluarkan surat obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya untuk dapat menambah modalnya. Tetapi konsekuensi dengan cara ini perusahaan harus membayar bunga tetap kepada pembeli saham ataupun obligasi, oleh karena itu jumlah modal saham dan obligasi yang akan di keluarkan harus sesuai dengan kebutuhan jumlah modal yang diperlukan.
(36)
2.2.5 Profitabilitas
2.2.5.1. Pengertian profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998: 130). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi.
Menurut Sawir agnes (2005: 17) dalam bukunya yang berjudul Analisis kinerja keuangan dan perencanaan keuangan perusahaan memberikan pengertian serupa mengenai profitabilitas. “Kemampulahan (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pada umumnya ukuran kinerja yang digunakan bank adalah tingkat profitabilias. Bagi perusahaan pada umumnya (termasuk bank) masalah profitabilitas merupakan hal yang penting disamping masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan suatu ukuran bahwa suatu ukuran bahwa suatu perusahaan telah bekerja secara efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal atau kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung protabilitas.
(37)
Dengan menghitung protabilitas dapat diketahui sampai sejauh mana kemampuan suatu bank di dalam menghasilkan keuntungan baik yang berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil – hasil non operasionalnya. Di dalam perbankan, profitabilitas juga merupakan salah satu faktor – faktor modal, kualitas aktiva, manajemen dan likuditas. Untuk melakukan analisis profitabilitas maka teknik yang digunakan adalah analisis rasio. Analisis rasio ini merupakan suatu teknik analisis yang bermanfaat dalam menilai kinerja suatu bank.
Menurut H. Hempel, Simoson dan Coleman (1994: 61) untuk melakukan analisis probitabilitas sebuah bank beberapa rasio yang umumnya di gunakan adalah sebagai berikut ;
1. Interest margin 2. Net Margin (after tax) 3. Assets Utilization 4. Return on Assets 5. Leverage Multiplier 6. Return on Equity
2.3. Kerangka Berfikir
2.3.1. Pengaruh Pengendalian Biaya terhadap Profitabilitas
Pengendalian biaya berpengaruh terhadap besar kecilnya profitabilitas suatu perbankan. Menurut Mulyadi (2009: 11)
(38)
menyatakan bahwa dalam usaha bermotif laba maupun tidak bermotif laba, manajemen selalu berusaha agar nilai keluaran lebih tinggi dari masukan yang dikorbankan untuk menghasilkan laba. Dengan kata lain biaya yang telah dikeluarkan harus mampu menghasilkan keluaran laba yang lebih tinggi sehingga diperlukan pengendalian terhadap biaya-biaya tersebut. Dengan adanya pengendalian biaya-biaya diharapkan tidak hanya sekedar menaikkan laba tetapi juga dapat meningkatkan profitabitas, karena jika biaya tidak di kendalikan akan mengurangi pendapatan sehingga laba yang di peroleh akan turun.
Pengendalian merupakan proses yang dilakukan manajemen agar para pelaksana bekerja dengan efektif dan efisien (Supriyono, 1999: 6). Sedangkan menurut Kusriyanto merupakan produk ikutan manajemen yang efektif, karena jika manajemen di selenggarakan dengan efektif, biasanya terjadi efisiensi yang tinggi sebagai gejala nyata dari pengendalian.
Hal ini didukung dengan teori kendala (Teori of Constraints) mengakui bahwa setiap perusahaan dibatasi oleh kendalanya. Teori kendala kemudian mengembangkan pendekatan spesifik untuk mengelola kendala guna mendukung tujuan perbaikan berkelanjutan.
Menurut TOC, jika hendak memperbaiki kinerja, perusahaan harus mengidentifikasi kendala, mengekploitasi dalam jangka pendek, dan dalam jangka panjang, serta menentukan cara untuk mengatasinya. Salah satu yang difokuskan TOC adalah beban operasi yang didefinisikan
(39)
sebagai semua uang yang dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh pendapatan (Mowen & Hansen, 2004: 407).
Penelitian tentang pengendalian biaya sebelumnya pernah dilakukan oleh oleh Kusumardani purbo (2007) menemukan bahwa pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas, secara simultan dan persial efisiensi pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi, ini dikarenakan efisiensi pengendalian biaya dapat dikatakan efisien dan secara umum dapat dikatakan cukup tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa antara pengendalian biaya dengan profitabilitas mempunyai hubungan yang baik yaitu dengan adanya pengendalian, biaya yang dikeluarkan bisa ditekan seminimal mungkin dan tingkat pendapatan yang akan di peroleh juga tinggi dan akan mengarah ke laba yang tinggi pula. Dengan adanya pengendalian biaya akan mendapatkan tingkat profitabilitas yang juga tinggi.
2.3.2. Pengaruh Modal Kerja terhadap profitabilitas
Modal kerja disini juga sangat mempengaruhi Profitabilitas suatu bank. Hal ini dapat dijelaskan dalam teori yang dikemukakan oleh Adam Smith penulis The Wealth of Nations (1776), menyatakan bahwa modal diartikan sebagai bagian dari nilai kekayaan yang dapat mendatangkan penghasilan(Gunadi Tom, 1981, dalam kutipan Sutanta Raharja Hadikusumo, 2005: 95).
Rasio profitabilitas adalah ukuran untuk mengetahui seberapa jauh aktivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Efektifititas
(40)
manajemen meliputi kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumber daya manusia dan operasional. Jadi banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas yang kemudian meningkatkan atau menurunkan laba. Meskipun demikian, analisis rasio keuntungan dapat memberikan gambaran keuntungan yang diperoleh perusahaan (Rangkuti, 2004: 79).
Modal kerja dalam suatu bank harus dikelola dengan baik agar kredit yang disalurkan akan semakin besar, dengan asumsi bahwa semakin bertambahnya kredit yang disalurkan maka semakin besar pula modal kerja yang diperlukan sehingga mempunyai dampak pada pendapatan atau dengan kata lain laba yang diperoleh akan optimal (Ahmad Kamarudin, 2000: 7).
