ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TES URAIAN TERSTRUKTUR DAN TES URAIAN BEBAS PADA MATERI KELISTRIKAN.

(1)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TES URAIAN TERSTRUKTUR DAN

TES URAIAN BEBAS PADA MATERI KELISTRIKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh:

RESTIANA YUNI PERTIWI 0800269

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Analisis Kemampuan Representasi

Siswa dalam Menyelesaikan

Masalah Tes Uraian Terstruktur dan

Tes Uraian Bebas pada Materi

Kelistrikan

Oleh


(3)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Restiana Yuni Pertiwi2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013


(4)

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis. RESTIANA YUNI

PERTIWI

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TES URAIAN TERSTRUKTUR DAN

TES URAIAN BEBAS PADA MATERI KELISTRIKAN

Disetujuidandisahkanoleh : Pembimbing I

Drs. Hikmat, M.Si. NIP. 196204061989031001

Pembimbing II

Achmad Samsudin, S.Pd., M.Pd. NIP. 198310072008121004

Mengetahui,

KetuaJurusanPendidikanFisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001


(5)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

ANALYSIS OF STUDENTS’ REPRESENTATION ABILITY IN SOLVING

STRUCTURED ESSAY TEST AND FREE ESSAY TEST IN ELECTRICITY MATERY

Restiana Yuni Pertiwi NIM. 0800269

1st Advisor: Drs. Hikmat, M.Si.

2nd Advisor: Achmad Samsudin, S.Pd., M.Pd. Physics Education Major, FPMIPA UPI

ABSTRACT

One of the reason of occurance students difficulty in solving physics problem is because physics demands the students in mastery different representations simultanously. Assembling of representation in physics learning process is usually used in evaluation form. In evaluation process, the test used to measure students’ representation ability is structured essay test and free essay test. The purpose of this research is to know the form of essay test that can show students’ represenatation ability. Research method used in this research is descriptive method. These subjects research consist of 30 students which are divided into two groups that consist of 15 students of each. Taking data is done by using two forms of test, the first group did structured essay testmeanwhile the second group did free essay test in electricity matery. According to the data analysis, the research result shows that the students have higher representation in the strructured essay test than free essay test in the electricity matery. According to the result of the representation ability test in structured essay test, the precentage of verbal representation average is 54.28%, picture representation 51.55%, mathematics representation 29.44%, and graphic representation 23.33%. Besides that, the form of representation that frequently used by students in solving the problem in the matery of electricity is verbal, whereas graphic representation is slightly used. According to the questionnaire and interview said that the structured essay test can help students in solving the problem. Therefore, it is concluded that structured essay test can be used to know students’ representation ability.


(6)

vii DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 9

A.Kemampuan Representasi ...9

B.Tes Uraian ...15

C.Tes Uraian Terstruktur ...18

D.Tes Uraian Bebas ...20

E. Deskripsi Materi Listrik ...11

BAB III METODEPENELITIAN ... 27

A.MetodePenelitian ... 27

B.Subjek Penelitian ... 28

C.Teknik Pengumpulan Data ... 28

D.Prosedur dan Alur Penelitian ... 30

E. Teknik Analisis Uji Instrumen Penelitian ... 32

F. Teknik Pengolahan Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A.Pelaksanaan Penelitian ... 38

B.Perbandingan Kemampuan Representasi Siswa ... 38

C.Tanggapan Siswa ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 47

A.Kesimpulan ... 47

B.Rekomendasi ... 48


(7)

viii

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

A.Instrumen Studi Pendahuluan ... 51

B.Soal dan Analisis Tes Uji Coba ... 54

C.Instrumen Penelitian ... 94

D.Analisis Data Hasil Penelitian ... 134

E. Dokumen Penelitian ... 142 RIWAYAT HIDUP


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Fisika memiliki tradisi panjang sebagai mata pelajaran sekolah yang dianggap sulit, Anggell (Ulfarina,2011). Berbagai pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran digunakan guru untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika. Tetapi paradigma siswa yang menganggap sulit fisika membuat siswa sulit memahami konsep-konsep fisika. Sifatfisika yang menyebabkansulitantaralain :

1. Harlen (Mahardika, 2011) mengemukakan fisika merupakan ilmu yang berhakekat pada proses dan produk, artinya dalam belajar fisika tidak cukup hanya mempelajari produknya saja tetapi perlu menguasai proses memperoleh produk tersebut.

2. Produkfisikacenderungbersifatabstrakdandalambentukpengetahuanf isiksertalogikamatematik,

jadibakatindividucukupberpengaruhdalampenguasaanya, Dahar (Mahardika,2011).

Selainitujugaalasanlainnya yang

membuatfisikadikatakansebagaipelajaranyang sulit Menurut Angell (Ulfarina,2011)karenafisikamenuntut siswa untukmenguasairepresentasi yangberbeda (grafik, konseptual, rumus, dan gambar/diagram)


(9)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

kemampuanbekerja,

kemampuanbersikapilmiahdankemampuanmemecahkanmasalah,

sehinggasiswadiharapkanmemilikiketerampilanuntukmerepresentasisuatui nformasidenganbanyakcara (Etkina, 2006).

Berdasarkanhasilstudipendahuluan yang dilakukandi

salahsatusekolahdi Kota Bandung, yaitudengan

menggunakanangketresponssiswa, wawancaradengan

guru,danpengamatansecaralangsung.Ketika melakukan pengamatan secara langsung yang terlihat dalammenjawabpertanyaan yang diberikanoleh guru,siswacenderungberorientasipadajawabanakhirdantidakbegitumemper

hatikan proses

ataulangkah-langkahdalammenyelesaikanpertanyaantersebut.

Menurut hasil wawancara dengan guru, rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika disekolah tersebut bisa dilihat dari nilai siswa, yaitu20% yang berada diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), 80% siswa lainnya masih dibawah KKM. Kemudian para siswa dapat mengerjakan pertanyaan UTS/UAS apabila pertanyaan yang diberikan tidak jauh berbeda dengan contoh yang sudah diberikan oleh guru. Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah ceramah. Metode lain seperti eksperimen atau demonstrasi masih jarang dilakukan dikarenakan keterbatasan alat atau sarana di sekolah. Seringnya metode pembelajaran dengan menggunakan ceramah membuat siswa hanya fokus pada satu representasi saja, yaitu representasi verbal.


(10)

3

Sedangkan representasi yang lainnya tidak dilatihkan oleh guru pada saat pembelajaran.

Respon siswa dari 36 siswa hanya 13 orang yang menyukai fisika, sedangkan yang lainnya kadang–kadang bahkan tidak suka akan fisika. Hal ini pun bisa diakibatkan paradigma siswa yang menganggap fisika sebagai pelajaran yang sulit. Angket yang disebar kesemua siswa dikelas tersebut menyatakan, siswa sering kali lupa rumus ketika kesulitan mengerjakan soal fisika, dan juga soal-soal nya yang kadang berbelit-belit.

Berdasarkan data tersebutdiperlukanstrategikhusus agar siswadapatmemahamikonsep-konsepfisikadandapatmenyelesaikansoal-soalfisikadenganbaik pula.Pemecahanmasalahmerupakanbagian integral daripembelajaranfisika,dan denganpemahaman yang baikterhadapkonsep-konsepdanprinsip-prinsipfisika,

keterampilansiswadalammemecahkanmasalah-masalahfisikaakansemakinbaik. Untukmemahamikonsep-

konsepfisikasiswaperluterampildalammerepresentasikankonsep-konseptersebutdalambanyakcara. Kemampuanrepresentasi yang baikakanmempermudahsiswadalammenyelesaikanmasalah-masalahfisika yang dihadapi.

Keterampilan siswa menggunakan representasi adalah hal yang penting untuk diketahui, karena dapat menjadi evaluasi terhadap kinerja guru dan juga ketika membuat pertanyaan UTS/UAS. Dari hasil evaluasi tersebut seorang guru dapat merencanakan pertanyaan-pertanyaan yang


(11)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

tepat. Seorang guru dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang lebih bervariasi untuk menggali pemahaman siswa.

Soal-soal yang

diberikankepadasiswalebihbanyakdenganmenggunakanmatematik.Hasilny amemangsiswacenderungmudahdalammenyelesaikansoal yang

berhubungandenganpersamaan-persamaanmatematiksehinggasiswaterjebakpadakebiasaanmenghafalrumus -rumusfisikadaripadamemahamimaknanyasecarafisis.MenurutDabutar (soesanto,2009),seseorang yang membacateks yang disertaigambar, aktivitas yang dilakukannyaadalahmemilihinformasi yang relevandariteks, membentukrepresentasiproporsionalberdasarkantekstersebut,

dankemudianmengorganisasiinformasi verbal yang diperolehkedalam mental model verbal.

Waldrip(Soesanto, 2009) menyatakan bahwa

pemberiansoal-soallatihanatauujiandantugas yang

tergolongsulitdapatmeningkatkankemampuanrepresentasisiswa,

karenadalamsoal yang

tergolongsulittersebutsiswadituntutuntukmengerahkansemuakemampuan yang dimilikinya, sehinggasiswadapatmenyelesaikansoal-soalfisikadengansukses,

sehinggahasilbelajarsiswadapatmengalamipeningkatan.Dalamhalkemampu anpenyelesaiansoal-soalfisikamenurut Novak (Wanhar, 2000),


(12)

menyatakanbahwapenyelesaiansoal-5

soalfisikapentinguntukmenuntunsiswasepertipengetahuan yang

abstrak.Semakinmengertipengetahuan yang

abstrakdanketerkaitannya,siswaakanmampuberpikirdanmenyelesaikansoal

–soalfisikadalamwaktu yang relatifsingkat.

Olehkarenanyadalampenyelesaiansoal–soal guru

memberikeleluasaanberpikirbagisiswaseluas–

luasnyadanmengarahkansiswa agar dapatmenyelesaikansoal-soalfisika dengan berbagai representasi.

Penggunaan representasi pada fisika dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu dalam proses belajar mengajar dan dalam proses evaluasi. Dalam proses evaluasi dapat digunakan tes yang tujuannya untuk mengetahui kemampuan memecahkan masalah. Agar siswa dapat mengemukakan pendapat nya secara rinci, sehingga digunakan tes uraian.

Berdasarkanuraian

diatasmakapenelitibermaksuduntukmengajukanpenelitianuntukmeningkatk

anhasilbelajarsiswa yang

berjudul“AnalisisKemampuanRepresentasiSiswadalamMemecahkanMasal ahTes Uraian Bebas dan Tes Uraian TerstrukturPadaMateriKelistrikan”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkanlatarbelakang yang dikemukan diatas, maka yang menjadirumusanmasalah yang hendakdibahasadalah


(13)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

:“Bagaimanakahkemampuanrepresentasi siswadalam menjawabtes uraian bebas dan tes uraian terstruktur pada meteri kelistrikan?”

Untukmempermudahpengkajiansecarasistematisterhadappermasala han yang akanditeliti, makarumusanmasalahtersebutdirincisebagaiberikut : 1. Bagaimana perbandingan kemampuan representasi siswa dalam

menjawab tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas pada materi listrik?

2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap soal uraian terstruktur dan soal uraian bebas?

C. BatasanMasalah

Untukmenghindarimeluasnyapermasalahan yang akandikajidalampenelitianini, makabatasan masalah pada penelitian ini

adalah

kemampuansiswadalammenyelesaikansoal-soalfisikadalamaspekkemampuan representasiverbal, matematis, gambar, dan grafik.

D. TujuanPenelitian

Adapuntujuandaripenelitianinisebagaiberikut :

1. Menganalisis perbandingan kemampuan representasi siswa pada tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas pada materi listrik.

2. Mengetahui tanggapan siswa terhadap tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas pada materi listrik.


(14)

7

E. ManfaatPenelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberi gambaran kemampuan representasi siswa dalam memecahkan masalah sehingga pada waktu mendatang dapat dikembangkan suatu strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan representasi, serta untuk mengetahui pengaruh jenis soal dengan kemampuan representasi siswa dalam menjawab soal sehingga penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran ketika memberikan soal latihan atau tes.

F. DefinisiOperasional

1. Kemampuan Representasi

Representasimerupakansesuatu yang mewakili, menggambarkanataumenyimbolkanobjekdan/atau proses. Kemampuanrepresentasiinidiukurmelaluites yang berbentukuraian, yaitu tes uraian terstruktur dan tes uraian bebasdenganpenilaian yang mengacupadarubrikmultiple

waysuntukmengukurtingkatrepresentasisiswadalampenyelesaianmasala h yang dikembangkanolehRosengrant (2007), dengan skor dari 0-3.Dalam penelitian ini yang akan diukur yaitu jenis representasi berupa gambar, verbal, grafik dan matematik.


(15)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Bentuk soal uraian bebas pada prinsipnya sama dengan soal uraian terstruktur yang memiliki batasan dalam segi materi dan jawabannya namun berbeda dalam bentuk format soal yaitu soal uraian bebas tidak disertai subsoal dalam penyajiannya. Dalam penelitian ini yang akan diukur adalah tinggi rendah nya jenis representasi yang digunakan siswa dalam menjawab tes uraian bebas. Adapun alat untuk mengetahui nya yaitu dengan melalui tes dan menggunakan rubrik mutple ways.

3. Tes Uraian Terstruktur

Menurut Nitko (Manurung, 2011) mengatakan bahwa Tes uraian terstruktur adalah cara penyusunan soal yang mengharuskan siswa membatasi isi dan bentuk jawaban.Pada tes uraian terstruktur siswa diberi arahan pertanyaan. Dengan penstrukturan pertanyaan tes, maka batasan jawabannya pun sudah dapat ditetapkan terlebih dahulu pada waktu menyusun pertanyaannya. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan representasi siswa dalam menjawab soal. Jenis representasi yang akan diukur yaitu gambar, grafik, verbal dan matematik. Alat yang digunakan untuk mengetahui kemampuan representasi ini yaitu melalui tes dan dianalisis menggunakan rubrik multiple ways.


(16)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Kemampuan Representasi

Prain dan Waldrip (Ulfarina, 2011) mengemukakan bahwa representasi berarti mempresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya verbal, gambar dan grafik. Menurut Jones dan Knuth (Hudiono, 2005), representasi adalah sebuah model atau bentuk alternatif dari situasi masalah atau aspek dari situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi. Sebagai contoh, masalah dapat direpresentasikan melalui objek–objek, gambar–gambar, kata–kata, atau simbol–simbol fisika.

Menurut Rosengrant, Etkina, dan Heuvelen (Ulfarina, 2011) representasi juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan objek dan atau proses. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa multi representasi adalah suatu cara menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan bentuk.

Multirepresentasi memiliki tiga fungsi utama sebagai pelengkap, pembatas interprestasi, dan pembangun pemahaman, (Ainsworth,1999). 1. Multirepresentasi digunakan untuk memberikan representasi yang berisi

informasi pelengkap atau membantu melengkapi proses kognitif dalam memecahkan soal fisika. Selain itu juga penjelasan secara verbal melalui teks akan menjadi lebih mudah dipahami ketika dilengkapi gambar atau


(17)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

grafik yang relevan dengan informasi yang diberikan. Multi representasi berfungsi untuk menyampaikan informasi dalam bentuk yang berbeda dan digunakan untuk melengkapi suatu representasi yang tidak mencukupi untuk menyampaikan informasi atau mungkin terlalu sulit bagi siswa untuk mengartikan representasi tersebut.

2. Satu representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterprestasi dalam menggunakan representasi yang lain. Hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan representasi yang biasa dikenal untuk mendukung interpretasi dari representasi yang kurang biasa dikenal atau lebih abstrak dan menggali sifat-sifat inheren satu representasi untuk membatasi interpretasi representasi kedua.