Hal itu didukung dengan teori investasi lazim yang disebut juga dengan istilah pembiayaan yang diberikan kepada pihak lain. Investasi dapat diartikan sebagai kegiatan usaha yang mengandung resiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian, sehingga kembalinya tidak pasti dan tidak tetap. Setelah dana pihak ketiga (DPK) telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bnak, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit bnak. Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan dapat mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari
(41)
pembiayaan (yield on financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank. Semakin besar investasi maka akan semakin besar pula pendapatan (bagi hasil) yang diperoleh dari pembiayaan yang disalurkan (Muhamad, 2000: 238).
Keuntungan investasi melalui laba merupakan indikator terhadap kinerja perusahaan, maka informasi keuangan khususnya laba lebih tepat untuk mengukur penurunan atau pertumbuhan perusahaan. (Parawiyati, dkk, 2000: 225).
Penelitian tentang modal kerja sebelumya pernah dilakukan oleh Rani (2009) menemukan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas, ini dikarenakan banyak minat masyarakat yang meminjam uang ke bank, sehingga profit yang diperoleh oleh perusahaan mengalami kenaikan.
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa antara modal kerja dengan profitabilitas mempunyai hubungan sangat erat dalam suatu bank karena faktor tersebut bermanfaat dalam memprediksi laba. Apabila modal kerja naik maka profitabilitas akan naik dan apabila modal kerja turun maka profitabilitas akan turun juga.
2.3.3. Diagram Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka berfikir yang ada, maka dapat dibuat bagan kerangka berfikir sebagai berikut:
(42)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Modal Kerja (X2)
Pengendalian Biaya (X1)
Profitabilitas (Y)
(Uji statistik regresi linier berganda)
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis yang diambil adalah sebagai berikut :
(43)
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan yaitu variabel bebas dan variabel terikat, untuk lebih jelasnya akan diuraikan masing-masing variabel yang diamati yaitu:
1. Variabel bebas (X)
a. Pengendalian Biaya (X1) adalah biaya-biaya yang pengeluarannya
bisa diawasi dan diatur (dikendalikan) oleh pimpinan pusat pertanggung jawaban serta kebijakan pimpinan pusat pertanggung jawaban mempengaruhi biaya tersebut. Digunakan skala rasio dengan persentase sebagai berikut:
1. Beban operasional 2. Pendapatan operasional
Beban operasional
BOPO = X 100%
Pendapatan operasional (SE BI No.6/23/DPNP tgl 31 Mei 2004)
Efisiensi yang sehat ketentuan dari BI harus memiliki BOPO antara 94%-96%, Artinya jika sebuah bank memiliki BOPO lebih dari ketentuan BI maka bank tersebut kategori tidak sehat dan tidak efisien.
uan dari BI harus memiliki BOPO antara 94%-96%, Artinya jika sebuah bank memiliki BOPO lebih dari ketentuan BI maka bank tersebut kategori tidak sehat dan tidak efisien.
(44)
b. Modal kerja (X2) adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh
perusahan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Digunakan skala rasio dengan satuan rupiah sebagai berikut:
Modal kerja = kas + giro pada bank indonesia dan bank lain + penempatan pada bank Indonesia dan bank lain + surat berharga + kredit yang diberikan + tagihan derivatif dan akseptasi + dana penyusutan
( Rani, 2009) 2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Profitabilitas yaitu merupakan keuntungan atau profit yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. Digunakan skala rasio dengan persentase sebagai berikut: 1. Laba sebelum pajak
2. Total asset
Laba sebelum pajak
ROA = X 100% Rata-rata total asset
(SE BI No.6/23/DPNP tgl 31 Mei 2004)
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Obyek penelitian ini adalah Perusahaan yang bergerak dibidang perbankan yang go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(45)
Sedangkan populasi dari penelitian ini adalah laporan keuangan yang berupa laporan laba rugi dan neraca pada sektor perbankan yang go publik dan terdaftar di BEI tahun 2004-2008, sebanyak 31 bank. Berikut ini adalah sektor perbankan yang go publik dan sudah terdaftar di BEI: Tabel 3.1 Nama sektor perbankan yang diambil
NO NAMA SEKTOR PERBANKAN
1 PT. Bank Argoniaga Tbk
2 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 3 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 4 PT. Bank Bukopin Tbk
5 PT. Bank Bumi Arta Tbk
6 PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 7 PT. Bank Central Asia Tbk
8 PT. Bank Century Tbk 9 PT. Bank Danamon Tbk
10 PT. Bank Eksekutif International Tbk 11 PT. Bank International Indonesia Tbk 12 PT. Bank Kesawan Tbk
13 PT. Bank Multicor Tbk
14 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 15 PT. Bank Mayapada International Tbk 16 PT. Bank Mega Tbk
17 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 18 PT. Bank Niaga Tbk
19 PT. Bank NISP Tbk
20 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 21 PT. Bank Pan Indonesia Tbk
22 PT. Bank Permata Tbk
23 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 24 PT. Bank Swadesi Tbk
25 PT. Bank Victoria International Tbk 26 PT. Bank Capital Indonesia Tbk 27 PT Bank Himpunan Saudara Tbk 28 PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk 29 PT. Bank Lippo Tbk
30 PT. Bank Buana Indonesia Tbk 31 PT. Bank Artha Niaga Kencana Tbk Sumber: dari BEI 2010
(46)
3.2.2. Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang sama dengan populasi tersebut. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling, adalah suatu teknik penarikan sampel non probability yang menyeleksi berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel (Sumarsono, 2004: 52). Ciri-ciri khusus tersebut adalah:
1. Sektor perbankan yang go publik dan terdaftar aktif di Bursa Efek Indonesia.
2. Menerbitkan neraca dan laba rugi berturut-turut selama tahun 2004-2008.
3. Sektor perbankan yang memiliki laba berturut-turut selama tahun 2004-2008.
4. laporan keuangan yang telah teraudit hanya tahun 2004-2008, karena tahun 2009 belum diaudit.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut diatas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan 12 bank. Berikut ini adalah sampel yang digunakan:
Tabel. 3.2 Sampel yang digunakan
NO NAMA SEKTOR PERBANKAN
1 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2 PT. Bank Pan Indonesia Tbk
3 PT. Bank Central Asia Tbk
4 PT. Bank Victoria International Tbk 5 PT. Bank Kesawan Tbk
6 PT. Bank Mayapada International Tbk 7 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
(47)
Lanjutan Tabel 3.2 Sampel yang digunakan
NO NAMA SEKTOR PERBANKAN
8 PT. Bank Swadesi Tbk
9 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 10 PT. Bank Niaga Tbk
11 PT. Bank NISP Tbk
12 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk Sumber: dari BEI
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data skunder yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dan sumber yang telah ada. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan yang berupa laporan laba rugi dan neraca sektor perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2004-2008.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh guna terlaksananya penelitian ini adalah diperoleh dari perpustakaan Bursa Efek Indonesia.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas dan variabel terikat keduanya memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali 2001:74). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah:
(48)
a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) < 5%, maka distribusi adalah tidak normal.
b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) > 5%, maka distribusi adalah normal (Sumarsono, 2004 : 41-43).
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji T tidak boleh bias.
a. Tidak boleh ada autokorelasi b. Tidak boleh ada multikolinearitas c. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji T menjadi bias (Gujarati, 1997:218).
a. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross - sectional), (Gujarati, 1999:201). Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya, untuk mendiaknosis adanya autokorelasi dalam
(49)
suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (uji DW), (Algifari, 1997:77).
Pedoman model regresi untuk mendeteksi autokorelasi menurut besaran DW (Durbin - Watson) yaitu:
a. Angka D – W dibawah -2 berarti ada autokorelasi (+) b. Angka D – W sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Angka D – W dibawah +2 berarti ada autokorelasi (-) b. Multikolinearitas
1. Uji Multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen) (Ghozali 2001:57).
Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF).
VIF menyatakan tingkat “pembekakan” varians, apabila varians lebih besar dari 10. Hal ini berarti terdapat multikolinearitas pada persamaan regresi linear (Gujarati, 1999:339).
c. Heterokesdatisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali 2001:69).
(50)
Menurut santoso (2003 :243), diaognosis heteroskedastisitas secara kuantitatif dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan mempergunakan uji korelasi rank spearman:
a. Jika dari nilai signifikan residual lebih kecil dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika dari nilai signifikan residual lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.4.3. Teknik Analisis
Teknik analisis digunakan adalah analisis regresi berganda. Adapun persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e
Dimana:
Y = Profitabilitas a = Konstanta Regresi b1 = Koefisien Regresi
b2 = Koefisien Regresi
X1 = Efisiensi Pengendalian Biaya
X2 = Modal Kerja
(51)
3.4.4. Uji Hipotesis 1. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji kesesuaian model regresi yang digunakan dalam penelitian, adapun prosedur uji F :
a. Ho : β1,β2, …ßj = 0, tidak ada kesesuaian model pengaruh antara
variabel bebas (X1,X2) dengan variabel terikat (Y).
Ha : β1,β2, …ßj ≠ 0, ada kesesuaian model pengaruh antara
variabel bebas (X1,X2) dengan variabel terikat (Y).
b. Tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n – k – 1) c. Kriteria pengujian
Jika tingkat signifikan (p – value) ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak (a = 0,05), tidak ada kesesuaian model pengaruh antara variabel bebas (X1,X2) dengan variabel terikat (y). Jika tingkat signifikan (p – value) ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan
Ha diterima (a = 0,05), ada kesesuaian model pengarih antara variabel bebas (X1,X2) dengan variabel terikat (y).
2. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas (X1, X2) dan variabel terikat (Y), adapun prosedur uji t
adalah:
a. Ho : ßj = 0, tidak ada pengaruh secara persial antara variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y).
(52)
Ha : ßj ≠ 0, ada pengaruh secara persial antara variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y).
b. Tingkat signifikan 0,05 derajat bebas (n – k – 1) c. Kriteria pengujian
Jika tingkat signifikan (p – value) ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak (a = 0,05), tidak ada pengaruh secara persial antara variabel bebas (X1,X2) dengan variabel terikat (Y). Jika tingkat signifikan (p – value) ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan
Ha diterima (a = 0,05), ada pengaruh secara persial antara variabel bebas (X1,X2) dengan variabel terikat (Y).
(53)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk atau BRI didirikan pada tanggal 18 Desember 1968 berdasarkan Undang-undang No. 21 Tahun 1968. Pada tanggal 29 April 1992, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 1992, bentuk badan hukum BRI diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pengalihan BRI menjadi Persero diaktakan dengan akta No. 133 tanggal 31 Juli 1992 Notaris Muhani Salim, S.H. dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. C2-6584.HT.01.01.TH.92 tanggal 12 Agustus 1992, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 73, Tambahan No. 3A tanggal 11 September 1992.
Anggaran dasar BRI telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 7 dan 86, masing-masing tanggal 3 Oktober 2003 dihadapan Notaris Imas Fatimah, S.H. dan 23 Desember 2003 dihadapan Notaris Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H.. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar BRI yang terakhir, ruang lingkup kegiatan BRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan
(54)
peraturan yang berlaku, termasuk melakukan kegiatan sesuai dengan prinsip syariah.