3. Multirepresentasi dapat digunakan untuk mendorong siswa membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam. Multirepresentasi dapat digunakan untuk meningkatkan abstraksi, membantu generalisasi dan membangun hubungan antar representasi. Meningkatkan abstraksi yaitu dengan menyediakan beragam representasi sehingga siswa dapat mengkontruksi pemahaman mereka sendiri. Multirepresentasi untuk membantu generalisasi antara lain menggunakan berbagai bentuk representasi untuk menyediakan informasi dalam memecahkan soal dan merepresentasikan konsep yang sama dengan menggunakan representasi


(18)

11

yang berbeda. Dan membangun hubungan antar representasi digunakan untuk meningkatkan abstraksi dan membantu generalisasi.

Ketiga fungsi utama tersebut dapat dibagi dalam bagian yang lebih rinci pada Gambar2.1!


(19)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Multirepresentasi berfungsi juga untuk menggali perbedaan–perbedaan dalam suatu informasi yang dinyatakan oleh masing–masing representasi. Pada setiap kasus terdapat dua sub-bagian pada kategori ini:

a. Dimana setiap representasi menyimbolkan aspek–aspek yang unik dari suatu konsep yang menyajikan informasi yang berbeda.

b. Dimana terdapat tingkat informasi yang berlebihan dibagi oleh dua informasi yang sama–sama unik.

Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan multi representasi : 1. Multi kecerdasan (multiple intellegences)

Menurut teori multi kecerdasan orang dapat memiliki kecerdasan yang berbeda–beda. Oleh karena itu siswa belajar dengan cara yang berbeda– beda sesuai dengan jenis kecerdasannya. Representasi yang berbeda–beda memberikan kesempatan belajar yang optimal bagi setiap jenis kecerdasan. 2. Visualisasi bagi otak

Kuantitas dan konsep–konsep bersifat fisik seringkali dapat divisualisasi dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi konkret.

3. Membantu mengonstruksi representasi tipe lain

Beberapa representasi konkret membantu dalam mengonstruksi representasi yang lebih abstrak.


(20)

13

Penalaran kualitatif sering terbantu dengan menggunakan representasi yang konkret.

5. Representasi matematik yang abstrak digunakan untuk penalaran kualitatif dimana representasi matematik dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif terhadap soal.

Pembelajaran fisika menggunakan representasi dapat dilakukan dalam dua bentuk, bentuk pertama adalah proses pembelajaran dan bentuk kedua adalah assesmen.

Penilaian hasil belajar menggunakan representasi dapat digunakan dalam tes formatif maupun tes sumatif. Pada masing-masing jenis tes, penggunaan multirepresentasi dapat menggunakan beberapa bentuk (Rosengrant, 2007), yaitu :

1. Tes Formatif

a. Memberikan satu representasi, meminta membuat representasi lain yang setara.

b. Memberikan dua atau lebih representasi, meminta siswa menguji kesetaraan representasi itu.

c. Memberikan satu representasi, memilih siswa representasi kedua yang setara dari pilihan ganda yang tersedia.


(21)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

2. Tes Sumatif; Representasi ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam tes konvensional dengan menggunakan metode pada tes formatif.

Dalam fisika ada beberapa format representasi yang dapat dimunculkan, Waldrip (Mahardika, 2011) mengatakan bahwa penyajian representasi dapat dikelompokkan secara khusus seperti gambar, model tabel,grafik dan diagram.

a. Format verbal, untuk memberikan definisi dari suatu konsep, verbal adalah suatu cara yang tepat untuk digunakan.

b. Format matematik, untuk menyelesaikan persoalan kuantitatif, representasi matematik sangat diperlukan. Namun penggunaan representasi matematik ini akan banyak ditentukan keberhasilannya oleh penggunaan representasi kualitatif yang baik, pada proses tersebutlah tampak bahwa siswa tidak seharusnya menghapalkan semua rumus-rumus matematik.

c. Gambar, suatu konsep akan menjadi jelas ketika dapat direpresentasikan dalam bentuk gambar. Gambar dapat membantu memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat abstrak.

d. Format grafik, penjelasan yang panjang terhadap suatu konsep dapat direpresentasikan dalam suatu grafik. Oleh karena itu kemampuan dalam membuat dan membacagrafik adalah suatu keterampilan yang sangat diperlukan.


(22)

15

Penelitian mengenai representasi dalam kaitannya dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah fisika telah dilakukan diantaranya oleh :

1. Heuvelen & Xueli (Yusuf, 2009) meneliti pendekatan multirepresentasi pada topik usaha-energi dan menyimpulkan bahwa pendekatan tersebut membantu siswa dalam memahami konsep usaha-energi.

2. Harper (Yusuf, 2009) menyoroti perbedaan perilaku siswa yang terampil dengan siswa yang kurang terampil dalam memecahkan masalah fisika. Siswa yang terampil memandang pemecahan masalah sebagai suatu proses, sementara siswa yang kurang terampil berpikir bahwa pemecahan masalah merupakan tugas mengingat kembali. Siswa yang terampil menggunakan representasi non-matematik seperti grafik, bagan, dan diagram secara luas sementara siswa yang kurang terampil cenderung kurang menggunakan representasi non matematik.

B. Tes Uraian

Secara umum tes dapat diartikan sebagai alat untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti. Anastasi (Azwar,1987) mengatakan bahwa tes merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku. Tes Uraian adalah tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau


(23)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

uraian kata-kata (Arikunto, 2011:162). Tes uraian menuntut siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan kata lain tes uraian ini menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.Brown, (Azwar,1987) mengemukakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematik guna mengukur sampel prilaku seseorang. Menurut Johnson (Subroto,1997) mengatakan sebagai suatu bentuk pertanyaan atau pengukuran yang digunakan untuk menilai pengetahuan dan kemampuan fisik.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengkuran dan penilaian dalam pendidikan. Tes berbentuk pemberian tugas, baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, sehingga dapat diperoleh suatu nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi.

Menurut Popham (Manurung,2011), terdapat dua bentuk tes yaitu : (1) tes dengan jawaban memilih dalam bentuk tes jawaban Benar-Salah, tes pilihan ganda, dan (2) tes dengan jawaban terstruktur dalam bentuk tes jawaban singkat dan tes uraian. Tes Uraian adalah instrumen yang dipakai sebagai alat ukurnya. Menurut Gronlound & Linn (Manurung,2011) mengemukakan bahwa, ciri utama tes uraian adalah memberi kesempatan


(24)

17

kepada siswa untuk memilih, mengorganisir dan menyajikan jawaban dalam bentuk uraian. Kelebihan tes uraian adalah kemampuannya dalam mengukur tingkat berpikir yang lebih tinggi dan bias mengembangkan sikap dalam memecahkan masalah.Seperti yang dikemukakan Hasan (Sudirman,2005), bahwa “dalam menjawab tes uraian, siswa lebih dibatasi oleh berbagai rambu-rambu yang ditentukan dalam butir soal. Keterbatasan itu meliputi formal, isi dan ruang lingkup jawaban”.

Jenjang kemampuan yang dapat diukur oleh variasi tes uraian menurut joesmani (Sudirman, 2005), bahwa tes uraian dengan pertanyaan respon terbatas bertujuan untuk :

1. Menjelaskan hubungan sebab akibat

2. Mendeskripsikan penerangan prinsip-prinsip 3. Menyajikan argumentasi yang relevan 4. Memformulasikan kesimplan yang valid 5. Menyatakan asumsi-asumsi yang relevan.

Soal uraian harus lebih menekankan pada aspek pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi bukan pada aspek ingatan atau pengetahuan semata. Untuk mengukur yang sifatnya memberi kebebasan siswa untuk memilih, mengorganisir, menghubungkan dan mengevaluasi ide-ide serta untuk mengungkap pemikiran yang asli dari siswa, kiranya tepat digunakan tes uraian. Dan tes uraian ini juga dapat memacu siswa untuk


(25)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

belajar karena bentuk tes ini menuntut siswa untuk memahami dan menguasai materi pelajaran secara menyeluruh. Sehingga siswa tidak lagi menghafal rumus ketika ujian. Seperti yang dikatakan oleh Dufrense (Deliana, 2012) menjelaskan bahwa ada beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan memecahkan masalah siswa kurang, yakni siswa selalu menjawab masalah dengan terlebih dahulu memilih persamaan dari rumus-rumus yang mereka hafal, lalu mencocokannya dengan soal, tanpa mengerti konsep dari permasalahan yang ditanyakan. Akibatnya bila diberikan soal-soal atau masalah–masalah fisika yang penyelesaiannya menghendaki pencarian konsep baru atau bersifat abstrak terlebih dahulu, maka sebagian kecil yang mampu menyelesaikannya, Kadri (Wanhar, 2000).

Selanjutnya, Gronloud & Linn (Manurung, 2011) menyebutkan ada dua tipe tes uraian yaitu : (1) tes uraian dengan jawaban luas, dan (2) tes uraian dengan jawaban terbatas atau terstruktur. Hal ini senada dengan yang dikemukan oleh Nitko (Manurung, 2011), bahwa tes uraian terbagi atas tes uraian non-objektif, dan tes uraian objektif. Dalam penelitian ini akan digunakan istilah tes uraian bebas untuk tes uraian dengan jawaban luas, dan tes uraian terstruktur untuk tes uraian dengan jawaban terbatas.

C.Tes Uraian Terstruktur

Menurut Gronlund (Manurung, 2011) berpendapat yaitu pada tes uraian terstruktur, jawaban siswa lebih dibatasi pada bentuk dan lingkup


(26)

19

jawaban yang harus diberikan. Batasan itu lebih memudahkan dalam pengukuran terhadap kemampuan siswa yang akan diukur. Juga menjadi lebih terstruktur, lebih efektif sebagai ukuran kemampuan untuk memilih, mengorganisir dan mengintegrasi gagasan.Hal ini pun dikemumakan oleh Sudjana (Manurung, 2011) yaitu pada tes uraian terstruktur satu permasalahan yang akan diungkap dapat dikaji dari banyak aspek melalui sub soal atau pertanyaan yang diajukan kepada tema permasalahan.

Hal ini juga ditegaskan oleh sudjana (Manurung, 2011) bahwa, pembatasan itu bisa dari segi : (a) ruang lingkupnya, (b) sudut pandang menjawabnya, (c) indikator-indikatornya. Dengan adanya pembatasan tersebut, jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Uraian terstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya.

Keuntungan uraian terstruktur menurut Nitko (Manurung, 2011) yaitu : (1) dapat digunakan untuk mengukur barmacam-macam jawaban kompleks dan sulit, (2) dapat mengarahkan soal ke jawaban yang lebih khusus, (3) dapat dipakai konteks yang berstruktur atau latihan-latihan yang diinterprestasikan, (4) dapat mengarahkan jawaban dari semua siswa ke penafsiran yang sama.

Sedangkan keuntungan uraian terstruktur menurut sudjana (Manurung,2011), yaitu : (a) satu soal bisa terdiri atas beberapa sub soal atau


(27)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

pertanyaan, (b) setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu data tertentu sehingga lebih jelas dna terarah, dan (c) soal-soal satu berkaitan satu sama lain dan dapat diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya.

Selanjutnya, menurut Nitko (Manurung,2011) mengemukakan kelemahan-kelemahan bentuk tes uraian terstruktur yaitu : (a) bidang yang diujikan menjadi terbatas, dan (b) kurang praktis, sebab satu permasalahan harus dirumuskan dalam pemaparan yang lengkap disertai data yang memadai.

D.Tes Uraian Bebas

Tes uraian bebas menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun, dan memadukan gagasan-gagasan yang dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan siswa menjawab pertanyaan secara bebas, Silverius (Manurung, 2011). Ciri dari tes uraian bebas ini adalah tes ini bersifat terbuka, fleksibel, tidak terstruktur dan hampir tidak ada batasan, Muntne (2009). Menurut Nitko (Manurung, 2011), kegunaan tes uraian bebas adalah untuk menilai : (1) pengetahuan masalah bidang studi, dan (2) kemampuan menulis umum. Sedangkan keunggulan tes uraian bebas yaitu tes ini menuntut jawaban terbuka, sehingga siswa dapat menunjukkan kemampuannya dalam pengetahuan faktualnya, menyusun ide-idenya, mengevalusi gagasan-gagasannya secara menyeluruh dan dapat


(28)

21

mencerminkan perbedaan sikap, nilai-nilai derta kreativitas masing-masing individu.

Kelemahan bentuk tes uraian bebas yaitu : (a) sangat tidak efisien untuk mengukur pengetahuan karena pertanyaan bisa menjadi sangat luas dan setiap siswa dapat menggunakan penilaiannya sendiri, (b) berkenaan dengan jawaban siswa yang disusun dengan kata-katanya sendiri, perolehan skor berdasarkan kemampuan menulisnya.

E.Deskripsi Materi Listrik Dinamis 1) Arus Listrik

Gambar 2.2 Rangkaian listrik, a). Terbuka dan, b) Tertutup

Arus listrik adalah laju muatan listrik yang melalui suatu luasan panampang lintang/aliran muatan listrik melalui sebuah konduktor yang bergerak dari potensial tinggi kepotensial rendah

+ +


(29)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

hambatan penghantar listrik. Ketika sebuah bola lampu dihubungkan pada terminal-terminal baterai dengan menggunakan konduktor (kabel), muatan listrik akan mengalir melalui kabel dan lampu sehingga lampu akan menyala. Banyaknya muatan yang mengalir melalui penampang konduktor tiap satuan waktu disebut kuat arus listrik atau disebut dengan arus listrik. Secara matematis, kuat arus listrik ditulis sebagai :

� =

�... persamaan 2.1

dengan: I = kuat arus listrik (ampere; A), Q = muatan listrik (coulomb; C), dan t = waktu (sekon; s).

2) Hukum Ohm

Dalam arus listrik terdapat hambatan listrik yang menentukan besar kecilnya arus listrik. Semakin besar hambatan listrik,semakin kecil kuat arusnya, dan sebaliknya. George Simon Ohm (1787-1854), melalui eksperimennya menyimpulkan bahwa arus I pada kawat penghantar sebanding dengan beda potensial V yang diberikan keujung-ujung kawat penghantar tersebut I~V. Besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar tidak hanya bergantung pada


(30)

23

tegangan, tetapi juga pada hambatan yang dimiliki kawat terhadap aliran elektron. Sehingga kuat arus listrik berbanding terbalik dengan hambatan : I~

1

, aliran elektron pada kawat penghantar diperlambat karena adanya interaksi dengan atom-atom kawat. Makin besar hambatan ini, makin kecil arus untuk suatu tegangan V. Sehingga arus I yang mengalir berbanding lurus dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar dan berbanding terbalik dengan hambatannya. Pernyataan ini dikenal dengan HUKUM OHM, dan dinyatakan dengan persamaan ;

�=�... peramaan 2.2

dengan : R = hambatan listrik (ohm;Ω ),

V = tegangan atau beda potensial listrik (volt; V), dan I = kuat arus listrik (ampere; A).

Atau bisa ditulis dalam bentuk :

V = I . R... persamaan 2.3

Dan Jika dibuat Grafik, adalah : I


(31)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

V

Gambar 2.3 Grafik Hubungan Kuat Arus dengan Tegangan

3) Rangkaian Hambatan Listrik A. Rangkaian Seri

Rangkaian seri juga disebut rangkaian berderet. Ketika Anda ingin memperkecil kuat arus yang mengalir pada rangkaian atau membagi tegangan listrik, Anda dapat melakukannya dengan menyusun beberapa hambatan secara seri, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.4 :

R1 R2

V I


(32)

25

Selain resistor, alat-alat yang dirangkai dapat berupa lampu atau penghambat lainnya. Muatan listrik yang melalui R1 akan melalui R2 juga. Dengan demikian, arus I yang sama melewati setiap resistor. Jika V menyatakan tegangan sumber ( baterai ). V1 dan V2 adalahn beda potensial pada masing-masing resistor R1 dan R2. Berdasarkan Hukum Ohm, V1 =I.R1, dan V2 = I.R2. Karena

resistor-resistor tersebut dihubungkan secara seri, kekekalan energi menyatakan bahwa tegangan total V sama dengan jumlah semua tegangan dari masing-masing resistor.