Kegiatan operasi BRI terpengaruh oleh kondisi perekonomian di Indonesia. Memburuknya keadaan ekonomi, termasuk penurunan yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah atau meningkatnya tingkat suku bunga, dapat mempengaruhi kemampuan nasabah BRI (termasuk debitur dan pihak ketiga lain yang terikat kontrak dengan BRI) untuk memenuhi kewajiban mereka setelah jatuh tempo, dan dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap profitabilitas BRI dan kecukupan modalnya. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut BRI konsisten melaksanakan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) untuk meningkatkan kinerja usaha BRI dan memenuhi seluruh ketentuan kehati-hatian. Strategi BRI yang diuraikan dalam rencana kerja tersebut antara lain :
1. Pelaksanaan praktek-praktek perbankan yang sehat termasuk prinsip keterbukaan (transparancy).
2. Pengelolaan risiko secara terpadu meliputi risiko kredit, pasar dan operasional untuk meminimalkan risiko usaha.
3. Peningkatan sistem monitoring risiko usaha. 4. Pelaksanaan redefinisi strategi bisnis BRI.
5. Perluasan jaringan layanan dan kualitasnya serta pengembangan features dan pemasaran produk berkartu.
(55)
7. Peningkatan dan pengembangan sistem teknologi informasi yang menunjang strategi bisnis bank.
Disamping itu, BRI juga terus melaksanakan pengendalian seluruh biaya overhead secara ketat. BRI berharap untuk dapat meningkatkan kinerjanya melalui implementasi rencana kerja (business plan) secara konsisten dan manajemen mempunyai komitmen yang penuh untuk mengimplementasikan tindakannya dan pencapaian target.
4.1.2. PT. Bank Central Asia Tbk
PT. Bank Central Asia, Tbk atau BCA didirikan di negara Republik Indonesia dengan akta notaris Raden Mas Soeprapto tanggal 10 Agustus 1955 No. 38 dengan nama “N.V. Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory” dan disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan No. J.A.5/89/19 tanggal 10 Oktober 1955 dan diumumkan dalam Tambahan No. 595 pada Berita Negara No. 62 tanggal 3 Agustus 1956. nama bank tersebut telah diubah beberapa kali, hingga pada akhirnya menjadi PT. Bank Central Asia berdasarkan akta Wargio Suhardjo, S.H. sebagai pengganti notaris Ridwan Suselo tanggal 21 Mei 1974 No. 144.
BCA mulai beroperasi di bidang perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956, sesuai pasal 3 Anggaran dasarnya bahwa bank beroperasi sebagai bank umum. Bank bergerak dibidang perbankan dan jasa keuangan lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Bank memperoleh ijin untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut berdasarkan surat keputusan
(56)
Menteri Keuangan No. 42855/U.M.II tanggal 14 Maret 1957. bank memperoleh ijin untuk melakukan kegiatan usaha devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 9/110/Kep/Dir/UD tanggal 28 Maret 1977.
4.1.3. PT. Bank Victoria International Tbk
PT. Bank Victoria Internacional Tbk didirikan pada tanggal 28 Oktober 1992 berdasarkan akta notaris A. Partomuan Pohan, SH, LLM, No. 71 yang selanjutnya diadakan pembetulan dengan akta No. 30 tanggal 8 Juni 1993 dari notaris yang sama. Akta pendirian tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C2-4903.HT.01.01.TH.93 tanggal 19 juni 1993 dan diumumkan dalam BErita Negara Republik Indonesia No. 39, Tambahan no. 2602 tanggal 15 Mei 1998.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah menjalankan usaha sebagai bank umum dalam arti kata seluas-luasnya sesuai dengan ketetntuan dan perundang-undangan yang berlaku. Bank merupakan bank non devisa.
4.1.4. PT. Bank Kesawan Tbk
PT. Bank Kesawan Tbk didirikan pada tanggal 1 April 1913 dengan nama N.V Chungwha Shangyeh Maatschappij berdasarkan Akta No. 53 di hadapan Notaris Leonard Hendrik-Willem Van Sandick tanggal 28 April
(57)
1913 dan diumumkan dalam Extra Bijvougsel der Javasche Courant No. 78 tanggal 30 September 1913. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.191547/U.M.II tanggal 28 Oktober 1958, BAnk memulai kegiatan operasionalnya sebagai Bank Umum. Nama Bank diubah menjadi PT. Bank Kesawan berdasarkan akta perubahan anggaran dasar No. 60 di hadapan Notaris Ong Kiem Lian tanggal 10 Maret 1965 dan memperoleh persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. J.A.5/68/15 tanggal 3 Juli 1965 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 95 tanggal 26 Nopember 1965, Tambahan No. 395. Ruang lingkup kegiatan Bank adalah menjalankan kegiatan umum perbankan.
4.1.5. PT. Bank Mayapada International Tbk
PT. Bank Mayapada Internasional Tbk (selanjutnya disebut “Bank”) didirikan berdasarkan akta notaris No. 196 tanggal 7 September 1989 dari Edison Jingga, SH, pengganti dari Misahardi Wilamarta, SH. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2- 25.HT.01.01.TH.90 tanggal 10 Januari 1990 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 37 tanggal 10 Mei 1994. Perubahan terakhir Anggaran Dasar Bank adalah berdasarkan akta Notaris Buntario Tigris Darmawa Ng, SH Nomor 28 tanggal 4 Desember 2008 sehubungan penyesuaian dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 tentang
(58)
Perseroan Terbatas, dan akta tersebut masih dalam proses pemberitahuan ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup serta kegiatan usaha Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undangundang dan peraturan yang berlaku. Bank memperoleh ijin usaha sebagai bank devisa pada tanggal 3 Juni 1993 sesuai dengan Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/26/KEP/DIR.
Kantor pusat Bank berlokasi di Mayapada Tower Jl. Jendral Sudirman Kav. 28, Jakarta. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, Bank memiliki 1 kantor pusat operasional (termasuk kantor pusat) serta kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas. Jumlah karyawan Bank pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 masing-masing adalah 1.649 orang dan 1.272 orang.