V = V1+V2=I.R1+I.R2... persamaan 2.4

Hambatan total pengganti susunan seri resistor :

Rs = R1 + R2... persamaan 2.5

Persamaan di atas menunjukkan bahwa besar hambatan total pengganti pada rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan pada tiap resistor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Rangkaian Seri adalah suatu penyusunan komponen-komponen dimana semua arus mengalir melewati komponen-komponen tersebut secara berurutan. B. Rangkaian Paralel


(33)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Hambatan paralel adalah rangkaian yang disusun secara berjajar. Jika hambatan yang dirangkai paralel dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka tegangan pada ujung-ujung tiap hambatan adalah sama.

Gambar 2.5 Rangkaian Listrik Secara Paralel

Dua buah lampu (sebagai hambatan) dirangkaiparalel. Kuat arus yang mengalir pada lampu 1 (I1) dan lampu 2 (I2) besarnyatergantung nilai hambatannya, sedangkan tegangan yang melewatikedua lampu tersebut besarnya sama.

1 �

= 1

1

+ 1

2

... persamaan 2.6

Tabel 2.1 Jenis Representasi pada Konsep Listrik Dinamis

Konsep Jenis Representasi

Verbal Matematik Tabel Gambar Grafik


(34)

27

Hukum Ohm   - -

Rangkaian hambatan listrik susunan seri

  - -

Rangkaian hambatan listrik susunan paralel

  - -

Rangkain hambatan listrik susunan seri dan paralel


(35)

27

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya, Best (Grafura,2009). Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.

Metode Deskriptif merupakan Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, kondisi, sistem pemikiran, dan peristiwa pada masa sekarang. Pencarian fakta, dengan interpretasi yang tepat, Whitney (Grafura,2009). Margono menjelaskan penelitian deskriptif yang lebih khusus lagi yaitu penelitian yang bersifat deskriptif analitis, memperoleh data yang berupa kata-kata, gambar, perilaku tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi dimana peneliti segera melakukan analisis data dengan memberi pemaparan mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif (Margono, 2009).


(36)

28

B. Subjek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, Sugiyono (2011:117). Populasi dapat berupa : guru, siswa, kurikulum, fasilitas, lembaga sekolah, hubungan sekolah dan masyarakat dan sebagainya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dan sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri–ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri–ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya, Sugiyono (2011:118).

Populasi dalam penilitian ini adalah seluruh siswa kelas X di MAN I Kota Bandung.Sampel dari penilitan ini adalah salah satu kelas di MAN I Kota Bandung.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, yang dimaksud teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Data tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan representasi siswa dalam menjawab tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas. Data yang diperoleh melalui angket dan wawancara dianalisis secara deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:


(37)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

1. Kuesioner/Angket

Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur atau biasa disebut responden (Arikunto, 2011:28).Angket diberikan kepada seluruh siswa untuk melengkapi data dan memperkuat penelitian. Kegiatan penyebaran angket dilaksanakan setelah seluruh tindakan penerapan teknis tes nya selesai. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Menurut Hopkins (Subroto,1997) mengatakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah dipersiapkan sehingga siswa tinggal memilih alternatif jawaban sesuai dengan pendapatnya. Beberapa butir pertanyaan dalam angket hanya untuk memperkuat butir-butir pertanyaan yang lainnya. Data yang terkumpul dianalisis untuk memperkuat hasil penelitian. Analisis yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menjumlahkan jawaban siswa kemudian dihitung persentasenya.

2. Wawancara

Menurut Wahab (Subroto, 1997) mengemukakan bahwa ada 2 jenis ragam wawancara yaitu wawancara terbuka dan wawancara tertutup. Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara terbuka. Teknik wawancara digunakan setelah melakukan penelitian. Instrumen wawancara berbentuk uraian yang ditujukan


(38)

30

kepada beberapa siswa yang sudah dipilih dengan maksud memberi kebebasan siswa dalam mengemukakan pendapatnya dan untuk mengetahui kendala-kendala yang muncul ketika mengerjakan soal-soal fisika dan mengetahui pendapat siswa mengenai tes yang diberikan.

3. Tes Tertulis

Menurut Bukhori (Arikunto, 2011:32), tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid. Selain menyebarkan angket kepada siswa, wawancara siswa juga digunakan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merepresentasikan jawaban ketika menjawab soal tes. Dalam pengerjaan tes tersebut siswa diminta untuk mengerjakan soal–soal berupa tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas. Kemudian tes ini dianalisis dengan menggunakan rubrik multiple ways(Rosengrant, 2007) dan diberi skor dari 0-3.

D. Prosedur dan Alur Penelitian

Langkah–langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

a) Tahap Persiapan

Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini adalah :

1) Menentukan masalah yang akan dikaji. Dalam hal ini peneliti melakukan studi pendahuluan pada siswa disekolah tersebut. Studi


(39)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

2) pendahuluannya berupa penyebaran angket kepada para siswa, wawancara kepada guru fisika disekolah tersebut dan observasi didalam kelas dengan mengikuti proses pembelajaran.

3) Studi literatur, hal ini dilakukan agar diperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.

4) Menyiapkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) mengenai pokok bahasan yang akan dijadikan pembelajaran.

5) Membuat dan menyusun instrumen penelitian. 6) Menguji coba instrumen tersebut.

b) Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :

1) Melakukan pembelajaran oleh guru sebagai pemahaman awal siswa terhadap materi listrik.

2) Membagi siswa kedalam dua kelompok, kelompok pertama menggunakan tes uraian terstruktur dan kelompok kedua dengan menggunakan tes uraian bebas.

c) Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir meliputi : 1) Mengolah data hasil tes kemampuan representasi siswa. 2) Menganalisis dan membahas temuan penelitian.

3) Memberikan kesimpulan dan membuat rekomendasi berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data


(40)

32

Alur Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap Akhir

E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian

Didalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Analisis instrumen ini dilakukan pada hasil uji coba tes kemampuan representasi siswa untuk menentukan apakah soal-soal dalam tes tersebut Menentukan Masalah

( Studi Pendahuluan )

Analisis uji instrumen Studi Kurikulum

Studi Literatur

Membuat instrumen uji coba instrumen

Mengolah dan menganalisis hasil data

penelitian

Membuat laporan penelitian Memberikan

kesimpulan Menguji instrumen kepada

siswa, dengan pemberian jenis soal tes uraian bebas dan tes


(41)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

baik digunakan saat penelitian. Berikut adalah teknik menganalisis uji coba tes kemampuan representasi siswa.

a. Validitas

Anderson (Arikunto, 2011:65) mengemukakan bahwa validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Sehingga dapat dikatakan bahwa analisis validitas tes merupakan analisis tes yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur. Uji validitas butir soal ini dilakuakn dengan teknik korelasi product momen yang dikemukakan Pearson sebagai berikut :

= �Σ − Σ (Σ )

(�Σ 2− Σ 2(�Σ 2(Σ )2... persamaan 3.1

Dengan :

= koefisien korelasi antaravariabel X dan variabel Y = skor tiap butir soal

= skor total tiap butir soal N = jumlah siswa

Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungan diatas, digunkan kriteria validitas butir soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.


(42)

34

Tabel 3.1

Klasifikasi Validitas Butir Soal

(Arikunto , 2011:75) b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama. Hasil pengukuran itu harus tetap sama jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak berpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliable. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat menggunakan tolak ukur yaitu :

11 ≤0,20

0,20 ≤ 11 < 0,40

0,40 ≤ 11 < 0,60

0,70 ≤ 11 < 0,90

0,90 ≤ 11 < 1,00

Mencari Reabilitas tes bentuk uraian adalah : � = �− � −��

... persamaan 3.2

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah


(43)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Keterangan :

11 =

Σ�2 =

�2 =

Tabel 3.2

Klasifikasi Reliabilitas butir soal

(Arikunto, 2011:75)

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sulit.Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari tingkat kesukaran adalah :

� =

��... persamaan 3.3 keterangan :

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah


(44)

36

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Tabel 3.3

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran Kategori

0,00 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2011:210)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah :

� = = =� − � ... persamaan 3.4 Keterangan :

D : daya pembeda

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah


(45)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya pembeda Kategori

0,70 – 1,00 Baik sekali

0,40 – 0,70 Baik

0,20 – 0,40 Cukup

0,00 – 0,20 Jelek

(Arikunto, 2011:218)

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif dan juga dengan membandingkan skor yang diperoleh siswa dari tes tertulis.