4.1.6. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk atau Bank mandiri didirikan di Indonesia pada tanggal 2 Oktober 1998 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 75 tahun 1998 tanggal 1Oktober 1998 dan berdasarkan Akta No. 10 oleh Notaris Sutjipto, S.H. tanggal 2 Oktober 1998 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman No. C2-16561.HT.01.01.TH98 tanggal 2 Oktober 1998 serta diumumkan pada tambahan No. 6895 dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 4 Desember 1998. Bank Mandiri didirikan melalui penggabungan usaha PT. Bank Bumi Daya, PT. Bank Dagang
(59)
Negara, PT. Bank Ekspor Impor Indonesia, PT. Bank Pembangunan Indonesia. Berdasarkan akta penggabungan usaha No. 100 tanggal 24 Juli 1999 yang dibuat di hadapan Notaris Sutjipto, S.H., Bank peserta Penggabungan secara hukum kelakukan penggabungan usaha ke dalam Bank Mandiri. Akta penggabungan usaha tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. C-13.781.HT.01.04.TH.99 tanggal 29 Juli 1999 dan disetujui oleh Gubernur Bank Indonesia dengan Surat Keputusan No. 1/9/KEP.GBI/1999 tanggal 29 Juli 1999. Pada tanggal efektif penggabungan usaha Bank Peserta Penggabungan secara hukum dibubarkan tanpa proses likuidasi dan Bank Mandiri sebagai Bank Hasil Penggabungan menerima hak dan kewajiban dari Bank Peserta Penggabungan.
4.1.7. PT. Bank Swadesi Tbk
PT. Bank Swadesi Tbk. (Bank) didirikan pada tahun 1968 berdasarkan akta No. 20 tanggal 28 September 1968 dari Njoo Sioe Liep, SH, notaris di Surabaya, dengan nama PT. Bank Pasar Swadesi. Akta pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. Y.A.5/35/8 tanggal 3 Pebruari 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 19 tanggal 5 Maret 1976, Tambahan No. 162. Anggaran Dasar Bank telah beberapa kali mengalami perubahan, yang terakhir dengan akta No. 7 tanggal 2 Desember 2008 dari Aulia Taufani, SH, notaris di Jakarta, mengenai perubahan Anggaran Dasar
(60)
Bank untuk disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan ini telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat Keputusan No. AHU-98328.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 19 Desember 2008.
Kantor pusat Bank di Jalan H. Samanhudi No. 37, Jakarta Pusat. Bank mempunyai 3 kantor cabang, 5 kantor cabang pembantu dan 5 kantor kas. Jumlah karyawan Bank pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 masing-masing 339 dan 356 karyawan.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah menjalankan/menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan yang berhubungan dengan perbankan.
4.1.8. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk atau BRI awalnya didirikan di Indonesia sebagai bank sentral berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 17 tahun 1968, BNI telah ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946 dan statusnya menjadi bank umum milik negara. Anggaran dasar BNI telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 27 tanggal 17 Desember 2003 dihadapan Notaris Fathiah Helmi, S.H. Berdasarkan pasal 3 Anggaran
(61)
Dasar BNI, ruang lingkup kegiatan BNI adalah melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan berdasarkan syariah.
Perkembangan BNI hingga akhir 2004, BNI memiliki 12 kantor wilayah yang membawahi 918 kantor cabang dan cabang pembantu domestik serta 25 kantor cabang syariah. Selain itu, jaringan BNI juga meliputi 5 kantor cabang internasional yaitu Singapura, Hongkong, Tokyo, London dan New York. Pada akhir tahun 2003, pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengakhiri program dengan International Monetary
Fund (IMF). Di tahun 2004 dan seterusnya, Pemerintah tidak akan
menerima lagi dana dan IMF ataupun tidak memiliki akses untuk penjadwalan kembali utang-utangnya melalui fasilitas Paris Club. Pemerintah telah menyiapkan jadwal program pemulihan ekonomi dan akan bertanggung jawab untuk memantau hasilnya. Peran IMF adalah untuk memberikan saran penerapan kebijakan ekonomi Pemerintah. Pemerintah akan mengambil bagian dalam konsultasi tahunan dan dalam Post-
Programme Monitoring, yakni suatu program untuk negara-negara yang
baru-baru ini mengakhiri program pemulihan ekonomi dengan IMF.
4.1.9. PT. Bank Niaga, Tbk
PT. Bank Niaga, Tbk atau Bank Niaga didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan No. 90 yang dibuat dihadapan Raden Meester Soewandi tanggal 26 September 1955 dan diubah dengan akta dari notaris yang sama No. 9 tanggal 4 November 1955 disahkan oleh Menteri
(62)
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/110/15 tanggal 1 Desember 1955 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 71 tanggal 4 September 1956, Tambahan Berita Negara No. 729/1956.
Anggaran Dasar Bank Niaga telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 32, 24, dan 28, masing-masing tanggal 23 April 2004, 13 Mei 2004 dan 23 Agustus 2004 yang dibuat dihadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LLM, Notaris di Jakarta. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Bank Niaga, ruang lingkup kegiatan Bank Niaga adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan melakukan kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip syariah. Bank Niaga mulai melakukan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 27 September 2004. Melalui “Visi Niaga 2007”, Bank Niaga bertekad untuk menjadi
sebuah lembaga keuangan terkemuka di segmen jasa ritel. Inisiatif dan arah baru Bank Niaga ini akan memberikan landasan yang lebih kokoh serta mempercepat proses perubahan dan perwujudan dari keinginan Bank Niaga untuk menjadi “Lima Besar” lembaga keuangan di Indonesia.