1. Menghitung persentase hasil angket respon siswa

% Alternatif jawaban = Σ

� � 100 % ...persamaan 3.5 2. Rubrik kemampuan multiple ways

Dalam menganalisis jenis representasi yang dibuat siswa dalam menjawab soal tes uraian terstruktur dan soal tes uraian bebas, maka digunakan rubrik kemampuan multiple waysdari Rosengrant. Rubrik tersebut dijadikan sebagai bahan acuan untuk menilai kemampuan representasi, yang kemudian dibuat rubrik yang sama dan disesuaikan dengan pertanyaan yang dibuat.

3. Analisis tanggapan siswa terhadap soal uraian bebas dan soal uraian terstruktur dilakukan dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap


(46)

38

pertanyaan-pertanyaan angket yang diberikan dan juga melihat jawaban siswa ketika wawancara.


(47)

38

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan disalah satu Sekolah di Kota Bandung dengan sampel penelitian adalah siswa kelas X di sekolah tersebut yang berjumlah 30 orang siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Tetapi karena tujuan penelitian ini untuk mengetahui representasi yang dibuat siswa dalam mengerjakan soal fisika, maka peneliti fokus pada jawaban siswa. Siswa diberikan tes uraian bebas dan tes uraian terstruktur. Pada materi kelistrikan, 30 orang siswa dalam satu kelas tersebut dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B yang diklasifikasikan berdasarkan tipe soal, uraian bebas dan uraian terstruktur dengan materi yang sama. Kelompok A mengerjakan tes berbentuk uraian terstruktur, sedangkan Kelompok B mengerjakan tes berbentuk uraian bebas.Pada saat penelitian ini dilakukan, siswa sebelumnya sudah memiliki pengetahuan awal mengenai materi yang akan diujikan, yaitu materi kelistrikan.

B. Perbandingan KemampuanRepresentasiSiswaAntaraTes

UraianBebasdenganTes UraianTerstruktur

Setiap siswa memiliki karakter masing-masing dalam menjawab tes uraian. Hal ini bisa dibuktikan dengan beragamnya jawaban siswa ketika


(48)

39

menjawab tes uraian. Berdasarkan hasil pengolahan tes uraian bebas dan tesuraian terstruktur menunjukkan bahwa aspek tiap representasi yang dibuat siswa dalam mengerjakan soal fisika bervariasi. Tabel 4.1 dibawah inimenunjukkan hasil yang diperoleh siswa dalam mengerjakan jenis tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas.

Dalammenganalisiskemampuanrepresentasiberdasarkankriteriamultipl e wayspadaRosengrant (2007). Digunakanjenistesuraianbebasdan tes uraian

terstruktur bertujuan agar

terlihatkemampuansiswadalammerepresentasikanjawaban yang dikerjakan oleh 15 siswa masing-masing tes uraian bebas dan tes uraian terstruktur.

Tabel 4.1 Perolehan nilai Kemampuan Representasi Siswa dalam Menjawab Tes Uraian Terstruktur dan Tes Uraian Bebas

Mutu Representasi

Materi Listrik Tes Uraian

Terstruktur

Persentase Rata-Rata

Tes Uraian Bebas

Persentase Rata-Rata

Verbal 171 54,28% 113 35,87%

Gambar 143 51,55% 85 33,78%

Matematis 88 48,89% 53 29,44%

Grafik


(49)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan diagram batang perolehan nilai kemampuan representasi siswa dalam menjawab tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas.

Gambar 4.1

Perbandingan Kemampuan Representasi Siswa

Berdasarkan Gambar 4.1 terdapat gambaran umum mengenai aspek-aspek kemampuan representasi yang digunakan siswa dalam menjawab tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas. Dari aspek yang diukur, kemampuan representasi siswa dalam menjawab tes uraian terstruktur lebih tinggi dibandingkan dengan tes uraian bebas. Hal ini terlihat dari semua jenis

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 54.28% 51.55% 48.89% 26.11% 35.87% 33.78% 29.44% 23.33% Per sen tase R ata -R ata Jenis Representasi

Tes Uraian Terstruktur


(50)

41

representasi yang digunakan siswa pada tes uraian terstruktur memiliki persentase rata-rata lebih tinggi daripada tes uraian bebas.

Hal ini disebabkan karena pada tes uraian terstruktur siswa mendapat arahan pertanyaan sehingga mampu menjawab dengan menggunakan berbagai macam representasi yang diharapkan.Faktor lainnya disebabkan karena pilihan representasi siswa sudah diarahkan oleh pertanyaan-pertanyaan pada tes uraian terstruktur. Hal lainnya disebabkan ketika proses belajar, siswa dalam mengerjakan latihan hanya menggunakan satu representasi saja sehingga siswa belum memiliki kreativitas untuk menggunakan lebih dari satu representasi. Begitu pun ketika menjawab tes uraian bebas, siswa lebih cenderung menjawab tes hanya fokus pada satu representasi saja tanpa berusaha menggunakan representasi lainnya dan tidak berusaha memahami konten pertanyaannya.

Seperti yang diungkapkan oleh Gronluod (Manurung, 2011) mengungkapkan bahwa pada tes uraian terstruktur, jawaban siswa lebih dibatasi pada bentuk dan lingkup jawaban yang harus diberikan. Batasan itu lebih memudahkan dalam pengukuran terhadap kemampuan siswa yang akan diukur. Juga menjadi lebih terstruktur, lebih efektif sebagai ukuran kemampuan untuk memilih, mengorganisir dan mengintegrasi gagasan.

Hal ini juga ditegaskan oleh sudjana (Manurung, 2011) bahwa, pembatasan itu bisa dari segi, a). Ruang lingkupnya, b). Sudut pandang


(51)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

menjawabnya, c). Indikator-indikatornya. Dengan adanya pembatasan tersebut, jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu jawaban yang dibuat siswa pada soal uraian terstruktur lebih unggul pada semua kemampuan representasi.

Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa dari masing-masing tes uraian perolehan persentase rata-rata siswa menggunakan representasi verbal lebih tinggi dibanding dengan menggunakan representasi yang lainnya, sedangkan kemampuan membuat representasi grafik merupakan kemampuan yang paling rendah yang digunakan oleh siswa. Lebih tinggi nya representasi verbal ini menunjukkan bahwa siswa lebih sering mendefinisikan jawaban dari suatu konsep,dan juga dikarenakan siswa sudah terbiasa menjawab pertanyaan dengan representasi verbal. Faktor lainnya disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang sering menggunakan metode ceramah. Beberapa pertanyaan seperti No. 1,2, dan 3 yang mengharapkan siswa menggunakan representasi verbal mampu dijawab dengan benar oleh siswa. Sedangkan pertanyaan No. 2 dan 3 yang mengharapkan siswa menggunakan representasi grafik, masih banyak siswa yang keliru dalam menjawab, baik itu dalam menempatkan variabel pada sumbu koordinat ataupun garis yang menyatakan hubungan Hukum Ohm.