4.1.10. PT. Bank NISP Tbk
PT Bank OCBC NISP Tbk (“Bank” atau “Bank OCBC NISP”) (dahulu PT Bank NISP Tbk) didirikan pada tahun 1941 berdasarkan akta No. 6 tanggal 4 April 1941 dari notaris Theodoor Johan Indewey Gerlings
(63)
dengan nama NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Akta pendirian ini telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dengan No. A 42/6/9 tanggal 28 April 1941. Pada awal pendiriannya, Bank beroperasi sebagai bank tabungan. Bank memperoleh izin untuk beroperasi sebagai bank umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Keputusan No. D.15.6.2.27 tanggal 20 Juli 1967.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah melakukan kegiatan usaha di bidang perbankan sesuai dengan Undang-undang dan peraturan yang berlaku. Pada tanggal 3 Juli 2006 Bank memindahkan Kantor Pusat Bank yang semula beralamat di Jl. Gunung Sahari No. 38, Jakarta Pusat ke alamat Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 25 (Casablanca), Jakarta. Pada tanggal 31 Desember 2008, 2007 dan 2006, Bank mempunyai kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas.
4.1.11. PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk
PT. Bank Nusantara Parahyangan ("Bank") yang berdomisili di Bandung, dahulu bernama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan didirikan berdasarkan akta Notaris Komar Andasasmita, SH No. 47 tertanggal 18 Januari 1972 dan telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusan No. YA/ 11/19 tertanggal 15 Mei 1974. Dalam Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham yang telah diaktakan dalam Akta Notaris Albertus Sutjipto Budihardjoputro, SH. No. 27 tanggal 10 Maret 1989, para pemegang saham memutuskan untuk
(64)
mengubah status Bank dari Bank Pasar menjadi Bank Umum, dimana akta perubahan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusannya No. C2-4155. Ht.01.04-Th 1989 tanggal 2 Mei 1989. Peningkatan status Bank ini juga telah disetujui oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No.748/KMK,013/1989 tanggal 3 Juli 1989.
Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27/54/KEP/DIR tanggal 5 Agustus 1994, Bank Indonesia telah menyetujui untuk meningkatkan status Bank menjadi Bank. Sesuai dengan pasal 2 anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah menjalankan kegiatan umum perbankan. Kantor pusat Bank beralamat di Jalan. Ir. H. Juanda No. 95 Bandung. Pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007, jumlah seluruh kantor di Indonesia.
4.1.12. PT. Bank Pan Indonesia, Tbk
PT. Bank Pan Indonesia atau Bank Panin didirikan dengan akta No. 85 tanggal 17 Agustus 1971 dihadapan notaris Juliaan Nimrod Siregar gelar Mangaradja, S.H. dan disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. J.A.5/81/24 tanggal 19 April 1972 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 45 tanggal 6 Juni 1972 Tambahan No. 210. Anggaran Dasar Bank Panin telah mengalami perubahan beberapa kali, yang terakhir dengan akta No. 10 tanggal 10 September 1999 dari Fathiah Helmi, S.H.
(65)
Sesuai dengan pasal 2 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah menjalankan usaha-usaha bank umum dalam arti kata seluas-luasnya di dalam maupun di luar negeri. Bank mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 18 Agustus 1971, sesuai dengan izin usaha yang diberikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. KEP-205/DDK/II/8/1971 tanggal 18 Agustus 1971. sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 5/2-Kep.Dir. tanggal 21 April 1972, Bank telah mendapat persetujuan menjadi bank devisa.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Pengendalian Biaya (X1)
Pengendalian biaya (X1) adalah biaya-biaya yang pengeluarannya bisa
diawasi dan diatur (dikendalikan) oleh pimpinan pusat pertanggung jawaban serta kebijakan pimpinan pusat pertanggungjawaban mempengaruhi biaya tersebut.
Pada penelitian ini, pengendalian biaya diukur dengan BOPO, dimana data pengendalian biaya (BOPO) pada perusahaan yang go public di BEI tahun 2004 sampai dengan 2008 adalah sebagai berikut :
(66)
Tabel 4.1: Data Pengendalian Biaya (BOPO) (X1) Pada Perusahaan Yang
Go Public Di BEI Tahun 2004 Sampai Tahun 2008
Tahun (%)
No Nama Perbankan
2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
68,86 70,83 74,38 69,85 72,75 71,33
2. PT. Bank Central Asia Tbk 66,16 67,50 68,99 66,98 66,92 67,31
3. PT. Bank Victoria International Tbk
88,75 87,91 86,47 85,34 91,85 88,06
4. PT. Bank Kesawan Tbk 97,99 98,15 98,29 101,14 108,22 100,76
5. PT. Bank Mayapada International Tbk
81,27 92,65 88,99 88,46 90,63 88,40
6. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
67,67 94,94 90,65 77,25 75,23 81,15
7. PT. Bank Swadesi Tbk 78,32 82,23 90,22 89,52 77,32 83,52
8. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
79,07 85,10 85,08 93,33 90,71 86,16
9. PT. Bank Niaga Tbk 79,30 82,38 78,55 77,66 88,47 81,27
10. PT. Bank NISP Tbk 76,52 86,10 87,99 88,19 86,12 84,99
11 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk
79,70 83,16 68,17 65,55 65,97 72,51
12 PT. Bank Pan Indonesia Tbk 57,22 77,65 77,16 72,56 84,36 73,79
Sumber : Lampiran 1
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tahun 2004 PT. Bank Kesawan, Tbk memiliki pengendalian biaya tertinggi yaitu sebesar 97,99% sedangkan PT. Bank Pan Indonesia, Tbk memiliki pengendalian biaya terendah yaitu sebesar 57,22%. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Kesawan, Tbk dikategorikan sebagai bank yang tidak sehat dan tidak efisiensi, karena nilai BOPO yang dihasilkan melebihi dari ketentuan BI yaitu 94%-96%.
Pada Tahun 2005 PT. Bank Kesawan, Tbk memiliki pengendalian biaya tertinggi yaitu sebesar 98,15% sedangkan PT. Bank Central Asia, Tbk memiliki pengendalian biaya terendah yaitu sebesar 67,5%. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Kesawan, Tbk dikategorikan sebagai bank yang tidak sehat dan tidak efisiensi, karena nilai BOPO yang dihasilkan melebihi dari ketentuan BI yaitu 94%-96%.
(67)
Tahun 2006 PT. Bank Kesawan, Tbk memiliki pengendalian biaya tertinggi yaitu sebesar 98,29% sedangkan PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk memiliki pengendalian biaya terendah yaitu sebesar 68,17%. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Kesawan, Tbk dikategorikan sebagai bank yang tidak sehat dan tidak efisiensi, karena nilai BOPO yang dihasilkan melebihi dari ketentuan BI yaitu 94%-96%.
Pengendalian biaya tertinggi tahun 2007 dimiliki oleh PT. Bank Kesawan, Tbk yaitu sebesar 101,14% sedangkan pengendalian biaya terendah dimiliki oleh PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk yaitu sebesar 65,55%. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Kesawan, Tbk dikategorikan sebagai bank yang tidak sehat dan tidak efisiensi, karena nilai BOPO yang dihasilkan melebihi dari ketentuan BI yaitu 94%-96%.
Pengendalian biaya tertinggi tahun 2008 dimiliki oleh PT. Bank Kesawan, Tbk yaitu sebesar 108,22% sedangkan pengendalian biaya terendah dimiliki oleh PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk yaitu sebesar 65,97%. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Kesawan, Tbk dikategorikan sebagai bank yang tidak sehat dan tidak efisiensi, karena nilai BOPO yang dihasilkan melebihi dari ketentuan BI yaitu 94%-96%.
Dari penjelasan tersebut menjelaskan bahwa PT. Bank Kesawan, Tbk selama lima tahun yaitu mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dikategorikan sebagai bank yang tidak sehat dan tidak efisien, karena bank tersebut memiliki nilai BOPO lebih dari 96%.
Berdasarkan rata-rata variabel pengendalian biaya (BOPO) ternyata nilai tertinggi adalah PT. Bank Kesawan Tbk dengan nilai sebesar 100,76%
(68)
sedangkan nilai terendah adalah PT. Bank Central Asia Tbk dengan nilai sebesar 67,31%.
4.2.2. Modal Kerja (X2)
Modal kerja (X2) adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh
perusahan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Berikut ini data modal kerja pada perusahaan yang go public di BEI tahun 2004 sampai dengan 2008:
Tabel 4.2: Data Modal Kerja (X2) Pada Perusahaan Yang Go Public Di
BEI Tahun 2004 Sampai Tahun 2008
Tahun (Rp)
No Nama
Perbankan
2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
81.422.041 101.035.813 131.042.224 178.394.734 222.084.798 142.795.922
2. PT. Bank Central Asia Tbk
98.432.255 101.444.613 123.079.540 166.368.739 200.156.969 137.896.423 3. PT. Bank Victoria
International Tbk
1.877.778.494 1.968.542.934 2.811.582.097 4.984.737.525 4.935.033.555 3.315.534.921 4. PT. Bank
Kesawan Tbk
1.140.339.111.069 1.419.779.991.487 1.844.632.465.095 2.024.775.316.034 2.081.940.247.973 1.762.293.426.332 5. PT. Bank
Mayapada International Tbk
1.959.474.112 2.553.776.404 3.116.072.831 4.002.229.962 5.012.859.072 3.328.882.476
6. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
140.372.582 160.892.442 165.556.947 215.400.956 254.274.488 187.299.483 7. PT. Bank Swadesi
Tbk
817.669.538.508 903.060.588.130 965.098.091.645 1.164.354.040.094 1.359.613.623.101 1.041.959.176.296 8. PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk
91.458.181 102.225.869 117.283.598 136.118.333 156.166.013 120.650.399
9. PT. Bank Niaga Tbk
28.583.843 39.450.163 68.245.398 82.170.917 89.257.289 61.541.522 10. PT. Bank NISP
Tbk
17.113.776 19.356.661 23.192.530 27.538.695 32.713.249 23.982.982
11 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk
2.284.019.833.334 2.791.473.593.894 3.196.194.598 3.624.034.800 3.549.528.148 1.017.172.636.955
12 PT. Bank Pan Indonesia Tbk
20.919.256 33.071.726 35.769.599 47.181.275 59.480.588 39.284.489
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa tahun 2004 PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk memiliki modal kerja tertinggi yaitu sebesar Rp 2.284.019.833.334,- sedangkan PT. Bank NISP, Tbk memiliki modal kerja terendah yaitu sebesar Rp 17.113.776,-.
(69)
Tahun 2005 PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk memiliki modal kerja tertinggi yaitu sebesar Rp 2.791.473.593.894,- sedangkan PT. Bank NISP, Tbk memiliki modal kerja terendah yaitu sebesar Rp 19.356.661,-. Modal kerja tertinggi tahun 2006 sampai dengan 2008 dimiliki oleh
PT. Bank Kesawan, Tbk dan model kerja tersebut cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, diman modal kerja tahun 2006 sebesar Rp. 1.844.632.465.095 meningkat menjadi Rp.2.081.940.247.973,- di tahun 2008.
Modal kerja terendah tahun 2006 sampai dengan 2008 dimiliki oleh PT. Bank NISP, Tbk dan model kerja tersebut cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, diman modal kerja tahun 2006 sebesar Rp. 23.192.530 meningkat menjadi Rp.32.713.249 di tahun 2008.
Berdasarkan rata-rata variabel modal kerja ternyata nilai tertinggi adalah PT. Bank Kesawan Tbk dengan nilai sebesar Rp 1.762.293.426.332,- sedangkan nilai terendah adalah PT. NISP Tbk dengan nilai sebesar Rp 23.982.982,-.