(52)

43

C. Tanggapan Siswa Terhadap Tes Uraian Terstruktur dan Tes Uraian Bebas

Rekapitulasi presentase rata-rata hasil angket tanggapan siswa terhadap tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas didapat dari menghitung semua jawaban siswa berdasarkan angket yang sudah diberikan.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Presentase Tanggapan Siswa

Jenis Tes Pertanyaan Komentar Si

SS S N

Tes Uraian Terstruktur

Sayasenangmempelajarifisika 6,67 50 36,7

Sayasenangmengerjakansoal-soalfisika 6,67 20 70

Sayatidakmenyukaisoal-soalfisika yang banyakhitungandansimbol-simbol 6,67 40 26,7

Soal-soal yang diberikan guru

dengandiarahkanpertanyaannyadapatmembantusayamenyelesaikansoal-soalfisikadenganmudah

30 56,7 10

Sayamerasasenangmengejakansoal-soalfisikakarenasayapahamakansoal-soaltersebut

13,3 20 56,7 Sayadapatmengerjakansoal-soalfisika,

tidakhanyamenggunakanmatematisnyasajatetapijugagambardan yang

lainnyadenganpemahaman yang sayamiliki

6,67 46,7 43,3

Tes Uraian Bebas

Sayasenangmempelajarifisika 6,67 50 36,7

Sayasenangmengerjakansoal-soalfisika 6,67 20 70

Sayatidakmenyukaisoal-soalfisika yang banyakhitungandansimbol-simbol 6,67 40 26,7

Soal-soal yang diberikan guru

dengantidakdiarahkanpertanyaannyadapatmembantusayamenyelesaikansoal-soalfisikadenganmudah

0 6,67 16,7

Sayamerasasenangmengejakansoal-soalfisikakarenasayapahamakansoal-soaltersebut

6,67 46,7 43,3 Sayadapatmengerjakansoal-soalfisika,

tidakhanyamenggunakanmatematisnyasajatetapijugagambardan yang

lainnyadenganpemahaman yang sayamiliki


(53)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Keterangan : SS = Sangat Setuju, S = Setuju, N = Tidak Ada Komentar, TS = Tidak Setuju dan STS = Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 4.2 berupa sebaran angket yang telah diberikan kepada siswa menunjukkan bahwa hampir semua siswa setuju kalau tes uraian terstruktur dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika dengan mudah hanya beberapa orang yang tidak setuju dan netral. Siswa menyatakan bahwa tes uraian bebas tidak dapat membantu dalam menyelesaikan soal-soal fisika yang disajikan, dan kebanyakan siswa bisa mengerjakan tes fisika tidak hanya menggunakan representasi matematis tetapi juga gambar, grafik dan yang lainnya sesuai dengan pemahaman dan pertanyaan yang diberikan. Tes uraian terstruktur ini mendapat tanggapan positif dari siswa, hal ini bisa dilihat sebesar 56.7 % yang setuju dan 30 % sangat sejutu bahwa tes uraian terstruktur dapat membantu siswa dalam mengerjakan soal fisika, begitu juga membantu siswa untuk lebih banyak menggunakan representasi selain matematis ketika menjawab soal. Sedangkan sebagian siswa yang lain menyatakan bahwa soal-soal fisika yang tidak diarahkan lebih sulit dalam menjawab pertanyaannya.

Hasil wawancara kepada siswa menunjukkan dengan adanya tes uraian terstruktur siswa merasakan adanya manfaat dan merasa lebih mudah untuk memecahkan setiap pertanyaan yang diberikan. Siswa dalam mengerjakan tes uraian lebih mudah apabila tes tersebut sudah pernah


(54)

45

dicontohkan sebelumnya ketika pembelajaran dan mengalami kesulitan karena terlalu banyak rumus yang harus dihafal, simbol-simbolnya tidak dimengerti dan terkadang lupa rumus sehingga menyebabkan para siswa tidak dapat menjawab pertanyaan.Seperti yang diungkapkan oleh Dufrense (Deliana, 2012) menyatakan bahwa siswa selalu menjawab masalah dengan terlebih dahulu memilih persamaan dari rumus-rumus yang mereka hafal, lalu mencocokannya dengan soal, tanpa mengerti konsep dari permasalahan yang ditanyakan.Akibatnya bila diberikan soal-soal atau masalah–masalah fisika yang penyelesaiannya menghendaki pencarian konsep baru atau bersifat abstrak terlebih dahulu, maka hanya sebagian kecil yang mampu menyelesaikannya, Kadri (Wanhar, 2000).

Dari alasan siswa yang mengerjakan tes uraian bebas menyatakan bahwa tes jenis ini lebih susah untuk dipahaminya, tidak detail pertanyaannya, menjebak dan membingungkan ketika menjawabnya. Sedangkan alasan siswa yang mengerjakan tes uraian terstruktur menyatakan bahwa tes jenis ini lebih dimengerti, lebih detail dan lebih jelas pertanyaannya serta bisa menggunakan berbagai cara untuk menjawabnya sesuai dengan yang diharapkan.Hal ini dikemukakan oleh Sudjana (Manurung,2011) yaitu pada tes uraian terstruktur satu permasalahan yang akan diungkap dapat dikaji dari banyak aspek melalui sub soal atau pertanyaan yang diajukan kepada tema permasalahan.


(55)

47

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dan analisis dari pengolahan data yang diperoleh, maka penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Kemampuan representasi siswa dalam menjawab tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas memiliki variasi jawabannya masing-masing. Pada kelompok siswa dengan tes uraian terstrukturrata-rata nilai kemampuan representasi lebih tinggi dibanding rata-rata nilai kemampuan representasi siswa pada tes uraian bebas. Pada tes uraian terstruktur, persentase rata-rata representasi verbal sebesar 54.28%, representasi gambar 51.55%, representasi matematis 48.89%, dan representasi grafik 26.11%, sedangkan pada tes uraian bebas, persentase rata-rata representasi verbal sebesar 35.87%, representasi gambar 33.78%, representasi matematis 29.44%, dan representasi grafik 23.33%. Dengan demikian pemberian tes uraian terstruktur lebih efektif untuk diterapkan agar siswa dapat merepresentasikan jawaban dengan berbagai bentuk representasi yang lebih bervariasi.


(56)

48

2. Siswa berpendapat bahwa tes uraian terstruktur dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika dengan mudah dibandingkan dengan tes uraian bebas.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan seperti yang dikemukakan di atas, maka berkenaan dengan hasil penelitian yang sudah didapatkan, maka peneliti memberikan saran seperti berikut :

1. Untuk melatihkan kemampuanrepresentasi siswa lebih baik digunakan bentuk tes uraian terstruktur.

2. Penggunaan tes uraian terstruktur ini bisa menjadi alternatif dalam menyusun tes untuk lebih mengembangkan proses berpikir siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika. Tetapi dalam menyusun tes hendaknya dibuat yang lebih variatif khususnya tes bentuk uraian terstruktur maupun tes uraian bebas.

3. Kepada peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang pemberian tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas ini hendaknya memperluas jumlah sampel, variasi soal dan pembagian kelompok yang lebih merata lagi antara yang pintar dan kurang.

4. Untuk hasil penelitian yang lebih valid, hendaknya dibuat instrumen pada dua materi yang berbeda dan ada penyilangan antara kelompok yang mengerjakan soal uraian terstruktur dan soal uraian bebas.


(57)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

5. Perlu adanya mempertimbangkan tingkat kesulitan pertanyaan, agar jawaban yang di hasilkan pun lebih variatif.

6. Untuk melatihkan kemampuan representasi siswa bisa dilatihkan ketika proses pembelajaran.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth,S. (1999). “The Function of Multiple-Representations”. ESRC Centre for Research in Development, Instruction and Training.1-16

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Azwar, S. (1987). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Budi, P. (2007). Fisika Dasar I Teori dan Implementasinya untuk Kelas X SMA dan MA. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Deliana, E. (2012). Analisis Kemampuan Multi Representasi Siswa terhadap Bentuk Tes Soal Uraian pada Materi Cermin Cekung dan Cermin Cembung di SMP.Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan

Etkina et al. (2006). “An Overview of Recent Research on

Multiplerepresentations”.Rutgers,The State University of New Jersey

Grafura, L. (2009). Pendekatan deskriptif. [Online] Tersedia: http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/02/07/pendekatan-metode-dan-teknik/[20 Februari 2012]

Hudiono, B. (2005). Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi Terhadap Pengembangan Kemampuan Matematik dan Daya Representasi pada Siswa. Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mahardika, I. (2011). Pengembangan bahan ajar mekanika untuk meningkatkan kemampuan representasu verbal, matematis, gambar, dan grafik mahasiswa calon guru fisika. Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Manurung, N. (2011). Pengaruh Pemberian Tes Formatif Bentuk Uraian Dan Locus Of Control Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Smp Negeri

2 Kecamatan Hinai. [On Line]

Tersedia:http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-1600/1546 [15 Februari 2013]


(59)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Muntne, B.(2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Insan Madani Patrick B. Kohl,1 David Rosengrant,2 & Noah D. Finkelstein1. (2007). “Strongly

and weakly directed approaches to teaching multiple representation use in physics”. Physics Education Research.

Rosengrant. D, & Finkelstein,N. I. (2007). “Comparing Explicit and Implicit Teaching of Multiple Representation Use in Physics Problem Solving”. Physics Education Research.

Saripudin,et al. (2009). Praktis Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan (Departemen pendidikan nasional)

Subroto, W.(1997). Pengembangan Model Teknik Non Tes Bentuk Inquiry dalam Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V Sekolah Dasar. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan Sudirman, M. (2005). Efektivitas Assesmen Hasil Belajar untuk Mengukur

Penalaran Siswa SMA dalam Pembalajaran Konsep Napza. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumarsono, J. (2010).Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Pusat Perbukuan (Departemen Pendidikan Nasional)

Soesanto, H. (2009).Pembelajaran Sistem Koloid dalam Multi pel representasi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Ulfarina, L. (2011). Penggunaan Pendekatan Multi Representasi Pada Pembelajaran Konsep Gerak Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Wanhar. (2000). Hubungan antara pemahaman konsep matematika siswa dengan kemmapuan menyelesaikan soal – soal fisika. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Yusuf. (2009). Studi Kompetensi Multirepresentasi Mahasiswa pada Topik Elektrostatika. Jurnal pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi. Universitas sriwijaya. Unsri.


(60)

(61)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

lainnya?

2. Apakah kamu bisa mengerjakan soal dengan baik ketika ujian?

3. Apakah soal yang diberikan guru berupa PG/Essay? Menurutmu mana yang paling mudah dan bisa dipahami soalnya? kenapa?

4. Apakah soal-soal fisika yang diberikan sudah dipelajari dan disampaikan oleh guru saat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) ?

5. Ketika kamu mengerjakan soal fisika, apakah kamu mengerjakannya tidak hanya dengan matematisnya saja?(Jika diperlukan)

6. Apakah kamu mengerjakan soal sesuai dengan materi yang kamu pahami? 7. Apa yang membuatmu kesulitan dalam mengerjakan soal fisika?

8. Apakah dalam mengerjakan soal fisika lebih mudah yang diarahkan pertanyaannya atau yang tidak diarahkan?


(1)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Analisis Kemampuan Representasi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Tes Uraian Terstruktur Dan Tes Uraian Bebas Pada Materi Kelistrikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Siswa berpendapat bahwa tes uraian terstruktur dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika dengan mudah dibandingkan dengan tes uraian bebas.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan seperti yang dikemukakan di atas, maka berkenaan dengan hasil penelitian yang sudah didapatkan, maka peneliti memberikan saran seperti berikut :

1. Untuk melatihkan kemampuanrepresentasi siswa lebih baik digunakan bentuk tes uraian terstruktur.

2. Penggunaan tes uraian terstruktur ini bisa menjadi alternatif dalam menyusun tes untuk lebih mengembangkan proses berpikir siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika. Tetapi dalam menyusun tes hendaknya dibuat yang lebih variatif khususnya tes bentuk uraian terstruktur maupun tes uraian bebas.

3. Kepada peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang pemberian tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas ini hendaknya memperluas jumlah sampel, variasi soal dan pembagian kelompok yang lebih merata lagi antara yang pintar dan kurang.

4. Untuk hasil penelitian yang lebih valid, hendaknya dibuat instrumen pada dua materi yang berbeda dan ada penyilangan antara kelompok yang mengerjakan soal uraian terstruktur dan soal uraian bebas.


(2)

49

5. Perlu adanya mempertimbangkan tingkat kesulitan pertanyaan, agar jawaban yang di hasilkan pun lebih variatif.

6. Untuk melatihkan kemampuan representasi siswa bisa dilatihkan ketika proses pembelajaran.


(3)

49 Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Analisis Kemampuan Representasi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Tes Uraian Terstruktur Dan Tes Uraian Bebas Pada Materi Kelistrikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth,S. (1999). “The Function of Multiple-Representations”. ESRC Centre for Research in Development, Instruction and Training.1-16

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Azwar, S. (1987). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Budi, P. (2007). Fisika Dasar I Teori dan Implementasinya untuk Kelas X SMA dan MA. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Deliana, E. (2012). Analisis Kemampuan Multi Representasi Siswa terhadap Bentuk Tes Soal Uraian pada Materi Cermin Cekung dan Cermin Cembung di SMP.Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan

Etkina et al. (2006). “An Overview of Recent Research on

Multiplerepresentations”.Rutgers,The State University of New Jersey

Grafura, L. (2009). Pendekatan deskriptif. [Online] Tersedia: http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/02/07/pendekatan-metode-dan-teknik/[20 Februari 2012]

Hudiono, B. (2005). Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi Terhadap Pengembangan Kemampuan Matematik dan Daya Representasi pada Siswa. Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mahardika, I. (2011). Pengembangan bahan ajar mekanika untuk meningkatkan kemampuan representasu verbal, matematis, gambar, dan grafik mahasiswa calon guru fisika. Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Manurung, N. (2011). Pengaruh Pemberian Tes Formatif Bentuk Uraian Dan Locus Of Control Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Smp Negeri

2 Kecamatan Hinai. [On Line]

Tersedia:http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-1600/1546 [15 Februari 2013]


(4)

50

Muntne, B.(2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Insan Madani Patrick B. Kohl,1 David Rosengrant,2 & Noah D. Finkelstein1. (2007). “Strongly

and weakly directed approaches to teaching multiple representation use in physics”. Physics Education Research.

Rosengrant. D, & Finkelstein,N. I. (2007). “Comparing Explicit and Implicit Teaching of Multiple Representation Use in Physics Problem Solving”.

Physics Education Research.

Saripudin,et al. (2009). Praktis Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan (Departemen pendidikan nasional)

Subroto, W.(1997). Pengembangan Model Teknik Non Tes Bentuk Inquiry dalam Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V Sekolah Dasar. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan Sudirman, M. (2005). Efektivitas Assesmen Hasil Belajar untuk Mengukur

Penalaran Siswa SMA dalam Pembalajaran Konsep Napza. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumarsono, J. (2010).Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Pusat Perbukuan (Departemen Pendidikan Nasional)

Soesanto, H. (2009).Pembelajaran Sistem Koloid dalam Multi pel representasi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Ulfarina, L. (2011). Penggunaan Pendekatan Multi Representasi Pada Pembelajaran Konsep Gerak Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Wanhar. (2000). Hubungan antara pemahaman konsep matematika siswa dengan kemmapuan menyelesaikan soal – soal fisika. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Yusuf. (2009). Studi Kompetensi Multirepresentasi Mahasiswa pada Topik Elektrostatika. Jurnal pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi. Universitas sriwijaya. Unsri.


(5)

Restiana Yuli Pertiwi, 2013

Analisis Kemampuan Representasi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Tes Uraian Terstruktur Dan Tes Uraian Bebas Pada Materi Kelistrikan


(6)

117

WAWANCARA

1. Apakah dalam memberikan soal gurumu menggunakan gambar, grafik dan yang lainnya?

2. Apakah kamu bisa mengerjakan soal dengan baik ketika ujian?

3. Apakah soal yang diberikan guru berupa PG/Essay? Menurutmu mana yang paling mudah dan bisa dipahami soalnya? kenapa?

4. Apakah soal-soal fisika yang diberikan sudah dipelajari dan disampaikan oleh guru saat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) ?

5. Ketika kamu mengerjakan soal fisika, apakah kamu mengerjakannya tidak hanya dengan matematisnya saja?(Jika diperlukan)

6. Apakah kamu mengerjakan soal sesuai dengan materi yang kamu pahami? 7. Apa yang membuatmu kesulitan dalam mengerjakan soal fisika?

8. Apakah dalam mengerjakan soal fisika lebih mudah yang diarahkan pertanyaannya atau yang tidak diarahkan?