4.2.3. Profitabilitas (Y)
Profitabilitas yaitu merupakan keuntungan atau profit yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. Pada penelitian ini, profitabilitas diukur dengan ROA, dimana data profitabilitas pada perusahaan yang go public di BEI tahun 2004 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
(1)
Tabel 4.11: Rangkuman Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu No Peneliti Obyek Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Purbo Kusumar dani (2007) KPRI Kota Semarang Tahun 2005 Efisiensi Pengendalian Biaya, Tingkat Perputaran Modal Kerja, Rentabilitas Ekonomi
1. Berdasarkan analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa secara simultan efisiensi pengendalian biaya dan tingkat perputaran modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi. Besarnya pengaruh tersebut yaitu sebesar 21,7%, dan sisanya 78,3%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. 2. Efisiensi pengendalian
biaya dan tingkat perputaran modal kerja juga berpengaruh secara parsial terhadap rentabilitas ekonomi. Efisiensi pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi sebesar 16,9% dan besarnya pengaruh tingkat perputaran modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi 14,5 %.
2 Rani – Agung (2009)
PT. BPR Siliwangi Tasikmalaya
Modal kerja, kredit yang disalurkan, rentabilitas
Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien jalur pengaruh variabel X1 (modal kerja) dengan variabel X2 (kredit yang diberikan) adalah sebesar 0,983, variabel X1 (modal kerja) terhadap Y (rentabilitas) adalah sebesar 0,116, dan variabel X2 (kredit yang diberikan) terhadap Y (rentabilitas) adalah sebesar 0,883. Dengan faktor residu atau faktor lain yang tidak diteliti tetapi berpengaruh terhadap rentabilitas adalah
(2)
71
Lanjutan Tabel 4.11: Rangkuman Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu
Sumber : Peneliti
No. Peneliti Obyek Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian sebesar 0,408 faktor lain yang dapat mempengaruhi
rentabilitas adalah pengaruh dari kebijakan manajemen internal dalam segmentasi pasar, kebijakan moneter yang ditetapkan pemerintah, tingkat inflasi, tingkat suku bunga bank, dan kebijakan bank 3 Tri Siswantini (2006) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta CTO (perputaran kas), RTO (perputaran piutang), ITO (perputaran persediaan), profitabilitas
1. CTO (perputaran kas) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas 2. RTO (perputaran piutang)
berpengaruh positif terhadap profitabilias 3. ITO (perputaran
persediaan) berpengaruh positif terhadap profitabilitas 4 Wheni Yuliana (2010) Perusahaan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia
Pengendalian biaya, modal kerja, profitabilitas
Pengendalian biaya dan modal kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dilihat dari hasil uji F. Sedangkan hasil uji t menunjukkan bahwa pengendalian biaya secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas, dan modal kerja secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
4.5.3. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang digunakan adalah perusahaan di sektor perbankan yang
go publik dan terdaftar aktif di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 sebanyak 12 perusahaan.
(3)
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan variabel pengendalian biaya, modal kerja dan proftabilitas, dan berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan :
1. Bahwa variabel pengendalian biaya berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas, teruji kebenarannya. Hal ini karena rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional semakin rendah BOPO semakin efisien bank tersebut dalam menekan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
2. Sedangkan variabel modal kerja berpengaruh secara tidak signifikan terhadap profitabilitas, tidak teruji kebenarannya. Hal ini berarti modal kerja tidak memberikan sumbangan yang nyata terhadap profitabilitas disebabkan oleh masalah resiko kredit yang menimbulkan naiknya pembiayaan bermasalah serta menurunnya jumlah DPK karena adanya perpindahan DPK perbankan ke produk reksa dana.
(4)
73
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, beberapa saran yang dapat diajukan adalah :
1. Bagi manajemen bank, meningkatkan laba usahanya dengan meningkatkan pendapatan operasional, melakukan efisiensi terhadap beban-beban operasionalnya dan tetap memegang prinsip kehatian-hatian (prudent approach) dalam penyaluran dana pembiayaannya karena melalui prinsip tersebut dana yang dikeluarkan melalui pembiayaan tersebut dapat tepat sasaran, return yang diperoleh sebanding dengan pembiayaan yang disalurkan dan tidak mengalami resiko pembiayaan yang tinggi.
2. Bagi penelitian yang akan datang, hendaknya memperpanjang periode pengamatan dan memperluas jangkauan populasi.
(5)
Algifari. 2000. Analisis Teori Regresi : Teori Kasus dan Solusi. Yogyakarta: BPFE. Ghozali,Imam . 2001. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Universitas Diponegoro:Semarang
Gitosudarmo, Indriyo.2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta :BPFE
Gujarati, Damodar N. 1999. Basic Econometrics. Third Edition. McGraw-Hill International Editions. America:New York.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan:Penerbit Salemba Empat
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan
Aplikasi. Penerbit BPFE: Yoyakarta.
Mowen &Hansen.2004. ManajemenAccounting.Jakarta : Salemba Empat Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Bagian Peneliti STIE Munawir, S, 2002 Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Rich, M Sutrisno, Kusriyanto.1994. Teknik Mengendalikan Biaya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo
Riyanto,Bambang.2001.Dasar-dasarPembelanjaaPerusahaan.Yogyakarta: BPFE Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumarsono, 2004. Metode penelitian akuntansi, fakultas ekonomi universitas pembnagunan nasional “veteran” jawa timur.
Supriyono. 1996. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendaliam Biaya Serta
(6)
Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sartono, Agus, R. Drs, MBA. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Websita: www.bi.go.id. Peraturan Bank Indonesi Nomor:6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Jurnal
Siswantini, Tri. 2006, “Analisis pengelolaan Modal Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Profitabitas pada perusahaan manufaktur di bursa efek Jakarta”, jurnal akuntansi vol 4 no.2 hal 45-60
Rahman, Rani. 2009, “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Kredit yang Serta Dampaknya Terhadap Rentabilitas Perusahaan”, jurnal akuntansi vol 4 no 1
Skripsi
Kusumardani, purbo. 2007, “Pengaruh Efisiensi Pengendalian Biaya dan Tingkat perputaran Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada KPRI Kota Semarang Tahun 2005”